Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

[nabirongx] Kisah Winda 1

Bimabet
Di lanjut uda... Grp mluncur :D
 
Tak lama berselang Johan kembali dengan sebotol air putih beserta 2 gelas beling. Menuangkan air putih tersebut dan memberikannya segelas kepada Winda. Winda menerima dan langsung meneguk air tersebut. Begitu juga Johan. Tubuh yang tadi menghangat dan berkeringat oleh percumbuan mereka membutuhkan penawar menyegarkan...

Lalu Johan bangkit, bergerak melangkah menuju pintu, menutup dan sekaligus menguncinya dari dalam... kemudian menghampiri Winda yang masih duduk dan menggamitnya untuk berdiri. Winda menurut, seakan menjadi manusia idiot yang tak punya kuasa mengendalikan dirinya. Baik menghindar ataupun menolak saat di tuntun lelaki gagah tersebut melangkah beriringan menuju kamar tidurnya sendiri.

Sesampainya didalam kamar, Winda dituntun untuk duduk pada pinggiran ranjang besi bermodel antik yang berlapiskan sprei putih..., Lalu Johan beranjak menutup pintu kamar dan menghidupkan lampu tidur yang bersinar temaram. Dalam posisi berdirinya, Johan melucuti kaos putih berlengannya hingga hanya menyisakan celana pendek saja....

==========​

Aku menghampiri wanita muda ini..., menggamit dagu lancipnya dengan tangan kananku seraya menjatuhkan kecupan pada bibir tipisnya. Kecupan itu dengan cepat ku rubah menjadi lumatan dan kuluman yang intens bergairah... Aku hisap-hisap kelopak bibirnya sehingga membuatnya seakan hampir kehabisan napas dan mau tak mau bereaksi mengimbangi, karena lidahku kini juga telah menyelusuri bagian dalam mulutnya.., Aku berhenti..., memberikan waktu baginya guna mengatur napasnya yang tersengal sengal.

Kemudian, jemariku meraih kancing kemeja tidur wanita berkulit putih ini. Menjentikkan kaitannya dengan perlahan satu demi satu. Tangan Winda menggenggam pergelanganku berusaha mencegah. Namun aku tak mengindahkannya dan tetap melanjutkan tindakanku tanpa merasa itu sebuah gangguan. Setelah kancing tersebut lepas semuanya, aku menyibakkan kemeja tidur tersebut dari bahu hingga bahan tersebut meluncur turun... lepas dari tubuh molek pemakainya.. dan tergolek di lantai. Praktis dari pinggang ke atas tubuh mulusnya telah terbuka telanjang...! hanya menyisakan sebuah kalung yang biasa dipakainya dan dua cup membungkus bongkahan padat yang membusung di dadanya... Kulit bahu dan dadanya yang putih terlihat berkilau karena keringat yang mulai terbit… Hmm.. bersih dan mulus….​

==========​

Johan mulai mengecupi bahu telanjang wanita berkulit putih itu.

==========​

”…"...Uuhh......!"” Aku mengeluh, namun tetap duduk diam di pinggir ranjang dengan tangan yang terpaku pada pinggiran ranjang... Bingung, ragu, geli dan gelisah..., dan berbagai macam rasa disertai lecutan-lecutan gairah yang datang silih bergantian menderaku melalui ciuman ini. Ciuman uda Johan merayapi leher jenjangku, terus meluncur ke bawah menyusuri belikat hingga menemukan lembah di antara bukit dadaku yang telah mengkilat berkeringat.

Lalu tangan uda Johan merayap ke belakang, ke punggungku.., meraih kait pengikat benda pembungkus dadaku ini. Satu jentikan kecil jarinya menyebabkan kait benda ini lepas dan meluncur turun perlahan meninggalkan tubuhku, tergolek menemani kemeja tidur yang telah lebih dulu berada disana. Aku merasa jengah dan berusaha memiringkan tubuh agar tak terekspos frontal di hadapan lelaki gagah ini... Namun kedua tangannya yang berada di balik lengkung punggungku menghentikan gerakanku ini...

Wajah lelaki gagah ini mendekati dadaku. Lidahnya menyambangi bukit padat di dadaku dan mulai menjilati permukaan licinnya. Bergantian bagian yang kiri dan kanan tak terhentikan lagi olehku..., dan akhirnya bibir berkumis nya berlabuh pada puncak bukit padatku. Sontak kepalaku terlontar rebah kebelakang...!

"....”…Ahh....udaa..!”" erangku memanggil dirinya spontan terlontar begitu saja dari bibirku tatkala uda Johan menghisap dan mengulum disana dengan intensnya... Kadang ia menggigit kecil... Aku merasakan geli-nikmat yang tengah melecut gairah ini melambung makin tinggi... Tubuhku terasa menghangat dan mulai berkeringat. Tubuhku mulai menggeliat-geliat dalam dekapan uda Johan, merefleksikan letupan birahi yang melandaku tak dapat di bendung lagi, mendera segenap penjuru tubuh ini...

Tubuhku melunglai dan seiring dengan itu uda Johan merebahkan dan membaringkan tubuh ini perlahan diatas ranjang bersprei putih. Sedangkan kedua kakiku masih terjuntai menjejak lantai.

Aku terbaring di ranjangku sendiri..., dengan peluh yang memercik dari setiap pori-pori, tersengal-sengal dalam gemuruh rindu yang menderu, seakan mempersiapkan diriku untuk turut menggiring nafsu...!

Uda Johan merebahkan dirinya diatas tubuhku, diantara kedua kakiku yang terbalut celana tidur yang tanpa ku perintah membuka diri memberi ruang seiring gerakan turun tubuh tegapnya mendekapku. Sebentuk batang yang mulai mengeras terasa diatas permukaan perutku.

Kembali bibir dan lidah lelaki ini mencumbui bukit padatku yang makin mengeras di sulut nafsu... Tak ketinggalan wajah..., bibir..., dan leher jenjangku mendapat kecupan..., lumatan yang bertubi-tubi... Terkadang kedua tangan uda Johan menggantikan aksi bibirnya pada dadaku.

”…"...Ouhhh......Ugh..!”" Aku semakin sering terdengar melenguh. Lenguhan yang terlontar dalam interval pendek-pendek. Rasa nikmat yang timbul oleh perlakuan uda Johan terhadap tubuhku melambungkan nafsu ini pada titik yang takkan mungkin lagi surut... Aku hanya mampu merangkul dan mencengkeramkan kedua telapak tangan pada bahu berkeringat lelaki gagah ini... Ku rasakan betapa tubuhku telah basah disana sini..., termasuk pada kewanitaanku yang mulai berdenyut liar seakan ingin mendapatkan lebih lagi dari yang tengah ku alami saat ini...

Uda Johan bergerak lagi.. Tubuhku yang telah telanjang hingga pinggang ini di dekapnya... menggusurnya keatas hingga kedua kakiku yang tadinya terjuntai kini terhampar sempurna di atas ranjang bersprei putih ini.

Setelah dia turut berbaring pada sisi kiriku, telapak tangan kiri uda Johan meluncur ke bawah, menyambangi karet pinggang celana tidurku. Mencoba menariknya. Aku terkejut dan tersadar dari keterlenaan..! Seketika timbul keinginanku untuk berusaha mencegah.., namun reaksiku telah terlambat.. Pinggang celana tidurku telah turun hingga lutut... dan terus digusur lepas hingga hanya menyisakan sehelai kain tipis berbentuk segitiga putih yang telah basah menutupi pertemuan pahaku ini. Bulu romaku berdiri di dera nafsu yang berkesangatan..., Aku terpana entah terpesona atas setiap tindakan uda Johan yang perlahan namun pasti secara bertahap mampu menggiring diriku terhanyut, seolah-olah diriku membiarkan dan menyetujui semuanya ini, seperti yang tengah kualami saat ini...

Tangan kiri uda Johan mulai meraba bagian kewanitaan ku yang masih terbalut dengan jemarinya..., menekan belahan lepitan yang basah disana diatas bahan pembungkusnya... Walaupun kedua tanganku hanya dapat mendekap kepala uda Johan, aku masih tetap berusaha merapatkan kedua batang paha. Namun tangan uda Johan bergerak ke arah lain, meraih karet kain tipis pembalut pertemuan pahaku dan menggusurnya perlahan.., dengan mudah pula kain berbentuk segitiga tersebut lolos dari tubuhku dan meninggalkan tubuh pemakainya mengikuti jejak pakaian lainnya yang telah lepas terlebih dahulu. Segalanya berjalan mudah dan lancar seakan-akan aku tak berupaya menghindari ataupun mencegah setiap tindakan uda Johan.​

==========​

Kini semuanya telah terpampang terbuka. Telanjang..! Tak secuilpun bagian tubuh mulus Winda yang masih tertutup... Dirinya terbaring telanjang dengan tubuh yang mengkilat oleh peluh disana–sini dengan napas yang tersengal-sengal memburu...! Dadanya taik turun seiring tarikan napasnya. Begitu juga puncak bukit padat dadanya terlihat makin tegak menantang, mengkilat berpeluh di timpa sinar temaram lampu kamar.

Winda merasa heran dan tak mengerti pada dirinya sendiri..., ada sebentuk dorongan kehendak yang amat kuat mengelora dari dalam tubuhnya... menghendaki penuntasan terjadi sesegera mungkin…

==========​
 
Terakhir diubah:
Kemudian aku berdiri, melepaskan celana pendek sekaligus pakaian dalam terakhir... Kini tubuhku juga telanjang. Ku perhatikan tatapan Winda menyelusuri sosokku yang berbulu lebat di bagian dada dan tangan.., terlihat raut mukanya berubah, seakan timbul sebersit rasa takut didalam dirinya yang tergolek di ranjang putih ini. Mungkin terbit perasaan cemasnya..., apalagi saat pandangannya tertumbuk pada batang kejantanan milikku ini..! Dari raut mukanya muncul kekaguman. Kurasa batinnya mengakui bahwa milik suaminya tak berarti apa-apa di bandingkan dengan milikku.

Dapat ku liat di wajahnya ada sekelumit penyesalan pada air mukanya atas kejadian yang tengah dialaminya kini. Mungkin ini adalah kejadian pertama kali dalam hidupnya... berbaring telanjang di hadapan lelaki yang bukan suaminya. Namun sepertinya gairah..., nafsu..., dan bermacam rasa yang tak dimengertinya telah membutakan logikanya saat ini.

Saat aku merayap naik ke atas tubuhnya. Winda tak mempunyai pilihan lain. Kedua paha lenjangnya naluriah membuka, memberikan ruang pada pinggulku tersebut untuk merapat.​

==========​

Lalu Johan mengecup bibir Winda dengan gemas, amat bernafsu. Sementara tangannya kembali singgah pada bukit padat di dada Winda. Meremasnya berkali-kali.., terkadang menggesek gemas dengan menggunakan kumisnya... Windapun terpicu untuk menimpali, menyambut bibir dan mulut lelaki itu dengan tak kalah lincahnya mengikuti dorongan kehendak birahi dari dalam dirinya...

==========​

”…"...Owhh Udaa..!"” erangku. Tubuhku menggeliat-geliat bak cacing kepanasan, tak dapat ku kendalikan lagi rasa ini... aku merasa semakin melayang melambung tinggi ke awang-awang.

Kedua tangan uda Johan tak jua berhenti meremas dan memilin bukit membusung di dadaku ini hingga kedua bukit padat ini menegang dengan putik yang mengeras, menjulang menantang tegak..., meninggalkan jejak memerah di atas permukaan licinnya. Dapat pula kurasakan betapa hangat dan tegapnya batang pejal kejantanan uda Johan... sesaat bersentuhan dengan bagian bawah pusarku.

Lalu uda Johan turun dan berlutut dan bertumpu pada kasur ranjang. Meraih kedua betis putihku yang sedari tadi telah terbuka dan mengangkat keduanya keatas. Aku mengikuti saja semua tindakannya…, karena aku tak mengerti harus bagaimana.

Kurasakan lidah uda Johan meluncur disepanjang kedua kakiku, mulai dari ujung kaki hingga ke pangkal paha bagian dalam tanpa ada yang terlewatkan sedikitpun... Lidah kasapnya terasa kasar, kesat dan basa... Aku hanya dapat memejamkan matanya menikmati gelombang geli-nikmat yang makin lama makin membuncah-buncah mengaduk-aduk perasaan ini... Aku tergolek kalah... Rasa pasrah menggiring tubuhku seakan mencandui setiap perlakuan uda Johan saat ini...

Uda Johan terus turun.., merundukkan wajahnya dan menyambangi kewanitaanku di bawah. Kepalanya masuk diantara kedua pahaku...!

"...Awwh... 'Da.." Aku melenguh keras saat merasakan lidah lelaki ini mulai menjilati sebentuk lepitan basah dibawah sana. Timbul rasa hangat dan geli yang disebabkan oleh setiap jilatan lidahnya meruyak saat lidahnya menghisap dan mengulum sebentuk tonjolan kecilku di bawah sana.

Aku tak mampu lagi berucap ataupun berkata-kata, selain hanya mendesah dan mengerang mengiringi setiap kelejat-gelinjang tubuhku... Tak pernah selama hidupku aku mendapatkan pengalaman rasa yang sedemikian hebat ini, tak pernah pula terbayangkan sebelumnya bahwa jilatan dan permainan bibir dan lidah lelaki gagah ini sangat memabukkan dan memanjakan birahiku... Aku sangat kagum kepada uda Johan. Tak sedikitpun dia memperlihatkan rasa jijik saat melakukan ini padaku..

Telapak tanganku menggerumas rambut dikepala lelaki ini dengan gemas.... untuk menemukan tempat berpegang.. Kedua kakiku berusaha kurapatkan namun terganjal oleh kepala uda Johan dan juga rasa geli yang melanda...

Lidah dan bibir kasap milik uda Johan tak lepas sedetikpun dari lepitanku di bawah sana, Aku hanya dapat menggeliat-geliatkan tubuh terkadang melenting... Rasa hangat yang terbit dari episentrumku berputar-putar mulai merambat membulak-bulak dan mengalir menyebar ke seluruh tubuhku diikuti rasa basah yang mulai mengalir menggelegak dan seakan siap untuk meledak...

"”...Aaaakhhhh.....’Daaa!"” Aku memekik lalu meregang-menggelinjang... mengejang dan tersentak-sentak dalam interval kejut pendek-pendek.!. Aku meraih klimak...! Tubuhku terasa melayang kosong seakan seringan kapas. Pinggulku berkelejat-kelejat tanpa mampu kuhentikan. Aku basah dan terkulai lemas...​

==========​

Johan berhenti lalu bangkit dan turun, melangkah menuju tempat air minum diluar kamar, dan kembali masuk dengan gelas dan botol minuman tadi. ia pun meneguknya, namun tidak menawari Winda...

Lelaki tegap itu kembali merangkak naik keatas ranjang. Membaringkan dirinya pada sisi kiri Winda yang masih terbaring lemas dan tengah menarik napas dalam-dalam, menghirup udara sebanyak-banyaknya guna meredakan gairahnya. Dirasakannya daerah kewanitaannya telah basah dan lengket tak ubah tubuhnya yang juga basah oleh peluh bercucuran pada sekujur tubuh telanjangnya dari ujung kaki, paha, perut, dada dan wajahnya.

Wajah Winda memerah muda memancarkan sumringah kepuasan, bahagia saat menyadari dirinya meraih kembali klimaks yang telah sekian lama tak di alaminya. Rasa klimaks seperti yang pernah diraihnya saat awal pernikahannya hingga menjelang bulan ke lima, saat dirinya mulai hamil...

==========​
 
Terakhir diubah:
”…"...Win, Adiek pueh.. (Win, kamu puas)?”" Aku bertanya pada Winda, berupaya memecah kebisuan diantara kami. Dia diam saja tak menjawab. Hanya tersenyum mengangguk lemah mengungkapkan rasa puas-bahagianya melalui tatapan pada bola mataku. Sinar matanya menyiratkan terimakasih sekaligus kekaguman...

Kini sepertinya Winda memahami di kedalaman mataku ada percikan kilatan birahi yang sangat membara bergelora, menyiratkan bahwa ini belumlah berakhir. Agaknya dia kini menyadari bahwa aku amat menginginkan bersetubuh bersamanya, mengarungi samudera nafsu dan menuntaskan hubungan ini dalam ikatan kelamin...

Aku kembali meremas dan memilin bukit padat dada Winda yang telah memerah disana sini. Gairahnya yang tadinya mulai surut kembali membubung dengan cepat. Aku perlakukan tubuhnya dengan lincah, ku ciptakan rangsangan-rangsangan yang dapat menaikkan kembali suhu birahinya dengan cepat...​

==========​

Johan mengulumnya bibir tipis itu... Winda yang awalnya berdiam kini terpicu menyambut dan tak sungkan lagi untuk mengimbangi. Bibir mereka saling lumat, saling kulum.., diatas ranjang besi yang berderit-derit riuh. Tangan kanan Johan menjalar turun menuju kewanitaan Winda. Jari tengahnya menyelusup masuk...! Mengorek-korek kebasahan di dalam sana sehingga pinggul Winda terlonjak–lonjak meningkahi deraan geli yang luarbiasa nikmat melandanya. Kewanitaannya kembali basah seakan mempersiapkan diri untuk permainan sesungguhnya yang akan segera di mulai...

Johan bergerak untuk berlutut, memposisikan pinggulnya diantara kedua batang paha wanita muda itu, lalu mengangkat kedua paha Winda, menggenggam dan menahan bagian belakang lututnya. Kedua tangannya membuka kedua kaki itu ke samping tubuh pemiliknya.

Winda mengatupkan kelopak mata, timbul rasa malunya menyadari apa yang akan dilakukan Johan.., sekaligus berusaha mencegah dengan merapatkan kedua pahanya sekaligus menutup pertemuan paha dengan menggunakan kedua telapak tangannya. Terbersit perasaan kuatir Winda terhadap batang kejantanan Johan yang kini telah tegak kaku tersebut dapat menyakiti dirinya, karena dilihatnya tadi betapa luarbiasanya ukuran batang pejal tersebut saat belum berada pada ketegangan penuh, apalagi kini…

==========​

"”...Apo nan diek Winda takuik-an (apa yang dik Winda kuatirkan)?"”, tanya uda Johan padaku.
"”...Itu ‘da, Winda Takuik jo punyo uda tu (itu bang Winda takut pada milik abang)”", jawabku.
"“...Diek Winda jan takuik jo punyo uda, ndak ka sakiek do (Dik Winda tak perlu takut dengan milik Abang, Tidak akan sakit ko)"”, jelasnya mencoba memberikan pengertian kepadaku.
"”...Kan Winda.., alah pernah malahiakan.. (Bukankah dik Winda pernah melahirkan)?"”, Tambah uda Johan lagi.
”"...Jadi punyo diek Winda pasti bisa (Jadi milik dek Winda pasti mampu)”", katanya lagi berusaha meyakinkanku.
"”...Winda indak malahiaan normal ‘da, Jo badah sesar, iko ado jajaknyo... (Winda ga melahirkan dengan cara normal ‘da, dengan bedah sesar, ini bekasnya)"”, terangku sambil menunjukkan bekas jahitan operasinya. Uda Johan terdiam.

Aku memahami keinginan uda Johan..., tak beda pula dengan diriku yang juga sangat merindukan persetubuhan yang sesungguhnya, namun rasa takut terbit dan meredakan keinginanku saat ini.

"”...Baiko sajolah.., baa awak cubo dulu jo gesekan, indak ka mambuek diek Winda kasakik-an mah (Begini sajalah, bagaimana kalau kita coba dengan gesekan, mudah-mudahan ga akan membuat dik Winda kesakitan)"” pungkas uda Johan.
”"...Uda bajanji ndak ka mamaso diek Winda do (Abang ga akan memaksakan pada dik Winda ko)”", Tambahnya lagi.
"”...Beko kalau taraso sakiek, doroangkan sajo badan uda (kalau nanti terasa sakit, dorong saja tubuh abang)"”, imbuhnya terdengar memohon. Aku diam, iba, ragu sekaligus penasaran bergantian saling berlomba menggayuti perasaanku ini. Namun itu tak lama berselang...​

==========​
 
Terakhir diubah:
Dalam diam dan bimbangnya Winda memilih menyerah pasrah. Mengalah pada kehendak Johan.. takluk pada tuntutan nafsunya sekaligus menepis rasa kuatirnya terhadap batang kejantanan Johan yang persis seperti yang pernah dilihatnya dalam film – film semasa bersama gengnya saat kuliah dulu. Yang tersisa hanyalah keinginan untuk menuntaskan semua yang telah mereka mulai...

==========​

Dalam gerakan lambat ku lihat wanita muda ini menarik kedua telapak tangannya dari pertemuan pahanya dan beralih mencekal pinggangku dengan kedua tangannya.., mencengkramkan jarinya disana....! Hmmm…. Sepertinya dia setuju ataupun menginginkannya juga…

Aku kembali berlutut di hadapan pinggulnya yang terbentang telanjang...! Ku buka kedua paha lenjangnya lalu menekuknya disamping tubuh pemiliknya..., aku mengambil ancang-ancang memposisikan pinggul... Dari raut wajah tegangnya kurasa jantung Winda pasti tengah berdentam-dentam, berdegup keras.., menantikan saat–saat pertemuan kelamin kami ini….​

==========​

Johan menempelkan lalu mengesekkan batang liatnya mengikuti alur belahannya.

==========​

"...Ooughh... 'Daa" eranganku terlontar begitu saja, diiringi kejut-kejat tubuhku tak kuasa meredam nikmat yang di timbulkan gerakan pinggul uda Johan saat persentuhan perdana kelamin kami.

==========​

Aku berulangkali menggerakkan pinggul supaya batangku tetap menggerus permukaan lembut basah miliknya. Berusaha menciptakan gesekan-gesekan yang menimbulkan kegelian dan gatal yang sangat pada gerbang kewanitaannya... Pastilah ada rasa lengket dan hangat pula..., sehingga Winda terlihat terlena dan larut menikmati arus menggila yang mengalir makin lancar makin besar... Sesekali aku menggerakkan ujung membola batang ini seakan 'tak sengaja' terpeleset dan menyelusupi lepitan kewanitaan wanita muda ini.​

==========​

"...Ud …daa ‘ndehhh....!" Aku memekik tersebut seraya menggeliatkan tubuh saat ujung membola batang kejantanan uda Johan terasa menyeruak masuk... Meskipun hanya kurang lebih dua sentimeter ke dalam liangku, namun sontak pinggulku seakan terpaku diam, menggigil menggeletar... Nikmat yang tak terkira seketika membanjiri seluruh pembuluh yang ada pada tubuhku ini....

Kini, uda Johan malah menggerakkan pinggulnya menggosok di selingi mendorong maju batangnya dengan perlahan, bergantian. Sedikit demi sedikit.., ujung membola batang miliknya itu mulai menyibakkan kelopak lepitan kewanitaanku yang telah basah, seakan melumasi dan menyediakan keleluasaan kelancaran laju masuknya...! Kini batang pejal tersebut tak lagi menggosok, justru ujung membolanya makin mendesak masuk, ...menarik lagi, lalu masuk kembali guna meretas jalan.. Terus menyesaki..! menyeruak makin dalam lagi...! Aku telah tak mampu lagi menghindar ataupun mencegah masuknya... Aku merasakan kulit yang bergesekan ketat di bawah sana saat diriku serasa mulai dirajam, terpanggang...!

"...”…Oughh......!”" Aku melenguh, merasakan tubuhku ini seakan terbelah mulai dari pangkal pahaku. Kedua pahaku terasa menggeletar, entah rasa sakit atau rasa nikmat yang tak terperi yang tengah merajam pertemuan pahaku ini, aku tak paham...

Secara bertahap batang milik uda Johan itu terus masuk ke dalam tubuhku, di lumasi oleh kebasahan yang terbit dari sana.​

==========​

Wàlaupun telah terlambat, Winda segera tersadar dari keterlenaannya karena terasa sempit-sesak..., penuh sekali sekaligus rasa nyilu terbit dari kewanitaannya....!.

Seketika kedua tangannya bergerak sigap menahan gerakan pinggul Johan, meskipun kini Winda tahu bahwa seperempat panjang batang kokoh milik Johan itu kini telah menjejal ke dalam dirinya...!.

Kembali Johan bergerak mendesakkan pinggulnya dengan gigih berusaha mendorong agar masuk makin dalam lagi...

==========​

Aku melepaskan genggaman tanganku pada bagian belakang lutut kedua kaki Winda, dan meletakkan kaki tersebut di atas kasur. Aku beralih meraih bukit padat yang membusung di dadanya... Memilin dan meremasnya... Namun kedua tangan wanita bertubuh padat ini tak jua bergeming dari pinggulku... tetap bertahan, bersiaga penuh untuk segera menolakan pinggangku apabila terasa sakit dan nyeri sekaligus mencegah batang pejalku masuk lebih dalam lagi...

Aku menjangkau bantal yang tergeletak tak jauh dari tubuh kami tanpa melepaskan tautan kami di bawah. Ku raih dan kuangkat pinggul padat Winda guna menempatkan bantal itu di bawahnya..., Ku lihat dari wajahnya ekpresi nyaman telah muncul. Ku rasa pinggang dan pinggulnya yang tersangga bantal menjadi lebih rileks dan rasa sakit nyilunya sejenak mereda.

Entah kenapa kemudian Winda menarik kedua tangannya dan beralih mencengkeram sprey, mungkin merasa tak perlu lagi mempertahankan kedua tangannya di pinggulku... Aku bergerak kembali.​

==========​

Winda menundukkan wajahnya, melirik ke arah pertemuan pahanya, demi memuaskan rasa ingin tahu yang besar atas apa yang tengah terjadi di bawah sana yang sedemikian hebat rasanya. Dengan kelopak mata yang disipitkan Winda menyaksikan betapa batang berotot lelaki tersebut kembali bergerak dan melesak..! Berusaha dengan gigih membenam masuk mili demi mili… Merasa tak ada gunanya lagi mencegah lajunya, entah karena Johan telah berhasil membobol pertahanan kehormatannya ataupun demi memuaskan kepenasarannya Winda menggigit bibirnya, memilih membiarkan saja. Karena kini batang tegar lelaki tersebut telah berhasil memasuki dirinya. Disamping rasa geli gatal, timbul pula penasaran terhadap rasa yang akan timbul nanti saat batang kokoh luarbiasa tersebut terbenam keseluruhannya.

==========​

Namun, saat batang pejal itu hampir masuk semuanya, kira kira tinggal seperempat panjang lagi, Aku merasa tersengat, merasakan otot-otot lingkar di dalam milikku berdetus laksana cincin karet yang diregangkan paksa sehingga sengatan ngilu terbit kembali… Seketika aku kembali berusaha menahan laju gerakan maju pinggul uda Johan dengan kedua tanganku. Namun uda Johan juga tak berhenti menyerah begitu saja dan tetap gigih mendorong… Aku juga bersikeras menahan dengan kedua tangan. Alhasil posisinya tetap tak berubah.

"...“…Ondeh ’Daa…alah ma (...duh bang sudah cukuplah)….?"” Aku mengeluh lirih memohon kepada uda Johan untuk tidak meneruskan gerakannya lebih lanjut. Aku mendongakkan wajah menatap silih berganti pada wajahnya dan pada pertemuan pahaku. Berharap cemas agar uda Johan berhenti.
”…"...Ndak ka lamo lai diek Win (ga akan lama lagi dik)..”," ucap uda Johan sambil tetap bergerak mendorong. Aku meringis dan mengernyitkan kening...! Aku tidak memperdulikan dan tak mau terpengaruhi oleh ucapannya dan bertahan dengan tanganku karena rasa ngilu dan nyeri tengah merajam pertemuan pahaku ini...

Lalu uda Johan bergerak merubah posisi tubuhnya, yang tadinya posisi seolah push-up, kini beralih menindih dan merapatkan tubuhnya diatas tubuhku. Sebelah lengannya merangkul kebelakang punggungku.

Diremasnya kembali dada membusungku dan tak ketinggalan pula melumat-kulum bibirku dengan gemas dan bernafsu sekali... ‘Hmm kurasa uda Johan mencoba beralih’ pikirku. Aku menyambut dan mengimbangi kuluman tersebut dengan sukacita. Kedua lidah kami saling pilin.. saling hisap dengan lincah.

Aku mengira uda Johan merasa telah cukup dengan kondisi yang tercapai seperti saat ini. Kemudian aku menggerakkan tanganku untuk merangkul ke belakang punggungnya setelah menarik peganganku dari pinggulnya.

Aku kembali dibuai dan hanyut dalam deraan nikmat yang membuatku lengah, terlena dari rasa ngilu dan nyeri sehingga tak ingat lagi untuk menahan pinggul uda Johan.​

==========

Johan menarik pinggulnya, lalu kembali menurunkan pinggulnya perlahan sebatas jarak yang telah tercipta. Awalnya sedikit seret... Berulang-ulang gerakan tersebut di lakukan Johan.., makin lama makin lancar...!

"“...Ouwhhhh… ‘Da"” Erang Winda saat Johan mendorong batang tegarnya lebih dalam. Serasa bunyi ‘krek’ dirasakan kembali oleh Winda sewaktu sebuah otot lingkar di dalam liangnya berderik seakan di regang paksa oleh desakan batang Johan. Sontak kedua tangannya beralih kembali kepada pinggang Johan. Kukunya mencengkeram lelaki itu...!

Johanpun berhenti sejenak... Winda menatap wajah gagah lelaki berkumis ini dengan harap haru cemas yang bercampur baur dengan penasaran.

==========​

'Ondeh baiko bana rasonyo 'da' batinku. Uda Johan kembali bergerak...​

==========​

".“..Udaaa…Ohhhh!"” Pekik wanita sintal ini membahana saat merasakan sebuah otot lingkar di dalam liang kewanitaannya kembali berderik.., teregangkan...! Tubuhnya berkelejat... menggigil...! Kelopak bibirnya kini terbuka dengan lidah mengambang diantaranya. Matanya melotot tajam merefleksikan segenap rasa yang bercampur. Sebuah proses penggenapan penyatuan kedua kehendak birahi kami kini tengah kulakukan kepadanya...

Batangku kini semakin dalam terbenam. Aku menarik pinggulku kemudian menurunkannya kembali sebatas jarak yang telah tercipta tadi. Berulang-ulang... Semakin berulang semakin lancar disebabkan adanya kebasahan yang timbul melumasi persinggungan kulitnya. Aku bergerak berbeda dengan tiba–tiba. Pinggulku kugoyang kekiri dan kekanan beberapa kali, kemudian ku tarik keatas dengan pelan lalu turun menekan... mendorong... dan mendesak... menghenyak dengan kuat....!​

==========​

"...”…Auwkkhhs, ondeh ‘Daaaaa…!"”, Aku melolong. Suaraku terdengar laksana tercekat di kerongkongan dengan bibir yang terbuka. Aku merasa seakan tak sanggup menerima ini. Seketika itu pula aku gigit pundak lelaki gagah ini melampiaskan rasaku seiring rasa sakit yang datang menyengat... saat detusan beberapa otot lingkar halus terakhir di dalam sana teregangkan paksa...​

=============​

"...Arrgh..." geramku merasakan betapa ketatnya milik Winda.​

=============​

Kini seluruh batang pejal milik uda Johan amblas tuntas ke dalam diriku, terbenam seutuhnya hingga menumbuk dasar kewanitaanku..!. Aku mendelikkan kedua bola mataku hingga hanya bagian putihnya saja yang terlihat dalam tatapan mata uda Johan. Kemudian aku terpejam menikmati sensasi luarbiasa yang saat ini. Aku melentingkan tubuh menikmati... kemudian menggeliat kekiri ke kanan seraya mengeluh pendek-pendek...! Rasa sakit dan nikmat berkesangatan secara bersamaan kini tengah merajam pertemuan pahaku...!

Aku merasakan pangkal paha kami telah rapat saling bertaut. Kini keseluruhan panjang lantang batang berotot milik uda Johan yang berada di dalam diriku tidak menyisakan jarak kedua tubuh kami lagi.., panas berdenyut menimbulkan lecutan-lecutan nikmat di sepanjang dinding-dinding lembut kewanitaanku... Tuntas pula proses awal dari tahapan persetubuhan ini....

==========​

Johan berdiam sejenak., memberikan waktu untuk membiasakan keberadaan perdana kejantanannya bagi tubuh sintal itu. Winda merasa nafasnya berat tersengal-sengal.., seolah batang pejal itu menyesak menyodok hingga ke ulu hati.

============​

Lamat-lamat aku membuka kedua kelopak mata, menatap lekat-lekat bergantian pada kedua bola mata uda Johan. Ada ragu haru bercampur padu ingin kuungkapkan dengan segenap perasaa kepada uda Johan. Makin timbul kagumku yang sangat terhadap uda Johan. Kagum atas cara lelaki gagah ini memandu diriku menapaki setiap tahapan persetubuhan ini, amat sabar membimbing.., menggiring dengan perlahan.., kemudian menyempurnakannya dalam satu gerakan pamungkas yang cepat, kuat dan bertenaga, memaksa..., tak tergesa-gesa, pengertian sekali namun tuntas... menegaskan uda Johanlah sebagai lelaki defacto atas diriku saat ini. Sebuah proses yang tadinya ku perkirakan akan menyakiti namun ternyata amatlah mengesankan bagiku... sehingga mampu membuat sisi wanitaku terlena dan berserah diri kepada uda Johan pejantanku ini....

Aku meraih wajah uda Johan dengan kedua telapak tangan, menariknya lebih dekat dan dengan cepat menjatuhkan ciuman yang bertubi-tubi pada bibir, wajah dan pipi lelaki gagah ini...

"...“…Ondeh ‘daa…, ba iyo-an bana mah…(duuh abang bukan main)…”" Aku berbisik lirih mengungkapkan segenap rasa membuncah di dadaku sambil mengecup cuping telinganya. Sungguh aku memuja lelaki gagah ini atas caranya mengkongkritkan ikatan badani ini. Sangat berbeda namun sangat membahagiakanku. Sepertinya aku takkan mampu menyesali apa yang terjadi.

Aku merangkul leher uda Johan dengan erat. Mengungkapkan rasa kagum dan apresiasiku atas tahapan penyempurnaan yang di lakukannya. Amat dramatis dan sangat berkesan...
”…"...Indak sakik kan diek Win (Tidak sakit kan dik Win)?"”, Tanya uda Johan menyunggingkan senyum. Aku tak menjawab, hanya memiringkan wajahnya ke samping, terbit rasa maluku dipandangi uda Johan seperti itu.​

==========​

Aku kembali meraih wajahnya dan menciumi Winda, wanita sintal di bawahku ini. Terkadang aku menggigit gemas bukit padat membusung di dadanya yang telah memerah.

Kini aku mulai bergerak.., menarik pinggulku perlahan-lahan hingga batang pejalku yang kokoh tertarik keluar sedikit demi sedikit.., perlahan sekali... Terlihat dia mengernyit. Ku kira sepertinya masih terasa ngilu sekaligus geli bagi Winda...!

"...Ough... "lenguh Winda sambil menggeliatkan tubuh.

Kembali aku mendorong masuk.., bergerak pelan. Aku merasa batangku seakan terjepit dalam liang yang sempit, namun nikmat... Berulang-ulang aku melakukan gerakan ini. Beberapa saat kemudian.., aku bergerak lebih cepat menaik-turunkan pinggul menghujamkan batangku. Kini gerakan keluar masuk batangku pada liangnya makin lancar membuat seluruh tubuh Winda turut berguncang – guncang karena gerakanku menghujaminya...​

==========​

Johan kembali berlutut. Kini tangan Winda telah lepas dari punggung dan kini hanya mencengkeram kain selimut.., dengan kelopak mata tetap memejam.. Ya.., Winda ingat, dan merasa malu saat itu karena terdengar kecipak – kecipuk suara akibat benturan pangkal paha mereka..,

============​

”…"...Oughhh....!”" Aku mengerang berulang–ulang.​

==========​

Aku merasakan tubuh Winda ini tak bisa diam. Pinggulnya bergerak gelisah mendesak keatas seirama mengimbangi gerakan tubuhku, naluriah sekali,....! Menyambut setiap hujaman batangku pada liangnya seakan menyempurnakan rasa nikmat yang kini menggempur dirinya saat tumburan ini terjadi... Kadang pinggul padatnya bergerak berotasi laksana kincir seakan-akan mencoba memilin milikku yang berada di dalamnya... Pastinya Winda mulai merasakan sebuah gelombang sedikit demi sedikit mulai menyesakinya dengan perlahan, bersiap untuk meledak dari dalam tubuhnya…

==========​

"...”…Ouugghh... Ah 'da..'uda..!"” Tiba – tiba aku merasa pandanganku menjadi gelap.., Aku mengejang dan pinggulku tersentak-sentak ritmis dengan punggung yang melenting keatas seakan semuanya adalah sebuah sistem otomatis yang tak dapat dikendalikan oleh otakku...​

==========​

"...Udaaaaa… Hegh...!" Pekik Winda lenyap saat aku menyaksikan dia menggigit bibir bawah seraya menjepitkan kedua kaki ke belakang pinggangku bak tang raksasa. Kurasa gelombang klimaks kali ini datang lebih dahsyat menggulungnya... melambungkannya ke awang – awang. Tubuh sintalnya tersentak-sentak dalam setiap kejut-kejut klimaks. Otot peristaltik di dalam liangnya terasa berdenyut-denyut liar seakan memeras dan mencekal gerakan batang liat milikku...!​

==========​
 
Terakhir diubah:
Lalu gelombang tersebut mereda. Winda terkulai lemas di atas ranjang yang telah basah dan kusut-masai itu, karena keringatnya juga turut membasahi sprei...

==========​

Namun uda Johan tetap bergerak, mengayunkan pinggulnya maju mundur... Beberapa menit kemudian aku merasakan tubuh uda Johan seperti bergetar dan meregang.., gerakannya makin kasar dan terpatah-patah, sepertinya ia juga akan meraih klimaksnya... Aku paham bahwa benih uda Johan akan segera membasahi rahimku...​

==========​

"...”…Diek Win ka uda kalua-an dima?, Di dalam atau dilua ? ( Dik Win akan di keluarkan dimana? Dalam atau diluar?)?"”, Tanya uda Johan terbata-bata. Aku tak sempat menjawab, menggeleng atau mengiyakan. Tubuhku masih terlonjak – lonjak dalam hunjaman pinggul uda Johan saat bergerak memompa naik turun, dan...

Sambil mendengus uda Johan menekankan pinggulnya sedalam mungkin, seakan merasakan luapan birahinya membuncah dan akhirnya materi kental miliknya memancur deras membasahi seluruh permukaan bagian dalam kewanitaanku. Sungguh hangat rasanya... Untunglah aku ingat bahwa aku masih menggunakan kontrasepsi sehingga tidak perlu merasa kuatir...

Kemudian uda Johan rebah menggelosoh di atas tubuh telanjangku. Bobotnya amat berat sehingga aku merasa sesak dan harus memiringkan tubuh sehingga tubuhnya meluncur turun dan terbaring di sisiku. Aku memejamkan matanya. Timbul rasa bersalah dan menyesal, namun segera terpupuskan oleh kepuasan yang kudapatkan. Tubuhku lelah dan capai..​

==========​

Windapun meraih selimut, lalu menutupkan pada tubuh telanjangnya. Karena malam itu terasa sangat dingin meski hujan tak turun. Berdua mereka tidur di atas ranjang yang telah kusut itu hingga pagi harinya.

Pagi harinya Winda merasa heran karena tak merasakan adanya penyesalan yang dalam pada dirinya namun sebaliknya rasa sayangnya semakin kuat terhadap Johan sehingga diputuskannya untuk menelpon kepada suaminya di Padang untuk mengatakan dirinya tak bisa kembali dalam minggu itu karena ada urusan kantor yang harus di selesaikannya. Selain itu ia merasa kuatir jika saat itu pulang ke Padang, suaminya dapat dipastikan akan mengetahui perbuatan mereka, karena saat meminta berhubungan badan, di seluruh tubuhnya masih ada jejak-jejak memerah di dada dan leher akibat persetubuhan mereka yang amat bergelora malam itu.

tamat
 
Terakhir diubah:
Ndeehhh.., sampik sarawa wak dek mambaco carito ko mah da. Lanjuuuttt episode lain, ambo tunggu. Mantaapppp karya anak nagari..!
 
ondeh mandeh walaupun baco barulang tetap juo sarawa ko sampikkkkk dibueknyo heheheh......tanyo ciek da Nabirongx, si Winda ko ado hubungan ndak jo kasus dosen hukum yg di padang tu?
 
ondeh mandeh walaupun baco barulang tetap juo sarawa ko sampikkkkk dibueknyo heheheh......tanyo ciek da Nabirongx, si Winda ko ado hubungan ndak jo kasus dosen hukum yg di padang tu?

Ambo ndak tau pulo ado kasus dosen itu... alah lamo lost contact jo sumber bahan carito iko... kasus apo yo?
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd