Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT OMG!! Kakakku Yang Cantik dan Sexy Itu Ternyata Seorang....

“Mmmmmpphhh..... mmmppphhhh.....mmmppphhhhh...”
Napas kami berdua memburu. Suara napas kami bercampur dengan suara beradunya bibir kami. Dengan penuh nafsu kuciumi bibir kakakku. Seolah tak ingin dikendalikan oleh adik cowoknya, Cie Stefany membalas setiap ciumanku dengan aksi serupa yang lebih ganas lagi. Membuat gairah laki-laki dalam diriku jadi semakin tertantang. Tentu aku tak ingin membiarkan diriku dikuasai oleh gadis yang sedang berpelukan dan berciuman denganku ini, meski ia adalah kakak perempuanku. Aku semakin erat memeluk dirinya dan melumat bibirnya dengan buas.

Namun bukan Cie Stefany namanya kalau ia bisa dengan mudah ditaklukkan begitu saja. Seperti dalam kehidupan nyata sehari-harinya selama ini, sikap kompetitif dan determinasi tinggi dirinya dilampiaskan dengan ciuman buasnya terhadapku. Semakin aku membalas, justru ia semakin terpacu lagi. Apalagi mungkin selama ini ia menganggapku sebagai adik yang selalu nurut dan lebih banyak mengalah kepadanya. Sehingga kini ia juga ingin mempertahankan posisinya sebagai pihak yang mendominasi. Membuat bibir hangatnya begitu intens memaguti bibirku dengan bertubi-tubi.

“Mmmhhpphhh.....mmmmppphhhh......mmmppppphhhhhmmm....”
Dengan nafsu makin tinggi kami berdua semakin kalap saling mencium, saling memagut, saling mengenyot bibir lawan main kami...
Kejantanan dalam diriku tak ingin dikalahkan oleh kakak perempuanku ini. Kudekap wajah Cie Stefany erat-erat dengan kedua tanganku sambil bibirku melumati bibirnya..... menikmati kelembutan dan kehangatan bibirnya..... di tengah-tengah keganasan dirinya yang tak henti-hentinya membalas melumati bibirku.... sambil kedua tangannya memeluk erat tubuhku. Kami berdua tak dapat melepaskan diri atau berbuat lain kecuali meneruskan melampiaskan keganasan dan nafsu birahi dalam diri kita masing-masing.

Entah berapa lama kami melakukan itu. Sampai-sampai ruang kamar dingin yang ber-AC itu jadi terasa panas dan membuat kedua tubuh kami jadi keringatan... Saat itu barulah kami berdua sama-sama menghentikan aksi kami dan melepaskan diri dari pelukan masing-masing dengan napas agak terengah-engah.

Cie Stefany terlihat ingin mengatakan sesuatu. Namun bersamaan dengan itu konsentrasiku tertuju ke sepasang payudaranya yang sungguh menggiurkan. Secara refleks kurengkuh gunung kembar kakakku dengan kedua tanganku. Payudara putih mulus yang penuh padat berisi dan kencang itu kini berada dalam genggaman kedua tanganku. Dan kuraba-rabanya...

“Ooh..”
Ia yang tadinya seperti ingin berbicara kini mulutnya jadi mengeluarkan desahan kecil perlahan. Ternyata bagian tubuhnya yang paling indah ini juga adalah titik sensitif seksualnya. Rabaan kedua tanganku menyentuh seluruh bagian dadanya membuat dirinya semakin on fire. Terutama sentuhan di putingnya yang kemerahan!
“Ooh...”

Payudara Cie Stefany terasa semakin kenyal dalam genggaman tanganku. Mengundangku untuk meremasnya. Kedua putingnya semakin mengeras dan kaku. Dengan kedua ibu jari, kumainkan puting merah yang menonjol itu dan kugerak-gerakkan ke berbagai arah. Sungguh tak pernah kubayangkan kalau suatu saat aku akan menggenggam dan memainkan payudara kakakku sendiri seperti gini!

“Eemmhh...”
Cie Stefany mengerang lemah dengan suara erotis kala kedua tangan nakalku terus meremas-remas dan meraba-rabai gunung kembarnya. Ia yang barusan begitu liar dan ganas saat berciuman kini menjadi slow dan mellow.

Saat kucium bibirnya dengan lembut, ia hanya pasrah menerima saja. Dengan mata terpejam, ia begitu hanyut larut dengan irama bibirku yang dengan lembut melumat dan menyapu seluruh bagian bibirnya. Kemudian baru ciumanku mulai berbalas. Dengan hangat dan lembut, kini gantian bibirnya yang menjelajahi bibirku. Ciuman lembutnya itu membuatku serasa melayang diawang-awang...

Dengan tempo yang sangat lambat sekali kami saling menikmati kelembutan dan kehangatan bibir masing-masing. Kalau tadi kami berciuman dengan tempo cepat dan nafsu menggebu, kini kami melakukannya bagaikan sepasang kekasih yang sedang bermesraan dalam kevakuman dimensi waktu. Kami berdua melarut dan melebur bersama...

Lidah kami kini ikutan bermain. Kuhisap lembut bibir atasnya, sementara lidahku masuk di dalam mulutnya menjulur-julur menjelajahi lidahnya. Bagai gayung bersambut, lidahnya langsung bereaksi dengan aksi serupa menjelajahi lidahku. Entah berapa lama berlangsung, bibir kami terus saling berciuman dan lidah kami saling bermain-main dan beradu. Kedua tanganku masih menggenggam kedua gunung kembar Cie Stefany, memainkan keduanya, menyentuh titik-titik sensitifnya. Membuat tubuhnya sesekali menggelinjang dan ia mengeluarkan suara desahan pendek yang tertahan dalam mulutnya yang terkunci rapat oleh mulutku...

Puas dengan meleburkan diri bersama, kami berdua kembali ke diri masing-masing. Kutatap wajah Cie Stefany lekat-lekat. Kupandang wajah cantik orientalnya. Sungguh cantik dan menawan. Paras yang membuat banyak pria di luaran sana mengagumi kecantikannya dan terpesona oleh daya tarik kewanitaan yang terpancar dari wajahnya. Pandanganku turun ke bawah, menatap sekujur tubuhnya yang tak tertutup apa-apa. Mata lelakiku memandang dirinya dari atas ke bawah, menjelajahi setiap tempat, setiap inci, setiap milimeter, setiap lekuk liku indah pada dirinya. Tubuh feminin yang begitu terawat pada tingkat teratas. Baik kebugarannya apalagi keindahannya. Sungguh menggairahkan terutama bagi mata lelaki!

Dan semua ini sedang dan akan kunikmati secara utuh. Karena Cie Stefany pun kini juga sangat mengharapkan itu. Dari pandangan matanya, dari bahasa tubuhnya. Setiap sel-sel tubuhnya yang putih mulus ini semuanya kompak berteriak kencang dalam kebisuan minta dijamah dan dipuaskan. Terutama sepasang payudara dan putingnya yang menggairahkan. Nafsu birahi dalam diriku menggelegak naik sampai ke leher.

Kupegang dagunya. Lalu kuraba-raba sambil memandang tubuh bugilnya dari atas ke bawah. Sesuatu yang aneh untuk dilakukan terhadap kakakku ini biarpun dalam keadaaan seperti ini. Karena bagiku ini seperti simbol dalam menempatkan diriku sebagai pihak yang lebih dominan secara seksual dan menempatkan dirinya pada posisi untuk “pasrah dan menerima”. Satu hal yang berbanding terbalik dengan sehari-harinya hubungan kami selama ini. Juga hal ini tak pernah kulakukan sebelumnya terhadap cewek manapun (but take this with a grain of salt – karena pengalamanku dengan cewek juga sangat minim, hehehe). Tapi paling tidak, bahkan aku tak melakukan ini terhadap Rani malam itu, meski notabene pekerjaannya adalah untuk menerima apa saja perlakuan pelanggannya.

Mungkin untuk kali ini bagian dari diriku merasa perlu untuk menancapkan tonggak dominasi ini. Karena selama ini ia sangat banyak mendominasi hidupku. Sehingga naluri kejantanan dalam diriku kini ingin secara demonstratif menunjukkan hal sebaliknya. Hal ini terjadi secara spontan dari alam bawah sadarku. Dan sesungguhnya memang kini Cie Stefany berada dalam posisi itu. Pancaran sinar kedua matanya menunjukkan kalau ia telah siap menerima segala sentuhan jamahan termasuk dominasi laki-laki dariku.

Kudekap dan kupeluk erat dirinya. Satu tanganku menempel di punggung putih mulusnya. Satu lagi memegang rambut dan kepalanya. Kudekatkan wajahku di lehernya dan, kuciumi dengan lembut leher putih dan menggairahkan itu. Kukecupi setiap bagian lehernya.
“Oooohhhh......Rico......ooohhhh.......ooohhhhh.....”
Cie Stefany mendesah-desah saat seluruh bagian lehernya kukecupi. Bahkan kini dalam desahannya ia memanggil namaku! Nafsu birahiku semakin naik dan menguasai diriku. Dengan ganas dan liar leher putihnya tak henti-hentinya jadi sasaran kecupan-kecupanku. Tak hanya kecupan, namun juga hisapan bahkan juga gigitan-gigitan kecil di sekujur lehernya – tak peduli kiri kanan atau tengah pokoknya seluruhnya secara 270 derajat. Membuat di beberapa bagian lehernya terdapat bekas-bekas merah.

Cie Stefany tak mempedulikan semua itu. Ia terus mendesah-desah menikmati setiap kecupan, hisapan, dan gigitan kecilku. Kini ia begitu pasrah dan penurut. Dengan pasif ia menikmati semua yang terjadi pada dirinya.

Saking pasrah dan hilangnya resistensi tubuhnya, sementara saking bernafsunya diriku, tubuhnya jadi terdorong oleh gerakanku sampai membuat ia tertidur telentang di ranjang dengan diriku menimpanya. Dalam posisi menindih dirinya, aku terus tak henti-hentinya mengecupi lehernya. Membuat semakin banyak cupang-cupang merah pada lehernya itu.

Kini mulai kurasakan payudara Cie Stefany yang menempel di dadaku. Setelah puas menikmati lehernya, bibirku bergeser turun ke bawah... ke dadanya. Kukecupi seluruh bagian payudaranya yang putih itu. Lidahku melelet-lelet kesana kemari menikmati kekenyalan gunung kembar yang padat berisi itu. Membuat keduanya jadi licin mengkilap basah oleh lidahku. Setelah itu puting kemerahan yang menggemaskan itu mendapat giliran. Kuemut-emut keduanya bergantian. Sambil mengemut, lidahku dalam mulutku menggerak-gerakkan puting yang telah mengeras kaku itu kesana kemari. Dengan menggoyangnya secara vertikal, horizontal, serong, memutar-mutarnya, juga secara random tak beraturan.

Cie Stefany mengerang-erang dan tubuhnya menggelinjang kesana kemari. Terutama saat kedua putingnya kurangsang dengan lidahku. Kedua tangannya memeluk punggungku. Bagai kesurupan ia telah kehilangan kendali atas dirinya dan hanya bisa melakukan reaksi spontan saja atas segala perlakuanku terhadap dirinya.

Aku mengenyot-ngenyot payudara kirinya. Sambil tangan kiriku menekan bagian sampingnya ke tengah supaya makin mantap lagi mengemutinya. Tangan kananku memainkan buah dada kanannya. Kujilati ujung putingnya dengan ujung lidahku. Cie Stefany terus mengerang-erang makin hebat. Sementara lidahku terus memain-mainkan putingnya bergantian tak henti-hentinya...

Entah berapa lama aku menikmati sekaligus merangsang kedua payudara Cie Stefany bergantian dengan tangan dan mulutku. Aku adalah penyuka payudara sehingga aku bisa bermain-main disana sampai lama. Apalagi dengan payudara indah milik Cie Stefany ini. Sementara ia juga rupanya punya banyak titik-titik nyala seks yang dominan di dadanya. Sehingga tentu ia menyukai payudaranya dirangsang sekaligus dinikmati seperti ini oleh pasangannya saat bercinta. Kini kulanjutkan aksiku dengan menjilati bagian bawah dan belahan di antara keduanya....

Hanya setelah kami berdua betul-betul puas memainkan (dan dimainkannya) payudara Cie Stefany, barulah kami akhirnya move on and next ke bagian tubuh lainnya. Kini aku turun ke bagian perutnya yang rata. Kuciumi kulitnya yang putih mulus. Kedua tanganku memegang dan meraba sekujur tangannya dari bahu turun ke bawah sampai akhirnya kedua telapak kami saling berpegangan erat.

Turun ke bawah lagi, dan hmmm.... sampailah kini ke wilayah pangkal paha dan perangkat kewanitaannya. Kedua pahanya yang putih mulus, yang selama ini sering jadi perhatian tatapan mata banyak pria, tentu kini tak akan kulewatkan begitu saja.

Selama ini Cie Stefany selalu jadi pusat perhatian orang terutama kaum pria yang beragam macam. Ada yang hanya memandang wajahnya, mengagumi kecantikannya dan stop disana. Namun ada pula yang memandangnya dengan hasrat seksual lalu melihat bagian-bagian tubuh tertentunya. Banyak yang menatap ke arah dadanya karena memang bentuknya indah dan pada dasarnya kakakku ini orang yang stylish dalam hal berpakaian. Sehingga dadanya selalu terlihat indah dan enak dipandang, serasi dengan wajahnya, meski keduanya tertutup rapat dengan pakaian. Selama ini ia memakai kaus tanktop atau baju yang kelihatan belahan dadanya hanya kalau di rumah saja atau saat olahraga di tempat fitness. Namun apabila di tempat umum boleh dikata ia sama sekali tak pernah memakai pakaian yang mengumbar kulit dadanya secara terbuka.

Jika Cie Stefany agak konservatif untuk pakaian atasnya, namun bagian bawahnya lain cerita. Sering sekali ia memakai rok mini atau lebih seringnya celana pendek yang memperlihatkan sebagian besar pahanya. Kadang malah celana hot pants-nya sangat pendek sampai pangkal paha. Membuat paha mulusnya tak pernah luput dari tatapan liar baik cowok-cowok muda maupun pria-pria agak berumur. Mereka semua memandang kakakku bagai mata serigala kelaparan melihat kelinci putih muda.

Namun kini paha mulus “kelinci putih muda” ini akan jadi santapan serigala liar dalam diriku. Hehehe. Tak hanya paha saja, namun juga “sesuatu” yang terletak di tengah-tengahnya...
Kedua tanganku kini meraba-raba paha mulus kakakku. Mulai dari lutut naik ke atas sampai pangkalnya - dari samping menuju ke tengah - sampai mendekati dan nyaris menyentuh vaginanya. Berulang-ulang kedua tanganku bolak balik melakukannya, sampai-sampai tak ada semilimeter pun bagian dari pahanya yang tak pernah kusentuh.

Kulakukan semua itu dengan hati penuh gelora dan mata berbinar-binar. Karena dengan kedua kaki semakin terbentang lebar, aku dapat melihat seluruh bagian vagina Cie Stefany. Warnanya yang kemerahan dan pinky. Bulu-bulu halus kemaluannya. Labia mayora-nya. Labia minora-nya. Vulva, clitoris hood, dan berbagai istilah-istilah detil entah apa namanya lainnya. Semua itu kini terpampang jelas dalam jarak dekat di depan mataku. Dengan ini, kini tak ada bagian tubuhnya dari kepala sampai ujung kaki yang tak pernah kulihat.

Saat ini konsentrasiku masih tertuju pada pahanya. Apalagi ternyata Cie Stefany cukup menikmati sentuhan-sentuhan dan jamahan jari-jariku di bagian-bagian tertentu pahanya. Untuk merangsangnya lebih dalam lagi di wilayah ini, kusuruh ia tidur menelungkup sambil membentangkan kedua kakinya. Dalam posisi telungkup seperti ini, kembali kusentuh-sentuh pahanya terutama pangkal dan bagian dalam dekat liang vaginanya. Lalu giliran mulut dan bibirku mengecup-ngecup dan menjilati titik-titik sensitif-nya yang telah kumafhumi dari reaksinya ketika kuraba-raba barusan.

Cie Stefany melenguh-lenguh dan mengerang keenakan. Rupanya perhitunganku tepat sekali. Sambil meneruskan aksiku mengecupi dan menjilati paha belakang dan bagian dalamnya, kedua tanganku meraih pinggulnya yang padat bulat menantang itu untuk kuraba-raba dan kuremas-remas. Kemudian pinggul yang bulat dan sexy itu juga tak luput ikutan kukecupi dan kujilati.

Aksi lidah dan bibirku semakin liar beraksi. Tak hanya mengecup dan menjilati, kini titik-titik sensitif di daerah pinggul dan pangkal pahanya kuhisap-hisap bahkan kugigit-gigit kecil. Cie Stefany semakin mengerang dan mendesah-desah. Bahkan kini tubuhnya digerak-gerakkannya. Bagian atasnya digeser-geserkan seolah untuk merangsang payudaranya beradu dengan seprei ranjang. Bagian pinggulnya juga digoyang-goyang seiring dengan gerakan bibir dan lidahku. Membuat jilatan dan kecupanku pada titik sensitif di pangkal paha yang sangat dekat pada vaginanya jadi malah mendarat di tempat-tempat tertentu di vaginanya. Akibatnya dirinya jadi semakin liar dan erotis. Apalagi selama ini bagian paling sensitifnya itu sengaja kuhindari untuk “menu utama” nanti. Tentu penundaan ini membuatnya makin penasaran dan makin ingin disentuh. Sehingga ia jadi terangsang hebat saat benar-benar tersentuh disana-sini secara acak.

Sudah kadung kepalang tanggung akhirnya “kumakan” juga vagina Cie Stefany. Bibir dan lidahku dengan aktif menyasar khusus di bagian vaginanya. Entah apa nama detil bagian-bagiannya, yang pasti titik-titik super sensitifnya di berbagai tempat di vaginanya yang kemerahan itu kurangsang hebat dengan bibir dan lidahku. Membuat liang vaginanya tak henti-hentinya mengeluarkan cairan sampai jadi super basah!

Dalam posisi telungkup itu, Cie Stefany terus mendesah-desah nikmat dan menggoyang-goyang tubuhnya. Untuk lebih merangsangnya lagi, kedua tanganku kembali merengkuh sepasang payudaranya, yang untuk sementara ini kubiarkan “istirahat dan mengambil napas dulu ” setelah sebelumnya kumainkan dan kurangsang dengan hebat. Kini payudaranya menempel di atas kedua telapak tanganku di atas ranjang.

Sambil terus melidahi vaginanya, tanganku kini ikut meremas-remas lembut payudaranya sambil jari telunjukku memainkan menggerak-gerakkan kedua putingnya. Sementara seisi ruang kamar penuh dengan suara desahan erotis yang terus sambung-menyambung tak ada hentinya. Tiba-tiba...
Crrttt....crrttt...
Dari liang vagina Cie Stefany, keluar cairan banyak sekali! Ia squirting! Saking banyaknya sampai kain seprei di bawahnya jadi basah seolah ia sedikit mengompol. Hanya bedanya cairan itu tak berbau dan rasanya agak netral. Sebagian dari cairan yang dikeluarkan itu ada yang mengenai lidah dan mulutku. Membuat sebagian ikut tertelan olehku.

Sementara permainan jauh dari selesai. Meskipun telah squirting, namun ia masih terus menikmati dan menanti rangsangan-rangsangan seksual berikutnya. Kini ia balik tiduran telentang. Dan aku kembali merangsang pangkal pahanya dengan melidahi dan menghisap-hisapnya sampai menimbulkan cupang-cupang merah di kulit putihnya. Kemudian kulanjutkan dengan menghisap-hisap vaginanya yang masih basah itu. Membuat suara desahan-desahan erotisnya kembali terdengar tak henti-henti dari mulutnya. Sampai akhirnya jari-jariku ikut merangsang vaginanya dengan lidahku melakukan cunnilingus pada klitorisnya...

Reaksi dirinya sungguh luar biasa. Tubuhnya tergetar-getar sambil menggelinjang kesana-kemari. Desahan-desahan erotisnya makin liar tak terkendali. Sampai akhirnya ia mendapat orgasme lagi..
Tubuh Cie Stefany terus menggelincang sambil meracau makin tak karuan.
“Ooohh....ooohh.....ooohhh....” desahnya sambil kedua tangannya memegang erat kepalaku di depan vaginanya.
“Ooh Rico... oohh... apa yang lu lakukan ini terhadapku... gila...oohh...aku ini khan cie-cie lu Rico...ooohhh”
Sementara ia meracau, aku tahu apa yang akan segera kulakukan terhadap kakakku ini!

Aku menghentikan aksiku sejenak saat Cie Stefany mulai cooling down. Sempat aku mencium bibirnya setelah itu. Namun saat ini baru kusadari tentang diriku terutama mengenai batang kejantananku. Kepala penisku yang sedari tadi kulit penutupnya telah terbuka ke bawah rupanya telah basah karena banyaknya cairan precum yang keluar bahkan sebagian telah menetes turun. Rupanya selama ini aku terlalu sibuk memfokuskan diri pada kakakku tanpa kusadari kalau diriku telah terangsang hebat selama proses berjalan. Padahal tadinya Cie Stefany berjanji untuk sama-sama saling memasturbasi. Tapi sampai saat ini hanya aku saja yang secara aktif melakukannya sementara ia praktis hanya bersikap pasif saja. Kini tiba saatnya bagiku untuk menerima bagianku secara adil darinya.

Kupandangi vagina Cie Stefany yang masih (tepatnya: kembali) basah itu. Kubentangkan kedua kakinya lebar-lebar. Kepalanya kuberi sandaran dua bantal besarnya, supaya dirinya lebih nyaman dengan apa yang bakal kulakukan terhadap dirinya. Kutindih tubuhnya. Kuatur posisi penisku tepat di tengah-tengah pangkal pahanya. Dan... Pause! Kupandang wajah cantik kakakku lekat-lekat. Ada sesuatu yang agak mengganjal dalam diriku saat ini.. Kucium bibirnya untuk kesekian kalinya hari ini dengan lembut, yang dengan pasrah diterimanya dengan pasif.

Kulepaskan ciumanku. Aku berdiam sejenak. Kutenangkan diriku. Aku menarik napas panjang satu kali dan mengeluarkannya. Sekarang giliran waktuku, Cie, batinku. Kini keputusanku telah bulat.

Kudorong tubuhku ke depan dengan kuat. Sampai membuat tubuh Cie Stefany jadi ikut tergerak.
“OOOHHH!!”
Cie Stefany berteriak seiring dengan gerakan tubuhku itu. Namun aku tetap bergeming. Karena seperti yang dilakukan dirinya selama ini, kali ini aku menirunya: sekali membuat keputusan maka segala macam hambatan dan rintangan akan diterobos semuanya.

Tanpa ragu, segan, atau basa-basi, kugerakkan tubuhku maju mundur diatas tubuh Cie Stefany sambil merasakan ketatnya jepitan pada penisku.
“Agghh.....aahhhh....aaahhhh.....”
Cie Stefany mendesah-desah seiring dengan gerakan tubuhku. Ia mendesah-desah dengan nonstop, karena aku pun juga memaju-mundurkan penisku dengan nonstop. Tubuhku terus bergerak maju mundur. Tubuh Cie Stefany pun juga ikut tergerak maju mundur. Kedua payudaranya yang padat berisi bergerak-gerak berputar-putar. Semuanya ikut tergoyang. Bahkan ranjang tempat kami berdua tidur pun juga ikut bergoyang-goyang.

“Aaahhh....aahhhh....aaahhhh....aaahhh....”
Suara desahan Cie Stefany terdengar sangat jernih dan merdu. Jauh lebih merdu dibanding sebelum-sebelumnya.
“Aaahh...aahhhh.... Rico....aaahhh.... I don’t care with my virginity anymore.... fuck me.... just fuck me hard.....aahhhh....aaahhh.... keep fuck me hard....”
Cie Stefany terus mendesah sambil meracau tak terkendali. Membuatku yang sebenarnya ingin agak mengubah posisi jadi membatalkannya. Buat apa ganti posisi kalau sudah sama-sama enak.. Lebih baik posisi seperti ini dipertahankan terus selama mungkin, batinku sambil terus tak henti-hentinya menggoyang dan menggedor-gedor seluruh tubuh Cie Stefany luar dalam.
“Aaahh.... Rico.....aahhhh.... you’re bastard Rico..... aahhhh.....you’re bastard..... lu ngambil keperawanan cici lu sendiri.... tapi.... tapi.... ooohh.... enak sekali Rico..... enak.... terusin Rico.... ooohhh.... ayo terusin..... keep fucking me hard.....oohhhh.....oohhhh....”
Cie Stefany meneruskan ceracauannya dengan “kalimat-kalimat dewa” yang selama ini tak pernah terdengar darinya bahkan tak pernah kubayangkan akan kudengar dari mulutnya.

Saat ini aku tak terlalu peduli dengan keperawanan Cie Stefany. Kalau ia sendiri sudah tak peduli, untuk apa aku mempedulikannya? Yang kupedulikan saat ini adalah mengambil kenikmatan sebanyak-banyaknya darinya. Dan inilah yang terus kulakukan.
“Yes, I fuck you, Cie.... I’m keep on fucking you.....” kataku menatap wajahnya lekat-lekat sambil terus melanjutkan tusukan-tusukanku.
“Ooooh..... I cum Rico.... I cuummmmmm.....oooohhhhh.........”
Dan, lagi-lagi kurasakan cairan membasahi vagina Cie Stefany. Lagi-lagi ia squirting. Namun tentu bagiku kali ini berbeda dibanding tadi. Sensasinya jauh lebih luar biasa membuat diriku serasa melayang di awang-awang dengan hati penuh gelora!

Dengan dirinya mendapatkan orgasme / squirt yang ketiga kalinya, akhirnya aku menghentikan aksiku. Kubiarkan beberapa saat Cie Stefany mengambil nafas dan menenangkan diri. Terutama, telah terlalu banyak ia mengeluarkan cairan dari liang kewanitaannya.

Namun saat ini penisku masih menegang kencang. Saat melihat penisku masih berdiri tegak, Cie Stefany terlihat agak terkejut. “Ooh, anuku masih terasa lemas sekali Rico. Rasanya perlu waktu untuk istirahat sejenak,” keluhnya. Setelah agak ragu sejenak, akhirnya ia berkata,”Aku oral aja gimana?”
Wow! Ini yang kutunggu-tunggu, batinku kegirangan seperti dapat lotere 1 milyar.
“BOLEH aja,” jawabku cepat.

Cie Stefany dengan rambut agak awut-awutan duduk di ranjang dengan bersandar pada bantal. Lalu ia menyuruhku mendekat. Aku pun mendekat sampai berdiri persis di depan dirinya. Tangannya yang putih halus kemudian meraih batang kejantananku yang keras lalu mulai dikocok-kocoknya.
“Segini cukup? Gimana rasanya? Enak?” tanyanya sambil tangannya terus digerak-gerakkannya naik turun.
“Enak... enak banget Cie..” jawabku sambil menikmati kocokannya.

“Oooh.... enak banget....” desisku saat Cie Stefany sambil mengocok batang penisku juga jari-jarinya mengusap-usap leher dan kepala penisku. Dengan cekatan jari-jemarinya itu menyentuh seluruh bagiannya. Membuat cairan precum-ku jadi keluar cukup banyak.

“Aku oral sekarang ya..” kata Cie Stefany akhirnya. Yipeee!! Inilah yang kusuka dari kakakku. Apa yang dikatakannya pasti akan dilakukannya. Bahkan ia tak perlu malu-malu mengatakannya. Selain mungkin juga apa yang barusan terjadi padanya sedikit banyak membuat resistensi dirinya berkurang untuk kini bersedia “membalas budi” kepadaku.

Aku menahan napas ketika...shleeebb...menyaksikan kepala penisku masuk ke dalam mulut Cie Stefany. Dan, owww, nikmatnya, saat kurasakan kehangatan menyelimuti seluruh bagian penisku yang kini seluruhnya telah berada dalam mulut Cie Stefany. Dan...
...shleebbb....shleeebb...shhleebbb...
Dengan mengangguk-angguk mulut Cie Stefany terus mengoral penisku. Bahkan kini ia menarik pinggulku kearahnya membuatku tak dapat melepaskan diri darinya.
“Ooohh.....enak banget Cie....” seruku saat Cie Stefany dengan penuh dedikasi terus menyepong batang kejantananku sambil menatap mataku.

Sebenarnya Cie Stefany sama sekali bukan orang yang berpengalaman dalam hal ginian. Bahkan saat bangun pagi tadi, sebelum adiknya yang bajingan ini mengerjai kakaknya secara habis-habisan barusan, ia sama sekali hijau dalam urusan bercinta dan organ vital cowok. Apa yang ia ketahui sebelumnya mungkin hanya dari bacaan atau video saja. Yang pasti semua itu hanya teori belaka. Dan hal itu memang terlihat dari cara ia melakukan pada saat-saat awal.

Namun satu hal yang menjadi kelebihannya selama ini adalah, ia orang yang berdedikasi tinggi. Termasuk saat ini ketika sedang menyepong penisku. Ia terus berusaha melakukan semaksimal mungkin untuk memuaskanku. Mirip dengan yang kulakukan terhadapnya barusan, dengan berjalannya waktu ia mulai dapat mengumpulkan informasi untuk akhirnya mafhum titik-titik mana yang menjadi titik sensitifku.

Akibatnya saat ini aku jadi dibuat merem melek keenakan oleh sepongannya yang penuh dedikasi dan kesungguhan hati itu. Apalagi di dalam mulutnya, lidahnya ikutan bermain melelet-lelet dan menjilat-jilat titik-titik sensitif dari batang penisku, terutama bagian leher dan kepala. Kini ketegangan dalam diriku telah hampir mencapai puncak...

“Cie... aku hampir keluar...,” kataku untuk mengingatkan dirinya sambil menikmati kuluman mulut dan lidah yang menari-nari di dalamnya. Bagaimana pun aku tak ingin membuatnya terkejut dan membuat ia menelan spermaku tanpa sepengetahuannya.
“Cie... aku akan keluar...,” kataku mengingatkannya lagi karena aku betul-betul hampir ga tahan lagi.
“Ok, keluarin di depan ya,” katanya setelah mengeluarkan batangku dari mulutnya untuk kemudian dikocok-kocoknya.

Tak lama kemudian...
Crooootttss...croooottss....croottss....crott..crot...
Cairan spermaku tumpah ruah tak beraturan mendarat di berbagai tempat di wajah cantik kakakku. Ekspresi wajah Cie Stefany terlihat begitu terkejut saat batang penisku memuntahkan sperma secara bertubi-tubi ke wajahnya, terutama saat muntahan pertama. Kini seluruh wajahnya jadi belepotan oleh spermaku. Apalagi dengan sepongan sepenuh hati barusan membuat batang penisku memuntahkan begitu banyak isinya. Kini alis, dahi, hidung, pipi, dagu, bahkan bibirnya semuanya terkena semprotan spermaku. Bahkan di rambutnya pun juga ada dua kecrotan yang nyasar kesana. Sementara tangan halusnya terus mengocok-ngocok penisku seolah ingin menguras keluar seluruh isinya.

Baru setelah penisku betul-betul menyusut barulah Cie Stefany menghentikan kocokan tangannya dan melepaskan penisku dari tangannya. Oooohh..... kini giliran diriku yang terasa amat lemas. Membuatku akhirnya duduk berhadapan dengannya.

“Wah lu jadi belepotan gini wajah lu, Cie,” kataku memandang ke wajahnya yang mana spermaku kini mulai mencair dan turun ke bawah. Membuat semakin banyak permukaan wajahnya yang terkena lelehan spermaku. Bahkan sebagian diantaranya telah menetes ke bawah mendarat di payudaranya.
“Iya niy, gara-gara lu ini,” katanya pura-pura marah sambil menatapku.
“Mana baunya aneh banget lagi,” tambahnya.
“Aku ambilin tissue ya,” kataku agak kasihan juga sambil bergerak mengambil beberapa helai tissue untuk wajah.
“Hmm... rasanya lebih aneh bin ajaib lagi,” katanya setelah meleleletkan lidahnya di bibirnya untuk sedikit menyentuh semprotan spermaku.
“Memang rasanya gimana sih?” tanyaku penasaran.

“Rasanya seperti gini nih....” tiba-tiba tanpa kusangka-sangka Cie Stefany mencium bibirku tanpa aku sempat menghindar. Tak hanya ciuman singkat, namun ia melumat bibirku bahkan melakukan french kissing, membuat apa yang menempel di bibirnya kini juga menempel di bibirku, dan apa yang menempel di lidahnya juga menempel di lidahku. Selain itu juga ia menempelkan wajahnya ke wajahku. Membuat wajahku kini juga terkena spermaku sendiri.

Di antara semua itu, yang paling fatal adalah spermaku kini ada yang masuk di dalam mulutku. Baru pertama kali ini sepanjang hidupku, ya baru sekali ini aku menelan dan merasakan spermaku sendiri. Thanks to my sister, Cie Stefany (satire mode on). Namun aku setuju dengannya tentang rasanya itu... betul-betul ajaib bin aneh.

Cie Stefany tertawa dengan puas menyaksikan diriku yang pada akhirnya juga sama seperti dia. Namun bagaimana pun aku tak bisa marah kepadanya. Karena toh ia telah memberikan diriku kepuasan yang luar biasa barusan. Bahkan ia telah dengan rela menyerahkan miliknya yang paling berharga yaitu kegadisannya. Juga sebenarnya ia hanya membalas perbuatanku dengan setimpal. Kalau tadi aku menghisap cairan vaginanya kemudian mencium bibirnya, kini ia melakukan hal yang sama, meski dengan lebih ekstrim.

Namun memang begitulah sifat kakakku ini. Orangnya penuh dedikasi dan sungguh-sungguh dalam melakukan apa pun namun juga sekaligus kompetitif. That’s my sister, Cie Stefany.

Udah kepalang basah, kudekap dia dan kutindih sambil kuciumi dan kulidahi. Kami bergulingan seperti itu, membuat wajah mulut dan lidah kami jadi lebih merata lagi sama-sama belepotannya.
 
Berasa ada yg kurang waktu penetrasi deh om,tp over all thanks dah update setelah sekian lama menunggu :ampun:
 
:hore: yang ditunggu-tunggu akhirnya apdet juga, meski harus baca lagi part sbelumnya krn udah lupa alurnya.
 
Moga mimpi aja & ada plot twist :p
Gw masih ngebayangin part Stefanie ML dengan 'Mas Zul' & preman yg ngugut papanya..seru banget kontras nya..:ampun:

Makasih suhu..brilliant..huhu
 
Hore dah update, akhirnya jebol juga Stefanie. Penasaran dengan kelanjutan hubungan mereka kedepannya bakalan kek apa
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd