Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

[nabirongx] Kisah winda 2 (renew)

nabirongx

Suhu Semprot
Daftar
12 Feb 2016
Post
3.199
Like diterima
1.756
Bimabet
Cerita lainnya...

# # # # # # # # # # # #​


KISAH WINDA 2 (RENEW)
(eps 2 ; Kenikmatan tiada henti)


Malam Jumat itu Winda telah takluk pada keperkasaan Johan di atas ranjangnya sendiri (baca Kisah Winda 1). Ya.., semalam suntuk mereka mengulanginya berkali-kali, mereguk kenikmatan badani seakan tak ada lelahnya. Windapun mengimbanginya seolah-olah mereka pasangan pengantin baru. Berkali-kali pula Winda terkapar lemas dipapar nikmat beruntun… Berkali-kali pula dia dihantarkan Johan pada puncak klimaks yang tak seakan tak ada ujungnya, Sungguh mencandukannya… hingga akhirnya pagi datang menjelang.

Pagi hari Johan bangun terlebih dahulu, meninggalkan Winda yang masih terlelap di ranjang yang acak-acakan tersebut.

Winda membuka matanya, saat terbaring diam menerawang, terlintas kembali dalam benaknya detil-detil perlakuan Johan pada setiap sudut tubuhnya, terutama saat–saat penetrasi perdana yang amat dramatis itu. Juga pada persetubuhan-persetubuhan berikutnya. Tak pernah dialaminya yang sedemikian hebatnya,

Membuatnya berulangkali meregang.., mereguk nikmatnya klimaks beruntun yang seakan tak ada henti, menyempurnakan kebutuhan ke-perempuan-annya. Tak sedikitpun terbayangkan tadinya hingga sedemikian jauhnya hubungan Johan dan dirinya. Tak berbatas lagi… Pertemuan paha lenjangnya terasa sedikit nyilu. Terbit sekelumit rasa sesal di hatinya saat teringat keluarganya di Padang.

++++++++++++​

Jumat pagi itu Winda mandi sebersih – bersihnya, berusaha agar jejak-jejak memerah di tubuhnya hilang. Ya…, Winda kuatir jika jejak–jejak itu akan terlihat. Jejaknya mungkin bisa hilang, tapi nikmatnya tetap terpatri dan tidak akan pernah hilang. Tak lupa juga sprei ranjang dimana tempat mereka mengayuh biduk birahi direndamnya juga..

++++++++++++​

Winda masuk kantor pagi Jumat itu seperti biasanya. Dari kantor Winda menelepon ke Padang mengabarkan pada suaminya bahwa ia tidak bisa pulang akhir minggu ini. Ada pekerjaan kantor yang mendesak untuk di selesaikan, demikian alasannya. Winda terpaksa beralasan demikian, berusaha mendapatkan waktu yang cukup untuk menghilangkan jejak memerah di sekujur tubuhnya untuk menyelamatkan dirinya dari bukti perselingkuhan yang tidak dapat dihindarinya.

Di kantor seperti biasa, Winda menyelesaikan seluruh pekerjaannya sebaik-baiknya hingga menjelang jam setengah 5 sore Jumat itu. Segera ia pulang. Sesampainya di rumah, wanita berkulit putih itu langsung menuju kamar mandi, mencuci pakaian dan sprei yang telah ia rendam pagi itu. Diteruskannya dengan mandi. Dikenakannya kaos bertangan panjang, dan celana panjang santai berwarna hijau muda berikut penutup kepala seperti biasanya. Terpancar segar dan cantiknya di sore yang cerah itu.

Kemudian Winda kembali ke dalam rumah paviliunnya, berkutat di dapur memasak untuk dirinya sendiri. Disusul dengan membereskan kamarnya, merapikan semua yang dianggapnya perlu.

+++++++++​
 
Terakhir diubah:
Senja itu sekitar pukul 6 sore itu Johan terlihat datang. Tanpa bicara sepatahpun ia menuju rumah induk dan terdengar mandi. Tak lama Johan muncul di hadapan Winda yang tengah duduk di ruang tamu pavilion kamarnya dengan mengenakan kemeja panjang. Sambil berdiri di selasar di depan pintu ia bertanya pada Winda.

“…"Winda indak pulang ka Padang (Winda, pulang ke Padang ‘gak)”?".

“…:Ma-a bisa Winda pulang da... (mana bisa Winda pulang bang).."“, jawab Winda yang tengah berdiri di langkan pintu dengan sewot.

“…"Winda alun siap ka Padang, takuik katauan kasalahan malam kapatang (Winda belum siap ke Padang masih takut ketauan kesalahan yang terjadi malam kemaren)"” tambah wanita bertubuh sintal itu...

“…"Di badan ko panuah jajak pa-buek-an uda.. (di tubuh ini penuh jejak perbuatan abang)"” lanjut Winda.

“…"Apolai jikok uda Winda mintak jatah, bisa kiamat beko (apalagi jika suami Winda minta jatah bisa kiamat)”" ujar wanita muda tersebut menjelaskan.

Winda beranjak ke dalam dan duduk di salah sisi sofa yang berkonfigurasi “L” tersebut. Johan mendekat berdiri pada langkan pintu, disisi kanan Winda, sambil tersenyum ia berkata.

“…"Uda ka pai ka Medan malam ‘ko (Abang mau pergi ke Medan malam ini)”".

"“…Untuk 3 hari se-nyo (untuk 3 hari saja)”" tambahnya. Sambil berdiri diraihnya jemari wanita muda yang tersandar di tangan sofa tersebut.

“…"Uda sayang bana ka Winda (abang sangat menyayangi Winda)”". Winda masih diam, merasa percuma untuk menolak karena sudah tidak ada lagi yang perlu ia pertahankan, sebab hubungan yang tercipta diantara mereka sudah tak ada batas lagi sejak malam Jumat yang bergelora kemaren.

Johan melangkah lebih dekat, menghampiri Winda yang tengah duduk dengan sebelah tangan berada di pangkuannya, menatap dinding dengan pandangan mata menerawang. Lelaki itu menggamitnya agar duduk lebih dekat di sisi kirinya, pada sisi sofa yang satunya.

Kedua tangan Johan berada berada di bahu Winda. Perlahan lelaki itu mendekatkan wajahnya, dan mulai mengecup. Melabuhkan bibir berkumisnya pada kening wanita bertubuh sintalnya itu… Winda diam membiarkan bibir berkumis lelaki gagah tersebut meluncur turun di permukaan pipi halusnya sambil mengecup pipi di sisi itu. Mulai dari kening, bergerak menuju dagu yang lancip. Kembali naik keatas menyambangi kelopak bibir lembut disana dan langsung melumat…

Sesaat Winda membiarkan dan menerima saja perlakuan Johan pada bibirnya. Lelaki gagah itu kini menjulurkan lidahnya, menyelusuri permukaan lembut bibir Winda mili demi mili, mendesak kedua bibir tersebut agar membuka jalan, ingin menyelusuri permukaan gusinya. Winda menengadahkan kepalanya menyambut dengan sukacita. Tubuhnya mulai bersandar ke bahu lelaki tersebut. Kelopak bibir wanita muda tersebut membuka dengan perlahan. Lidah Johan masuk..., menjelajahi rongga mulutnya diselingi mengulum kelopak bibir bawahnya hingga Winda tergerak mengimbanginya…, mulai menghisap..

Kedua tangan lelaki gagah itu dengan nakal menjamah bagian dada Winda yang diatas permukaan pakaiannya. Winda mengikuti saja..., tubuhnya mengeliat-geliat diatas sofa dalam geli yang mulai merasuk memabukkan…

Tak lama berselang Johan melepaskan pagutan bibirnya. Johan berdiri, lalu melangkah menuju pintu, menutupnya dan kembali kearah wanita muda tersebut. Digamitnya tangan kanan Winda untuk berdiri dan memandu langkahnya menuju kamarnya sendiri, tak sedikitpun berusaha menolak. Diterangi cahaya lampu Winda rebah di atas ranjang berlapis sprey biru muda itu, terlentang…,

Johan meloloskan pakaian Winda termasuk pakaian dalam putihnya. Begitu juga dengan pakaian yang ditubuhnya sendiri berikut pakaian dalam biru tua yang membungkus pertemuan pahanya. Dengan cepat tergesa – gesa sekali.., melemparkan semuanya di lantai.

Winda menyusuri tubuh Johan dengan tatapan nanarnya. Nafas mulai tak teratur. Ada kekuatiran sekaligus keinginan kuat yang silih berganti mengambil alih benaknya. Masih terpatri kuat dalam benaknya peristiwa malam sebelumnya yang sangat dramatis.... Winda paham Johan ingin melakukannya kembali, begitu juga dirinya sendiri.

Winda telentang pasrah..! Tubuh Johan mulai menindih, menempatkan kepalanya disisi kepala Winda, yang di sambut pula oleh wanita berkulit putih itu dengan menyelinapkan kedua lengannya melaui bawah ketiak Johan dan mengalungkannya di punggung lelaki gagah itu.., mengusap-usap permukaan keras otot punggungnya. Joahan menempatkan kedua telapak tangannya di belakang kepala Winda saat pinggulnya bergoyang kekiri dan kekanan, menyibakkan kedua kedua tungkai wanita muda itu ke arah berlawanan…

Tiba-tiba…

“…"...Aughh…!”" erang Winda. Rasa nyilu terbit dari pertemuan pahanya saat batang kejantanan Johan menyesaki liang kewanitaannya dengan perlahan... hingga akhirnya amblas seluruhnya serasa menyentuh ulu hatinya. Kedua bolamata Winda mendelik…! Kukunya menggores punggung Johan....., Keningnya mengernyit diikuti napas yang tersengal-sengal. Kedua kaki lenjangnya mengangkat tinggi…., tegang di belakang punggung Johan lalu turun dengan perlahan… Winda memeluk erat lelaki dikuti gerakan kepalanya memalingkan wajahnya ke arah sisi samping wajah Johan..... Mengecup sisi dahi kirinya sambil menggerumas rambut Johan… menggeliat-geliatkan tubuhnya kekiri dan kekanan… dirajam nikmat…

“…"...Ouugh… ondeh...”" rintih halusnya mulai terdengar saat Johan mulai bergerak…

Lelaki itu bergerak perlahan dalam tempo yang teratur, menghujamkan pinggulnya pada pertemuan kedua kaki Winda yang terbuka lebar, menjejak permukaan sprey dengan kedua tumitnya..,. Pinggul wanita muda itu menyentak keatas…, menyambutnya…, menjemput hujaman batang kokoh tersebut…! Sesekali berputar…. Seakan mengggiling batang pejal tersebut…! Semua gerakan Winda naluriah.. seakan setiap bagian tubuhnya paham harus bergerak seperti apa demi menyempurnakan rindu birahinya…

Tak lama kemudian Johan menghujam dengan kuat, mendesakkan kejantanannya se dalam-dalamnya lalu menggeram…,

“…"...ORRGGHH…!"” geramnya sambil menyentakkan tubuhnya …!

Melepaskan semua benihnya didalam tubuh wanita muda itu. Lalu tubuhnya ambruk masih diatas tubuh wanita berkulit putih tersebut...

Lalu Johan bangkit dan berdiri mengenakan pakaiannya kembali, menjauh dari Winda masih yang masih terlentang di ranjang tersebut.

“…"Uda ka pai ka Medan, jadi tadi itu adolah raso nan ‘ndak uda sampaikan ka Winda (Abang akan ke Medan jadi tadi itu adalah rasa yang ingin abang sampaikan pada Winda)”", ucap Johan.

“…"Uda minta maaf, uda tau Winda alun apo–apo, lain wakatu uda ‘ndak mamuehkan diek Winda (abang minta maaf, abang tau Winda belum apa- apa, lain kali abang akan memuaskan dik Win)"”, tambah lelaki berkulit gelap tersebut. Terdengar aneh di telinga Winda saat Johan minta maaf karena persetubuhan itu hanya memuaskan dirinya saja.

Johan berangkat malam itu kira - kira jam 9 malam. Malam itu Winda tinggal sendiri di kamarnya. Timbul sekelumit kecewa karena Winda merasa seakan menjadi sarana pelampiasan nafsu Johan saja. Asa birahinya yang tinggi tak terpenuhi…

++++++++++++​
 
Terakhir diubah:
Johan menyatakan akan berada Medan selama 3 hari Dan Sabtu itu Winda di rumah saja, merapikan rumah, dan membereskan pakaian untuk bekerja di hari Senin nanti.

Jam 10 pagi suaminya telpon, bahwa drinya dan anaknya akan ke Bukittinggi hari Sabtu itu, sekalian akan singgah di tempatnya. Sempat timbul rasa kuatirnya…

Rombongan suaminya datang di tempatnya sekitar jam 3 sore dengan mobil, berikut bersama anak dan mertua Winda. Seharian itu Winda menyibukkan diri bersama keluarganya... jalan-jalan berkeliling di daerah itu. Winda sengaja tak menyediakan peluang ataupun sedikit kesempatan waktu bagi dirinya dan suami untuk bermesraan ataupun berhubungan suami istri… Kekuatirannya belum surut.

Minggu sore sekitar jam jam 5 sore suaminya kembali pulang ke Padang. Windapun kembali larut dengan rutinitasnya..

++++++++++++​

Selasa sore Winda pulang dari kantor sekitar jam 5. Masih sendirian dia karena kakaknya Johan masih belum pulang juga. Winda pun mandi membersihkan badannya, karena capai seharian kerja. Dikenakannya kimono tidur berikut celana panjang bermotif bunga dan penutup kepala seperti biasa. Malam itu Johan terlihat pulang. Dia pun langsung ke rumah dan terdengar mandi.

============​
 
Dengan hanya mengenakan pakai celana pendek dan kaos singlet, Aku hendak menemui Winda di kamarnya, sekaligus meminta Winda untuk menemaniku makan di dalam rumah ini. Tadi saat menuju rumah, aku sempatkan membeli oleh-oleh makanan. Winda yang sepertinya belum makan terlihat tak keberatan menemaniku makan senja itu.

“…"Win, uda bali nasi jo gulai kambiang di tampek langganan, lamak mah, kawani uda makan yo (Win, abang, beli nasi dengan gulai kambing di tempat langganan, ini enak Win, temani abang makan ya)?"”, ucapku mengangsurkan bungkusan plastik. Winda menerimanya dan beranjak mempersiapkan makanan itu bagi kami berdua.

Selesai makan terlihat percik peluh terbit di wajahnya, begitu juga keningnya mengkilat basah. ‘Hmm… mulai terasa panasnya pengaruh gulai kambing ini’… gumamku dalam hati., Begitu juga diriku tak ada bedanya... ‘Biasalah gulai kambing, maklum’.. pikirku. Makanan yang katanya menaikkan libido…

Kami masih duduk berhadapan masih di meja makan, tak beranjak dari dalam rumah. Kami saling berbincang-bincang. Wanita muda yang bertubuh sintal ini bercerita mengenai kedatangan suaminya di hari Sabtu itu kepadaku. Aku tersenyum simpul menanggapinya. Mungkin Winda merasa aku akan memperlihatkan rasa ‘cemburu’ mendengar penuturannya.

Tanpa bicara sepatahpun aku bangkit berdiri dan menggamit tangan kanan wanita muda berkulit putih itu, hendak menuntunnya menuju kamarku. Ada gerakan enggan kurasakan di tarikan tanganku, seperti keberatan dan berusaha melepaskan tangannya.. ‘karena merasa sungkan mungkin’ pikirku …

“…"Ado apo kok Winda di bao ka siko da (ada apa kok Winda di bawa kesini)?", tanyanya. Ada nada jengah di suaranya.

“…"Ado ciek untuak Winda (ada sesuatu buat Winda)”" ujarku...

Dengan sedikit enggan Winda mengikuti langkahku menuju kamar yang terletak terpisah dari rumah induk di sebelah kiri nya. Ku gandeng tangannya setelah memohon-mohon dengan amat sangat... Winda mengikuti lalu duduk di tepian kasur spring bed di dalam kamarku ini.., menjuntaikan kakinya…

Springbed di kamarku hanya 1 lapis, lusuh karena memang jarang dicuci ataupun dijemur. Bau rokok dan aroma alkohol pastinya menyambangi indra penciuman wanita bertubuh sintal ini. Kuharap Winda maklum akan keadaan kamarku yang agak jorok. Dengan banyak puntung rokok dan botol - botol minuman berserakan disana sini.. ‘aku kan lelaki bujang’ pikirku membenarkan diri.

Aku mendekati meja lalu mengeluarkan sesuatu dari laci. Menggenggam sebuah kotak kecil berwarna hitam yang telah kupersiapkan. Setelah mengeluarkan isinya akul melangkah mendekati wanita yang memikatku sedari awal ku kenal. Aku ingin menghadiahinya dengan sebuah kalung berwarna keputihan ini. Wajah sumringahnya seketika memancar saat melihat benda yang ada di genggamanku. Dapat kupastikan Winda tersanjung atas hadiah kecilku ini, sedikit memanjakannya toh sah-sah saja….

“"...Iko hadiah (ini hadiah)”" ujarku.

“"...Uda mintak Winda mamakainyo kini juo (Abang minta Winda mau memakainya sekarang juga)"” lanjutku. Winda mendorongkan tangannya pada genggaman tanganku, berusaha menolak.

“"...Indak usahlah ‘da…, malu...”" ujarnya tersipu-sipu seakan tidak tertarik…. Aku yang berdiri di hadapannya sedikit memaksa. Akhirnya dengan rasa sungkan, Winda membiarkan ku bergerak kebelakang dirinya, memiringkan tubuhnya yang masih duduk di atas springbed. Aku melepaskan kalung yang tengah dipakainya. Winda menurut…

Pertama, aku melepas juga penutup kepalanya dan meletakkannya di atas springbed. Selanjutnya ku lepas kalung yang telah sedari dulu melingkari lehernya. Wanita yang ‘panas’ ini membiarkan bahkan membantu menyibakkan rambut legamnya. Aku memberikan kalung yang tadi ku lepaskan dari lehernya ketangannya. Aku lingkari leher mulusnya dengan kalung berwarna putih ini dari arah belakang. Mulai saat itu Winda mengenakan kalung pemberianku.

Setelah kait kalung putih tersebut terkancing, Aku menundukkan wajah di bahu Winda, lalu mengecupi kehalusan kulitnya disana seraya mengelus bagian kanan tengkuknya. Sedangkan tanganku yang satunya telah melingkari pinggangnya dari belakang. Wanita berkulit putih ini menunduk, pasti karena geli, bulu halusnya terlihat merinding…

Winda mencoba berusaha mendorong kepalaku dengan tangan kanannya namun tak membuatku tak berhenti. …, Winda makin kegelian…

Tangan kiriku sudah tak berada dibahunya lagi, kini merayap ke arah depan melewati ketiaknya menuju bukit padat yang membusung di dadanya…

“"...Uhhh…..!”" Winda mengeluh, tubuhnya terasa menghangat…

Jemari tanganku memilin bukit padat yang membusung di dadanya, diatas permukaan pakaian lengkapnya, kimono dan pakaian dalamnya. Tangan Winda menjangkau pergelangan tanganku, berusaha menarik tanganku yang berada di dadanya, namun gerakannya lemah, sehingga tak perlu kuhiraukan tak mampu ia goyahkan…! Perlahan-lahan satu demi satu kancing kimono yang melekat di depan tubuhnya ku petik, memulai proses penelanjangan tubuh penggunanya. Winda hanya diam saat pakaian tersebut perlahan jatuh ke permukaan lantai kamarku ini.

Aku merebahkan tubuh sintalnya di atas springbed. Bagian depan tubuhnya telah terbuka sepinggang. Hanya dua buah cup berwarna hijau muda polos, berukuran sedang yang masih setia menutupi sepasang bukit padat yang membusung di dadanya.

Aku menciumi belahan dada yang memutih mulus terhampar dihadapan wajahku dengan perlahan. Tubuhnya sedikit terkejat… geli.

“"...Ahh… 'Daa…..!”" Rintihan wanita muda tersebut tak henti-hentinya terlontar dari bibir mungilnya yang merona. Ku rengkuh bahunya agar berbaring menyamping, berhadapan denganku….

Aku meluncurkan tangan kebelakang tubuh Winda, menggapai pengait penutup dadanya. Akhirnya penutup dadanya lepaslah sudah menyusul kimono yang telah terlebih dahulu berada di lantai. Ku bebaskan bukit padatnya dari kungkungan, bersentuhan dengan udara bebas. Kini pakaian atas Winda telah lepas dan tubuh mulus memutihnya telah telanjang sepinggang. Hanya menyisakan celana panjang yang masih pada tempatnya Tatapannya kosong….

Tak sedikitpun ada gerakan mencegah atau menolak dari wanita muda ini. Seakan pasrah.., Memang sudah tak ada lagi yang harus dipertahankannya setelah terjadinya peristiwa malam Jumat kemaren. Aku sudah mendapatkan segalanya… sekaligus memuasinya…

Aku mendorong tubuh mulus itu sehingga berbaring menelentang. Tanganku merayap menuju pinggangnya, mengait pinggang celana panjang miliknya, berusaha menarik... Winda membiarkan saja, hanya menatapku sayu wajah lelaki-nya ini. Bahkan mengangkat pinggulnya, membantu mempermudah pekerjaanku hingga pakaian dalam berwarna putih berukuran medium miliknya yang sekaligus pula merupakan lembaran kain terakhirnya, meluncur turun meninggalkan kedua tungkai mulusnya.

Winda kini telanjang dan terkulai lemah didera nafsunya yang membara bergelora....

Aku berdiri, melepas pula semua kain yang melekat di tubuhku dalam tatapan bolamata Winda yang tetap terbaring terlentang… telanjang. Kemudian segera menyusul rebah di sisi kirinya.

Winda meraih bahuku. Keinginannya timbul… Mungkin makanan berbahan kambing itu pula yang mempengaruhi tubuhnya menjadi amat panas..., semakin memacu gairahnya .

Aku mulai bergerak… Ku awali dengan merabanya, meluncurkan tanganku membelai kedua dada membusungnya yang padat, menuju pusat kewanitaannya. Jari tangan kananku menyelinap masuk ke dalam lepitan kewanitaannya yang telah basah di bawah sana…,! Dipermudah oleh kedua paha lenjang Winda yang naluriah membuka guna memberikan jalan... Winda menatapku dengan penuh harap.. tubuhnya menggeliat-geliat bak cacing kepanasan seraya merintih-rintih…

"“...Ohh 'Daa………”". keluhnya. Aku bangkit lalu berdiri. ‘Hmm…, aku ingin memberinya sebuah sensasi lain’ gumamku dalam hati. Aku melangkah turun dan mengambil sebuah botol berwarna hitam yang terletak di atas lemari dan kembali duduk di samping kirinya. Menuangkan isinya yang berwarna merah dipermukaan perut, juga pada dada dan lehernya. Tercium aroma amat wangi dan pastinya rasa dingin menerpa kulitnya. Tubuhnya bergidik sesaat….

Aku menjilat cairan yang berada di permukaan kulit perut dan cekungan pusarnya, termasuk yang mengalir membasahi lehernya. Rasa geli, dingin dan gairah pasti dirasakan Winda dibawah sinar lampu kamar yang terang benderang.

Aku menjilatnya setandas-tandasnya...! Tubuh wanita ini menggeliat hebat….

Aku meluncur turun, mendekati pertemuan pahanya, sehingga tubuhku kembali berada di lantai. Kedua tanganku tak berhenti, tak sedetikpun kulepaskan gelutan tanganku pada bukit padat didada Winda.. Spontan kedua tungkainya membuka, dirinya pasti terangsang hebat…!

"...Ondeh 'daa....!" erang Winda. Erangannya meningkahi jemari tangan kananku yang kini menyibakkan lepitan kewanitaannya. Menjilatkan dengan lidahku yang kasar sana…! Wanita bertubuh mulus itu menggerinjal-gerinjal dan merintih-rintih. Berulangkali Winda menggeliat…berkejat-kejat dan memiringkan tubuh menghadang deru nikmat dan geli yang datangnya bersamaan. Tanpa disadarinya, kini kedua tangannya bersikeras menarik kepalaku...! Berusaha menjauhkan bibir dan lidahku dari pertemuan pahanya

Namun, lidah intensku dengan tak jua berhenti,.... Dengan konstan mencengkeramai liang kewanitaan Winda, menggelitiki bagian lembut memerah muda yang basah itu dengan lidahku. Menyentil-nyentilkann ujung lidahku… Aku ingin menyempurnakan dan menuntaskan gairah wanita yang begitu panas tubuhnya kala di kusebadani ini. Memberikan rasa yang makin membulak-bulak birahi yang melanda tubuh sintal itu.., melunasi ‘hutangku’ beberapa hari yang lalu. Beberapa saat kemudian Winda... orgasme...!

"...Udaaaa....!" Pekiknya parau. Tubuh sintalnya yang licin mengkilat meregang dan mengejang.., pinggulnya menelikung keatas… mengerang keras…. memicingkan matanya dalam kejang,.. dan merintih…

Aku hisap seluruh cairan yang membanjir dari dalam liangnya…!

Aku bangkit… Menyibakkan kedua kaki wanita berkulit putih ini yang telah merapat kembali dengan kedua tanganku seraya menatap bolamata wanita bertubuh sintal yang kini terbaring lemas bersimbah keringat. ‘Kinilah saatnya..’ batinku.

Kemudian tangan kananku meraih tangan kanannya dan mengarahkannya ke bawah. Aku ingin Winda menyentuh milikku. Tiba-tiba ada gerak kaget saat Winda menyentuh.. sebentuk batang pejal panas milikku. Saat dirinya sadar aku mengarahkan tangannya untuk memegang batang kejantanan yang kokoh ini.

Ekspresi takjub muncul di wajahnya... Namun Winda hendak melepaskannya... Aku cepat menarik tangan wanita berkulit putih itu agar tetap memegangnya. Winda menggenggamnya sambil menatap ke wajah lelakinya yang kini terbaring di samping dirinya dengan penuh kuatir, takut akan menyakiti benda kelelakianku.., Tak lama kemudian Winda melepaskannya kembali…

Aku merangkak ke atas tubuhnya yang terlentang lemas. Kusibakkan kedua tungkai lenjang wanita muda ini ke arah yang berlawanan. Lalu sku berjongkok dan menempatkan batang kejantanan milikku dengan tangan kanan. Tepat melintang searah dengan belahan lepitan basahnya. Menggesek-gesekkannya disana seperti kebiasaanku. Wanita muda ini beringsut bergerak naluriah, menggeser pinggulnya agar lebih dekat pada ujung membola batang kokohku, menempatkan ujung batangku tepat pada lepitan kewanitaannya.

Ku tatap wajahnya yang tengah memicingkan mata. Mungkin kini dirinya tengah di amuk geli serta keinginan untuk cepat-cepat ku masuki dengan milikku yang hampir selalu mampu mengaduk-aduk birahi dan menggelegakkan napsu di dalam dirinya…

Aku mendorong. Batang kakuku meluncur masuk pelan-pelan dengan lancar.

“…"...Ugh…”". Aku mengeluh merasa geli. Terasa lepitan lembutnya yang basah miliknya mulai menyelimuti batangku. Rasa panas membaranya melingkupi batangku saat mulai medesak ke dalam tubuhnya.., Tak terlihat kernyit di wajahnya… mungkin rasa perih tak lagi terasa…!

"“...Ouhh…'Daaa...!”", erang Winda. Tubuh sintalnya sontak terlonjak, menggialkan pinggulnya saat ujung membola batang kokohku menyentuh dasar kewanitaannya, mentok mulut rahimnya..! Kedua kakinya yang terbuka, tersibak lebar kearah yang berlawanan menjejak permukaan springbed dengan kedua tumitnya, mengejang sesaat …. Napasnya tersengal-sengal....!

Aku kembali meng-eksplorasi seluruh tubuhnya dengan kedua tangan. Menuntun wanita muda ini memacu birahinya… Menggenapi seluruh asa kehendak primitifnya. Ku raih kedua telapak tangannya. Dan kubuka kedua telapak tangannya dan menggenggamkan tautan jari kami di samping bahu telanjangnya.

Lidahku mengambil alih tugas, menggigit dan menjilati bukit padat berikut puncaknya dada wanita berkulit putih ini dengan perlahan. Menghisapnya…! Menggigiti bagian luar putiknya…! Bergantian sebelah kiri dan kanan.

Aku bergerak menarik pinggulku dengan perlahan. Terasa lepitan kewanitaan Winda seperti tertarik keluar seakan tak sudi di tinggalkan oleh kelamin pasangannya, dan sebaliknya terdesak ke dalam saat batang kokoh tersebut menyeruak lebih dalam. Kepala Winda terlempar ke kiri dan ke kanan, meningkahi segenap gelombang nikmatnya perkaiitan kelamin ini yang mendera sekujur penjuru tubuhnya.

Pinggul padatnya bergerak menyambut mengimbangi menyentak ke atas, terkadang berputar-putar laksana kincir di bawah seperti dialiri strum… Sesekali menyentak keatas ke bawah di setiap hujaman pinggulku. Seakan tubuhnya menjadi mesin otomatis yang bergerak oleh sentuhan ataupun gerakanku. Tak dapat ia kendalikan lagi… Sungguh panas sekali gerakan tubuhnya… Serba natural tak ada sedikitpun gerakan artifisial…. Tak pernah ku sangka akan seperti ini… Sungguh membiusku tubuh wanitanya … Walaupun aku adalah ‘lelaki kedua’nya… Namun Winda adalah wanita yang paling ‘panas’ sepanjang beberapa wanita yang pernah ku gauli…

Kami kembali bertatapan. Kulihat sinar kagum terbit di wajahnya saat aku memompa dirinya dengan konstan, menghujamkan batang kejantananku seakan tak ada lelahnya… Begitu kuat dan bertenaga. Aku telah paham, Winda ingin aku terus menghujami dirinya tak henti-henti…. Ingin menikmati selama mungkin gelombang nikmat ini dan tak ingin terburu-buru meraih klimaksnya, namun…

“"...UDDAAAAA…….!"” Pekik Winda saat klimaks kembali melanda dirinya. Tubuhnya tersentak seakan tersengat setrum..., melentingkan tubuhnya dengan kedua tungkai jenjangnya menjepit pinggangku di belakang. Lalu tubuh mengkilatnya mengeletar dengan pinggul yang bergerak gelisah liar. Kewanitaannya berdenyut-denyut seolah menjepit merapat dan memerah batangku dengan kuat.

“…"...Huugh…”" geramku menahan deraan rasa himpitan yang mendera batang kejantananku. Aku tergagap-gagap menikmati perahan sporadis bagian dalam kewanitaannya… Sungguh luarbiasa…!

Tak dapat lagi ku tahan… Dengan penuh bernafsu aku bergerak makin cepat…. Kuhujamkan batangku dengan kuat pada lepitan kewanitaannya….Makin cepat dalam gerakan makin tak teratur. Dan kira - kira 15 menit kemudian itu aku memungkasinya… Ku dorong pinggulku sekuatnya..., Ku cengkeram paha lenjangnya… Ku lepaskan semua materi kehidupanku…, menumpahkan spermaku sambil menggeram… di rahimnya…!

============​
 
Terakhir diubah:
Johanpun mendiamkan kejantanannya di dalam beberapa saat, sebelum akhirnya menggelosoh kesamping. Semburat memerah terbit pada wajah wanita muda tersebut. Kepuasan tercermin disana. Mereka berbaring berpelukan diatas springbed yang telah basah dan acak-acakan tersebut. Winda memejamkan mata, meresapi sisa-sisa nikmat yang belum sirna, merasakan kehangatan pada kewanitaannya. Winda teramat sangat dipuasi…

Kemudian Johan bangkit dan melangkah masuk kekamar mandi. Winda hanya mengikuti dengan pandangannya pada sosok lelaki yang baru saja memuasinya, menghadiahinya klimaks yang hebat…, Mengagumi Johan… Terlentang dan telanjang dengan kaki masih terbentang.

Rasa lepas, puas menguasai benak dan hatinya saat itu… Juga tubuh capai, kehabisan tenaga dan daya ikut berkuasa...

Winda melihat Johan keluar dari kamar mandi dengan berlilitkan handuk dipinggangnya. Rupanya lelakinya ini baru saja mandi. Lantas Johanpun meminta Winda untuk membersihkan diri pula di kamar mandi yang sama. Windapun bangkit dan beranjak ke kamar mandi, tetap telanjang…

============​
 
Aku mengguyur tubuhku dengan air dingin di dalam kamar mandi, menyegarkan kembali tubuhku… Aku ingin tubuhku kembali bersih, menghilangkan rasa lengketnya keringat ataupun sisa tubuh uda Johan melekat pada diriku. Sambil menyabuni, aku tersenyum… terlintas kembali perlakuannya di seluruh bagian-bagian tubuh mulusku, yang menyiram segala kedahagaanku.., membuat diriku sedemikian puas begini. Tak pernah terbayangkan sebelumnya.

Saat menyadari aku tak membawa handuk, aku melongok ke luar kamar mandi, meminta handuk kepada uda Johan untuk mengeringkan dan menutupi ketelanjangan tuguhku yang telah segar. Uda Johan mendekat dan mengulurkan handuk yang tadi dipakainya. Setelah mengeringkan tubuh aku membalut tubuh dengan handuk yang berwarna biru muda tersebut memang agak kotor dan bau, sepertinya jarang di cuci, namun aku tidak mempunyai pilihan. Aku melangkah keluar dari kamar mandi…

Aku mendekati sisi springbed. Celingak-celinguk mencari pakaian dalamku untuk kukenakan kembali. Namun tak jua kutemukan. Ku coba bertanya.

"...“…Lai tampak dek uda sarawa Winda tadi (Abang melihat pakaian dalam Winda)…?". Tanyaku sambil menatap pada uda Johan yang tengah duduk merokok di sisi lain springbed ini.

Uda Johan tak menjawab, namun bergerak turut mencari. Akhirnya pakaian dalam yang berbentuk segitiga itu di temukan uda Johan tergeletak di sudut springbed. Sepertinya kami berdua tak sadar benda kecil itu tadinya terlempar ke arah mana oleh perbuatan kami tadi.. Uda Johan berdiri, melangkah mendekatiku, sambil mengulurkan pakaian segitiga tersebut. Aku berusaha merebut kain segitiga penutup pertemuan pahaku itu dari tangan uda Johan. Dengan bercanda uda Johan melemparkan benda itu kembali ke atas springbed. Aku bergerak cepat untuk meraihnya, hampir dapat … namun tak ku duga, handuk yang melilit tubuh sintalku terlepas dari tubuh….

“"...Aw… Ah.. Ah.. Uda (Aw… Ah.. Ah.. Abang)…!”", Aku menjerit penuh manja. Tubuhku kembali telanjang, kelabakan berusaha menutup pertemuan pahaku dengan kedua tangan. Uda Johan yang telah mengenakan celana dalamnya kembali menghampiri dan memelukku. Aku langsung terjerembab, jatuh ke atas springbed itu diikuti tubuh tegapnya, dan langsung menindih dengan tubuh besarnya yang masih lembab sehabis mandi.

Uda Johan berusaha menciumi bibirku. Aku gelagapan tak menduga akan menerima perlakuan uda Johan seperti ini, namun akhirnya larut sehingga kini kami saling kulum.

Akupun tidak mau kalah… Dorongan perasaanku begitu kuat membalas setiap hisapan lidah uda Johan seraya mendekap bahunya dengan kedua tangan. Sedangkan kedua tangan uda Johan berada di samping kepalaku. Dari bawah, aku hanya bisa membalas perlakuan bibir dan lidah uda Johan, meskipun kini kedua tungkaiku telah menyibak terbuka, menempatkan tubuh uda Johan diantaranya.

Tangan kiri uda Johan meraih bukit padat membulat di dadaku, meremasnya perlahan.. Diikuti bibir berkumisnya melabuhkan gigitan-gigitan kecil pada bukit padat kananku yang membusung. Menyebabkan nafsuku kembali bangkit dengan cepat, lalu menyambut tindakan lelaki itu dan mengimbanginya..

Tangan kiri uda Johan terasa menggelosor pada permukaan perutku yang rata, makin turun ke bawah pusar… berhenti pada gundukan hangat di pertemuan pahaku. Seketika jarinya menyeruak kedalam..! Aku menggeliat… semakin membuatku tidak karuan. Aku semakin basah, gejolak birahi ini telah merasuki menegang, membuatku mendesah… !

Selagi tangan uda Johan meremas kedua bukit membusung di dadaku yang puncaknya semakin menjulang kini, tubuh uda Johan beringsut turun hingga kepalanya berada di pertemuan paha yang basahku. Menjilat seluruh isinya dengan lidak kasapnya..! Membuat rasa basahku semakin menjadi–jadi… Kedua paha lenjang ku semakin menjepit kepala Johan di karena rasa geli.., gairah.., dan rasa yang seakan membulak-bulak dari dalam tubuhku. Kedua tanganku bergerak menuju kepala lelaki gagah ini, menarik dan menjambak rambutnya..! Aku mendengus..,

"“....Mnnnh Ah mm Ugh… Mm"”, Aku mulai merasakan aliran basah mengalir dari dalam kewanitaanku ini semakin membanjir.

Kemudian uda Johan bangkit dan berdiri, memposisikan tubuhnya sejajar diatas tubuhku. Ternyata dia telah telanjang juga. Rupanya saat dia merangsanku tadi, uda Johan juga melucuti pakaian dalamnya sendiri.

Dengan kedua tangannya diraihnya kedua tungkaiku dan menyibakkannya. Aku hanya bisa memegang dengan erat kain sprei menanti dengan tegang saat-saat ini... uda Johan mengarahkan batang kejantanannya, mempersiapkannya untuk memasuki tubuhku yang kini terkangkang pasrah... Aku tak sungkan memandang ke bawah meskipun dorongan untuk itu demikian kuat. Aku memalingkan wajahku karena rasa malu, kuatir dan jengah...

Aku merasakan sebentuk batang yang kokoh mulai memasuki diriku di bawah.. Sungguh perlahan… Aku menggigit bibir bawahku saat terasa seret dan nyilu…

"...Oohhh....Udaaa.." desahku lirih... Betapa panasnya batang kaku tersebut saat mulai masuk..! Rasanya seperti di sumpalkan. Lelaki itu bergerak memajukan pinggulnya, mendorong batang tegangnya hingga masuk semuanya..

"“...Ouww... Udaaa..!”" erangku saat batang tegang kaku itu amblas terbenam seluruhnya. Ujungnya kembali menyentuh dasar kewanitaanku…, Aku menggialkan tubuh… mataku memicing... kedua tanganku mencengkeram sprei.

"...Ondeh.. Iyo..." Aku merasa selangkangan lelaki itu membentur pertemuan kedua pahaku. Saat disadarinya keseluruhan batang tegang telah terbenam amblas dalam kewanitanku,. uda Johan berdiam beberapa saat. Dengan perlahan dia menarik pinggulnya kembali. Aku merasakan lepitan kewanitaanku tertarik mengikuti arah tarikannya. Aku mulai merasakan nyaman dengan keberadaan batang tegang itu didalam kewanitaanku. Aku mendesah keras..,

“"...Ouhh Uddaa……!”" Meskipun seperempat bagian yang berada diluarku milikku, Johan mendorong pinggulnya lagi, sangat perlahan..! kembali mentok, rasanya hangat, masih belum sirna sedikit rasa tebal dan nyilu…!

Uda Johan menarik pinggul kembali dan menekan masuk seperti tadi. Di ulanginya dengan tempo yang semakin bertambah, Gerakan Johan semakin cepat,

“"...Udaa…'Nndehh… Ugh.. Uugh…!"” Aku mendesah dalam interval makin pendek. Meski tanpa ada gerakan berarti dari tubuhku di bawahnya, karena rasa capai dan otot pinggul yang serasa kaku. Namun aku sangat menikmati persetubuhan ini.

Aku malu saat terdengar ada kecipak bunyi - bunyian pada benturan kedua selangkangan kami yang telah basah oleh keringat saat uda Johan bergerak memakukan batang kejantanannya ke dalam kewanitaanku...

Tak lama kemudian, Aku mengerang keras dengan suara parau… mataku terpejam. Tubuhnya serasa meledak di keheningan suasana…,! Aku menegang kejang…! Aku melentingkan punggung keatas bak ulat tertusuk duri, menjepit ketat pinggul uda Johan dengan kedua tuingkaiku yang saling berkait di belakang pinggangnya. Jiwaku serasa ringan, terbang melayang dengan belulang yang seakan di lolosi…! terkulai.. capai.. Di bagian dalam kewanitaanku kembali berkedut-kedut secara ritmis..!.

"“...'nndehh… Ahhhhhh… Adduhh… ‘Duhh !”"

Aku tak begitu memperhatikan, tapi seingatku uda Johan masih terus bergerak, menghujamkan batang tegangnya pada kelembutan kewanitaanku. Tak berhenti…! Malah semakin cepat..! Kedutan-kedutan di bagian dalam kewanitaanku seakan memerah batangnya… memijit-mijit sporadis.

Aku terkangkang pasrah, diam terlentang dalam kemasan yang teramat sangat,. Kedua tanganku tergolek tidak berdaya untuk ku gerakkan. Hanya kecipak suara pertemuan kelamin kami saja dan deru nafas uda Johan yang memburu riuh terdengar dalam ruangan itu.

Tidak lama berselang, uda Johan dengan cepat menyusul... Seraya menggeram ia menyentakan pinggulnya ke bawah dengan kuat menekan pinggulku terhenyak dalam pada keempukan springbed,. Tubuhnya menegang dan menyentak beberapa kali. Kurasakan beberapakali semburan hangat menumbuk dinding adalam kewanitaanku. Aku menggeliat….! Semburan itu seakan memijit tombol-tombol birahiku kembali…, materi kental kehidupannya mengisi setiap ruang dalam kewanitaanku… Lalu semuanya hening….

Dan lelaki pejantan-ku ini rebah diatas tubuh sintalku yang licin berkeringat di sana-sini. Kemudian tubuh tegapnya menggelosoh ke sampingku.

++++++++++++​
 
Terakhir diubah:
Jam 2 malam itu juga Winda meminta di antar kembali ke kamarnya namun Johan memaksanya tidur di situ.

"“...’Da… Winda.. ka kamar malam iko yo (bang Winda..kekamar malam ini ya..)..?"

“"...Beko Uni uda pulang baa pulo? Bisa gawat ‘da (nanti kakak abang pulang gimana? bisa gawat bang..)" ”.tambah Winda tetap bersikeras. Winda takut jika kakaknya Johan tiba-tiba pulang dan menemukan Winda tengah berada di dalam kamar adiknya.

“"...Kan Winda masiah latiah, disiko sajo lah. Uni indak mungkin pulangnyo malam ‘ko (kan Winda masih letih, disini sajalah, kakakku pulangnya ‘gak mungkin malam ini koq)"”, sahut Johan.

"“...Winda indak namuah lalok disiko, kalau di caliak urang lain tantang awak apo pulo katonyo beko (Winda tidak mau tidur disini, nanti jika dilihat orang lain tentang kita bagaimana)?”", kata Winda menerangkan.

Dengan berat hati dan malas-malasan Winda melangkah diantar Johan ke kamarnya, meski tidak terlalu jauh. Untungnya jalan menuju kamar lampunya tidak ada sehingga tidak akan ada orang yang tau.

Sesampai di pintu paviliunnyanya. Winda melangkah masuk, namun dengan nakal tangan Johan masih sempat meraih dada membusung Winda yang langsung menepisnya.

Saking lelahnya Winda baru ingat bahwa penutup segitiga pakaian dalamnya masih tertinggal di kamar Johan. Winda berbisik pada Johan,

"“...Da, sarawa Winda lupo..., (bang pakaian dalam Winda lupa di pakai)”", dengan tersenyum genit. Johan berkata,.

"“...Bisuak lah uda anta-an, maleh bulak baliak (besok abang antarkan, malas bolak balik)". Begitu tau Winda tidak mengenakan pakaian dalamnya, tangan Johan lansung meraih ke bawah, berusaha meraba kewanitaannya yang tertutup pakaian tidur.

“ "...Malu ‘da, iko kan dilua (malu ini kan diluar bang..)"”, kata Winda.

Winda kemudian mencuci muka dan berbaring. Ia langsung tertidur karena kelelahan yang sangat akibat persetubuhan tadi.

Dan esok nya bekerja seperti biasa. Winda juga sudah lupa pada pakaian dalamnya yang tertinggal di kamar Johan. Setelah dia mengatakan akan menyimpannya di tempat yang aman. Winda tidak kuatir lagi…

E N D​
 
Terakhir diubah:
mangstaaabh suhu....

winda si ibu muda sudah kembali..sepertinya mulai nakal ya..:D

lanjuuut suhu nabirongx.....:semangat:
 
Onde mande once more.... Lanjut Suhu Nabirongx...
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Bimabet
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd