Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

FANTASY Nasib Anak Kost

Ceritanya mantap hu..👍
Jadi ada hubungan apa paijo n budi hu..
Jadi penSaran hu...😁
 
Nasib Anak Kost Bag 17 : Hujan tak pernah usai


Sore itu di hari minggu masih pada hari libur yang menyatu menjadi long weekend di karenakan hari seninnya ada tanggalan merah. Hari itu di sebuah kota penyangga ibukota di sebelah barat hujan masih saja turun dengan derasnya. Di sebuah rumah sederhana yang minimalis terlihat gadis manis berambut sebahu yang sedang menyisir rambutnya menghadap kesebuah cermin yang menyatu di sebuah meja rias di depannya. Mata nya melihat tajam ke arah cermin, tapi akhir-akhir ini pikirannya entah sedang berpergian kemana. Dalam setiap sisiran di rambutnya yang tak terlalu panjang, gadis manis berlesung pipi itu. Sedikit terdiam lambat laun lamunannya membuyarkan pantulan di cermin yang ada di depannya. Kini ia kembali ke sebuah bayangan semu yang akhir-kahir ini tak dapat ia abaikan.

Ya 2 minggu yang lalu tepatnya, hari itu terasa belum teralalu malam ketika ia baru pulang dari kampusnya. Seperti biasa rumah itu selalu sepi semenjak kakak laki-laki satu-satunya memutuskan kuliah di kota sebelah dan memutuskan tinggal ngekost di sebuah kostan yang tidak jauh dari kampusnya. Sore itu ia pulang sedikit terpogih-pogoh karena sudah kebelet untuk buang air kecil. Ia pun dengan terburu-buru langsung berlalu kehalaman rumah dan langsung bersegera membuka pintu. Klekk..klekk..nampak pintu terkunci dari dalam. Tidak biasa baru jam segini pintu rumah nya sudah terkunci, padahal ia tau motor ayahnya saja belum ada di halaman. Pertanda ayahnya pun belum pulang dari pabrik sepatu tempat ayahnya bekerja.

tok tok tokktokkk..."ibu...ibu...teriak gadis itu", dalam hati nya sedikit bertanya-tanya kemanakah gerangan ibunya yang dari tadi ia panggil-panggil. Kini ia baru sadar lampu di rumahnya itu juga belum di nyalakan. Kini nampak dari raut wajahnya memperlihatkan rasa ke khawitiran terhadapa keberadaan ibunya. Yang sehari-hari biasanya ada di rumah, menyibukkan diri sebagai ibu rumah tangga. Kini ia makin tidak sabar, perlahan emosinya sedikit naik dan kembali mengetuk pintuk rumah dengan lebih keras..tokk took tokkkk tookk ibu..

" neng...neng Isma..." gadis itu pun sedikit kaget dengan panggilan seorang wanita kini berada di belakangnya. ia hampir tidak sadar karena terlalu emosi ia tidka menyadari kehadiran tetengganya yang sudah berada di belakannya.

" neng Isma nyari ibu ya ?"

Isma : iya bu, saya ketok-ketok panggil-panggil koq gak ada ya ? ibu tau ibu saya kemana ?
Tetangga : Anu neng...sepertinya tadi ibu liat ibu neng Isma tadi di depan kontrakan.
Isma : Hemmm kontrakan. ( sejenak Isma pun menarik nafasnya sedikit dalam, dalam hatinya ia sedikit heran "ngapain ibu malam-malam gini ke kontrakan, biasanya kan untuk urusan kontrakan bapak yang ngurusin")
Isma : makasih ya bu, maaf tadi ketukan Isma kekencengan ya bu..
Tentangga : ahh tidak apa-apa neng..hehe, kebutulan ibu lewat aja. Mari neng ibu tinggal dulu.
Isma : Iya makasih ya bu.

Kini Isma pun terduduk di lantai depan halaman rumahnya, rasa keinginan untuk buang air kecilnya mendadak seperti hilang. Kini ia pun dengan penasaran mulai berjalan pelan kerarah kontrakan yang di maksud ibu tetangganya tadi. Ya memang Isma mengetahui perihal kontrakan itu, karena kontrakan yang di maksud ibu tetangganya tadi adalah kontrakan yang di punyai orang tuanya. Sepengetahuan Isma kontrakan itu tidak lah terlalu besar hanya ada 3 petak rumah kecil yang berdempetan. Besarnya pun hanya seadanya, yang satu petak rumah hanya berisikan 1 ruangan kamar saja. dengan 2 kamar mandi berjejer di belakangnya. Kontrakan itu terlihat sedikit kumuh karena di sewa oleh tukang somay yang biasa berjualan di sekitar area situ.

Kini Isma tepat di depan lorong masuk kontrakan yang di sampingnya ada gerobak somay yang terparkir asal. Diam-diam Isma kembali bertanya dalam dirinya, apakah benar ibunya itu malam-malam begini ada di tempat seperti ini. Terlebih ia tahu yang menyewa rumah kontrakan itu semuanya adalah laki-laki. Yaitu mamang-mamang tukang somay yang biasa berjualan. Akhirnya karena penasaran Isma pun mulai memberanikan diri untuk berjalan lebih masuk ke dalam lorong kontrakan yang terlihat sedikit temaram dengan nyala lampu bohlam yang berwarna kuning. Detak jantungnya kembali bergerak cepat, setelah kedua bola matanya menatap sandal yang biasa di pakai ibunya itu tergeletak di depan pintu salah satu kamar kontrakan yang berada di paling ujung.


Dalam hati yang bergetar Isma pun berjalan perlahan dengan mengendap-endap. satu dua tiga langkah ia pun kini sudah tepat berada di depan pintu itu. Kini perlahan indera pedengarannya sayup-sayup bisa mendengar suara-suara yang terasa berada di dalam kamar kontrakan itu. Kini Isma semakin penasaran apakah gerangan yang sedang di lakukan ibunya itu malam-malam begini, terlebih sekarang terdengar suara tertawa cekikikan yang renyah seperti orang kegelian. Perlahan tawa itu sedikit memudar dan tergantikan oleh suara lirih desahan suara ibunya. Kini mau tidak mau karena khawatir dan bingung Isma pun berusaha mendekat ke pintu kontrkan itu, ia sekarang berjongkok berusaha mencari sedikit celah untuk melihat keadaan di dalam.

Saat itu dirinya ingin langsung saja mendobrak pintu itu. Namun sayang saat itu keberaniannya entah hilang kemana, kini yang dia lakukan hanya ingin melihat keadan ibu nya saja. Saat sedang berjongkok untuk mencari celah di lubang jendela depan kamar kontrakan itu. Tiba-tiba saja Isma di kagetkan oleh bunyi gerobak yang sedang berjalan menuju depan teras kontrakan itu. Karena kaget Isma pun langsung berdiri dan secepat kilat langsung berlari menuju salah satu kamar mandi di belakang kontrakan itu, untuk bersembunyi.

Kini dari dalam kamar mandi yang sempit itu, Isma dapat sedikit mendengar keadaan di luar. Sepertinya gerobak yang tadi ia dengar telah terparkir di depan pintu masuk kontrakan itu. Nafasnya masih terasa berat, dadannya masih terasa sesak. "Kenapa pula ia harus berlari masuk kedalam kamar mandi itu, kenapa pula tidak langsung berlari ke kuar. pikir Isma dalam hatinya. Saat sedang masih mengatur nafasnya yang masih sengal, tiba-tiba saja ia mendengar suara langkah kaki yang berjalan menuju kamar mandi itu. dan langsung membuka pintu di sisi kamar mandi sebelah kanan Isma berada.

Byur...byur....terdengar suara siraman air dari gayung yang bertumbukan dengan lantai kamar mandi yang hanya di tutupi balutan semen dan pasir yang membuat permakaan lantainya sedikit keras.

Pikirannya saat itu menjadi kalut, harus bagaimana ia sekarang ? berlari keluar atau tetep berada di dalam kamar mandi itu. " jo udah balik sampean ? ucap suara laki-laki yang berada di dalam kamar mandi itu. Saat itu Isma hanya terdiam, "tumben jo sampean sudah balik...aaduh..kontol ku ngaceng tenan iki, denger si tono ngentu melulu ama bu jaja...." koq iso yo..bu jaja mau aja di ajak ngentu si tono, bisa-bisa nya gitu tiap malam ngentu melulu..aku yo jadi penasaran pakai dukun mana tuh si tono...heheh...jo...paijo...koq sampean diem aja..jo.....ucap laki-laki itu. Isma yang tadi hanya termenung mendengar ucapan suara laki-laki di samping bilik kamar mandi itu, seperti tersadar kini ia pun langsung membuka dengan cepat pintu kamar mandi itu dengan sangat tergesa-gesa dan langsung berlari kencang meninggalkan lorong kontrakan yang masih terlihat temaram itu.

Namun naas setelah Isma berlari kencang meninggalkan kontrakan itu karena tidak terlalu fokus melihat kedepan Isma pun kemudian tidak sadr kalau di depannya ada gerobak bakso hingga sesaat kemudian Isma pun bertabrakan denagn gerobak bakso bercat biru bertuliskan goyang perut. brukkk gedebruk....Isma pun terjatuh dan terjengkang.

"Haduh...neng...neng Isma..koq lari-lari gitu..tuh kan jadi nabrak gerobak mas Paijo...gimana neng Isma tidak apa-apa..." ujar Paijo. Isma yang masih terngiang ucapan laki-laki yang tadi berada di bilik kamar mandi sebelahnya. Kini ia pun menyadari kalau itu mas Paijo salah satu tukang bakso yang mengontrak di rumah kontrakan orang tua nya.

Saat itu Paijo masih terbelalak menyaksikan gundukan payudara yang terpental di balik kaos merah jambu itu.

"hayo neng, mas Paijo bantu berdiri...Ucap Paijo".

Isma : Iya mas Isma gak apa-apa koq...
Paijo : Neng koq malam-malam gini lari-lari sih..untung cuman gerobak mas jo...coba kalau motor atau mobil..aduh..cilaka neng..
Isma : iya mas makasih ya..
Paijo : Ya sudah neng...kalau eneng masih sakit mari mas jo anter ke rumah...ini udah malam loh..
Isma : hemmm gak gak usah mas...Isma masih bisa jalan koq..
Paijo : Ohh ya udah kalau begitu neng..mari neng mas mau pulang dulu.
Isma : iya mas..makasih...

Saat itu Paijo pun langsung mengguk dan pergi meninggalkan Isma...."Duh...gusti....neng Isma neng Isma...ibu dan anak gak kalau mulusnya...coba kamu tau sekarang ibu mu lagi apa...pasti kamu tak ajak...neng...hehe ujar Paijo..Terlihat gundukan di celana Paijo makin mengembung dan ia pun berjalan bersemangat menuju kontrakannya, sambil mendorong gerobok bakso bututnya.
Lanjuuut .aah ngaceng bos
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd