PEJU SIAPA INI...
Malam itu sudah berganti selama empat kali, sejak kejadian peju yang nyasar ke belahan vagina Vani. Sejak saat itu pula Vani terus mencari tahu siapa pemilik peju tersebut. Walaupun sering kali rasa penasaran tersebut terusik oleh gairah yang meletup, sensasi lelehan sperma di rekahan merah jambu vaginanya membuat Vani sering honry sendiri dengan membayangkannnya saja.
"EMMMPPPHHHHH...." gairah Vani merengkak naik seiring gesekan pada klitorisnya sendiri.
Hanya dengan memikirkan saja siapa yang menumpahkan jutaan sel pemberi kehidupan tersebut sudah membuat dia panas dingin. Apalagi mengingat lelehan peju yang mengalir membasahi pahanya yang mulus, sontak membuatnya kehilangan kendali pada dirinya. Nafsu sudah menguasai alam bawah sadarnya.
" OOHHHHHH..AAGGGHHHHHHH..." orgasme Vani pun meletup diiringi dengan semprotan kecil air kenikmatan dari celah vaginanya yang membasahi tangan dan sepreinya.
Nafas Vani yang sebelumnya tampak memburu kini mulai berangsur-angsur mereda seiring dengan letupan gairah yang melemah. Sebuah senyum kecut tersungging diwajahnya kamudian jari tangan yang basah kena cairan kenikmatan dijilatinya. Matanya ikut terpejam seolah meresapi setiap gairah yang berada didalam cairan tersebut.
" Dimana kau sayang saat aku sangat membutuhkanmu," ucap lirih Vani menyesali kekasihnya Albert yang sedang di Singapura.
Selalu seperti ini disaat Vani sedang dalam masa gairah yang memuncak sering kali kekasihnya tersebut jauh darinya. Jika sudah seperti ini
One night stand jadi pilihan Vani meskipun sebuah rasa penyesalan hinggap di hati vani. Entah sudah berapa kali Vani menghianati ikatan yang terjalin antara dirinya dan Albert dan semua penghianatan tersebut hanya karena sebuah letupan birahi.
Vani pun terlelap dalam tidurnya setelah kelelahan memuaskan hasrat birahinya sendiri. Masih dengan pakaian yang tak menutupi setiap lekuk tubuhnya tersebut. Belahan vaginanya terkspose sedemikian rupa sehingga tampak jelas rekahan berwarna merah jambu tersebut dari kejauhan. Tubuh bagian atasnya pun tak jauh berbeda walaupun pakaian yang dikenakan masih menempel tetapi payudaranya yang ranum kelihatan mengintip menawarkan secuil kenikmatan bagi yang menyentuhnya.
Satu yang menjadi kecerobohan Vani dikala tidur, dia sering tak mengunci pintu kamarnya sehingga siapa saja dapat masuk tanpa mengusik ketenangan sang penghuni dari tidurnya. Seperti halnya malam itu, sepasang mata memandang setiap
inchi lekuk tubuh Vani dengan tatapan lapar. Ingin sekali pemilik mata tersebut menerkam tubuh indah Vani dan memuaskan setiap hasrat binatangnya.
" Tunggu saatnya sayang," sang pemilik mata itupun terkekeh sambil berjalan meninggalkan sebuah rencana kotor dalam otaknya.
***
Sudah sangat jamak dalam lingkungan kost tempat Vani tinggal tersebut mendengar suara desahan penuh gairah ataupun pemandangan erotis dari penghuninya. Seperti saat ini ketika Vani pulang dari pesta ulang tahun salah satu temannya, sayup-sayup dia mendengarkan suara pembangkit gairah tersebut. Dengan langkah yang sedikit gontai karena pengaruh alkohol, Vani melintas didepan kamar Mirna sumber suara desahan tersebut.
" Ohhhh...emmmpppphhh....terus sayang....ohhhhhhh..." desahan Mirna mengusik gendang telinganya.
Plokk...plok...plokk bunyi kulit yang saling beradu mengiringi setiap desahan yang terlontar. Rasa penasaran yang diselimuti oleh gairah memaksa Vani menoleh ke arah pintu yang disampingnya kini. Setiap desahan yang masuk melalui daun telinganya membuat belahan vaginanya membasah. Yup, Vani honry sekarang telebih pengaruh alkohol dalam darahnya membuat gairahnya semakin tersulut.
"Ohhhhh...eemmmppphhh," desah lirih Vani ketika jemarinya menjamah belahan diantara kedua paha itu. Tak butuh waktu lama dirinya sudah menggapai puncak kenikmatan semu tersebut. Dengan posisi terduduk dan masih bersandar di depan pintu kamar Mirna, Vani mulai mengatur nafas untuk sekedar mengembalikan sedikit kesadarannya.
Sesampainya dikamar Vani langsung menanggalkan setiap helai pakaian yang menempel ditubuhnya yang mulus. Hawa panas yang mendera tubuhnya memaksa dia untuk itu. Dari dalam kamarnya masih terdengar sayup-sayup suara desahan dan erangan dari kamar Mirna.
" Belum selesai juga tuh orang ," runtuk Vani dengan muka yang ditekuk.
Desahan dikamar sebelah kian memanas, terdengar jelas oleh telingan Vani jika mereka telah memasuki fase puncak, tak berapa lama lagi mereka akan merasakan puncak kenikmatan semu tersebut.
" Aku keluar,------ sayang, OOHHHHHH ! " suara desahan Mirna sampai juga memenuhi telingan Vani. Senyum kecut pun menghiasi wajah Vani yang memerah, dia tahu bagaimana rasa kenikmatan semu tersebut. Namun hal ini juga yang membuatnya jengkel karena birahi yang melingkupi pikirannya.
" Aku juga,----- mau keluar sayang,"
" Keluarin didalam,---- aku safe kok," tubuh Vani ikut menegang saat dia mendengar dengan jelas pasangan bercinta Mirna tersebut mengeluarkan jutaan sel sperma didalam liang peranakan Mirna.
Sensasi lelehan peju yang menghantui pikirannya akhir-akhir ini kembali menyeruak. Gejolak birahinya langsung melesat, meletup mengendalikan setiap sendi dalam tubuhnya. Gesekan jemarinya pada klitoris dan labia mayoranya kembali terulang. Vani kembali tersiksa oleh gairah yang meminta untuk dipuasi. Gesekan yang intens dan desahan-desahan mulai memenuhi kamar tersebut. Nafas Vani mulai memburu berkejaran dengan luapan gairah yang kian mendaki.
Peristiwa yang sangat ingin dia lupakan malah kini menjadi sensasi tersendiri bagi Vani. Sangat ingin dia merasakan saat semprotan peju itu membasahi liang peranakannya. Sangat ingin dia merasakan sensasi ketika tumpahan peju tersebut meleleh melewati kulit pahanya yang mulus. Vani begitu terobsesi akan hal tersebut, hanya membayangkan saja sudah membuat vaginanya basah kuyup. Terlebih lagi dia tak tahu siapa pemilik jutaan peju itu, fantasi paling liarnya saat ini.
***
Demi apapun juga Vani masih ingin merasakan fantasi lelehan peju dari celah vaginanya. Walapun tiap kali ber-
one night stand ria pasangannya selalu mengeluarkan jutaan sel tersebut namun sensasi lelehan peju dari celah vaginanya sangat berbeda. Pada saat itu sensasinya bagai multi oagasme yang belum pernah dia rasakan, setiap lelehan peju yang keluar memberikan rangsangan tersendiri baginya.
Sering kali sensasi lelehan peju tersebut muncul dalam mimpinya dan menghiasi alam bawah sadarnya. Tak jarang pula seprei tempat tidurnya basah disaat dia bangun.
Dan demi apapun Vani ingin merasakan lelehan itu kembali bahkan sudah menjadi obsesinya kini. Sebuah obsesi yang mampu merubah Vani jadi lebih binal bisa dikatakan jauh lebih binal dari sebelumnya. Para sahabatnya pun sempat terheran dengan perubahan sikapnya tersebut, Vani jadi lebih
Wild. Terlebih lagi si Boris yang tambah gak kuat lagi jika berdekatan denganya, apalagi semenjak kejadian di pesta ulang tahun Angel. Masih lekat dalam ingatan Boris bagaimana dia gelap mata hampir saja memperkosa Vani sahabat kentalnya. Jika tidak ada Noel pacar Angel mungkin saat itu dia sudah melakukan penetrasi ke belahan vagina yang menantang itu.
Walaupun Vani tak memepermasalahkan hal tersebut karena sama-sama dalam keadaan mabuk namun tidak bagi Boris, dia merasa sangat bersalah.
Kau tambah seksi aja sih Van kata Boris dalam hati saat melihat Vani yang tengah berdisko ria disalah satu diskotek.
Andai lo gak sahabatku, udah tak buat lo lemas setiap hari Van, batinnya kembali dengan senyum iblisnya.
Malam itu memang Vani terlihat sangat seksi, dengan tanktop berwarna pink dan hotpan yang dipakainya. Terlebih lagi bra berwarna gelap yang tampak mengintip dari sela lengannya membuat jakun para cowok naik turun. Ukuran sepasang payudara yang ber-cup D membuat pakaian yang dikenakannya kini tampak kekecilan.
Sudah menjadi pemandangan yang umum bagi mata sahabatnya jika Vani selalu jadi primadona dilantai disko. Vani pun tampak cuek aja ketika dia dikelilingi para cowok yang dimatanya penuh nafsu.
***
" Emmmmppppp.....ssshhhhhhh...." jemari lentik Vani tengah menggesek klitorisnya.
Sebuah pemandangan dikamar kost yang menggugah gairah, dimana Vani tengah memuaskan dirinya sendiri. Tubuhnya yang polos tanpa sehelai benang menempel, menawarkan sebuah kenikmatan dunia. Jemarinya yang intens merangsang klitoris sambil sesekali meremas-remas bongkahan payudaranya sendiri.
"Auuggghhhhh.....mmmppphhhhhh...." desah Vani.
Sambil membayangkan sebuah penis yang tengah menyeruak belahan vaginanya itu. Penis yang mampu membawanya terbang ke langit kenikmatan.
"Ohhhhhh....emmmmppp...teruss.....".
"Ssshhhhh....augghhhhhh....."
"Emmmmmpppphhhh......aahhhhhhhh...." desahan demi desahan keluar dari mulut Vani.
"AAUUGGGHHHHHHHH.....YEESSSSSSSSSS...." orgasme yang datang diiringi dengan air yang keluar dari celah vaginanya.
Akhirnya Vani pun tertidur dengan masih berbugil ria.
" Sialan kau Van...." umpat seorang cowok yang tengah mengintip Vani memuaskan diri.
" Crott...croott...croottt...." semprotan peju membasahi pintu kamar Vani.
Sudah menjadi kebiasaan Tono sosok pria yang kini berdiri didepan kamar Vani, mengintip aktivitas sang pemilik kamar. Sudah beberapa kali dia memergoki Vani yang sedang bermasturbasi didalam kamarnya. Ingin rasanya dia mengulangi perbuatannya dulu. Sebuah rencana tersusun rapi didalam otaknya, dan mungkin dalam waktu dekat ini akan dilaksanakan.
" Tunggu tanggal mainnya,Van," sebuah senyum iblis menghiasi wajah Tono.
***
" Sayang, kamu dimana ? Aku udah dikost kamu nih," ucap Tono yang tersambung dengan telepon genggam Mirna.
" Maaf, sayang tadi buru-buru, aku pulang ayah sakit," jawab Mirna disebrang sana." Maaf, tadi gak sempet ngabarin ".
" Ya udah deh, kamu hati-hati sayang," tak lama kemudian Tono berbaring ditempat tidur Mirna sesaat setelah memutuskan sambungan telepon.
Hampir setengah jam Tono berbaring didalam kost kekasihnya tersebut, pada akhirnya dia pun memutuskan untuk pergi. Baru beberapa langkah keluar, dia melihat Vani yang berjalan sempoyangan menuju kamarnya
Sambil tersenyum jahat Tono pun bergumam," Inilah saatnya". Tono kembali masuk kedalam kamar kekasihnya.
Vani merasa
bete acara bersama para sahabatnya tak berjalan lancar, hingga akhirnya dia memutuskan untuk pulang. Hari ini perasaannya lagi tak menentu, mungkin ini karena horman esterogennya sedang naik sebuah tanda dia memasuki masa subur.
" Gue, horni," dirabanya belahan vaginanya mulai basah.
Ditanggalkannya semua pakaian yang melekat ditubuhnya, Vani pun beranjak menuju kamar mandi yang memang ada didalam kamar kost tersebut. Sedangkan Tono masih menunggu dengan cemas dari dalam kamar Mirna. Letak kamar mereka memang bersebelahan, jadi terkadang setiap suara mampu didengar, seperti waktu dulu ketika Vani bermasturbasi saat mendengar desahan percintaan Tono dan Mirna. Tono pun waktu itu sempat mendengar desahan lirih Vani kala bermasturbasi.
Vani membiarkan tubuhnya basah dan menyisakan tetesan-tetesan air. Rambutnya yang hitam tergerai dan kulit putih yang menghiasi sekujur tubuhnya sangat kontras. Sebuah handuk hanya dia tenteng negitu saja. Langkahnya tampak kesulitan karena sebuah dildo tengah bersarang didalam vaginanya. Bahasa tubuhnya mengisnyaratkan nirahi yang tengah memuncak.
" Ohhh...." dildo itupun digerakkannya keluar masuk. Cairan kenikmatan yang sendari tadi menetes kini bertambah banyak. Dildo itupun bergerak lancar mengaduk-aduk liang vagina Vani. Desahan demi desahan keluar dari mulutnya, sementara itu Tono menempelkan telinganya didinding yang membatasi mereka. Tono masih meraba-raba aktifitas yang dilakukan Vani. Tono pun tak kuasa menahan birahi ketika desahan Vani sampai ke telinganya. Batang kontolnya diurut-urut lalu dikocok pelan sambil membayangkan tengah bercinta dengan Vani.
" Aughhhh....emmmpphhhhh....aaahhhhhhhh....." lengkuhan Vani kian menderu ketika birahinya semakin memuncak. Semakin kencang dia menggerakkan dildo tersebut dan sesekali meremas-remas payudaranya sendiri.
" AAAHHHHHHHH.........." teriak Vani kala orgasme yang dicari telah ia dapatkan. Berbarengan dengan Vani, Tono pun sukses memuntahkan pejunya membasahi tangan dan sebagian celananya. Segera dia bersihkan ceceran peju tersebut lalu beranjak keluar.
" Sialan kau, Van," runtuk Tono dalam hati. " Malam ini kau harus memuaskanku ".
Dengan berhati-hati, Tono beranjak menuju kamar Vani. Dia ingin melancarkan aksi bejatnya. Sejumlah rencana kotor sudah tersusun rapi didalam otaknya. Tono sangat berterima kasih kepada situasi sekitar kost tersebut yang sangat mendukung aksinya kini. Suasana kost tampak begitu sepi karena sebagian besar penghuninya yang rata-rata mahasiswa tengah pulang kampung.
Keberuntungan memang tengah berpihak kepada Toni, pintu kamar Vani tidak terkunci. Dengan langkah hati-hati dia memasuki kamar tersebut, terlihat disana Vani yang terlelap setelah kekelahan bermasturbasi. Tubuhnya yang polos membuat Tono menelan ludah, tubuhnya sontak memanas akan gairah. Batang kontolnya pun langsung bereaksi setelah melihat kepolosan tubuh Vani tersebut. Nasfu sudah merasuki Tono, dengan waktu singkan dia sudah bertelanjang sambil memperlihatkan batang kejantannannya yang berukuran besar.
Tono pun berjalan mendekati Vani sembari tangannya mengurut-urut senjata kesayangannya itu agar tetep gagah. Tono duduk disamping Vani, dipandangi setiap lekuk tubuh yang mampu membuat air liurnya menetes. Jari telunjuknya bergerak kearah vagina yang merekah kerena sumpalan dildo. Jari telunjuk yang basah akan cairan vagina itu lalu dikecapnya.
" Gurih " batin Tono.
Tanpa pikir panjang lagi, Tono lalu memposisikan Vani dan dirinya sejajar. Batang kejantanan yang besar itu diposisiskannya tepat didepan belahan vagina setelah sebelumnya mengeluarkan dildo itu.
" Blessss....." tak kesulitan Tono dalam memasukkan kontol kebanggaannya tersebut memasuki celah kenikmatan Vani. Dengan ritme yang sedang dia mulai menggerakkan kontolnya itu.
" Augghhh....sempit banget..." gumam Tono sambil terus bergerak. Tangannya pun tak mau ketinggalan untuk menjamah bongkahan payudara Vani. Diremas perlahan sembari sesekali memilin puting yang menghiasi puncak payudara itu.
Vani yang tertidur pun terjaga karena aktifitas Tono diatas tubuhnya itu. Matanya melotot setelah mengetahui siapa yang tengah menggarap tubuhnya. Namun Vani tak kuasa mengelak dengan perbuatan Tono tersebut.
" Bangsat kau, Ton," ucap Vani. " Auuggghhhh.......emmmphhhhh..." Vani tak mampu meneruskan ucapannya karena bibir Tono langsung melumat, menikmati bibirnya. Vani yang sudah terbakar api birahi langsung meladeni lumatan bibir Tono, sambil terus bergerak naik turun.
" Yang kerass....aughhhh...lebih keras lagiii....." desah Vani.
" Sempit banget Van..." puji Tono diiringi dengan pijatan dinding Vaginanya terhadap penisnya.
Keduanya saling memberi rangsangan dan kenikmatan. Gelombang birahi yang tengah melanda keduanya tak mempedulikan lagi status diantara mereka. Yang ada dalam pikirannya kini hanyalah kenikmatan duniawi.
" Aauuggghhhhh....Tonn....emmmpphhh...bentar lagi aku....nyampee......ohhhhhh...." desah Vani menuju puncak kenikmatannya sendiri. Walaupun vaginanya sering dimasuki berbagai jenis dan ukuran kejantanan, namun kontol milik Tono ini memberikan sensasi tersendiri. Gesekan demi gesekan batang kejantanan tersebut mampu memberika kenikmatan tingkat tinggi yang belum pernah dia rasakan selama ini.
" AUGHHHH....MMPPHHH...OOOHHHHHHHHH......" akhirnya puncak kenikmatan itu datang menghampiri Vani. Bagi Vani ini puncak kenikmatan yang belum pernah dia rasakan, sebuah kenikmatan yang mampu membasahi dahaganya kini.
" Aku...juga mau nyampe Van...." bisik Tono ditelinga Vani.
Vani yang masih menikmati sensati puncak kenikmatan terindahnya tak mempedulikan bisikan Tono itu. Dia malah memeluk erat tubuh atletis Tono sambil terus menggoyangkan pinggulnya mengimbangi goyangan Tono.
" Aku..keluar Van....." ucap Tono.
' Crot..crot...crot...' Tono mengeluarkan pejunya didalam rahim Vani.
Vani merasakan bagaimana panasnya peju yang menerpa dinding vaginanya.
" Sensasi ini...." Vani tak mampu menggamparkan segenap perasaannya.
Semprotan demi semprotan peju Tono itu memberikan sebuah sensasi yang selama ini dia cari. Tubuhnya mengejang tak mampu menahan gairah yang memuncak.
" Aughhhh.....ahhhhhhhh...." Vani mengalami orgasme kembali hanya karena semprotan peju yang menerpa dinding vaginanya.
Tono yang kelelahan langsung merebahkan dirinya disamping Vani. Sebuah senyum terkembang menghiasi wajahnya, dia tak menyangka akan semudah ini menikmati Vani dalam keadaan sadar. Bahkan Vani pun mampu mengimbangi permainannya.
Namun bagi Vani inilah kenikmatan yang akhir-akhir ini dia cari. Dengan orgasme yang masih melandanya, Vani mencoba untuk berdiri. Dengan bersusah payah Vani berdiri ditepi ranjang membelakangi Tono yang tertidur.
" Rasa ini...kenikmatan ini," Vani memejamkan mata meresapi setiap nikmat yang kini melandanya. Dia kontraksikan setiap otot vaginanya, Vani mengejang berharap peju yang memenuhi vaginanya kini keluar. Sedikit demi sedikit akhirnya peju Tono itupun keluar. Peju itu kini meleleh ke paha mulus Vani.
" Aughh....ooohhhhh....ahhhhhhhhhhhh........" badai orgasme kembali melanda Vani namun kini diiringi oleh air yang keluar dari celah vaginanya. Yup, Vani
squirt.
Vani pun terjatuh diranjang karena tak kuasa menahan beban tubuhnya yang lemas. Inilah orgasme ternikmat yang pernah dialaminya.
SELESAI