-kesebelas-
*Rudi*
Hhmmmphh! Hhmmmph!
Nisa meronta-ronta lemah saat aku menciumi dadanya. Menjilati tiap lekuk leher dan payudara Nisa.
"Nisa, aku nyusu ya?" tanyaku sambil tetap mengunci kedua pergelangan Nisa. Nisa hanya menatapku sambil terengah-engah.
Nisa terangsang apa kesel ya? Kok ngeliatinnya gitu banget. Tapi kalau ga jawab berarti setuju, hehehe.
Bibir aku pun perlahan menempel puting Nisa. Badan Nisa langsung menegang, kakinya bergerak-gerak pelan.
Lucu ya, jadi inget waktu kecil ngedot di botol susu.
Aku pun mulai menghisap payudara kiri Nisa, sesekali aku melirik ke wajah Nisa. Nisa sudah tak bersuara lagi, sekarang ia menggigit bibir bawahnya sambil menggelengkan kepala ke kiri dan kanan perlahan. Seksi abiiis.
Tapi Nisa kenapa? Kok aku isep gini malah kaya gelisah mukanya.
Puting Nisa perlahan menegang di dalam mulutku. Tangan kiriku pun melepaskan tangan Nisa dan membelai payudara kanannya. Nisa tidak menghentikanku, tangan kanannya malah meremas-remas seprai. Kulirik lagi wajah Nisa.
Yaah! Kok mata Nisa berkaca-kaca? Aku ga enak kali ya ngisepnya?
Segera kulepaskan hisapanku dan kukecup singkat bibirnya. Aku tatap mata Nisa yang berkaca-kaca sambil tersenyum tulus penuh bahagia. Bahagia karena mempunyai istri secantik Nisa. Bahagia karena Nisa jatuh cinta pada lelaki sepertiku. Dan yang pasti, bahagia karena malam ini akan melepas keperjakaanku.
"I love you, Nisa," kataku sebelum mengulum bibir Nisa. Mata Nisa terpejam, tampak fokus pada ciuman kami.
Asiik! Mumpung Nisa ga fokus, buka celana ah.
Jeeng! Jeeeng!
Sambil berciuman mesra, akhirnya aku berhasil membuka semua celanaku, aku sudah telanjang bulat.
Sekarang, waktunya buka semua kancing Nisa, hihihi.
Yup! Finnally!
Aku melepaskan ciumanku pada bibir Nisa dan duduk bersimpuh, mengambil jarak agar bisa melihat hasil karyaku.
Badan Nisa mau dilihat berapa kali pun tetep bikin lemes deh, seksi baangeeeet!
Nisa masih terpejam, tampaknya belum sadar kalau semua kancing bajunya uda di buka dan aku uda telanjang seksi gini.
Perlahan Nisa membuka matanya dan menatapku sambil tersenyum. Aku melihat tatapan matanya turun dari wajahku, ke dadaku yang cukup bidang, kemudian ke perutku yang cukup rata.
Senyum Nisa perlahan hilang saat tatapannya semakin turun ke arah selangkanganku kemudian berpindah ke dada dan perutnya yang sudah polos tak terlindungi lagi.
Hehehe! Istri aku yang cantik pasti ngamuk lagi nih!
------------
Lanjutannya klik [post=1889419249]di sini[/post]