Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

[nabirongx] SANG PENYANYI

nabirongx

Suhu Semprot
Daftar
12 Feb 2016
Post
3.199
Like diterima
1.756
Bimabet
Ini adalah kisah true story, terjadi sekitar awal 2008. Kisah ini berawal saat Dino mengerjakan sebuah proyek di wilayah Priangan Jawa Barat, di kota yang di juluki Kota Dodol. Sebagian pembaca mungkin dapat mengenali setting cerita, lokasi atau bahkan nama-nama yang telah disamarkan dalam cerita ini.

Sebenarnya kisah yang ditulis ini merupakan sebuah awal daripada keseluruhan cerita… Kisah ini berlangsung hampir 1 tahun. Bisa saja dibuat keseluruhan ceritanya, hanya saja butuh waktu dan energi yang sangat besar… sungguh berat untuk mengingat dan mereka-reka kembali masa-masa itu… Hal inilah yang membuat penulis membatasi hanya pada kisah awalnya saja, mohon di pahami.



Cerita lainnya...

 
Terakhir diubah:
Malam Minggu ini Dino tidak pulang ke Bandung ke istrinya. Seperti biasa pada hari Sabtu adalah hari dimana pemilik proyek datang berkunjung untuk melihat kemajuan proyek yang di tangani Dino. Mengenakan kaos dan sarung Dino bersiap-siap untuk tidur. Terlintas di benaknya untuk mengontak Eki, teman yang di kenalnya di kota tersebut. Langsung jemari Dino mengetik sms pada keypad Hpnya. Tak lama kemudian Eki menelponnya..

“Lagi dimana bang….?” Tanya Eki.
“Biasa di kost-an ‘Ki….”sahut Dino datar.
“Nanti aku kesana bang, sekarang lagi nganterin nyokap….”kata Eki lagi.
“Oke…, aku tunggu…..”jawab Dino. Kurang lebih 30 menit kemudian Dino mendengar panggilan dari Hp-nya. Ia yang telah bersiap-siap akan tidur kembali bangkit, melihat di layar Hp-nya, panggilan dari Eki. Langsung di angkat dan diterimanya..

“Bang udah tidur….?”tanya Eki.
“Belum…, lagi dimana ini…”tanya Dino cepat
“Udah di depan ko………”sahut Eki lagi.
“Oh ya…..!?.......” Dino seolah tidak percaya melangkah ke jendela, mengintip ke luar. Melihat Eki melambaikan tangannya di balik kemudi sebuah Atoz hijau. Dino segera membuka pintu dan melangkah keluar dengan masih mengenakan pakaian tidurnya. Eki turun dari mobil dan segera menghampirinya. Sempat di lihat Dino di samping kursi pengemudi seorang wanita muda tengah bermain-main dengan Hp.

“Abang bisa keluar ga…..?” tanya Eki setelah masuk ke dalam kamar kost-annya Dino.
“Bisa…., emang kenapa?” Dino balik bertanya.
“Begini bang, mobil aku ini harus segera di kembalikan ke rumah, klo ga bisa berabe..”ujar Eki.
“Terus…..?” desak Dino.
“Gini aja.., Abang ikuti kami dari belakang dengan mobil abang, kita anterin dulu mobil aku baru habis itu kita jalan….”terang Eki.
“Oh….oke….”ujar Dino sambil melangkah berkemas. Mengganti pakaiannya dengan sehelai kaos berkrag dan celana jeans seperti biasanya. Kemudian segera keluar dan tak lupa mengunci pintu kamarnya. Berjalan membelok kekiri menuju mobil Xenia silver miliknya yang tengah terparkir. Segera menghidupkan mobil tersebut dan memacunya mengikuti mobil Eki yang telah berangkat terlebih dahulu.

Di jalan raya kedua mobil tersebut meluncur cepat, seolah saling berpacu. Berputar pada sebuah bundaran dan kembali melesat menuju arah pusat kota. 5 menit kemudian mobil Atoz hijau tersebut berbelok kekiri, berjalan pelan dan berhenti di depan sebuah rumah berpagar tinggi. Dino menghentikan Xenianya pada jarak kurang lebih 15 meter dari Atoz-nya Eki.

Dilihatnya dari Atoz tersebut keluar 2 pasang manusia. Eki melangkah memasuki pagar rumah tersebut, sedangkan yang bertiga datang menghampiri Xenia-nya Dino. Wanita muda yang tadi di lihatnya berada di mobil Eki masuk dan duduk disamping Dino yang berada di kursi pengemudi. Sedangkan yang lainnya yaitu sepasang anak manusia masuk pada pintu di belakang wanita muda tersebut.

‘Hmm….. menarik juga penampilan wanita ini’ batin Dino. Berkulit kuning langsat dengan postur seimbang. Sekitar 155 cm taksir Dino.
“Saya Lia……… “ ucap wanita muda yang duduk di sebelahnya sambil mengulurkan tangannya.
“Dino…………... “sahut Dino dan menjabat tangan yang terulur tersebut. Kembali mereka terdiam. Sementara sepasang anak manusia yang berada pada bangku belakang mobil Xenia-nya terdengar saling berbisik. Si pria tak lebih dari 25 thn-an, begitu juga wanitanya, mungkin hanya sekitar 22 thn-an.

Dilihat Dino wanita muda yang berada disampingnya mengeluarkan sebatang rokok, LA Menthol…, dan menyulutnya dengan gaya yang anggun.
“Mas… di kota ini ngapain?’ Tanya Lia sambil mengalihkan pandangannya, memandang dengan mata kecilnya yang tajam pada Dino.
“Aku lagi ada kerjaan…”jawab Dino ringan.
“Asli dari kota ini…?”Tanya Dino sambil mengepulkan asap rokok yang tengah di hisapnya.
“Ya..., aku penyanyi di sebuah kafe di kota ini…” terang Lia.
“Aku seorang janda mas….” Ucapnya datar. Dino mengerutkan keningnya merasa ucapan Lia barusan tak relevan. Entah apa maksud ucapan terakhir tersebut.
“Terus mas kost di tempat tadi ? Keluarga bagaimana ?” sambung wanita muda itu lagi.
“Ya.., aku kost di sana, istri ya terpaksa harus di tinggal, paling seminggu atau dua minggu sekali pulang ke Bandung, ya satu-dua harilah.” Terang Dino.

Kembali mereka berdua diam menikmati rokok mereka masing-masing dan tenggelam dalam pikiran mereka. Tak lama kemudian Eki terlihat keluar dari pagar rumah tersebut dan dengan berlari kecil karena gerimis mulai turun, menghampiri mobil. Membuka pintu dan masuk di belakang di samping sepasang anak manusia yang tak henti-hentinya saling berbisik.

“Oh ya bang kenalin ini yang di belakang Andri dan Yuni, masih teman sekantor.” Ujar Eki menerangkan kedua temannya yang dari tadi berbicara dengan berbisik.
“ Dino, tapi panggil aja Abang….” Ujar Dno sambil melihat lewat spion ke belakang.
“Kemana ini ‘Ki ? Aku kan ga tau apa-apa tentang kota ini.” Tanya Dino.
“Belok kiri ‘bang kita anterin Yuni dulu, dia ga bisa ikut…”terang Eki.

Mobil berjalan terus menyusuri jalan yang basah oleh gerimis. Setelah ada aba-aba dari Eki, mobil Xenia silver itu pun berhenti di pinggir jalan. Andri dan Yuni keluar mobil dan sambil berlari kecil berteriak,

“Tunggu sebentar ya bang.., aku anterin Yuni dulu”

10 menit kemudian Andri muncul dan masuk kembali ke mobil. Mobilpun berjalan kembali. Andri ternyata orang yang enak di ajak berbicara, terbukti suasana kekakuan dalam mobil Xenia itu mulai mencair dengan joke-joke ringannya yang kadang-kadang berkonotasi miring.

“Masa ‘teh, ceweknya cuma teteh saja, masa saya harus dengan Eki?” ujar Andri pada Lia. Dino mulai tanggap bahwa wanita muda yang duduk jok sebelahnya ‘di peruntukan’ bagi dirinya.
“Lagi pula ga rame klo ga da pasangannya.” Tukas Eki.
“Sakedap, di cobi heula ku teteh ‘nya (Sebentar, kakak coba dulu ya)..”jawab Lia, Terlihat jemari lentiknya memijit-mijit keypad handphone-nya, Terdengar kemudian dia berbicara dengan seseorang, tak begitu di simak Dino karena dia tengah konsentrasi pada kemudi.

“Bang kita ke sana dulu……..” pinta Lia sambil menyebutkan nama sebuah daerah.
“Kamu yang tunjukin jalannya ya….” Sahut Dino. Dino mendengarkan instruksi-instruksi Lia, belok di sana belok disini dan kemudian berhrnti di depan sebuah rumah.

“Masuk yuk….”ajak Lia pada Dino. Kembali mata kecil yang tajam tersebut menatap. Pandangan mata mereka saling terkait sesaat.
“Oke…..” sahut Dino sambil membuka pintu dan melangkah keluar dari mobil. Diikuti juga oleh Eki dan Andri. Dino berada paling depan, melangkah masuk pekarangan terus menaiki enam buah anak tangga hingga sampai diteras yang berlapis keramik berwarna merah terakota. Melangkah dan masuk pada pintu berwarna biru yang telah terbuka.

“Silakan masuk…, ucap wanita muda bermata tajam tersebut. Segera Dino, Eki dan Andri melesakkan pantat mereka masing-masing pada sofa panjang berwarna merah muda yang ada disana. Dino memandang berkeliling, tersenyum pada pada seorang anak muda yang terbangun dari tidurnya di ruangan TV tersebut karena kedatangan mereka.
“Ci…, ci dimana maneh (Ci dimana kamu)..?” terdengar suara Lia memanggil.
“Sakeudeung (sebentar)………..” sahut sebuah suara wanita dari dalam kamar.
“Yuk….,” ajak si pemilik suara tersebut sambil muncul di depan pintu kamar. Seorang wanita muda lagi berkulit putih muncul. Mengenakan blue jeans ketat dengan T-Shirt yang membungkus tubuhnya, menampilkan figur tubuh yang berlekuk indah. Cukup ‘proporsional’ batin Dino .

Tak lama merekapun telah meluncur di jalanan dalam kecepatan sedang. Lia kembali duduk di depan sedangkan Uci, wanita muda yang baru bergabung dengan mereka duduk di jok tengah berdampingan dengan Eki.

Dino mengarahkan Xenia silver tersebut menuju tempat yang di tunjukkan Lia. Melewati sebuah bundaran, timbul keisengan Dino. Dikelilinginya bundaran tersebut tiga putaran, membuat mereka yang berada di dalam mobil tersebut teriak-teriak kesenangan di bawah pandangan mata beberapa orang yang memperhatikan tingkah mobil mereka dengan rasa heran. Akhirnya kendaraan mereka menepi pada sebuah bangunan. Lebih tepatnya sebuah restoran dengan deretan meja. Di pojok depan sebelah kiri terdapat sebuah keyboard, microphone, speaker besar dan sebuah kendang. Taulah Dino bahwa resto itu menyelengarakan juga musik hidup. ‘Kafe’ lah menurut orang orang setempat. Mereka mengambil tempat di sebelah kiri baris ke tiga dari arah pintu masuk. Andri memesan sepiring sate kambing, Dino dan Eki masing-masing memesan sebotol bir. Sedangkan Lia yang belakangan di ketahui ternyata memang adalah salah seorang penyanyi di kafe tersebut memesan sebotol bir hitam.

Tak lama Lia muncul dari belakang panggung setelah menyambangi teman-temannya yang tengah bekerja.

“Aku bekerja di sini bang…..’terang Lia pada Dino sesaat setelah menghenyakkan bokong padatnya di kursi sebelah Dino.
“Hmmm….., aku boleh minta pulsa..?”pinta Lia pada Dino. Dino tersenyum. ‘Pengen tau nih cewek model penggeretan bukan..” batin Dino.
“Ambil aja….”sahut Dino. Lia melambai pada seorang waiter sambil mengisyaratkan permintaannya. Tak lama setelah kembali waiter tersebut berbisik pada Lia. Raut muka Lia segera berubah.

“Ada apa…..?”Tanya Dino.
“Ini , ga biasanya penjual pulsa di sini minta cash, biasanya aku tinggal bilang dan nanti tagihannya di satukan dengan tagihan minuman” ujarnya gusar..
“Ya udah berapa mintanya…?” putus Dino.
“Voucher 25rb saja…” sahut Lia.
“Nih……”sahut Dino sambil mengeluarkan selembar 50 ribuan dan memberikan pada waiter yang masih menunggu. Setelah itu mereka kembali tertawa-tawa dengan berbagai tingkah polah canda, terutama dengan Andri yang ternyata sangat kocak.

“Bang berapa no hapenya…?”Tanya Lia pada Dino.
“081xxxx……”sahut Dino. Terlihat Lia mengetikkan nomer tersebut pada ponselnya. Tak lama Motorola nya Dino berdering, diliatnya sebuah nomer yang tak dikenalnya.
“Itu nomerku……”ujar Lia tersenyum sambil memandang Dino dengan tajam.
“Oke……’sahut Dino sambil menyimpan nomer tersebut dalam phonebook-nya.

Kembali mereka terlibat dalam pembicaraan yang hangat dan sesekali tertawa kelucuan yang di perbuat mereka, di tengah dentuman musik yang telah mulai dari tadi. Mulai dari lagu pop yang tengah in saat itu sampai ke lagu pop daerah setempat silih berganti di nyanyikan. Terkadang sang penyanyi yang notabene adalah teman Lia menyambangi mereka. Bernyanyi dekat meja mereka. Dino mengerti akan isyaratnya dan mengeluarkan selembar 20ribuan, dan menyawer… Tak terasa waktu berlalu. Kafe tersebut udah mulai membereskan botol-botol dan bekas makanan pengunjung.
 
Terakhir diubah:
“Lia tau atm mandiri terdekat…..”Tanya Dino.
“Tau…dekat…………………….” Ucapan Lia tak terselesaikan karena Dino menyela.
“Temani aku kesana…………...” pinta Dino.

Mereka berdua beranjak setelah mengutarakan maksudnya pada Eki, Andri dan Uci. Meluncur di kebasahan jalan malam itu, dan berhenti di depan sebuah bank plat merah di kota tersebut. Memasuki ruangan kecil dan memijit sejumlah angka yang dirasanya cukup untuk persiapan kalau ada kebutuhan yang mendesak. Karena Dino merasa malam itu belum akan berakhir bagi mereka berlima

Setelah kembali lagi ke kafe semula dan melunasi semua tagihannya dengan penuh percaya diri. Langsung mereka beranjak. Meluncur kembali di jalanan basah.

“Kemana lagi nih……?”Tanya Dino.
“Ke Ngamplang gimana….?” Tanya Lia.
“Hayuk…….”serentak mereka bertiga mereka di belakang menyahuti.

Lia memberikan arah menuju tempat yang disebutkannya tadi. Menuju luar kota arah timur. Jalannya berkelok-kelok dan menanjak. Udaranya sudah mulai sejuk dan cenderung dingin. Pada sebuah warung di pinggir jalan Lia minta berhenti dan mengajak turun semuanya.

Dino mengerti tempat ini adalah kafe pinggiran yang lebih tepatnya di sebut warung. Cukup ramai suasananya dengan dentuman house music terdengar dari pengeras suara sekadarnya. Mereka melangkah masuk dan duduk pada sebuah bale-bale di dalam warung tersebut. Beberapa pasangan terlihat bergerak ritmis menggeleng-gelengkan kepalanya mengikuti musik. Dino tersenyum memperhatikan tingkah mereka dan mengerti apa yang tengah mereka rasakan.

Kembali mereka berlima memesan minuman beralkohol rendah di warung tersebut. Hanya bir dan bir hitam yang tersedia disana. Tapi cukuplah untuk mengatasi udara dingin dan membuat kekakuan mereka mencair. Apalagi Andri yang cukup banyak minum mulai menampilkan kegilaannya. Juga Lia tak kalah gila untuk mengimbanginya. Mereka ketawa dengan keras sekali tak menghiraukan orang lain. Beberapa orang melotot karena terganggu keasyikannya. Mereka berlima tak peduli dan terus seperti itu.

Akhirnya warung tersebut berangsur-angsur menjadi sepi karena di tinggalkan oleh mereka yang terganggu keasyikannya. Lia yang ternyata kenal dengan pengelola warung tersebut, tertawa saat pengelola warung tersebut membisikan hal tersebut pada dirinya. Tak berapa lama kemudian setelah mereka berkemas-kemas dan meluncur turun dari wilayah perbukitan tersebut. Angin dingin yang terasa menusuk melalalui jendela mobil yang terbuka tak membuat mereka membisu, malah sebaliknya. Mereka saling bercanda dan tertawa dalam perjalanan menuju arah kota…

“Bang, pada lapar kan….? Kita cari makanan ok.?” Pinta Lia.
“Arah terminal aja bang….” Sambung Lia lagi. Xenia silver itupun masuk pada gerbang terminal yang tak henti berkegiatan tersebut. Merapat pada sebuah emplasemen dan parkir disana. Lia dan Uci turun dari mobil. Melangkah menuju penjual bubur ayam dekat mobil tersebut. Memesan 3 porsi karena Dino, dan Ekki tak berminat pada makanan tersebut.

Mereka bertiga makan dengan lahap dan setelah selesai mereka tak segera berangkat dan masih berbincang-bincang.

“Abang cape ya..? Sini kakinya naikin biar aku pijitin “ Ujar Lia. Sambil menarik sebuah kaki milik Dino. Sambil tersenyum Dino mengangkat kakinya yang di tarik oleh Lia. Jemari lentik Lia mulai memijit-mijit kali Dino dari luar bahan jeans yang melapisi kaki yang terletak di pangkuannya. ‘Hmmm lumayan’ batin Dino. Pegal-pegal di kakinya terasa berkurang. Merasakan bahan jeans Dino tersebut menyulitkan jemarinya, Lia menyingsingkan jeans di pangkuannya tersebut hingga lutut.

‘Wow!…., kakinya berbulu lebat…’ Batin Lia. Hasratnya sedikit terusik. Kembali kedua tangan Lia beraksi pada betis dan pergelangan kaki Dino. Memijit, kadang mengelusnya menikmati sensasi bulu-bulu kaki tersebut pada jari dan telapak tangannya.

“Berangkat yuk…….”putus Dino. Menarik kakinya dari pangkuan Lia dan menurunkan jeansnya yang tersingsingkan hingga lutut dan merubah posisinya hingga menghadap kemudi kembali. Lia dan mereka yang bertiga lainnya mengikuti dan bersiap-siap. Setelah membayar ketiga porsi bubur ayam tersebut, Xenia silver tersebut kembali meluncur di jalanan yang gelap dan sepi.

“Kemana lagi nih….?” Tanya Dino.
“Terserah abang saja deh……” tukas Lia.
“Lho….saya kan ga hafal kota ini….” Sahut Dino cepat.
“Kalian ga akan pulang malam-malam seperti ini kan..?” sambung Dino lagi.
“Kita sudah sama-sama dewasa.., tak usah sungkan-sungkan, bicara sajalah. Terus terang akan lebih baik…” ucap Dino santai. Mereka berempat yang tadinya diam langsung gelak terbahak-bahak mendengar ucapan Dino tersebut.

“Saya juga cape, butuh tempat untuk meluruskan tubuh ini…” ujar Dino perlahan.
“Setahu saya di Cipanas banyak tempat untuk beristirahat kan…? Ayo tunjukin jalannya “ pinta Dino.
“Kumaha ‘Ci (bagaimana ‘ci)?” Tanya Lia sambil melengos ke belakang menatap pada Uci. Entah apa yang mereka bicarakan, tak lama kemudian Lia kembali pada posisi semula.
“Lurus aja dulu bang, didepan di pertigaan belok kiri..” ujar Lia. Dino mengarahkan Xenia silver tersebut mengikuti petunjuk Lia. Setelah memasuki kawasan Cipanas tersebut Xenia mulai melambat, mencoba menjajaki setiap penginapan yang banyak bertebaran di kawasan tersebut.

“Kalau ada yang berupa cottage dengan 2 kamar saja…”pinta Dino. Setelah berkeliling dan menanyakan pada setiap penjaga penginapan yang menunggu di depan penginapan mereka masing-masing. Cottage seperti yang dimaksud Dino ternyata telah penuh semua. Mungkin dikarenakan hari itu adalah hari libur nasional selama 3 hari. Sehingga kawasan tersebut penuh sesak oleh berbagai jenis kendaraan berplat nomor luar kota. Setelah cape berkeliling, Dino memutuskan mengambil cottage yang terdiri dari 1 kamar tidur dengan 2 buah double bed berikut kamar mandi rendam di dalam. Hanya itu kamar yang tersisa pada malam tersebut.

Setelah menyelesaikan semua prosedur standar sebagaimana biasanya dan melunasi pembayaran yang ditagihkan pada mereka. Dino diiringi Lia memasuki cottage tersebut. Dino langsung merebahkan membaringkan tubuhnya yang terasa lelah tersebut. Terbaring menelungkup tanpa sempat membuka sepatunya Dino menikmati suasana tersebut beberapa saat.

Terdengar juga suara dari Ekki, Andri dan Uci yang duduk sambil bercakap-cakap di bed sebelah yang terpisah di samping bed yang di tiduri Dino.

Tiba-tiba Dino merasakan sepasang tangan memegangi kakinya. Dino melirik, ternyata Lia tengah berusaha melepaskan kedua sepatu milik Dino berikut kaos kakinya. Dan setelah selesai Lia mematikan lampu ruangan tersebut merangkak keatas, menduduki pantat Dino. Ruangan tersebut kini hanya diterangi oleh sinar temaram.

“…Biar Aku pijitin, abang cape banget sepertinya…” Ujar Lia. Dino Tak menjawab hanya menikmati pijatan Lia pada punggung dan pundaknya. ‘Hmmm… nyaman sekali..’ batin Dino. Mungkin ada sekitar 10 menit pijatan itu berlangsung dan Dino merasa lumayan segar.
“…Cukup Lia…, kasihan kamu juga cape juga keliatannya. Sini tidur saja di samping Abang” pinta Dino. Setelah Lia beranjak dari pantatnya segera Dino memutar tubuhnya hingga terlentang. Lia pun menyusul merebahkan tubuhnya di sisi kiri Dino.
“Angkat kepalamu..’pinta Dino. Lia pun menuruti dan mengangkat kepalanya. Lengan kiri Dino pun masuk mengisi ruang antara kepala nya dan bantal.
‘…Sebentar…” ucap Lia seraya bangkit. Kedua tangannya meraih selimut dan menariknya menutupi tubuh mereka berdua hingga pangkal lengan. Kembali Lia rebah di sisi Dino seperti semula. Andri, Ekki dan Uci yang tengah bercakap-cakap tertawa menyaksikan Lia.

Lia membaringkan kepalanya pada lengan kiri Dino serta merubah hadapnya menyamping, merapat pada Dino. Tangan kiri Lia pun sekarang rebah di dada Dino. Telapak tangan kiri Lia bergerak-gerak perlahan mengelus-elus ringan permukaan dada Dino diatas bahan kaos yang melekat pada tubuhnya.

Dino mendekatkan wajahnya pada kepala Lia. Semerbak wangi menghampiri indra penciumannya. Kecupan ringan di jatuhkan Dino pada kepala Lia. Perasaan nyaman segera menghampiri relung hati Lia meresapi arti kecupan tersebut. Tubuhnya beringsut semakin merapat dan tangannya memeluk tubuh lelaki yang tadi sekejap memicu hasratnya , erat sekali. Wajahnya menyelusup pada bahu Dino. Sejenak Lia menengadah. Kecupan ringan Dinopun menerpa kening Lia pada batas tumbuh rambut halusnya. Kedua bola mata Lia menatap wajah Dino. Mereka berpandangan mencoba saling menemukan arti kemesraan yang baru saja berlangsung. Telapak tangan kiri Dino yang bebas merayapi punggung wanita muda itu. Menggosok dan mengelus-elus pada permukaan kaos yang membalut tubuh wanita muda tersebut. Gosokan itu segera menyebarkan rasa hangat yang nyaman pada relung hati Lia.

Lia bergerak sedikit beringsut ke atas, wajah mereka sangat dekat. Napas hangat mereka saling menerpa wajah pasangan. Perlahan Dino menurunkan wajahnya. Lia memejamkan matanya. Kecupan bibir lelaki tersebut hinggap pada kelopak mata kiri wanita muda tersebut. Sedikit terhenyak Lia merasakan betapa kasap lidah Dino menjilati kelopak mata kirinya. Menyeberangi bagian terendah batang hidungnya dan hinggap pada kelopak disebelahnya.

“Hmmmhh……” terdengar lirih wanita muda tersebut menarik napasnya setelah kecupan jilatan Dino berhenti. Kembali membuka kedua kelopak bola matanya yang indah. Terlihat oleh Dino sepercik kilatan gairah pada kedua bola mata tersebut. Terdiam hening tak bersuara mereka. Mata mereka saling bertatapan lekat-lekat menjalin penyatuan kesamaan perasaan dan hasrat yang mulai timbul.

“…’bang….”bisik Lia perlahan.
“…Hmm.. ya, ada apa?”sahut Dino perlahan juga.
“…Kita sandiwara-sandiwara-an yuk…..?” tambah Lia.
“…Maksudnya…, bagaimana…. ?” balas Dino mengernyitkan keningnya menatap pada Lia.
“…Kita kan dalam selimut…, ga akan kliatan kan?, kita bergerak dan bersuara seperti sepasang manusia yang sedang bercumbu.., maksudnya memanasi mereka bertiga yang ada di ranjang sebelah kita itu…” terang Lia.
“…Oooo. Gtu…., oke juga tuh.” Sambung Dino cepat, merasa sisi humornya tergelitik akan hal yang akan terjadi..

Lia segera merangkul leher Dino, begitu juga dengan Dino tak kalah sigapnya, di rangkulnya tubuh hangat wanita muda tersebut. Telapak tangannya segera mengelus bagian punggung Lia.., bergerak liar menimbulkan sihoutte gelombang di permukaan selimut yang melingkupi tubuh mereka.

“…Mmmh…… uhh….,” desah Lia keras. Disengajakan agar terdengar bagi ketiga orang yang sedang bercerita di ranjang sebelah mereka. Lia juga menggeliat-geliatkan tubuhnya seolah-olah tengah mengalami sebuah percumbuan yang dahsyat. Dino berinisiatif menarik keatas selimut tersebut sehingga tubuh mereka berdua tertutup total oleh selimut tersebut.

Gerakan demi gerakan liar di lakukan oleh Dino dan Lia sehingga mau tak mau ketiga pasang mata yang berada di ranjang sebelah memperhatikan gelombang-gelombang gerakan yang timbul pada permukaan selimut yang menutupi mereka. Ditimpali juga dengan suara-suara yang sengaja di keraskan agar ketiga orang yang berada di ranjang sebelah mereka meyakini apa yang mereka dengar dan mereka lihat dalam keremangan lampu yang temaram. Lia yang kadang merasa hampir tak tahan menahan tawanya kadang menggigit kecil dada Dino. Dino mendelikkan matanya menatap Lia seakan-akan mengatakan ‘awas akan aku balas nanti…!’.
 
Terakhir diubah:
“…Sebentar bang….” Bisik Lia kembali.
‘Hmm apalagi yang akan di perbuat wanita muda ini..’ batin Dino. Lia bergerak beringsut ke bawah…, kedua tangannya bergerak pada pinggangnya, melepas kaitan ikat pinggangnya, menurunkan jeansnya hingga lepas dari kedua kakinya… Ups ! Ternyata wanita muda tersebut masih mengenakan hotpants ber-korset di balik jeansnya. Lalu dia kembali pada posisi semula.

Tangan kanan Lia keluar dari selimut dengan menggenggam jeans yang tadi dikenakannya…, sengaja di lakukannya agak perlahan dan di angkat lebih tinggi agar dapat di lihat dengan jelas oleh ketiga pasang mata yang berada di ranjang samping mereka. Lalu di jatuhkannya jeans tersebut ke lantai…

Bruk..!

“Gebleg kalian berdua….! Emangnya kita kita ini bukan orang apa?..” Terdengar gerutu Uci.
“Uuhh... Aku keluar saja…, ayo ikut……” sambung Uci ketus.
“Aku juga ke mobil aja bang…,” serempak Eki dan Andri berucap. Bertiga mereka melangkah turun dari ranjang, melangkah bersama menuju pintu dan menutup pintu tersebut setelah mereka berada di luar ruangan.

”Hihihi…… “ pecah ketawa kecil Lia sesaat setelah ketiga temannya tersebut tak terdengar lagi suaranya…
“Hehehe…..” Dino juga tak dapat menahan gelinya akan hal yang baru saja terjadi.
“Kamu tuh ada-ada saja Lia…..jail amat,” ujar Dino setelah ketawa mereka mereda.
“Pasti mereka pikir kita melakukan hal-hal yang ngga-ngga, padahal hanya sandiwara saja….hihi”, kembali ketawa renyah Lia pecah.
“Udahlah… lemes aku ketawa terus dari tadi… ga ada habis-habisnya” sahut Dino.
“Ayo kita istirahat saja……” ucap Dino.

Sesaat Lia yang tengah duduk menatap Dino dalam-dalam, kemudian beringsut mendekat dan kembali pada posisi semula, merebahkan kepalanya pada lengan kiri Dino dan menyelusupkan wajahnya di dada. Dino menyambutnya dan merangkulkan tangannya pada punggung wanita muda yang hangat itu. Semburat wangi rambut Lia kembali menerpa indra penciuman lelaki muda tersebut, perasaan nyaman mengalir di seluruh syarafnya.

Perlahan Dino menurunkan wajahnya mengecupi kepala wanita muda tersebut, menghirup wangi yang terbit di sana. Lia mendengus lirih, pelukannya semakin erat dan mendekapkan wajahnya pada dada Dino makin ketat. Terasa hawa hangat hembusan napasnya menerpa dada Dino yang berlapiskan kaos. Perlahan tangan kanan Dino naik, jemarinya menyambangi rambut wanita muda itu, mengusap dan mengelusnya perlahan…

Lia merasakan usapan dan elusan tersebut membuatnya sangat nyaman, perasaan damai terbersit di dadanya. Pelan wajahnya menengadah. Usapan dan elusan Dino turun lalu singgah pada pipi kiri Lia, meraba dan mengelusnya, merasakan betapa halus kulit wajah wanita tersebut. Kembali kedua pasang bola mata insan yang berlainan jenis itu bersitatap. Mencoba menyelami perasaan dan meyakini hasrat masing-masing. Tak lama Lia kembali terpekur, menempelkan keningnya pada dagu Dino. Hembusan napasnya terasa hangat pada permukaan pangkal leher nya. Helaan napasnya lebih cepat dari sebelumnya.

Dino mengecup kening wanita muda yang berada di depan dagunya. Ringan saja bibirnya berlabuh pada kening halus Lia. Kedua bola mata Lia terpejam meresapi rasa aneh yang muncul pada hatinya. ‘Uh… abang ini lembut dan penyayang sekali’ batin Lia. Lia menggerakkan wajahnya keatas perlahan, sehingga kecupan Dino menjadi merambat turun, menyusuri batang hidungnya yang kemudian berhenti pada puncak hidungnya yang kecil bangir. Berhenti sejenak , lalu sambil menarik napasnya dalam-dalam dan memejamkan mata, Lia menggerakan kembali wajahnya seperti semula, mulai dari kening hingga berhenti pada puncak hidung. Begitu terus beberapa kali. Detak jantung Lia mulai menjadi cepat. Lalu..

Pada gerakan ke sekian kalinya Lia tak menghentikan gerakan tersebut, melainkan meneruskan perjalanannya hingga dalam satu gerakan di barengi dengan satu helaan napas panjang dan meredupnya kedua kelopak mata Lia, …kedua bibir mereka langsung bertaut. Saling mengulum dan menghisap… menemukan kesamaan hasrat yang telah memercik sedari tadi.

Bibir Dino mulai mengulum bibir bagian bawah milik wanita muda tersebut, menggodanya dengan jilatan-jilatan lidah saat kuluman tersebut berlangsung. Tak kurang hangat sambutan Lia meningkahi kuluman lelaki yang kini berada dalam dekapannya. Dino beringsut miring mengangkat tubuhnya, dan kini Lia terlentang sempurna dengan mata terpejam sambil menggerumasi rambut ikal Dino yang tengah menekuni kelembutan bibirnya. Kehangatan birahi mulai menyambangi keduanya.

Lidah Dino meggelitiki permukaan kelembutan bibir janda muda tersebut, berpindah-pindah dari bibir atas dan bawah. Lia menanggapi dengan mencucupi lidah kasap Dino dan akhirnya kedua belahan bibir lembut tersebut membuka. Memberikan jalan bagi lidah Dino yang segera meluncur ke dalam.

“…Hmmm… “desah halus wanita tersebut mulai terdengar. Kedua tangan Lia juga tak diam. Sementara tangan kanannya menggerumasi rambut lelaki tersebut, tangan kirinya mengelus pipi Dino, …meraba turun pada leher dan bahu,… kembali ke tempat semula berulang-ulang, hingga akhirnya menyelusup pada krag kaos Dino…, merabai punggung si lelaki dari dalam, …menyentuh langsung pada kulitnya…! Dino juga tak mau kalah. Sembari kedua pasang bibir mereka tengah berpalun-palun dalam kelembutan rongga mulut Lia, tangan kanan Dino merayapi pipi halus wanita muda tersebut, …turun pada kehalusan kulit leher, … merabai tulang belikat disana.

“…Uhh……” lirih terdengar rintih Lia saat telapak tangan kanan Dino mulai merayapi bukit dada kirinya yang membusung padat pada permukaan pakaian yang dikenakannya. Mengelus dan merayapi dengan ringan berulang-ulang. Kini telapak tangan kiri Lia yang tadi merabai punggung Dino merayap turun pada bahu, …pada permukaan dada yang masih dibalut pakaian, …meluncur diatas perut yang menimbulkan kegelian bagi Dino sehingga menarik tubuhnya agak menjauh. Lia tak berhenti disana melainkan meluncurkan telapak tangan kirinya pada pinggang Dino, menyelusup ke dalam dan menarik keatas kaos yang di kenakan Dino hingga tangan nya dengan leluasa merayap masuk pada perut, …terus keatas menemukan puting dada lelaki tersebut yang langsung di elus dan di pijit-pijitnya dengan lembut..!

Dino merasakan setiap usapan yang dilakukan Lia semakin intens dan memabukkan. Jemari tangan kanan Dino bergerak ke balik kaos yang di kenakan Lia, merambati perlahan diatas permukaan kulit perut yang licin, terus naik keatas menyelinap ke balik bahan pembungkus dada Lia, mengusap dan meremasnya perlahan.

“…Uhhkh…, desah Lia tertahan merasakan jemari kasap tersebut mulai memberikan pasokan-pasokan gairah pada dirinya. Telapak tangan sebelah kanan Lia langsung bergerak ke balik punggung lelaki yang tengah menindihnya, memeluk dan mendekap dengan erat. Tubuh indahnya mulai mengeletar…

Merasa tak cukup dengan aksinya, Dino mendorong lepas kaos yang dikenakan Lia ke atas, meloloskan kaos itu melalui kepala. Wanita muda tersebut membantu dengan mengangkat punggung dan tangannya..!! Seolah-olah mereka berdua telah saling sepakat untuk maju pada tahap yang lebih jauh.

Tak lupa telapak tangan Dino mendorong cup bra milik wanita berkulit langsat tersebut ke atas, memunculkan kedua bulatan padat pada dadanya bersentuhan dengan udara langsung. Tak ketinggalan Dino melepas pula kaos yang tengah dikenakannya. Kini wajah Dino mendekati dada wanita muda tersebut. Dengan sigap bibir Dino mengulum bulatan padat sebelah kiri milik Lia…

“…Ahhh…..”erang Lia seraya membanting kepalanya ke sebelah kanan, merasakan serbuan panas lidah dan bibir Dino melambungkan gairahnya semakin tak terbendung. Kedua tangannya kini hanya dapat memijit-mijit punggung Dino. Matanya terpejam dengan bibir terbuka..., terlihat seksi sekali dimata Dino. Hisapan dan kuluman bibir Dino berulang kali menerpa bulatan membusung di dada Lia, kadang menggigit dengan lembut. Bergantian dengan telapak tangan Dino yang meraba dan meremas pada bulatan padat yang satunya. Tak leluasa, cup penutup bulatan membusung di dada Lia dengan cepat pula menyusul kaos miliknya.

Kini jari telapak tangan kanan Dino merayap turun ke arah perut, menemukan kait hotpant berkorset yang di kenakan Lia. Dengan cekatan jarinya melepas kait hotpant berkorset tersebut satu demi satu, tanpa ada sedikitpun penolakan dari si pemilik korset yang tengah menggeliat-geliat di dera nafsu. Kini wanita muda tersebut hanya mengenakan pakaian dalam berenda hitam, benda terakhir yang membungkus pertemuan pahanya. Tak lupa Dino juga meloloskan jeans yang di kenakannya.

Dengan perlahan Dino menelikupi tubuh wanita muda tersebut. Naluriah kedua kaki Lia membuka memberikan ruang pada pinggul Dino untuk masuk diantaranya. Lelaki tersebut menempatkan kejantanan miliknya yang tegak terbalut pakaian dalam pada pertemuan kedua paha Lia yang juga masih terbalut carik kain terakhir. Ujung batang tersebut tepat pada lepitan terbalut kain tersebut. Dino mendorong…

“…Ahh… aauuhhh…!!!” lenguh Lia terdengar keras. Tubuhnya menggeliat dan menggigil. Dino bergerak konstan, mendorong dan menggosok di sana. Setiap dorongan pinggul Dino diimbangi Lia dengan gerakan menyentak pinggulnya ke atas, menyambut dorongan batang tegar tersebut agar tepat pada titik sensitifnya. Berulang-ulang gerakan seirama yang mereka lakukan seolah-olah ada yang mengomando.

Bibir dan lidah Dino kini mengulum cuping wanita muda itu, menghisap dan mengulumnya dengan bersemangat, memberikan pasokan-pasokan birahi menggiring wanita muda tersebut menuju kehendak tuntas yang semakin mendekat. Lia memejamkan matanya menikmati betapa cumbuan lelaki yang tengah menggumulinya mengobarkan kehendak birahinya yang mendasar. Tak dapat ia menghindar ataupun menolakkan setiap aksi yang dilakukan Dino, karena logikanya telah di buntukan oleh hasrat yang menuntut dan gairah yang melanda segenap titik-titik sensualnya.

“…Aaahhhh…”erangan demi erangan semakin sering terdengar dari bibir mungil tersebut.

Dino mengangkat tubuhnya, bergeser ke bawah dan kembali menggumuli kedua bulatan kental dada Lia bergantian. Jemari tangan kanannya merayap ke bawah dan menghampiri wilayah segitiga pada pertemuan paha wanita muda itu. Jarinya menyibakkan penutup wilayah segitiga tersebut ke samping, mengelus dan meraba permukaan lepitan lembut disana. Jari tengah Dino mengelus-elus sebentuk daging kecil disana…! Hentakan pinggul Lia semakin kuat dan cepat, mencoba mengimbangi irama jari tengah lelaki yang mengelus-elus dengan lembut. Wilayah lepitan tersebut mulai lembab oleh cairan hangat yang timbul dengan alami.

Jari tengah milik Dino mencoba menelusuri lepitan tersebut. Mendorong jarinya lebih dalam.., menyeruakkan lepitan tersebut untuk meretas jalan bagi jemarinya. Hingga dua buku jarinya terbenam, Dino menekuk ujung jarinya yang berada di dalam kewanitaan Lia, merasakan ujung jarinya bersentuhan dengan permukaan lembut yang berbintil-bintil kecil dan menggosok lembut permukaan tersebut dengan ujung jarinya...

“…Ah… aahh… aaahhh…” erangan beruntun terlontar begitu saja dari bibir Lia seraya melempar wajahnya ke samping kiri dan kanan. Menyentak-nyentakkan pinggulnya seirama gosokan jemari pada wilayah di dalam kewanitaannya. Mencengkeram pundak lelaki yang tengah berada di atasnya itu. Kuku jarinya menekan menimbulkan jejak pada bahu Dino. Merasakan bahwa usapan jemari Dino di wilayah itu memicu nikmat yang berkesangatan melanda tubuhnya.

Dino merasakan jarinya yang berada di dalam kewanitaan wanita muda tersebut seolah-olah tengah dibalut oleh sebentuk daging lembut yang hidup. Bergerak-gerak ritmis laksana memijat dan meremas…!!!

‘Hmm…, inikah yang dinamakan dengan empot ayam’ batin Dino. Rasa bungah membuncah di dadanya, menemukan dan mengalami salah satu mitos yang beredar di kalangan para lelaki.

Kedua tangan Dino meraih karet pakaian dalam terakhir yang masih menutupi pertemuan kedua kaki wanita muda tersebut. Mencoba menariknya ke bawah. Lia kaget dan segera mencekal karet pakaian terakhirnya, mencoba mencegah tindakan lelakinya, menatap tajam pada kedua bola mata Dino.

“…Nikmati aja…” bisik Dino untuk meredakan tatapan tajam Lia yang seolah-olah menanyakan maksudnya. Tak lama berselang Lia mengalah, …membiarkan pakaian dalam terakhirnya di lucuti Dino, membantu meloloskan benda segitiga berenda hitam tersebut dengan mengangkat pinggulnya. Tubuh telanjang wanita muda muda itu mengilat berkilauan di terpa cahaya keremangan yang menerobos melalui sela sela gordyn penutup jendela. Sangat kontras terbaring diatas bedcover yang telah acak-acakan. Mengeliat-geliat dalam untaian nafsu yang telah membara.

Dino mendekat, menggenggam kedua kaki Lia pada bagian belakang dekat lutut., membukanya ke samping. Wajah Dino mendekati pertemuan kedua paha wanita muda itu pada lepitan memerah muda nan lembut, dipagari oleh rambut-rambut halus di sekelilingnya.
 
Terakhir diubah:
“…Ja..., jaa..., jangaaann bang…” desis lirih Lia terdengar jelas di telinga Dino. Telapak tangan wanita muda itu menutupi bagian intimnya dari pandangan Dino. Dino membiarkan saja telapak tangan tersebut, wajahnya mendekat pada bagian belakang paha kiri Lia, mengecupinya, merayapkan lidahnya di sepanjang bagian belakang paha tersebut menuju dekik belakang lututnya. Bergantian pada paha kiri dan kanan.

Desahan wanita muda itu semakin sering. Kedua telapak tangannya beralih menggerumasi rambut di kepala Dino, lupa untuk menutupi wilayah intimnya. Jilatan Lidah Dino dari dekik di belakang lutut kiri menjalar turun di sepanjang permukaan belakang paha Lia kearah bawah.., perlahan diselingi kecupan-kecupan sporadis turun hingga pertemuan pahanya. Lidah Dino menjalar berputar-putar di sekeliling lepitan di kewanitaan lembut memerah muda itu.
Lalu…

“…Ah… aahh… aaahhh…” erangan beruntun terlontar keras dari bibir Lia saat bibir dan lidah Dino mengecup dan menjilati lepitan lembut miliknya. Pinggulnya tersentak-sentak seirama jilatan lidah Dino pada lepitan kewanitaannya. Genggaman tangannya pada rambut Dino semakin erat. Matanya mendelik hingga bagian putihnya saja yang terlihat. Sungguh amat hebat dera birahi yang tengah menjalari sumsumnya.

Jilatan demi jilatan dilakukan Dino pada lepitan yang semakin lembab dan beraroma khas tersebut, kadang lidah menggelitiki daging kecil disana, kadang lidahnya menjulur ke dalam menyelusupi seluruh permukaan pada bagaian dalam lepitan tersebut. Hentakan pinggul Lia semakin intens, semakin sering bagian dalam pahanya seolah-olah menampar wajah Dino. Kaki kirinya kini naik ke belakang punggung Dino, sehingga wilayah kewanitaannya semakin terkuak untuk di eksplorasi.

“…Ahh.. hhh… owh…” erang Lia keras. Tangan kirinya kadang berpindah mencekal erat pergelangan tangan kanan Dino yang melingkar dari bawah menapak pada perutnya. Beberapa kali wanita muda itu mengangkat wajahnya dengan bibir terbuka menatap pada selangkangannya yang tengah di geluti oleh bibir dan lidah lelakinya.

“…Ohh… Uhh…!!!” erangan demi erangan meluncur tak terbendung dari kedua bibir mungil Lia. Meningkahi gelinjang dan geliat tubuhnya didera gelombang birahi yang menggiringnya semakin dekat pada titik tak bisa kembali.

Kemudian Dino beringsut, menggerakkan tubuh bagian bawahnya kearah kepala wanita muda tersebut. Lalu mengamit pinggang Lia agar berbaring menyamping sehingga bagian pinggulnya tepat berada di hadapan wajah Lia. Kembali Dino melancarkan jilatan dan kuluman pada lepitan kewanitaan wanita muda itu dalam posisi saling berbaring menyamping.

Dirasakan Dino jemari lentik wanita muda itu meraba batang kejantanan miliknya yang telah tegap di balik bungkus pakaian dalamnya. Jemari itu mengurut dari luar pakaian dalam Dino, perlahan mengikuti bentuk memanjangnya. Lalu jemari wanita muda itu mengusur pakaian dalam terakhir yang di kenakan Dino, terus meloloskannya melalui kedua kaki Dino…!!!

Telapak tangan berjari lentik itu mulai mengelus benda tegar di selangkangan Dino mengikuti bentuk memanjangnya. Mengecup ringan ujung bonggol membulat itu. Berkali-kali dilakukannya…!!! Sementara telapak tangannya kini merayapi pinggul Dino dari arah samping menuju ke belakang kearah bokong Dino. Meremas-remas bokong Dino dengan lembut. Sambil memberikan tekanan telapak tangannya pada bokong Dino, bibir mungil itu mulai mengulum kepala bonggol batang kejantanan Dino. Terkadang dalam kuluman tersebut lidahnya menari-nari membelai bonggol batang berurat tersebut. Tindakan Lia tersebut membuat tubuh lelaki itu sedikit menggigil, merasakan betapa belaian lidah tersebut membuat batang beruratnya tersebut semakin menegang dan kaku.

“… Ahhh…” desah Lia keras seraya melepaskan kulumannya pada batang berurat milik Dino. Dirasakannya betapa lidah lelaki itu semakin liar dan ganas menelusuri setiap mili bagian dalam lepitan kewanitaannya. Lidah tersebut bak ular yang tengah menjelajahi sarangnya. Tak henti-hentinya bergerak menjelajahi bagian yang telah lembab itu.

Sepasang tubuh telanjang yang telah berkilat di karenakan peluh itu kini saling menggelinjang dan bergerak konstan. Pinggul Dino bergerak maju mundur untuk menggali sumber birahi dari lidah dan bibir Lia yang tengah mengulum dan menghisap.., begitu pula pinggul wanita berkulit mulus itu, bergerak gelisah dalam deraan birahi yang diberikan lidah dan bibir Dino.

Setelah beberapa saat Dino bergerak, menarik tubuhnya. Memposisikan tubuhnya berlutut di depan pertemuan kedua kaki jenjang Lia. Menggenggam kedua lutut wanita tersebut dengan masing-masing tangannya dan menguakkannya kesamping tubuh pemiliknya. Wilayah pertemuan kedua paha Lia terbuka dan terpampang lebar…!!!.

“…Abang terusin ya…?” Tanya Dino. Lia tak menjawab. Matanya berkejap-kejap menatap mata lelakinya. Dino memahami arti pandangan tersebut. Lalu ia bergerak menempatkan ujung membulat batang kejantanannya tepat pada lepitan kewanitaan milik wanita berkulit langsat tersebut. Lia menarik sebuah bantal yang berada disebelah kirinya, menempatkan bantal tersebut guna menyangga kepalanya.

Dino menggerakkan pinggulnya maju perlahan. Ujung membulat batang tegarnya menggerus permukaan lepitan yang telah basah tersebut. Dilakukannya berulang-ulang.

“…Ugghh…” erang Lia. Wanita cantik tersebut mengangkat kepalanya, sehingga kini matanya dapat memandang tepat pada wilayah kewanitaannya yang tengah di gerus oleh ujung membola batang tegar Dino. Tiba-tiba Dino merasakan sebuah tangan menggenggam batang tegarnya. Ternyata jemari tangan kanan Lia telah menggenggam batang tegarnya. Dirasakannya jari tersebut menempatkan ujung batang kejantanannya tepat pada belahan lepitan kewanitaan yang kini telah basah.

Dalam tatapan kedua bola mata Lia pada pertemuan kelamin mereka, Dino menggerakkan pinggulnya, mendesakkan ujung membola batang tegarnya…, mencoba melakukan pembukaan awal.., berusaha menyeruakkan lepitan kewanitaan yang telah basah itu untuk memulai penetrasi perdananya.

Batang berurat tersebut mili demi mili bergerak membelah lepitan lembut tersebut. Sedikit demi sedikit dimensi batang yang masih berada di luar berkurang… Perlahan tapi pasti bergerak maju..!!!

Saat tersisa kira-kira setengahnya yang masih terlihat, Dino merubah posisinya. Kedua tangan Dino kini bertelektekan di samping tubuh wanita berkulit mulus itu. Kedua telapak tangan wanita muda itu kini mengenggam pergelangan tangan Dino agar lebih merapat pada tubuhnya yang terbaring dibawah dengan kedua tumit kaki menekan bagian belakang kedua paha sang lelaki.

Setelah menarik napas Dino kembali bergerak… Menggerakkan pinggulnya, menekan dan mendorong batang kejantanannya lebih dalam pada kewanitaan Lia. Akhirnya keseluruhan batang berurat milik Dino amblas terbenam dalam kewanitaan wanita muda itu.

“…Argghhh…” erang Lia sembari menyentakkan kepalanya kebelakang hingga tubuhnya melenting diiringi cengkeraman kuku jemarinya pada pergelangan tangan Dino. Matanya terpejam dengan kedua kelopak bibir menguak, megap-megap seperti kehabisan napas. Dirasakannya keseluruhan batang tegar itu kini telah mengisi bagian dalam lepitan kewanitaannya dengan amat penuh, menyesakkan...

Dino diam sesaat. Denyut-denyut sebentuk daging kenyal serasa memijat, mencekal seluruh permukaan batang tegarnya. Bergerak ritmis tak henti. Dino bergerak. Menarik pinggulnya ke atas perlahan.

“…Ooohhh…” erangan kembali terdengar dari bibir mungil Lia. Kepalanya kembali terangkat, wajah dan kedua bola matanya tertuju pada pertemuan pahanya sendiri, pada lepitan kewanitaannya dengan bibir terbuka. Disaksikannya batang berurat lelaki itu bergerak naik, menarik diri dari keterbenamannya… Pas tinggal kira-kira seperempat lagi, Dino kembali mendorong…, batang tegarnya meluncur kokoh menyelami kedalaman liang kewanitaan Lia…
“…Oouuhhh…. Abanngg…”erang Lia beruntun. Kembali Dino menarik kembali batang tegarnya.. dan mendorong kembali..., berulang-ulang dengan tempo makin lama semakin cepat. Kedua kaki janda muda itu kini terkangkang lebar menjulang ke atas di belakang punggung Dino.

Dapat dirasakan Dino betapa liang kewanitaan Lia laksana hidup, menjepit dan 'mengunyah' batang tegar miliknya yang tengah memborbardir liang tersebut dengan intens.

Kadang Dino mendiamkan batang tegar miliknya terbenam pada liang kewanitaan Lia. Denyutan demi denyutan di lakukan Dino pada batang tegarnya.. terasa oleh Lia betapa batang tersebut dalam kediamannya seakan membesar dan makin membesar…

“…Aaahhh….. Oouuhhh….” Kontan Lia melolong-lolong..!!! Pinggulnya melakukan gerakan memutar secara naluriah seirama dengan kedutan-kedutan yang dilakukan Dino. Tak lama kemudian tubuh Lia seperti menggigil dalam dengus napas yang memburu.

“...Aaahhh…….. mmpph….OHH ..!!!” pekik Lia, kedua kakinya membelit ke belakang pinggul Dino dan bersilangan seakan mengunci. Dekapan kedua tangannya semakin ketat dan kukunya terasa menggores di punggung lelaki yang menindihnya sambil bibirnya mengecup keras bahu Dino hampir menggigitnya. Remasan dan jepitan liang kewanitaan Lia terasa semakin cepat dan kuat. Sepertinya gelombang klimaks tengah melanda dirinya.

Beberapa saat kemudian suasana mereda.

Lia menarik tubuhnya dan rebah terlentang. Kedua tangannya memegang tangan Dino tepat pada siku, lebih tepatnya menggenggam disana. Tatapan matanya memandang pada wajah Dino yang kini kembali mengayunkan pinggulnya , menghujamkan kejantanannya pada liang kewanitaan wanita berkulit bersih itu, silih berganti menatap kearah pertemuan pahanya.

Kadang Dino menghentikan gerakan mengayun pinggulnya namun mendenyut-denyutkan batang kejantanannya yang terbenam...

"...Oooouuhh....OOOHHH....,!!!, Kontan Lia melolong-lolong merasakan betapa denyutan batang kejantanan lelaki itu memijit-mijit setiap tombol kenikmatan pada dinding kewanitannnya yang tak henti berdenyut seolah memijit dan menghisap-hisap batang kenyal milik Dino.

"…Come on.... AKU MAU SAMPE LAGIHH... OOOHHH..!!!" erang wanita itu parau sembari menggerakkan pinggulnya, menjemput..., menuruti.., demi mengimbangi setiap hujaman batang kejantanan Dino. Seolah gerakan mereka seirama seakan telah menemukan ritme yang pas. Dino bergerak makin cepat menghujamkan batang tegarnya. Kadang terdengar suara kecipak pertemuan kedua pangkal paha mereka.

Sebentuk rasa yang akrab dikenalnya mulai terasa merambat pada punggungnya... menuju ke bawah... Sementara pinggul Lia semakin bergerak patah-patah, seakan terkejat-kejat.. semakin tak teratur.. diselingi lenguh dan erangnya yang semakin sering…

Tiba-tiba kedua lengan Lia merangkul dengan kuat…lalu dalam sebuah sentakan Lia mengejang..,
“…AHHH…….!”pekiknya. Tubuhnya menggigil sesaat lalu diam dengan napas tersengal-sengal.. seolah-olah telah berlari jauh..

Dino tergagap-gagap, merasakan liang kewanitaan wanita berkulit putih itu semakin intens menjepit-jepit laksana gelang kenyal yang bergerak sistimatis… seakan menghisap-hisap batang kejantanannya.., mengurut seolah menariknya semakin dalam… Tak dapat lagi ia bendung… !

Dalam gerakan cepat Dino semakin menghujamkan batangnya… menjemput tujuan yang sedari tadi mereka daki… “..Agghhh…”geram Dino.

Tubuhnya tersentak-sentak dalam beberapa pancutan benih-benih kehidupannya… Mengisi setiap celah di pertemuan kelamin mereka, membasahi permukaan dinding lembut yang tak henti bergerak tersebut… Lalu diam setelah menggelosoh ke samping kiri tubuh wanitanya itu… Terengah-engah meredakan napasnya…

Kedua tubuh yang mengkilat licin berpeluh itu diam…menikamati sisa-sisa nikmat yang semakin mereda…, mengumpulkan kembali logika mereka yang tadi lenyap dikuasai hasrat…

Dalam sebuah gerakan kecil Lia bergerak ke arah Dino…, merangkulkan lengan sekaligus menempatkan tubuhnya rapat ke tubuh lelakinya…, merangkulkan kaki kanannya menyeberang diatas paha Dino, Merebahkan kepalanya di atas dada kiri Dino…

Mereka berpelukan hingga pagi menjelang….

===============​
 
Terakhir diubah:
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd