Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Petualangan Jenny-I

Jenny vs Pak Jono
27484056aef3f3fc6ffed0ff179499049965032e.jpg
 
Salam jumpa lagi suhu sekalian, mohon maaf juga kepada admin karena part 3 ini sangat lama baru dimunculkan lagi. Semoga dimaafkan, dan para pembaca belum lupa cerita sebelumnya. Mohon kritik dan masukannya suhu sekalian, dan selamat membaca..



Petualangan Jenny I - part 3

Butiran keringat mulai memenuhi badan kami berdua, seiring matahari yang mulai meninggi.
PLOK PLOK PLOK PLOKK....
"Hhhh...hhhh...uhhh..ukhhh.." Nafas kami saling berkejaran.
Lalu sepi, hanya sisa-sisa nafas kami dan deburan ombak di lautan belakang kami yang terdengar.
Aku merasa pak Sukri menundukkan badannya, menempelkan dadanya di punggungku tanpa bersuara, juga tak melanjutkan goyangannya.
Terdengar suara beberapa orang ngobrol di kejauhan, dari sayup menjadi semakin jelas.
Ada beberapa orang mendekat!
"Semalam menang gede si Jono..gue bilang juga apa!"
Diikuti derai tawa yang lainnya. Sepertinya ada 3-4 orang.
"Coba gua ikutan taruhan ya" Timpal seorang lainnya.
"Udah...menang atau nggak, mesti kita garap tuh si bongsor sebelum dia balik ke kota, dia kira dia siapa!! Cuma dia doank yang boleh enak di pulau ini?!"
Kami masih terdiam, dan terasa pak Sukri semakin menunduk, aku mulai merasa sesak ditiban badannya. Senjata pak Sukri terasa mulai mengkerut dan menarik diri dari liang sorgaku, dengan badan kami masih menempel rapat.
Langkah kaki mereka terasa persis di depan kami, di jalan setapak di atas, sambil terdengar mereka masih mengobrol sambil bersumpah serapah kepada pak Jono.
Aku hanya bisa menutup mata rapat-rapat. Badanku juga terasa lemas. Sisa-sisa nafsu dan orgasmeku tadi serasa merayap turun dari badanku ke dalam air laut di belakangku.
Perlahan terasa pak Sukri menjauhi badanku. Aku menoleh ke belakang, tampak ketegangan di matanya, masih setengah menunduk, memperhatikan mereka menjauh.
"Bu..Jenny..saya pulang dulu.." Bisik pak Sukri sambil berhati-hati meraih sarungnya di bebatuan, buru-buru memakainya.
Sandal jepitnya tidak lupa diambilnya. Lalu mengendap-endap pergi.
"Sialan!" Ucapku dalam hati. "Kedua kalinya aku dibeginikan sama dia!"
"Ahh!" Aku membalikkan badanku, berbaring di atas jaket yang kujadikan alas persetubuhan tadi. Masih basah liang sorgaku.
"Aku masih ingin!" Bisikku lirih. Entah kenapa ada air mata menitik di sudut mataku. Aku berkedip-kedip lalu mengusap mataku yang melihat langit biru di atasku.
Masih tidak jelas perasaanku, seperti terombang-ambing oleh air laut di hadapanku.
Perlahan aku coba duduk, sambil melihat ke arah perginya beberapa orang tadi. Angin segera menyambut, mengibarkan rambutku.
"Loh..kemana mereka?". Aku menengok ke belakang, juga tidak ada. Saat menengok ke kanan, masih terlihat pak Sukri di kejauhan melangkah dengan tergesa-gesa. Bahkan sandalnya masih ditenteng.

" Hohoooo..."
"Anjing" Bisikku bersamaan dengan degup keras di jantungku.
"Kayaknya kita ga perlu nunggu lama nih bos"
Ternyata ada lima orang dalam kelompok yang tadi membuat ciut pak Sukri.
Mereka muncul dari belakangku, membelakangi matahari.
Dua di antaranya bertelanjang dada, tiga lainnya memakai kaos singlet dan kaos T shirt biasa
"Lu ngapain disini sayang? Pengen ngerasain kontol nelayan?" Ucap seorang di antara mereka, setengah menghardik.
"Hahahaha...gue ga nyangka..kirain yang kayak gini cuman ada di bokep-bokep Jepang doang!" Ucap salah seorang dari mereka yang masih seperti anak belasan tahun.
Aku merapatkan kakiku, melipat tanganku sebisanya agar tidak memperlihatkan buah dadaku yang masih berkilat oleh keringat.
Dua di antaranya terlihat berdiskusi dengan wajah serius.
"Kita garap dimana dir? Di tempat si Yun aja ya?"
"Nah..setuju setuju...paling bebas gangguan disana!"
"Berdiri lu!" Perintah anak belasan tahun tadi.
Aku masih terdiam, seperti kaku dan dingin badanku, tidak sanggup melakukan apapun.
"Lu gendong donk Jo! Sekalian pemanasan!" Temannya menyambung. Diikuti derai tawa setengah parau dari kerongkongan-kerongkongan mereka.
Si anak belasan tahun dengan sigap melompat turun ke sampingku, menarik sebelah tanganku "buruan berdiri sayang, kita-kita belom sarapan nih!"
Aku diberdirikannya dengan kasar dengan mengangkatku di kedua lengan dekat ketiak.
"Bangsat, kelas berat nih!" Setelah diberdirikan mereka baru menyadari bahwa aku lebih tinggi dan lebih bongsor dibandingkan saat meringkuk tadi.
"Jangan ngaceng dulu lu Jo...lu belakangan ye..masih anak-anak lu!" Ujar yang tertua di antara mereka. Kembali disambut dengan tawa nakal lainnya. "Kita pretelin si gajah cantik ini ntar sampe abis peju kita!"
Aku sudah lemas, kehilangan harga diri, rasa masih ingin dipuaskan, bercampur menjadi satu.
"Nih pake dulu jaket lu sayang...lu ga mau diliat sama kontol-kontol nelayan lain kan? Sama kontol kita berlima aja lu pasti udah gak bisa jalan lurus nanti" Ucap yang tertua tadi sambil melempar jaketku ke wajahku. Aku memakainya dengan badan masih agak gemetaran.
"Cepetan sini!" Perintah salah satunya sambil membantuku naik ke jalan setapak yang lebih tinggi.

BUGGG!!! BAKKKKK!!
Seorang dari mereka yang diam saja dari tadi, tiba-tiba terpental dan terjerembab di tepian air. Kepalanya membentur batu karang dan terkucur darah segar.
"Ahhhhhh" Aku berteriak sambil menutup mataku.
"Heh bangsat!! Kalo masih mau hidup lu pada, cepetan pergi dari pulau ini!!" Sebuah suara yang kukenal. Pak Jono. Ia mengancam mereka dengan parang ditunjukkan ke arah mereka.
Aku melihat ke pemuda yang jatuh tadi. Ia mencoba berdiri dengan susah payah sambil memegangi keningnya yang bercucuran darah.
"Bawa pergi temen lu sebelum dia mati konyol!!" Pak Jono menunjuk pemuda tadi dengan parangnya.
Para pemuda yang tadinya garang, mendadak terdiam mematung.
"Lu pada nunggu apalagi?!" Bentak pak Jono memecah kebengongan mereka. Tiga di antaranya langsung berlari melewati samping pak Jono Setengah merunduk. Yang seorang masih tertinggal mematung.
Pak Jono memberi isyarat kepadanya dengan goyangan kepala, melihat ke pemuda yang berdarah tadi.
"I...iya pak.." Ia berlari turun, membantu berdiri temannya, membawanya naik ke jalan setapak dan pergi, menyusul ketiga temannya. Ya, 'teman' yang mendadak tidak setia kawan.

Tinggal aku dan pak Jono yang masih mematung, melihat mereka pergi menjauh.
"Maafkan saya atas kejadian ini bu Jenny" Ucap pak Jono dengan tenang.
Aku sudah takut, dia akan menanyaiku macam-macam.
"Mari bu Jenny, saya antar kembali ke rumah" Sambil menyarungkan kembali parangnya.
Aku merasa seperti terbebas dari rumah yang sedang terbakar. Nafasku kembali bisa normal.
Kami berjalan bersebelahan, tanpa berkata-kata. Aku merasa rileks kembali, diterpa angin bercampur matahari pagi yang semakin hangat. Aku merasa paha dalamku agak lengket, akibat sisa-sisa persetubuhan tadi yang mengalir keluar, bergesekan di antara kedua pahaku saat berjalan.
"Bu Jenny sudah sarapan tadi? Saya belum sempat balik ke rumah tadi"
"Sudah pak Jono...terima kasih banget" Aku tersenyum kepadanya.
"Tadi itu, saya melihat dari kejauhan, hal yang tidak biasa, makanya saya segera bergegas. Semoga bu Jenny tidak kapok kembali kemari ya...saya benar-benar minta maaf atas kejadian ini."
"Iya pak...sudah untung ada pak Jono menolong saya".

Kami sudah tiba di rumah pak Jono. Beliau membukakan pintu dan mempersilahkan aku masuk duluan.
" Saya buatkan teh lagi ya bu Jenny, yang tadi sudah dingin."
Aku hanya mengangguk. Aku duduk di meja tadi. Pisang rebus tadi sepertinya sudah agak dingin. Tapi karena petualangan yang tak terduga tadi, perutku kembali keroncongan. Perlahan kuraih pisang rebus tadi, merabanya sedikit. Memang sudah dingin. Tapi aku lapar sekali. Bodo amat.
Aku tertawa sendiri tanpa bersuara. Sebuah petualangan yang aneh. Setelah adegan menegangkan tadi, disinilah aku sekarang. Melahap pisang rebus setengah dingin ini, duduk di kursi kayu reyot, hanya beralaskan pantatku yang tidak ber CD dalam balutan lingerie hitam berenda seperti perek, bahkan selangkanganku masih sedikit lengket akibat cairan kewanitaanku yang sudah mengering.
"Silahkan tehnya bu Jenny, jangan dibiarkan dingin lagi" Pak Jono memecah lamunanku.
"Makasih pak" Segera kutiup dan kuseruput teh hangat tersebut setelah kunyahan terakhir dari pisang rebus terakhir di piring.
Pak Jono sedikit tersenyum melihat piring yang sudah kosong.
"Saya buatkan lagi ya bu Jenny"
"Ohh...jangan, tidak usah pak...saya udah kenyang". Kamipun berdua tertawa.
Pak Jono berpindah ke belakangku, memijat-mijat lembut pundakku. Ah, rileks sekali, masih dengan iringan suara deburan ombak. Aku memejamkan mataku menikmati pijatan beliau.
" Kalau pisang yang lain, bagaimana bu Jenny?" Beliau berbisik dekat sekali di kupingku, dengan sengaja menghembuskan nafas dan menggesekkan kumisnya.
"Ahhhh" Desahku. "Mau pak, tapi memek saya yang mau dikasih makan.." Aku mengulurkan tangan ke liang sorgaku dan mulai mengocoknya.
Pijatan pak Jono di leher mulai berpindah, menyusup ke dalam lingerieku, beliau meremas-remas susuku dari belakang.
"Ahhhh..." Antara kaget dan melonjak nafsuku.
"Mainin putingku pak..." Desahku keenakan.
Pak Jono melorotkan tali lingerieku ke samping, sehingga susuku bertengger bebas, dengan puting kecoklatan yang sudah mengeras.
Pak Jono dengan lembut menolehkan wajahku ke samping, dan menyambutnya dengan french kiss dengan eraman-eraman pejantan setengah baya. Sambil kedua tangannya tetap memainkan putingku dengan lembut.
"Mmmmh mmmmm..." Aku menyedot-nyedot dan memainkan lidahnya dalam mulutku sambil terus memainkan liang sorgaku.

BRAKKKKKKK...PRAKKKKKKK
Dalam sekejap pintu terbuka dan sebuah kapak sudah tertancap di bahu pak Jono sebelum aku menyadarinya.
"Aaaarghhh!!!!" Pak Jono terjatuh bersimbah darah. Nampak beliau memegangi pundaknya yang memancarkan darah, sambil berguling mencoba menghindar. Aku juga terjatuh ke samping, bergeser ke sudut ruangan. Aku tidak berani melihat dan berbuat apa-apa.

CREPPP...CREPPPP..BUKKK....KRAKKK
dari suaranya aku tahu, ada beberapa orang sedang membacok dan menginjak-injak pak Jono. Selang beberapa sata, suasana jadi tenang. Dan sebelum aku sempat membuka mata...

PAKKKKKKKK
aku kehilangan kesadaran..

-bersambung-

Sekali lagi mohon maaf suhu sekalian karena part 3 ini agak pendek, tapi semoga part 4 segera diluncurkan, dan menjadi klimaks bagi burung kita semua.
 
Petualangan Jenny I - part 4

KROKOTTT ROKOTTTT ROKOTTTT

JEDUG KRIKOTTT RIKOTTTT RIKOTTT

Kepalaku serasa berputar. Silau.
Aku melihat biru langit di atasku.
Mataku memicing, masih tersisa rasa sakit di pelipisku yang berdenyut-denyut.
Aku mendengar suara orang berbicara sambil sesekali tertawa.
"Sial, tangan dan kakiku diikat, juga mulutku" Pikirku.
Ternyata aku diangkut menggunakan gerobak kayu dengan roda yang berderit-derit.
Sepertinya bunyi itulah yang membuatku sadar. Terasa sangat sempit disini.
Nafasku tertahan saat melihat ke sampingku..
Aku segera memalingkan pandanganku ke arah dinding gerobak.
Aku ingin berteriak dan menangis, tapi takut akan kemungkinan terburuk yang bisa terjadi.
Aku ingat betul sekarang, apa yang kusaksikan sebelum aku pingsan.
Mereka membunuh pak Jono.
Pak Jono yang sempat menyelamatkanku saat mereka ingin menyetubuhiku beramai-ramai.
Aku hanya terisak-isak sesenyap mungkin.
"Maafkan aku pak Jono" Batinku.
Aku akhirnya memutuskan untuk memejamkan mataku, sambil berusaha memahami apa yang sedang terjadi.
Gerobak ini sepertinya dialasi dengan semacam kain, mungkin seprei dari rumah pak Jono.
Aku sendiri masih berpakaian lengkap seperti tadi sebelum pingsan.
Mengenakan lingerie hitam dengan jaket, tapi tanpa CD.
Meski dialas kain, gerobak ini tetap saja berbau amis, bercampur antara aroma ikan dan darah dari pak Jono di sebelahku.
Pak Jono dibungkus terpal plastik, namun kepalanya tetap menyembul sebagian.
Aku mengenali dari rambut panjangnya yang berkilat-kilat dibasahi oleh darah.
Aku sendiri ditutupi kain biasa yang tipis, sebatas mulutku.
Atas dari gerobak ini ditutup dengan jaring, sehingga aku bisa melihat keluar.
Aku masih di pulau ini sepertinya, masih terdengar suara ombak seperti tadi, dan bebatuan jalan setapak di bawahku, yang mengguncang-guncang badanku dari tadi.
Aku berusaha memejamkan mata sealami mungkin, agar tetap terlihat seperti orang yang masih pingsan.

Tak berapa lama, gerobak berhenti.
Berjalan sedikit lagi, lalu berhenti.
Aku merasa berada di samping sebuah gubuk dengan teras bale-bale bambu, sehingga matahari tidak langsung menyinariku.
Gerobak disandarkan sehingga posisi kepalaku sekarang lebih tinggi dari kakiku.
"Lu urus bangke si anjing tua ini Jo"
Terdengar jelas sebuah suara, sambil menyingkap jaring penutup gerobak.
"Siap bos!" Jawab pemuda yang dipanggil dengan sebutan Jo.
Aku merasa jasad pak Jono mulai diseret keluar gerobak dengan seenaknya, bergerak menjauh dari sisiku, sampai terdengar bunyi terjatuh di atas tanah berpasir.
Lalu suara benda diseret menjauh.
"Kita seret juga si perek ini bos?"
PLAKKK
"Bego juga lu...ntar lecet. Lu kira ngapain susah-susah kita alas pakai kain nih gerobak?"
"Udin, lu kan paling kuat, angkat nih si perek ke dalam" Perintah seseorang kepada yang lainnya.
"Oke bos..."
"Minggir lu, bego" Kata si Udin kepada temannya yang kena tampar tadi.
Udin mendekatiku dan mengamat-amati tubuhku. Diremas-remasnya susuku dengan kasar.
"Mmmmmnnnnnnh!!!" Aku melotot sambil menggoyang-goyangkan badanku yang terikat.
"Wohooo...udah bangun bos mainan kita, hahaha" Ucap si Udin.
"Mmmhhh" Aku berteriak kesakitan saat Udin menjambak rambutku sampai posisiku terduduk di gerobak.
"Hati-hati dong din, lu jangan kasar sama mainan kita..nanti lecet" Kata si pimpinannya yang tampangnya paling tua dengan kumis dan jenggot yang keabu-abuan.
"Dah, minggir lu" Si pimpinan menggeser Udin ke samping lalu berjongkok di depanku.
"Halo cantika..." Ucapnya dilembut-lembutkan sambil menatap mataku. Aku sendiri membuang pandangan ke samping, pada dinding gerobak.
"Lu kalo ga bertingkah seperti yang gue mau, lu banyak ngelawan, gue kasih lu nemenin si Jono anjing itu di dasar laut. Mau?" Ucapnya dengan tenang dan datar.
Aku cuma menggeleng. Aku lalu melihat ke arahnya.
"Gue dan anak buah gue cuma butuh hiburan. Lu bisa menghibur gue dan anak buah gue, lu selamat hari ini." Tangannya dijulurkan ke arahku, lingerie yang menutupi susuku disingkap sebelah, putingku lalu dipilin-pilin.
"Gue udah lama mau kasih pelajaran si Jono yang udah jadi bangke itu" Tambahnya, "modal kontol doang dia bisa make cewek-cewek haus kontol dari kota sana..ya, macam lu ini lah say..." Tangannya yang kasar tidak lepas dari putingku yang dipilin-plin dan sesekali dicubitnya dengan gemas.
"Lu nikmatin aja lah ntar kontol kita semua..gue yakin pengalaman lu ama Jono kemaren gak ada apa-apanya"
Aku mulai merasakan darahku berdesir akibat urat-urat nikmat di ujung susuku distimulasi. Belum lagi kata-kata kotornya yang merendahkanku.
"Nah kan, tuh lu udah mulai nafsu" Seringai si pemimpin dengan senyum jahat.
"Lu suka denger gua bicara yang kotor-kotor kan?" Diikuti beberapa orang lainnya yang terkekeh-kekeh
"Lu tau kan sekarang ngentot itu mahal? Kalo model kuli nelayan macam kita ini, paling juga dapetnya perek jelek. Yang asal punya memek aja.."
"Hahaha..betul bos" Ucap si-yang-kena-tampar-tadi dengan ketawanya yang jelek.
"Lu sana aja dah, ntar lu kebagian penutup aja...karena kebegoan lu"
Yang lainnya pun tertawa.
Semuanya ada 4 orang, ditambah satu yang bernama Jo tadi yang sedang membawa jasad pak Jono entah kemana.
"Kalian pergi dulu sana, nanti balik lagi sorean lah, gua mau main dulu sama si cantika ini"
Ketiga anak buah lainnya lalu pergi dengan taat, dengan wajah kecewa.
Aku tahu, mereka pasti berharap bisa memakaiku beramai-ramai.
"Ikatan lu gua buka, tapi sebelum lu berpikir macam-macam, gua kasih tau dulu. Jangan mikir mau kabur ya. Lu layanin aja gua dengan baik " Kata si pemimpin sambil mengeluarkan cutter dari kantong celana pendek cargonya.
Pertama dipotongnya kain yang dipakai mengikat mulutku.
Lalu dipotongnya tali rafia yang mengikat tanganku, sambil bertanya "nama lu siapa cantika?" Terlepaslah ikatan tanganku
"Jenny" Jawabku pelan. Ia sedang memotong tali rafia di kakiku, dan terlepas juga.

"Siapa? Gua gak denger" Ucap si pemimpin.
"J E N N Y !!"
BAKKKKKKKK
Aku setengah berteriak sambil menendang mukanya dengan kedua kakiku hingga ia jatuh terjengkang ke belakang di atas tanah berpasir.
Aku segera bangkit dan berlari secepat mungkin.
Aku bisa mendengarnya di belakang memaki "Bangsatttt!!! Gua matiin lu lontee!!"
"Kemana? Kemana?" Batinku diantara degup jantungku yang seperti memukul-mukul dadaku.
Aku lari secepatnya ke arah pantai, menjauh dari deretan gubuk-gubuk.
Aku melihat perahu nelayan bercadik dengan motor tempel, hendak menepi.
"Tolonggggg! Pakkk tolonggg!!!
Aku berteriak sambil berlarian ke tepi pantai sambil melambai-lambaikan tanganku ke arahnya.
Perahu nelayan itu mendekat.
Aku semakin berani, berlari ke air sampai sebatas lutut.
Lalu perlahan-lahan aku berhenti.
" Sial, itu kan yang bawa mayat pak Jono tadi" Umpatku dalam hati.
Aku berbalik untuk kembali ke pantai.
Disana sudah berdiri si pemimpin dengan tiga anggota lainnya.
"Apa pilihanku sekarang?" Batinku berkecamuk.
Aku berbalik ke belakang melihat perahu tadi yang semakin mendekat.
Aku memutuskan berlari ke arah perahu tadi.
"Pak!! Bawa aku pergi...aku bakal ngelayanin kamu sepuasnyaa....tolonggg pak!"
Ekspresi si Jo berubah. Nafsunya yang mungkin sudah di ubun-ubun juga mungkin mencerna kata-kataku tadi.
"Ayo naik! Cepetan!" Jo mengulurkan tangannya.
Walaupun aku berbadan besar, seketika gerakanku seperti gesit sekali. Aku meraih tangan si Jo, mencoba memanjat perahu, namun gagal.
Kecoba lagi, kembali gagal.
Suara air berkecipak di kejauhan mulai terdengar. Si pemimpin dan ketiga anak buahnya berlarian ke arahku.
"Ayoo sekali lagi! Satu..dua..tiga!" Teriak Jo mulai cemas.
Dan akhirnya aku bisa naik sepenuhnya ke atas perahu, lalu berguling dan jatuh terlentang di dalam perahu. Kakiku sebelah masih menggantung di bibir perahu.
NGUONGGGGGGGGGGGG
Mesin perahu menderu kencang sambil membuat gerakan memutar, menjauhi pantai.
Aku mencoba membenarkan posisiku, duduk di tingkap perahu. Ada sedikit genangan air.
Aku melihat mereka berempat berdiri mematung di kejauhan. Beberapa mulai berbalik berjalan kembali ke pantai.
NGUONGGGGGGGGGGGGG
Aku tidak berkata apa-apa dulu. Lagipula deru mesin sangat kencang.
Sekitar lima menit meninggalkan pulau agak jauh, si Jo mulai memperlambat laju perahu, mesinnya dimatikan.
"Ingat janji lu tadi." Ujarnya di bawah terik matahari. Kutafsir sudah sekitar jam 10 an. Jam tanganku sudah hilang, sepertinya diambil mereka saat aku pingsan tadi.
"Nyari ini?" Ucap Jo sambil mengayun-ayunkan benda di tangannya yang permukaannya sesekali memantulkan sinar matahari.
Itu adalah jamku!
"Iya..tapi kamu ambil aja"
"Gua nggak butuh..." Segaris senyum timbul di wajahnya. "Gua maunya itu aja" Katanya sambil menunjuk selangkanganku.
"Kamu nggak takut sama bosmu? Kenapa kamu mau nolong aku?" Aku bertanya dengan setengah berteriak melawan deru angin.
"Itu urusan gua" Jawabnya penuh percaya diri.
"Oke...tapi, kamu mau gituan disini? Di tengah laut?"
"Hahaha..." Ucapnya sambil mengangkat tangannya tanda agar aku pause sejenak berbicara. Dikeluarkannya sebatang rokok dari tas kecilnya di lantai, dinyalakan, lalu dihisapnya dalam-dalam"
"Nggaklah cantik, gua tau tempat bagus kok " Tambahnya setelah menghembus asap rokok dengan cepat. "Tunggu bentar ya".
Jo membuka tingkap perahu dan menyerok air keluar dengan potongan jerigen kecil di dalam kapal.

Aku hanya duduk terdiam mengamatinya.
Jo kutafsir belum berumur 20 tahun, memakai singlet putih, celana jeans selutut, badannya agak kurus tapi kekar sawo matang, dengan rambut pendek yang selalu ditutupi topi butut.
" Nah, selesai...kita bisa bulan madu sekarang tante" Ucap Jo sambil menutup tingkap-tingkap tadi. "Maaf tante kalo tadi saya kurang sopan ngomong lu-gua, saya sadar usia saya mungkin cuma separo usia tante"
"Kamu umur berapa?" Tanyaku
"Entahlah tante, yang jelas saya lahir tahun 2000 an"
"Orangtuamu masih ada?" Entah mengapa aku mulai mengiba padanya.
"Saya anak buangan tante, dari kecil dirawat sama seorang tukang ayam di pasar baru sana"
"Memangnya kamu udah pernah gituan?" Tanyaku lagi
"Belum pernah tante, tapi pernah ngintip di tempat pak Jono dulu pas gituan sama tamunya"
Aku sebenarnya memutar akal bagaimana cara agar bisa ke darat dengan selamat memanfaatkan bocah ini, tapi jalan satu-satunya sepertinya adalah menuntaskan hasratnya dulu. Apalagi dia belum pernah, pasti rasa penasarannya tinggi.
"Oke Jo, tante ikut aja kemana kamu mau bawa tante. Tante sudah janji kan"
"Kita ke pulau kecil tante, agak jauh 30 menitan, tapi solar masih full koq, baru dikasih duit sama bos kemarin suruh ngisi "

NGUONGGGGGGGGGGGGGG
Suasananya mirip saat aku biasa bepergian ke pulau-pulau, namun kali ini penuh dengan kenikmatan dan tumpahan sperma pria-pria asing yang tak kukenal.
25 menit kemudian kami sudah berada dekat dengan pulau tersebut. Pulau kecil dengan pepohonan yang rapat dan ada gubuk kecil disana.
Pulaunya masih bersih lautnya, dengan air kristal dan terumbu karang yang masih hidup.
Sejenak aku jadi lupa, masih berada dalam bahaya.
Jo mematika mesin dan mengarahkan kapal ke bibir pantai. Ia berpindah ke depan lalu turun untuk mengikat perahu di tiang yang sudah ada disana.
"Ayo turun tante, dari depan sini." Ucap Jo sambil mengulurkan tangannya.
Aku pelan-pelan berjalan ke sisi depan perahu,menunduk lalu memegang tangan Jo.
"Lompat aja tante, udah basah ini."
SPLASHHHH
Aku mendarat di air setengah paha.
Jo sudah duluan tiba di pantai.
"Ke gubuk aja tante, buat keringin baju dan jaketnya" Katanya sambil menunjuk ke sebuah gubuk kecil dari bambu beratapkan daun kelapa kering.
Aku ke gubuk, sesegera mungkin melepaskan jaketku dan lingerieku, sebelum kedinginan. Aku menggantungnya di dinding bilik bambu yang tidak sampai atas.
"Ahhhhh ..Letih sekali" Aku membaringkan badanku yang telanjang di atas lantai panggung dari kayu.
Terdengar langkah kaki di atas pasir.
"Tunggu...kenapa seperti banyak orang?"

-bersambung-
 
Petualangan Jenny I - part 5

Aku langsung terduduk siaga
Kuintip dari sela-sela bilik bambu yang renggang.
Dan, serasa dipukul-pukul lagi jantungku, seperti saat pelarian tadi.
Aku melihat sosok-sosok yang tak asing lagi bagiku.
"Bajingan!" Umpatku berbisik.
"Aku masih telanjang lagi! Gimana ya?!"

"Halo cantika..." Terdengar suara dilembut-lembutkan yang sudah kukenal.
Aku duduk di bale-bale dengan kakiku menapaki pasir di bawahku.
"Lu bakal nyesel udah kabur dari gua, perek berlemak!" Si pemimpin mengataiku dengan kasar sambil berdiri menghadang di pintu masuk bale-bale.
"Bagus juga lu udah telanjang, tinggal kita pake aja." Sambung seorang yang lain di belakang si pemimpin.
Si pemimpin mendekatiku dengan senyum kemenangan yang jahat.
"Kalo lu jadi perek yang baik, gua akan pertimbangkan untuk membiarkan lu hidup" Lanjutnya dengan datar.
"Sekarang keluar lu...layanin tuh anggota gua, tapi kalo lu dientot sampe mati, gua gak tanggung ya! Tuh kontol-kontol kelaparan semua" Bisiknya di kupingku yang diakhiri dengan gigitan kecil tapi kasar.
"Ahhhhh" Aku memekik sambil memegangi kuping kiriku yang berdarah. Aku melihat setetes darah segar di jariku.
Aku lalu berdiri dengan gemetaran.
Shock therapy yang diberikannya benar-benar ampuh.
Aku kehilangan keberanian untuk mencoba melarikan diri lagi.
Tapi mau kemana juga, pulau ini bahkan lebih jauh ke daratan daripada pulau tadi.
"Eit tunggu dulu cantika.." Tangannya yang kasar dan dingin meraih kedua bahuku dari belakang.
"Lu tau kan, siapa bos disini?" Tangan si pemimpin turun dari bahu lalu menelusup dari bawah ketiakku, langsung meremas kedua susuku dari belakang.
"Jawab, perek!!" Bentaknya sambil meremas kasar susuku.
Aku cuma sebisanya memegang tangannya, walau tahu akan sia-sia, bisa-bisa aku dikasari lebih lagi "I..iya...kamu bosnya.." Jawabku sedikit bergetar.
"Lu tau kan, bos mesti duluan dipuasin...?" Bisiknya dari belakang
"Ih..iyahhhh..." Aku menjawab secepatnya, takut digigit lagi.
"Bagus" Ia lalu menjauh dariku sedikit, melepaskan genggaman tangannya dari susuku.
"Hmmm.." Ia mengangguk sambil melihat ke bawah, ke arah celana pendeknya "Buruan, lu gak usah pura-pura bego!"
"Lu pada sana dulu...ntar pasti kebagian semua!" Perintahnya pada anak buahnya dengan gerakan tangan tanda mengusir.
Sedari tadi anak buah si pemimpin berkumpul berharap bisa nonton hidangan pembuka.
"Tapi nggak usah terlalu jauh! Hey! " Sambungnya
"Iya iya..." Jawab mereka sambil menghilang dari pandangan.
"Nah, kembali ke urusan kita cantika..ayo."
Aku dengan patuh duduk di bale perlahan, tepat di samping kaki si pemimpin.
Kubuka kancing celana cargo selututnya yang basah terkena air laut, lalu kuturunkan retsletingnya dengan hati-hati.
Celana si pemimpin sudah terasa sempit saat coba kuturunkan, karena senjatanya sudah mengeras.
Kupelorotkan celananya selutut, ia lalu duduk di sampingku sambil melanjutkan melepas celana lalu melemparnya ke belakang.
Ia menjambak rambutku, diturunkannya kepalaku dengan kasar, sehingga kini aku bertumpu dengan siku kiriku pada bale-bale, dan tangan kananku di pahanya yang ditumbuhi bulu.
"Lu isep kontol gue yang bener ya, kalo nggak.." Si pemimpin tidak meneruskan ucapannya.
Aku menarik senjatanya keluar dari balik CD nya dengan tangan kiriku, dan memegang CD nya dengan tangan kananku.
"Buruan isep!"
FLOPPP...SRUPPPP...SRUPPPP
Aku berusaha agar gigiku tidak kena senjatanya, sambil berusaha menahan rasa jijik, karena bau antara amis air laut, daki dan sisa-sisa kencing jadi satu di kulit senjatanya yang semakin mengeras.
"Uoooohhhh..ppp" Tiba-tiba aku merasakan cairan hangat di mulutku...encer dan berbau pekat
"Hahahaha...tetep sedot! Jangan lu lepasin, kalo nggak gua gorok lu!" Bentaknya. Tangan kirinya menahan kepalaku dari belakang, dan tangan kanannya mencari-cari sesuatu dari celananya.
CKLIK..KLIK..KLIK
disorongnya cutter yang diambil dari saku celananya tadi, lalu dipajangnya tepat di atas kepalaku.
"Lu minum kencing gua sampe abis!" Bentaknya lebih keras
"Gluppp..glkk..glkk..hmphhh....gluppp...hmmhhhp" Aku berusaha bertahan agar tidak muntah, menelan mililiter demi mililiter cairan pesing yang hangat, sambil menutup mataku, yang menitikkan air mata.
Dilepaskannya jambakannya sambil mendorong kepalaku.
PLOPPPP
mulutku terlepas dari senjatanya yang sudah puas berkemih tadi.
"Hahhh...hahhh...hahhhh" Aku megap-megap seperti kekurangan udara sambil berlutut lemas.
"Ini pengalaman kencing gua yang paling sip! Ditelan semua sama perek mulus kayak lu gini! Ckckckck!" Si pemimpin menggeleng-gelengkan kepala dengan senyum ekstra jahatnya.
Aku masih menutup mata, berjuang antara mengatur nafas dan tidak muntah.
"Hmpp..upppph.." Aku menutup mulutku sambil memejamkan mataku dengan rapat. Aku tidak tahan lagi, aku akan muntah.
"Awas lu muntah!! Perek bego!"

"Hoeakkkkkkk......ueakkkkkkkk.." Aku muntah tepat ke pasir di bawahku, sebagian jatuh di lututku.

"Perekk begooo!! Gua udah bilang jangan muntah!" Dijambaknya rambutku lalu dibenamkannya mukaku ke muntahan bercampur pasir di depanku.
"Lu rasainnn tuh muntah lu! Perek bego! Hihhh! Nafsu gua jadi ilang" Didorongnya lenganku dengan kakinya sehingga aku terjatuh ke samping terguling.
Badanku yang telanjang dan berkeringat bercampur dengan pasir.
Aku berusaha sebisanya menyeka wajahku dari pasir dan muntahanku sendiri sambil bersandar pada dinding bale-bale.
"Woiii...maju semua! Gua udahan nih!" Teriaknya keluar kepada anak buahnya.
Sekali lagi si pemimpin meludahiku, lalu mengambil celana dan CD nya,melangkah keluar sambil menendang pasir.
Aku mendengar anak buahnya berlarian datang.
"Udahan bos?? Cepat amat!" Seru seorang dari mereka.
"Lu jangan bacot kalo gak mau gua bikin kayak Jono!" PLAKK terdengar suara kepala dikeplak oleh si pemimpin.
"Lu jangan kasih ampun tuh perek di dalem ya...kalo perlu lu pake semaleman rame-rame! Sampe mati juga gapapa" Perintah si pemimpin

"Uhuyyy.."
"Siappp boss!"
"Minggir lu"
Terdengar suara mereka berlarian ke dalam bale.
Mereka sempat tertegun melihatku berlumuran pasir.
"Yahh kok main pasir gini sih sayang.." Ucap seorang.
"Bawa keluar aja ke pantai" Balas Jo
Mereka memberdirikan aku lalu membawaku beramai-ramai ke tepi pantai.
Aku bisa melihat si pemimpin sedang duduk di sebuah batang kayu hanyut, masih telanjang sambil menyalakan rokok.
Mereka mendorongku ke arah air, membawaku sampai sebatas paha.
"Kita mandiin dulu biar cakep mainan kita" Ucap Jo, diikuti tawa yang lainnya.
Mereka mengitariku, lalu memandikanku bersama-sama. Pantat besarku ditampar tampar oleh seorang, yang lainnya memainkan susuku dengan gemas dan kasar.
Jo berinisiatif duluan membuka celananya, melemparnya ke tepian. Melihat itu, yang lain juga melakukannya. Mereka semua ada 6 orang, rupanya di pulau tadi belum hadir semua.
"Bawa ke pinggir!" Perintah Jo sebagai inisiator.
"Lu pernah liat bokep gangbang waktu itu kan? Nah sekarang mimpi lu pada bakal terwujud! Ha ha ha ha!" Teriak si pemimpin.
"Ambil terpal di perahu!" Jo sebagai pemimpinya sekarang.
Dengan sigap seorang dari mereka memisahkan diri dari kelimanya, yang masih menggiringku ke pinggir.
Sebelum kami sampai di pinggir, seorang yang tadi sudah berlarian mengepit gulungan terpal, dengan senjata setengah mengeras yang terayun kesana-kemari saat berlari.
Dengan sigap dibentangkannya terpal biru di atas pasir pada bagian yang belum dicapai ombak.
"Duduk lu disini, sayang" Perintah Jo sambil merapikan terpal yang sudah tergelar.
Entah kenapa rasa takutku sudah tidak seperti tadi.
Mungkin karena ada perasaan, bahwa sia-sia saja aku melawan.
Survival instingku berkata, peluang terbaik untuk tetap hidup adalah melayani mereka sebaik-baiknya.
Seliar-liarnya, agar mereka keluar secepat mungkin.
Aku duduk dengan pose seperti putri duyung, dengan gaya senakal mungkin.
Aku bahkan memanggil mereka dengan nakal dengan satu jariku "sini...siapa dulu yang mau ngerasain isepan gua"
"Wohohoooo...ini baru perek idaman gua" Jawab Jo "Ya gua lah!" Jo langsung berdiri di hadapanku mengacung-acungkan senjatanya.
Tanpa spasi ataupun koma, aku langsung melahap senjata Jo dengan rakus.
"Hmmmmmh....mhhhhhhh....sruppppppp...sruuuuppp...flopppp.."
"Ahhhhh..." Jo meringis bagai orang kesakitan "ngilu..."
Aku menghisap senjata Jo secepat mungkin, dengan tanganku mengocok pangkalnya dengan cepat pula.
Kelima pemuda lainnya ikut mengelilingiku, susuku diperas-peras, ada yang berjongkok meng explore pantat besarku, mengobel-ngobel liang sorgaku.
"Tangan lu satu masih nganggur nih!" Seorang berkata sambil meraih tanganku, menggenggamkannya ke senjatanya yang tidak seberapa besar, namun sudah keras sempurna. Usianya mungkin tidak lebih tua dari Jo.
Langsung kukocok dengan keras., sambil tangan satuku tetap mengocok pangkal senjata Jo dalam kulumanku.
"A...ahhhhhhh" Pemuda yang kukocok tadi mengerang setengah menit kemudian

CROTTTTTT CROOTTTTTTT CROOTTTTTTTT

Ia lalu melepaskan tanganku dan mengocok sendiri senjatanya dengan lebih cepat dan mengarahkannya ke susuku.
"Hahaha...baru dikocok aja udah keluar lu! Ucap seorang di belakangnya " Minggir, giliran gua. Makanya jangan coli mulu lu."
Si pemuda pengganti segera meraih tanganku dan mengocokkannya ke senjatanya yang besar. Bahkan lebih besar dari milik Jo.
"Jo, gantian donk. Gua juga mau ngerasain sepongan si perek"
Aku segera memindahkan mulutku ke senjata si pemuda pengganti tadi.
Kuhisap dengan cepat dan dalam, sampai ke pangkalnya.
"Uhhhhhh" Ia juga meringis "perek beneran lu ya."
Ketiga lainnya masih sibuk meremas-remas bongkahan pantat dan susuku, sambil tertawa-tawa.
"Tuh, udah berair memeknya si perek" Ucap seorang, sambil mencolok-colok liang sorgaku dari belakang dengan satu jarinya.
"Dah nungging lu buruan" Kata seorang lainnya lagi.
Akupun berada di posisi doggy style.
Jo dan pemuda pengganti bersenjata besar tadi berlutut mengerubungiku dari depan.
Aku tetap lanjut menghisap senjata mereka bergantian sambil memasrahkan liang sorgaku melakukan perlawanan terpisah di belakang sana.
"Yang kayak gini cocoknya dientot negro..sama kita belum mentok, hahaha.."
"Lu belum pernah kan, make perek yang pantatnya segede ini" Ucap seorang di belakang pada temannya, sambil menggesek-gesekkan helm besi senjatanya di pintu masuk liang sorgaku.
"Akh.." Aku berusaha tetap fokus menghisap senjata kedua orang di depanku, meski rasa nikmat dari belakang sana mulai menjalari tubuhku, hendak mengacaukan pikiranku.
"Ahh..enak banget nih memek...belum pernah turun mesin nih pasti" Katanya pada temannya sambil mulai memaju-mundurkan pinggangny dengan senjata yang masuk setengah.
"Akhhh.." Aku melenguh saat ia menghentak penuh senjatanya ke dalam liang sorgaku.

PAK PAK PAK PAK...PAK...PAK...PAK...PAKPAKPAKPAK

Irama hujaman senjatanya pada bunyi pantatku yang beradu dengan badannya yang ramping dan kekar.
"Ahhhhhh..." Aku sering melepas hisapanku, tidak mampu fokus akibat rasa nikmat yang menderaku di belakang sana.
Berkali-kali Jo mengarahkan kembali kepalaku untuk menghisap senjatanya.

PAK PAK PAK PAK PAK PAK

"Gua dah mau keluar nihh!" Erang si pemuda yang sedang men doggy ku.
"Wei...jangan di dalem ******!" Perintah Jo.
"Gua....hh..ma..huuuu...kelu...arrrr..ahhhhhhh"
Ia menancapkan dalam-dalam senjatanya ke liang sorgaku, lalu dihentakkan beberapa kali, semakin lama semakin lemah

CROTTT CROTTT CROTTTTT

"Hahhh hahhh..." Si pemuda mundur sedikit terhuyung sambil memegangi senjatanya. Diperasnya lagi lalu dilap ujung senjatanya ke tengah bongkahan pantatku yang basah karena keringat.
Cairan kenikmatan kental pemuda itupun menetes keluar dari liang sorgaku.
"Yah kan...gua mesti make memek yang ada bekas peju lu!" Kata Jo .
Jo lalu berdiri dan memposisikan dirinya di belakangku.

SLEBBB...PAK PAK PAK PAK PAK PAK..

Aku sendiri sudah di ambang orgasme pertama sebenarnya, berharap aku digenjot tanpa henti, dan lagi, dan lagi.
Demikianlah orgasme demi orgasmeku kudapatkan, dengan hujaman-hujaman kasar senjata-senjata yang sudah kelaparan.
Aku bahkan tidak merasakan lagi terik matahari di atasku, badanku sudah bermandikan keringat, bercampur dengan keringat, ludah, dan sisa sperma mereka.
Semuanya terasa semakin hening, bahkan dalam keadaanku yang terhentak-hentak, dengan perlawanan liang sorgaku yang sudah semakin melemah.
Aku tadinya berpikir, semua ini akan selesai dengan cepat.
Aku salah.
Aku sudah tidak menyadari, pemuda yang mana yang sedang menggenjotku, atau sudah keberapa kalinya mereka menumpahkan spermanya di perutku, wajahku, susuku, juga di dalam liang sorgaku.
"Aku...tak tahan...lagi..." Batinku dengan posisiku terlentang, masih digenjot salah seorang dari mereka.
Pandanganku semakin benderang dan putih, suara berdenging semakin nyaring di telingaku.

-bersambung-
 
Wow....di gangbang.. noga akhirnya mampu meloloskan diri & balas dendam hehe
 
Cantika nya kekenyangan tuh lalu pingsan :ha:
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd