Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Perubahan Pacarku Yang Cantik

PART 18 : Conclution


Aku lagi di sebuah hotel daerah dago malam itu, dengan serius mempersiapkan sidang skripsiku yang akan dilaksanakan lusa. Sengaja booking kamar 2 malam, agar jauh dari gangguan. Tak ada yang tahu aku disini. Aku memang menghindari pacarku, aku ga mau ribut saat ini. Masih terasa sakit sekali hatiku saat tahu dia threesome dengan 2 bajingan itu dikamarku sendiri. Bahkan sampai di anal segala. Aku saja pacaranya yang sah belum pernah merasakan boolnya.

Marscha tidak tahu kalau dia bersalah, makanya dia bete dan marah-marah. Dia tahu aku sudah di Bandung, makanya dicari terus. Makanya aku menghindar dengan cara booking hotel. Karena benar saja, kata penjaga kostku hari ini dia seharian menungguku di kost. Untung aku kabur, karena ga mau ribut berantam. Nantilah semua dibereskan setelah sidang selesai.

Tiba-tiba sebuah telpon menghubungiku. Aku memang tidak mau angkat telpon dan balas pesan karena ingin fokus. Tapi telpon yang satu ini terpaksa aku angkat, karena sudah telp sampai 10 kali. Jadi pensaran juga.

"Heh, lagi di mana lu?" Sebuah suara wanita dari ujung sana.

"Kenapa? Gw lagi bertapa nih. Persiapan sidang. Lu ganggu aja"

"Gw mau kasih berita penting. Ya udah kalau ga mau. Bye"

"Ya elah, apaan sih? Buruan"

"Ya udah, sekarang gw kasih tahu nih. Barusan gw ketemu ama Marsha, gw liat di hapenya dia, si Ringgo ngajakin jalan dia ke karaoke"

"Hah?? Yang bener??"

"Bener, Bil, sumpah deh"

Aku pun merasa geram mendengarnya.

Yang telp barusan adalah Sherry, sahabat pacarku (Ya sampai sekarang Marscha masih kuanggap pacar, karena kami belum ada kata putus).

"Gimana nih? Mau lu biarin aja apa gimana? Katanya mau kasih pelajaran ke Ringgo. Gw sih udah laporan, gw serahin ke lu aja gimana kelanjutannya"

"Mereka pergi ke karaoke mana?"

"Yang kemaren gw ceritain, sama"

Aku manggut-mangut, karena yang ditunjukkan oleh Sherry adalah karaoke tempat temanku Dido bekerja. Setelah bersabar selama ini, sekaranglah saatnya untuk menyelesaikan permasalahan ini. Rasa dendam sudah menyelimutiku. Bodo amatlah sidang skripsi. Bisa ntar persiapannya lagi setelah balah dendam.

Oh iya, aku memang sudah buat daftar rencana pembalasan ke semua cowo yang pernah memanfaatkan Marsha. Ada rencana yang sudah 100% matang, tapi ada yang masih 50%. Rencana pembalasan ke Ringgo yang masih 50% karena ada sampai 3 rencana pembalasan (yang ga jauh-jauh dari rekaman CCTV di kost).

"Si Marsha baru berangkat kan?"

"Kayaknya sih gitu, mau lu samperin?"

"Iye, bakal gw selesaiin sekarang juga"

"Widih, akhirnya, ya udah, gw ikut deh"

"Oke, ketemu di lokasi aja ya, tapi jangan sampai Marsha atau Ringgo tahu"

"Siap, Bos. Gw bawa si Thomas juga soalnya. Takut kalian berantem"

"Sip, kasih tahu gw kalau lo udah nyampe"

Kemudian aku pun menghubungi Dido temanku.

"Do, lo inget ama Marsha, kan?"

"Ya inget lah, gak bakal gw lupain"

"Kayaknya itu mereka bakal ke sono lagi deh"

"Oke, siap. Gw pantau apa gimana?"

"Lo punya temen2 gak di sono?"

"Banyak lah, gw kan jadi manager on duty di sini, bisa lah gw kerahin orang2"

"Sip, tapi ntar aja ya. Bilang aja mau ngegerebek istri selingkuh"

"Sip, siap, 86"

"Kalau mereka nyampe kasih tahu yak"

"Siap, Bos!"

Setelah itu, entah bagaimana otakku pun seolah mengalir sebuah rencana yang luar biasa. Mungkin karena sudah habis energi terpusat ke ringgo selama ini, jadinya rencana brilian munvul begitu saja.

Aku lalu menghubungi Putri.

"Put, lagi ngapain?"

"Oh, hai, A', Putri lagi di rumah aja nih?"

"Gak maen ama pacarnya, emang?"

"Tauk tuh, katanya sakit, flu berat gitu, tapi pas Putri mau jenguk gak boleh"

Dari nadanya terdengar Putri agak kesal.

"Ya, mungkin dia nggak mau kamu ketularan kali. Kan sekarang virus2 berbahaya."

"Emangnya Putri ini bukan pacarnya dia?? Kan Putri khawatir juga. Bete nih jadinya"

"Jangan nangis dong, Putri manis. A' Billy ajak karaoke happy2 mau gak?"

"Hmm... Karaoke beneran? Emang A' Billy nggak lagi ama pacarnya nih"

"Ya beneran lah, masa bo'ongan. Tauk nih, pacarnya A' Billy lagi ada urusan katanya, nemenin nyokapnya belanja. Makanya A' Billy bete juga nih sendirian di kosan. Kebetulan temen A' Billy ada yang jadi manager on duty di karaoke, mau kan Putri ikut ke sono?"

"Ya deh, daripada bete di sini, mending Putri karaoke teriak2 nyanyi lagunya BTS"

"Nah, gitu dong. A' Billy jemput sekarang ya"

"Oke! Putri mau dandan yang cantik dulu"

"Tapi jangan lama2, ntar A' Billy datang langsung cus. Takutnya penuh kalau kemalaman"

"Iya, A' Billy sayangku yang bawel"

"See you!"

Aku jemput Putri, dia cantik sekali malam itu. Dengan dress ketat warna hitam belahan sedikit rendah, dan roknya 10 CM diatas lutut. Baru kali ini aku lihat perempuan polos ini berpenampilan sexy. Mukanya yang imut seolah perpaduan kepolosan dan kesexian. Ingin rasanya langsung aku telanjangi di mobil dan anal dia lagi. Tapi aku memilih untuk langsung tancap gas ke tempat karoke.

Sebelumnya Dido sudah ngabarin kalau Marscha dan ringgo ada di room mana. Dido sudah siapkan room mereka tepat disebelah room tempat aku dan Putri akan karoke. Aku tak memperdulikan Sherry dan pacarnya ada dimana, karena aku hanya fokus ke misi pribadiku.

Jadilah aku masuk ke room dan langsung pilih beberapa lagu untuk membuat Putri ga curiga. Putri langsung bernyanyi dan berjoget dengan riang saat lagu favoritnya diputar. Benar-benar sexy nih anak kalau sudah bergoyang tanpa malu begini.

Sambil bernyanyi, sesekali aku cek laporan wa dari Dido. Jadi Dido sebelumnya masangin bluetooth ke pen-cam diruang karoke itu. Ide ini muncul karena aksi sebelumnya pas mergokin peselingkuhan Marscha (bahkan Dido dapat bonus saat itu bisa lihat tubuh telanjang dan rasakan oral sex Marscha).

Aku bilang ke Dido jangan masuk ke room kalau ada panggilan order makanan atau minuman, karena takutnya dikenal. Makanya Dido pasang kamera dan melaporkan via wa.

Aku: "Oke, kabarin terus ya Bro"

Dido: "Siap, Bro! Gw update kalau mereka sudah bugil”

Aku bilang ke Dido kalau mereka pasti akan sampai ML. Jadi kabari kalau sudah sama-sama telanjang, biar aku masuk. Aku deg-degan menunggu moment tersebut, walau sambil bernyanyi, tetap aja ga bisa konsentrasi. Putri sampai kesal saat aku lupa baca lirik lagu.

D: "Btw cewe yang lu bawa cakep banget bro. Bisa gw pakai ga? Hehehe"

A: "Dasar mesum lo! Tugas dulu tunaikan, Bro!"

D: "Ahsiyaaaap!"

Sambil karoke bareng Putri, Pikiranku semakin melayang ke mana-mana, entah apa yang terjadi di dalam ruangan sebelah. Dan aku rada deg-degan dengan rencana yang aku susun. Rencana yang sangat keren menurutku.

Sengaja aku pesan alkohol untuk menambah keberanianku, dan juga aku tawarkan ke Putri. Aku tak ingin membuatnya mabuk, hanya ingin membuatnya lebih berani saja. Karena sebentar lagi dia akan ambil peran penting.

D: "Bro, mereka sudah mulai cipokan"

D: "Pacar lu binal amat, kontol cowonya di remas-remas"

D: "Tubuh pacar lu memang mantap bro. Sorry ini, gw jujur. Enak banget itu cowo bisa grepe-gerpe"

D: "Bro, celana dan CD cewe lu sudah dibuka. Ditelentangkan diatas sofa karoke. Mulus bro.

D: "Anjislah, harus dilaundry itu sofa"

Demikian wa dari Dido. Aku ikut horny juga membayangkanya. Maka perlahan aku goda Putri yang lagi asyik nyanyi. Aku remas-remas dadanya, sambil aku cium-cium leher belakangnya. Dia merasa geli, tapi masih melanjutkan menyanyi lagu kesukaanya.

Aku masukan tanganku kedalam bajunya, dan langsung masuk kedalam bra nya. Aku remas lembut sambil aku mainkan putingnya. Saat itulah dia berhenti menyanyi, dan memejamkan mata menikmati.

Ingin aku menikmati lebih lama. Tapi wa dari dido membuatku harus menyudahi, karena dido mengabarkan kalau saat ini Ringgo sudah bugil dan sedang dioral oleh Marscha.

“Aa ke kamar mandi sebentar ya...Nanti balik lagi..” Aku bilang ke Putri yang lagi kentang. Aku cium dengan liar bibir mungil wanita polos ini. Kemudian berlalu. Sebelum keluar pintu, aku lihat dia kembali bernyanyi. Karena memang sampai 5 lagu kedepan lagi favorit dia.

Pas keluar, aku lihat Dido dan 2 orang security sudah berada didepan pintu room. Aku hanya mengganggukan kepala ke Dido, lalu berjalan ke room tempat pacarku. Dengan bantuan kunci dari security, aku bisa masuk kedalam. Aku tendang pintu dengan kencang sambil teriak: ANJING!!!!!!

Marscha dan ringgo kaget luar biasa melihat aku disana bersama security. Bahkan ringgo sampai melompat ke sofa saking kagetnya, sedangkan Marscha hanya melongo kaget dengan masih berlutut diatas lantai dengan tubuh telanjangnya.

Langsung aku kejar ringgo keatas sofa. Aku tendang tubuhnya, sambil aku hajar wajahnya membabi buta. Semua emosi yang tertahan selama ini aku lampiaskan. Dia yang tertunduk dilantai aku terjang. Seorang security membantu menaikkan tubuhnya sehingga kembali berdiri, kemduian aku tinju ulu hatinya sampai matanya terbelalak dan dia ga bisa ngomong.

Marscha yang sudah berhenti dari syoknya kemudian teriak menyuruh berhenti, tapi tubuhnya dipengangi security yang lain. Aku berhenti sejenak mengumpulkan tenaga untuk kembali menghajar ringgo, sampai sibangsat itu terkapar dilantai.

Sambil mengumpulkan tenaga, aku panggil Dido mendekat dan membisikan sesuatu. Aku minta dia menyiapan tempat untuk aku menghajar si bangsat Ringgo ini sampai puas. Dia lalu keluar room, membantu strategi pembalasan yang akan aku lakukan.

Marscha mencoba menghalangiku untuk kembali menghajar Ringgo. Tadi aku minta sekurity untuk memegangi tubuhnya. Sambil meronta-ronta Marscha meminta maaf kepadaku. Tapi aku bodo amat, aku hajar terus dibangsat itu. Tubuh telanjang Marscha dengat erat dipegang security itu, sehingga dia ga bisa bergerak. Bahkan mulutnya disumpal dengan tangan.

Puas menghajar penjahat kelamin itu, aku dan seorang security menggelandang Ringgo yang sudah babak belur dalam keadaan dia masih tanpa busana ke ruangan belakang di karaoke, tempat ruang untuk istirahat para pekerja. Marsha sendiri juga masih dalam keadaan nyaris telanjang, dengan hanya beha yang melekat di dada, namun bagian atasnya ditutup dengan jaket. Marscha tak berdaya meronta-ronta digelandang Security itu.

Didepan ruang istirahat itu, Dido sudah menunggu dan membukakan pintu. Dia sudah menyiapkan tempat dengan baik. Ruangan itu berukuran cukup besar, dilengkapi oleh kamar mandi dalam (yang saat itu tertutup), sebuah kasur ukuran besar yang dihamparkan di sudut ruangan, lalu sebuah kulkas kecil, TV, dan sebuah kursi, meja, serta sofa. Dido dan sekutity lalu membawa Ringgo dan dengan paksa di kursi, kemudian diikat dengan tali nilon sehingga dia tidak bisa bergerak sama sekali.

Marsha sendiri hanya disuruh duduk saja di sofa.

"Nah, Pak Billy, sekarang silakan diselesaikan sendiri urusannya, baiknya gimana," kata Dido dengan bahasa formal, "saya nggak mau tahu bapak mau ngapain aja, pokoknya nama karaoke kami bersih"

"Oke, Pak, terima kasih"

Dido dan teman2nya kemudian keluar dari ruangan itu, lalu terdengar suara pintu dikunci. Kini hanya ada aku, Marsha, dan Ringgo yang masih dalam keadaan terikat. Pada saat itu juga Marsha langsung bangun, mencoba memelukku, tapi aku menghindar sehingga Marsha jatuh tersimpuh di lantai.

"Bil, maafin aku... Aku khilaf, Bill... Tolong maafin aku, cuman kali ini aja koq aku khilaf"

Aku mendengus, kemudian duduk di sofa. Marsha mengikutiku dengan berjalan berlutut, lalu dia memegang tanganku dengan wajah ketakutan.

"Maafin aku, Billy... Cuman sekali ini..."

"Oh ya? Cuman sekali ini? Terus yang kamu nyusuin Ringgo? Nge-oral Rendy? Terus ama tukang ojol, tukang pijat, bule Lombok, ama Johan di kosan, sama Pak Zakar, itu sekali juga?"

Marsha kaget luar biasa dan mendadak diam saat aku menyebutkan semua.

"Ja...ja...jadi, ka...kamu tahu semuanya?"

"YA TAHULAH" Aku tinju ujung sofa.

"Terus kenapa kamu nggak bilang?"

"Karena aku waktu itu masih yakin kamu bakal jujur ke aku, atau setidaknya berhenti ngelakuin itu, tapi makin ke sini bukannya berhenti malah tambah menjadi"

Marsha bersimpuh, berlutut di hadapanku sambil menangis, membasahi kakiku. Aku bukannya simpati, malah menarik bahunya sehingga menghadapku.

"Berapa yang udah nyobain toket kamu ini??" aku meremas dada kanannya dengan agak kasar, hingga Marsha agak memekik kesakitan.

"Lalu berapa juga kontol yang udah masuk ke mulut kamu??" aku ganti meremas rahangnya.

"JAWAB!!!!"

Kulepaskan tanganku, dan dia langsung tersungkur dan memeluk kakiku sambil menangis, memohon supaya aku mengampuninya.

"Bil, Marsha salah, Bil... Tapi Marsha nggak mau putus ama kamu... Tolong, Bil, maafin Marsha"

"Kalau lo gw maafin, ada juga lo bakal ngehianatin gw lagi, selingkuh lagi di belakang gw"

"Enggak, Bil, Marsha kapok, Marsha gak bakal selingkuhin Billy lagi, Marsha gak bakal bohongin Billy lagi, Marsha sumpah..."

"Beri alasan kenapa gw kudu nerima lo kembali"

"Marsha bakal jadi pacar yang baik mulai sekarang, Billy... Marsha bakal... Marsha bakal..."

Suaranya tercekat oleh sesenggukannya.

"Bakal apa? Ngomongnya yang jelas!"

"Marsha bakal lakuin apa yang Billy mau mulai saat ini, selamanya"

"Selamanya, bener?"

"Iya, selamanya. Apapun yang Billy mau, Marsha bakal nurut, dan nggak bakal lagi ngelanggar"

Aku terdiam sebentar. Aku melihat penyesalan yang mendalam dimatanya. Aku kasihan melihatnya yang menangis sesengukan. DAMN! Aku ga tahan. Aku memang sungguh jatuh cinta ke wanita ini. Wanita yang sudah mneyerahkan keperawannya padaku. Yang sudah aku kenal keluarganya dengan baik. Yang sudah sabar mendampingku selama ini, walau dia bisa cari cowo lain yang lebih tajir. Bahkan yang sudah berkorban sampai membantu skripsiku. DAMN!

"Oke, gw pegang kata2 lo. Gw juga sebenernya masih sayang ama lo, tapi gw gak bisa maafin lo gitu aja, lo ngerti kan?" Akhirnya itu yang keluar dari mulutku.

"I-Iya, Billy, Marsha ngerti" Katanya menghapus air matanya.

"Sekarang lo duduk di sofa. Kalau belum aku perintahin, jangan tinggalin sofanya"

Marsha mengangguk, kemudian dia naik ke sofa, sementara aku berjalan mendekati Ringgo yang tampaknya ingin berkata sesuatu, namun mulutnya masih terbungkam oleh kain. Dengan kasar aku pun membuka bungkamannya. Dia tampak menarik napas panjang.

"Bil, ampun, Bil, gw mohon maaf, gw khilaf, Bil"

"Iya, gw tahu lo khilaf. Lo khilaf karena pacar gw semok, kan? Seksi, kan? Cantik, kan?"

Ringgo terdiam.

"Kalau ditanya itu jawab, Kontol!" aku memberinya sebuah bogem mentah.

"I-Iya..."

"Nah gitu dong" aku menepuk pipinya yang tadi memerah setelah kupukul.

"Gw bingung aja nih ya, lo itu kan ganteng, emangnya gak bisa cari cewek lain apa? Kenapa harus ngegodain pacar gw? Lo punya pacar gak sih, sebenernya"

"P-Punya, Bil..."

"Lha terus kenapa lo masih godain pacar gw?"

"K-Khilaf, Bil"

"Alah, kholaf-khilaf, dasar buaya lo! Jawab dengan jujur, apa sih yang lo lihat sampai lo berani2nya ngegodain pacar gw? Lo tahu kan, itu pacar gw??"

"I-Iya, Bil, gw tahu"

"Oke, terus? Kenapa?"

"Habisnya... Dia kan dulu mantan gw, Bil"

"Eh bangsat! Gw juga punya mantan, tapi gw gak terus sembarangan ngentotin dia gt aja! Kenapa?!"

"Soalnya Marsha... Dia di kelas sikapnya bitchy banget gt, jadi ya gw godain aja."

"Itu bukan alasan, Kura!" aku menendang kaki kursinya keras sekali hingga baik Marsha maupun Ringgo terkejut.

"I-Iya, soalnya pacar lo cantik, Bil, seksi lagi, makanya pengen gw embat aja"

"Widih, jagoan ya lo? Emang pacar lo sekarang gak cantik?"

"Gak secantik Marsha, Bil"

"Beneran? Yang jujur? Lu bohong gw gebukin lagi nih"

"I-Iya, jujur, Bil"

"Jadi pacar lo gak secantik Marsha?!" sengaja aku agak mengeraskan kata2ku.

"Enggak, Bil"

"Seksi juga gak, pacar lo?"

"E-Enggak, Bil"

"Yang kenceng!"

"Enggak, Bil! Pacar gw gak seksi!"

"Jadi wajar kalau lo selingkuh dari pacar lo yang lo bilang gak seksi itu, buat ngembatin pacar gw?"

Ringgo terdiam.

"Jawab gak!!"

"I-Iya, Bil, wajar! Gw juga punya kebutuhan seks, dan gw gak bisa dapetin itu dari pacar gw... Makanya gw cari dari Marsha"

"Lah, lo punya pacar gak mau lo ajakin ngeseks emang?"

"G-Gw yang gak mau, Bil, gw gak napsu..."

"Gak napsu kenapa emang lo?"

"Gak napsu aja, kerempeng, cengeng, kayak anak kecil. Mendingan Marsha ke mana2, cantik, bohay, seksi, bisa dientotin pula"

"Kalau gitu napa gak lo putusin aja cwe lo trs cari yang lain?"

"Gak bisa, bokapnya itu tajir, punya power, kalau gw putusin ntar bisnis bokap gw bisa ancur"

"Oh, jadi cuman bisnis doang... Lo gak cinta ama dia??"

"Napsu aja gw enggak gimana cinta..."

Aku berhenti, diam, dan menggelengkan kepala.

"Lo itu beneran bajingan sejati, Ringgo!! Bangsat!!! Tai lo emang!! Gak ada martabatnya jadi cowok!!!"

Dengan emosi, aku pun membuka pintu kamar mandi. Kulihat mata Ringgo terbelalak melihat Putri keluar dari kamar mandi itu dengan menangis. Tadi memang aku suruh Dido bawa dia kesana, sebagai bagian dari rencana ini.

"J-Jadi gt, A'? A' Ringgo pacaran ama Putri cuman demi bisnis doang?? Biar bisa manfaatin Papa Putri??"

"P-Putri..." Ringgo tak bisa berkata apa2.

Putri perlahan-lahan berjalan mendekati Ringgo dengan masih menangis. Marsha tampak membelalak melihat kejadian ini, tak bisa berkata apa2 juga. Di tengah syok yang baru saja dia terima ini, Putri tampak memasang wajah batu. Ada sebuah pancaran api dendam yang membara dari dalam dirinya.

Tangan Putri lalu pelan2 mulai membuka kancing pada blouse yang dia kenakan, setelah semua terbuka, blouse itu pun dia biarkan jatuh ke lantai begitu saja. Lalu roknya perlahan2 turut pula jatuh ke lantai, memperlihatkan tubuhnya yang hanya memakai sexy bra dan g-string.

"Aku nggak cantik ya? Nggak seksi ya?"

Kali ini beha Putri jatuh ke lantai, disusul dengan g-string, dan tingallah Putri berdiri tanpa mengenakan sehelai benang pun, menatap Ringgo penuh dendam.

Putri lalu bergerak maju dan naik ke pangkuan Ringgo, lalu tanpa sempat Ringgo bereaksi, dia sudah menciumnya dengan FK yang amat ganas hingga terdengar mulut mereka berkecipak. Ringgo pun, mau tak mau, membalas ciuman Putri ini dengan lidahnya, berupaya menggaet lidah Putri, namun Putri tak mau memberikannya begitu saja.

Kemudian Putri naik, sehingga kini dada mungilnya tepat di wajah Ringgo, yang dengan liar mulai menjilat serta menyedot puting kecilnya itu. Walau kepala Ringgo berusaha mencari2 dada Putri, namun jelas bahwa di sini Putri yang memegang kendali. Saat Ringgo mulai agak dalam menyedot putingnya, Putri menariknya, berganti-ganti, tarik ulur mempermainkan Ringgo.

Ketika Ringgo mulai tertarik lebih dalam ke dada Putri, tiba-tib Putri menjauh, lalu turun hingga bersimpuh di depan Ringgo, dengan penis Ringgo yang mulai berdiri ada di depan wajah Putri. Putri kemudian menjilat penis Ringgo dari sepanjang pangkal di perineum hingga ke ujung, sambil lalu ujung lidahnya dimain2kan pada lubang kencing, seperti orang yang sedang menjilat es krim, dikombinasikan dengan tangan mungil Putri yang menggenggam sambil sedikit memijat penis Ringgo, membuat Ringgo berteriak keenakan.

Putri tetap tidak berhenti, dia naik kembali, lalu menggesekkan vaginanya ke batang penis Ringgo, dengan kepalanya dijepit oleh jari supaya tidak menyundul ke vagina. Lama2 cairan cinta Putri pun semakin banyak keluar, membasahi penis Ringgo, dan setelah dirasa cukup basah, Putri mengocok penis itu, licin oleh cairan cintanya dan pelumas yang keluar dari penis itu sendiri. Dia bisa merasakan penis itu membesar di tangannya, dan sebuah kedutan lemah pun muncul, diikuti kedutan lain.

"Katanya nggak napsu, kok ini sampai mau ngecrot gini... Cih, munafik!"

Penis itu kemudian dilepaskan begitu saja, seperti orang yang membuang sesuatu. Ringgo pun melotot saat merasakan orgasmenya diputus secara kasar seperti itu.

"Kamu yang nggak pernah minta, katanya nggak napsu, sekarang malah ngaceng, mau ngecrot lagi aku kocokin. Tai lo, A'! Najis gw megang-megang titit lo lagi!"

Ringgo terkejut karena ternyata Putri bisa juga berkata2 kasar. Putri kemudian memakaikan kembali sumbat pada mulut Ringgo, dan menamparnya sekali cukup keras, tepat di area yang tadi aku pukul. Penisnya tampak bergetar2 karena berusaha mencari orgasme, namun dengan tangan terikat, Ringgo tak bisa menuntaskannya, dan terpaksa harus menanggung siksa ini.

Putri kemudian berjalan pelan2 ke arahku, yang kini berdiri di samping kasur. Kulihat Marsha tampak cemas melihatnya, seolah dia mengkhawatirkan sesuatu namun tak bisa apa2.

"A' Billy, Putri cantik nggak?"

"Kamu cantik, Put"

"Bener?"

"Iya, kamu cantik banget. Gila aja kalau ada yang ngomong kamu nggak cantik"

"Kalau badan Putri seksi gak?"

"Seksi, Put"

"Walau toket Putri kecil?"

"Kamu itu sempurna apa adanya, Put"

Putri menoleh ke Ringgo. Ringgo hanya bisa meringis.

"Denger sendiri kan? Aa' Billy aja nganggep Putri cantik, gak kayak lo yang dari dulu sukanya nyela Putri mulu, nggak ada terima kasihnya lo!"

"A', karena A' Billy udah ngehargain Putri, sekarang Putri mau kasih A' Billy hadiah. A' Billy boleh ngentotin Putri sepuasnya, semaunya, terserah A' Billy mau ngapain. Semua yang ada di badan Putri sekarang jadi milik A' Billy"

"Beneran terserah? Semua milik A' Billy?"

"Semuanya. Mulut, memek, bool, semua boleh A' Billy pakai. Semua Putri kasihin cuman buat cowok yang bener2 bisa ngehargain Putri apa adanya"

Ringgo kulihat meronta diatas kursi, sangat kaget mendengar perkataan pacarnya ke padaku. Mulut berteriak-teriak, tapi teriakannya tersumpal.

Begitupun Marsha yang shock, dia akan berdiri, tapi aku segera mengacungkan jari padanya.

"Heh, lo diem di situ! Gw maafin lo, tapi lo kudu terima hukuman ini. Lo sekarang kudu ngeliatin gw ngentot ama cwe lain tepat di hadapan lo"

Dengan raut muka bercampur antara ketakutan, cemas, dan cemburu, Marsha pun kembali ke sofa.

"Maaf ya, Teh, Aa Billy Putri pakai dulu" Putri meminta izin pada Marsha tapi dengan ekspresi muka jahil. Marsha sendiri mengangguk pelan tapi sambil membuang muka.

"Sekarang Aa baring nyantai aja ya, biar Putri kasih pelayanan penuh karena Aa udah memperlakukan Putri kayak princess"

Putri kemudian membaringkanku di kasur, kurasakan tanganya sedikit bergetar, aku tak sabar menunggu apa yang akan cewe polos ini lakukan. Sensainya sungguh luar biasa, menyaksikan pacarku dan juga pacarnya menatap kami berdua. Putri dengan terseyum manis sekali mendekatiku kemudian pertama2 dia menciumi seluruh tubuhku, benar-benar sampai tak ada satu senti pun yang terluput. Saat aku akan balas menciumnya, dia menahannya, lalu dengan imut memberi isyarat supaya aku diam saja.

Aku mengangguk lalu diam, dan membiarkan Putri mengerjakan tubuhku. Kulirik pada Marsha dan Ringgo, dan tampaknya mereka kesal melihatku sedang digarap oleh Putri, hanya saja mereka tidak bisa apa2. Mampus.

Putri sendiri mencium dan menjilati seluruh tubuhku, namun dengan posisinya menungging ke arah Ringgo sehingga dia bisa melihat vagina dan mungkin juga anusnya. Sepertinya dia terkejut melihat Putri, pacar yang dianggapnya polos itu sekarang berlaku binal. Ringgo menatap nanar ke vagina pacarnya sangat sangat mulus dan masih perawan itu.

Sesi ciuman dan jilatan itu diakhiri dengan kecupan dan jilatan intensif pada penisku, membuatku beberapa kali merintih kegelian. Putri hanya tertawa manis saja.

"Kontolnya A' Billy enak, gede gini, Putri suka. Gak kayak A' Ringgo, kurang gede, kayaknya juga kurang memuaskan. Heran, kenapa Teh Marsha sampai nyelingkuhin A' Billy ya? Kalau Putri yang jadi pacar A' Billy, nggak bakalan Putri lepasin demi apa pun"

Baik Marsha maupun Ringgo tampak agak kesal mendengar perkataan Putri itu. Putri lalu berdiri, mengerling sejenak kepada Ringgo, memberikan cium jauh pada Marsha, kemudian dia memposisikan diri di atas penisku.

"Sekarang saatnya Putri ngasihin memek Putri buat A' Billy." Sambil mengelus batangku.

"Putri mau harta Putri yang paling berharga ini Putri persembahin buat A' Billy yang udah begitu baik ama Putri, sudah mau membela dan ngehargain Putri. Nggak kayak pacar Putri yang berengsek"

Putri kemudian memegang penisku supaya tegak, lalu pelan2 dia turunkan pinggulnya hingga kepala penisku menggesek bibir vaginanya.

Tampak Putri agak menggigit bibir bawahnya, dan sejenak aku bisa melihat rasa ragu pada diri Putri.

"Kalau kamu enggak yakin, gak papa koq, Put, A' Billy bisa ngerti"

Putri menggeleng.

"Enggak, Putri udah yakin. Putri mau A' Billy yang ngebuat Putri menjadi wanita dewasa seutuhnya"

BLESS...

Putri agak menganga menahan napas saat dia kembali menurunkan pinggulnya hingga penisku memasuki vaginanya. Sebuah erangan kecil keluar dari mulut mungilnya saat dia kembali menurun hingga penisku bisa masuk seluruhnya ke vaginanya. Aku merasakan menembus selaput daranya. Nikmat sekali. Berbeda dengan yang dirasakan Putri saat ini, dia kesakitan.

Air matanya tampak meleleh, dan menetes ke dadaku. Dia mencengkeram pundakku dengan keras, sementara aku menggerakkan tanganku, memegang lengannya seolah memberinya semangat.

"Sakit?"

Putri menggeleng, hanya beberapa kali dia menarik napas panjang sambil air matanya terus mengucur. Dia menarik pinggulnya sehingga penisku agak tertarik keluar, dan tampaklah darah meleleh membasahinya. Putri telah memberikan hartanya yang paling berharga kepadaku.

Aku mengusap air matanya, dan dia tampak tertawa di tengah tangisnya itu.

"Putri kuat koq, A', Putri seneng akhirnya bisa ngasih Aa' milik Putri yang paling berharga"

"Pelan2 aja ya Put, ini kan kali pertama kamu"

Putri mengangguk.

Lalu pelan2 pinggulnya digerakkan dengan gerakan seperti mengulek sehingga penisku keluar dan masuk dari vaginannya, awalnya pelan, namun kecepatannya kemudian bertambah. Aku hanya diam saja, memberikan kesempatan ke Putri mencari kenikmatan sendiri sesuai keingananya.

CLAP! CLAP! CLAP!

Aku beruntung sekali bisa yang mengambil perawan gadis polos ini. Ada perasaan bangga menjadi yang pertama. Keegoan laki-lakiku membuatku seperti memenangkan pertempuran besar.

"A`......" Katanya menatapku dengan tatapan sayu menahan rasa sakit.

Sungguh sexy sekali melihat rona wajahnya yang merah merona. Bibirnya sesekali digigit karena masih ada rasa sakit sedikit di vaginanya, tapi goyangnya yang semakin cepat menandakan kalau dia juga merasakan kenikmatan yang luar biasa.

"Aaaaah... Isssshhh... Enak banget, A'... Kontolnya A' Billy enak banget... Aaaah... Ngocokin memeknya Putri... Aaaah... Isshhhh... Rasanya penuh banget, A', Putri suka..."

Aku kemudian membantunya dengan ikut juga menggoyangkan batangku naik turun, membuatnya makin mendesah. Dadanya bergoyang dengan indahnya, dada yang masih sangat kencang sekali, sehingga goyangnya bukan ke atas bawah melainkan ke samping kiri dan kanan. Dada yang belum atau sangat jarang diremas-remas lelaki.
Aku rengkuh dadanya yang kiri, aku raba putingnya, memberikan tambahan kenikmatan. Putri hanya memejamkan mata. Desahannya membahana diruangaan ini.

Kulirik ke arah Marsha dan ternyata walau dengan wajah berlinang air mata, Marsha mulai terangsang, dan meremasremas sendiri dadanya dengan satu tangan sementara tangan satunya menggarukgaruk vaginanya. Kini Marsha pun sudah pula telanjang di sofa.

"Aaaaa... AAAAAHHHH...."

Kurasakan semburan pada penisku diserta kedutan kencang yang meremas-remas, tandanya Putri sudah mencapai orgasmenya. Kulihat tubuhnya terlonjak-lonjak dengan hebat menyambut badai orgasme pertamanya, sampai matanya terbelalak, tangannya kuat mencengkram dadaku, sampai kukunya melukai sedikit kulitku. Benar-benar nikmat yang kurasakan. Batangku kencang sekali diremas vaginanya yang beberapa menit tadi masih perawan. Setelah menikmati detik-detik banjir orgasmenya, tubuh Putri pun mulai melemas untuk kemudian jatuh di pelukanku.

"Gimana put? enak?"

"A' Billy hebat, Putri bisa ampe puas begini. Gini toh rasanya ML.."

"Akan A' Billy nanti bikin kamu lebih puas lagi"

Putri hanya mengangguk lemah.

Aku pun berbalik, dan menidurkan Putri di ranjang. Kemudian, sambil mengocok2 penisku yang belum keluar, aku menuju ke arah Marsha, yang pandangannya seolah menginginkan penisku yang tegak berdiri itu.

"Sepongin nih"

Dengan cepat, bagai piaraan yang diberi makan, Marsha segera merenggut dan memasukkan penisku ke dalam mulutnya, lalu menyepongnya dengan keahlian yang sedemikian rupa, seolah tak mau kalah dari Putri, membuatku merem melek keenakan, dan kurasakan penisku semakin membesar.

Marscha ternyata sangat horny melihat aku pacarnya ML dengan cewe lain didepan matanya langsung. Hal itu terbukti dengan sedotannya yang sangat liar, sampai air liurnya menetes-netes. Tanga kirinya itu mengocok batangku sambil ujung palkonku disedot kencang, sedangkan tangan kirinya keluar masuk dengan cepat di vaginanya sendiri. Dia mengoralku sambil masturbasi. Belum pernah dia seliar ini. Dan aku menikmatinya.

PLOP!!

Marsha tampak protes ketika aku tiba-tiba menarik penisku, tapi dia tak berani berkata apa-apa. Aku tidak mau ngecrot saat disepong Marsha, keenakan sekali buat dia. Aku lalu berjalan ke arah Putri yang tampaknya sudah pulih dari orgasmenya, aku lap dulu vaginanya yang masih ada sisa-sisa darah perawannya.

Aku mau kasih gaya ngesex yang baru buat newbie sexy ini, lalu kuangkat dan kubalikkan dia, sebelum akhirnya kutusuk lagi dengan gaya doggy.

Putri mengerang keras namun amat erotis, begitu pula saat aku mulai menggenjotnya dari belakang. Vaginanya sangat sangat sempit. Nikmat sekali kontolnya dijepit begitu. Desahan putri jadi tambahan semangat buatku untuk mengenjotnya.

"Shhhh...shhhhh......hhhhh....." Desahan-desahan tertahan Putri yang aku dengar. Dia masih malu-malu mendesah kencang, maklum masih pemula.

Aku sengaja mempoisisikan Putri agar menghadap Ringgo. Aku genjot dengan kecepatan tinggi sambil aku tatap wajah ringgo. Dari sorot matanya, aku kesedihan mendalam aku lihat. Aku tarik rambut Putri, agar wajahnya menengadah menghadap Ringgo.

"Sayang lihat pacarmu disana, dia tersiksa sepertinya" Bisikku memprovokasi Putri.

Putri malah membuka matanya menatap ringgo, dia ikut menggoyangkan pantatnya kearah batangku. Bahkan aku hanya diam saja, dia yang ambil kendali. Putri meremas-remas dadanya sendiri yang bergoyang indah.

Mampus lu ringgo, didepan mata lu sendiri gw kentot pacar lu yang perawan ini. Rasakan.

Kulihat di sofa, Marsha kembali mengocok memeknya, namun dengan kecepatan yang tinggi, seolah ingin secepatnya mendapatkan orgasme, walau aku yakin itu mustahil. Orang seperti Marsha, apabila sudah mendapatkan kenikmatan dari kontol, pasti tak akan merasa cukup dengan jari. Sementara Ringgo hanya mengerang tertahan sementara penisnya bergerak2 tanpa ada yang bisa jadi sasaran.

"Put, kalau Aa' minta sesuatu lagi, Putri mau ngasih enggak?"

"Apa aja, A', bakal Putri kasihin ke Aa' Billy"

"Kalau Aa' minta boolnya Putri boleh gak?" Kataku sambil memanas-manasin ringgo. Dan juga Marscha tentunya.

"Boleh, A'. Kan tadi udah Putri bilang, memek ama bool Putri sekarang milik Aa', bebas kalau mau Aa' pakai, yang penting jangan berhenti puasin Putri ya"

"Iya, Sayang"

Aku berhenti menggenjot memek Putri, lalu dengan penis yang masih berlumuran cairan cintanya, aku membuka kedua pipi pantatnya, sehingga lubang anusnya tampak agak melebar. Kuludahi lubang imut itu supaya Putri tak terlalu sakit saat penisku ini menembusnya.

"Siap, ya"

Putri mengangguk, lalu merapatkan giginya, siap menahan rasa sakit yang akan menderanya. Aku pun dengan satu terjangan memasukkan penisku hingga seperempatnya memasuki anus Putri. Dia langsung menjerit kesakitan.

"Sakit ya, Put?"

Putri menggeleng.

"Gak apa2, A', lanjut aja, Putri masih bisa tahan"

Aku pun pelan2 mulai menggerakkan penisku supaya tertanam lebih dalam sambil pada saat yang sama kukobel memeknya serta meremas dadanya yang mungil itu.

"AAAAH... Iyaah... Enak A' kalau sambil dikobel gitu.. Aaaaah..."

Begitu Putri sudah terbiasa, aku mulai menggenjot pantat Putri dengan agak kencang. Tampak bibir anusnya tertarik keluar dan masuk bersamaan dengan gerakan penisku.

"AAhh... Anal sex enak ternyata ya, A'... Anal enak... Putri suka..." Kata Putri sambil menatap ringgo. Mencoba memanas-manasin pacarnya itu lagi. Padahal rahasia hanya kami berdua yang tahu.

"Putri mau Aa' anal terus?"

"Iyah... Putri mau... Putri mau jadi budak seksnya Aa' biar bisa ngerasain kontolnya Aa di memek ama bool Putri... Aaah.. Terus, A!"

Gerakan penis dan kocokanku pada vagina Putri semakin kencang, dan sempitnya pantat itu membuatku mulai tidak bisa mengontrol orgasmeku.

"A'... Putri mau... keluaaaaar..."

"Ayo, Put, keluar bareng!"

Kami berteriak bersamaan saat menjemput kenikmatan kami. Putri squirt dengan begitu deras menyembur ke paha dan selangkanganku, yang saat itu tengah menyiramkan sperma ke dalam pantat Putri. Kami langsung ambruk dengan napas tersengal-sengal.

Sesaat semua terdiam, hanya erangan Ringgo serta kecipak dari Marsha yang masih mencari kenikmatannya yang terdengar. Marsha tampak mulai frustrasi karena tidak segera mendapatkan puncak yang sedari tadi dicarinya.

Aku sendiri hanya diam memperhatikannya, saat Marsha menatapku dengan pandangan mata memelas. Dia ingin aku memuaskan birahinya yang meninggi, namun aku masih bergeming dan belum mau bergerak.

Di luar dugaanku, Putri lah yang pertama terbangun, lalu dengan tertatih-tatih, dia menghampiri Marsha. Dia membungkuk di samping Marsha yang masih mengobel memeknya, lalu kulihat kedua pandangan mata mereka bertemu. Perlahan2 kepala keduanya semakin mendekat dan...

SMAACK!

Putri dan Marsha tiba-tiba berciuman dengan hebatnya. Entah apa yang merasuki keduanya, bahkan aku pun tak menduga hal semacam ini akan terjadi. Putri langsung menggumuli Marsha di sofa itu, dia terus menciumi Marsha, lidah mereka berdua pun saling mengkait dan menjelajahi rongga mulut masing2. Tangan Putri bahkan mengusap serta meremas payudara Marsha yang sekal itu.

"Aku suka toketnya Teteh, gede"

Mendengar seperti itu, Marsha agak memerah, lalu tangannya ganti meremas dan memilin puting mungil Putri.

"Punyamu juga bagus koq, enak dipegangnya...kencang banget... Aaaahh..."

Tangan Putri kini sudah menjelajah ke memek Marsha dan ganti mengobelnya, sementara Marsha langsung dengan rakus menjilat serta menyedot dada mungil Putri, seolah kesetanan akibat birahinya yang meninggi. Permainan kedua wanita cantik berbeda postur ini membuatku kembali bergairah, dan pelan-pelan penisku kembali bangkit. Dua gadis cantik dan sexy telanjang bulat saling memuaskan membuat lelaki manapun pasti akan langsung ON.

Putri menghentikan cumbuannya dari Marsha, lalu melihat ke arahku, memohon untuk bisa membawa Marsha ke kasur. Aku mengangguk sembari mengocok penisku supaya kembali menegang makin keras.

Bagai kerbau yang dicocok hidungnya, Marsha mengikuti saja saat Putri menariknya ke kasur. Putri kemudian berbaring telentang di kasur, sementara Marsha berada di atasnya. Marsha kali ini mengambil inisiatif dan menciumi pipi, wajah, leher, dan dada Putri, meninggalkan bekas2 cupangan merah.

Pemandangan lesbian ini yang pertama bagiku, jujur aku sangat horny melihat 2 tubuh gadis cantik saling memberikan kenikmatan dititik-titik sensitif mereka. Ingin segera kubenamkan kontolku ke memek Putri, tapi aku biarkan dulu dia istirahat. Nanti masih bisa dipakai, kalau sudah tenaganya kembali pulih. Tapi kontolku sudah tegang maksimal minta dipuaskan.

Maka aku berdiri, dan memposisikan diriku di belakang pantat Marsha yang menungging. Kutampar pantat putih itu hingga memerah, kemudian aku kobel-kobel memeknya pakai palkonku. Dia mendesis enak, padahal belum juga aku masukkan batangku ke vaginanya yang sudah banjir.

"Ayo masukin sayang.....aku sudah ga tahan...." Pinta Marscha.

"Ijin dulu ke Putri, baru aku masukin. Kontolku ini milik Putri" Kataku. Marscha mendengus kesal. Dalam hati aku puas sekali mempermainkannya. Mampus lu. emang enak.

Marscha menolehkan kepalanya kebelakang menatap wajahku. wajahnya memelas karena horny. Aku hanya mengasih kode kepadanya dengan mengarahkan kepalaku lalu memandang ke putri. Marscha akhirnya menurut,

"Putri, boleh ya...please...memek aku sudah gatal" Bujuk Masrcha.

Putri yang dasarnya memang baik hanya mengganguk. Lalu kumasukkan segera penisku ke dalam vagina Marscha, membuatnya berteriak kencang.

"Aaaah... Yessss... Ayo, Baby... Puaskan aku... Puaskan budakmu ini, Baby... Aku akan selalu setia padamu... Aaaaaahhh!"

"Ya....mulai sekarang kau adalah budakku" Aku jambak rambutnya.

Aku lalu menggenjotnya, namun dalam tempo yang lebih kasar daripada biasanya. Saking kerasnya sehingga bunyi kedua panggul kami yang bertumpukan pun terdengar kencang. Marscha berteriak-teriak kenikmatan, teraikannya membahana seisi ruangan ini. Terpuaskan juga akhirnya siksa birahi yang dari tadi tertahan.

Erangan Marsha semakin kencang karena Putri kini ikut meremas dan menyusu pada toket Marsha yang menggantung di atasnya.

"F**ckk!! You two are great!! Terusssss..."

Sungguh serasa di surga yang aku rasakan sekarang. dua orang gadis cantik sedang medesah-desah dengan liarnya. ditambah kepuasan bagiku saat menatap Ringgo yang kondisinya sudah sangat memprihatinkan.

Ternyata Marsha juga merasakan kenikmatan yang luar biasa. Hal yang tidak pernah kami lakuakn seperti ini, bercinta sambil dilihat orang lain. Bahkan rasa cemburunya dari tadi yang membuatnya ingin menuntaskan denganku. Baru kali ini aku lihat pacarku ini menjerit-jerit kenikmatan. Teriakannya sangat kencang diruangan ini. Apalagi Putri, yang walaupun polos, tapi tahu caranya memainkan payudara pacarku yang menggantung indah itu. Hingga akhirnya

SUURRR!!!

Pertahanan Marsha pun jebol dengan squirt deras sehingga membasahi kasur. Dia berteriak kencang sekali, badannya mengejang-ngekang menandakan orgasme hebat. Inilah birahi yang telah ditahannya semenjak tadi. Banyak sekali cairannya keluar. Dia melolong seperti anjing yang mau disembelih. Aku tetap sodok memeknya sehingga dia makin panjang melolong. Hingga akhrinya dia diam tiba-tiba dan terjerembab diatas tubuh Putri. Hening.

Setelah Marsha orgasme, aku pun membalikkan tubuh Marsha, kemudian kunaikkan pahanya hingga pinggulnya turut naik, namun agak kurenggangkan, karena Putri turut bangkit dan kali ini memposisikan memeknya di wajah Marsha.

PLAK!!

Aku tampar paha mulusnya, sehingga meninggalkan bercak merah disana.

Marsha yang awalnya diam tak bergerak segera membuka matanya. Tanpa diperintah, dia paham dan segera menjilati dan mengoral vagina Putri, sementara aku membungkuk menusuk vaginanya, hanya bertumpu pada pinggul dan paha Marsha. Terdengar kembali desahan merdu adegan pesta sex kami.

Putri malah sengaja memprovokasi ringgo dengan mendesah-desah keenakan. Pasti si bangsat itu sekarang makin tersiksa. Tangan Putri lalu memegang pundakku, merapatkan tubuhnya dan kami berciuman dengan sangat ganas.

Posisi tak lazim ini nyatanya membuat kami menjadi semakin kesetanan. Gerakan genjotan, jilatan, dan ciuman menjadi semakin ganas. Aku merasa liurku dan Putri sampai berjatuhan di tubuh Marsha.

Aku lalu kepikiran, bahwa ada satu lubang Marscha yang belum aku rasakan. Maka aku minta Putri untuk menjauh sebentar. Lalu aku tarik batangku dari liang Marscha.

"Kok berhenti?" Tanya Marscha, melepskan jilatannya di memek Putri.

"Aku mau anal sex. Mau rasakan pantatmu..."

"Tapi aku belum pernah sayang..." Katanya berbohong.

"KAU MASIH BERANI BOHONG" Aku bentak dia.

"KAU KIRA AKU GA TAHU KALAU KAU PERNAH DI SANDWICH SAMA SI BABI RINGGO DENGAN GILANG"

Wajah Marscha ketakutan. Dia sepertinya sadar kalau semua kartunya sudah aku pegang.

"Maaa....maaf....jadi...jadii...kamu tahu...?"

"YA TAHULAH"

Marscha hanya pasrah saat kuarahan kontolku ke anusnya.

"Pelan-pelan sayang..." Katanya mendesis.

"Jangan coba-coba kamu berbohong lagi"

"Iyaaa.....iyaaa...aku akan jujur...AUHHHHHH...."

Belum selesai dia menjawab aku dengan tekanan kuat sekali langsung memasukkan kontolku ke lobang pantatnya. BLESSSS..... Keras sekali jepitan anusnya. Tapi aku langsung langsung menggenjot pantat pacarku tanpa ampun.

"Pelan..." Katanya lirih, tak berani membantahku.

Matanya mendelik, kedua tangannya berusaha menahan dorongan pinggulku, tapi dorongannya tidak serius, karena sepertinya dia takut barusan aku bentak.

Putri yang tadi diam, kembali mengarahkan memeknya ke wajah Marscha. Kembali terdengar desahan gadis polos itu. Aku dan Putri kembali berciuman, dan aku arahkan tangan Putri ngobel vagina Marsha. Marscha nampak mendesah-desah terhalang memek Putri yang sudah banjir. Erangan kesakitan pacarku hanya bertahan sebentar saja.

Kembali desahan birahi memenuhi ruang itu. Aku harus bertahan sekuat tenaga untuk memperpanjang durasi. aku dan Putri melepaskan ciuman dan sekarang saling menatap tajam. Dari sorot matanya aku tahu kalau dia sudah ditingkat tertinggi rasa Horninya.

Aku juga begitu. Anal sex ini nikmat sekali. Beda cengkramannya dengan cengkraman memek. Kontolku seperti disedot-sedot vacum cleaner. Pantat Marscha sudah terbiasa dengan kontolku yang sekarang keluar-masuk dengan bebas, apalagi ada tambahn cairan dari vaginanya yang jatuh ke anusnya karena vaginanya dikerjain Putri. Mungkin karena sesama cewe, Putri tahu mana titik-titik ternikmat dari Vagina Marscha. Begitupun Marscha, dia tahu memainkan liangnya Putri.

Yang lebih hebatnya lagi, saat aku lihat Putri sudah memasukkan 2 jarinya mengobel vagina Marscha. Sedangkan Marscha dibawah sana juga sudah memasukkan 2 harinya ke vagina Putri. Bahkan Putri menjerit-jerit hebat saat aku lihat anusnya dijilati oleh Marscha

Entah bagaimana ceritanya, Putri mulai merasakan gelombang orgasmenya kembali datang, dan ini langsung memacu gelombang orgasme dari Marsha, yang kemudian memacu gelombang orgasmeku sendiri. Tak ada dari kami yang ingin menahan-nahan ini lebih lama, dan semakin mempercepat permainan kami hingga...

"AAAAAHHHH... F******CKKKKK... OOOOHHHHH..."

Kurasakan berada dipuncak orgasme tertinggi. Sungguh nikmat. Kontol menyemprotkan sperma yang banyak ke Masrcha yang juga sudah orgasme hebat. Putri juga sudah orgasme dengan membanjiri wajah Marscha. Benar-benar indah sekali.

Kami langsung ambruk, basah oleh keringat, cairan cinta, sperma, entah apa lagi, aku tak begitu ingat. Pikiranku langsung kosong waktu itu, dan aku hanya ingat pandanganku gelap, bahkan saat kami bertiga ambruk saling bertumpukan. Detak jantung kami masih berpacu, dan tubuh kami masih mengejang, mencoba menghabiskan sisa-sisa orgasme hebat kami. Pada saat inilah aku bisa merasakan detak jantung, denyut nadi, dan tarikan napas dari Putri dan Marsha. Kami langsung berpelukan, tak peduli badan kami yang basah dan lengket dan entah bagaimana baunya. Kemudian Hening kembali. Kami tertidur kecapean.




Beberapa saat kemudian...

CKREEK! CKREEK! CKREEK!

Putri tampak senang dengan hasil fotonya. Dia beberapa kali berpose seperti mengoral penis Ringgo, atau memasukkannya ke dalam vaginanya, namun tentu saja dengan pandangan mata kosong.

"Kalau ada apa-apa, inget ya, gw punya foto ini. Gak bakal ada yang percaya ama lo, dan kalau gw bilang ini ke Papa, paling buat gw sih cuman dihukum atau dikirim ke luar negeri buat belajar beberapa tahun. Tapi lo? Lo tahu kan apa yang Papa bisa lakuin ke lo? Paham?"

Ringgo hanya mengangguk saja.

"Sekarang lo pulang, dan jangan pake baju lo, terserah mau gimana caranya. Pokoknya baju lo gw sita. Lo mau telanjang jalan ampe rumah kek, gw gak peduli, dan langsung kabarin gw begitu nyampe rumah, oke? Nih, buat ongkos lo balik"

Putri menyumpalkan uang 100 ribu ke mulut Ringgo, kemudian melepaskan ikatan Ringgo, yang langsung saja meninggalkan tempat itu, dengan hanya membawa hapenya dan menutupi kemaluannya. Entah apa yang bisa dilakukannya untuk bisa pulang. Sejujurnya, tak ada lagi yang peduli.

Aku masih tiduran berpelukan dengan Marsha, namun kini kami semua sudah memakai pakaian kami, saat Putri mendekat.

"Udah aman, A', pokoknya dia gak bakal berani ngedeketin Teh Marsha lagi, jadi kalian aman"

"Makasih ya, Put, nggak nyangka lho kamu bisa bicara sekejam itu ama dia"

"Hehehe, Putri kan anaknya tentara, A', udah diajarin juga ama Papa biar bisa kejam kalau ama orang yang udah nyalahin Putri"

"Kalau ama A' Billy gimana?"

"Kalau A' Billy mah Putri nggak bakal kejam, malahan A' Billy bakal terus Putri kasih perlakuan istimewa"

Marsha merengut.

"Iya, Teh Marsha juga, pokoknya mulai malam ini, Teteh udah Putri anggap jadi kakak sendiri. Tapi Teteh juga kudu janji, jangan selingkuhin A' Billy lagi"

"Iya, Put, Teteh paham. Teteh gak bakal nyelingkuhin A' Billy lagi"

"Kalau mau jalan ama cowok lain gak papa, Sha, tapi jangan bohong lagi ya. Dan kalau kencan ama cowok, kamu kudu kasih tahu aku, dan cerita yang sejujurnya kamu ngapain aja" kataku.

"Beneran kamu nggak marah? Dan yang kemarin2?"

"Kemarin- itu aku marahnya ama kamu karena kamu bohong. Coba kamu minta izin dulu, pasti aku izinin. Pokoknya semua yang ngebuat kamu seneng, pasti aku izinin"

Aku mencium kening Marsha.

"Tapi aku juga kudu ngurangin sih jalan ama cowok lain, kapok, yang ada cuman aku dimanfaatin doang. Bukannya aku ngemanfaatin mereka malah kebalikannya. Aku mau tetep setia ama kamu, Billy. Dan kalaupun ntar aku kencan ama cowok lain, itu cuman badan doang, hatiku tetep ama kamu. Pokoknya kamu yang terbaik, kontolmu juga yang paling memuaskan."

"Pasti dong!"

"Tapi kamu juga kalau mau jalan ama Putri atau ama siapa pun, kasih tahu juga ya, cerita gitu"

"Iya, Sayang, pasti"

Kembali pipi dan kening Marsha aku cium.

"Huuu... Teh Marsha doang yang dicium, Putri enggak"

"Ya, sinisini"

Putri tersenyum lalu menghambur ke pelukanku. Aku pun menciuminya bergantian dengan Marsha.

"Pokoknya, sepanjang Putri belum dapet cowok baru, kita kudu berbagi A' Billy ya, Teh. Eh, ntar kalaupun udah dapet cowok baru, Putri tetep mau ama A' Billy deh"

"Aku sih bisa apa, hanya bisa pasrah. Terserah aja. Aku penurut anaknya. haha.."

"Dasar. Hahaha..."

Kami bertiga tertawa bersama.


"Eheeem!"

Kami semua menghadap pintu yang terbuka dan ternyata sudah ada Dido, Sherry, dan Thomas dari tadi dipintu dan mendengar obrolan kami yang terakhir. Kami langsung berdiri ketika mereka Thomas memasuki ruangan itu.

"Maaf ya Bos, bukannya pengen ngganggu nih, tapi ini kan bukan kamar hotel, jadi mesra-mesraannya tolong pindah ke hotel ya. Kasihan karyawan mau istirahat nggak bisa" kata Dido.

"Oke deh, maafin ya, kasurnya jadi apek gitu"

"Gak masalah, karena tahu bakal kamu pakai ya aku ganti aja kasurnya pakai kasur lama, jadi tinggal dibuang aja"

"Wah, pantes apek banget!"

Aku dan Dido tertawa bersamaan. Sedangkan Masrcha dan Putri cemberut karena tubuh mulus mereka dari tadi aku bolak-balik diatas kasur yang apek.

"Eh, dan kalian juga perlu tahu, kalau Billy juga kudu dibagi ama gw" kata Sherry, "Gw juga pengen ditusuk bool gitu ama Billy"

"Hah?? Lo juga, Sher?" kata Marsha.

"Tenang, ada gw, kita bisa gantigantan" kata Thomas.

"Udah yuk, kita ngamar deh malem ini, mau gw sedot abis tuh si Billy" Kata Sherry dengan binal, seperti biasa.

Wah malam masih panjang nih nampaknya. Bisa begadang sampai besok, padahal pagi lusa aku mau sidang skripsi. Ah ntar ajalah dipikirkan solusinya. Yang penting ena-ena dulu.

"Putri boleh ngikut ngamar nggak?"

"Ikut aja!" Kata Thomas dengan bahagia.

"Yes! Asyik!!"

Kami berlima pun segera meninggalkan tempat itu, disertai tatapan iri Dido. Namun saat aku melihat seorang karyawan karaoke yang juga seorang gadis cantik, aku pun sudah bisa menduga bahwa dia akan menjadi pelampiasan nafsu Dido setelah ini.

Well, paling enggak semua menang, kan?


TAMAT






Lalu bagaimana pembalasan dengan cowo-cowo lain yang pernah ada affair dengan Marscha? Apakah segitu saja pembalasan dengan Ringgo? Terus dengan dosen pembimbingku gmn? Keenakan Pak Zakar kalau ga dibalas, karena bukan hanya urusan sex, melainkan juga karena mempermainkanku.

Nanti dijelaskan selanjutnya di EPILOG.
 
(EXTENDED)

Diperjalanan setelah keluar dari karoke, aku peluk pacarku itu dengan erat sekali. Seolah kami pasangan yang pernah putus dan kembali pacaran lagi setelah sekian lama. Kami sepakat untuk kembali pacaran, dan kami mencoba untuk menikmati kehidupan sex kami yang baru. Kami akan jalani the new style of relationship, sampai dimana nanti ujungnya. Hati kami sudah saling memiliki, tapi petualangan sex baru saja dimulai. Kami berdua otw Cuckload.

Kalaupun pada akhirnya nanti putus, setidaknya aku mau memanfaatkan tubuh Marscha untuk kepentingan pribadiku, minimal menyalurkan fantasi-fantasi sexku. Seperti yang selalu aku bilang, memutuskan pacar secantik, sesexy dan semengoda Marscha ini bukan perkara mudah bagiku.

Lagian ngapain juga putus kalau aku masih bisa berpetualang sex dengan Putri, Sherry dan mungkin cewe cantik lainnya. We`ll see.

"Jadi hanya Gilang doang sebelumnya yang pernah anal kamu?" Tanyaku
"Bukan"
"Trus"
"Harus jujur nih?" Tanyanya menatapku.
"Masih berani bohong?"

Dia hanya terseyum dan sambil menunduk malu dia bilang : "Pak Zakar"

"Hah??"



THE END.
 
Mantap gan, makasi bngt update nya, tp kok tamat sih 😢, btw ga tiduur bang?
 
Tamat juga... Fantasi nya oke..
Maaf cm u ending kalo sedikit diolah..

sedikit seru meski agak terburu buru, ujung ujungnya fantasi si tokoh pada pacarnya tercapai,

Meski ini cuma cerita fantasi menurut ane agak rancu u endingnya, boleh dikatakan kurang greget, maksudnya terburu buru bukan tulisan musti panjang dan detail, tp kearah sosok marsya dimana gak dibahas gmana rasa penyesalan marsya atas perselingkuhannya, dipart akhir malah gak mengexplore itu malah lgsung ikut terlibat permainan billy,
Nah itu maksud ane, jd kesan balas dendamnya gak seperti dibayangkan dengan part part sebelumnya dimana diceritakan billi yg udah menumpuk rasa emosinya dan ingin membalas perlakuan marsha, malah terkesan emang niat billy ikut permainan marsha.

Jikalau saja itu dibahas di epilog penyesalan marsha (gak langsung seperti dipart akhir yg lgs menerima begitu aja), tetapi ada cerita dimana seling beberapa hari ternyata rasa penyesalan marsya yg besar tetap tak bisa menutupi birahinya yng menggebu akhirnya marsya berterus terang dan meminta pada billy u memenuhi hasratnya malah disini makin seru
Ditambah rasa puas bili yang sukses balas dendam dan juga yg akhirnya bily pun bisa mewujudkan fantasinya.

Atau juga cerita bisa digantung buat reader penasaran apakah marsha akan terus dengan sikap binalnya atau bener bener berubah akan penyesalan



Btw u pov marsha di cerita yg satunya pendapat ane sih sebenernya udah terjawab dicerita ini knp menjadi binal meski gak detail alasannya.


kl pun mau diolah lebih baik bahas kehidupan marsha pasca sesudah ke ketauan ama billy (nah mungkin disini bisa disisipkan alasan alasan marsha yg jd binal) .

Kl boleh masukan buat marsha dibuat cemburu pada billy yang melampiaskan dendam padanya dengan cara mengauli wanita lain didepannya ataupun dibelakangnya, yah maksudnya tetep menonjolkan hati manusia yang gak rela memadu kasih dengan yang lain meski itu disetujuinya hanya karena sebatas nafsu birahi dan penebusan rasa bersalah. Buat marsha pun memperjuangkan cintanya billy,

Seperti komen ane sebelumnya yg menduga marsha bakalan kembali pada billy,



Maaf kalo kepanjangan ini cuma pendapat, semoga gak mengurangi semangat penulis u menciptakan karya yang lainnya

Penasaran balas dendam pada yang lainnya, ditunggu epilognya

Btw selamat u menyelesaikan karyanya
 
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd