Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG PENGIKUT ALUR (A SLICE OF LIFE & SEX)

Bidadari pendamping Yas favorit suhu di sini?

  • Inne

  • Dita

  • Ojay


Hasil hanya dapat dilihat setelah memilih.
Bimabet
8

Pagi itu begitu sejuk, suara burung bersahut-sahutan serta menari-nari di atas genting. Suara kicauan yang syahdu dan hal-hal lainnya sangat mendukung untuk menjadikan pagi terasa istimewa.

Dita sesekali naik ke lantai atas hanya untuk memastikan Yas masih tertidur atau sudah bangun. Memang waktu itu Dita bangun lebih cepat, karena memang semalaman ia diselimuti oleh perasaan bersalah dan memutuskan tidur di kamarnya sendiri.

“Hhh... syukurlah...” ucap Dita.

Ia membuka pintu kamar Yas dengan pelan takut mengganggu. Namun, saat kepalanya masuk ia masih melihat Yas tertidur pulas.

Kemudian ia pun turun lagi ke bawah sembari mengerjakan sesuatu untuk sekedar mengalihkan perasaan bersalahnya. Ia pun menyapu lantai dan membersihkan beberapa barang dengan lap.

“Assalamu’alaikum...” ucap seseorang setelah mengetuk pintu dan langsung masuk begitu saja.

“Wa’alaikumsalam...”

“Eh, Non Dita... nginep di sini? Udah atuh sama Bude aja itu beres-beresnya...” ucap Bude yang langsung menghampiri Dita.

“Iya Bude nginep di sini di suruh teteh hehe...” jawab Dita.

Bude pun langsung mengambil sapu di tangan Dita dan melanjutkannya.

“Mbok yo uwis tho Non rausah bersih-bersih segala, ini kan tanggungjawab Bude tho...” ucap Bude.

“Hehe... gak apa-apa atuh Bude, lagian aku juga bosen...”

“Ish, gak enak Bude ke Non Inne sama Mas Yassar...”

Bude pun tersenyum dan terus melanjutkan pekerjaannya.

“Iki lho Bude bawa masakan, pasti belum makan tho?” tanya Bude.

“Belum, Bude... tadi niatnya udah nyapu mau nyari sarapan hehe...”

“Lholho... rausah repot-repot. Iki lho Bude wis bawain... tinggal dimaem...”

“Iya Budeee... nanti deh bareng nunggu Aa...”

“Oh iyooo... mana Mas Yassar, Non?”

“Masih tidur, Bude...”

“Libur toh kerjanya?”

“Kayaknya libur sih, Bude. Gak tau setengah hari kerjanya...”

“Ooohhh yo wis, dibangunin dulu Masnya, suruh sarapan dulu kata Bude...”

“Iya Budeee...” jawab Dita.

Dita pun kembali ke lantai atas dengan ragu, ia pun sesekali memainkan ujung bajunya seraya melangkahkan kaki.

*toktoktok*

“Aaa... udah bangun belum?”

“Sarapan dulu kata Bude...” ucap Dita.

“Aaa???”

Setelah beberapa kali mengetuk dan memanggil tak kunjung ada jawaban. Akhirnya Dita pun membuka pintunya dan masih melihat Yas tertidur.

Perlahan ia pun mendekati Yas. Nafas Yas tenang teratur dalam tidurnya. Di sampingnya tergeletak ponsel yang menampilkan halaman spoti sedang memainkan lagu MCR, Disenchanted.

Tak lama, ponsel Yas berubah nada, menjadi nada panggilan video call dari Inne. Dita pun semakin berani membangunkan Yas untuk alasan itu.

“Aaa... Aaa... bangun, A!”

“Itu teteh vc...”

Ucap Dita seraya menggoyang-goyangkan tubuh Yas.

“Hmmm...” perlahan Yas pun berdehem dan mulai membuka mata setelah merenggangkan kedua tangan dan kakinya terlebih dahulu.

“Hooaammm...” sesaat setelah kesadarannya berkumpul ia melihat ke arah Dita yang sedang tersenyum memandanginya.

“Jam berapa, Neng?” ucap Yas dengan suara baritonnya.

“Jam 8...”

“Itu teteh vc angkat dulu...”

“Hah?” tangan Yas pun langsung bergerak mencari ponsel dan langsung mengangkatnya.

“Halooo...” ucap Yas masih dengan suara baritonnya.

“Uuuhhh... suara favorit aku... hihi...” ucap Inne di vc.

“Baru bangun sayang?” sambungnya.

“Iya baru bangun ini, capek, hehe...”

“Si Neng udah bangun belum?” tanya Inne.

“Udahhh... udah bangun...” Jawab Yas seraya melihat ke arah Dita yang tersenyum.

“Tuh...” ucap Yas seketika membalikan kameranya.

“Heh! Ngapain di kamar pacar akuuu?” tanya Inne pada Dita.

“Ih apa... orang Neng disuruh bangunin Aa sama Bude... suruh sarapan dulu...”

“Ooohhh... hahaha... ya udah atuh jangan ngambeeeuuukkkk...”

Kemudian Yas pun menyerahkan ponselnya ke Dita, sedangkan ia mengambil handuk dan digantungkan di pundaknya untuk ke kamar mandi.

“Sayang cuci muka dulu, sikat gigi... ke air dulu...” ucap Inne.

“Iyaaa...” jawab Yas.

“Iya itu Aa lagi mau ke air Teh...” sambung Dita.

“Aa...!!! Neng nunggu di bawah yaaa...” ucap Dita pada Yas yang sudah di kamar mandi.

“Heemmm...” jawab Yas.

Sedangkan Dita dan Inne melanjutkan perbincangannya di video call sembari melangkah untuk ke bawah lagi.

“Non Inne toh iku Non Dit?” tanya Bude yang sudah selesai menyapu.

“Iya Budeee... nih...” Dita memperlihatkan Inne ke Bude.

“Halooo Budeee... sehat?” ucap Inne.

“Alhamdulillah, Non. Ya Allah wes kangen Bude, cahyuuu...”

“Haha... iya bentar lagi aku pulang Budeee...” jawab Inne ceria.

Mereka pun bercakap-cakap bertukar kabar dengan riang.

“Iku lho bojomu... ora kangen nggelendoti tah...???” goda Bude.

“Hihi... sssttt ada anak kecil Budeee...”

“Hahaha lhoh iyooo Non Dita e manyun...”

“Hahaha...”

“Non Inne pengen disiapin opo mangke?” tanya Bude.

“Gak usah Budeee... itu aja kamar sprei nya laundry ya Budeee punteeennn...”

“Hihi... siap, Non...”

Saat mereka sedang ramai berbincang dan bercanda, Yas pun turun dengan menenteng rokok di tangannya.

“Iku lho, Mas. Wis tak siap aken sarapan e karo Non Dita...” ucap Bude.

Yas pun tersenyum.

“Nggih, matur suwun Budeee...” jawab Yas.

Yas pun duduk di samping Dita dan bersiap menyantap sarapannya.

“Makan dulu, Neng ayo,” ajak Yas.

Dita pun mengiyakan sembari masih berbincang dengan Inne.

“Yang ngantor kan hari ini?” tanya Inne.

“Iya ngantor nanti siang...”

“Aku boleh ikut Aa nggak, Teh?” sambung Dita.

“Bolehhh... ya udah sok ikut aja daripada keluyuran gak jelas...”

“Emangnya Neng gak ada kelas?” lanjut Inne.

“Nggak ada, Teh...”

“Ya udah sok bilang ke Aa...” jawab Inne.

“A, boleh?” tanya Dita.

Yas mengangguk sembari memasukan suapan lontong sayur ke mulutnya.

“Teteh kenapa belum tidur? Di sana kan udah jam 2 pagi...”

“Eeemmmhhh coba tanya Aa...”

“Kenapa, A?” tanya Dita pada Yas yang masih asyik menikmati sarapannya.

“Begadang nonton selingkuhannya...” jawab Yas datar.

“Heh! Hahaha...” tawa Inne.

“Hah? Apasih?” tanya Dita bingung.

“Lagi nugas sambil ngedrakor sayang...” jawab Inne.

“Ooohhh... pantes Aa jawab gitu... hahaha...”

9

Sesampainya di ruangan Yassar, Dita hanya duduk-duduk saja di sofa sembari melihat-lihat majalah yang ada di sana. Ia sungkan mengajak berbincang Yas karena sedang fokus menatap layar laptonya.

Sesekali ia melihat ke meja yang ada di hadapannya kurang lebih 2 meter. Di meja itu terdapat nametag “Chyntia Jayanti General Manager Assistant”. Di ruangan itu hanya Yas dan Dita saja. Dia memperhatikan sekeliling, di sana terdapat tiga meja yang saling berhadapan yang salahsatunya sedang didiami oleh Yas.

“A, itu satunya meja siapa?” tanya Dita sembari menunjuk ke arah meja yang dimaksudnya.

“Itu mejanya Mbak Dhea.”

“Ooohhh, di ruangan ini cuman tiga orang aja?”

“Iya.”

“Mbak Chyntia kok gak ada, A? Nggak kerja?”

“Adaaa... lagi di ruangan CEO.”

“Ooohhh...” ucap Dita mengangguk.

“A, Neng ke toilet dulu pengen pipis, hehe...” ucapnya kemudian setelah hening beberapa saat.

“Heem, sok, hati-hati...”

“Okeee...”

Dita pun langsung beranjak menuju pintu hendak ke toilet. Saat ia keluar, sudut matanya sekilas menangkap sesosok perempuan yang sedang menuju ke arahnya. Tapi, ia mengabaikannya karena sudah kebelet.

“Siang, Pak Yassar...” ucap Dhea yang memasuki ruangan.

“Siang, Dhea...” jawab Yas ramah.

“Eh, Pak! Siapa tuh?”

“Siapa?”

“Yang barusan keluar... hihi...”

“Ooohhh adekku itu...”

Dhea mengangguk seraya tersenyum.

“Mbak Chytnia lagi approval ke Bu Ratna, Mas... lagi dicheck barusan...”

“Oh iya? Hebat juga...”

“Siapa dulu dong gurunya... hahaha...” ucap Dhea.

“Bentar lagi juga ke sini katanya,” sambungnya.

Yas pun mengangguk. Dhea langsung larut dalam pekerjaannya.

*ting...* suara notif di ponsel Yas.

“Mas, udah di kantor?”

“Udah,” balas Yas.

Tak lama kemudian, Ojay pun masuk ke ruangan dengan wajah berseri-seri dan langsung menghampiri Yas yang masih sibuk dengan laptonya. Dhea hanya tersenyum saja melihat tingkah Ojay, baginya sudah biasa melihat kedekatan Ojay dan Yas di ruangan ini, sudah makanan sehari-hari. Hahaha kasian ya Dhea...

“Mas! Aprroved dong... hehehe...” ucap Ojay seraya mendekatkan wajahnya ke Yas.

“Waw! Keren sekali Mbak Bos Lite ini... hahaha... selamat-selamat, haha...”

Yas dan Ojay tak bisa menyembunyikan rasa bahagianya atas keberhasilan itu. Posisi Yas memang masih duduk di mejanya, sedangkan kedua tangan Ojay bertumpu pada ujung meja seraya wajahnya dicondongkan ke arah Yas sehingga jarak keduanya begitu dekat sekali.

“Wah-wah saya sedang melihat kebahagiaan antara guru dan murid nih, hahaha...” ucap Dhea seketika.

“Selamat ya, Mbak! Hehe...” sambungnya pada Ojay.

“Hihihi... sama-sama Mbak Dhea, makasih udah mau dipuyengin aku... hahaha...” jawab Ojay.

“Pak Yassar kali Mbak yang dipuyengin mah,” ucap Dhea.

“Sudah jelas Mas-mas ini mah harus mau dipuyengin aku... hahaha,” kata Ojay sembari mencolek pipi Yas.

*cklekkk...* suara handle pintu berputar.

Seketika Ojay langsung melihat ke arah pintu, tak ada lagi yang masuk ke ruangannya bila semua personil sudah berkumpul lengkap selain ada janji terlebih dahulu. Dhea pun demikian, dan Dita pun kembali memasuki ruangan setelah dari toilet.

Dita sedikit tercekat dan kaget saat melihat ke arah Yas yang sedang tertawa-tawa dengan Ojay. Bahkan, di wajah Ojay masih tersisa senyuman saat melihat ke arah pintu. Bagai bingung harus melakukan apa, Dita akhirnya hanya berdiri mematung saja beberapa saat.

“Duduk, Mbak. Jangan bengong, hihi...” ucap Dhea memecahkan keheningan.

“Eh! I-iya, Mbak.”

Dita pun menundukan pandangannya tak berani menatap lagi ke arah Yas dan Ojay seraya kembali duduk di sofa.

Ojay langsung menatap Yas seakan meminta penjelasan, Yas pun menatap balik dengan sisa senyumnya. Ojay hanya mengangkat kedua alisnya seraya memandang Yas. Ia pun kemudian berjalan ke arah Dita.

“Ekhm...” ucap Ojay saat menghampiri Dita.

Dita pun menaikan wajahnya ke asal suara tersebut. Setelah melihat itu adalah Ojay, ia langsung mengangguk tersenyum dan menggeser duduknya secara reflek.

“Hai...” ucap Ojay.

Yas sedari tadi memperhatikan meskipun matanya fokus ke layar laptop, terlihat Yas beberapa kali menahan senyum melihat itu. Sedangkan Dhea hanya menggeleng-gelengkan kepalanya sembari tersenyum.

“Halo, Mbak...” jawab Dita masih kaku.

“Udah tau aku kan?” tanya Ojay sembari menjatuhkan pinggulnya ke sofa.

“Tau, Mbak,” jawab Dita seraya tersenyum meskipun terlihat tidak natural.

“Siapa coba?” pancing Ojay.

Kali ini Yas nyengir mendengar itu, tapi ia tutup dengan tangannya.

Dita terlihat gelagapan ditanya seperti itu oleh Ojay.

“Eeeuuu... rekannya A Yassar...”

“Bukan,” jawab Ojay cepat.

Dita wajahnya semakin tegang dan mulai terlihat gusar.

“Aku mahasiswanya Mbak kamu...”

“Hah? Ooohhh iya-iyaaa... hehe...” jawab Dita dengan ekspresi yang lucu.

Ojay menoleh ke arah Yassar yang menutupi bibirnya dengan tangannya. Sesaat mata mereka bertemu, Ojay memberikan ekspresi sinis kepada Yas yang membuatnya semakin tertawa kecil menunduk.

“Gimana Bu Inne kabarnya?”

“Baik, alhamdulillah sehat...”

“Kamu gimana?”

“Baik juga, Mbak...”

“Kok Mbak?”

Dita melihat Ojay dengan sedikit mengernyitkan dahi.

“Aku belum setua itu buat dipanggil Mbak kok,”

“Ooohhh, iya, Kak...”

“Nah gitu dong, nah kalo itu panggilnya Mbak aja, udah pantes soalnya...” ucap Ojay sembari menoleh ke arah Dhea.

Dhea pun tertawa kecil.

“Halo Mbak...” ucap Dita mengangguk ramah ke arah Dita.

“Ya sudah, aku kerja lagi ya Dit. Gak papa kok di sini nungguin Kakakmu kerja, haha...” ucap Ojay seraya menepuk pundak Dita dan langsung berjalan ke arah mejanya.

“Iya, Kak. Makasih...” jawab Dita tersenyum.

Suasana pun kembali hening, semuanya sudah larut ke dalam pekerjaannya masing-masing, termasuk Dita yang kini sibuk dengan ponselnya.

*ddrrtt...* ponsel Yas bergetar ada notif masuk.

“Nyebelin!”

Sebuah pesan masuk ke Yas dari Ojay.

“Tadinya mau aku ajak makan di X sekalian jalan-jalan, tapi nanti aja deh, gak jadi,” pesan selanjutnya.

“Hahaha... kenapa gak jadi? Hayu aja nanti pulangnya,” balas Yas.

“Jangan kau tutupi kepintaranmu dengan kebegoan Mas, greget aku! Hiihhh...!!!”

Yas pun membacanya dengan tersenyum seraya melihat ke arah Ojay. Ojay pun melihat ke Yas dan menjulurkan lidah setelah melihat dulu ke arah Dita dan Dhea yang sedang sibuk masing-masing.

Dita yang merasa kikuk pun akhirnya hanya bisa pasrah memainkan ponselnya dan mengirimi pesan kepada Yas.

“A, Neng boleh maen nggak?”

“Mau ke mana? Sama siapa?”

“Di sini canggung iiihhh... gak betah gak mau... minta dijemput sama Dela...”

“Beneran sama Dela?”

“Iyaaa ini Delanya lagi otw sini...”

“Ya udah sekalian dianterin ke luar, Aa mau nyari kopi.”

“Ya udah hayu.”

Yas pun bangkit, Dita merapikan kerudungnya dan bercermin menggunakan kamera ponselnya.

“Jay... aku beli kopi dulu ya... sekalian nganterin Dita ke temennya...” ucap Yas.

“Eh? Mau ke mana?” kata Ojay memandang ke arah Dita.

“Mau ke temen dulu, Kak. Hehe...” jawab Dita.

“Bosen ya di sini gak ada yang ngajakin ngobrol pada sibuk masing-masing...” kata Ojay.

“Nggak kok, Kak. Emang mau maen aja, hehe...”

“Oh, ya udah, hati-hati yaaa...” ucap Ojay.

Dita tersenyum mengangguk.

“Mas, aku nitip dong,” ucap Ojay kemudian seraya berjalan ke arah Yas.

“Boleh, mau apa?”

Ojay pun mendekatkan wajahnya ke telinga Yas, ia pun berjinjit dan Yas menunduk.

Dita melihat itu tanpa mengarahkan kepalanya, jadi terlihat seperti mendelik.

“Ya, Masss...???” kata Ojay kemudian setelah membisikan sesuatu kepada Yas.

“Okeee...”

“Dhea mau nitip nggak?” tanya Yas pada Dhea.

“Mmm... nggak deh, Pak, makasih... hihi...”

Yas pun berjalan bersama Dita ke arah pintu, saat Yas menghampiri Dita, tangan Dita sudah menyambutnya untuk dikalungkan di lengannya.

“Mas! Jangan lama yaaa... udah laper soalnya, hehehe...” ucap Ojay saat tangan Dita mengalungkan tangannya ke lengan Yas.

Yas hanya mengangkat jempolnya ke arah Ojay dan keluar dari ruangan itu. Yas sebenarnya ingin tertawa melihat kecanggungan antara Dita dan Ojay sedari tadi. Namun, ia tetap menahannya demi keprofessionalan. Wkakakak.

“A, Kak Ojay manis yaaa...” ucap Dita saat mereka berada di warung kopi sembari menunggu Dela.

Yas mengangkat alisnya dan menghisap rokoknya.

“Gak naksir, A?” sambungnya seraya mencubit perut Yas.

“Lholholho, dapet teteh juga udah bersyukur...”

“Dapet teheh, sekalian Adeknya...” sambung Yas nyengir.

“Huuu... dasar!” jawab Dita seraya menyenderkan kepalanya ke dada Yas.

“Kak Ojay nitip apa sih? Kok sambil bisik-bisik gitu?” tanya Dita kemudian seraya menatap Yas.

*krrriinngggg...* ponsel Yas berdering menandakan ada panggilan masuk.

Yas menempelkan telunjuk di bibirnya ke arah Dita.

“Halo Masdooottt... ooohhh iyo-iyo masdoottt bisa diatur... sore kien sih bisa Masdooottt... yo wes ningendi? Iyooo-iyooo wokeee...”

Kemudian Yas pun menutup teleponnya. Dita melambaikan tangannya ke sebelah kiri, temannya sudah tiba untuk menjemputnya.

“A! Delanya udah dateng...” kata Dita seraya menarik lengan Yas untuk menghampiri Dela.

“Kak! Hehe...” sapa Dela pada Yassar.

“Eh, Della... mau pada main ke mana nih?” tanya Yas.

“Gak tau kak nih Dita tiba-tiba ngajak main, bete katanya...”

“Eh!” kata Dita yang langsung menyekap mulut Dela.

“Yuk! Yuk! Ah cepetan keburu tutup nanti...” sambung Dita.

“A... Neng berangkat yaaa...”

“Pulangnya ke rumah,” jawab Yas.

“Iyaaa, tapi ke kosan dulu, bawa baju sama laptop.”

“Sama Dela?” tanya Yas.

“Iyaaa sama Dela...”

“Iya Kak sama aku, santai, Kak... hehe...” tambah Dela.

“Ya udah, pulangnya kapan? Jemput nggak?”

“Iya jemput, jam 7 an deh...”

“Ke kosan?”

“Iyaaa ke kosan ajaaa...”

“Yuk, Del!” Ajak Dita yang sudah menaiki motor Dela.

“Dadahhh Aa...” ucap Dita dan Dela bersamaan.

(bersambung)
 
Terakhir diubah:
Matur suwun sajianipon hu, pokonya di tunggu terus lanjutannya....
 
Pas liat suhu membalas komen yg minta pov inne selingkuh, jadi makin penasaran saya suhu...
Maaf suhu, Ntah kenapa saya srek nya yasar sama ojay suhu..
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd