Nasib Anak Kost Bag 9 : Mimpi Masa Kecil
Ketika itu saat Budi pulang ke kostan seperti biasa kostannya sudah sepi, para penghuninya sudah beristirahat di kamar masing-masing. Kini Budi pun mulai naik keatas menuju kearah kamarnya. Saat itu tubuhnya masih terasa dingin karena baju yang di kenakannya masih terasa basah. Saat itu Budi sedang memutar kunci untuk membuka pintu kamarnya terlihat kamar di pojok yang di tempati oleh teh Lia seperti menyala. Tumben-tumbennya dini hari di hari sabtu begini kamar teh Lia masih berpenghuni. Biasa penghuninya teh Lia kalau jumat malam sudah berangkat pulang kampung ke kota kembang. Saat itu Budi tidak memperdulikan ada atau tidaknya teh Lia yang dia inginkan saat itu adalah untuk secepatnya mandi dan berganti pakaian. Akhirnya setelah masuk Budi pun langsung mandi dan berganti pakaian. Sekarang tubuhnya mulai terasa hangat. Lambat laun tubuh Budi pun seperti mengantuk ia pun kini mulai merebahkan tubuhnya di kasur tak lupa ia pun menutupi tubuhnya itu dengan selimut tebal. Malam itu tak di sangka Budi bisa bersenggama dengan Fani. Padahal beberapa minggu sebelumnya ia hanya bisa menguping pergumulan Fani dan Imron. Kini Budi sudah tidak penasaran lagi, dan sudah tau bagaimana rasa dari seorang Fani. Lambat laun kini matanya mulai terpejam dan tertidur.
Dalam mimpinya seakan Budi di ajak kembali ke masa dimana dia kecil dan hidup di kampung beserta bapak dan ibunya.
Saat itu Budi dan keluarga masih tinggal di kampung halamanya yang merupakan kabupaten terpingggir dari sisi selatan kota kembang. Kala itu Budi masih berusia 10 tahun, Di kala kedua orangtuanya memutuskan untuk pindah dari sisi barat kota kembang berpindah ke sisi selatan di kabupaten kota tersebut. Ayah Budi memutuskan untuk pindah karena setelah kakek Budi meninggal ia mendapat warisan rumah dan sebidang tanah dari kakek Budi di daerah tersebut. Di tambah lagi kala itu usahanya berjualan sayur di kota tidak terlalu membuahkan hasil, Hingga ia pun lebih memilih untuk kembali kedesa dan hidup di sana sebagai buruh pemetik teh bersama dengan istri dan anak semata wayangnya Budi.
Waktu itu di kampung tersebut sedang berlangsung musim hujan yang selalu datang tiap tahun di bulan November, Maka dari itu kegiatan memetik teh yang biasanya di lakukan dari pagi hingga sore hanya di lakukan dari pagi sampai siang saja. Para pemetik teh seakan mendapat dispensasi untuk siang sehabis dzuhur untuk kembali ke rumah. Karena kalau hujan di bulan November di daerah tersebut sering terjadi badai Saat itu Budi sudah terlihat menemani emaknya di bilik belakang rumah warisan pemberian kakek Budi. Rumah tersebut memang tidak terlalu jauh dari area perkebunan teh hingga jangankan kalau sedang tidak turun hujan, kalau siang hari saja daerah tersebut bercuaca cukup dingin. Apalagi di cuaca yang sedang hujan badai seperti ini suhu di luar bisa minus beberapa derajat dari sebelumnya. Siang itu masih sekitar pukul 1 siang lewat tapi suasana di luar seperti sudah mulai gelap.
Terlihat di ruangan bilik dapur belakang itu Budi sedang membantu ibunya Neneng yang sedang memasak makan siang untuk kelurga mereka. Budi terlihat sedang memotong-motong terong dan ibunya sedang menanak nasi di tungku api yang di bawahnya sedang menyala besar api dari kayu karet yang sedang terbakar.
Budi : Mak...
Neneng : Kenapa bud...
Budi : Anu mak..
Neneng : Kenapa bud...kamu ini di tanya anu-anu aja..
Budi : Mak ini Budi gak normal ya mak ?
Nenang : (terlihat Neneng masih sibuk memindahkan nasi dari arih ke penanak nasi yang terbuat dari rotan) ini apa sih bud..anu..ini..kalau ngomong yang jelas atuh..
Budi : ini titit Budi mak...
Nenang : ( Seketika Neneng pun terdiam, dengan beberapa kali setelah menarik nafas dalam Neneng pun berusaha untuk tetap tenang dan berbicara dengan santai kepada Budi ) Memangnya siapa bud yang bilang titit kamu tidak normal.
Budi : temen-temen Budi mak si ali, asep, ama ujang. Kan kemarin Budi ikutan mereka nyari udah di kali terus karena mau pada berenang pada buka baju. Eh pas Budi buka baju mereka pada menjauh dari Budi mak..kata mereka titip Budi tidak normal terus kaya terong ungu.
Neneng
Neneng pun saat itu hanya tersenyum) jadi itu..bud yang membuat kamu diam termenung..suatu saat nanti kamu akan mensyukuri atas karunia yang telah tuhan berikan kepada kamu. Tidak semua laki-laki di anugrahi titit seperti kamu. Punya bapak kamu saja tidak sebesar punya kamu bud. Apalagi saat ini kamu masih kecil..nanti titit kamu bisa tambah gede lagi.
Budi : Waduh ampun mak Budi gak mau...Budi takut...( terlihat bdui langsung memeluk emaknya Neneng).
Neneng : Sudah bud..sudah..emak hanya becanda..sudha jangan takut ya..hehe
Budi : hemm emak nakut-nakutin aja.
Saat itu di perut Neneng seperti menempel benda keras hangat yang ukurannya jauh lebih besar dari ukuran suaminya kang didin. Memang untuk ukuran Budi saat ini kontolnya itu terlalu amat besar bayangkan saja bocah kelas 5 SD sudah mempuanyai ukuran kontol sebesar terong ungu yang masih muda. Bayangkan jika Budi sudah dewasa bisa sebesar apa kontolnya nanti. Memang Neneng pun menyadari kelebihan Budi, seakan ia jadi teringat omongan orangtua dulu jika anak laki-laki yang dalam kandungannya melebihi batas waktu kelahirannya biasanya mereka di anugrahi barang yang lebih besar dari ukuran biasanya. Dan Neneng jadi teringat Budi yang dulu sewaktu dalam masa kandungan, Budi bertahan lebih dari 2 minggu ketika dari waktu seharusnya bayi lain itu pada usia 9 bulan dalam kandungan.
Merasakan titit Budi yang besar dan mengeras membuat Neneng seperti merinding, Kontan saja saat itu Neneng melepaskan pelukannya terhadap Budi.
Neneng : Sudah bud kamu kedapan dulu aja, nanti biar emak yang lanjutin masak.
Budi : iya mak..
Terlihat kini Neneng kembali melanjutkan masak walaupun saat itu batin di dalam dirinya seperti berteriak, mungkin karena cuaca di kampung saat itu benar-benar dingin membuat birahi Neneng gampang sekali terbangkitkan. Kini Setelah Neneng selesai memasak ia pun membawa makanan hasil masakannya ke ruangan depan. Seperti biasa saat itu mereka makan bersama dengan lesehan di ruangan depan. Karena saat itu rumah peninggalan orangtua kang didin yang terdiri dari ruangan depan yang biasa di gunakan untuk berkumpul kelurga, menerima tamu dan untuk makan bersama. Serta ada 2 kamar tidur, 1 di tempati Budi, 1 lagi di tempati kedua orangtua Budi. Untuk bagian sebelah belakang di jadikan dapur, dan bagian luar belakangnya ada kamar bilik mandi yang terbuka dan hanya di tutupi bilik bambu sebatas dada orang dewasa. Dari bilik itu air langsung mengalir ke bawah yang di bawahnya terdiri dari aliran air selokan kecil yang langsung mengalir ke sungai ujung. Memang bukan hanya rumah itu saja yang kamar mandinya seperti itu rumah-rumah tetangga keluarga yang lain pun seperti itu. jadi di belakang sana berjejer bilik kamar mandi yang tepat berada di belakang rumah masing-masing tetangga keluarga tersebut.
Sungguh siang itu suasana begitu hangat, rasanya mereka bisa makan dengan begitu lahapnya. Walauun saat itu mereka hanya makan dengan nasi hangat, terong goreng, ikan asin, dan sambal dadak. Terlihat Kang didin dan Budi sudah menghabiskan makanan mereka, di sisi lagin Neneng masih berusaha mengunyah makanannya yang masih tersisa banyak di piring tersebut. Rasanya siang itu Neneng tidak nafus untuk makan, nafsunya sudah berpindah yang tadi di perut kini nafusnya sudha pindah ke bawah perut. Mungkin karena efek gesekan kontol Budi yang masih terasa hingga saat ini. Perlahan Neneng pun tak melajutkan makannya, kini ia pun menyruh Budi untuk tidur siang di kamarnya.
Neneng : Makannya sudah kenyang bud ?
Budi : Iya mak sudah kenyang banget.
Neneng : Ya sudah kamu tidur sana gih..
Budi : Iya bud, ( terlihat Budi langsung masuk ke kamarnya, begitu di perintahkan emaknya untuk tidur siang)
Saat itu Neneng sudah membereskan sisa-sisa bekas makan siang mereka dan sudah selesai mencuci piring yang tadi di pakai mereka, kini terlihat Neneng sedang mencari-cari kang didin suaminya itu.
Neneng : kakang...akang...ihh kamana sih si akang..(terlihat Neneng celingukan mencari kang didin di ruang belakang dan di ruang depan, kini Neneng mencari kang didin di kamarnya)
Neneng : ihhh si akan sudah tidur aja...bangun atuh kang...
Kang didin : Aya naon sih neng...
Neneng : Kang eneng...dingin kang..(terlihat Neneng mulai mengelus-ngelus pundak didin)
Kang didin : Atuh neng ka malem udah...lagian akeng capek banget, tadi di suruh mandor karjo bersihin gudang ama si Panjul.
Neneng : Ahhh sia akang mah suka gitu...giliran si akang pengen harus Neneng tururin, giliran Neneng pengen si akang nya suka gitu.
Kang didin : Udah ahhh neng..maaf ya, tapi akang beneran capek banget..
Neneng : ya sudah lah...sok atuh di lanjut tidurnya..(kemuDian Neneng pun terlihat cemberut dan ke luar kamar tidurnya)
Kini Neneng seperti hilang arah, entah mau kemana kini ia hanya duduk termenung di ruang depan. Sambil sesekali meremas-remas susunya yang terlihat cukup besar dan membusung indah di balik baju daster longgar panjang. "shhh ahhhhh si akang kabina-bina Neneng lagi pengen malah milih tidur, ahhh bikin Neneng puyeng aja..ahh gara-gara si Budi nih ahhh ujar Neneng" Ketika sedang asik meremas-remas kedua susunya, dan mulai menggesek-gesekkan jarinya di bawah selangkangan di luar celana dalamnya. " shhhh ahhhhh...." Sedang asik merangsang tubuhnya tiba-tiba di belakang sana seperti ada suara terikan kecil mencari kang didin. " Kang kang didin...tok took took..kang kang didin..ucap seoarang pria di kamar belakang rumah yang berada di dapur belakang. " Aduh siapa sih itu, kaya ada suara manggil-manggil kang didin...ujar Neneng".
Setelah mendengar suara itu makin mengeras memanggil nama suaminya yang kini sedang tertidur pulas di kamar sana. Kini Neneng pun mulai beranjak dari posisi ngangkang duduk di bawah karpet, Neneng pun mulai berjalan menuju dapur. Akhirnya Neneng pun membuka pintu belakang yang ada di dapur.
Neneng : ehhh kamu Panjul...ada apa ?
Panjul : maaf teh kang didinnya ada ? ( terlihat Panjul sedikit kaget melihat dada teh Neneng yang sedikit terbuka, di tengah sana. daster panjang yang mempunyai 3 kancing di atasnya itu terlihat terbuka semua hingga terlihat gundukan payudara yang putih yang tertutup bh krem yang tidak bisa menutupi besarnya susu teh Neneng, saat itu Panjul terlihat grogi dan beberap kali menelan ludahnya)
Neneng : Ya kang didinnya lagi tidur jul..( teh Neneng seperti menangkap kegugupan Panjul, kini ia mengetahui sebab musabab Panjul gugup seperti itu. Karena kancing dasternya yang di atas lupa tadi belum sempat Neneng tutup. Enteh mengapa saat itu timbul niat iseng Neneng).
Panjul : Eleh..eleh..kumahanya
Neneng : memang kenapa jul ada yang penting ?
Panjul : iya teh, saya di suruh mandor karjo buat ngambil kunci gudang, tadi kayanya lupa kebawa kang didin.
Neneng : waduh penting atuh eta mah..ya udah hayu masuk dulu jul. Nanti teteh tanyain kang didin.
Panjul : Iya makasih teh...(terlihat Panjul berjalan di belakang teh Neneng, kala itu kontol Panjul sudah sangat keras menyaksikan pantat teh Neneng yang seperti sengaja di geol-geolkan kekiri dan kanan..membuat darahnya seperti mendidih, ingin sekali ia langsung meremas pantat sekal itu. Tapi nyalinya terlalu ciut untuk melakukan itu.)
Neneng : Ya udah kamu tunggu di depan dulu aja jul, saya bangunin kang didin dulu.
Panjul : iya teh...(terlihat teh Neneng berjalan masuk ke kamarnya)
Neneng : Kang bangun..kang...
Kang didin : Aduh apa sih neng...kan sudah akang bilang akang capek..
Neneng : ihh si akang mah suka gitu lah..kang itu aya si didin nyarian akang, kunci gudang akang bawa ?
Kang didin : ohh konci...itu neng di saku celana akang..
Terlihat kini Neneng mulai mencari kunci di celana panjang bahan hitam yang tergantung di dekat lemari bajunya. Setelah mencari-cari setiap saku di celan itu akhirnya Neneng pun menemukan kunci gudang tersebut di saku bagian belakang pantat. Tapi saat itu bukan hanya kunci yang Neneng peroleh tapi Neneng pun seperti menemukan benda lain di saku celana kang didin. Hah ini jepit rambut siapa koq ada di saku celana kang didin. Terlihat Neneng mengeluarkan jepitan rambut berwarna hijau tosca dengan hiasan seperti manik-manik berkilau. Kontan saja saat itu emosi Neneng seperti memuncak, kini pikirannya mendadak buntu dan emosinya mulai meledak. " ahh kang didin pantesan akhir-akhir ini gak mau kalau Neneng ajak ewean.***panya ada memek lain..ujar Neneng dalam hati"..tapi ini punya siapa..tega banget kang didin..Tiba-tiba saja setan seperti membisikkan kalimat-kalimat syahdunya kepada Neneng. " kalau kang didin bisa selingkuh Neneng juga bisa selingkuh..begitulah kata-kata yang terlintas dalam benak neneg." Maka kini Neneng mulai kembali berjalan keluar kamar dan menemui Panjul.
Neneng : njul nih kunci nya.
Panjul : Wah makasih ya teh..
Neneng : ehhh njul, sebelum kamu balik ke gudang. bisa bantu teteh gak ?
Panjul : bantu apa teh ?
Neneng : hayu sini dulu atuh...(terlihat Panjul mengikuti Neneng pergi kebelakang dapurnya)
Panjul : iya mau apa teh..
Neneng : Tolong pegengin kursi ini jull..teteh mau ngambil plastik di atas lemari atas.
Panjeul : eeh iya teh...
Kini terlihat Neneng langsung naik ke kursi kecil itu sambil menarik sedikit dasternya keatas..kini di bawah sana Panjul dapat melihat cancut teh nenek yang berwarna krem..di bagian sampingnya seperti terlihat bulu-bulu hitam yang keluar dari cancut itu.kontl Panjul pun kembali mengeras...Hujan diluar yang maih turun membuat Panjul sedikit beRani..hingga ia pun mulai memegang panta teh Neneng..." ehhh teh hati-hati jatuh teh...ucap panjuul" sambil tangannya meremas pantat teh Neneng..akhirnya umpan teh Neneng mulai di ambil Panjul...kini teh Neneng pura-pura jatuh ke pelukan Panjul..." ahh aduh...'...kini teh Neneng jatuh dalam pelukan Panjul karena ketika tadi pura-pura terpleset posisi teh Neneng sengaja di dekatkan ke tubuh Panjul. Panjul pun yang sudah menangkap sinyal teh Neneng langsung menangkap tubuh semok istri tetangganya itu. Kini Panjul masih memeluk teh Neneng sambil meremas pantat teh Neneng...Kini kepala mereka pun saling berhadap-hadapan..Maka ketika semakin mendekat mulut mereka pun langsung bertemu dan saling melumat. Kini mereka pun berciuaman dengan panas. seolah hawa panas yang tadi berkobar kini makin terbakar dan saling menyatu. Sluphhhhh ckckck sluphhhh ckckkc....sambil melumat mulut teh Neneng kini tangan Panjul terlihat kreatif dengan menarik daster teh Neneng ke atas hingga kini paha mulus dan cancut kremnya dapt terlihat..tangan kanan Panjul terlihat sudah menghilang di dalam beha teh Neneng..tangan itu mulai meremas-mremas susu teh Neneng yang lumayan gede...ahhhhh shhhhhh ahhhh teh Neneng pun makin terangsang..kini tangan Panjul sebelah kiri sudah terlihat menurunkan cangcut teh Neneng dan tangan itu sudah meluncur, menggelitik dan mengobok-ngobok memek teh Neneng. slkekkk slkekk clokk clok clokk terdengar jari Panjul sedang merojok memek teh Neneng yang sudah mulai becek..sluphhhhh ckckkn sluphhh ckckk di atas sana bibirnya masih sibuk mulumat lumat bibir teh Neneng..hingga kemuDian teh Neneng pun membantu Panjul untuk melolokan daster itu dari tubuhnya kini yang tersisa di tubuh teh Neneng hanya kutang yang mebalut kedua payudaranya itu pun sepertinya kutang nya sudah kekecilan jadi tidak sanggunp untuk menopang gundukan daging kenyal putih itu. klekkk Panjul pun akhirnya membuka kutang teh Neneng dan melemparnya netah kemana kini kedua insan itu sudah di landa birahi yang menggelora seteleh menanggalkan semua pakain teh Neneng giliran Panjul yang dengan cepat melepas semua pakaian yang di kenakannya hingga kontolnya yang keras sudha mengcung-ngacung di depan teh Neneng kini dengan tidak sabar kemudia kedua nya pun kembali saling melumat bibir masing-masing sluphhhh ckckckn sluphhh ckckck...terlihat Panjul sudah duduk di kursi kecil kini kontolnya sudah mengacung keras sedang di arahkan tangan teh Neneng untuk segera masuk kedalam memeknya yang sedari tadi sudah becek..tubuh teh Neneng pun terangkat keatas dan turun ke bawah selangkangan Panjul bleshhh....kini kontol Panjul tenggelam seleuruhnya di memek teh Neneng..kini posisi teh Neneng seperti di pangku oleh Panjul. Terlihat Panjul langsung menyerang kedua susu teh Neneng dan meremas juga melumat-lumatnya...kini tubuh teh Neneng mulai bergerak naik turun di atas pangkuan Panjulll clokk clokk cplokkk plokk plokk..cclok..shhh ahhhhhh ahhhh clokk plokk plokk tubuh teh Neneng bergerak indah dan juga cepat mengocok-ngocok kontol Panjul di bawahnya...kedua tubuh itu mulai berkeringat karena bercinta di dekat perapian tungku di dapur..hingga teh Neneng pun mulai melepas ikatan di rambutnya. kini teh Neneng terlihat cantik dengan rambut panjang hitam tergerai sambil tubuhnya naik turun di atas tubuh Panjull kocokan dan sodokan memek teh Neneng makin terasa nikmat di kontol Panjul hingga ia pun mulai ikutan menyododk-nyodok dari bawah..kini kedua tubuh bugil itu saling memompa naik turun plokk clook plokk clokk plookk. ahhhh uhhhhh ahhhh shhhh plokk clokk clokk plok...plokk lok clokk...
Di sisi lain rumah terlihat Budi terbangun karena petir yang menyambar di langit yang begitu nyaring terdengar. Hingga kemuDian Budi pun tidka bisa kembali meneruskan tidurnya. Kini di bawah sana ia merasakan ingin sekali pipis dan membuang air. Maka kini Budi pun beranjak dari kamarnya dan mulai berjalan kebelakang untuk keluar ke tempat bilik kamar mandi yang berada di belakang. tapi ketika langkah kakinya sampai di depan dapur mendadak tubuh Budi seperti terdiam dan kaku. Di depan sana terlihat emak nya Neneng sedang naik turun di atas tubuh Panjul keduanya sudah sangat berkeringat dan juga sudah bugil tanpa mengenakan pakaian satu pun. Saat itu untuk pertama kalinya Budi melihat langsung orang sedang bersenggama. Tubuh emak nya masih saja naik turun bersemangat di atas tubuh Panjul teman bapaknya. Hingga seketika Neneng emak nya Budi...memompa keras kontol Panjul dan mengejang berbarengan dengan Panjullll ahhhhh shhhh plkkk pokk plokk plokk plok...julll teteh udah gak kuat...iya teh Panjul juga sudah di ujung...plokk clok clokk lcokk plokkk plokk ahhhhhhh crottttttttttttttttt crottttttttttttttt crotttttttttttttttt corttttttttttttttttt crottttttttttttt keduanya pun seperti mengejang dan terdiam kaku sambil berpelukan. terlihat tubuh teh Neneng masih lemas dalam pangkuan Panjul. Niat Budi untuk kebelakang dan pipis saat itu menjadi hilang. Batang kontol di celananya terlihat membesar tak terkendali. Hingga Budi pun seperti takut dan berlari kembali ke kamarnya.
Saat itu buru-buru teh Neneng dan Panjul memakai pakainnya kembali, saat itu teh Neneng dan Panjul jadi terlihat begitu akrab. Bahkan saat Panjul mau pergi keluar untuk kembali ke gudang sempat-sempatnya mereka kembali berciuman dan Panjul pun meremas pantat teh Neneng ketika hendak pergi berlalu meninggalkan rumah kang didin. Semuanya sudah terjadi begitu cepat, kang didin masih terlihat tertidur pulas di kamarnya. Saat itu Budi pun mulai membeRanikan diri lagi ke dapur. Saat itu Budi sudah tak menemui kang Panjul dan ibunya. Budi pun meneruskan untuk pergi ke bilik kamar mandi dan kecing di sana. cerrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrr.....kencing kali ini terasa nikmat dan lain..seolah ada partikel-partikel lain yang ikut terbawa oleh air kencingnya saat itu.