Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT My Sex Journey

Tambahin mulustrator?


  • Total voters
    533
  • Poll closed .
Status
Please reply by conversation.
Epilog

RANDY

Aku menekan tombol hpku beberapa kali lalu menempelkannya di telinga.

Tuuuuttt...

Tuuuuttt...

Tuuuuttt...

Beberapa kali nada tersambung keluar dari hpku.

"Halo?" jawab seseorang di sebrang sana.

"Halo!"

"Siapa ya?"

"Gue Randy!"

"Randy siapa?"

"Gue yang ikutan POM dulu, ini Justin kan?" tanyaku memastikan.

"Oh ya gue inget, ada apa sob?"

"Ini soal tawaran lu buat seleksi masuk pelatnas."

"Jadi lu minat ikut?"

"Ya, gue mau coba."

"Oke kalo gitu, tapi lu harus punya tim dulu, lu coba gabung aja di Garuda Bandung, gue yang bawa pasti manajer bakal mempertimbangin lu, habis lu punya klub, lu baru bisa ikut seleksi pelatnas, karena pelatnas gak mau nerima pemain yang gak punya klub," jelasnya panjang lebar.

"Oke lah, gimana caranya?"

"Lu dateng aja ke Bandung, entar gue kasih alamatnya."

"Sip, thanks ya."

"You're welcome sob."

Aku lalu menutup telfonku. Mungkin ini adalah sebuah jalan yang tuhan berikan padaku.

Aku tahu kalau aku tak bisa berkarir dengan mengandalkan otakku, jadi sepertinya bakatku di bidang olahraga harus aku manfaatkan.

Aku akan pergi ke Bandung.

"Ya, bakal gue lakuin!"

_______________________

RANTY

"Ran, kamu udah mantep mau pergi ke Bandung? tanya kak Ranty saat kita sedang ngedate berdua.

"Yakin dong kak, ini adalah kesempatan buat Randy, Randy gak bakal ngelewatin kesempatan ini," jawabku dengan yakin.

"Kakak ikut," ucapnya sambil mengaduk-aduk makanan yang dipesannya namun tak kunjung dimakan.

Sepertinya kak Ranty sangat bete mengetahui akan ditinggal olehku. Aku kemudian meletakkan tanganku di atas punggung tangannya.

"Kak, kakak kan kuliah tinggal satu tahun lagi, masa iya kakak gak sayang sama perjuangan kakak selama tiga tahun ini."

"Tapi kakak gak tau harus ngapain kalo gak ada kamu," ujar kak Ranty dengan perasaan masih bete.

"Kan masih ada papah sama mamah."

Tingggg...

Bunyi sendok yang ia jatuhkan di atas piring lalu wajahnya ia palingkan dari arahku sembari tangannya ia lipat di depan dada.

Tampaknya suasana hati kak Ranty menjadi semakin buruk kala aku membawa ibu kami dalam pembahasan.

"Imut deh kakak kalo lagi ngambek begitu," candaku untuk meluluhkan suasana hatinya.

"Ih,, apaan si Ran!" balas kakakku sebal.

"Gini deh, Randy janji kalo kakak udah lulus kuliah, Randy bakal bawa kakak ke Bandung bareng Randy," ujarku kembali membujuknya.

Kak Ranty lalu menoleh ke arahku.

"Janji ya!" jawabnya sembari menyodorkan jari kelingkingnya ke arahku.

"Janji!" Aku lalu mengaitkan jari kelingkingku dengan miliknya.

Setelah itu kami kembali pergi jalan-jalan, saat itu kak Ranty yang mentraktirku untuk merayakan kelulusan.

"Ran!" panggilnya.

"Iya kak."

"Nanti kalo kamu di Bandung kamu jangan nakal yah!"

"Nakal gimana kak?"

"Ya kamu cari cewek lain gitu."

Aku tertawa kecil mendengarnya.

"Mau seberapa banyak cewek yang deketin Randy pun, yang ada di hati Randy cuma kakak seorang," balasku penuh keyakinan.

Kak Ranty tersenyum sambil memanyunkan bibir bawahnya seraya mencubit lenganku.

Aku lalu merangkul kak Ranty. Malam itu kami memutuskan bermalam di sebuah hotel untuk memadu kasih tanpa gangguan orang lain.

Di hotel itu kami bercinta dengan panasnya. Di sana aku mengeluarkan kemampuan yang di ajarkan oleh bu Siti, guru seks ku untuk memuaskan wanita.

Kak Ranty sampai terheran-heran dengan kemampuanku itu, namun aku hanya timpali dengan candaan dan beralasan kalau aku baca dari artikel di internet.

Setelah pertempuran penuh birahi malam itu, aku masih berbaring di atas ranjang hotel dengan kak Ranty yang berada di pelukanku.

"Ran!" panggilnya.

"Iya kak?"

"Kamu yakin mau nikahin kakak?" ujar kak Ranty mempertanyakan lagi tentang keseriusanku.

"Kenapa kakak ngomong kaya gitu?"

"Kakak takut aja kamu berubah pikiran, kakak udah kasih semua hati kakak buat kamu, kalo kamu ninggalin kakak, kakak mending mati aja."

"Jangan mikir gitu kak, kan kita masih punya orang tua."

"Kakak udah gak peduli sama papah apalagi mamah, kakak gak percaya lagi sama siapapun di dunia ini kecuali kamu" ucap kak Ranty sambil memukul ranjang tempat kami rebahan.

Kak Ranty kemudian menatap mataku.

"Kenapa kamu gak jawab pertanyaan kakak, apa kamu udah berubah pikiran? apa kamu udah gak cinta lagi sama kakak?" sergahnya lagi dengan nada tinggi.

Aku membalas tatapannya lalu memegang dagunya dengan jariku.

"Perasaan Randy sama kakak gak akan pernah berubah, Randy janji kalo Randy udah sukses nanti Randy bakalan nikahin kakak," balasku kemudian mencium bibirnya.

_______________________

Rosmala (Ibuku)

Tidak banyak yang bisa aku ceritakan bersama ibuku. Dia hanya datang kepadaku ketika dia membutuhkan, dan setelah dia merasa puas dia berlagak seperti tidak terjadi apa-apa.

Mungkin itu juga untuk meminimalisasi resiko hubungan incest kami ketahuan oleh orang lain, terutama ayahku.

Jadi ibuku hanya datang pada tengah malam setelah dia melakukan hubungan seks dengan ayahku dan menyelesaikannya denganku.

"Ran, kamu udah yakin mau pergi ke Bandung? gak minat lanjutin ke kuliah kaya kakakmu?" tanya ibuku.

"Yakin lah mah, lagian mau kuliah juga gak ada biaya, kalo kak Ranty kan dapet beasiswa," jawabku menjelaskan.

"Berarti nanti kamu ninggalin mamah dong."

Raut wajahnya penuh kecewa.

"Emangnya kenapa mah?" tanyaku memancingnya.

"Gak papa sih, mamah nanti jadi kesepian loh."

Aku menghembuskan nafas panjang.

"Mamah kan bisa cari brondong lain," ucapku dengan santai.

Ibuku tampak mengernyitkan dahinya.

"Kamu ini ngomong apa Ran, jangan bahas masalah yang udah-udah," sergah ibuku.

Aku kemudian bangkit dari dudukku.

"Udah ah mah, Randy mau mandi dulu, gerah," pungkasku lalu pergi ke kamar mandi.

Di dalam kamar mandi aku melepaskan pakaianku satu per satu lalu membasuh tubuhku dengan air.

Beberapa saat kemudian tiba-tiba ada yang mengetuk pintu.

Tok...tok...tok...

"Siapa?" tanyaku dari dalam kamar mandi.

"Mamah Ran! bukain cepetan mamah mau pipis udah gak tahan!" perintah ibuku keras.

Aku kemudian membukakan pintu itu lalu ibuku masuk dengan buru-buru. Di dalam ibuku langsung mengangkat dasternya lalu jongkok dan...

Currrrr.....

Air seni keluar dari kemaluan ibuku sangat deras. Tanpa memperdulikannya aku kembali mengguyur tubuhku yang masih tersisa sabun.

Ibuku dari terus memandangi tubuh telanjangku dari bawah. Matanya kentara sekali melihat kontolku yang lemas namun menggantung panjang ke bawah.

Aku cuek dan pura-pura tak sadar atas apa yang dilakukan oleh ibuku. Setelah selesai ibuku meminta gayung yang aku gunakan untuk cebok dan menyiram pipisnya.

"Ran, pinjem gayungnya bentar buat nyiram pipis mamah," pinta ibuku.

Aku tak memberikannya melainkan mendekati ibuku dengan gayung yang terisi air.

"Sini, Randy yang cebokin."

Aku lalu membungkuk dan menyirami kemaluan ibuku beberapa kali sambil mengusap-usap bibir vaginanya.

Ibuku diam serta matanya merem melek merasakan tanganku yang sedang mencebokinya. Tangan ibuku memegang lenganku dan sedikit meremasnya.

Setelah selesai aku tarik semua tanganku.

"Udah mah," ucapku sembari kembali mandi.

Ibuku lalu berdiri dan menurunkan dasternya. Lalu beranjak dari kloset menuju ke pintu.

Namun beberapa saat aku tidak kunjung mendengar suara pintu dibuka, lalu tiba-tiba...

Deggg...

Aku melihat dua buah tangan melingkar di dadaku. Ibuku memelukku dari belakang, badannya ia tempelkan di badanku sehingga membuat dasternya menjadi basah.

"Ran, jangan tinggalin mamah!" pintanya sembari membenamkan wajahnya di punggungku.

Aku kemudian membalikkan badanku. Aku tatap matanya, ku pegang kedua pipi ibuku. Aku tak menjawab permintaannya karena keputusanku sudah bulat.

Lalu perlahan wajahku mendekati wajah ibuku dan...

Cuppp....

Aku mencium bibir ibuku penuh nafsu. Ibuku membalasnya dengan bergairah pula.

Sejenak aku membalikkan tubuh kami sehingga kini dia yang berada di pinggir bak mandi.

Tanpa menunggu waktu lama langsung ku angkat dasternya hingga vagina ibuku menampakkan diri lalu ku bopong ibuku untuk duduk di tepi bak mandi.

Kedua tangan ibuku ia letakkan di bahuku. Lalu aku langsung mengarahkan kontolku ke memeknya dan...

Blesss...

"Ouhhh...Rhann...genjottt...Rhann...mamahh...udahh..***k...tahannn...!!!" ujarnya.

Aku kemudian langsung memompanya.

Plokkk...plokkk...plokkk...plokkk...

"Ahhh...Rhann...khalloo...khamuuu...perghiii...siaphaa...yanggg...muashinnn...mamahhh...Rhann...ouhhh...!!!" desah ibuku di sela-sela pompaanku di vaginanya.

Kaki ibuku melingkar di pinggangku. Aku merasakan kalau ibuku sudah hampir mencapai klimaks.

Maka ku percepat pompaan kontolku di memeknya. Saat kontraksi vagina ibuku menguat tanda detik-detik menjelang orgasme, tiba-tiba...

Tokkk...tokkk...tokkk...

Seseorang mengetuk pintu kamar mandi. Aku reflek langsung membenamkan kontolku dan menahannya agar tidak bergerak, lalu aku bungkam mulut ibuku dengan tangan kiri agar tidak menimbulkan suara.

Matanya tampak terbelalak dan badannya menegang, kaki ibuku kelojotan dengan tumit yang ia luruskan mirip seperti orang berjinjit.

"Siapa di dalem?" tanya ayahku dari balik pintu.

Deggg...

"Gawat!" batinku panik.

"Ee....iya ada apa pah?" tanyaku dengan nada gugup.

"Cepetan papah udah mules nih," ayahku kembali menggedor-gedor pintu.

"Aa...aduh pah, Randy lupa bawa anduk nih pah, bisa tolong ambilin bentar pah, di jemuran belakang!" pintaku berbohong padanya.

Padahal aku sudah membawa handukku di dalam kamar mandi.

"Alah kamu ini gimana sih Ran, mandi aja lupa bawa anduk, ya udah papah ambilin dulu."

Ayahku lalu pergi berlari untuk mengambilkanku handuk. Tak membuang kesempatan aku langsung menurunkan ibuku yang sedang kentang itu, lalu buru-buru keluar sebelum ayahku kembali.

Saat ibuku sudah keluar aku tutup pintunya kembali. Kemudian ayahku datang.

"Yang ini bukan Ran!" ujar ayahku dari luar.

Aku lalu membuka pintu sedikit dan mengeluarkan kelapaku.

Ternyata yang diambil milik kak Ranty, namun aku iyakan saja lalu mengambilnya dan masuk kembali.

Aku balutkan handukku di dalam handuk kak Ranty agar tidak dicurigai.

_______________________

Ririn

Dia lulus dengan peringkat 3 terbaik paralel. Itu adalah pencapaian yang luar biasa.

"Randy! gue dapet beasiswa buat lanjutin kuliah S-1 jurusan kedokteran!" serunya dari kejauhan lalu menghampiriku.

Aku ikut berbahagia untuknya. Mungkin itu memang sudah menjadi jalan Ririn untuk meraih cita-citanya.

"Wah, selamat ya Rin! gue ikut seneng dengernya, lu liat kan, sekarang cita-cita lu bukan omong kosong belaka, itu udah di depan mata lu, terus berjuang dan jangan pernah menyerah!" pungkasku sambil mengacak-acak rambutnya.

Ririn tersenyum lalu mengangguk.

"Makasih ya Ran, udah bantu gue numbuhin rasa percaya diri, mulai sekarang gue harus mandiri, gue harus lawan orang-orang yang ngebuli gue."

Aku mengacungkan jari jempolku.

"Bagus, tunjukin sama orang-orang yang pernah ngebuli lu kalu lu bisa lebih baik dari mereka, balas dendam sama mereka tapi dengan cara yang benar."

"Caranya?" tanya Ririn penasaran.

Aku lalu mendekatkan bibirku ke telinganya.

"Balas dendamlah dengan menjadi sukses!"

Ririn mengangguk penuh semangat.

_______________________

Siti (ibu dari Ririn)

Saya nikahkan engkau ananda Randy Aditya Wibowo bin Akbar Solikin dengan Siti Alawiah binti Komaryatun dengan mas kawin uang sebesar seratus ribu rupiah dibayar tunai.

Saya terima nikahnya Siti Alawiah binti Komaryatun dengan mas kawin uang sebesar seratus ribu rupiah dibayar tunai.

Sah!

Akhirnya bu Siti sah menjadi istriku meski hanya berstatus siri.

Bu Siti lalu mencium tanganku dan kita berdoa bersama tanpa adanya sanak keluarga yang datang.

Bu Siti memang memintaku untuk menikahinya hanya agar dia merasa memiliki suami ketika anaknya lahir.

Dia bahkan tahu kalau aku akan pergi merantau dari Jakarta dan dia tidak mempermasalahkannya sama sekali.

Yah, kapan-kapan kalau ada waktu aku akan mengunjunginya.

_______________________

LISA

Setelah kejadian di gunung kami menjadi jarang bertemu. Mungkin Lisa sibuk dengan urusan pribadinya.

Sampai suatu saat dia menelfonku dengan nomor baru karena hpnya yang dulu hilang tenggelam di danau.

"Halo?" sapaku kepada orang seberang telefon.

"Halo Ran?"

"Lisa?" Suaranya sangat familiar.

"Iya, hehe..."

"Kok tau nomer hp gue, kan hp lu ilang."

"Gue inget dong!"

"Oke lah, kenapa? kok tumben nelfon."

"Gini Ran, gue mau ketemu bisa gak?"

"Boleh deh, ketemu dimana?

"Di kafe Rainbow, besok jam 9 malem."

"Malem amat," ujarku kepadanya.

"Gue bisanya jam segitu."

"Oke deh."

"Udah dulu ya, bye."

"Bye."

Aku pun menutup telefon. Aneh memang, kami sudah lebih dari dua minggu tidak bertemu. Tapi hari ini tiba-tiba dia mengajakku untuk bertemu.

Besoknya pada malam hari aku datang sesuai janji. Di sana aku duduk di salah satu meja. Aku pun menghubunginya.

Saat nada terhubung mulai terdengar tiba-tiba..

"Ran!" panggil seseorang.

Aku pun menoleh ke sumber suara.

"Lisa!"

Aku sempat terkejut melihatnya mengenakan pakaian waiters.

Lisa tersenyum lalu duduk di hadapanku.

"Lu kerja di sini?" tanyaku kepadanya.

Dia hanya mengangguk.

"Oh, sip lah," jawabku sambil mengacungkan jempol.

"Sementara sih, daripada di rumah gabut, hehehe..."

"Iya gue juga gabut di rumah, hahaha..."

"Eh, lu udah ada rencana mau kemana?"

"Gue mau ke Bandung, mau ikut seleksi pelatnas."

"What?" Lisa sedikit terkejut.

"Lu tau pemain yang namanya Justin yang ikut POM dulu?"

Lisa mengernyitkan dahinya tampak sedang mengingat-ingat.

"Iya inget!"

"Nah dia itu pemain pelatnas, dia yang ngajakin gue buat ikut seleksi," pungkasku menjelaskan.

"Oh gitu, selamat deh, berarti berkat gue, lu jadi punya masa depan ya hahaha..."

"Hehehe,, bener juga sih, mungkin emang udah jalannya."

"Kapan lu berangkat ke Bandungnya?"

"Habis terima ijasah gue langsung berangkat, doain gue biar bisa lolos seleksi ya."

"Siiippp!" Lisa mengacungkan jaru jempolnya.

Lisa kemudian mengambil sesuatu dari saku bajunya.

"Ran, gue mau kasih sesuatu," ucapnya sambil menunjukkan sebuah liontin berbentuk hati yang bisa dipisahkan.

Ada inisial L dan R di sana. Aku kemudian memegangnya.

"L ini buat Left, R ini buat Right?" ucapku dengan polos.

Lisa lalu menabok lenganku.

"Bego ihh, itu tuh inisial nama, L buat gue (Lisa) dan R buat lu (Randy)," balasnya menjelaskan.

Aku hanya tertawa cengengesan. Kemudian aku pisahkan liontin hati itu hingga menjadi setengah hati. Lalu ku berikan hati berinisial R kepadanya dan L untuk diriku sendiri.

"Semoga dengan ini kita, persahabatan kita gak akan pernah lekang oleh waktu," ujar Lisa dengan penuh senyuman.

"Gue gak akan pernah lupa sama lu, selamanya,"

Kami pun mengaitkan kedua kelingking kami.

Kita memang saling mencintai, tapi kata orang cinta tidak harus memiliki, benar begitu bukan?

Epilog End
 
Akhirnya dengan ini saya sahkan menjadi prefix Cerbung - Tamat

Terima kasih atas partisipasi para suhu yang telah memberikan masukan pada cerita pertama saya. 🙏

Mohon maaf apabila terdapat banyak kesalahan ketik yang membuat kenyamanan membaca menjadi berkurang.

Follow saya biar tau kalo ada cerita baru release, wkwkwk...ngarep 😋

Sekian dan terima kasih.
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd