Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Patung milikku

Shibuya

Guru Semprot
Daftar
2 Oct 2014
Post
646
Like diterima
299
Lokasi
Ichinomiya Tres Spades Hotel & Casino
Bimabet
11080806_969866756371144_3405027647905812018_o.jpg


Patung Milikku

Author : Nona Violet

RATE : M

Warning! : Meskipun ini me masukin di cerpan, ini cerita gak coliable banget (yg cari bahan fap2 jangan baca deh mending). Jadi ga terima kritik soal ss yg gak Hot :v.

©Forum semprot.com/2015

.
.
.​
"Kau ingat ini hari apa Langit biru?" Gadis berambut panjang lurus itu menyentuh wajah sebuah patung lilin berwujud seorang pria disudut kamarnya yang gelap. Wajahnya yang ayu dan tatapannya yang lembut tampak begitu bahagia saat membelai pipi dan hidung mancung yang terpahat dengan sangat sempurna disana.


"Kenapa kau diam?" Gadis itu mengerucutkan bibirnya saat tak ada jawaban yang keluar dari bibir sang pria. Tentu saja karena dia hanyalah sebuah patung. "Baiklah akan kuingatkan," Gadis itu kembali berbicara dan berlahan mengecup bibir patung miliknya. Kalau saja ada orang yang melihatnya pasti sudah menganggapnya gila.


Dia tersenyum sangat manis. Begitu bahagia dan seolah tak ada beban sedikitpun dimatanya yang selalu tampak sayu. "Kau ingat kan hari ini genap 8 tahun kita tinggal bersama? Hehehm..." Tawanya menyiratkan kebahagiaan. "Malam itu kau adalah laki-laki yang sangat tampan yang ada didalam pesta kelulusan itu. Semua mata gadis-gadis memandangmu dengan tatapan ingin memiliki, tentu saja termasuk aku," Kenangnya dengan senyum getir.


Lalu tatapannya berubah. Mata yang menyiratkan kesejukan disetiap tatapannya berubah mendung penuh kesedihan. "Tapi...," Gadis itu menundukkan kepalanya, mengehla nafas panjang dan menghembuskannya berlahan. "Semua pasti kecewa saat kau mengumumkan rencana pertunanganmu dengan gadis itu kan?" Iris berwarna gelapnya kembali menatap sesosok patung pria yang sangat mirip dengan manusia itu. "Semua tidak rela mendengar kau pindah dan menetap diluar negri, terlebih bersama gadis beruntung yang telah kau pilih," Gadis itu masih terus menatap patung itu seakan sesosok yang dia ajak bicara sedang memperhatikannya.


"Dan kau ingat bukan saat terakhir kali kau memakan sup ayam buatanku? Sup yang membuat kita bisa dekat," Dia kembali tersenyum hangat. Matanya seolah menghilang saat tersenyum dan hanya meninggalkan lengkungan indah diwajahnya, senyuman khas dari gadis pecinta seni rupa ini. "Maaf ya kalau sup terakhir buatanku itu tidak enak," Ucapnya sambil mengusap lembut pipi sang patung penuh kasih sayang.


10847798_941155035908983_4941919048481271644_n.jpg


"Cih! Sial! Sial! Sial!" Umpat pemuda dengan model rambut Fauxhawk. Memukuli pohon besar yang sengaja ditanam ditaman sekolah itu. "Brengsek! Brengsek!" Kedua tinjunya yang kuat berkali-kali ia hantamkan kepohon yang tidak bersalah apa-apa sampai jari-jarinya memerah dan lecet.


"Kau baik-baik saja Kresna Prabu Nugraha?" Suara lembut dari seorang wanita itu membuat kepalanya menoleh kiri-kanan. Tapi ternyata suara itu berasal dari balik pohon yang sedang ia pukuli.


Gadis itu tersenyum. Mata berkacamata dengan bingkai hitam tebal itu seolah terpejam saat dia tersenyum. Sudah menjadi ciri khasnya sebagai kutu buku yang sedikit pemalu. "Eh..." Sang pemuda membalas dengan senyuman yang dipaksakan, sedikit heran apa yang dilakukan gadis itu dibawah pohon ditaman sekolah sendirian.


Tapi tidak perlu heran lebih lama karena dirinya melihat kotak bekal dipangkuan gadis yang duduk dirumput yang hijau dan terawat itu. "Kau sedang apa disini, Putri Binar Violentina?" Balasnya persis menirukan gadis itu saat memanggilnya meski dia tahu jawabannya.


"Eh aku-" Melihat bekal dipangkuannya sebentar lalu kembali menatap wajah pemuda yang biasa dipanggil Kresna oleh teman-temannya, "-sedang makan siang." Jawabnya kembali tersenyum manis.


"Kau selalu membawa bekal sendiri?" Kresna mendekati gadis berponi rata itu. "Boleh duduk disini?" Lalu meminta ijin untuk duduk disamping Vio, yaah siapa tahu mengobrol dengan gadis yang hampir tidak pernah dilirik siswa lelaki ini bisa membuatnya sedikit terhibur. Dan gadis yang jika dilihat dengan seksama nampak cantik itu mengangguk, mengijinkan Kresna duduk disampingnya.


"Memangnya kenapa kau selalu membawa makanan sendiri?" Lanjut Kresna setelah duduk disamping Vio. Gadis berseragam sekolah yang sama sepertinya, baju putih berdasi merah-putih berpola kotak-kotak dengan bawahan yang senada dengan dasi berbentuk silang diujung kancingnya, seragam yang selalu rapi dan bersih tidak pernah berantakan seperti dirinya.


Gadis itu tersenyum memandang jauh kedepan, kesemak-semak hijau yang tak kalah terawat dari rumput yang didudukinya. "Kata ibu aku harus selalu menjaga kesehatan, dan kupikir makanan yang kubuat sendiri itu lebih sehat. Karena aku benar-benar tahu bagaimana keadaannya waktu masih mentah, aku tahu betul caraku mencucinya sudah bersih atau belum," Jawabnya membuat pemuda itu ikut tersenyum.


"Emm... memangnya kau masak sesehat apa sih?" Ujar Kresna seolah benar-benar penasaran dengan masakan Vio.


"Sup sayuran dengan kaldu ayam," Gadis itu membuka bekalnya. Sebuah kotak bento dengan tiga sekat dan menunjukkannya pada Kresna. Ada semangkuk kecil sup bertabur bawang goreng yang Vio ceritakan tadi, isinya bermacam-macam sayuran. Ada wortel, kubis, kentang, kacang polong dan suwiran daging ayam. Lalu disampingnya ada perkedel kentang dan tempe goreng, dikotak satunya berisi nasi dan sambal kecap sebagai pelengkap makan siangnya.


Kresna tampak antusias dengan bekal yang dibawa teman sekelasnya itu, "Waaahh sepertinya lezat."


"Kau mau? Kalau kau mau ambilah," Vio tersenyum dan menyodorkan kotak makanannya pada Kresna.


"Eeee...hehehe...bagaimana ya," Ujar Kresna meringis. Menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal. Padahal kan dirinya hanya berbasa-basi karena dirinya tidak terlalu suka sayur, tapi melihat ketulusan yang terlukis diwajah Vio rasanya pemuda yang sedikit hyperaktif itu tidak tega untuk menolaknya. "Kalau kumakan bagaimana denganmu?" Kresna mencoba meyakinkan Vio, syukur-syukur kalau gadis itu tidak memaksanya.


"Tenang saja. Waktu sarapan tadi aku makan cukup banyak, jadi aku tidak lapar," Jawabnya juga meyakinkan Kresna.


Yah. Mau bagaimana lagi Kresna-pun menerima kotak bekal makanan yang diberikan Vio dan mencium aromanya. "Hmmmm...harum sekali," Kresna terlihat lucu saat mencium aroma makanan itu, ekspresinya mirip diiklan penyedap makanan yang sering ditonton Vio. Gadis itu-pun tersenyum malu-malu melihat tingkah Kresna yang setaunya memang selalu riang.


"Ayo cepat makan," Ujar Vio dengan suaranya yang terkesan lembut.


"Baiklah..." Dengan senyum lebar pemuda itu menyendok sup yang diberikan Vio. Lalu memasukkan sesendok kuah sup beserta potongan ayam kedalam mulutnya dan mengunyahnya berlahan. Karena dirinya tidak suka sayur Kresna mencoba meresapi rasa makanan itu, sedangkan Vio memiringkan kepalanya berharap Kresna akan menyukai sup-nya. "Huuupmmmhh...waaaaaaaahhh...ini lezat sekali! Benar-benar lezat aku tidak bohong," Tidak disangkanya ternyata sup buatan Vio memang benar-benar lezat. Bahkan seorang picky eater seperti Kresna mengakui masakkan sederhana buatan Vio benar-benar lezat. Apa kabar ibunya yang selalu memaksa Kresna memakan sayur mengetahui hal ini?


Vio tersenyum lega. Lalu membetulkan letak kacamatanya yang sedikit melorot, "Syukurlah. Kalau begitu habiskan." Perintahnya.


"Tapi yakin kau tidak mau?" Kresna kembali memastikan sup itu benar-benar untuknya. Kali ini kalau gadis itu menolak lagi, dirinya akan benar-benar menghabiskan semua makanan ini. Dan sepertinya dugaannya benar, gadis itu menggeleng pelan menandakan makanan itu sudah diikhlaskan untuknya.


"Kau saja aku tidak lapar. Sungguh."


'Krrrruuukkk...kkrrruuukk...' Sayangnya perut gadis penyuka warna ungu itu tidak bisa berbohong. Keduanya bertatapan lalu tertawa menertawakan suara perut gadis yang kini wajahnya sudah semerah udang rebus.


"Kalau begitu ayo makan bersama-sama," Cengiran pemuda itu tidak mampu lagi membuat Vio menolak ajakannya. Gadis itu mengangguk pelan dan mengambil sepotong tempe goreng dan menggigitnya berlahan.


"Sendoknya Cuma satu bagaimana caranya kau makan sup-nya ya?" Wajah Kresna tampak tak enak saat menyadari sendoknya hanya satu, memang pastinya Vio tidak membawa sendok lagi karena biasanya dia hanya makan sendirian.


"Kalau begitu kau saja yang memakannya, aku makan tempe dan perkedel ini saja," Vio berusaha membuat Kresna merasa tidak enak.


"Jangan begitu. Ini kan bekalmu," Lalu Kresna menyendok sup itu. "Kalau begini saja bagaimana?" Kresna mendekatkan sendok bekasnya yang sudah berisi wortel. Mencoba menyuapi Vio.


"Eh tapi..." Vio membulatkan matanya sedikit kaget dan tentu saja canggung. Seumur-umur dirinya tidak pernah disuapi pria lain selain ayahnya, itu-pun saat dirinya sakit.


Seakan menyadari keraguan Vio, Kresna mencoba meyakinkan. "Mulutku bersih, kau tenang saja," Lanjutnya dengan senyum lebar dan lagi-lagi senyuman itu tidak bisa membuat gadis berkulit seputih susu itu menolaknya.


Vio membuka mulutnya dengan ragu, menerima suapan dari pemuda yang lumayan mempunyai banyak penggemar disekolahnya ini. Entah apa kabar dirinya jika kejadian langka ini diketahui penghuni sekolah lain, mungkin akan menjadi headline berita mading didepan sana.


Pipi yang kini merona itu bergerak berlahan saat dirinya mengunyah makanan yang diberikan Kresna, entah hanya perasaannya saja atau bagaimana makanan itu rasanya lebih lezat dari sebelumnya.


"Jadi apa sebenarnya yang membuatmu kesal tadi?" Tanya Vio tiba-tiba, mencoba menetralisir perasaannya sendiri yang sedikit rumit dengan kejadian ini.


"Oh tidak, aku hanya kalah bertanding basket dengan ketua Osis," Jawab Kresna dengan wajah sedikit kecewa.


Mengerjapkan matanya sedikit tak percaya. "Kau kalah dengan adik kelas?" Sedetik kemudian gadis itu memegang perutnya, menahan tawa mendengar pengakuan Kresna.


"Kenapa kau tertawa?" Tanya Kresna mendeathglare Vio.


"Um. Tidak-tidak." Vio menggeleng dengan cepat takut pemuda itu benar-benar tersinggung. "Hanya saja kehebatanmu bermain basket kan sudah sangat terkenal disekolah?"


"Itu masalahnya. Kau tau kan betapa malunya kalau kau jadi aku?" Jawab Kresna memainkan sendok yang dipegangnya, menyiratkan kekesalan. "Semua menertawakanku. Teman-temanku marah karena aku membuat tim kalah," Sesalnya. Entah kenapa itu membuat wajahnya jadi terlihat lebih lucu.


Vio tersenyum geli mendengarnya. "Sudahlah, fokus kita adalah ujian akhir kan? jangan bebankan pikiranmu dengan hal semacam itu. Kita sudah mau masuk kuliah, kurasa tidak pantas jika hanya memikirkan kepopuleran dan gengsi," Ucap Vio panjang lebar, membuat Kresna tersenyum. Dirinya sedikit sadar, kelakuan bodoh semacam itu hanya dilakukan anak SMA bukan?


"Hehehe...baiklah. Aku mengerti, kalau begitu ayo kita habiskan supnya," Ucap Kresna kembali bersemangat lalu menyendok makanannya lagi, dan tingkahnya itu lagi-lagi membuat Vio tertawa.


Setelah beberapa saat keduanya tampak sedikit lebih lepas. Terutama Vio yang biasanya canggung saat mengobrol dengan laki-laki yang tidak akrab dengannya itu tampak terus tertawa lepas dan sesekali menerima suapan sup dari Kresna. Sepertinya pribadi Kresna yang humoris dan cuek membuatnya lebih mudah berteman dengan Kresna daripada teman pria yang lainnya.


Sejak saat itu hubungan keduanya menjadi semakin akrab dan dekat, setiap kali bel istirahat Kresna dan Vio selalu menghabiskan waktu dibawah pohon itu. Membicarakan banyak hal, tentang sekolah dan beberapa hal pribadi. Beberapa siswi juga menyebar gosip bahwa mereka telah berpacaran, awalnya gadis yang berpenampilan sedikit ketinggalan tren itu bersusah payah menjelaskan bahwa mereka hanya teman. Namun Kresna memintanya untuk tidak menghiraukan apa perkataan orang lain. Meski didalam hati gadis pendiam itu sepertinya berharap bahwa gosipnya akan segera menjadi kenyataan.


Iya. Sang gadis pendiam dan pemalu itu jatuh cinta, jatuh cinta pada sahabatnya yang lucu dan cuek. Sahabat yang kadang bersikap konyol dan membuat pipinya bersemu merah saat bersamanya. Matanya yang selalu memancarkan semangat keceriaan, tawanya yang begitu lepas sampai saat marahnya-pun gadis itu suka. Iya dia benar-benar jatuh cinta, cinta pertamanya dan seharusnya dia berjuang untuk memilikinya. Tapi sayangnya cinta itu harus dia kubur dalam-dalam dihatinya, gadis itu tidak mau Kresna membencinya. Vio lebih memilih untuk mengubur cinta itu agar wanginya tak sempat tercium siapapun. Vio sadar siapa dirinya, meski Kresna adalah sahabatnya tapi bukan berarti pemuda itu mencintainya, bukan berarti pemuda itu juga ingin memilikinya. Dia pernah mendengar sebuah lagu, bahwa selalu dan hanya wanita yang cantik saja yang akan dipilih. Sedangkan siapalah dirinya, hanya gadis kutu buku yang ketinggalan tren. Kresna sahabatnya pasti juga akan memilih gadis yang cantik seperti remaja wanita seperti pada umumnya kan?


Seharusnya dia bersyukur bukan? Kresna mau menjadikannya teman disaat gadis-gadis lain juga ingin dekat dengan pemuda penuh semangat itu?


10847798_941155035908983_4941919048481271644_n.jpg

'Pip' Sebuah ponsel berkedip diatas nakas samping ranjang berukuran queen. Lalu si empunya yang masih berselimut dengan nyaman mencoba meraih ponsel itu dengan tangan kanannya. Setelah benda berukuran 4,7 inch itu ada ditangannya, dia memicingkan matanya agar lebih jelas membaca pesan yang masuk karena dirinya sedang tidak menggunakan kacamatanya.

KRESNA
KRESNA​
Kapan kau akan masuk kesekolah lagi?
Aku merindukanmu, kau tau?
Sen 07.00


Gadis yang wajahnya terlihat pucat itu tersenyum membaca pesan singkat dari sahabat sekaligus pria yang dicintainya. Mungkin untuk sebagian orang kata rindu kepada seorang sahabat itu wajar, beda lagi dengan seseorang yang sedang jatuh cinta seperti Vio. Setiap kata akan diartikan cinta, setiap pertanyaan akan diartikan cinta, secuil perhatian akan diartikan cinta.


KRESNA
KRESNA​
Kapan kau akan masuk kesekolah lagi?
Aku merindukanmu, kau tau?
Sen 07.00




Violet
Mungkin besok aku sudah kembali bersekolah
Tunggu saja
Sen 07.05

KRESNA​
Baiklah aku akan menunggumu, jaga kesehatan
Maaf ya hari ini aku tidak bisa mengunjungimu.
Oh iya besok aku akan mengatakan sesuatu padamu
Sen 07.07


Violet​
Oh baiklah, tunggu aku besok.
Sen 07.08



'Mengatakan sesuatu?' Vio menggulirkan bola matanya keatas, wajahnya semakin cantik tanpa kacamata yang biasa membingkainya. Dirinya berandai-andai mungkinkah kali ini Kresna akan mengungkapkan cinta padanya? Mungkinkah semua dugaannya kepada Kresna benar, bahwa pemuda tampan itu juga mencintainya? 'Haaah...' Vio membenamkan wajahnya dibantal bersarung bunga tulip warna ungu, sungguh membayangkannya saja membuat pipi putih itu kembali memerah. Sepertinya besok dirinya harus sedikit berdandan saat bertemu dengan Kresna.


10847798_941155035908983_4941919048481271644_n.jpg

"Viioooo!"


Belum sempat Vio menoleh kebelakang kearah suara itu, pundaknya sudah dirangkul lebih dahulu oleh si empunya suara. Kresna, entah sejak kapan kebiasaannya merangkul sembarangan pundak Vio menjadi hal yang sudah tidak lagi asing bagi keduanya. Meski Vio tetap merasa canggung dan malu.


"Kau mengagetkanku," Vio menggembungkan pipinya memprotes Kresna.


"Hehehehehe... maaf aku hanya terlalu bersemangat," Jawabnya dengan cengiran khas Kresna. "Eh tunggu sebentar," Kresna menghentikan langkahnya dan membuat tubuhnya menghadap Vio dan menyamakan tingginya dengan Vio yang lebih pendek darinya. Dia meneliti wajah Vio, menyadari ada yang lain diwajah sahabatnya itu.


Vio menundukkan kepalanya membuat poni depannya yang rata menutupi sebagian wajahnya, dia malu ditatap Kresna seperti itu. Jangan-jangan sahabatnya ini tau dirinya sedang memakai makeup tipis. Sedangkan Kresna yang penasaran semakin mendekatkan wajahnya sampai-sampai mirip sepasang kekasih yang mau berciuman.


Vio memejamkan matanya kuat-kuat saat hembusan nafas beraroma freshmint Kresna tercium olehnya, dirinya benar-benar takut dan dengan gerakkan tiba-tiba dia membuat jarak dirinya dan Kresna dengan kedua tangan didepan dadanya. "Hentikan! Hentikan! Hentikaaan!" Dengan gerakkan tiba-tiba pula Vio memukul-mukul dada Kresna menghentikan Kresna.


"Oe oe oe...kau ini kenapa?" Kresna mencoba menghentikan serangan Vio, dia tertawa terbahak-bahak melihat ekspresi Vio yang menyerangnya dengan memejamkan mata.


"Kenapa kau tertawa! Dasar! Kau mau menciumku kan?!" Teriak Vio salah tingkah tanpa berani menatap wajah Kresna.


"HAHAHAHAHAHAHA! Tidak tidak, kau jangan salah paham. Aku hanya ingin memastikan apa kau memakai makeup ," Jawab Kresna. Dan Vio menghentikan serangannya dengan wajah semakin memerah, dirinya benar-benar malu. Lalu Kresna kembali mendekatkan wajahnya diwajah Vio, "Jadi kau benar memakai makeup ya?"


'Blush' Pipi Vio memerah lagi, lebih tepatnya merah padam, mungkin levelnya sudah 100%. Jarak itu terlalu dekat untuknya.


"Kau cantik, apalagi kalau tanpa ini." Tiba-tiba Kresna membuka kacamata tebal Vio dan membawa berlari pergi. Vio gelagapan dan berusaha meraih dan merebut kacamata miliknya, tapi dirinya kalah gesit dengan Kresna.


Mereka berkejar-kejaran dikoridor sekolah, seolah tak peduli beberapa kali menabrak siswa yang lainnya. Bahkan ada yang mengumpat kesal pada Vio saat dengan tak sengaja dia menumpahkan minuman yang dibawa orang itu, dan mau tak mau harus membuat Vio meminta maaf dan itu membuat dirinya semakin jauh tertinggal Kresna. Lalu Kresna masuk kesembarang kelas sedangkan Vio masih mengejarnya dari kejauhan. Vio ingin menangis saja dibuatnya. Sejahil-jahilnya Kresna dia tidak pernah sejahil hari ini.


Vio mulai lelah mengejar Kresna yang jelas-jelas tenaganya lebih banyak dari dirinya. Tapi Vio tidak menyerah, dia terus mengikuti Kresna sampai ketaman belakang sekolah. Merasa keterlaluan memperlakukan Vio yang baru saja sembuh, Kresna sengaja berhenti dibawah pohon tempatnya dan Vio biasa makan siang dan membiarkan Vio menangkapnya.


"Hah..hah..hah...aku capek," Kresna merebahkan tubuhnya yang berkeringat diatas rumput dengan nafas tersengal, diikuti Vio yang duduk dan mengambil kacamata milikknya.


"Kresna... kau tau kan aku baru saja sembuh," Vio mengerucutkan bibirnya sebal tapi tetap saja tidak sesebal itu, karena yang melakukannya adalah Kresna.


"Hehehehe maaf-maaf aku hanya terlalu bersemangat," Cengirnya menanggapi Vio.


Vio memakai kembali kacamatanya dan duduk, mencoba membuat nafasnya yang tersengal menjadi normal kembali. Keduanya saling diam tak bersuara memberi jeda beristirahat sejenak. Kresna yang juga sedang mengatur nafasnya hanya memandang biru-nya langit pagi yang tanpa awan sedikitpun.


Vio menoleh kearah sahabatnya yang berbaring disampingnya, dilihatnya nafas Kresna masih belum normal. Terlihat dari dadanya yang naik-turun tak beraturan. Lalu Vio mengikuti arah pandang Kresna. Langit biru. Kresna sedang memandang langit biru. Mata gadis itu bergantian memandang wajah Kresna yang tampan dan langit yang dilihatnya.


Vio tersenyum tipis. Langit biru tanpa awan yang tampak begitu indah, bahkan sedikit saja tidak ada. Seakan awan memang sengaja tidak mau merusak birunya langit itu. Memandang langit sama saja memandang Kresna, wajah pemuda itu begitu bahagia seakan tidak ada sedikitpun beban dihidupnya. Terlebih hari ini, Kresna tampak sangat gembira dan bersemangat, jujur saja itu juga membuatnya ikut bersemangat.


Vio masih memandang Kresna yang mulai memejamkan matanya. Bukankah pemuda itu mau mengatakan sesuatu padanya. Vio ragu untuk bertanya tentang hal apa yang ingin dibicarakan Kresna kemarin, tapi rasa penasarannya yang besar membuatnya mencoba memberanikan diri membuka obrolan. "Jadi ka-"


"Kurasa aku sedaang jatuh cinta," Kalimat yang baru saja meluncur dari mulut Kresna membuat Vio terpaksa menghentikan kalimatnya.


"Eh?" Dia memandang wajah Kresna yang masih terpejam. Kresna tersenyum lebar saat mengatakan bahwa dia sedang jatuh cinta, diam-diam jantung Vio mulai berdebar. Bagaimana kalau Kresna jatuh cinta padanya? Apa dirinya siap?, bagaimana kalau Kresna jatuh cinta pada gadis lain? apakah dirinya juga siap?Ah lebih baik ditanyakan saja bukan. "De-dengan siapa?" Tanya Vio sedikit gugup. Dalam hati, Vio sangat berharap bahwa namanya yang akan disebut pemuda penyuka buah anggur itu.


Kresna membuka matanya berlahan, lalu menoleh kesamping yang didapatinya sahabat perempuannya itu sedang memandangnya dengan penuh tanya. Dia tersenyum pada Vio lalu bangun dan duduk disampingnya. "Selena. Aku jatuh cinta pada Selena."


Seperti dihantam batu yang besar tepat dikepala dan tombak dijantungnya, Vio membulatkan mata indah-nya. Dia merasa dirinya akan pingsan, tapi itu tidak boleh terjadi kan? "Oo-oh Se-selena anak duabelas C?" Ucapnya terbata-bata dan Kresna mengangguk mengiyakan. Selena Gunawan, anak seorang pejabat kaya yang kaya dan pintar itu. Cantik, putih, sexy dan tentu saja modis. Dia juga seorang model yang berbakat, bahkan dirinya telah beberapa kali membintangi iklan produk kecantikan. Vio tau itu, iya sangat cocok bukan dengan sahabatnya yang juga tampan ini.


"Bagaimana menurutmu?" Tanya Kresna menatap wajah Vio yang tak disadarinya telah berubah.


Vio tersenyum dengan senyum adalannya. Meskipun itu senyuman palsu yang hanya untuk menutupi perasaannya. "Kurasa dia gadis yang cantik," Jawabnya membuat mata Kresna berbinar.


"Benarkah???"


"Iya, kenapa tidak? Apa kau sudah mengatakannya?" Senyuman palsu itu masih terus mengembang diwajahnya yang ayu dan lembut.


Kresna menggeleng, "Belum, aku belum mengatakannya."


"Kenapa kau tidak mengatakannya?"


"Aku malu, aku takut dia menolakku."


"Kau ini laki-laki. Kalau aku jadi kau, aku akan mengatakannya. Masalah ditolak atau diterima itu masalah belakangan. Yang penting dia harus tau kalau kau menyukainya," Ironis. Gadis itu berbicara seolah dirinya sama sekali tidak ada dalam posisi itu. Memang benar kan menjalani hidup itu tidak semudah berbicara dan memberi pendapat.


Kresna kembali tersenyum lepas. Senyuman tanpa beban yang membuat Vio sangat tergila-gila, tapi kali ini senyumnya bukan karena dirinya. "Baiklah kalau kau yang mengatakannya. Aku akan mengatakannya besok pada Selena kalau aku sangat menyukainya," Ujar Kresna penuh semangat.


"Bagus itu baru namanya temanku," Vio nyengir mengangkat ibu jarinya, benar-benar akting yang sempurna bukan untuk menutupi perasaan yang sebenarnya sedang kacau itu?


"Oh iya, hari ini aku mampir apartemenmu ya? Kau masak sup lagi kan Vio?"


"Akan kumasakkan untukkmu,"


"Wahaaaaa... kau memang sahabat terbaikku," Ucap Kresna langsung mendekap Vio dan membuat pipinya memerah. Entah ocehan kebahagiaan apa saja yang dia ceritakan pada Vio disela pelukkannya, Vio hanya menatap langit yang biru. Iya langit biru tanpa awan itu memang sangat mirip dengan Kresna, sesuka apapun dirinya pada langit. Langit tetaplah langit. Dia begitu tinggi dan tak tercapai tangannya. Lagipula mencintai tidak harus memiliki kan? Itu kata orang, Benarkah begitu?


10847798_941155035908983_4941919048481271644_n.jpg

"Jadi kapan kau akan mengatakannya?" Gadis yang tampak sibuk mengukir kepala patung lilin itu memandang bosan pada sahabat laki-lakinya yang sedang duduk tidak bersemangat diruang seni rupa itu.


"Aku tidak berani. Kau tau kan Vio, kabarnya semua siswa laki-laki ditolaknya," Jawabnya sama sekali tak bergairah. Memang sejak satu bulan setelah menceritakan pada Vio, Kresna belum juga mengungkapkan perasaannya pada Selena. Entahlah dirinya hanya belum yakin saja mengutarakan perasaannya pada gadis cantik dan pintar itu.


Masih sibuk dengan prakarya patung lilinnya, gadis itu diam tak menjawab Kresna. Sudah bosan dirinya berpura baik-baik saja saat pria itu menceritakan Selena, dirinya juga bosan memberikan dukungan agar dia cepat-cepat menyampaikan perasaannya pada Selena.


Sikapnya itu ternyata membuat Kresna sadar sesuatu. "Vio, Kenapa kau diam?"


"Kau tidak lihat aku sibuk," Jawabnya tanpa melihat Kresna. Lalu Kresna mendekat karena penasaran oleh patung lilin itu dan sedikit merendahkan badannya untuk melihat detail patung yang diukir Vio.


"Waaahh mirip sekali, ini Pak kepala sekolah kan?" Kresna tampak kagum oleh karya yang dihasilkan Vio. Walau belum sempurna tapi patung itu sangat mirip dengan kepala sekolahnya yang botak. Vio masih diam dan memahatnya. "Vio. Aku juga mau dibuatkan patung lilin diriku, Hehehehe..." Kresna nyengir didepan dada Vio yang terhalang kepala patung itu.


"Bahannya mahal Kresna. Kau harus memodaliku terlebih dahulu untuk membeli bahannya," Vio berpura-pura tidak terlalu memperhatikan ocehan Kresna dan malah asik dengan karya seni-nya, padahal dalam otaknya sedang memikirkan Kresna.


"Aaaahh kalau soal itu jangan khawatir. Nanti kalau aku sudah bekerja aku pesan patung padamu ya?" Ujarnya sambil terkekeh. Lalu tiba-tiba terdiam seperti mengingat sesuatu. "Eh, Vio sebentar lagi kita lulus kan."


Vio menghentikan gerakkan tangannya dan memutar bola matanya keatas, iya kalau dipikir-pikir satu bulan lagi mereka akan lulus. Dan itu artinya dia akan jarang bertemu Kresna lagi. "Apa yang kau khawatirkan?" Tanyanya dengan nada lembut, dia berharap Kresna akan sedih karena mereka akan berpisah.


"Iyaaa yang pasti aku akan merindukanmu," Kalimat yang meluncur dari mulut Kresna itu sukses membuat Vio bersorak dalam hati. Senyum tipisnya tak dapat ia tahan, harapannya terwujud kan. "Dan yang pasti aku harus mengatakanya pada Selena sebelum lulus," Dan pernyataan susulan itu seketika merusak suasana hati Vio lagi.
 
Terakhir diubah:
10847798_941155035908983_4941919048481271644_n.jpg


Satu bulan telah berlalu. Malam ini adalah malam kelulusan siswa kelas duabelas. Pesta diadakan diaula sekolah yang cukup luas, disana sudah ada panggung berisi perlengkapan musik untuk pertunjukan band sekolah. Beberapa balon dan pita yang dipasang dibeberapa tempat juga menambah kesan sebuah pesta yang meriah.


Pukul 19.00 waktu setempat, pesta telah dimulai. Pesta yang terlihat cukup meriah juga mengharukan itu berjalan dengan lancar. Dalam acara itu juga sebagai ajang unjuk bakat, acara penyerahan patung lilin yang dibuat Vio dan teman-temannya untuk kepala sekolah. Dan juga acara pidato atau ucapan kesan dan pesan dari beberapa siswa.


Vio yang sedari tadi mencari keberadaan Kresna ditengah keramaian itu mulai khawatir kalau Kresna tidak hadir. Padahal kan hari ini adalah hari spesial, dia juga sudah dandan cantik dan melepas kacamata dan menggantinya dengan softlens seperti saran Kresna waktu itu, lalu kenapa Kresna tidak memberinya kabar. Tapi ditengah kegundahan hatinya dia mendengar jeritan histeris dari beberapa wanita, lalu ia mencari-cari sumber kegaduhan itu yang ternyata berasal dari atas panggung.


Vio berlari menyadari sesosok yang berada diatas panggung itu adalah Kresna, dia mendekat dan ingin tahu apa yang akan dilakukan sahabatnya itu. Saat sesosok pemuda dengan rambut Fauxhawk-nya yang khas itu mulai menyapa, semua siswa perempuan berteriak gemas. Semua mengelu-elukan pemuda yang tidak terlalu populer itu. Entahlah meski tidak sepopuler Sonic ketua osis, malam itu sepertinya membuat dirinya lebih terkenal dari pemuda itu. Bahkan Vio juga kagum dibuatnya, sahabatnya tidak pernah setampan ini.


Kemeja putih dan juga jas putih yang dipakai Kresna memang turut andil dalam penampilan terbaiknya saat itu, wajahnya yang segar semakin tampak bersinar. Tapi entah apa yang dilakukannya diatas sana membuat Vio bertanya-tanya.


Kresna mendekati standmic yang sudah disiapkan panitia, matanya seperti mencari-cari sesosok orang dikerumunan itu. Saat yang dicarinya ditemukan dia tersenyum lega. Iya Kresna tersenyum pada gadis bergaun putih dengan bandana bunga dirambutnya, gadis yang biasanya memakai kacamata tebal itu, Vio. Vio membalas senyuman Kresna untuknya, gadis itu terlihat sangat cantik batin kresna. Dia belum pernah melihat Vio secantik itu.


Semuanya menuggu apa yang akan dikatakan Kresna, terutama Vio. Dia sangat berharap malam ini akan menjadi malam terindahnya bersama Kresna. Berharap Kresna akan mengajaknya berkencan setelah ini, mengajak untuk kuliah di satu kampus yang sama dan kemudian lulus lalu menikah dan hidup berbahagia bersama Kresna. Namun harapan tetaplah harapan, tidak selalu harapan itu terwujud sesuai keinginan kita.


Dengan lancar pemuda itu mengumumkan bahwa dirinya telah resmi berpacaran dengan Selena, sang primadona sekolah. Lalu dirinya juga berencana pindah dan meneruskan pendidikannya di Jerman bersama Selena. Pengumumannya itu membuat rekan-rekan mereka bertepuk tangan meriah, pada akhirnya ada seseorang yang mampu menaklukkan hati sang primadona.


Tubuh Vio membatu serasa lumpuh dan tidak bisa digerakkan. Airmatanya tak terasa sudah membasahi pipinya, suara Kresna yang menjelaskan runtutan kisah dan rencananya bersama selena bagaikan suara kutukkan yang menyakiti telinga dan hatinya. Dia tak bisa berbuat apa-apa, hanya menutup mulutnya menahan tangis agar tak bersuara, hatinya terasa amat sakit, apalagi saat Selena naik kepanggung dan berpelukkan hangat dengan Kresna. Ingin rasanya saat itu dia berteriak sekencangnya, dia ingin menjauhkan tubuh Selena dari Kresna. Dia juga ingin sekali membenturkan kepalanya sendiri ketembok berharap ini hanya mimpi dan bangun. Apanya yang asal kau bahagia aku juga bahagia seperti kata orang-orang itu? Omong kosong! Palsu! Nyatanya hatinya sangat sakit, tak rela, tidak bahagia padahal Kresna yang dicintainya begitu bahagia disana bukan bersama dirinya.


Tidak kuat lagi. Vio berbalik berniat pergi dari tempat itu, lebih baik dirinya harus menjauh dari Kresna, pergi dan melupakan semua tentang Kresna, membuang hayalan kosong tentang Kresna. Namun saat dirinya ingin berlari dari tempatnya berdiri seseorang menghentikannya. Dia tahu itu Kresna, dia hafal suara pemuda pujaannya itu. Vio diam tak bergeming apalagi menoleh, mematung seolah kakinya terekat dilantai. Tidak mungkin dia berbalik dan menunjukkan air matanya.


“Vio tunggu, kau mau kemana?,” Kresna berlari mendekati Vio dan setelah berada didekat gadis itu, Kresna dengan paksa membalik tubuh Vio agar berhadapan dengannya.


Vio tersenyum dengan sangat manis saat Kresna berhasil membuat mereka berhadapan, “Maaf aku harus pulang.” Untung saja dia sempat menghapus air matanya dengan gerakan secepat mungkin.


Kresna melembutkan pandangannya, ia tatap wajah cantik Vio yang terlihat lebih sendu dari biasanya. “Kau marah padaku?” Dia tahu ada yang aneh pada Vio. Vio hanya diam dan menundukkan kepalanya, "Bicaralah, hari ini seharusnya kita semua bersenang-senang kan?" Lanjut Kresna berusaha membuat senyuman Vio kembali dan mencoba menyelami apa yang sebenarnya terjadi pada Vio sahabatnya itu.


“Aku hanya kecewa kenapa kau menyembunyikannya dariku,” Vio menggembungkan pipinya berpura-pura bahwa memang hanya itu yang membuatnya pergi.


Kresna tersenyum dan memegang kedua pundak Vio, “Aku hanya ingin memberi kejutan untukmu, aku selalu mengingat saranmu untuk mengatakan perasaanku pada Selena sebelum terlambat. Jadi aku mengatakannya sehari sesudah ujan akhir, dan tidak aku sangka dia menerima cintaku. Katanya dia juga menyukaiku sejak lama,” Hati Vio semakin teriris sakit mendengar cerita Kresna, kenapa Selena yang secantik itu malah mencintai sahabatnya itu. Bukan Sonic atau Derian yang memang terkenal lebih keren dan kaya raya. “Kabar baiknya aku dan Selena akan bertunangan disana, kebetulan orang tuaku dan orang tua Selena berteman. Jadi keluarga Selena akan membuatkan kami pesta pertunangan nanti disana Aku dan dia akan berangkat besok,” Kresna tersenyum dengan sangat bahagia, dia juga sangat antusias dengan rencananya itu tanpa ia sadari itu melukai Vio lebih dalam.


Vio benar-benar ingin pingsan sekarang. Sakit yang dia rasakan sudah sangat keterlaluan, dadanya sesak, kakinya lemas tangannya dingin. Namun dirinya harus tetap tersenyum didepan Kresna. “Benarkah?” Senyuman itu tampak sempurna, Kresna benar-benar tidak menyadarinya kalau itu senyum palsu. “Waaahh selamat ya Kresna, aku bangga sekali padamu,”


Kresna memeluk tubuh Vio sebagai ucapan terima kasihnya, “Terima kasih, Kau selalu mendukungku dari awal. Aku akan terus mengingatmu aku janji.” Dan Vio hanya mengangguk menahan tangisnya.


Setelah melepaskan pelukan Kresna, Vio menatap wajah temannya itu. “Sebelum kau berangkat, maukah malam ini kita makan sup bersama dirumahku?” Tawar Vio tersenyum dalam.


“Tentu saja. Kenapa tidak hehehe...” Balas Kresna sambil mengacak rambut panjang berhias bunga berwarna putih itu.

10847798_941155035908983_4941919048481271644_n.jpg

“Tiup dulu, supnya masih panas,” Ucap Vio mengingatkan pemuda berjas putih didepannya yang tak sabaran memakan sup buatannya. Wajahnya yang tampan hanya nyengir sambil menyeka kuah sup dibibirnya.


“Tidak apa-apa. Aku sangat lapar,” Jawabnya membuat Vio menggelengkan kepalanya heran. “Tapi kenapa rasa supnya tidak seperti biasanya ya?”


“Um? Benarkah? Apakah rasanya tidak enak?” Tanya Vio takut mengecewakan Kresna.


“Bukan begitu, hanya saja sedikit aneh. Tapi rasanya tetap nomor satu,” Puji Kresna, lalu memakan kembali sisa sup dimangkuknya.


"Kau bisa saja, kalau begitu cepat habiskan." Perintah Vio, merasa sedikit tersanjung atas pujian sahabatnya itu.


Sambil mengobrol keduanya sesekali bercanda, tertawa sambil memakan sup yang mulai dingin. Berbicara banyak hal karena mungkin mereka tak akan pernah bicara lagi. Sampai tak terasa hari sudah semakin larut, mungkin dua jam sudah mereka mengobrol dan sedikit kecewa saat Kresna melihat jam tangannya lalu tersenyum padanya. Vio tahu walau tidak diucapkan, itu pertanda Kresna harus segera pergi karena pesawat akan berangkat 4 jam lagi seperti yang diceritakan Kresna.


"Kau yakin akan pergi sekarang?" Vio menatap Kresna dengan penuh harap, dia masih percaya keajaiban itu ada. Dan dia berharap keajaiban itu adalah Kresna tidak akan kemana-mana.


Kresna tersenyum, "Kenapa tidak? Selama itu bersama Selena."


Vio menundukkan kepalanya. Tersenyum getir, dia baru pertama kali jatuh cinta dan cintanya tak terbalas. Dan sangat ironis ketika orang yang selama ini dekat dengan dirinya mencintai gadis lain, mementingkan gadis itu dan seolah membuangnya begitu saja, tidak menganggapnya spesial. “Kalau begitu hati-hati,” Ucap Vio mengangkat kepalanya dan tersenyum semanis-manisnya.


Kresna bangun dari duduknya, merapikan pakaiannya lalu menatap Vio sebentar. Gadis itu tertunduk terdiam ditempat duduknya. “Vio...” Panggilnya, bingung dengan perubahan gadis yang baru saja tersenyum manis itu. Vio masih diam tak menjawab, “Vio aku pulang ya?” Pamitnya.


Mendengar itu Vio langsung berdiri dan buru-buru berjalan kepintu keluarnya lalu mengunci pintunya. ‘Cklek!’ Pintu berbahan kayu itu terkunci. Kresna menautkan kedua alisnya heran.


“Kenapa dikunci segala?” Tanya Kresna berjalan mendekati Vio. Gadis itu terlihat murung.


“Aku hanya tidak ingin diganggu siapapun,” Jawab Vio dengan ekspresi yang belum pernah Kresna lihat sebelumnya. Seperti anak kecil yang tidak mendapatkan permen kesukaannya.


“Apa maksudmu?” Kresna masih tidak mengerti.


Vio menghadap Kresna. Dia tatap wajah Kresna dengan tatapan sayu lalu membelai pipi kiri Kresna dengan tangan kanannya. Kresna diam dengan wajah penuh tanda tanya, lalu tangan yang tadi membelai pipi itu berlahan bergerak kebelakang kepala Kresna dan menarik kepala Kresna agak merendah untuk mendekat kewajahnya. ‘Cuph’ Kecupan ringan didaratkan Vio dibibir Kresna, Kresna melebarkan matanya tak percaya dengan perlakuan Vio padanya.


“Vio kau kenapmmmm...” Vio kembali mencium bibir Kresna, kali ini lebih lama dan semakin dalam. Kresna membatu masih belum mengerti maksud Vio. Tidak hanya itu. Vio mulai berani menjilati bibir Kresna. Kresna yang mulai tidak nyaman dengan Vio berusaha melepaskan cengkeraman tangan Vio dikepala belakangnya. “Vio, jangan,” Namun Vio tidak menyerah dia tetap menahan tubuh Kresna untuk tetap berada ditempat itu.


“Pernahkah terbersit dihatimu untuk menghabiskan seluruh hari-hari mu bersama ku?” tanya Vio setelah melepaskan lumatan bibir yang menguras persediaan oksigen pada paru-parunya.


Kresna kembali mencoba menjaga jarak, namun saat matanya menangkap bulir air mata yang jatuh dimata Vio yang bening Kresna mengurungkan niatnya. “Vio, Aku.. Aku menyayangi mu, dan selamanya akan menyayangimu, tapi ya hanya sebatas itu,”


“Mungkinkah jika aku berharap jika hari-mu yang tersisa hanya untukku?”


Kening Kresna berkerut mendengar pertanyaan penuh pengharapan dari bibir tipis gadis didepannya, mencoba menerka apa yang diingin oleh Vio.


Dengan gemetar jari-jari lentik gadis bernama Putri Binar Violentina itu menurunkan tali kecil gaun yang berada dikedua pundaknya. Berlahan kain yang sebenarnya hanya pemanis gaun putihnya itu lolos melewati pundaknya yang mulus.


“Vio...” ucap Kresna dengan lembut, tangannya coba menahan gerak jari Vio yang akan melepas tali terakhir dibahu kanannya, “Terimakasih atas cintamu, kamu tidak perlu melakukan ini untuk membuktikan itu.”


“Tapi aku... Aku benar-benar mencintaimu.. Apa kau tau aku selalu berharap bisa menghabiskan semua waktuku bersamamu?” tangis Vio pecah, seakan bebannya beberapa jam yang lalu dan perasaan-perasaan yang dipendam selama ini mati-matian ia tahan tak mampu lagi ia simpan. Air mata deras mengalir dipipi lembutnya, menatap Kresna dengan pandangan yang menusuk hati Kresna.


Kresna terdiam menatap wajah cantik didepannya, seakan tersadar dari mimpi panjang. Merentang lebar kedua tangannya membiarkan Vio memeluk erat tubuhnya memberikan kesempatan bagi sahabat wanitanya itu untuk menumpahkan segala emosinya. “Aku akan menghabiskan hari ini bersamamu Vio,” bisik Kresna lembut. Pemuda itu diam-diam merutuki kebodohannya, betapa tidak? orang yang selama ini cukup dekat dengannya menyimpan perasaan lebih dari sekedar sahabat namun dia tidak menyadarinya. Malah sibuk mengejar wanita lain.


“Selamanya Kresna, selamanya...” sahut Vio lirih.


Kresna tidak tega untuk mengucap kata tidak kepada Vio, meski dikepalanya muncul wajah anggun Selena, akhirnya kepala pemuda itu hanya bisa mengangguk berharap setidaknya Vio bisa lebih tenang. Andai saja Vio lebih cepat menyampaikan perasaannya, Kresna pasti akan belajar menyayangi Vio. Tapi sayangnya, gadis itu lebih memilih diam dan membiarkan Kresna jatuh cinta pada gadis lain.


“Vioo.. Apa yang kau lakukan?..” seru Kresna saat tubuh gadis itu beringsut kebawah dan melepas resluiting celananya. “Kita tidak perlu melakukan ini.. Cukup Vio... aaah...” bibir Kresna dibungkam oleh lenguhannya sendiri.


“Hentikaaan... Aggghh.. Cukuuuup...” Kresna coba menyadarkan pikiran dari usaha gadis itu memanjakannya. Tangannya yang berusaha menahan kepala Vio yang bergerak mendekat kini justru terdiam saat juniornya berada didalam mulut Vio yang hangat dan basah.


Kresna hanya bisa menatap wajah imut sahabatnya yang mencecapi setiap senti kepunyaannya yang mengeras dengan cepat. “Vioo...” lenguh Kresna, membelai rambut halus yang panjang tergerai, dalam hatinya benar-benar tidak tega melihat gadis baik-baik sepertinya melakukan hal yang Kresna rasa sedikit merusak kehormatan gadis itu, tapi sensasi yang baru pertama kali dirasakannya lebih kuat dibanding mempertahankan rasa tidak etis.


"Aaaagh Vio!" Entah darimana Vio belajar memanjakan pria dengan cara seperti itu, yang jelas Kresna merasa tubuhnya semakin panas saat lidah basah Vio menyapu seluruh permukaan alat vitalnya, menggoda dengan menjilati cairan bening yang keluar dari sana dan tidak ketinggalan meremas selembut mungkin kedua benda mirip bola yang ada dipangkalnya itu.


Vio melirik wajah Kresna keatas tanpa melepaskan kulumannya, pemuda itu tengah memandangnya dengan tatapan sayu dan mulut yang terbuka menahan serangan yang diberikan olehnya. Vio mengulum senyum Kresna, dia berhasil bukan menyenangkan pria pujaannya, tidak buruk juga saat Sisil teman sekelasnya memaksa meminjaminya novel erotis.


Vio tersenyum dan bangun perlahan, membalas tatapan Kresna yang semakin menggelap. Lalu ia raih tangan kanan pria itu dan mendaratkannya didada kiri Vio, tadinya Kresna sedikit menolak namun penolakkannya tidak bisa diterima Vio. "Do..." bisik Vio dengan tatapan memohon sambil menggerakkan tangan Kresna agar meremas dadanya yang masih tertutup gaun putih. "Aaaakh..." Vio melengkuh saat tangan kekar itu meremas dengan kuat.


Kini tangan Vio bergerak melepas jas putih Kresna membuangnya kelantai, dan satu persatu kancing kemeja yang dikenakan Kresna ia buka lalu meloloskan dari tubuh temannya itu membuat dada bidangnya terekspose didepan mata Vio. Lalu ia tuntun lagi tangan Kresna untuk menurunkan gaun berbentuk kemben milikknya agar Kresna bisa menyentuh dadanya tanpa penghalang.


"Vio...cukup, aku tidak mau," tolak Kresna menarik tangannya saat menyentuh ujung dada Vio yang sudah menegang keras. Tapi Vio menahan tangan Kresna dan memaksa untuk tetap disana dan meminta untuk disentuh lebih dan lebih. Kresna-pun mengalah, lebih tepatnya ia dikalahkan oleh nafsunya sendiri.


"Ssshhh...nnnnh..." Vio memejamkan matanya saat jari Kresna memilin ujung dadanya dengan lembut. Kresna yang melihat wajah Vio tampak menikmati sentuhannya membuat dirinya mulai kehilangan akal dan memilih menurunkan gaun Vio lagi dan membuat kedua buah dadanya tak tertutup apa-apa lagi.


Jantung keduanya semakin berdegup keras saat sorot mata Kresna bergantian menatap wajah dan dada Vio bergantian. Sebenarnya ini adalah saat yang paling memalukan untuk Vio, bagian tubuhnya yang selama ini ia tutupi ditatap seperti itu oleh Kresna. Begitu juga dengan Kresna, ini saat pertamanya melihat dada wanita secara langsung. Jujur saja Kresna ingin sekali lagi menyentuh keduanya, tapi tak ia lakukan. Kresna tidak mau mengotori Vio.


Ditengah nafsunya yang memuncak dan rasa tidak mau merusak yang menghinggapi Kresna, tiba-tiba Vio menarik kepala Kresna dan menariknya kedekapan dadanya.


"Vio???" Lirih Kresna melirik Vio dari dadanya, ragu untuk memulai gerakan selanjutnya hanya menghirup wangi keringat Vio yang bercampur parfumnya, tanpa menjawab Vio menjambak pelan rambut Kresna dan mengarahan bibir Kresna diujung dadanya yang kecokelatan.


"Eeeeemmh...." Lengkuh Vio saat lidah kasar itu menjilat bulatan kecilnya. Kresna memejamkan matanya tangan kanannya meremas-remas dada Vio, sedangkan bibirnya sibuk menjilat, mengulum dan memainkan benda itu dengan gemas.


Tidak mau kalah Vio menurunkan tangan kirinya melepas celana Kresna yang sedari tadi sudah terbuka namun tak sempurna, lalu menggengam benda dipangkal paha Kresna dengan gerakan memijat. Keduanya saling memanjakan, melakukannya dengan berdiri.


Setelah puas bermain dengan dada Vio, Kresna menegakkan badannya lalu mencium bibir basah itu. Vio menatap wajah Kresna yang memejamkan matanya, menatap wajah lelaki yang begitu dicintainya. “Jadilah milikku selama nya....” gumam hati Vio lalu turut memejamkan matanya menikmati pertautan lidah yang semakin panas. Membiarkan lidah si pemuda menari kesetiap sisi mulutnya, melumat dan menghisap lidahnya dengan penuh gairah.


Dalam mabuk dunia yang tengah dikecap, baju Vio jatuh ke lantai karena gerakan yang dibuat mereka semakin panas dan tanpa sadar mereka sudah berjalan kesamping ranjang bersprei putih. Vio menundukkan wajahnya saat Kresna memandangi kedua buah dadanya yang dibiarkan menggantung, jantungnya berdebar saat tangan Kresna terhulur menggapai dan meremasnya kembali.


Sesaat keduanya saling tatap seolah berbicara tanpa suara. Vio mengangguk pelan diiringi gerak jari-jari Kresna yang menyentuh berusaha meloloskan kain tipis yang menjadi satu-satunya kain penutup Vio. Jantung keduanya berdebar cepat.


“Kreessssnaaa...” lirih suara Vio saat kepunyaannya disentuh, tubuhnya jatuh kepelukan Kresna yang tidak lebih usaha Vio menyembunyikan rasa malu saat jari-jari pemuda itu membelai belahan basah miliknya. Dalam posisi itu dapat Vio dengar suara detak jantuk Kresna yang memacu cepat sama sepertinya. Aroma khas yang menguar dari tubuh Kresna membuat Vio semakin dalam jatuh kedalam pesonanya.


“Eeemmmpphhh... Kresssna.. Oouhh... Jangaaan disentuh seperti itu...” rengek gadis itu ketika jari-jari Kresna menyelusuri lipatan kemaluan yang masih terkatup rapat, dirembesi cairan kental buah dari gairah belia, Vio.


“Ooougghhh... Viooo jangan terlalu keras, kau bisa membuatnya patah,” rupanya Vio yang tidak ingin kalah kembali memegangi milik Kresna, dan meremasnya sedikit lebih keras. Keduanya tersenyum geli, saling menatap dengan kening yang saling bersentuhan.


“Sekarang apa yang akan kita lakukan?” tanya Kresna ragu.


Wajah Vio memerah, menatap mata Kresna. Keduanya tampak kikuk, bila selama ini mereka sudah sering saling bercanda menyuapi makan, tapi kini tangan mereka tengah saling memegang kepunyaan lawannya, saling memandangi benda pribadi mereka yang telah siap untuk disatukan.


Kedua pundak Vio pelan terangkat menyatakan ketidak tahuannya, tapi jari-jarinya tanpa sadar mengurut milik Kresna, digenggaman semakin cepat dan kuat membuat bibir Kresna mendesis. “Ooohhh.. Vioooohh.. boleh aku...” tatapnya menggelap dan penuh harapan.


Belum lengkap kalimat yang diucapkan dengan terbata-bata itu diungkapkan, Vio kembali melumat bibir Kresna, gadis itu tau cukup sulit bagi Kresna mengucapkan kata permohonan untuk menyatukan tubuh mereka, maka cukuplah lumatan bibir itu sebagai jawaban.


Tubuh kedua terjatuh diatas kasur, kedua paha sekal Vio dengan cepat bergerak membuka, begitupun dengan Kresna yang dengan sigap memposisikan kepunyaannya tepat di tempat paling pribadi milik Vio.


“Ooouuhhhh... Kreessnaaa...” lengkuhan itu kembali lolos dari bibir basahnya, saat dengan susah payah Kresna memulai untuk memasukinya.


“Bukaaaan,, Eemmpphh.. Kebawaaah sedikit..” Ucapnya saat ia rasakan Kresna sedikit kesulitan menyatukan tubuh mereka.


Peluh Kresna mulai membasahi keningnya saat tak juga ia temukan lubang surgawi Vio, sangat sempit. Atau mungkin saja memang dirinya yang tidak berpengalaman.


“Aaahhhkk.. Pelan-pelaaan... Bukaaaan disituu..
“Awww... meleset lagii.. Pelaaan pelaaan,
“Aaaah!”


Seketika suara Vio yang tadi begitu mendominasi hening, namun dalam hitungan detik berikutnya keduanya saling melempar senyum. Meski senyuman Vio sedikit menyiratkan bahwa disana ada rasa menahan sakit.


Kresna menyentuh kening Vio, mengusap bulir keringat disana dengan lembut. "Apa aku menyakitimu?" bisik Kresna memandang Vio penuh perasaan dijawab gelengan dari Vio.


“Katakan kalau sakit," bisik Kresna kembali, lalu bangkit dari tubuh Vio, merentang kedua kaki gadis itu keatas membuat nafas Vio seakan terhenti, seluruh ornamen bagian luar tempat paling pribadinya ditatap oleh Kresna.


“Do...,” ucap Vio pelan dengan tatapan pasrah, jari-jarinya menguak kedua bibir kepunyaannya, memamerkan celah sempit yang tadi tersebunyi dari mata Kresna. Sedikitpun Vio tak berani menatap wajah Kresna karena rasa malu yang begitu besar. Jantungnya berdebar kencang seiring dengan kepunyaan Kresna yang perlahan merapat dan menutupi celah sempit itu dengan helm nya yang besar.


“Viooo...” panggilan Kresna memaksa Vio untuk menatap pemuda itu.


“Emmpphhhh.. Iyaaaa...” Vio mengangguk pelan dengan wajah pucat sayu, merasakan bagaimana kepunyaan Kresna perlahan menyelusup ke tempat pribadinya dan menyembunyikan kepala kejantanan Kresna lebih dalam. “Eeemmpphh Kressssnaaaa,” lenguhnya saat Kresna menarik kepunyaannya, namun tanpa diduga kembali masuk dan menusuk lebih dalam. “Oooooooohhh....”


Kresna menjatuhkan tubuhnya kepelukan Vio, mengecup lembut bibir tipis Vio, memandang mata Vio yang memamerkan kepasrahan, “Vioooooo... Maafkan aku...” ucap Kresna yang tiba-tiba menghentak lebih keras, merobek selaput dara Vio yang menghalang.


“Aaaaakkhhhh....” Vio menjerit tertahan, kedua kakinya menjepit kuat pinggul Kresna berusaha meredam rasa perih yang menyapa bersamaan dengan gairah yang menghantar rasa nikmat diseluruh sarafnya. Ada perasaan bahagia didalam dada Vio saat Kresna yang melakukannya untuk yang pertama kali. Ini adalah salah satu impiannya, menyerahkan mahkotanya untuk lelaki yang paling dia cintai, yaitu Kresna.


Keduanya membisu dalam lumatan lidah yang panas, sementara pinggul mereka bekerjasama dengan sangat epik, insting sebagai makhluk biologis menuntun tubuh mereka untuk mencari kenikmatan yang dihadirkan oleh lawannya.


"Uuhhh...Kresna, teruslah seperti itu. Kalau akuuuh...uuh..tidak bisa memiliki cintamu, b-biarkan akuh memiliki tubuhmu..mmnnh," Tatap Vio mengelus lembut pipi Kresna. Pemuda itu tersenyum tak menjawab, dia benar-benar tak mau merusak suasana hati Vio, ia hanya menurunkan kepalanya mengecup bibir Vio lalu menyusuri lekuk leher Vio dan meninggalkan kissmark disana. Tak lupa Kresna menuruni bukit indah Vio yang begitu menantang, Ia kulum lagi bulatan kecil diujung dada itu, membuat Vio mendesis dan semakin erat memeluk tubuh Kresna.


Kecipak dua alat reproduksi yang beradu meningkahi deru nafas yang memburu. Rintihan penuh kenyamanan dari mulut Vio disambut dengan hangat oleh lenguhan Kresna. Sesekali Vio merentang lebar kedua pahanya seolah mempercayakan sepenuhnya kepada kepunyaan Kresna yang keras tak henti menghujam kerelung lorong kewanitaannya.


“Aaaagghhhh... Kresnaaaa... Kreeesnaaa...” Vio berteriak histeris, nafasnya tersengal, merasakan sesuatu yang seolah dipaksa keluar dari tubuhnya, “Aaaaaaagghhh...Kresna!” tubuh Vio mengejang, menggeliat, memeluk tubuh Kresna dengan erat seolah ingin menghentikan gerakan pinggul Kresna.


Tapi usaha Vio sia-sia, karena pinggul Kresna justru menghentak lebih kuat dan lebih keras, pemuda itu juga tengah mengejar puncaknya yang bersiap menyapa, hujaman kejantanannya semakin kasar dan semakin jauh memasuki Vio, membuat tubuh gadis itu menggeliat semakin liar, merintih dirudung puncak rasa nikmat yang tak berkesudahan.


"Kau suka??" bisik Kresna menggoda Vio, sedangkan gadis itu berusaha menyembunyikan wajahnya yang sedari tadi memerah.


Hingga akhirnya nafas Kresna tercekat, menyatukan dirinya dengan Vio tak disangkanya senikmat itu. Perasaan yang bercampur aduk antara nafsu dan sayang membuatnya semakin hilang kendali. Kresna merasakan seluruh darahnya mengalir dikepalanya, terasa panas. "Oouuhh... Vioo!" Dalam hentakan yang kuat menusuk lebih dalam, dan menghambur benih kehidupan dirahim belia Vio. Mengejat-ngejat mengantarkan cairan panas kekemaluan Vio yang mengangkat pinggulnya lebih tinggi seolah ingin memanjakan milik Kresna.


"Aaaahhh..." Pemuda itu terjatuh disamping Vio. Percintaannya barusan memang menguras seluruh tenaganya, dia tatap gadis berambut lembut itu juga sama seperti dirinya, dadanya yang tidak terlalu besar naik turun menandakan dirinya benar-benar kehabisan nafas dan tenaga.


Tangan kanannya meraih dahi Vio, menyisir rambut Vio kebelakang dengan tangannya, ada rasa bersalah yang sangat besar didada Kresna. Tak seharusnya dia melakukan ini pada Vio, seharusnya dia bisa menahan nafsunya. Dia merasa menjadi lelaki paling jahat sedunia, dia melukai Vio sekaligus menghianati Selena kekasihnya.


Vio menoleh kearah Kresna, tersenyum seperti biasanya dengan mata yang hampir tak terlihat dan hanya membentuk sebuah lengkungan manis. Tak ada sepatah kata-pun yang keluar dari mulut keduanya. Hanya diam seolah sedang bergelut dengan perasaan masing-masing.


Kresna masih memainkan rambut Vio berharap tenaganya segera kembali pulih, tak pernah disangka sebelumnya bercinta itu sangat melelahkan seperti ini. Kresna merasa tubuhnya sangat lelah, dia juga merasa sangat mengantuk. Padahal 60 menit lagi dirinya harus berangkat bersama Selena. Tapi dia merasa sangat lelah, mungkin beristirahat sebentar lagi akan memulihkannya. Iya tidur 30menit sepertinya rencana yang tidak terlalu
buruk.


Pemuda itu memutuskan untuk tidur sebentar, tapi rasa kantuk dan lelahnya sepertinya tidak akan pulih secepat itu, bahkan kini dirinya merasa tidak dapat menggerakkan tubuhnya lagi. Matanya juga terasa berat, Kresna sangat mengantuk. Saat matanya mulai tertutup Vio bangkit terduduk lalu membelai wajahnya, mendekati tubuh polos Kresna, dapat Kresna rasakan sentuhan lembut itu semakin membuatnya nyaman, wangi tubuh Vio juga berandil besar membuat Kresna semakin jatuh kedalam rasa nyamannya.


Gadis itu tersenyum hangat, memandang sayu pada wajah tampan pria pujaannya. Membingkai wajah maskulin itu dengan kedua tangannya lalu mencium bibirnya berlahan. “Selamat beristrahat sayangku, langit biruku. Kau tidak akan meninggalkanku kemana-mana kan?” Ucapnya dengan senyum yang tak dapat diartikan.

10847798_941155035908983_4941919048481271644_n.jpg

“Khukhukhukhu...kau sudah ingat sayang?” Wanita itu terkekeh sambil mencium lagi bibir patung lilin itu. Patung Kresna pria pujaannya, cinta pertamanya. “Kau pernah dengar kan tentang sebuah kata mutiara yang tidak masuk akal? mereka bilang 'Cinta tak harus memiliki, melihat orang yang kita cintai bahagia itu sudah cukup'. Tch! Omong kosong! Munafik!” Tatap Vio menajam. Ada amarah dihatinya entah kepada siapa.


“Kita bisa buktikan kan bahwa cinta itu harus memiliki, aku bisa memilikimu sekarang. Kau lebih bahagia kan bersamaku?” Ucap Vio, tatapannya kembali melembut lalu memeluk patungnya dengan penuh cinta. “Jika aku tidak bisa memilikimu, aku juga tidak akan membiarkan wanita lain memilikimu," Lanjutnya sambil melepas Jas putih yang dikenakan patung pria itu dan membuangnya sembarang.


Jemari lentiknya bergerak lincah melepas satu persatu kemeja yang dipakai Kresna, “Tapi untung saja aku lebih pintar dari mereka, lebih pintar dari Selena si wanita perusak itu. Lihat kan? Dia tidak dapat apa-apa?, tidak ada yang boleh memilikimu selain aku kan?” Seluruh kancing kemeja itu sudah terlepas, menampilkan sosok tubuh kekar dan atletis. Dan hanya dengan satu gerakan kemeja itu sudah terlepas.


Vio memandangi tubuh patung yang sangat sempurna itu. Tersenyum mengagumi keindahan yang terukir sempurna disana. Menatap mata Kresna yang seolah hidup dan berbicara padanya, “Aku bahkan tidak peduli. Jika aku tidak bisa memiliki hatimu, memiliki tubuhmu saja sudah cukup.” Wanita itu tersenyum penuh arti, tangannya berlahan turun kebawah. Menurunkan resleuting celana yang terpasang ditubuh patung itu. “Kita lakukan lagi, aku sangat mencintaimu," Kecupan Vio kembali didaratkan dibibir patung Kresna, malam itu dirinya merasa sangat bahagia. Hidup bersama orang yang kita cintai memang sangat istimewa.


Tubuh kaku berlapis lilin itu hanya diam saat Vio melepas seluruh pakaiannya, dirinya tak bisa lagi menolak ataupun membalas sentuhan sahabat cantikknya itu, hanya diam dan terus diam membiarkan Vio menguasai jasadnya.


Masih terus terdiam saat Vio duduk dipangkun Kresna dan melesakkan kejantanan yang kaku karena kerasnya lilin itu dikewanitaan Vio. Bahkan saat wanita itu berkali-kali meneriakkan namanya sambil meremas payudaranya sendiri, dia juga tetap diam. “Uuuuhh...terima kasih kau tidak pernah meninggalkanku Kresna,” Ucapnya sambil mencium bibir Kresna yang kaku, menciumi setiap inchi dada berlapis lilin itu.


"Aaakkhhh! Kresna! Menaik-turunkan tubuh langsingnya diatas patung lilin itu, semakin cepat dan cepat. Memeluk tubuh Kresna dengan erat seiring puncak kenikmatan yang begitu cepat menyapa. Meski hanya diam itu tidak mengurangi rasa nikmatnya saat tubuh mereka bersatu, karena Vio melakukannya dengan cinta.


Tiba-tiba terdengar pintu dibuka dan menampilkan sosok mungil berdiri dibibir pintu. “Ibu...apa ayah sudah bangun?”


Wanita itu beranjak dari sosok lelaki yang kaku membisu, merapikan pakaiannya kemudian menghampiri si gadis kecil dengan senyum lembutnya yang khas. “Belum sayang, biarkan ayah beristirahat...” bujuknya lalu memeluk gadis itu dan menggendongnya penuh rasa cinta.

SELESAI
 
Terakhir diubah:
Tuh kaaaan.. dari awal daku sudah curiga ...
Ternyataaa.... :takut:

#gagaltowewewew :bata:
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Tuh kaaaan.. dari awal daku sudah curiga ...
Ternyataaa.... :takut:

#gagaltowewewew :bata:

Hehehe... makasih udah baca ^^
Wtf wow.. speechless.. imajinatif

Semoga menghibur....terima kasih ^^
keren sist ,,,,,

Makasih yaaa ^^

Wahhh....rilis juga akhirnya :hore:

Selamat yahh :banzai:

makasiiih ^^

Mindfuck everywhere :ugh:

Ga ada maksud kesana sih, me juga ga ngerti soal cerita mindfuck ^^
 
ane mikirin kapan dililininnya ko bisa dalam kondisi konak :hah:

selain itu udah enak banget bacanya :jempol:
 
keren laaaah, tapi sayangnya endingnya gitu.. kurang hot. tapi alur ceritanya bagus. thanks sista.. karangan yang luar biasa
 
wah... mantab. ceritanya hot tapi ngga vulgar.. mantab..!

Yeee...terima kasih ^^

ane mikirin kapan dililininnya ko bisa dalam kondisi konak :hah:

selain itu udah enak banget bacanya :jempol:

Ahahahaha... ga konak kok. kan bisa dikakuin pake lilinnya :p

keren laaaah, tapi sayangnya endingnya gitu.. kurang hot. tapi alur ceritanya bagus. thanks sista.. karangan yang luar biasa

Hehe maaf ya... makasih udah baca^^
salah 1 genre yang jarang ada.. :jempol::jempol:

pasaran kok...soal cinta yg ga terbalas. hehe...
:galau:
Ini..ini..

ahahaha...
mulustrasi nya itu kan ve jkt48 ya sist. ?

Hahaha...iya itu Ve jkt48^^
 
Baru separuh baca sih tapi sejauh in aku dah mnikmati alur yg disaji. Kalau teknis sendiri aku gak bisa kasih kritik sama sekali karena aku lmah banget disitu mbak.
Yang jelas semua adegan runut dan begitu detail. Mau bilang terimakasih juga karena dibeberapa bagian ada yg menginspirasi aku pribadi dalam hal teknik mnulis

So salut. Kalau udah selesai baca semua aku kasih komen lagi yh mba
 
Hmm....Dalem sis... :galau:

Kalo TS-nya cewek, berarti lagi beneran ada cinta tak terbalas nih..atau abis tersentuh nonton drama ??..Hmmm :pandajahat:
Mari neng Om anter jalan2 naek becak biar gak terlalu galau..
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd