Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT NO QUOTE - Istri Nakal yang Suka Tantangan

Setelah melihat penampakan bodyku, berapa nilai yang kamu berikan ?

  • 5 : Jelek

    Votes: 44 5,0%
  • 6 : Biasa

    Votes: 50 5,7%
  • 7 : Lumayan

    Votes: 83 9,4%
  • 8 : Bagus

    Votes: 143 16,2%
  • 9 : Sexy

    Votes: 389 44,0%
  • 10 : Sempurna

    Votes: 175 19,8%

  • Total voters
    884
toketnya udah kendor perlu banyak terapi atau senam biar kencang lagi....perutnya juga udah melar bos
 
Langsing lah hu , bagian perut perlu diperbaiki, she needs to go to gym.
Saran diterima.

Lebih hot yang body skrg sih
😘

kalau bisa Watermarknya di kecilin atau tulisannya lbh di transparn lg sis
Saran diterima.

Kurangin dikit WMnya sis
Dicolongin, dilempar ke tuitterrr.

2 duanya....
😘

Bagus langsing 😁
Alasannya ?

Bagusan yg lebih berisi.. lebih seksi kalo gemuk
😘

Suka 22nya sih
Tapi kalo dari persentase 55 buat body sekarang
45 yg agak langsing
Nanti coba liat perbandingannya ya.

toketnya udah kendor perlu banyak terapi atau senam biar kencang lagi....perutnya juga udah melar bos
Frontal banget sih, tapi gapapa. Ada benernya juga kok. Cuman kadang ga semua wanita bisa langsung terima hal yang bernada pedas kaya gini.

Ngopiiii pagi ngudud ngabsen
silakan...

Justru kelihatan sangat seksi tiket kendor dan perut melar
Selera masing-masing kayaknya ya...

Waw cerita real bgini yg naikin libido,lancrotkan dg yg baru2 sis 😁
Bikin baru atau lanjutkan yang ini ?

mantap hu lanjutkan
Ditunggu ya 😘

Suka body yg skrng miss
Alasannya ?
 
Harusnya sih update malem jumat kemaren, tapi ga sempet.

Semoga cerita ini selalu ditunggu kelanjutannya. 😘😘😘

Aku bangkit dari atas tubuh suamiku dengan sisa-sisa tenagaku setelah digilir pria-pria di kamar itu. Dengan tertatih aku berjalan menuju kamar mandi. Kunyalakan shower, dan mengalirlah air dingin yang sangat menyejukkan buatku. Kubersihkan vaginaku dari sperma yang ditumpahkan didalamnya. Sambil menikmati guyuran shower, aku melamun dalam bayang pikiranku sendiri.


Tergelitik sisi kewanitaanku dimana seharusnya aku menjaga tubuhku dari jamahan pria lain, hanya untuk suamiku seorang. Tapi di sisi lain, rasa bangga seorang wanita ketika dipuja-puja oleh banyak pria membuat aku terjatuh dalam godaan untuk menikmati pelukan banyak pria selain suamiku.


Ada kebanggaan tersendiri ketika tubuhku menjadi pusat perhatian pria, yang membuat mereka harus bersusah payah menelan ludah melihat lekuk tubuhku, baik saat berbusana, maupun tanpa busana. Apalagi ketika aku tergoda untuk memberikan sedikit tontonan pada mereka, dan mereka begitu antusias menyambutnya.


Sejatinya, jika melihat hubungan persenggamaanku dengan suami, tak ada masalah. Suamiku terpuaskan, aku pun demikian. Jadi, tak ada alasan sebetulnya untuk aku harus mencari kenikmatan bersama pria lain. Tapi ya sudahlah, malam ini semua terjawab semua rasa bersalahku.


Suamiku dengan legowo membebaskanku untuk memacu gairah dengan pria lain selama itu bisa membuatku tetap aman dan nyaman. Ya mungkin itulah salah satu wujud rasa sayang suamiku padaku. Yang mungkin saja berpikir, aku haus akan kenikmatan sehingga harus mencari tambahan pemuas bersama pria lain.


Sekarang kusabuni tubuhku, sambil mengagumi diriku sendiri. Betapa pria-pria itu sangat menikmati persetubuhan denganku. Meskipun mungkin, sebenarnya para pria juga menikmati persenggamaan mereka dengan wanita lain. Tapi aku sendiri yakin, kemampuanku dalam memuaskan pria, memang diatas rata-rata wanita pada umumnya. Ditunjang dengan body dan paras yang menarik, tentunya jadi nilai plus bagiku untuk selalu dinikmati.


Selesai menyabuni seluruh tubuhku, kubasuh bersih sabun yang melekat di tubuhku. Kukeringkan tubuhku dengan handuk yang ada, lantas keluar dari kamar mandi tetap dengan bertelanjang ria. Sekali lagi, ini yang mungkin jadi nilai plus aku dibanding wanita lainnya. Pria lebih suka dengan wanita yang tanpa risih mondar-mandir telanjang, dan sesekali menggoda hasrat kelelakian mereka.


Saat aku keluar dari kamar mandi, keempat pria yang baru saja menggilirku sudah berpakaian. Meskipun hanya dengan kaos dan celana pendek.


"Mau kemana ?" Tanyaku pada mereka.

"Laper, cari makan yuk." Ajak suamiku.

"Jam segini emang disini masih ada yang buka ?" Tanyaku penasaran.

"Ya cari aja dulu, toh bisa pake mobil om Ivan buat ke Jogja." Jelas suamiku.

"Bentar, aku ambil baju dulu." Kataku.

"Udah diambilin om Robert tadi." Jelas suamiku.


Suamiku memberikan sebuah paperbag yang jelas sudah kukenali. Ini adalah paperbag dari sebuah brand pakaian dalam yang sebelumnya om Robert berikan padaku. Dan aku sudah tahu apa isi di dalamnya. Sebuah lingerie mini berwarna hitam, panjangnya hanya beberapa senti ke bawah dari pangkal paha, dan menggantung di badan dengan tali di kedua pundaknya. Walaupun bahannya bagus, tapi terbilang tipis dan menerawang. Dengan belahan dada yang rendah, baju yang cukup pendek, pastinya akan terlihat menantang ketika kupakai. Bahkan ketika malam pun, orang akan tahu aku tak mengenakan apapun di balik lingerie itu.


Kubuka plastik bening yang membungkusnya, dan segera kupakai lingerie itu. Sambil berlenggok, kutanyakan penampilanku dengan lingerie itu pada para pria. "Gimana ?" Tanyaku singkat. Serempak para pria mengacungkan jempol mereka.


Om Robert keluar paling duluan, sementara itu om David mengunci pintu kamar yang sebelumnya kami tempati, sementara suamiku juga mengunci pintu kamarnya. Sekarang kami bersamaan menuju parkir resort dan masuk ke mobil om Ivan. Suamiku di belakang kemudi, dan disampingnya ada om Robert, sementara om Ivan dan om David berada dibaris kedua, duduk mengapit diriku yang berada di tengah.


Om Robert memberi tahu kami, untuk mendekat ke kota saja agar lebih mudah menemukan rumah makan yang buka jam segitu. Yah, tentu saja di kota akan lebih mudah menemukan, apalagi ada restoran fast food yang buka 24 jam.


"Masa ke resto fast food aku cuman begini ?" Protesku.

"Emang kamu bakal diusir kalo cuman pake ginian ?" Tanya om David.

"Enggak juga sih om." Balasku.

"Bukannya kamu seneng kalo ada cowo yang ngaceng ngeliat kamu." Giliran suamiku yang nyeplos frontal.

"Kamu ga apa-apa aku cuma pake ginian sayang ?" Tanyaku.

"Kamu dipake mereka aja aku gapapa kok, apalagi cuman diliat." Jelas suamiku.


Sontak ketiga pejantan tua di sekitar kami tertawa keras mendengar penjelasan suamiku. Meskipun sedikit merasa tersindir, tapi aku hanya bisa tersenyum kecut mendengar jawaban suamiku.


Mungkin terkesan merendahkan bagi orang yang belum bisa menerima hal seperti ini. Tapi aku bisa melihat, tak ada niat suamiku dengan jawabannya itu untuk membuatku malu, tersindir atau semacamnya.


Berdempetan denganku yang hanya berbalutkan lingerie mini ini sepertinya membuat tangan om David gatal untuk menjamahku. Tangan kanannya perlahan mendarat di perutku dan mengelusnya dengan lembut. Kepalanya mendekat ke leherku sampai aku bisa merasakan dengus hangat nafasnya. Posisinya kini agak miring ke arahku. Tak peduli apakah suamiku melihatnya, kini tangannya merayap ke payudaraku. Dengan gemas diremasnya payudaraku bergantian kanan dan kiri. "Nikmati aja ya." Bisiknya ke telingaku.


"Sayang, om David nakal nih." Kataku dengan erangan manja, mengadukan kenakalan om David pada suamiku.


"Om Ivan ga ikutan ?" Balas suamiku yang malah seakan menawarkan tubuhku untuk juga dijamah oleh pria yang ada di samping kiriku.


Gayung bersambut, om Ivan nampak antusias ketika suamiku "mempersilakan" dia untuk menjamahku. Kini tangan kirinya juga ikut menari diatas payudaraku, bahu-membahu bersama om David merangsang kedua payudaraku. Bahkan tidak hanya meremasnya, kedua payudaraku dengan mudah dikeluarkan dari wadahnya karena belahan dada lingerie ini yang cukup rendah.


Jadi sekarang kedua payudaraku tampil bebas tanpa penghalang apapun meski tubuhku masih mengenakan lingerie.


Aku melirik spion tengah untuk melihat ekspresi suamiku. Dengan posisi seperti ini pastinya suamiku bisa dengan mudah mengawasi istrinya yang sedang "dijamah" oleh para pria yang ada di baris kedua. Mimik wajah suamiku sedikit tegang meski tak ada kesan marah. Cemburu mungkin iya. Tentunya dia juga bisa melihat bagaimana kedua payudaraku terekspos dengan bebas.


Perlakuan kedua pria disamping kanan dan kiriku tak ayal membuat aku mengerang. Hingga membuat om Robert perlu menoleh ke belakang. Senyum mengembang di wajahnya melihat kondisiku sekarang. "Widih, ada yang lagi asyik nih." Kata om Robert.


Om David dan om Ivan tak terlalu mempedulikan om Robert. Mereka masih saja merangsangku dari kedua arah. Bahkan kini om Ivan mengangkat kedua kakiku sampai aku mengangkang diatas jok mobil. Jadi sekarang tak hanya payudaraku yang terekspos, vaginaku yang berbulu juga bisa terlihat dari depan. Meskipun tak terlalu terlihat karena gelap.


Tangan keduanya kini juga menyergap vaginaku, menyentil klitorisku yang memang sangat sensitif ketika mendapatkan sentuhan. Desahan dan eranganku menggema di dalam mobil yang kami tumpangi.


Secara bergiliran om David dan om Ivan terus saja menjamah seluruh tubuhku. Ketika om David menyerang bagian atas, maka om Ivan pindah ke bagian bawah. Begitu juga sebaliknya. Aku hanya bisa pasrah menerima serangan mereka yang bertubi-tubi. Tubuhku berlenggak lenggok merasakan rangsangan yang terus mereka berikan.


Tak terasa kami sudah ada di pinggiran kota Jogja. Suamiku lantas bertanya pada yang lain, menu apa yang mereka inginkan. Hanya om Robert yang menjawab, untuk bebas memilih menu apa saja selama tempatnya masih buka. Tapi menyarankan untuk ke resto fast food saja yang jelas kualitas makanannya. Sementara om David dan om Ivan nampak acuh karena masih fokus "mengerjai" tubuhku.


Suamiku kini membelokkan ke mobilnya ke sebuah resto fastfood di dekat Malioboro yang memang buka 24 jam. Kami sampai disana sudah sekitar jam 3 pagi lebih. Kurapikan lingerie ku yang pastinya sudah kucel karena tubuhku yang terus bergerak dirangsang oleh para pejantan tua itu. Aku turun dari mobil terakhir, sambil mempersiapkan mental dimana aku harus memakai lingerie di tempat umum seperti ini. Yang pastinya mengundang perhatian mata para pria, dan juga wanita yang pasti mencibir penampilanku.


Untungnya hanya terlihat seorang pemuda yang kutaksir masih seumuran mahasiswa semester awal, sendirian sambil menikmati sebatang rokok dan kopi yang ada di meja. Kami memasuki resto itu dengan aku yang dipersilakan untuk berada di paling depan. Nampak sekali sorot mata cowok yang ada di depan itu sebenarnya ingin sekali terus menguntit gerak gerikku, tapi agak risih karena ada 4 pria yang mengawalku. Begitu juga dengan pramusaji yang ada disana. Mereka nampak kikuk ketika aku sudah sampai di meja pemesanan.


Sengaja kugoda pramusaji yang menunggu kami memesan, sikuku bertumpu di meja agar kedua payudaraku lebih menyembul ke atas. Makin kikuk lah dia melihatku seperti ini. Apalagi melihat om Robert dengan nakalnya malah mengelus pantatku sampai bagian bawah lingerieku agak tertarik ke atas. Pastinya belahan pantatku bisa terlihat oleh cowo yang sedang merokok tadi. Tapi aku tak ingin membuatnya malu jika memang dia sedang memandangiku.


Kami akhirnya memesan paket untuk 6 orang yang tersedia agar kami bisa segera menyantap makanan. Karena tenaga sudah cukup terkuras untuk memacu gairah kami selama di resort tadi. Selesai memesan, kami lantas mencari tempat duduk. Sengaja om Robert memilih tempat yang pojok, tidak terlihat dari area kasir, namun sangat terlihat oleh cowo yang ada di luar.


Om Robert dan suamiku yang tadi di mobil hanya bisa menghayati eranganku kini gantian mengapitku. Sementara om David dan om Ivan ada di depan kami. Ketika pesanan kami sudah lengkap terhidang di meja, om Robert mempersilakan om David dan om Ivan untuk segera menikmatinya, sementara om Robert berkelakar ingin menikmati "dada dan paha" yang lain. Yang itu tentunya adalah milikku. Hihihii…


Om Robert sedikit membaca situasi, pramusaji sudah kembali ke tempatnya. Artinya dia sudah "aman" untuk mengerjaiku. Dipelorotkannya bagian depan lingerieku dan berusaha mengeluarkan kedua payudaraku. Sambil diliriknya cowo yang ada diluar, yang jelas sekali bisa melihat ke dalam sini. Rasanya om Robert ingin memancing cowo tadi dengan menunjukkan kedua susuku diremas-remas olehnya. Sementara ketika susuku sudah keluar dari lingerieku, suamiku ikut mengerjaiku. Jadi sekarang om Robert meremasi susu kananku, dan susu kiri diremasi suamiku.


Rasanya pancingan om Robert berhasil, cowo itu melirik ke arah kami, dan terperangah melihat keadaanku sekarang. Agar suasana menjadi lebih cair, kucoba untuk mengerling nakal padanya, memberinya sinyal untuk terus saja melihat pemandangan ini, tanpa harus malu dengan para pria di sekitarku. Kugigiti bibir bawahku sambil terus menatap padanya. Sesekali tanganku meremasi kedua pria yang sedang menjamah susuku.


Om David dan om Ivan masih dengan lahapnya menyantap makanan mereka. Sambil menikmati tontonan yang ada di hadapan mereka. Om Robert nampak puas dengan apa yang sudah dilakukannya dengan memamerkan kedua payudaraku ke cowo itu. Diajaknya suamiku untuk ikut menyantap makanan, namun dengan "cara lain".


Posisiku dibuat bersandar, sehingga kedua payudaraku membentuk bidang yang rata. Dituangkannya saos sambal diatas kedua payudaraku, dan dia pun mulai menyantap makanannya dengan sebelumnya mengoleskan ke sambal yang ada di payudaraku. Begitupun juga suamiku.


Aku bersandar dengan santainya karena om Robert dan suamiku bergantian menyuapi aku. Tugasku hanya memastikan sambalnya tidak meleleh ke bawah sehingga mengotori lingerieku. Dengan sesekali saat mengoleskan ayamnya ke sambal, diliriknya cowo yang ada di luar, berasa pamer punya piring sambal yang istimewa.


Sekitar 45 menit kami disitu, menunggu dan kemudian menghabiskan makanan pesanan kami. Tampak mereka juga sudah selesai dengan ritual khas para perokok, yaitu merokok setelah makan. Setelah dirasa cukup, suamiku mengajak kami untuk cabut dari situ. Si cowo yang ada di luar pun juga masih belum beranjak dari tempatnya.


Tepat saat kami keluar dan melewati cowo itu, om Robert pun dengan beraninya nyeletuk, "bagus enggak mas ?" Tanyanya pada cowo itu. Tanpa berkata-kata, cowo itu dengan tatapan yang tegas mengacungkan kedua jempolnya ke arah kami. Yang menandakan dia menyukai tontonan yang tersaji saat kami makan tadi. Saking girangnya mendapatkan respon dari cowo tadi, om Robert menampar pantatku dengan keras.


"Aaaaaaaaaih… " Jeritku merasakan panasnya ditampar om Robert di pantatku.


Kami pun berlalu dan kemudian memasuki mobil. Suamiku mengajak om Robert untuk bertukar posisi dengan om Ivan dan om David. Sehingga kini om David yang pegang kemudi, om Ivan disampingnya. Sementara om Robert dan suamiku mengapitku di baris kedua. Agaknya suamiku "tidak terima" jika hanya menjadi penonton saja seperti tadi.


Mungkin tak perlu dijelaskan detail perjalanan kami kembali ke resort karena pastinya kalian bisa memprediksi, bahwa om Robert dan suamiku melakukan hal yang sama seperti yang om David dan om Ivan lakukan tadi.


Hanya saja ada sedikit perbedaan. Beberapa kilometer sebelum sampai di resort, saat kami melalui jalan yang disekitarnya hanya hamparan sawah, suamiku meminta om David menepikan mobil.


Dibisikkan padaku tentang rencananya untuk memfotoku di pinggir jalan. Kusampaikan pula rencana itu pada om Robert. Sementara itu om David dan om Ivan hanya bengong ketika melihat kami bertiga turun. Karena jalanan yang memang sepi, hanya sesekali saja truk bermuatan sayur lewat, aku berpose ditengah jalan. Beragam pose sesuai arahan om Robert kulakukan, baik dengan ataupun tanpa lingerie. Ya benar, aku telanjang bulat saat difoto om Robert di tengah jalan. Meskipun hanya dengan HP milik om Robert, tapi hasilnya tak mengecewakan. Karena HP nya memang mahal, maka pastinya kualitas gambarnya juga bagus.


Entah sudah berapa puluh jepretan aku berpose, disitu ada mungkin sekitar setengah jam untuk mengambil foto erotisku. Setelah dirasa cukup, suamiku mengajak untuk kembali ke mobil. Om David dan om Ivan yang hanya jadi penonton nampak ikut puas melihat pose-pose nakalku.


Kami sampai di resort sudah hampir jam 6 pagi. Turun dari mobil, kami bersamaan menuju ke kamar. Saat aku ingin memasuki kamar yang suamiku pesan, suamiku malah mencegahku dan menyuruhku untuk tidur di kamar para pria tua itu. Dan gilanya lagi, aku diminta melepaskan lingerieku, dan telanjang bulat ke kamar satunya.


Demi menuruti keinginan suamiku, akhirnya aku lari ke kamar satunya sambil menutupi area intimku dengan kedua tangan. Kuketuk dengan tergesa-gesa kamar itu karena saat kucoba membuka pintu, ternyata dikunci dari dalam. Apesnya bagiku, om Ivan yang melihatku ingin masuk ke kamar dengan telanjang, bukannya segera membukakan pintu, malah menggodaku dari balik jendela.


Tentu saja aku tambah panik karena hari sudah terbilang terang, sementara pegawai hotel nampak terlihat sedang menyapu di kejauhan. Pintu baru dibuka saat terlihat ada seorang pegawai hotel yang berjalan menuju ke arah kamar ini.


Dengan nafas yang memburu, aku bersandar di pintu saat om Ivan sudah membukakan pintu dan aku berhasil masuk. Melihatku telanjang, para pria itu pun segera melolosi celana mereka. Om Ivan menarikku ke atas kasur, mengapitku bersama om Robert. Sementara om David disuruh menunggu giliran. Keduanya kompak memilin-milin kedua putingku yang membuat gejolak birahiku naik kembali. Lagi-lagi aku diserang dari 2 arah yang membuat aku tak kuasa harus tenggelam dalam kenikmatan luar biasa.


Melihat om Robert dan om Ivan menikmati tubuhku, om David enggan menjadi penonton, melihat memekku yang terekspos bebas, dengan segera dia naik ke ranjang dan langsung melahap memekku dengan mulutnya. Diciuminya belaha vaginaku dikombinasikan dengan jilatan-jilatan serta gigitan kecil di klitorisku membuat aku tambah dimabuk kenikmatan.


Nafsu yang mereka tahan sejak berangkat sampai pulang sepertinya bakal dituntaskan segera, tak berapa lama, om Ivan menarikku bangkit, memposisikanku diatas tubuhnya. Kusambut dengan genggaman batang kontolnya di tanganku dan kuarahkan agar masuk ke vaginaku. Dengan sekali hentakan saja, amblaslah batang itu.


Tenaga yang baru saja diisi kembali, membuat mereka makin beringas. Apalagi ketika tahu bahwa suamiku merelakan istrinya untuk merengkuh kenikmatan bersama pria lain. Sementara itu om Robert dengan tergesa-gesa juga menempatkan batang kontolnya di depan liang anusku. Begitu juga om David yang kini berdiri mengangkangi om Ivan dan batang kontolnya mengacung tegak di depan wajahku.


"Ga nyangka, suaminya malah mempersilakan kita biar istrinya kita garap ya." Cetus om Ivan sambil menikmati gerakan tubuhku yang maju mundur memberikan kenikmatan di batang kontolnya.


"Iya nih, jadi makin siap buat produksi sperma untuk kamu." Timpal om Robert.


"Uuuuugghh… iya om, nikmati aja semuanya. Aku juga bakal kasih puas buat kalian." Kataku sambil terus bergerak mereguk kenikmatan.


Beberapa menit mereka berganti posisi untuk bisa mendapatkan kenikmatan dari setiap lubangku. Nafsu yang membuncah tak membuatku berpikir jijik ketika batang kontol yang sudah masuk ke anusku harus berpindah ke mulut.


Sampai pada titik dimana aku merasakan kontol mereka siap untuk memuntahkan laharnya, aku berkata pada mereka untuk stop. Kubuat mereka berjejer rapi telentang. Dan kemudian dengan tempo maksimal kugoyang mereka. "Aaaaaarrrggghhh… suka banget om. Nodain istri lonte ini." Racauku


Masing-masing orang hanya sanggup bertahan 2 - 3 menit saja saat kugoyang. Om Robert sudah menyemburkan 5 semprotan spermanya, sementara om David kurasa sampai 7 semprotan menghangat di lubang vaginaku. Sampai giliran terakhir, om Ivan kugoyang dengan lebih kasar karena aku juga ingin merasakan orgasme. Saat aku merasa sudah di ambang orgasme, kuhentak-hentakkan tubuhku maju mundur sampai bunyi kecipak liang vagina yang bertumbuk dengan pangkal paha om Ivan menggema di seluruh ruangan.


"Adduuuuuuh, om. Enaaaaaaaaakkkk…" Tubuhku mengejang kuat, melenting ke belakang sampai beberapa menit. Kurasakan juga semprotan kuat sperma om Ivan menyembur di liang vaginaku.


Aku ambruk tertelungkup di atas tubuh om Ivan dengan dengusan nafas yang bertempo cepat. Pagi itu, aku berbaring di tengah om David dan om Ivan, sementara om Robert diujung paling tepi. Indah sekali rasanya persenggamaan pagi itu. Ledakan orgasmeku menambah lemas tubuhku, sampai aku dengan pulasnya tertidur segera. Dipeluk oleh om David dan om Ivan yang ada disampingku.


"terima kasih suamiku…"
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd