Dengan hanya mengenakan pakai celana pendek dan kaos singlet, Aku hendak menemui Winda di kamarnya, sekaligus meminta Winda untuk menemaniku makan di dalam rumah ini. Tadi saat menuju rumah, aku sempatkan membeli oleh-oleh makanan. Winda yang sepertinya belum makan terlihat tak keberatan menemaniku makan senja itu.
"Win, uda bali nasi jo gulai kambiang di tampek langganan, lamak mah, kawani uda makan yo (Win, abang, beli nasi dengan gulai kambing di tempat langganan, ini enak Win, temani abang makan ya)?", ucapku mengangsurkan bungkusan plastik. Winda menerimanya dan beranjak mempersiapkan makanan itu bagi kami berdua.
Selesai makan terlihat percik peluh terbit di wajahnya, begitu juga keningnya mengkilat basah. Hmm
mulai terasa panasnya pengaruh gulai kambing ini
gumamku dalam hati., Begitu juga diriku tak ada bedanya... Biasalah gulai kambing, maklum.. pikirku. Makanan yang katanya menaikkan libido
Kami masih duduk berhadapan masih di meja makan, tak beranjak dari dalam rumah. Kami saling berbincang-bincang. Wanita muda yang bertubuh sintal ini bercerita mengenai kedatangan suaminya di hari Sabtu itu kepadaku. Aku tersenyum simpul menanggapinya. Mungkin Winda merasa aku akan memperlihatkan rasa cemburu mendengar penuturannya.
Tanpa bicara sepatahpun aku bangkit berdiri dan menggamit tangan kanan wanita muda berkulit putih itu, hendak menuntunnya menuju kamarku. Ada gerakan enggan kurasakan di tarikan tanganku, seperti keberatan dan berusaha melepaskan tangannya.. karena merasa sungkan mungkin pikirku
"Ado apo kok Winda di bao ka siko da (ada apa kok Winda di bawa kesini)?", tanyanya. Ada nada jengah di suaranya.
"Ado ciek untuak Winda (ada sesuatu buat Winda)" ujarku...
Dengan sedikit enggan Winda mengikuti langkahku menuju kamar yang terletak terpisah dari rumah induk di sebelah kiri nya. Ku gandeng tangannya setelah memohon-mohon dengan amat sangat... Winda mengikuti lalu duduk di tepian kasur spring bed di dalam kamarku ini.., menjuntaikan kakinya
Springbed di kamarku hanya 1 lapis, lusuh karena memang jarang dicuci ataupun dijemur. Bau rokok dan aroma alkohol pastinya menyambangi indra penciuman wanita bertubuh sintal ini. Kuharap Winda maklum akan keadaan kamarku yang agak jorok. Dengan banyak puntung rokok dan botol - botol minuman berserakan disana sini.. aku kan lelaki bujang pikirku membenarkan diri.
Aku mendekati meja lalu mengeluarkan sesuatu dari laci. Menggenggam sebuah kotak kecil berwarna hitam yang telah kupersiapkan. Setelah mengeluarkan isinya akul melangkah mendekati wanita yang memikatku sedari awal ku kenal. Aku ingin menghadiahinya dengan sebuah kalung berwarna keputihan ini. Wajah sumringahnya seketika memancar saat melihat benda yang ada di genggamanku. Dapat kupastikan Winda tersanjung atas hadiah kecilku ini, sedikit memanjakannya toh sah-sah saja
.
"...Iko hadiah (ini hadiah)" ujarku.
"...Uda mintak Winda mamakainyo kini juo (Abang minta Winda mau memakainya sekarang juga)" lanjutku. Winda mendorongkan tangannya pada genggaman tanganku, berusaha menolak.
"...Indak usahlah da
, malu..." ujarnya tersipu-sipu seakan tidak tertarik
. Aku yang berdiri di hadapannya sedikit memaksa. Akhirnya dengan rasa sungkan, Winda membiarkan ku bergerak kebelakang dirinya, memiringkan tubuhnya yang masih duduk di atas springbed. Aku melepaskan kalung yang tengah dipakainya. Winda menurut
Pertama, aku melepas juga penutup kepalanya dan meletakkannya di atas springbed. Selanjutnya ku lepas kalung yang telah sedari dulu melingkari lehernya. Wanita yang panas ini membiarkan bahkan membantu menyibakkan rambut legamnya. Aku memberikan kalung yang tadi ku lepaskan dari lehernya ketangannya. Aku lingkari leher mulusnya dengan kalung berwarna putih ini dari arah belakang. Mulai saat itu Winda mengenakan kalung pemberianku.
Setelah kait kalung putih tersebut terkancing, Aku menundukkan wajah di bahu Winda, lalu mengecupi kehalusan kulitnya disana seraya mengelus bagian kanan tengkuknya. Sedangkan tanganku yang satunya telah melingkari pinggangnya dari belakang. Wanita berkulit putih ini menunduk, pasti karena geli, bulu halusnya terlihat merinding
Winda mencoba berusaha mendorong kepalaku dengan tangan kanannya namun tak membuatku tak berhenti.
, Winda makin kegelian
Tangan kiriku sudah tak berada dibahunya lagi, kini merayap ke arah depan melewati ketiaknya menuju bukit padat yang membusung di dadanya
"...Uhhh
..!" Winda mengeluh, tubuhnya terasa menghangat
Jemari tanganku memilin bukit padat yang membusung di dadanya, diatas permukaan pakaian lengkapnya, kimono dan pakaian dalamnya. Tangan Winda menjangkau pergelangan tanganku, berusaha menarik tanganku yang berada di dadanya, namun gerakannya lemah, sehingga tak perlu kuhiraukan tak mampu ia goyahkan
! Perlahan-lahan satu demi satu kancing kimono yang melekat di depan tubuhnya ku petik, memulai proses penelanjangan tubuh penggunanya. Winda hanya diam saat pakaian tersebut perlahan jatuh ke permukaan lantai kamarku ini.
Aku merebahkan tubuh sintalnya di atas springbed. Bagian depan tubuhnya telah terbuka sepinggang. Hanya dua buah cup berwarna hijau muda polos, berukuran sedang yang masih setia menutupi sepasang bukit padat yang membusung di dadanya.
Aku menciumi belahan dada yang memutih mulus terhampar dihadapan wajahku dengan perlahan. Tubuhnya sedikit terkejat
geli.
"...Ahh
'Daa
..!" Rintihan wanita muda tersebut tak henti-hentinya terlontar dari bibir mungilnya yang merona. Ku rengkuh bahunya agar berbaring menyamping, berhadapan denganku
.
Aku meluncurkan tangan kebelakang tubuh Winda, menggapai pengait penutup dadanya. Akhirnya penutup dadanya lepaslah sudah menyusul kimono yang telah terlebih dahulu berada di lantai. Ku bebaskan bukit padatnya dari kungkungan, bersentuhan dengan udara bebas. Kini pakaian atas Winda telah lepas dan tubuh mulus memutihnya telah telanjang sepinggang. Hanya menyisakan celana panjang yang masih pada tempatnya Tatapannya kosong
.
Tak sedikitpun ada gerakan mencegah atau menolak dari wanita muda ini. Seakan pasrah.., Memang sudah tak ada lagi yang harus dipertahankannya setelah terjadinya peristiwa malam Jumat kemaren. Aku sudah mendapatkan segalanya
sekaligus memuasinya
Aku mendorong tubuh mulus itu sehingga berbaring menelentang. Tanganku merayap menuju pinggangnya, mengait pinggang celana panjang miliknya, berusaha menarik... Winda membiarkan saja, hanya menatapku sayu wajah lelaki-nya ini. Bahkan mengangkat pinggulnya, membantu mempermudah pekerjaanku hingga pakaian dalam berwarna putih berukuran medium miliknya yang sekaligus pula merupakan lembaran kain terakhirnya, meluncur turun meninggalkan kedua tungkai mulusnya.
Winda kini telanjang dan terkulai lemah didera nafsunya yang membara bergelora....
Aku berdiri, melepas pula semua kain yang melekat di tubuhku dalam tatapan bolamata Winda yang tetap terbaring terlentang
telanjang. Kemudian segera menyusul rebah di sisi kirinya.
Winda meraih bahuku. Keinginannya timbul
Mungkin makanan berbahan kambing itu pula yang mempengaruhi tubuhnya menjadi amat panas..., semakin memacu gairahnya .
Aku mulai bergerak
Ku awali dengan merabanya, meluncurkan tanganku membelai kedua dada membusungnya yang padat, menuju pusat kewanitaannya. Jari tangan kananku menyelinap masuk ke dalam lepitan kewanitaannya yang telah basah di bawah sana
,! Dipermudah oleh kedua paha lenjang Winda yang naluriah membuka guna memberikan jalan... Winda menatapku dengan penuh harap.. tubuhnya menggeliat-geliat bak cacing kepanasan seraya merintih-rintih
"...Ohh 'Daa
". keluhnya. Aku bangkit lalu berdiri. Hmm
, aku ingin memberinya sebuah sensasi lain gumamku dalam hati. Aku melangkah turun dan mengambil sebuah botol berwarna hitam yang terletak di atas lemari dan kembali duduk di samping kirinya. Menuangkan isinya yang berwarna merah dipermukaan perut, juga pada dada dan lehernya. Tercium aroma amat wangi dan pastinya rasa dingin menerpa kulitnya. Tubuhnya bergidik sesaat
.
Aku menjilat cairan yang berada di permukaan kulit perut dan cekungan pusarnya, termasuk yang mengalir membasahi lehernya. Rasa geli, dingin dan gairah pasti dirasakan Winda dibawah sinar lampu kamar yang terang benderang.
Aku menjilatnya setandas-tandasnya...! Tubuh wanita ini menggeliat hebat
.
Aku meluncur turun, mendekati pertemuan pahanya, sehingga tubuhku kembali berada di lantai. Kedua tanganku tak berhenti, tak sedetikpun kulepaskan gelutan tanganku pada bukit padat didada Winda.. Spontan kedua tungkainya membuka, dirinya pasti terangsang hebat
!
"...Ondeh 'daa....!" erang Winda. Erangannya meningkahi jemari tangan kananku yang kini menyibakkan lepitan kewanitaannya. Menjilatkan dengan lidahku yang kasar sana
! Wanita bertubuh mulus itu menggerinjal-gerinjal dan merintih-rintih. Berulangkali Winda menggeliat
berkejat-kejat dan memiringkan tubuh menghadang deru nikmat dan geli yang datangnya bersamaan. Tanpa disadarinya, kini kedua tangannya bersikeras menarik kepalaku...! Berusaha menjauhkan bibir dan lidahku dari pertemuan pahanya
Namun, lidah intensku dengan tak jua berhenti,.... Dengan konstan mencengkeramai liang kewanitaan Winda, menggelitiki bagian lembut memerah muda yang basah itu dengan lidahku. Menyentil-nyentilkann ujung lidahku
Aku ingin menyempurnakan dan menuntaskan gairah wanita yang begitu panas tubuhnya kala di kusebadani ini. Memberikan rasa yang makin membulak-bulak birahi yang melanda tubuh sintal itu.., melunasi hutangku beberapa hari yang lalu. Beberapa saat kemudian Winda... orgasme...!
"...Udaaaa....!" Pekiknya parau. Tubuh sintalnya yang licin mengkilat meregang dan mengejang.., pinggulnya menelikung keatas
mengerang keras
. memicingkan matanya dalam kejang,.. dan merintih
Aku hisap seluruh cairan yang membanjir dari dalam liangnya
!
Aku bangkit
Menyibakkan kedua kaki wanita berkulit putih ini yang telah merapat kembali dengan kedua tanganku seraya menatap bolamata wanita bertubuh sintal yang kini terbaring lemas bersimbah keringat. Kinilah saatnya.. batinku.
Kemudian tangan kananku meraih tangan kanannya dan mengarahkannya ke bawah. Aku ingin Winda menyentuh milikku. Tiba-tiba ada gerak kaget saat Winda menyentuh.. sebentuk batang pejal panas milikku. Saat dirinya sadar aku mengarahkan tangannya untuk memegang batang kejantanan yang kokoh ini.
Ekspresi takjub muncul di wajahnya... Namun Winda hendak melepaskannya... Aku cepat menarik tangan wanita berkulit putih itu agar tetap memegangnya. Winda menggenggamnya sambil menatap ke wajah lelakinya yang kini terbaring di samping dirinya dengan penuh kuatir, takut akan menyakiti benda kelelakianku.., Tak lama kemudian Winda melepaskannya kembali
Aku merangkak ke atas tubuhnya yang terlentang lemas. Kusibakkan kedua tungkai lenjang wanita muda ini ke arah yang berlawanan. Lalu sku berjongkok dan menempatkan batang kejantanan milikku dengan tangan kanan. Tepat melintang searah dengan belahan lepitan basahnya. Menggesek-gesekkannya disana seperti kebiasaanku. Wanita muda ini beringsut bergerak naluriah, menggeser pinggulnya agar lebih dekat pada ujung membola batang kokohku, menempatkan ujung batangku tepat pada lepitan kewanitaannya.
Ku tatap wajahnya yang tengah memicingkan mata. Mungkin kini dirinya tengah di amuk geli serta keinginan untuk cepat-cepat ku masuki dengan milikku yang hampir selalu mampu mengaduk-aduk birahi dan menggelegakkan napsu di dalam dirinya
Aku mendorong. Batang kakuku meluncur masuk pelan-pelan dengan lancar.
"...Ugh
". Aku mengeluh merasa geli. Terasa lepitan lembutnya yang basah miliknya mulai menyelimuti batangku. Rasa panas membaranya melingkupi batangku saat mulai medesak ke dalam tubuhnya.., Tak terlihat kernyit di wajahnya
mungkin rasa perih tak lagi terasa
!
"...Ouhh
'Daaa...!", erang Winda. Tubuh sintalnya sontak terlonjak, menggialkan pinggulnya saat ujung membola batang kokohku menyentuh dasar kewanitaannya, mentok mulut rahimnya..! Kedua kakinya yang terbuka, tersibak lebar kearah yang berlawanan menjejak permukaan springbed dengan kedua tumitnya, mengejang sesaat
. Napasnya tersengal-sengal....!
Aku kembali meng-eksplorasi seluruh tubuhnya dengan kedua tangan. Menuntun wanita muda ini memacu birahinya
Menggenapi seluruh asa kehendak primitifnya. Ku raih kedua telapak tangannya. Dan kubuka kedua telapak tangannya dan menggenggamkan tautan jari kami di samping bahu telanjangnya.
Lidahku mengambil alih tugas, menggigit dan menjilati bukit padat berikut puncaknya dada wanita berkulit putih ini dengan perlahan. Menghisapnya
! Menggigiti bagian luar putiknya
! Bergantian sebelah kiri dan kanan.
Aku bergerak menarik pinggulku dengan perlahan. Terasa lepitan kewanitaan Winda seperti tertarik keluar seakan tak sudi di tinggalkan oleh kelamin pasangannya, dan sebaliknya terdesak ke dalam saat batang kokoh tersebut menyeruak lebih dalam. Kepala Winda terlempar ke kiri dan ke kanan, meningkahi segenap gelombang nikmatnya perkaiitan kelamin ini yang mendera sekujur penjuru tubuhnya.
Pinggul padatnya bergerak menyambut mengimbangi menyentak ke atas, terkadang berputar-putar laksana kincir di bawah seperti dialiri strum
Sesekali menyentak keatas ke bawah di setiap hujaman pinggulku. Seakan tubuhnya menjadi mesin otomatis yang bergerak oleh sentuhan ataupun gerakanku. Tak dapat ia kendalikan lagi
Sungguh panas sekali gerakan tubuhnya
Serba natural tak ada sedikitpun gerakan artifisial
. Tak pernah ku sangka akan seperti ini
Sungguh membiusku tubuh wanitanya
Walaupun aku adalah lelaki keduanya
Namun Winda adalah wanita yang paling panas sepanjang beberapa wanita yang pernah ku gauli
Kami kembali bertatapan. Kulihat sinar kagum terbit di wajahnya saat aku memompa dirinya dengan konstan, menghujamkan batang kejantananku seakan tak ada lelahnya
Begitu kuat dan bertenaga. Aku telah paham, Winda ingin aku terus menghujami dirinya tak henti-henti
. Ingin menikmati selama mungkin gelombang nikmat ini dan tak ingin terburu-buru meraih klimaksnya, namun
"...UDDAAAAA
.!" Pekik Winda saat klimaks kembali melanda dirinya. Tubuhnya tersentak seakan tersengat setrum..., melentingkan tubuhnya dengan kedua tungkai jenjangnya menjepit pinggangku di belakang. Lalu tubuh mengkilatnya mengeletar dengan pinggul yang bergerak gelisah liar. Kewanitaannya berdenyut-denyut seolah menjepit merapat dan memerah batangku dengan kuat.
"...Huugh
" geramku menahan deraan rasa himpitan yang mendera batang kejantananku. Aku tergagap-gagap menikmati perahan sporadis bagian dalam kewanitaannya
Sungguh luarbiasa
!
Tak dapat lagi ku tahan
Dengan penuh bernafsu aku bergerak makin cepat
. Kuhujamkan batangku dengan kuat pada lepitan kewanitaannya
.Makin cepat dalam gerakan makin tak teratur. Dan kira - kira 15 menit kemudian itu aku memungkasinya
Ku dorong pinggulku sekuatnya..., Ku cengkeram paha lenjangnya
Ku lepaskan semua materi kehidupanku
, menumpahkan spermaku sambil menggeram
di rahimnya
!
============