Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT OMG!! Kakakku Yang Cantik dan Sexy Itu Ternyata Seorang....

“Ada satu hal yang aku ga ngerti dari lu,” kata Cie Stefany sambil memandangku.
“Tentang?” tanyaku dengan menatapnya balik.
“Lu kemarin bilang tentang prasangka lu terhadapku sebelum ini. Namun hal itu kini telah clear di antara kita....”

“Betul,” kataku memotong kakakku,” Sebelumnya memang aku sempat mengira lu jalannya ga benar, baik dengan Angga maupun dengan orang lain. Dugaanku itu diperkuat dengan sikap lu yang ga terlalu peduli dengan impresi dari luar. Yang penting faktanya lu ga melakukan itu. Saat pertemuan kita berempat waktu itu dengan Om Pram dan Angga, rupanya semua itu hanya kamuflase lu saja. Hal itu telah clear.”

“Setelah itu aku masih menduga adanya perselingkuhan dengan Om Pram. Namun sejak kemarin hal itu pun juga clear. Aku kini sangat yakin perselingkuhan itu tak pernah terjadi. Bahkan tak akan pernah terjadi. Itu juga sangat jelas. Kesimpulannya, I believe your innocence. Semua kecurigaanku selama ini tidak benar. You are not guilty for all cases,” kataku sambil tersenyum.
“Ya, aku tahu tentang itu. Hal itu telah jelas,” kata kakakku.

”Namun selama ini ada satu hal dalam hatimu yang sampai sekarang ini masih kaututupin,” lanjut Cie Stefany sambil tersenyum balik.
“Aku tak tahu apa maksud lu, Cie.”
“Sekarang gantian... boleh aku bicara blak-blakan?”
“Tentu,” jawabku.

“Ada hal lain yang kutangkap selain prasangka buruk yang lu bilang tadi yang kini sudah clear itu. Beberapa kali saat kita bicara berdua aku bisa merasakan ekspresi excitement dalam diri lu, Rico. Excitement tentang kemungkinan aku selingkuh dengan orang luar, entah itu Mas Angga, Om Pram, atau si A, si B, si C, dll. Why is that?” tanya kakakku yang membuat jantungku berdetak keras. Pikiran cuckold-ku selama ini terhadap kakakku yang cantik dan sexy yang sedang berbicara di depanku sekarang ini... Rupanya ia tahu juga!

“Jangan salah sangka, Rico. Selama ini faktanya kau selalu membelaku. Mulai dari saat kita terjebak di hotel melati waktu itu sampai kejadian barusan saat lu mengira Mas Angga ingin menjebakku. Lu dengan tak mempedulikan keselamatan diri sendiri membuntuti untuk menyadarkan dan mengajakku pulang.”

“Lalu kemarin malam di diskotik lu juga berusaha membantuku menghilangkan rasa kurang pede dalam diriku. Lu ingin menunjukkan bahwa rasa kurang percaya diri dalam diri kita akan menghambat langkah kita padahal seharusnya kita bisa meraih kesuksesan. Intinya itu khan yang lu maksud?”

“Tapi ada ketidak-konsistenan antara apa yang ingin lu sampaikan itu dengan pemikiran dan perbuatan lu sendiri. Seandainya lu curiga cie-cie-mu ini jadi perek atau simpanan om-om atau semacam itu, bukannya lu harusnya marah? Tapi kenapa lu malah seolah senang bahkan bergairah? Aku ga ngerti dengan tindakan lu ini. Betul-betul ga ngerti.”
Cie Stefany memandangku dalam-dalam.

“Cie..,” kataku sambil tertawa kecil (atau tepatnya tawa yang agak dipaksakan),” Kali ini lu salah. I don’t know what you are talking about.”

“Hmm, Rico... mungkin aku ga secerdas dan secermat lu. Mungkin ada banyak kasus dimana aku ga tahu lu berkata benar apa nggak. Tapi aku juga bukan orang yang bego-bego amat. Ada hal-hal tertentu yang dapat kulihat secara jelas. Jujur saja, awalnya tadi aku memang gak terlalu yakin dengan perasaanku ini. Saat aku bicara tadi sebenarnya aku hanya nembak secara gambling. Tapi dengan melihat reaksimu barusan, aku kini yakin perasanku selama ini benar,” jawab kakakku dengan tersenyum memandangku.
“Dan satu hal lagi.. jangan lupa, Rico, aku kenal diri lu sejak lu lahir,” kata kakakku sambil tertawa. “Mungkin hal ini agak kurang adil buat lu karena aku lahir 3 tahun duluan. Tapi dengan itu ada hal-hal tertentu dimana aku tahu tentang diri lu lebih banyak dibanding sebaliknya.”

Untuk sesaat aku dalam keadaan terombang-ambing dan dilematis. Hubunganku dan kakakku kini dalam posisi yang sangat genting. Kalau aku menyangkal omongannya ini, ke depannya ia akan sulit mempercayaiku. Di matanya aku tak lebih dari seorang yang munafik. Atau lebih parah lagi, ia bisa menganggapku bermuka dua dengan pura-pura baik di depan namun diam-diam mengharapkan hal-hal jelek terjadi kepadanya. Sebaliknya, mengaku hal itu dengan terus terang sungguh hal yang sangat berat bagiku. Karena ini menyangkut ego dan harga diriku.

“Ok Rico. Kalau lu ga mau membicarakan ini, ga masalah. Sebenarnya aku hanya ingin tahu aja. Pemikiran lu itu karena perasaan nggak pede dalam diri lu atau diam-diam menurut lu aku pantas jadi cewek seperti yang lu bayangkan selama ini? Tapi sudahlah, ini ga terlalu penting juga. Seperti yang aku bilang tadi, pada kenyataannya toh selama ini lu selalu membelaku. Bisa jadi memang persepsiku saja yang salah,” kata kakakku sambil menghela nafas.

“Cie... Persepsi lu itu memang benar,” kataku akhirnya sambil tersenyum getir.
“Oh?!” seru kakakku. “Kenapa, kalau lu ga keberatan?” katanya lagi.
It’s complicated dan agak sulit untuk menjelaskannya,” jawabku dengan suara agak tergetar.
“Kalo gitu jangan deh. Kalo lu gak comfortable, gak usah dijelasin gapapa.”
“Nggak Cie. Karena kita sudah sampai sini, aku akan katakan, walau ini ga mudah,” jawabku lagi.

Setelah suasana sunyi beberapa saat, akhirnya aku berkata,
“Kalo lu tanya kenapa aku juga ga tahu pasti. Tapi mungkin ini kombinasi dari beberapa hal. Mulai dari dugaanku terhadap lu selama ini, impresi yang selama ini lu tunjukin, lalu... jujur saja sampai beberapa tahun terakhir ada rasa iri dan benci dalam diriku terhadap lu, juga mungkin ada pengaruh pengalaman kita beberapa tahun lalu saat kita diganggu preman-preman dan cowok berandalan itu, dan mungkin ada faktor-faktor lain yang aku juga ga tahu. Yang pasti semua itu membuatku kadang atau seringkali punya pikiran cuckold terhadap lu.”

Lalu kukatakan juga dengan terus terang - meski tak secara detail dan vulgar - mengenai mimpiku tentang Blackjack orang Nigeria itu, tentang fantasiku akan sosok “Pak Zul”, tentang dugaanku selingkuhnya dengan Angga, bahkan juga tentang fantasi gangbang dari kumpulan cowok berandalan yang waktu itu memalak kami, dan beberapa fantasi liar lain lagi. Membuat kedua mata kakakku jadi terbelalak saat mendengarnya. Tentu ia tak percaya kalau aku – adik cowoknya sendiri – diam-diam punya fantasi sangat liar dengan menjadikan dirinya mangsa dan obyek pesta pora cowok-cowok dalam imajinasiku itu.

Begitu ceritaku itu selesai, Cie Stefany langsung bereaksi.
“Fantasi lu gila, Rico! Betul-betul edan. Aku sungguh ga menyangka. Kepikir aja nggak,” katanya bertubi-tubi.

Now you know my dark secret,” kataku dengan tersenyum getir. “Tapi satu hal yang pasti, semua ini ga ada hubungannya dengan lu. Ini semua hanyalah pikiranku dan kegilaan diriku saja. Aku ga pernah sungguh-sungguh mengharapkan semua itu akan terjadi terhadap lu. Lu boleh marah mendengar ini semua, tapi aku harap lu mengerti satu hal itu.”

“Sekarang aku ngerti kenapa tadi lu sulit mengatakannya,” kata kakakku dengan tersenyum. “Dan aku nggak marah Rico. Sama sekali nggak,” lanjutnya.
“Lu ga marah? Beneran?” tanyaku lagi tak percaya.
Cie Stefany menggelengkan kepalanya. “Untuk apa marah. Seperti yang lu bilang, semua ini hanya pikiran nyeleneh lu aja. Bukan tentang diriku sebenarnya. Sekarang pertanyaanku telah terjawab.”

“Sementara, aku justru salut dengan keberanianmu mengakui itu. Aku tahu ga gampang melakukan itu. Apalagi kepada orang yang selama ini dijadikan obyek fantasi gila lu itu, hehe. Dan satu lagi. Aku bisa ngeliat, lu mau mengakui hal itu salah satunya karena lu perhatian denganku khan. Lu ga mau aku salah paham apalagi sampai menganggap diri sendiri rendah. Aku tahu dan aku hargai niat baik lu itu,” kata kakakku sambil memandangku.

“Tapi omong-omong, apakah sekarang lu masih iri dan benci sama aku? Kayaknya aku pernah ngomong juga sekilas tentang ini. Aku bisa mengerti kalau lu masih, Rico.”

“Rasanya nggak ada, Cie. Namanya hati orang, isinya sangat dalam dan ga semuanya diketahui meski itu hati diri kita sendiri. Tapi saat ini kalo ditanya, sepertinya aku ga punya alasan lagi untuk iri atau benci dengan lu. Selama ini lu sudah membantuku banyak sekali dan ke depannya juga akan masih. Satu hal yang aku sangat berterima kasih sekali. Bahkan sekarang ini, dengan lu ngomongin tentang hal ini sebenarnya itu juga menolongku.”

“Karena... sekarang aku jadi plong. Dengan membicarakan hal ini secara terbuka, hatiku sekarang jadi lega,” kataku dengan jujur. “Hal itu terlepas dari apakah lu marah atau nggak. Dan syukur sekali ternyata lu ga marah,” tambahku dengan tersenyum.
That’s good. That’s good for you, Rico.”

“Omong-omong, balik ke pertanyaanku semula. Apa rencana dan tindakan lu selanjutnya dengan pikiran nyeleneh lu itu? Masa akan lu pertahanin terus? Sampai kapan?”

“Jujur aja, aku ga tahu apakah aku bakal lepas 100% dari itu. Tapi sebenarnya sekarang ini efeknya makin lama makin berkurang dibanding dulu-dulu. Karena memang banyak hal-hal yang dulunya mungkin mendukung untuk itu tapi sekarang sudah ga relevan lagi.”

“Satu hal yang perlu lu sadari Rico, kita ga bisa mencegah orang lain untuk tak berbuat jahat kepada kita, baik itu sikap rasis, pelecehan, hinaan atau hal-hal lainnya. Yang lebih penting adalah sikap kita menghadapi itu semua.”

“Ya betul, Cie. Aku juga belakangan menyadari itu. Yang namanya orang rasis, melecehkan, menghina, atau apapun pasti ada aja. Itu adalah masalah mereka sendiri dan bukan masalah kita selama kita ga terpancing. Sebaliknya, di dunia ini juga ada orang-orang baik seperti Om Pram dan Angga yang siap membantu tanpa memandang asal-usul suku orang.”

“Sebenarnya aku mulai menyadari itu waktu aku di Aussie. Apalagi saat itu aku ada banyak kegiatan jadi ga kepikiran hal-hal itu. Tapi begitu balik lagi kesini, ngeliat lu “pacaran” secara vulgar dengan Angga kayak gitu, pikiranku jadi rusak lagi, Cie. Hehehe. Jadi sebenarnya lu punya andil cukup besar juga dalam hal ini.”

“Hahahaha. Jadi salahku ya. Tapi betul juga sih. Pikiran lu pasti terpengaruh ya. Memang pengaruh lingkungan itu penting juga rupanya ya. Habis waktu itu lu orangnya kepo banget, jadi ya dikerjain aja sekalian. Hihihihi. Tapi sekarang lu tahu yang sebenarnya semuanya dan setelah kita bicara terbuka seperti ini, lalu sikap lu setelah ini gimana?”

“Nah itu dia. Seperti yang aku bilang tadi, banyak faktor yang sekarang sebenarnya sudah ga relevan lagi untuk mempertahankan pikiran seperti itu. Hanya saja mungkin diriku perlu waktu untuk penyesuaian karena telah terlanjur terbiasa seperti itu selama bertahun-tahun, hehehe. Aku ga bisa memprediksi masa depan, tapi rasa-rasanya kok abis ini pikiran nyeleneh itu bakal mengecil dengan drastis kalau tak hilang sama sekali. Sebenarnya sekarang juga intensitasnya telah jauh berkurang dibanding dulu. Apalagi faktor utamanya, ternyata lu adalah seorang yang innocent,” kataku sambil tersenyum menatap Cie Stefany.

Cie Stefany pun tersenyum sambil menatapku balik. “Sebenarnya saat lu baru balik dari Aussie waktu itu, aku bisa ngeliat lu seperti orang yang berbeda, Rico. Jadi dewasa, lebih matang, bukan anak kecil seperti sebelumnya lagi. Tapi belakangan, aura lu jadi memudar lagi. Mungkin karena diri lu mulai dipenuhi dengan pikiran nyeleneh itu lagi. Hehehe. Tapi belakangan ini mulai meningkat lagi sih sebenarnya.”
“Hmm, kalo sekarang gimana, Cie.”
“Kalo sekarang ya ga tau. Mesti dibuktikan dulu ke depannya, sikap lu gimana,” tukasnya dengan cepat. “Udah jangan ngelunjak. Lu ini kalo dikasih hati sedikit, maunya langsung dimakan semua,” tambahnya lagi.
Sialan tahu juga rupanya. Inilah resiko punya kakak cewek yang pintar.

“Ngelamunin apa lu?” tukasnya membuyarkan pikiranku. “Mikirin yang aneh-aneh lagi ya.”
“Ah nggak kok. Khan aku sudah ga terpengaruh lagi.”
“Beneran ya. Aku ingetin nanti kalo pikiran lu mulai nyeleneh lagi. Kalo lu mikirnya kayak gitu, gimana bisa punya cewek lu nanti.”
“Lho...Jadi aku boleh pacaran nih, Cie?”
“Ya terserah lu lah. Asal kuliah lu jangan sampai terbengkalai aja. Tapi omong-omong, memang ada cewek yang mau sama lu?” tukas Cie Stefany sambil mencibirkan bibirnya.
“Ya pasti adalah. Banyak lagi. Masa adiknya Cie Stefany ga bisa punya cewek.”
“Memang apa hubungannya. Ngomong sembarangan aja.”

“Jadi masalah diantara kita sekarang selesai semuanya ya, Cie.”
“Yang penting-penting semuanya sudah beres... Tapi sebenarnya ada satu lagi sih. Ini lu ga jujur juga lagi.”
“Apalagi Cie?”

“Pikiran nyeleneh lu tentang cuckold itu jangan-jangan karena sebenarnya lu punya obsesi tertentu yang ga kesampaian dalam pikiran bawah sadar lu kali.”
“Memang obsesi apaan Cie.”
“Tuh khan ga mau ngaku lagi. Selama ini aku memperhatikan gerak-gerik lu, Rico. Jangan dibilang aku ga tahu. Lu boleh merasa cerdas tapi jangan sekali-sekali meremehkan intuisi cewek.”
“Beginilah nasib jadi adiknya kakak cewek yang pintar,” kataku.
“Beginilah nasib jadi kakak ceweknya adik cowok yang mata keranjang,” tukas Cie Stefany dengan cepat. “Kakak sendiri diam-diam dijadikan obsesi.”
“Hihihihi... penasaran aja sih habis lu cantik dan sexy banget sih, Cie.”
Berbicara dengan Cie Stefany yang pintar ini memang kadang tak perlu ditutup-tutupi lagi.
“Tuh! Ngaku juga akhirnya.”
Aku hanya senyum-senyum saja. Sambil agak main tarik ulur sedikit. Apalagi aku masih tak bisa menduga ke arah mana maunya.

“Memang lu penasaran gimana sih,” tanya kakakku akhirnya. Rupanya ia penasaran juga.
“Ya penasaran dengan keindahan diri lu Cie. Soalnya lu khan cantik banget. Trus bodi lu juga pasti bagus banget. Bagiku lu ini adalah sosok ideal seorang cewek Chinese / oriental, Cie. Jadi seandainya, sekali lagi seandainya lho, kalo aku bisa ngeliat diri lu secara utuh tanpa memakai apa-apa, aku akan bersyukur sekali.”
“Lu ngomong sembarangan aja,” tukas kakakku seperti marah tapi terlihat kalau sebenarnya ia suka saat aku memuji dirinya.
“Memang lu kira aku mau apa?” jengeknya.
“Ya makanya aku bilang “seandainya”. Namanya juga orang ngarep, Cie.”
”Trus kalo sudah liat, abis itu apa.”
“Ya cuman liat aja sih. Bisa liat aja aku sudah senang dan bersyukur banget kok.”
“Ah, masa sih?”
“Iya beneran. Sebobrok-boroknya adikmu ini juga masih tau batas-batas lah,” kataku dengan sungguh-sungguh.

“Waktu itu juga lu udah pernah liat khan,” katanya merujuk saat kita tinggal di hotel melati aneh itu.
“Itu khan dulu, Cie. Udah lama banget. Sekarang diri lu pasti lebih bagus dan indah lagi. Apalagi selama bertahun-tahun lu terus menjaga kebugaran tubuh. Lu semakin dewasa dan pikiran semakin matang. Pasti bedalah aura yang terpancar dari dalamnya. Kalau auranya udah beda, penampakan luarnya juga pasti lebih dahsyat lagi donk.”
“Lu ini ngerayu ceritanya ya. Lu kirain aku bakal terbuai lalu nurutin kemauan lu gitu tah. Lu kira cie-cie lu ini sebodoh itu apa,” katanya dengan nada seolah mengejek.
“Bukan ngerayu, apa yang aku bilang itu memang kenyataan kok. Lagian, lu khan orangnya pintar mana bisa dibohohin dengan cara gitu. Kecuali kalo lu sendiri memang mau.”
“Lah, ngapain juga aku mau nurutin kemauan gila lu itu.”
“Ya kali aja lu mau bikin rasa penasaran adik lu ini hilang. Lagian lu tahu juga khan, aku ga mungkin macam-macam juga. Sementara sekarang ini lu masih pake baju mandi. Jadi toh abis ini pasti akan ganti baju yang permanen. Paling nggak sambil mengagumi diri lu aku juga bisa bantuin ngambilin baju buat lu Cie.”

“Lu ini bisa aja ya. Tapi ok lah, karena selama ini lu udah banyak menolongku dan beberapa kali aku membuat lu susah, ok kali ini aku turutin keinginan lu. Tapi lu janji ga ngapa-ngapain ya. Cuman liat aja. Dan satu lagi, cuman kali ini aja. Nanti-nanti jangan minta-minta lagi.”
“Iya. Aku janji. Lu tahu sendiri khan aku orangnya gimana.”
“Oh ya? Yang aku tahu adalah lu seorang adik cowok yang baik. Tapi aku ga nyangka lu punya pikiran mata keranjang kepada cie-cie-nya sendiri. Masa kakak sendiri dianggap cantik dan sexy lalu pengin dilihat ga pake baju.”
“Aah, pura-pura aja lu Cie. Lu tahu juga lah tentang itu. Barusan lu sendiri udah bilang tadi. Hehehe.”
“Udah ah ngomong sama lu lama-lama bikin puyeng. Aku ganti baju dulu aja,” ujarnya seraya berdiri lalu berjalan masuk ke dalam kamarnya.

Saat duduk tadi aku tak menyadarinya. Namun kini baru jelas ternyata Cie Stefany tak memakai bra di balik pakaian mandi berbahan handuk itu. Sesuatu di dadanya kini terlihat bergerak-gerak. Saat ia berdiri lalu berjalan, sepasang payudara indahnya jadi ikut bergoyang-goyang dengan bebas.

Aku berjalan mengikuti menuju ke kamar tidurnya.
 
Update.. update...update... awas ntar di demo lo kalau lama2 update.. :semangat::semangat:

Salam semprot
:tegang:

Hahaha. Maap2, belakangan agak sibuk. Barusan di update lagi suhu.

Di tunggu updatenya suhu

lama jg updatenya...

Masih menunggu...

Ditunggu updatenya

Mohon maaf atas keterlambatannya suhu2.

hu... kemanakah dikau hu

Maap2. Belakangan agak sibuk suhu :ampun::ampun:
Mudah2an abis ini bakal lebih lancar.

Sudah lewat satu minggu suhu...ayo update suhu da kangen bro...

Barusan di update lagi suhu salambonek.

Horreee tengah malem ada kentang...

Btw makasih updatenya huu :ampun:

Hahaha, tambah kentangnya lagi. Makasih suhu. :ampun:

Makasih suhuu updatenya

Sama2 suhu. Makasih atas meluangkan waktunya juga ya.

Akhirnya update..makasih suhu :ampun:

Sama2 suhu bangkaim. Mohon maaf kalo genrenya ga sesuai ya :ampun::ampun::ampun:

makin penasaran aj nih

Makasih suhu.

Ap lg yg msh ganjel?

barusan di update suhu.

Kakakberadik yang feromonal kalo jadi satu tim


Ehh.. Fenomenal

Ini ane lagi mikir untuk materi sequel-nya suhu.

kentang goreng... berharap cepat update lagi :khappy:
salam semprot :tegang:

Kentangnya barusan ditambah lagi suhu :p

Update sebanyak ini masih saja kurang suhu

Hehehe, barusan ditambah lagi suhu.
Wahhh cerita nya yg awal bikin mikir keras..ditengah mulai kebukak semuanya..emejingggg:ampun::mantap:

Makasih suhu. :ampun::ampun::ampun:

Coffee moarningnya d tunggu suhu

Huhuhu, maaf coffee nya agak telat datangnya suhu.

Msh blm berani ngomong klo udh ngintipin kakaknya mastrubasi dari jendela dan punya fantasi pas ngintip kakaknya ngentot sama om Pramono (mas zul) dan mimpi basah tp bkn sama adiknya tp sama jack wkwkwk semoga next update adiknya berani ngomong trs dpt secelup dua celup sama kakaknya hahaha.

Hehehe, let's see how it goes suhu, let's see... :p

Ebusettttt,ini aku bacanya aja sampe marathon gan. Keren cerita mu,dan banyak juga pengajaran2 yg ikut tersirat dlm cerita ini. Lanjutkan pokoknya cerita mu gan.

Makasih banyak suhu atas meluangkan waktunya. :ampun::ampun::ampun:

Keren banget suhu ceritanya, next updatenya sangat ditunggu.

Makasih suhu.

Jadi adegan Mas Zul x Stefany cuma fantasinya Rico doang pas ngeliat Stefany masturbasi? Ane kok masih gagal paham ya di bagian ini wkwk.

Adegan Mas Zul vs Stefany itu fantasi Rico waktu dia masturbasi suhu. Makanya sampai 3 jilid, secara dia masturbasi khan berulang-ulang :p.
Waktu dia ngeliat Stefany masturbasi, saat itu dia cuman ngeliat doank.
Hmm.. mungkin nanti ini akan dielaborasi lagi dalam batang tubuh cerita.


Wah ada indeksnya di page one.
Ditunggu lanjutannya..

Hehe iya. Akhirnya ane tahu juga caranya. Makasih suhu. :Peace::ampun:

setelah aku baca ulang, kayaknya cuman fantasi aja... karena si stefany manggilnya om zul, bukan om pram.... kayaknya sih

Betul suhu.

Update ah....udah lama ngak ada ss :p

Udah diupload suhu :D

Lanjut gan...

Mohon maaf suhu2, belakangan ini update nya telat mulu :ampun::ampun::ampun:.
 
wah...nampaknya Rico bakal bisa nonton tubuh telanjang Stefanie..
moga ngak incest/ekse..cukup aja nonton.. :p
moga ada imajinasi stefanie/rico..stefanie ML dgn cowok2 kayak dalam imajinasi rico (kecuali pria nigeria yah) :coli:
gw ngarap happy ending yah... :p (back to normal) :ampun:
stefanie akhirnya dpt cowok yg sukses & ganteng :adek:
 
Terakhir diubah:
Akhirnyaaa, mau ada ss rico - stefanie nih...? Ngarep.com
 
masih berharap kalo stefani beneran perek, dan dengan jenius bohongi rico
 
Nice story suhu...
Mkin penasaran apa yg akan terjdi slnjutnya...:genit:
 
Kalo si cie" ngajak secelup Dua celup, sepertinya tuh adek mesum gak bakalan nolak juga .. hahaha
 
Sepertinya udah mulai dikir berkurang mikir dan atur strateginya,,... ;)
Cooling down... :Peace:Lalu diangetin lagi:semangat::tegang:
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd