Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

PEJANTAN PERKASA update Part 15 A

Part 04B


M
alam itu aku menginap di rumah Bu Liz, sesuai dengan permintaannya. Tentu saja bukan sekadar tidur, tapi juga ngentot dan ngentot lagi. Tengah malam barulah kami selesai dengan kegiatan seksual kami, lalu tidur telanjang sambil saling berpelukan.

Keesokan paginya, Bu Liz masih ingin dikasih “sarapan pagi”. Aku pun mengabulkan keinginannya. Karena aku sendiri ingin ewean lagi dengannya.

Maklum, menyetubuhi bumil itu punya sensasi tersendiri.

Setelah kami sama – sama puas, barulah aku mandi dan menyantap sarapan pagi yang dibuat dan dihidangkan oleh Ibu Elizabeth.

Dalam perjalanan pulang ke hotelku, tiba – tiba aku teringat bahwa Mama Lanny pun sedang hamil tua. Mungkin aku harus pulang ke rumah hadiah dari Tante Sharon itu. Tapi bagaimana kalau Mama Lanny ngajak wikwik nanti ? Powerku sudah terkuras oleh Bu Liz tadi malam dan tadi pagi.

Akhirnya aku pulang ke hotelku saja.

Di dalam kamar pribadiku, barulah aku bisa benar – benar beristirahat. Untuk memulihkan power dan staminaku.


Beberapa hari kemudian ....

Ayah mendatangi kantorku.

Kedatangan Ayah di kantor hotelku tampak lain dari biasanya. Ayah cengar – cengir seperti mau mengatakan sesuatu, tapi tergigit lidah.

Ayah terkadang menganggapku seperti pada teman. Karena memang tiada rahasia lagi di antara Ayah dan diriku. Karena itu aku menduga, mungkin Ayah membutuhkan uang dalam jumlah yang cukup banyak, tapi berat untuk mengatakannya. Karena mungkin merasa bahwa aku sudah cukup banyak mengalirkan uang padanya selama ini. Tapi kalau Ayah memang membutuhkan uang cukup banyak, aku akan selalu siap untuk membantunya.

“Ada apa Yah ? Kok cuma senyam – senyum gitu ? Ada yang bisa kubantu ?” tanyaku.

“Memang ada sesuatu yang perlu ayah sampaikan padamu. Makanya aku mendadak datang ke sini juga, karena ada sesuatu yang penting, “ kata Ayah akhirnya. Tapi tetap belum mengatakan apa sesuatu yang penting itu.

“Heheheee ... apa yang penting itu Yah ?” tanyaku dengan gaya bercanda.

Ayah tercenung sesaat. Lalu berkata, “Kamu pernah menantang ayah untuk menikah lagi kan ?”

“Iya ... iyaaaa ... terus Ayah udah nikah lagi ?”

“Udah. Tapi sampai sekarang belum diapa – apain. Karena ayah akan memprioritaskan kamu Sep. “

“Maksud Ayah ?”

“Maksudnya, ayah sih nanti aja kalau Asep udah kenyang menggaulinya, baru ayah yang akan melanjutkannya. “

“Kok begitu ? “

“Malahan yang satu ini lebih cocok buatmu Sep. Karena usianya baru delapanbelas tahun, masih perawan pula. “

“Haaa ?! Delapanbelas tahun dan masih perawan ?”

“Iya. Makanya sengaja ayah menahan dulu nafsu ayah. Dan ingin agar kamu yang memulainya. Kamu yang harus ngambil keperawanannya. Karena ayah sangat sayang padamu Sep. “

“Hahahaa ... Ayah memang hebat. Perawan pun bisa jatuh cinta pada Ayah. “

“Di zaman sekarang, lelaki tua mendapatkan gadis remaja bukan hal aneh lagi Sep. “

“Terus ... rencana selanjutnya gimana ? Mau Ayah pasrahkan total cewek itu seperti Mama Lanny ?”

“Selanjutnya sih terserah kamu Sep. “

“Dia orang kampung kita juga ?”

“Bukan. Sudah agak ke kota dia mah. Mau lihat orangnya ?”

“Ya iyalah. Biar jelas dulu semuanya. “

“Dia lagi nunggu di mobil tuh. Ajak ke sini ?”

“Boleh, “ kataku sambil berdiri, “Jalannya ke sini Yah. Jangan lewat kantor. “

Ayah pun berdiri dan mengikuti langkahku menuju kamar pribadiku. Lalu kubuka pintu keluar dari kamar pribadiku. “Nanti mobil Ayah masukin aja ke sini. Kalau ada petuygas security yang nanya, bilang aja ayahnya Yosef gitu. “

Ayah berdiri di samping jeepku yang selalu parkir di depan pintu kamar pribadiku.

“Biar jangan salah jalan, Ayah jalan kaki dulu lewat jalan keluar ini. Supaya nanti tidak tersesat, “ kataku.

“Iya deh, “ sahut Ayah sambil melangkah di jalan kecil yang menuju pintu kamar pribadiku itu.

“Ini pintunya takkan dikunci Yah, “ seruku.

“Iyaaa, “ sahut Ayah yang sudah agak jauh meninggalkan pintu kamar pribadiku.

Aku pun kembali ke ruang kerjaku, untuk mengaktifkan laptopku. Hanya untuk memantau kegiatan beberapa pabrik garmentku, termasuk pabrik garment yang sudah dipimpin oleh Aisha.

Masih ada 1 pabrik garment yang baru dibuka dan belum ada orang kepercayaanku ditempatkan di sana. Entah siapa yang akan kurekrut.

Anggraeni sudah kuangkat menjadi direktur hotelku ini. Mayang kuangkat sebagai wakil direktur. Sementara Bu Handayani sudah kuangkat menjadi dirut hotel baruku, atau tepatnya hotel punya Manti, istri pertamaku (tapi Manti menyerahkan 100% hotel itu padaku).

Beberapa saat kemudian terdengar suara Ayah di belakangku, “Ini Sep ... “

Aku menoleh ke arah pintu yang menuju kamar pribadiku yang kubiarkan terbuka sejak tadi. Lalu aku bangkit dari kursi kerjaku. Dan melangkah masuk ke dalam kamarku.

Seorang cewek belia berperawakan tinggi langsing, berkulit putih bersih dan berwajah cantik sekali, berdiri di samping Ayah.

O my God ... ! Cewek secantik dan semuda itu kok bisa jadi istri Ayah ya. Tapi aku langsung teringat, bahwa kakek moyangku telah mengalirkan aura khusus. Aura yang bisa membuat cewek mana pun tunduk dan ... jatuh cinta pada keturunan kakek moyangku ... !

Buat orang lain, mungkin Ayah dianggap luar biasa, karena bisa mempersunting cewek yang sedemikian muda dan cantiknya. Tapi buatku, tiada yang aneh. Karena Ayah pasti menyimpan aura istimewa itu, meski tidak punya ilmu khusus untuk menaklukkan hati wanita.

Lalu Ayah menyuruh cewek itu berkenalan denganku. Dan ketika ia berjabatan tangan, ia menyebutkan namanya, “Ina, “ singkat saja namanya, cuma terdiri dari 3 hurup.

Tapi Ayah menambahkan, “Nama lengkapnya Agustina, Sep. “

“Ooo, lahirnya di bulan Agustus ya ?” cetusku sambil menepuk – nepuk tangannya yang masih berjabatan denganku.

“Iya, “ sahut istri Ayah yang jelita dan masih kelihatan sangat remaja itu, sambil tersenyum. Manis sekali senyum itu. Ada lesung pipit pula di sepasang pipinya.

“Aku harus nyebut apa sama dia Ayah ?” tanyaku kepada Ayah, “Usianya tiga tahun lebih muda dariku. Masa aku harus memanggilnya Mama atau Emak atau Mamie atau Bunda ?!”

“Panggil namanya aja. Gak apa – apa, “ sahut Ayah.

Kemudian Ayah berkata, “Sejak berangkat dari rumahnya tadi, ayah sudah bilang apa yang harus dilakukannya bersamamu Sep. Jadi ayah mau titipkan dulu Ina padamu. Kebetulan ayah mau belanja pupuk dan langsung pulang ke kampung. “

“Berapa hari Ina boleh bersamaku Yah ?” tanyaku.

“Sesukamu aja. Mau seminggu boleh, sebulan juga boleh. Pokoknya selama bersamamu, anggaplah Ina ini istrimu, kata Ayah yang lalu menoleh ke arah Ina, “ Dan Ina juga harus menganggap Asep sebagai suamimu ya. “

Ina mengangguk sambil melirik ke arahku. Lalu tersenyum lagi. Hmmm ... tampak sekali kalau Ina senang dengan “acara khusus” yang dirancang oleh ayahku itu.

Kemudian Ayah pamitan. Mencium dahi Ina dan meninggalkan kamar pribadiku. Menuju minibusnya yang terparkir di samping jeepku.

Setelah minibus Ayah hilang dari pandangan, aku dan Ina masuk lagi ke dalam kamar pribadiku. Kulihat tas Ina tergeletak di dekat pintu. Maka kujinjing tas pakaian itu dan kuletakkan di atas meja makan.

Kuperhatikan Ina Agustina sejenak. Yang saat itu mengenakan celana jeans dan baju kaus hitam. “Bawa baju yang lebih kelihatan cewek gak ?” tanyaku.

“Maksudnya ?” Ina tampak bingung mendengar pertanyaanku.

“Kalau pakai celana jeans gitu kan kayak cowok, “ sahutku.

“Owh ... maksudnya harus pakai gaun gitu ?”

“Ya kalau bawa gaun lebih baik diganti pakaiannya. Biar kelihatan lebih cantik lagi. “

“Hihiiiihiii ... iya, iya. Bawa kok gaun juga, “ sahutnya sambil melangkah ke dekat meja makan, untuk membuka tas pakaiannya.

Pada saat itulah aku dekap pinggang Ina dari belakang. “Kok bisa jadi istri Ayah, bagaimana ceritanya ?” tanyaku sambil menciumi tengkuknya.

“Tadinya Ayah naksir sama Mamah. Tapi sama Mamah malah dibelokkan sama aku. “

“Haaa ?! Begitu awalnya ? Terus kenapa Ina mau aja dijadikan istri Ayah ?”

“Tadinya aku manggil Pa Jaja sama Ayah, “ sahutnya, “Aku menerima saran Mamah, karena Ayah itu sangat baik dan murah hati. Kata Mamah, mendingan juga punya suami yang sudah tua. Biar sayang sama istri. “

“Terus, Ina memang disayang sama Ayah ?”

“Iya. Ayah sangat menyayangi aku. “

“Lantas sudah diapain aja Ina sama Ayah.”

“Belum diapa – apain. Paling juga cium pipi atau dahi kayak tadi. Cium bibir juga belum pernah. “

“Masa sih ?!”

“Sumpah. Memang belum diapa – apain sama sekali. Ayah malah bilang, nanti putranya yang akan melakukan semuanya ... ya Kang Asep ini putranya kan ?”

“Iya. Ayah cuma punya anak dua orang, aku dan tetehku. Kalau nyebut putra, ya aku ini satu – satunya. Mmmm ... jadi sampai saat ini Ina masih perawan ?”

“Iya Kang ... “ Ina menyebutku kang. Padahal statusnya Ina itu ibu tiriku. Tapi malah manggil kang sama aku. Hahahahaaa ... !

“Tapi sebentar lagi keperawananmu akan kuambil. Ina sudah siap ?”

“Siap Kang. Diapain juga sama cowok setampan Kang Asep mah aku siap. “

“Tadi Ayah bilang, selama sedang bersamaku, anggaplah aku ini suami Ina. “

“Iya. Berarti aku ini seperti punya suami dua orang. “

Aku tersenyum mendengar ucapannya itu.

“Sekarang ganti dulu pakaiannya. Biar aku merasa sedang berdekatan dengan cewek. “

“Kang Asepnya menjauh dulu dong. Aku kan mau ganti baju ... “

“Emangnya kalau aku melihat Ina ganti baju kenapa ? Malu ? Kan sebentar lagi juga Ina harus telanjang bulat. “

“Oh iya ya ... “ sahutnya dengan nada lugu.

Lalu ia melepaskan sepatu cat-nya. Melepaskan celana jeans dan baju kaus hitamnya. Sehingga tinggal beha hitam dan celana dalam abu - abunya yang masih melekat di tubuhnya.

Aku terlongong menyaksikan betapa indahnya tubuh Ina yang putih mulus itu. Tapi aku tak mau mengganggunya dulu. Aku bahkan bertanya, “Kok ayahku bisa naksir mamah Ina. Memangnya Mamah itu masih muda ?”

“Mmm ... usia Mamah baru tigapuluhlima tahun. Kan Mamah nikah di usia enambelas. Lalu melahirkanku di usia tujuhbelas. “

“Ooo ... pantesan. Mamah pasti cantik seperti Ina ya ?”

“Iyalah Mamah cantik seperti ... hihihiii ... seperti aku. Emangnya aku cantik di mata Kang Asep ?” tanyanya sambil mengenakan gaun terusan berwarna orange polos.

“Cantik, “ sahutku sambil menjawil dagu Ina, “Cantik sekali. Apalagi setelah mengenakan gaun ini ... jadi kelihatan sekali cantiknya. “

“Terima kasih Kang, “ sahutnya tersipu.

Lalu kutuntun Ina menuju sofa putih yang berdekatan dengan bedku. Di sofaitulah aku duduk, sementara Ina berada di sebelah kiriku.

“Aku yakin, kalau sudah telanjang Ina akan lebih menggiurkan lagi, “ kataku sambil memijat – mijat lutut kanannya.

“Kalau aku sudah harus telanjang, tinggal ngomong aja Kang. “

“Sebentar lagi. Mmm ... Ina sudah pernah lihat kontol Ayah ?”

“Iiiih ... boro – boro. Sepanjang hidupku sampai detik ini, aku belum pernah lihat alat kelamin cowok Kang. “

“Mmm ... kalau Ina tinggal bersamaku sampai lebih dari tiga bulan, mau gak ?”

“Mau aja. Tinggal bersama cowok tampan seperti Kang Asep pasti selalu menyenangkan. “

“Lalu kalau Ina hamil nanti gimana ?”

“Kalau Kang Asep mau aku hamil, ya hamilin aja. Kan istri pertama Ayah juga dihamilin sama Kang Asep ya ?”

“Hihihiiii ... iyaaaa ... memangnya Ayah pernah cerita soal itu ?”

“Pernah, “ Ina mengangguk, “bahkan pernah cerita juga kalau istri pertama Ayah sudah diserahkan sepenuhnya kepada Kang Asep, karena Ayah sangat menyayangi dan menghargai Kang Asep. “

“Ina mau kalau diserahkan juga sepenuhnya padaku ?”

“Gak berani jawab. Karena yang punya wewenang itu Ayah. “

“Iya, misalkan Ayah memutuskan untuk menyerahkan sepenuhnya Ina kepada diriku, apakah Ina mau menerima atau menolak ?”

“Aku gak berani membantah kepada Ayah. Gak berani membantah kepada orang yang sudah begitu menyayangiku. “

Aku cuma tersenyum. Tapi diam – diam aku sudah menurunkan kancing zipper celana panjangku. Lalu diam – diam kusembulkan kontolku yang sudah ngaceng ini (karena sudah membayangkan bakal belah duren).

Ina Agustina tidak menyadari perbuatanku ini, karena aku melakukan kenakalan ini sambil menutupinya dengan bantal sofa. Lalu kupegang tangan kanan Ina sambil meremasnya dengan lembut. Dan perlahan – lahan kutarik lalu kutempelkan telapak tangannya ke kontol ngacengku.

“Waaaaw ... apa ini Kaaaang ?” pekik Ina tertahan.

“Kan katanya belum pernah melihat kontol. Inilah kontolku. Peganglah ... supaya akrab dulu dengan tanganmu, sebelum akrab dengan memekmu nanti ... peganglah ... takkan menggigit kok ... naaah ... gituuu ... “

Akhirnya Ina memegang kontolku dengan tangan gemetaran.

“Kontolku ini kalau sudah dientotkan ke liang memek Ina, pasti enak sekali rasanya. Pasti Ina bakal ketagihan ... “ bisikku pada saat Ina masih memegang kontolku sambil memperhatikannya.

Ina cuma mengangguk – angguk lugu.

“Di atas bed aja yuk, “ ajakku setelah Ina melepaskan kontolku dari genggamannya.

Ina langsung berdiri dan mengikuti langkahku menuju bed.

Setelah sama sama duduk di atas bed, aku berkata, “Nah ... sekarang kita harus sama – sama telanjang ya. “

“Iya Kang, “ sahut Ina yang tampaknya sangat penurut itu.

Lalu aku menanggalkan segala yang melekat di tubuhku, sementara Ina pun melakukan hal yang sama.

Dan aku terpukau setelah menyaksikan sekujur tubuh Ina yang sudah telanjang bulat itu. Sungguh tubuh yang ideal. Tidak gemuk tapi juga tidak kurus. Toketnya tidak gede, tapi juga tidak kecil. Begitu pula bokongnya, tidak gede tapi juga tidak tepos. Semuanya proporsional.

Tubuh yang proporsional itulah yang kudambakan selama ini. Ditambah lagi dengan wajahnya yang cantik, punya hidung mancung meruncing (bukan mancung kayak jambu bol), mata yang bening dan agak sipit, pipi yang punya lesung pipit kalau tersenyum, bibir yang agak tebal namun berbentuk sangat indah dan sensual.

Sosok seperti Ina ini cocok untuk kumiliki, bukan sekadar dijadikan tempat melampiaskan nafsu birahi belaka. Namun tentu saja hal ini cukup kusimpan di dalam hati saja. Karena secara resminya, Ina ini milik Ayah. Meski Ina belum diapa – apain oleh Ayah, namun tetap saja Ina ini milik Ayah.

Ketika pandanganku terarah ke memeknya, aku tersenyum menyaksikan memek berjembut itu. Belakangan aku senang juga pada memek berjembut. Karena memek berjembut itu seperti mengandung misteri dan sensasional. Terlebih kalau teringat pada lukisan – lukisan perempuan telanjang yang dibuat oleh para pelukis terkenal di dunia. Semua lukisan itu memperlihatkan memek yang berjembut. Bukan memek yang gundul.



Aku memulainya dengan menghimpit tubuh putih mulus dan proporsional itu. Lalu mencium dan melumat bibir sensualnya.

Ina pun mendekap pinggangku dengan tubuh mulai menghangat. Terlebih setelah aku menjilati leher jenjangnya, semakin erat juga Ina mendekap pinggangku.

“Nanti memekmu akan kujilatin Ina ... supaya basah dan licin, supaya tidak sakit waktu kontolku dimasukkan ke dalam memekmu, “ ucapku sambil memainkan toketnya yang terasa masih sangat fresh ini.

“Iya Kang ... lakukan aja semua yang menurut Kang Asep harus dilakukan, “ sahut Ina.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd