Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA Nilai Persahabatan Nina dan Lisa

Rico Logan

Semprot Holic
Daftar
10 Feb 2016
Post
317
Like diterima
123
Bimabet
Sebelumnya ane kasih warning bahwa cerita ini lebih fokus ke sisi drama situasinya. Ada SS tapi mungkin banyak kentang ;)

Anyway here's the story:

****
Mata Nina terbuka perlahan, kepalanya terasa pusing. Nina mencoba bangkit untuk duduk namun ia tertahan. Sebuah borgol terpasang di pergelangan tangan kirinya tersambung ke tiang tempat tidur kayu tebal, dan tangan kananya diborgol ke ... Nina berkedip cepat dan mengelengkan kepalanya untuk memulihkan kesadarannya, Nina mulai menyadari bahwa yang berbaring disampingnya adalah sahabat baiknya, Lisa. Nina berusaha mencoba mengingat-ingat. Mereka ... di sebuah pesta? Itu benar ... pesta, minum dan bersenang-senang, …….lalu apa? Nina melihat ke sekeliling ruangan dengan liar, mencoba mencari tahu di mana mereka berada.


"Lis! LISA! Bangun Lis Bangun!" Nina mengeliat-liat mengguncang sahabatnynya dengan panik. Nina meyadari bahwa pergelangan tangan kanan Lisa diborgol ke tiang ranjang yang berlawanan, dan masing-masing pergelangan kaki mereka diikat di tengah. Siapa yang melakukan ini ???

"Lisa, aku mohon." Nina mulai terisak-isak lembut, memohon pada sahabatnya untuk bangun

Nina berusaha sebaik mungkin untuk tetap tenang.

"Lis bangun. Bangun ... BANGUN!"

Nina agak sedikit lega ketika menyadari setidaknya mereka masih mengenakan pakaian mereka. Nina merasakan air mata mengalir di pipinya. Nina mengeluarkan napas lega saat Lisa mulai bergerak,

"Apa ... apa yang terjadi?" erang Lisa lirih.

Seperti Nina, Lisa juga butuh waktu beberapa detik untik sadar dan terkejut saat ia melihat ada borgol menahannya ke tempat tidur dan pergelangan tangan terbaiknya.

"Ya Tuhan, dimana kita Nin? Apa yang terjadi? Nina? Apa yang terjadi?"

"Aku gak tahu Lis." Nina menggigil keras, menahan air matanya, takut memikirkan bagaimana mereka sampai disana dan apa yang akan terkadi pada dirinya dan sahabat baiknya.

"Aku juga baru saja terbangun, seperti ini, aku bahkan tidak ingat apa yang terjadi tadi malam. Apakah kita dibius? Apa hal terakhir yang Kamu ingat?" tanya Nina

"Uhm, aku ..." Lisa mencoba mengingat dan menjawab, namum terhenti

Suara langkah kaki yang terdengar mendekat. Kedua gadis itu saling pandang, penuh ketakuta, keduanya secara naluriah berusaha bergerak mundur ke bagian atas ranjang, mengecilkan dan membuat diri mereka sekecil mungkin, seolah-olah mereka berharap bisa bersembunyi dari siapa pun yang akan datang.

Terdengar suara kunci pintu, diikuti oleh suara berderit yang deras saat pintu kayu terbuka.

"Jadi kalian sudah bangun ya?,. Bagus."

Kedua sahabat yang ketakutan itu saling pandang, masing-masing mencari untuk mendapatkan petunjuk pengenalan, tentang siapa orang ini.

"Siapa Kamu dan apa yang Kamu inginkan?" kata Nina berusaha sebaik mungkin untuk terdengar kuat dan teguh, meski ketakutan itu membuatnya gemetar tak terkendali.

Sosok lelaki misterius itu seolah sengaja berjalan pelan mendekati sisi tempat tidur, dekat tempat Nina berbaring., Dengan keberanian Nina menatapnya dengan mata penuh kebencian. Dia mengulurkan tangan dan membelai rambut Nina yang panjang. Nina menyentakkan kepalanya menjauh dari sentuhannya.

Senyum sadis tersungging di wajah si lelaki misterius itu

"Siapa aku tidak penting. Apa yang aku inginkan, ….nah, mari kita lihat apakah Kalian dua pelacur kecil bisa menebak."

Dia kemudian mulai menanggalkan pakaian.

Lisa mulai histeris saat melihat pakaian orang asing itu mulai jatuh ke lantai demi sepotong. Rasa takut yang berubah menjadi kepanikan. Lisa berteriak dan berusaha menarik keras borgol yang mengunci pergelangan tangan dan pergelangan kakinya.

"TOLONG!!! …..TOLONG!!! …..TOLONG!!!" Teriakan Lisa terus berlanjut.

Namun lelaki misterius itu tetap tenang, malah justru hanya tersenyum-senyum geli.

"Nah, sudah puas teriak? Dia menyeringai lebar sambil melangkah ke tempat tidur menuju Lisa yang sudah lelah, ketakutan dan merintih.

"Tolong jangan lakukan ini padaku."

Lisa menggelengkan kepalanya bolak-balik dengan keras.

"Tolong, tolong jangan, tolong, aku akan memberikan apapun yang lamu inginkan, jangan lakukan ini ..." Suaranya tertahan di tenggorokannya sambil terkesiap saat tangan lelaki itu meraih, meraba payudaranya dan kemudian meluncur ke sisi tubuhnya ke pinggulnya.

Tubuh Lisa bergetar dan mengguncang sentuhan kasar orang asing itu, gemetar dan tersentak seolah jijik oleh kontak itu.

Nina hanya bisa menyaksikan dengan ngeri saat kedua tangan lelaki itu berkeliaran di tubuh sahabatnya

Lelaki itu mulai dengan perlahan merobek baju atasan Lisa, hingga memperlihatlan bra renda biru muda yang menutupi payudara sahabatnya

Lisa semakin tegang dan dan mulai menjerit lagi saat tangan lelaki itu menyentuh celananya, membuka kancingnya dan kemudian membukanya, retsletingnya.

"TIDAK, BERHENTI, BERHENTI JANGAN! JANGAN LAKUKAN I! TOLONG!"

Dia terus menarik memelorotkan celana jeans Lisa celana sampai pergelangan kaki. Celana dalam biru kini terpapar.

Satu tangan meluncur turun di antara kedua Paha mulus Lisa, menyentuhnya, menekan mengusap-usap ujung segitiga celana dalam Lisa, sementara tubuh Lisa menggeliat menggelepar, berusaha mencoba menghindar dengan sia-sia.

Nina memejamkan mata dan menelan ludah dengan susah payah, memaksa kata-kata keluar dari mulutnya.

"Tunggu!"


Pria itu menghentikan aksinya, dia mendongak menatap Nina, terkejut dengan permintaan keras dan percaya diri yang Nina buat.

"Tolong jangan menyakitinya, a aku saja, kamu bisa melakukan apapun yang kamu mau padaku." Kata Nina

Dia menelengkan kepalanya, benar-benar terkesan dengan keberanian Nina. Tangannya meninggalkan tubuh Lisa, setidaknya untuk sementara.

Lisa menatap sahabatnya, sebuah desahan lega yang tidak disengaja keluar dari mulutnya.

"Aku bisa melakukan apapun yang aku mau padamu? Kenapa aku juga tidak memperkosa teman cengengmu ini? Mengapa aku tidak melakukan apapun yang aku mau dari kalian berdua?"

Kedua gadis cantik bersahabat itu itu melakukan kontak mata lagi, keduanya tahu jawabannya,

"Tolong jangan sentuh dia, biar aku saja" Nina memohon lagi.

"Kenapa? Katakan kenapa!, sekarang! atau aku akan langsung menikmati memperkosa teman cengeng kamu ini sekarang juga …tapi tenag saja ka,u banti juga pasti akan dapat giliran kok."

"Baiklah, tolong hentikan!" Nina terisak dan memejam meremas matanya mencoba menguatkan diri.

"Jangan ganggu dia karena…., karena, dia masih perawan." seru Nina

Seringai kembali muncul di wajah lelaki itu saat dia mendengar jawaban dari Nina.

"Ah, jadi kau yang perek, dan dia yang suci, begitu?"

Nina sangat kesal atas tuduhan hinaan itu.

"Terserah, anggap saja begitu…tapi jangan sentuh dia" Nina lirih gemetar

"Dan bagaimana denganmu?" Mata lelaki itu kembali ke Lisa, menuntut tanggapan darinya.

"Kamu baik-baik saja dan setuhu dengan usul ini? Kamu hanya akan berbaring di sana dan membiarkan teman kamu mengorbankan dirinya untuk menyelamatkan keperawanan kamu? Apa kamu tidak akan mengatakan apapun untuk mencoba menyelamatkan teman kamu juga?"

Lisa bingung melirik Nina mencari jawaban. Dia tidak ingin sahabatnya diperkosa, tapi Lisa jelas tak mau pria itu merenggut perawannya ...

"Aku ... aku tidak ingin kamu menyakiti kami ... tt ... tolong ..." sura Lisa gemetar

"Oh, tapi aku sudah berusaha keras dan menempuh resiko besar untuk bisa menyekap kalian berdua. Aku gak mau jadi sia-sia, aku akan bersenang-senang mendapatkan kenikmatan gadis cantik, dan aku berencana untuk mendapatkan dari kalian berdua. Tapi aku tidak menduga akan ada situasi kecil ini. Ini cukup menggelitikku. Jadi, katakan padaku, apakah kamu lebih suka bahwa aku menikmati memperkosa teman baik kamu ini sendiri saja, tanpa mengikut sertakan kamu?"

"Apa? T .... Tidak ...Bb…bukan"

"Baiklah kalau begitu."

"Tt ... tunggu!"

Beberapa saat berlalu.

"Aku menunggu." desak si lelaki

Nina berpaling ke sahabatnya dan berbicara pelan. "Tidak apa-apa ...Lis, …. tidak apa-apa, …..sungguh."

"DIAM Jika kamu mengucapkan kata lagi, aku akan memperkosa teman perawan kecil kamu ini sekarang, Kamu mengerti?" bentak si lelaki

Nina merintih dan mengangguk.

"Jadi? APAKAH ... KAMU ... INGIN ... aku memperkosa teman baik kamu saja dan bukan Kamu?"

Tubuh Lisa malin gemetar dan dia berusaha menghentikan tangisnya.

"T ... tolong ..."

"JAWAB!, atau aku akan kehilangan kesabaranku dan hanya memperkosa kamu."

"Baiklah baiklah!" Lisa terisak dan memejamkan mata sekuat yang dia bisa.

"Iya ."

"Ya, aku ingin mendengar Kamu mengatakannya."

Lisa menggelengkan kepalanya, matanya masih teoejam rapat.

"Tidak ... tolong ... aku tidak bisa, tolong jangan buat aku ..."

"Baik."

Jari lelaki itu menyelinap di antara cup bra biru Lisa dan menariknya, merobeknya menjadi dua dan memperlihatkan buah dada Lisa yang tidaklah besar namun padat kencag dan membentuk bukit indah sempurna

"AHHHH! TIDAK! Baiklah, oke, oke ... aku ingin kamu memperkosa temanku bukan aku." Jerit Lisa panik

Air mata membanjirinya sekarang dan Lisa mulai terisak-isak nyaring saat mendengar kata-katanya dari mulutnya sendiri, dia menoleh ke dinding, tidak mampu melihat kepada Nina, sahabat baiknya.

Lelaki itu tersenyum, ujung jarinya membelai tubuh indah Lisa yang telanjang dan menggigil,

"Baik, sekarang ceritakan kenapa."

"Apa?"

"Katakan mengapa Kamu ingin aku memperkosa teman Kamu dan bukan Kamu."

"Ka .ka.. karena aku masih perawan."

"Dan teman baikmu ini?"

"Aa... apa? Dia ... dia .... tidak."

"Jadi Kamu mengatakan bahwa teman kamu adalah pelacur karena tidak perawan, jadi aku boleh memperkosanya bukan Kamu."

"APA? TIDAK!"

"Tidak, apakah Kamu yakin? Kalau begitu, aku rasa tidak ada cukup alasan bagi aku untuk tidak memperkosa kamu."

"Tunggu tunggu tunggu ... oke." Lisa menarik napas panjang beberapa kali dan menelan ludah, menatap sahabatnya. Nina mengangguk pada Lisa

Lelaki itu menampar wajah Nina dengan keras.

"AKU MEMBERITAHU KAMU TIDAK BERBICARA Jangan berpikir itu berarti mengangguk memberi kode itu boleh."

Nina merintih dan menoleh ke arah dinding, tubuhnya sedikit tersentak saat memaksa dirinya menahan air mata.

Dia kembali menatap Lisa. "Katakan itu Sekarang."

"Baiklah ... baiklah, aku ... aku mau ..." Lisa merasa perutnya menegang, Lisa menahan napas sejenak seolah berusaha untuk tidak muntah, dan kemudian memaksa kata-kata keluar.

"Aku ingin Kamu memperkosa teman aku, bukan aku karena .... karena ... aku masih perawan dan ... dia ... dia ... dia pelacur."

Lisa memejamkan mata erat-erat dan tubuhnya melambung lembut di ranjang saat dia terisak-isak tanpa suara.


****
Bersambung dulu... :Peace:
 
Terakhir diubah:
****

Laki-laki itu tidak bergerak selama beberapa saat. Mengamati ke dua gadis muda cantik mangsanya yang berbaring terikat tak berdaya dihadapannya sambil tersenyum-senyum aneh. Dia sudah mengincar, mengikuti dan mengamati ke dua gadis bersahabat itu dari sejak beberapa hari yang lalu ssat melihat mereka di sebuah kafe hingga beberapa jam sebelumnya dia mendapat kesempatan membius kedua gadis itu di sebuah pesta ulang tahun yang disebuah night club. Dia tentu juga sudah memeriksa dompet mereka hingga cukup mendapat tambahan data informasi identitas mereka.


Nina Putri papahnya nenez syah dan Allisa Darmawati sama-sama berusia 20 tahun, sama-sama mahasiswi di sebuah universitas swasta bonafit walaupun berbeda jurusan. Bahkan rumah merekapun berada di komplek perumahan elit yang sama dan hanya terpisah 2 blok.

"Baiklah ….Lisa, sekarang aku ingin kamu melihat mata Nina sahabat kamu, dan katakan kepadanya bahwa kamu ingin aku memperkosa dia saja bukan kamu, karena kamu masih gadis perawan suci sedangkan dia adalah seorang pelacur kotor."

Lisa terus terisak pelan, tidak mampu menjawab.

"Kamu harus lakukan jika kamu ingin menyelamatkan diri kamu sendiri, jelas, aku lebih suka memperkosa kalian berdua dan mengambil keperawanan suci kamu sebagai bonus berharga. …. Tapi aku akan memberi kamu sebuah Kesempatan, dan yang harus kamu lakukan hanyalah mengatakan yang sebenarnya kamu pikirkan. Tatapah mata teman kamu dan katakan kepadanya bahwa dia adalah pelacur kotor, jadi kamu ingin aku memperkosa dia saja bukan kamu yang masih perawan suci. "


Lisa mengangguk tapi masih memejamkan matanya saat ia berusaha menghentikan tangisnya, akhirnya membuka mereka dan berpaling ke sahabat baiknya. Wajah Nina tidak berekspresi, seolah-olah dia mencoba menutupi kengerian saat ini

"Maafkan aku Nin... aku sangat menyesal Nina ... AHHHHH !!!" Lisa memekik saat laki-laki itu menjambak rambutnya


"TIDAK! Jika Kamu benar-benar menyesal, maka kamu tidak akan membiarkan ini terjadi. Kamu tidak akan menyuruh aku untuk memperkosa teman kamu saja dan bukan kamu Jadi kamu tidak menyesal, kamu inginkan ini terjadi, ini Pilihan kamu, kamu menginginkan ini, bukan?!!!"

Plak…plak… dua tamparan beruntun mendarat di kedua sisi pipi wajah cantik ketakutan Lisa.

Lisa terdiam sampai rasa panas di wajahnya mulai mereda, dan kemudian dengan keras menganggukkan kepala agar jangan ditampar lagi. "Ya ... iya aku lakukan."

"Katakan bahwa Kamu tidak menyesal."

"Aku tidak menyesal …aku tidak merasa bersalah."

"Baik, sekarang lihat mata Nina dan katakan padanya apa yang harus kau katakan."

Lisa menelan ludah lagi, memaksa dirinya untuk mengalihkan kepalanya ke arah sahabatnya.

"Aku ... aku ingin ..."

"TUNGGU." Laki-laki itu berjalan ke sisi ranjang Nina lagi.

"Lihatlah dan tatap sahabat kamu saat dia berbicara jujur tentang keinginannya denganmu."

Nina menengadah ke arahnya dan mengeraskan rahangnya rahangnya. Matanya penuh dengan kemarahan dan kebencian. Akhirnya dia berpaling ke sahabatnya dan mata mereka saling menatap dekat.

"Baiklah, katakan padanya."

"Aku ... aku ingin ..." Lisa tersentak dan menarik napas beberapa dalam sebelum melanjutkan. "Aku ingin Laki-laki ini ... untuk memperkosa kamu saja ... bukan aku, karena ... aku masih perawan dan ..." suaranya serak dan dia hampir tidak bisa mengeluarkan kata-kata, "…sedangkan kamu ….Pe….pe…. pelacur. "

Lisa mengertakkan gigi dan bibirnya kembali terisak-isak menahan rasa sakit dihatinya saat mengucapkan kata-kata hinaan itu kepada sahabatnya. Lisa membenci dirinya sendiri karena mengatakannya, membenci dirinya sendiri karena merasa lega tidak jadi diperkosa. Nina merasa kotor saat pikiran-pikiran itu terlintas, tak terkendali di otaknya.


Nina memejamkan mata erat-erat dan tubuhnya menggigil saat mendengar kata "pelacur" diucapkan dari mulut sahabatnya. Nina memang ingin menyelamatkan sahabat baiknya dari kehilangan keperawanannya dengan cara diperkosa laki-laki asing, ….tapi mendengar kata-kata itu datang dari Lisa, seakan menyayat begitu perih dalam jiwanya..

"Bagus Lisa!, Nah berikutnya aku mau mata kamu tetap terbuka dan kamu terus melihat aku memperkosa sahabatmu ini …..Dan jika Kamu berhenti menonton atau menutup mata kamu lebih dari sedetik, …maka aku akan berhenti saat itu juga dan langsung memperkosa kamu juga. Kamu mengerti?"


Setiap hembusan nafas Lisa terdengar lebih seperti erangan pilu, menatap tubuh sahabatnya yang tidak berdaya. Lisa menggoyang-goyangkan tangannya dan menemukan tangan Nina, membiarkan jemari mereka saling terjalin dan meremasnya untuk mendapat dukungan dari sahabat terbaiknya yang selama ini selalu ada untuknya.

Tatapan lelaki ini memandang sinis di tangan mereka yang bergenggaman.

"Tidak Lisa, Jangan munafik!. Mengapa Kamu mencoba menghibur sahabtmu saat kamulah yang menyebabkan dan menginginkan hal ini terjadi padanya? Bukankah dia pantas mendapatkannya?, ingat! Dia pelacur, dia bisa bebas ditiduri siapa saja tanpa konsekuensi. Bukankah itu yang kamu rasakan? "


Nina dan Lisa saling melepaskan tangan dan tidak menjawab apa-apa.

Dengan tanpa terburu-buru laki-laki itu mulai mengelus-elus menjamahi tubuh Nina, sambil terus tersenyum menatap mata Lisa memastikan Lisa tetap menonton pelecehan sahabatnya sepanjang waktu.

Laki-laki itu mengeluarkan pisau besar dan mulai menggesek-gesekannya secara acak ditubuh tak berdaya Nina.

Nina menegang dan merintih saat melihat logam tajam berkilau itu, berusaha mengeliat menghindar ngeri pada setiap bagian tubuh apa pun yang tersentuh pisau itu.

****

Nanti ngetik lagi nyambung kentangnya :D
 
Anjaaay ... Sadis motongnya euy

Asik nya Nina sekalian aja main Gila didepan Lisa sepenuh hati, yakin deh Lisa ngga kuat juga nahannya hahaha
 
Terakhir diubah:
Hahahaha... ane udah kasih warning diawal bakalan banyak kentang. Ane akuin idenya ane contek dari cerpan bahasa inggris tapi ane modif. Ane coba bagi karena ane pikir ada konflik drama cukup bagus gak sekedar bang bang crot ah, dan juga ceritanya cukup realistis, gak menggurui dan gak terlalu panjang.

Sorry ane ngetiknya lambat n banyak typo. Anyway ini ada tambahan kentang lagi dikit: :beer:

***

Baja dingin meluncur di bawah baju Nina dan dengan mata pisau menghadap ke atas, dan mulai memotong dengan perlahan kain baju Nina dari bawah, baju itu tersayat terbelah, mengungkapkan perut Nina yang rata dan langsing, bergerak naik turun dengan cepat. Dengan napasnya yang memburu..


"Mmmmm, bra merah, aku suka, memang warna yang menggoda seperti pelacur."

Pisau logam dingin meluncur turun di tubuh Nina dengan kecepatan yang luar biasa lambat. Nina sangat ingin berjuang dan melawan, untuk melawan, tapi dia terlalu takut bahkan gerakan sekecil apa pun pun akan menyebabkan logam tajam itu mengiris kulit putih mulus halusnya. Jadi Nina tetap berusaha menahan diam tak bergerak dengan tegang, menggigil. Menunggu setiap potongan pakaian yang menutupi tubuhnya tersayat tanpa ampun, hancur dan dibuang.

Nina merasakan pisau itu menelusuri di antara kedua pahanya, logam dingin itu sampaii di sisi dalam selangkangannya, lalu menyusup ujung celah celana dalam merahnya dan mulai mengiris perlahan.

Nina mengertakkan gigi saat tubuhnya gemetar, mencoba menutupi ketakutan dan rasa malunya ditelanjangi di samping Lisa yang terus terpaksa melihat..


Nina menoleh ke samping, wajahnya tampak kosong pucat saat dia pasrah membiarkan dan berharap ini akan segera berakhir.

Lisa benar-benar takut terisak-isak saat dia dengan ngeri melihat Laki-laki ini memposisikan batang penis kerasnya di antara sela-sela selangkangan paha putih mulus sahabatnya. Lisa menggigil saat memikirkan bagaimana rasanya pertama kali ditusuk oleh makhluk seperti itu.

"Apakah Kamu siap untuk melihat aku memperkosa teman kamu ini Lisa? ….Kamu akan menjadi gadis suci yang baik dan meminta aku untuk memperkosa sahabatmu?"

Air mata mengalir deras di wajah Lisa saat dia menoleh pada penyerang mereka, matanya penuh dengan ketakutan, dan dia tidak dapat memikirkan apapun untuk menjawab.


"Ayo sekarang, mintalah aku untuk segera melakukan pemerkosaan pada temanmu ini."

Nina memejamkan mata dan menggelengkan kepalanya. "Aku mohon ... kenapa kamu melakukan ini pada kami? Cukup hentikan, tolong!"

Laki-laki itu tertawa, pelan dan sadis.

"Hahaha….Ini masih sangat jauh dari cukup buatku. Ini baru awal dan masih sangat lama sampai aku akan merasa cukup puas menikmati kalian. Berusahalah membuatku merasa nikmat dan puas Nina. Aku tidak perlu memberi tahu kamu apa yang akan terjadi jika kamu ternyata tidak bisa memberi kenikmatan yang aku inginkan”

Lisa menggelengkan kepalanya dengan panik, memohon, "Tolong ... tolong jangan, ..."

Kata-kata Lisa tiba-tiba terputus saat dia melihat dengan ngeri teangan leaki-laki itu meraih celana dalam birunya, secarik kain terakhir yang menempul di tubuhnya, dan dia merenggut celana dalam itu dengan hentakan kasar hingga robek terlepas dari tubuhnya.

Lisa mulai menjerit panik saat lelaki itu pindah di antara kedua kakinya, membuka mengangkangkan pahanya dan mulai menggosok kepala penis kerasnya di belahan kemaluan kecilnya, mengolesi pre-cum bening licin yang keluar lubang penisnya.

"OH TIDAK, TIDAK JANGAN AMPUN STOP! BERHENTI, JANGAN PERKOSA AKU! SILAHKAN PERKOSA TEMANKU SAJA!"

Laki-laki itu berhenti tepat di gerbang kecil tubuhnya, nyaris tidak mampu menahan diri untuk tidak menyodok mendobrak dan merobeknya terbuka, saat dia menunduk menatap wajah Lisa. "Diam dan pernah jangan ganggu saat aku ingin menikmati mangsaku …Percayalah padaku, cam kan baik-baik."

Lisa, benar-benar hancur sekarang, bersedia melakukan apa pun untuk menyelamatkan dirinya sendiri dari ketakutan atas apa akan segera menimpanya.

"Baiklah ... oke ... tolong, tolong pak, tolong perkosa teman aku saja, jangann aku, dia pelacur dan dia pasti akan bisa memuaskan bapak, mohon perkosaan dia saja, aku perawan bodoh dan bisa memuaskan, tolong, tolong dia saja, tolong pak .. "

Senyuman puas muncul di wajah laki-laki itu saat dia membiarkan Lisa mengoceh beberapa saat lagi, membiarkan suaranya memenuhi ruangan, dan Nina yang sekarang mulai terisak tak terkendali mendengar kata-kata menyakitkan yang dia dengar dari mulut Lisa sahabatnya yang sudah berusaha ia selamatkan.

Laki-laki itu selesai bermain-main dan sudah tak sabar menyalurkan nafsu birahinya yang sudah mendidih menggelegak. Dengan cepat dia bergerak kembali di antara paha Nina, mengesekan ujung penis kerasnya untik menguakkan lipatan belahan kemaluan Nina menemukan liang sempitnya, dan dengan keras mendorong memaksa, meyesakkan penis kerasnya masuk

"OOOOOWWWW! OWWW .... OWWW ....ADUHH ... Ampun… sakit Pak...pelan-pelan" erang Nina

Lelaki itu hanya terkekeh mendengar dan langsung asik menyodok-nyodokkan batang kerasnya masuk dan keluar di tubuh tak berdaya Nina dengan paksa, menikmati ketatnya cengkaram liang sempit vagina Nina saat mengesek penisa sepanjang lorong keluar sebelum menghujamkannya jauh ke dalam tubuh Nina lagi …dan lagi. Lelaki itu tersenyum menatap ekspresi wajah ketakutan Lisa yang terpaksa terus melihat dengan ngeri dan jijik vagina Nina teus dipompa ditusuk-tusuk berulang- ulang dengan batang penis si lelaki.

"Ya, benar Lisa, terus perhatikan baik-baik, lihat betapa mudahnya aku memaksa penisku yang keras masuk ke tubuh sahabatmu ini. Memek temanmu ini masih sangat sempit seperti perawan.. Tunggu saja Lisa nanti akan aku bandingkan dengan memek perawan kami "

"Apa?!! ... Tidak! ... Kamu sudah berjanji!!... tidak jangan!" rintih Lisa

"Aku tidak pernah menjanjikan apapun, itu tergantung pada apakah teman kamu ini bisa memberikan kenikmatan dan memuaskan aku memuaskan aku atau tidak….. hahaha …untuk sementara ini kamu harus bersyukur karena aku sangat suka rasa nikmat memek temammu ini …tapi kita lihat saja bagaimana nanti….”

"Oh tidak .... jangan ... tolong jangan lakukan itu ... tolong ..." Lisa berpaling ke Nina,. "Tolong Nin, tolong jangan biarkan dia menyakitiku, ..... tolong puaskan dia!!!."

Nina menatap dingin pada sahabatnya, Nina begitu membenci keegoisan Lisa, karena sudah berani meminta jauh melebihi dari apa yang sanggup ia lakukan. Nina ingin mengatakan kepada Lisa bahwa dia sudah melakukan semua yang dia bisa, tapi dia tidak berani dan hanya memejamkan mata dan tetap diam pasrah menahan rasa nyeri yang menjalar di sekujur tubuhnya.

"Ya, sahabatmu ini memang benar, Kamu perlu memuaskan aku Nina ….jika kamu memang tidak ingin aku bosan dan pindah mencicipi tubuh perawan Lisa…. Hahaha."

Entah berapa lama laki-laki itu terus asik menikmati memacu hentakan enjotan kasar diatas tubuh pasrah Nina, setiap detik terasa begitu panjang bagi ke dua gadis bersahabat itu.

Sampai tiba-tiba dia menarik penisnya keluar dari vagina Nina dan mengalihkan perhatiannya kembali ke Lisa.


Lelaki itu mengangkangi wajah Lisa sehingga penisnya yang basah dan berkilau mengacung tepat dihadapan Lisa., Lisa bisa mencium bau aroma cairan vagina sahabatnya di batang basang itu.

"Gadis gaul kota metropolitan seperti kami kamu pasti setidaknya tahu bagaimana mengisap penis Laki-laki, bukan? Aku yakin kamu pasti paling tidak pernah melakukan itu? Sekarang cepat hisap penisku!"

"APA? TIDAK! Tolong tidak, tolong jangan dia saja." Rengek Lisa histeris

Laki-laki itu menyeringai padanya lagi. "Nina sudah melakukan banyak hal untuk kamu Lisa dan dia juga tidak akan aku izinkan membantu kamu saat ini. Sekarang buka mulutmu dan sedot aku dengan benar."


***
 
***

Lisa memejamkan mata dengan erat untuk menghalangi pandangannya dari batang keras basah menjijikkan yang berdenyut-denyut dihadapannya. Dengan ketakutan Lisa mencoba terpaksa membuka mulutnya. Laki-laki itu tak sabar, meraih wajah Lisa dan meremas pipinya, memaksa mulut Lisa terbuka dan kemudian menggesek ujung penis licinnya ke dalam mulut Lisa. Dia mengerang saat batang penis keras itu dijejaljan emenuhi mulutnya, merinding saat memikirkan batang penis itu beberapa saat yang lalu baru saja masuk menusk-nusuk liang vagina sahabatnya..

"Hisap, HISAP sedot dengan kuat! Hentikan rengekanmu, , aku ingin merasakan bibirmu mengemut penisku, Aku mau merasakan lidahmu menjilati, aku akan klimaks di mulutmu dan aku kamu menelan semuanya!"

Laki-laki menggeram pelan saat sensasi kuluman Lisa bergetar menjalar melalui batang penisnya, Dia menjambak rambut Lisa dan menekan kepala gadis itu. Laki-laki itu mengertakkan gigi saat kenikmatan itu mengalir disekujur tubuhnya, begitu dekat dari puncaknya,… kemudian tiba-tiba, dengan dia menarik penisnya keluar dari mulut Lisa. Dia menahan napas sejenak, mendorong orgasme klimaks itu kembali menjauh. Dia masih tak ingin terburu-buru.

"Cukup bagus, dan kamu hampir membuat aku ejakulasi, tapi aku memutuskan bahwa aku benar-benar ingin melepaskan spermaku di dalam tubuh teman kamu saja dulu. Aku ingin memastikan bahwa dia memiliki sesuatu untuk mengingatku ...Kamu tidak keberatan, bukan Nina?"


Dan sambil menyeringai dia kembali menusukkan penisnya yang dilumasi dengan liur Lisa ke dalam liang vagina Nina dan langsung mengenjotnya dengan ganas

"Tidak, tolong, jangan didalam Pak" rintih Nina

"Oh, Nina Kamu adalah gadis yang cantik dan kamu akan menjadi ibu yang hebat untuk benih anakku.", Senyuman jahat menyeringai di wajah lelaki itu.

"Tidak ... tidak, tolong jangan, tolong jangan lakukan itu aku akan memberimu apapun yang kamu mau, aku bersumpah, apa saja!” rintih Nina

"Hmmmmm ... Apa pun yang aku inginkan?... Baiklah, inilah yang harus kamu lakukan jika kamu tidak mau spermaku aku masuk ke rahim kamu. … Kamu harus merangkak menungging di antara selangkangan teman kamu ini dan kamu harus menjilati klitorisnya sampai dia orgasme ….Dan jika Kamu tidak bisa membuat temanmu ini orgasme, maka aku mengisi penuh memek kamu dengan spermaku dan aku juga akan memperkosanya. "

Nina memejamkan mata dan dengan enggan mengangguk ... Nina cukup tahu bahwa saat ini menuruti adalah satu-satunya pilihannya.

"Baiklah ... aku akan melakukannya ..." kata Nin

Lelaki itu mencabut keluar penisnya dan mulai bekerja untuk memindahkan borgol tangan Nina menyatu depannya. Dia mejambak rambut Nina dan mengarahkan sehingga Nina bersujud di antara selangkangan Lisa.

Lelaki itu pindah menjambak rambut Lisa dan menatapnya Lisa saat dia berbicara

"ku harap kamu menyadari bahwa Kamu perlu ikut aktif di sini. Kamu harus rileks dan dan biarkan Nina memberi kamu kenikmtan, ..atau apa yang akan terjadi pada nya adalah kesalahan kamu. …Dan jangan pernah berpikir untuk berpura-pura, Karena jika aku mencurigai, kalian berdua benar-benar akan menyesalinya "

Lisa mengangguk cepat, matanya bertemu dengan sahabatnya. Mereka sudah lama saling mengenal, begitu dekat, tapi tidak sedekat ini dan belum pernah seperti ini. Lisa menggigil sebagian karena pelecehan yang ia alami, dan sebagian lagi karena mulut sahabatnya kini hanya beberapa sentimeter dari belahan bibir kemaluannya.

"Mintalah sahabatmu dengan baik untuk menjilati vagina kamu dan membuat Kamu keenakan."

"Nina ... aku ... aku aa ...", Lisa berhenti sejenak bingung harus mengatakan apa, "Aku ... akan ... maukah kamu ... tolong menjilati vagina aku dan buatlah aku orgasme?"


Mata Nina meninggalkan kontak dengan sahabatnya dan menunduk menatap belahan vagina Lisa di depannya, aroma rangsangan Lisa mengisi lubang hidungnya. Nina memejamkan mata dan membiarkan lidahnya meluncur keluar dari mulutnya hingga merasakan menyentuh celah Lisa yang basah. Nina berhenti sejenak sebelum menyusup membelah bibir vagina Lisa dengan lidahnya, dia mulai menjilat menjelajahi bagian tubuh paling intim sahabatnya itu.

Terdengar suara terengah-engah yang menyengat dari bibir Lisa, punggungnya melengkung mengeliat tegang, akibat lonjakan sensasi rangsangan yang belum pernah dia rasakan sebelumnya. Mulut Nina yang hangat dan lidahnya basah menggetarkan, gelombang sensasi rangsangan intens yang dasyat menjalar disekujur tubuhnya. Bukan kenikmatan dan Lisa jelas tidak menikmati namun rangsangan itu tak mampu ditolak oleh respon alamiah tubuhnya.

Nina mengamati reaksi sahabatnya ia terus menjilati vagina Lisa namun dngan lembut dan berhati-hai berusaha menghindari tubuh Lisa melonjak atau tegang.

Laki-laki itu terus mengamati adegan lesbian terpaksa ke dua sahabat muda cantik itu sambil tersenyum-senyum senang. Dia menggeser posisi Nina agak menyamping agar jemarinyatangan kirinya bisa meraih merabai vagina Nina dan jemari tangan kanannya meremasi buah dada dan memainkan puting susu payudara Lisa.

"Mmmmmm ... bagus, teruskan. Ayo Lisa sekarang katakan pada Nina seberapa bagus dia membuat kamu merasa keenakan.. Katakan pada Lisa betapa bahagianya kamu karena aku memaksanya untuk menjilat vagina kamu…” ujar lelaki itu

Lisa menggelengkan kepalanya dan mengeluh karena permintaannya itu, Lisa berharap bisa berpura-pura menikmati dan orgasme. Nafas Lisa lebih cepat dan dangkal saat gejolak emosi berkecamuk. Marah, rasa sakit, malu dan kebencian atas penghinaan yang mereka alami. Sementara siksaan sensasi rangsangan aneh terus mendera disekujur tubuh muda sensitifnya.

Lelaki itu membungkuk dan mulai mengulum mengemuti puting susu payudara kiri Lisa sementara puting susu payudara kiri Lisa dia pilin-pilin dan gelitiki dengan senggolan-senggolan kecil ujung jarinya.

"Ouuohhh ... Nina ...... enak Nin ...terus ... Nin ... aghh...Oughh …Nina." Rintih Lisa makin gelisah

"Terus Lisa, katakan pada Nina terus katakan padanya, berulang-ulang, katakan dengan bersungguh-sungguh." Perintah lelaki itu disela-sela emutannya pada payudara Lisa.

Lisa mendongakkan kepalanya ke belakang dan terengah-engah saat rangsangan demi rangsangan terus menyiksanya, seperti sungai yang mulai meluap

Oooh Nina ... kamu membuatku terasa s ... jadi ... ... enakk ... aku ... aku ... aku senang dia memaksamu Untuk menjilati vaginaaku, aku senang dia membuat Kamu melakukannya, rasanya sangat enak, aku sangat senang ... tolong akhiri siiksaan ini Nina buatlah aku orgasme" rintih Lisa yang makin putus asa dan menjadi gila

Nina memutar-mutar lidahnya di seputar klitoris sahabatnya, kadang-kadang melnyusupkan sesekali lidahnya ke dalam pembukaan vagina Lisa, merasakannya berdenyut dan bergetar, tahu bahwa itu adalah Hanya masalah waktu saja, jika dia bisa terus begini, semuanya akan berakhir.

"Oh .... oh ... oh ... oh ... Nina ... ooooh ... oooooohhhh iya ... OOOOHHH ... "Mata Lisa terbelalak terbuka lebar, kata-katanya berubah menjadi suara dan rintihan panjang yang tak jelas, bercampur dengan napas yang terengah-engah. Pinggulnya mengejang menempel rapat ke mulut sahabatnya . Lisa merasa vaginanya meluap dengan sendirinya, berulang-ulang dan berulang-ulang sampai akhirnya dia menjadi begitu lemas.

Nina menarik napas panjang a, perlahan menarik wajahnya dari vagina Lisa yang basah kuyup, mulutnya penuh dengan cairan. Melihat dan merasakan sahabatnya seperti ini akibat apa yang telah dia lakukan membuat Nina merasa malu dan hina.

"Mmmmmmm ... itu adegan yang cukup bagus” puj lelaki itu sambil tersenyum

“…Tapi keinginanku masih banyak” lanjutnya lagi.

Dalam diam Nina dan Lisa masing-masing menyadari bahwa siksaan mereka belum berakhir.


***
 
Ini keren banget suhu
 
Tetap saja lisa akan kehilangan keperawanan nya.....
Kalo sudah kemasukan bakalan nagih kamu lis...xixixixjx
Lan...CROOT...kan suhu rico_logan.
 
Lanjut Gan..., nanggung Lisa nya blm dieksekusi...
Anal nya sekalian Gan... :D
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd