Part-3: Kembalinya Sang Adik.
Pukulan telak.
Membawaku terbaring lemah di atas duri.
Tak ada daya.
Semua terasa hampa.
Hanya warna biru langit yang mulai menghitam.
Menemani tubuh ini yang masih membeku.
Jauh....
Ya....
Semua semakin jauh...
Saat aku merasa itu dekat.
Kau kembali menjauhkannya.
Sadar...
Tidak...
Semua ini membutakan.
Apa yang bisa di lakukan tubuh ini?
Yang hanya bisa terbaring lemah.
Aku sudah putus asa.
Sekarang kebencian itu mulai merasuk.
Iblis mulai tertawa.
Dan tuhan?
Jangan tanyakan dia padaku.
Karena dia hanya akan diam melihat dengan wajah tersenyumnya.
Wajah mengejek terhadap ciptaannya.
Tawa mereka semakin keras terdengar.
Janji mereka kini terdengar manis.
Bahkan terlalu manis.
Dan aku kini hanya bisa menerima.
Perjanjian ini tak bisa di hindari.
Ya....
Walaupun aku tau.
Aku akan kekal bersama mereka di neraka.
Setidaknya...
Aku bisa bahagia di sisa hidupku.
***
Di dalam kamar mandi, Maura sedang membersihkan lubang vagina dan anusnya yang berlumuran sperma. Entah berapa kali kedua lubang miliknya itu di siram cairan hangat oleh dua pejantan yang kini sedang tertidur di atas kasur yang berada di dalam kamar hotel mewah ini. Dengan jari telunjuknya ia coba mengorek lubang vaginanya, banyak sekali cairan sperma yang keluar membanjiri paha Maura. Sama halnya dengan vagina, lubang anus Maura yang terlihat agak melebar itu juga ikut mengeluarkan banyak cairan yang bisa menghasilkan keturunan itu. Dengan sabun ia coba membersihkan anusnya dari sisa sperma yang masih menempel, sedangkan untuk vagina ia hanya menyemprotkan air dari shower yang memberikan sensasi geli untuknya.
Setelah semua bersih, ia beralih ke bekas merah yang menempel di kulit putih mulusnya. Bekas cupangan itu membekas di sekitar dada dan leher Maura. Dada montok yang masih kecang itu sedikit bergoyang saat sang pemilik menggosoknya dengan busa sabun. Sesekali jari lentiknya memilin-milin puting susu yang mulai mengeras itu. Namun semua aktifitas itu terhenti kala Maura teringat akan Armand. Sebelum berangkat ia tak sempat membuatkan makanan untuk Armand dan pasti Armand sudah menunggunya dengan perut yang lapar. Dengan wajah yang sedikit memucat Maura lekas-lekas membasuh tubuhnya dari busa sabun yang tersisa. Dengan handuk mini ia keluar dari kamar mandi dan berjalan menuju tempat pakaiannya berserakan. Buru-buru ia mengambil celana dalam dan bra hitam miliknya yang menggantung di atas meja rias.
Dari tadi Sukoco hanya memperhatikan budak seksnya itu. Penisnya kembali mengeras saat melihat wanita itu mencoba untuk mengenakan pakaian dalamnya. Perlahan ia bangkit dan berjalan mendekat ke arah wanita cantik itu. Dengan sekali gerakan ia langsung memeluk erat tubuh langsing Maura yang kaget dengan gerakan tiba-tiba dari Sukoco.
"Mau kemana sayang?" Tanya Sukoco.
"Aku ingin pulang," ucap Maura.
"Puaskanlah batang ini sebentar sayang," ucap Sukoco sambil menggesekan penisnya ke bongkahan pantat Maura.
"Besok saja pak, aku harus cepat pulang," ucap Maura menolak.
Namun bukannya melepaskan Maura, Sukoco malah semakin erat memeluk Maura dan sedikit mencondongkan badan Maura kearah depan. Dengan gesit Sukoco menarik segitiga pengaman yang baru saja Maura kenakan. Ia langsung melesatkan batang penisnya ke dalam liang senggama milik Maura yang sering ia pakai tersebut. Dengan cepat Sukoco memompa batang penisnya di dalam liang peranakan Maura sambil meremas-remas dada besar milik Maura. Erangan kenikmatan mulai terdengar dari mulut Maura.
"PlakKkk... Pllaakkkk.... Pplllaaakkkkk....."
Suara benturan antara selangkangan Sukoco dan pantat semok Maura mengiringi desahan mereka menuju kenikmatan duniawi. Dengam rpm tinggi Sukoco tak ada hentinya melesatkan batang penis ke dalam vagina yang mulai banjir itu. Tubuh Maura terlonjak-lonjak seiring dengan sodokan yang terus di lakukan oleh Sukoco hingga akhirnya.
"Akkhhhhh......."
Mereka berdua mengerang bersamaan, Sukoco kembali menumpahkan cairan spermanya ke dalam rahim Maura untuk yang kesekian kalinya. Ia langsung melepaskan penisnya dari dalam lubang milik Maura dan langsung mempersilahkan Maura untuk pulang. Tanpa sempat berfikir untuk membersihkan vaginanya, Maura langsung mengangkat celana dalamnya dan menutupi vaginanya yang masih meneteskan cairan cinta milik Sukoco.
Dengan terburu-buru Maura memasang bajunya dan langsung pergi meninggalkan Sukoco dan Ferdi yang sudah tertidur. Dengan langkah cepat Maura berjalan menuju lift, setelah ia sampai di lantai 1. Maura langsung menuju tempat parkir dan langsung menuju mobilnya untuk pulang kerumah mewahnya.
Dengan perasaan panik Maura mengendarai mobil miliknya dengan kecepatan yang lumayan tinggi menuju sebuah restoran yang menyediakan makanan cepat saji untuk ia bawa kerumah nanti. Sepuluh menit kemudian ia telah sampai di restoran itu dan membeli sebungkus fried chicken dan salad, setelahnya ia langsung melaju menembus dinginnya malam di kota untuk menuju rumah peristirahatannya.
****
Di sebuah restoran makanan cepat saji yang baru saja di kunjungi oleh Maura. Seorang pria berkepala botak sedang duduk sambil menghisap cerutu mahalnya. Ia sengaja duduk di luar agar asap dari cerutunya tak mengganggung pengunjung yang lain. Apalagi sampai terhirup oleh anak-anak. Pria itu hanya melihat ke arah jalan di mana mobil Maura sedang melaju meninggalkan tempat itu, setelah ia yakin bahwa Maura telah pergi. Pria itu mengambi handphone cerdasnya dan memanggil sebuah nomer. Cukup lama suara dengungan dari handphone cerdas yang ia pegang berbunyi, hingga akhirnya orang yang ia hubungi menjawab.
"Dia sudah pulang," ucapnya santai.
****
Tak berapa lama Maura telah sampai di rumahnya. Ia melihat lampu rumahnya masih menyala yang menandakan bahwa Armand masih bangun dan pasti sudah menunggunya. Dengan keringat dingin Maura keluar dari mobil dan berjalan menuju pintu rumahnya. Ia masuk dan langsung menuju ruang tamu, tempat di mana Armand sedang duduk santai sambil melihat sebuah film horror kegemarannya.
"Ini jam berapa Maura?" tanya Armand.
"Maaf sayang, aku...."
"Ya sudah, cepat ganti bajumu," ucap Armand.
"Baik."
Maura langsung mematuhi ucapan Armand, walaupun ia sudah mandi tadi. Tapi tetap saja ia harus menghilangkan bekas yang baru saja ia dapatkan dari Sukoco beberapa saat yang lalu. Sedangkan Armand ia lalu berdiri dan mengambil sebuah bantal dan selimut untuk menemaninya tidur di sofa, ia sungguh malas jika harus bertatap muka dengan istrinya saat ini. Entah kenapa ia merasa ada yang janggal pada Maura. Tak lama kemudian akhirnya ia tertidur di temani mimpi buruk akan masa lalunya yang setiap malam selalu menghantuinya.
****
Di kamar sebuah hotel, Rian yang sedang asyik-asyiknya bermain game perang keluaran terbaru sedikit kesal saat tiba-tiba handphonenya berdering.
Ia sesaat menatap ke arah layar handphonenya.
"Armand?" ucapnya Sambil membaca tulisan di layar hp nya tersebut.
"Ya halo ada apa Kak?" tanya Rian.
"Kamu di mana? Gak jadi datang ke rumah?" tanya Armand santai.
"Ohh, untuk malam ini nggak kak. Mungkin besok aku baru ke rumah kakak, lagipula aku sedang mengumpulkan informasi yang kakak suruh itu," ucap Rian yang kini melanjutkan permainannya.
"Dorr.... Dorrr.... Dorrr duuuaaarrrr."
"Aiiisshhhh khintil, bom pea asu anjing," umpat Rian kesal.
Ia baru saja kalah dalam game perang mode online itu. Ia yang tak fokus karena Armand yang terus saja mengoceh membuatnya menjadi kesal.
"Hahaha.... Kau memang tidak berubah dari dulu, besok pagi-pagi datanglah ke rumahku. Aku ingin melihay bukti yang sudah kau kumpulkan," ucap Armand yang kini mulai serius.
"Heemmmm baiklah, tapi aku baru memiliki satu rekaman saja itupun terlihat seperti tidak ada yang mencurigakan," ucap Rian santai.
Ia lalu berdiri dan berjalan ke arah kulkas untuk mengambil sekotak susu coklat ukuran 1 liter yang ia beli tadi sore di minimarket yang ada di dekat hotel tempatnya menginap malam ini. Di bukanya penutup susu kotak itu dan langsung ia minus sampai habis tak bersisa.
"Aaahhhh.... Memang mantap susu coklat ini apalagi kalau ukurannya besar dan empuk seperti punya istrimu itu kak hehehe," ucap Rian yang kini mulai ngelantur.
"Huuhhh memang dasar adik bodoh dan mesum, jika semuanya terbukti kau boleh menikmatinya. Tapi dengan satu catatan, aku juga boleh menikmati Dewi. Wanita yang dulu sangat kau cintai hahaha," ucap Armand yang tertawa lantang.
"Sialan kau! Memang kakak yang tak pernah mau rugi. Aku saja belum bisa menembus pertahanan Dewi sampai aku pindah ke London 5 tahun yang lalu, oh iya btw kabar Dewi gimana?" tanya Rian.
"Yah, dia tambah cantik dan seksi hahaha, sama seperti kakaknya," ucap Armand.
Rian sadar ada nada kesedihan saat kakaknya itu menyebutkan kata-kata terakhir. Ia tau betul apa yang di alami kakaknya saat masih duduk di bangku kuliah, sebuah tragedi pahit yang harus kakaknya alami dan membuatnya menjadi sosok yang paling mereka takuti.
Lama mereka bercakap-cakap dan tak terasa tiga jam berlalu. Armand menyudahi percakapannya dengan Rian dan kemudian Rian kembali melanjutkan game perangnya.
"Aiiihhhhh kontol memek bangsat, apa itu cheat hah! Kampret nih orang asu," umpat Rian nyaring.
"Gebeleg bener dah game di sini, cheat bertebaran di mana-mana. Ya udah gua main moba aja, moba khontol kesayangan kyuuu ummaahh.... Ummaahhh," ucap Rian sambil memainkan handphonenya.
Namun sialnya, baru saja ia masuk ke dalam menu game. Seseorang kembali menelponnya, seseorang yang penting.
"Dia sudah pulang,"