Selingkuh Hati
Akhir-akhir ini aku sering mual. Sempat berpikir aku sakit. Setelah aku coba membeli testpack, ternyata aku hamil. Aku sangat senang sekali.
Kabar baik pun aku ceritakan ke mas Toni. Mas Toni pun memelukku, selamat ya nis kamu akan menjadi ibu.
Mendengar itu aku jadi terharu, apa yang aku inginkan akhirnya terwujud. Dan sekarang aku harus belajar bagaimana menjadi seorang ibu.
Maafkan bunda ya nak, aku elus-elus perutku yang membuncit. Bunda mulai detik ini akan berubah. Gak akan lagi berpikiran kotor lagi. Bunda gak mau karena pikiran kotor bunda mempengaruhi kejiwaanmu kelak. Karena bunda sempat berpikiran selingkuh dan itu dengan kakekmu sendiri. Batinku panjang lebar.
Ada apa nih kok kelihatan senang banget? Celetuk ayah mertuaku.
Ini yah, nisa hamil. Jawab mas Toni sambil tersenyum.
Alhamdulillah, syukurlah. Gak sia-sia usaha ayah. Celetuk ayah mertuaku.
Maksud ayah? Aku bertanya karena ada yang mengganjal di hatiku mendengar kata-kata ayah.
Sempat ayah mertuaku tergagap, lalu dia menjawab, gak sia-sia usaha ayah karena harus bangun tengah malam untuk sholat malam agar kalian dikaruniai momongan. Kata ayah seperti orang gugup.
Ayah gapapa? Tanya mas Toni.
Ah enggak, ayah gapapa. Jawab ayah mertuaku.
Seketika aku menghela nafas panjang, sempat berpikiran mesum lagi.
Astaghfirullah, maafin bunda nak.
********
Aku sangat bahagia setelah mendapat kabar dari Toni bahwa istrinya hamil. Ntah kenapa aku bisa sebahagia ini. Bukan lagi karena aku berhasil menyetubuhi nisa tetapi karena aku akan menjadi seorang ayah. Meski di usiaku yang sudah lanjut.
Meski aku takut rahasiaku terbongkar dan merusak segalanya. Tadi saat aku ngobrol dengan Toni dan nisa, hampir saja ketauan.
Untung saja nisa tidak curiga. Dan semoga saja nisa gak akan pernah tau rahasiaku dan Toni. Ini semua demi keutuhan rumah tangga Toni juga.
Aku gak mau nisa membenciku. Setidaknya tetap menganggapku mertua yang baik.
Setelah aku mengetahui nisa hamil aku berencana membantu segala keperluan kehamilan nisa. Karena anak nisa juga anakku. Aku punya tanggungjawab juga agar nisa melahirkan dengan selamat begitu juga dengan bayinya.
Yah, Toni mengagetkanku.
Tenang yah, rahasia kita tetap aman.
Nisa gak curiga kan? Kataku gelisah.
Enggak yah, nisa gak curiga.
***********
Tanpa sepengetahuan mereka aku menguping, tanpa sadar tanganku meremas-remas payudaraku sendiri. Dan tangan satunya mengucek-ucek vaginaku dibalik dress panjangku.
Tanpa sadar aku mendesah cukup keras sampai mas Toni dan ayah menoleh ke arahku.
Nis, udah lama kamu disitu? Kata mas Toni.
A aku. Aku tergagap dengan tanganku masih berada di payudaraku.
Mas Toni mendekatiku. Payudaranya gatal ya sayang? Tanya mas Toni.
Lalu mas Toni memegang tanganku untuk menyingkir dari payudaraku. Hijab panjangku disibakkan ke pundak.
Lalu kancing depan longdressku dibuka, mas Toni menciumi pundakku yang putih.
Ayah pun ikut mendekat ke arahku, aku menatapnya dengan tatapan sayu.
Mas Toni melihat ke ayah, nisa ya perempuan yang ayah inginkan?
Ayah hanya tersenyum mendekatiku, kami saling bertatapan. Sekarang mas Toni melepas ciumannya di pundakku. Dengan isyarat mas Toni memberi ruang pada ayahnya.
Ayah memelukku, tanganku secara refleks memegang pundak ayah. Kita berciuman panas. Saling lumat, bertukar ludah. bahkan lidah kita saling bersentuhan.
Aku pun tersenyum, ayah menggendongku ke kamarnya.
Kutatap mas Toni lalu aku bilang.
Eits, mas Toni gak boleh ikut ya. Untuk malam ini aku milik ayah. Kujulurkan lidahku ke arah mas Toni.
Mas Toni hanya geleng-geleng kepala sambil bilang. Cieee yang mabok penis besar.
Bodo, jawabku.
Pintu kamar pun ditutup.
Lalu dimana letak perselingkuhanku? Ya peselingkuhanku hanya sebatas selingkuh hati. Dan suamiku seorang cuckold.
Bersambung