Dalam diam dan bimbangnya Winda memilih menyerah pasrah. Mengalah pada kehendak Johan.. takluk pada tuntutan nafsunya sekaligus menepis rasa kuatirnya terhadap batang kejantanan Johan yang persis seperti yang pernah dilihatnya dalam film film semasa bersama gengnya saat kuliah dulu. Yang tersisa hanyalah keinginan untuk menuntaskan semua yang telah mereka mulai...
==========
Dalam gerakan lambat ku lihat wanita muda ini menarik kedua telapak tangannya dari pertemuan pahanya dan beralih mencekal pinggangku dengan kedua tangannya.., mencengkramkan jarinya disana....! Hmmm
. Sepertinya dia setuju ataupun menginginkannya juga
Aku kembali berlutut di hadapan pinggulnya yang terbentang telanjang...! Ku buka kedua paha lenjangnya lalu menekuknya disamping tubuh pemiliknya..., aku mengambil ancang-ancang memposisikan pinggul... Dari raut wajah tegangnya kurasa jantung Winda pasti tengah berdentam-dentam, berdegup keras.., menantikan saatsaat pertemuan kelamin kami ini
.
==========
Johan menempelkan lalu mengesekkan batang liatnya mengikuti alur belahannya.
==========
"...Ooughh... 'Daa" eranganku terlontar begitu saja, diiringi kejut-kejat tubuhku tak kuasa meredam nikmat yang di timbulkan gerakan pinggul uda Johan saat persentuhan perdana kelamin kami.
==========
Aku berulangkali menggerakkan pinggul supaya batangku tetap menggerus permukaan lembut basah miliknya. Berusaha menciptakan gesekan-gesekan yang menimbulkan kegelian dan gatal yang sangat pada gerbang kewanitaannya... Pastilah ada rasa lengket dan hangat pula..., sehingga Winda terlihat terlena dan larut menikmati arus menggila yang mengalir makin lancar makin besar... Sesekali aku menggerakkan ujung membola batang ini seakan 'tak sengaja' terpeleset dan menyelusupi lepitan kewanitaan wanita muda ini.
==========
"...Ud
daa ndehhh....!" Aku memekik tersebut seraya menggeliatkan tubuh saat ujung membola batang kejantanan uda Johan terasa menyeruak masuk... Meskipun hanya kurang lebih dua sentimeter ke dalam liangku, namun sontak pinggulku seakan terpaku diam, menggigil menggeletar... Nikmat yang tak terkira seketika membanjiri seluruh pembuluh yang ada pada tubuhku ini....
Kini, uda Johan malah menggerakkan pinggulnya menggosok di selingi mendorong maju batangnya dengan perlahan, bergantian. Sedikit demi sedikit.., ujung membola batang miliknya itu mulai menyibakkan kelopak lepitan kewanitaanku yang telah basah, seakan melumasi dan menyediakan keleluasaan kelancaran laju masuknya...! Kini batang pejal tersebut tak lagi menggosok, justru ujung membolanya makin mendesak masuk, ...menarik lagi, lalu masuk kembali guna meretas jalan.. Terus menyesaki..! menyeruak makin dalam lagi...! Aku telah tak mampu lagi menghindar ataupun mencegah masuknya... Aku merasakan kulit yang bergesekan ketat di bawah sana saat diriku serasa mulai dirajam, terpanggang...!
"...
Oughh......!" Aku melenguh, merasakan tubuhku ini seakan terbelah mulai dari pangkal pahaku. Kedua pahaku terasa menggeletar, entah rasa sakit atau rasa nikmat yang tak terperi yang tengah merajam pertemuan pahaku ini, aku tak paham...
Secara bertahap batang milik uda Johan itu terus masuk ke dalam tubuhku, di lumasi oleh kebasahan yang terbit dari sana.
==========
Wàlaupun telah terlambat, Winda segera tersadar dari keterlenaannya karena terasa sempit-sesak..., penuh sekali sekaligus rasa nyilu terbit dari kewanitaannya....!.
Seketika kedua tangannya bergerak sigap menahan gerakan pinggul Johan, meskipun kini Winda tahu bahwa seperempat panjang batang kokoh milik Johan itu kini telah menjejal ke dalam dirinya...!.
Kembali Johan bergerak mendesakkan pinggulnya dengan gigih berusaha mendorong agar masuk makin dalam lagi...
==========
Aku melepaskan genggaman tanganku pada bagian belakang lutut kedua kaki Winda, dan meletakkan kaki tersebut di atas kasur. Aku beralih meraih bukit padat yang membusung di dadanya... Memilin dan meremasnya... Namun kedua tangan wanita bertubuh padat ini tak jua bergeming dari pinggulku... tetap bertahan, bersiaga penuh untuk segera menolakan pinggangku apabila terasa sakit dan nyeri sekaligus mencegah batang pejalku masuk lebih dalam lagi...
Aku menjangkau bantal yang tergeletak tak jauh dari tubuh kami tanpa melepaskan tautan kami di bawah. Ku raih dan kuangkat pinggul padat Winda guna menempatkan bantal itu di bawahnya..., Ku lihat dari wajahnya ekpresi nyaman telah muncul. Ku rasa pinggang dan pinggulnya yang tersangga bantal menjadi lebih rileks dan rasa sakit nyilunya sejenak mereda.
Entah kenapa kemudian Winda menarik kedua tangannya dan beralih mencengkeram sprey, mungkin merasa tak perlu lagi mempertahankan kedua tangannya di pinggulku... Aku bergerak kembali.
==========
Winda menundukkan wajahnya, melirik ke arah pertemuan pahanya, demi memuaskan rasa ingin tahu yang besar atas apa yang tengah terjadi di bawah sana yang sedemikian hebat rasanya. Dengan kelopak mata yang disipitkan Winda menyaksikan betapa batang berotot lelaki tersebut kembali bergerak dan melesak..! Berusaha dengan gigih membenam masuk mili demi mili
Merasa tak ada gunanya lagi mencegah lajunya, entah karena Johan telah berhasil membobol pertahanan kehormatannya ataupun demi memuaskan kepenasarannya Winda menggigit bibirnya, memilih membiarkan saja. Karena kini batang tegar lelaki tersebut telah berhasil memasuki dirinya. Disamping rasa geli gatal, timbul pula penasaran terhadap rasa yang akan timbul nanti saat batang kokoh luarbiasa tersebut terbenam keseluruhannya.
==========
Namun, saat batang pejal itu hampir masuk semuanya, kira kira tinggal seperempat panjang lagi, Aku merasa tersengat, merasakan otot-otot lingkar di dalam milikku berdetus laksana cincin karet yang diregangkan paksa sehingga sengatan ngilu terbit kembali
Seketika aku kembali berusaha menahan laju gerakan maju pinggul uda Johan dengan kedua tanganku. Namun uda Johan juga tak berhenti menyerah begitu saja dan tetap gigih mendorong
Aku juga bersikeras menahan dengan kedua tangan. Alhasil posisinya tetap tak berubah.
"...
Ondeh Daa
alah ma (...duh bang sudah cukuplah)
.?" Aku mengeluh lirih memohon kepada uda Johan untuk tidak meneruskan gerakannya lebih lanjut. Aku mendongakkan wajah menatap silih berganti pada wajahnya dan pada pertemuan pahaku. Berharap cemas agar uda Johan berhenti.
"...Ndak ka lamo lai diek Win (ga akan lama lagi dik)..," ucap uda Johan sambil tetap bergerak mendorong. Aku meringis dan mengernyitkan kening...! Aku tidak memperdulikan dan tak mau terpengaruhi oleh ucapannya dan bertahan dengan tanganku karena rasa ngilu dan nyeri tengah merajam pertemuan pahaku ini...
Lalu uda Johan bergerak merubah posisi tubuhnya, yang tadinya posisi seolah push-up, kini beralih menindih dan merapatkan tubuhnya diatas tubuhku. Sebelah lengannya merangkul kebelakang punggungku.
Diremasnya kembali dada membusungku dan tak ketinggalan pula melumat-kulum bibirku dengan gemas dan bernafsu sekali... Hmm kurasa uda Johan mencoba beralih pikirku. Aku menyambut dan mengimbangi kuluman tersebut dengan sukacita. Kedua lidah kami saling pilin.. saling hisap dengan lincah.
Aku mengira uda Johan merasa telah cukup dengan kondisi yang tercapai seperti saat ini. Kemudian aku menggerakkan tanganku untuk merangkul ke belakang punggungnya setelah menarik peganganku dari pinggulnya.
Aku kembali dibuai dan hanyut dalam deraan nikmat yang membuatku lengah, terlena dari rasa ngilu dan nyeri sehingga tak ingat lagi untuk menahan pinggul uda Johan.
==========
Johan menarik pinggulnya, lalu kembali menurunkan pinggulnya perlahan sebatas jarak yang telah tercipta. Awalnya sedikit seret... Berulang-ulang gerakan tersebut di lakukan Johan.., makin lama makin lancar...!
"...Ouwhhhh
Da" Erang Winda saat Johan mendorong batang tegarnya lebih dalam. Serasa bunyi krek dirasakan kembali oleh Winda sewaktu sebuah otot lingkar di dalam liangnya berderik seakan di regang paksa oleh desakan batang Johan. Sontak kedua tangannya beralih kembali kepada pinggang Johan. Kukunya mencengkeram lelaki itu...!
Johanpun berhenti sejenak... Winda menatap wajah gagah lelaki berkumis ini dengan harap haru cemas yang bercampur baur dengan penasaran.
==========
'Ondeh baiko bana rasonyo 'da' batinku. Uda Johan kembali bergerak...
==========
"...Udaaa
Ohhhh!" Pekik wanita sintal ini membahana saat merasakan sebuah otot lingkar di dalam liang kewanitaannya kembali berderik.., teregangkan...! Tubuhnya berkelejat... menggigil...! Kelopak bibirnya kini terbuka dengan lidah mengambang diantaranya. Matanya melotot tajam merefleksikan segenap rasa yang bercampur. Sebuah proses penggenapan penyatuan kedua kehendak birahi kami kini tengah kulakukan kepadanya...
Batangku kini semakin dalam terbenam. Aku menarik pinggulku kemudian menurunkannya kembali sebatas jarak yang telah tercipta tadi. Berulang-ulang... Semakin berulang semakin lancar disebabkan adanya kebasahan yang timbul melumasi persinggungan kulitnya. Aku bergerak berbeda dengan tibatiba. Pinggulku kugoyang kekiri dan kekanan beberapa kali, kemudian ku tarik keatas dengan pelan lalu turun menekan... mendorong... dan mendesak... menghenyak dengan kuat....!
==========
"...
Auwkkhhs, ondeh Daaaaa
!", Aku melolong. Suaraku terdengar laksana tercekat di kerongkongan dengan bibir yang terbuka. Aku merasa seakan tak sanggup menerima ini. Seketika itu pula aku gigit pundak lelaki gagah ini melampiaskan rasaku seiring rasa sakit yang datang menyengat... saat detusan beberapa otot lingkar halus terakhir di dalam sana teregangkan paksa...
=============
"...Arrgh..." geramku merasakan betapa ketatnya milik Winda.
=============
Kini seluruh batang pejal milik uda Johan amblas tuntas ke dalam diriku, terbenam seutuhnya hingga menumbuk dasar kewanitaanku..!. Aku mendelikkan kedua bola mataku hingga hanya bagian putihnya saja yang terlihat dalam tatapan mata uda Johan. Kemudian aku terpejam menikmati sensasi luarbiasa yang saat ini. Aku melentingkan tubuh menikmati... kemudian menggeliat kekiri ke kanan seraya mengeluh pendek-pendek...! Rasa sakit dan nikmat berkesangatan secara bersamaan kini tengah merajam pertemuan pahaku...!
Aku merasakan pangkal paha kami telah rapat saling bertaut. Kini keseluruhan panjang lantang batang berotot milik uda Johan yang berada di dalam diriku tidak menyisakan jarak kedua tubuh kami lagi.., panas berdenyut menimbulkan lecutan-lecutan nikmat di sepanjang dinding-dinding lembut kewanitaanku... Tuntas pula proses awal dari tahapan persetubuhan ini....
==========
Johan berdiam sejenak., memberikan waktu untuk membiasakan keberadaan perdana kejantanannya bagi tubuh sintal itu. Winda merasa nafasnya berat tersengal-sengal.., seolah batang pejal itu menyesak menyodok hingga ke ulu hati.
============
Lamat-lamat aku membuka kedua kelopak mata, menatap lekat-lekat bergantian pada kedua bola mata uda Johan. Ada ragu haru bercampur padu ingin kuungkapkan dengan segenap perasaa kepada uda Johan. Makin timbul kagumku yang sangat terhadap uda Johan. Kagum atas cara lelaki gagah ini memandu diriku menapaki setiap tahapan persetubuhan ini, amat sabar membimbing.., menggiring dengan perlahan.., kemudian menyempurnakannya dalam satu gerakan pamungkas yang cepat, kuat dan bertenaga, memaksa..., tak tergesa-gesa, pengertian sekali namun tuntas... menegaskan uda Johanlah sebagai lelaki defacto atas diriku saat ini. Sebuah proses yang tadinya ku perkirakan akan menyakiti namun ternyata amatlah mengesankan bagiku... sehingga mampu membuat sisi wanitaku terlena dan berserah diri kepada uda Johan pejantanku ini....
Aku meraih wajah uda Johan dengan kedua telapak tangan, menariknya lebih dekat dan dengan cepat menjatuhkan ciuman yang bertubi-tubi pada bibir, wajah dan pipi lelaki gagah ini...
"...
Ondeh daa
, ba iyo-an bana mah
(duuh abang bukan main)
" Aku berbisik lirih mengungkapkan segenap rasa membuncah di dadaku sambil mengecup cuping telinganya. Sungguh aku memuja lelaki gagah ini atas caranya mengkongkritkan ikatan badani ini. Sangat berbeda namun sangat membahagiakanku. Sepertinya aku takkan mampu menyesali apa yang terjadi.
Aku merangkul leher uda Johan dengan erat. Mengungkapkan rasa kagum dan apresiasiku atas tahapan penyempurnaan yang di lakukannya. Amat dramatis dan sangat berkesan...
"...Indak sakik kan diek Win (Tidak sakit kan dik Win)?", Tanya uda Johan menyunggingkan senyum. Aku tak menjawab, hanya memiringkan wajahnya ke samping, terbit rasa maluku dipandangi uda Johan seperti itu.
==========
Aku kembali meraih wajahnya dan menciumi Winda, wanita sintal di bawahku ini. Terkadang aku menggigit gemas bukit padat membusung di dadanya yang telah memerah.
Kini aku mulai bergerak.., menarik pinggulku perlahan-lahan hingga batang pejalku yang kokoh tertarik keluar sedikit demi sedikit.., perlahan sekali... Terlihat dia mengernyit. Ku kira sepertinya masih terasa ngilu sekaligus geli bagi Winda...!
"...Ough... "lenguh Winda sambil menggeliatkan tubuh.
Kembali aku mendorong masuk.., bergerak pelan. Aku merasa batangku seakan terjepit dalam liang yang sempit, namun nikmat... Berulang-ulang aku melakukan gerakan ini. Beberapa saat kemudian.., aku bergerak lebih cepat menaik-turunkan pinggul menghujamkan batangku. Kini gerakan keluar masuk batangku pada liangnya makin lancar membuat seluruh tubuh Winda turut berguncang guncang karena gerakanku menghujaminya...
==========
Johan kembali berlutut. Kini tangan Winda telah lepas dari punggung dan kini hanya mencengkeram kain selimut.., dengan kelopak mata tetap memejam.. Ya.., Winda ingat, dan merasa malu saat itu karena terdengar kecipak kecipuk suara akibat benturan pangkal paha mereka..,
============
"...Oughhh....!" Aku mengerang berulangulang.
==========
Aku merasakan tubuh Winda ini tak bisa diam. Pinggulnya bergerak gelisah mendesak keatas seirama mengimbangi gerakan tubuhku, naluriah sekali,....! Menyambut setiap hujaman batangku pada liangnya seakan menyempurnakan rasa nikmat yang kini menggempur dirinya saat tumburan ini terjadi... Kadang pinggul padatnya bergerak berotasi laksana kincir seakan-akan mencoba memilin milikku yang berada di dalamnya... Pastinya Winda mulai merasakan sebuah gelombang sedikit demi sedikit mulai menyesakinya dengan perlahan, bersiap untuk meledak dari dalam tubuhnya
==========
"...
Ouugghh... Ah 'da..'uda..!" Tiba tiba aku merasa pandanganku menjadi gelap.., Aku mengejang dan pinggulku tersentak-sentak ritmis dengan punggung yang melenting keatas seakan semuanya adalah sebuah sistem otomatis yang tak dapat dikendalikan oleh otakku...
==========
"...Udaaaaa
Hegh...!" Pekik Winda lenyap saat aku menyaksikan dia menggigit bibir bawah seraya menjepitkan kedua kaki ke belakang pinggangku bak tang raksasa. Kurasa gelombang klimaks kali ini datang lebih dahsyat menggulungnya... melambungkannya ke awang awang. Tubuh sintalnya tersentak-sentak dalam setiap kejut-kejut klimaks. Otot peristaltik di dalam liangnya terasa berdenyut-denyut liar seakan memeras dan mencekal gerakan batang liat milikku...!
==========