Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Petualangan Jenny-I

Petualangan Jenny I - part 6

WURRRRRRRR
SWOSHHHHHHHHH

Mataku terbuka, langit biru diatasku.
Matahari sudah bersembunyi di balik pepohonan, sudah puas memanggang kulitku.
Deburan ombak terdengar lebih dekat dan keras, dibanding tadi saat pertama tiba di pulau ini.
Aku mencoba duduk, menapak dengan kedua tangan di samping tubuhku yang masih telanjang.
Perih sekali wajah dan bagian depan tubuhku, akibat terbakar matahari.
"Kemana bajingan-bajingan tadi?" Batinku.
"Berapa lama aku pingsan di bawah sinar matahari tadi?"
Bahkan terpal yang dipakai bajingan-bajingan tadi menyetubuhiku, sudah tidak ada di bawahku.
Aku dibiarkan pingsan beralaskan pasir.
Dan, "akhhhhh" Aku meringis kesal, mendapati diriku masih berlumuran sperma mereka, sedangkan rambut dan bagian belakang tubuhku dipenuhi pasir.
"Hal terbaik yang bisa kulakukan saat ini adalah berendam di air laut" Aku berbicara pada diriku sendiri.
Aku berdiri, melangkah dengan sedikit sempoyongan ke arah air.
Liang sorgaku sedikit perih, mungkin saat pingsanpun aku masih terus disetubuhi tadi.
Aku meraba pahaku dan mendapati sisa sperma kering di sekeliling liang sorgaku.
"Semoga semua ini cuma mimpi...mungkin saat aku menceburkan diriku seluruhnya ke air, aku akan terbangun. Terbangun dari tidur siang di kamar kost ku yang ber AC" Pikirku.

BYURRRRR
Setelah berjalan beberapa belas langkah sampai air setengah paha, aku menjatuhkan diriku ke dalam air.
"Haaaah..." Aku kembali keluar dari air, mengusap wajahku, lalu dengan telaten membilas setiap jengkal tubuhku.
"Yes, ini bukan mimpi.." Aku bersungut-sungut sambil memainkan tanganku di dalam air seperti hendak berenang mundur.
"Sebenarnya tempat ini indah sekali, seandainya bukan bersama bajingan-bajingan itu di sini. Sungguh tega mereka membiarkan aku disini seorang diri."
Setelah membersihkan diri, aku kembali ke bale-bale tadi, berharap lingerie dan jaketku masih ada disana.
"Syukurlah, masih ada." Aku berlari-lari kecil ke arah bale-bale, mengambilnya, lalu mencari kayu hanyut yang agak kering, menyeretnya ke bagian yang terkena matahari, lalu menjemurnya.
"Sekarang bagaimana?" Pikirku gelisah.
Aku mulai tersadar dari segala keindahan yang ditawarkan pulau kecil ini, bahwa masalahku masih panjang.
Untung akal sehatku masih jalan, setelah satu hari satu malam, aku didera antara kenikmatan, penyiksaan, dan pembunuhan.
Aku berdiri sedekat mungkin dengan bibir pantai, mencoba mengamati jika ada kapal atau apapun yang lewat di laut.
Hampir 15 menit berlalu, sampai kudengar suara motor perahu di kejauhan, belum terlihat jelas warna dan ukurannya.
Aku memutuskan mengambil jaketku, mengibar-ngibarkannya.
"Hooooooooiiiii!!!! Ho...uhukk uhukkk hukk!" Suaraku terputus oleh batuk, karena tenggorokanku kering.
"Percuma juga berteriak,tidak akan terdengar dengan suara motor perahu yang bising itu" Aku berpikir kemudian, berteriak bukan ide yang bagus. Tidak dengan tenggorokan kering seperti ini.
Tanpa bersuara aku tetap mengibar-ngibarkan jaketku, sesekali melompat.
"Yes! Perahunya mendekat" Aku mulai kegirangan.
"Tunggu dulu, masa telanjang gini." Bisikku kepada diriku sendiri.
Segera kukenakan lingerie hitam yang masih setengah basah tersebut.
Perahu bermotor itu semakin dekat, dan modelnya seperti kukenal.
Saat semakin dekat, aku bisa melihat ada 2 bayangan manusia di atasnya.
Ada sedikit kelegaan di hatiku, sambil tetap berharap semoga kelegaan itu benar, dan yang datang bukan bagian dari bajingan-bajingan tadi.
Aku berlari memasuki air selutut, tanpa memperdulikan lingerieku yang kembali basah terkena cipratan air.

Aku memayungi wajahku dengan tanganku dari terpaan sinar matahari, mencoba memperhatikan baik-baik siapa yang datang.
Dan aku dipenuhi rasa senang dan haru, setelah melihat siapa kedua sosok di atas perahu tadi.
"Cik Juliaaa ?!" Aku setengah berteriak dengan suara sedikit tersendat.
Hanya suara deru mesin perahu yang semakin bising, dan seorang yang baru kukenal tersebut, melambaikan tangannya.
Saat mendekat, aku bisa melihat kecemasan di wajah mereka.
Ya, kedua orang tersebut adalah cik Julia dan pak Sukri.
Aku tersenyum kegirangan sambil melambaikan kedua tanganku, berlompatan di tempat, membuat kedua susuku saling bertubrukan di balik lingerie basahku.
"Kamu baik-baik aja Jen?!" Cik Julia sudah mendekat, hanya hitungan detik perahu pak Sukri tiba.
Mesin perahu sudah dimatikan sedari tadi.
"Kamu gak apa-apa?" Tanyanya lagi.
Aku cuma mengangguk-angguk sambil memberi istarat menunjuk leherku.
Cik Julia memakai topi rimba berwarna khaki, kaos putih ketat lengan panjang, dan celana pendek ketat selutut. Tidak lupa juga sunglass khas emak-emak.
"Bu Jenny kesini lagi dikit, biar sayang langsung putar perahunya!" Pak Sukri memberi tahuku setengah berteriak.
Aku berjalan lagi sampai air sepangkal paha, menghampiri perahu pak Sukri yang sudah berubah posisinya menjadi sejajar garis pantai.
"Ayo bu Jenny saya bantu naik. Ibu pegangan disini." Pak Sukri memintaku berpegangan di bagian belakang perahu yang terbuka.
"Nanti kakinya sebelah dinaikkan kesini ya, lalu saya tarik ibu."
Ada bagian terbuka di bagian buritan kapal, dengan bagian yang agak keluar yang rendah posisinya, untuk memudahkan penumpang naik ke perahu sehabis berenang atau snorkeling.
Sesaat aku berhasil naik ke perahu, menjadi momen tak terlupakan, seperti menang lotere 1 milyard.
Terdengar suara perahu lain tidak jauh dari perahu pak Sukri.
"Sial, itu mereka pak Sukri! Cepa...uhuk uhh hukkk!" Aku sampai lupa kalau tenggorokanku sakit.
Perahu beratap yang seperti punya pak Sukri terlihat di kejauhan.
Entah kenapa, instingku berkata itu mereka.

NGUONGGGGGGGGG

Mesin perahu pak Sukri segera meraung, setengah berbelok, mengarah ke laut dengan arah menjauhi kedatangan perahu tadi.
Terpaan angin membuat badanku dingin di balik lingerie basahku.
Cik Julia membungkusku dengan handuk dari belakang.
"Baju kamu basah Jen, dibuka aja...bungkus badan kamu pake handuk aja nih.."
"I..iya cik" Aku berbicara tanpa mengeluarkan suara.
Pak Sukri duduk di buritan bersama mesin tempel, masih memacu perahunya dengan kecepatan tinggi.
Sesekali beliau memeriksa ke belakang.
Ternyata perahu tersebut mengikuti.
Aku juga melihat ke belakangan, bersembunyi di balik handuk dengan sedikit cemas.
Tentunya tidak secemas saat 'terdampar' tadi.

PANG!!

Tiba-tiba aku terkaget oleh letusan yang mengalahkan suara deru mesin.
Aku melihat ke arah cik Julia, dengan kedua tangannya memegang pistol kecil berwarna krem bergagang hitam.

PANG!!

Letusan kedua, dengan asap dan selongsong yang langsung bertiup ke arah belakang kapal.
Masih memegang pistolnya dengan kedua tangan, cik Julia memberi isyarat dengan gerakan pistolnya agak perahu di belakang menjauh.
Aku menoleh ke belakang, dan benar perahu tersebut berhenti.
Cik Julia beringsut dan duduk di hadapanku, setelah memasukkan pistolnya ke dalam tas travel kecilnya.
Dipegangnya pundakku, dan tersenyum di balik kacamata hitamnya "kita aman sekarang Jen, nanti aku ceritakan semua ya. Yang penting kita tiba di darat dulu."
Aku hanya mengangguk.
"Ini kamu coba pake bajuku, aku ada bawa untuk jaga-jaga." Cik Julia mengambil baju terusan tanpa lengan kepadaku, sambil berbicara agak keras mengimbangi suara deru mesin perahu.
Aku membuka handukku, melirik sejenak ke pak Sukri di belakang.
Beliau tertawa tanpa bersuara.
Lalu aku kembali melihat ke cik Julia, dan kami sama-sama tertawa.
Sebentuk tawa kelegaan, juga sebentuk bahasa yang dipahami kami bertiga.
Agak ketat baju cik Julia, tapi masih oke lah, dibanding lingerie basah tadi.
Lalu seperempat jam berlalu, kami kembali terdiam, hanya duduk memicingkan mata, ditemani terpaan angin, deru mesin, dan sesekali cipratan air laut dari samping.
Kutafsir sudah sekitar pukul 3 atau 4 sore saat ini.
*Cukup lama juga aku pingsan setelah kejadian jahanam tadi",batinku.
Kami memasuki dermaga yang sama, saat aku dan cik Julia berkenalan sepulang dari pulau.
Seperti ada deja vu.

Pak Sukri mematikan mesin, berjalan ke haluan perahu untuk mengambil tali.
Sesaat sebelum bersentuhan dengan tiang-tiang dermaga, pak Sukri melemparkan tali kepada seseorang yang sudah menunggu di dermaga untuk mengikatnya.
"Petualangan yang mengerikan ini berakhir sudah, terima kasih Tuhan.." Aku bersyukur dalam hati.
Cik Julia duluan naik ke dermaga yang sedikit lebih tinggi dari bibir kapal, dibantu oleh pak Sukri dari sisi dermaga.
Aku menyusulnya, kuraih tangan pak Sukri lalu beliau membantuku naik ke dermaga.
"Pak Sukri gimana nanti selanjutnya disana?" Cik Julia membuka pembicaraan, sambil membuka sunglassnya.
"Itu...eh, bu Julia nggak usah kuatir." Jawab pak Sukri pelan, sambil memaksakan sedikit senyumnya. "Yang penting bu Julia dan bu Jenny sudah aman sekarang" Tambahnya.
"Saya akan menyelesaikannya sendiri bu, lagipula...saya juga tidak tinggal di pulau itu bu, saya cuma membantu almarhum kakak saya mengantar jemput tamu-tamunya kesana."
"Saya juga merasa sedih dengan kejadian tak terduga ini, maaf saya tidak bisa membantu banyak pak Sukri" Ucap cik Julia sedikit bernada sedih sambil mengulurkan sebuah amplop terlipat-lipat di tangannya.
Cik Julia meraih tangan pak Sukri, menggenggamkan amplop terlipat itu ke tangannya. "Semoga pemberian saya yang tidak seberapa ini bisa membantu pak Sukri."
Pak Sukri sedikit terbata-bata tanpa melepaskan tangannya dari genggaman cik Julia "saya tidak tahu bagaimana membalasnya bu.." Jawab pak Sukri dengan mata mulai berair. "Kami hanya orang kecil, apalah kami tanpa bantuan dari orang besar seperti ibu.." Tambahnya lagi.
Aku merasa pak Sukri mungkin tidak dapat menemukan kata-kata yang tepat, namun aku menangkap maksudnya.
"Baik-baik ya pak Sukri" Dengan suara parau dan mataku yang juga berair, tertular rasa sedih yang terpancar dari pak Sukri.
"Ibu Jenny jangan kapok ya main ke pulau itu, selama ibu di bagian pulau yang ramai pengunjung itu, saya jamin ibu akan baik-baik saja" Seutas senyum mulai kembali ke wajah pak Sukri.
Aku mengangguk sambil membalas senyum.
"Ayo Jen...pak Sukri,kami pamitan ya, sekali lahi terima kasih untuk semuanya." Cik Julia memegang bahuku, lalu kami berjalan di dermaga kayu yang sebagian sudah berlubang itu.
"Aku antar ya, aku bawa mobil koq Jen" Ucap cik Julia dengan ramah.
"Ah..barangku semuanya masih di rumah pak Jono sana cik..termasuk kunci kost dan handphoneku " Aku tiba-tiba teringat.
"Aduh iya, sorry aku sampe lupa ngasih tahu kamu, ini sudah ada dalam tasku, beberapa barang kamu disana tadi, aku ambil yang penting-penting aja." Jawab cik Julia cepat.
"Aduhhhh...Cik Julia ini benar-benar penyelamatku.." Aku spontan memeluknya.
"Eh, maaf cik..aku main peluk aja" Aku segera melepaskan pelukanku.
"Aku terlalu gembira cik.."

Sampailah kami di parkiran, di mobil cik Julia.
"Ayo aku anter ke kost kamu, kamu tunjukin jalan ya."
"Iya cik.." Jawabku sambil membuka pintu kiri depan dan naik.
Ada hal yang terasa mengganggu tadi, tapi aku tidak mampu merumuskannya sekarang. Mungkin faktor kelelahan juga.
Sesaat mobil memasuki jalan raya, cik Julia membuka obrolan.
"Kost kamu di jalan apa Jen?"
"Di jalan AB cik..tau?"
"Oh ok...tahu koq..dekat banget.."
Lalu cik Julia melanjutkan ceritanya, memecah suasana hening selama 1 menit lebih.
"Tadi itu aku dapat telepon tau nggak, dari pak Jono. Pas kuangkat, pak Sukri yang ngangkat. Dia tahu, mungkin sudah dipesan pak Jono sebelumnya, kalau malam ini aku yang mau dijemput kesana. Jadinya dia ngasih tahu aku seluruh kejadiannya. "
Aku menggangguk-angguk sambil terus memperhatikan cik Julia bercerita.
"Aku langsung minta dijemput sama dia, setelah tutup toko. Untung ada pistol pinjaman temanku, yang suka 'main' juga sama aku. Buat jaga diri katanya. Aku sendiri pertama kali pake buat nembak tadi. Deg-degan abis."
"Kalau bukan cik Julia yang jemput tadi, nggak tau aku jadi apa." Ucapku sambil menggaruk pipiku. Aku perlu segera mandi.
"Habis alfa di depan itu nepi aja cik, aku kostnya dalam gang." Aku menunjuk ke arah mulut gang yang ada gapuranya.
"Aku temenin deh, biar kamu gak risih jalan sendirian cuma pake terusan gitu." Usul cik Julia.
"Iya deh cik, nanti singgah aja, aku ada minuman dingin di kulkasku." Jawabku mengiyakan.
Kami berduapun jalan bersebelahan memasuki gang yang hanya cukup dua motor berpapasan.
Di belokan gang ada sedikit bagian yang melebar, dan seperti biasa ada tukang becak yang sudah kukenal sedang selonjor bertopang kepala menyamping di atas becaknya.
"Baru pulang piknik non?" Sapanya ramah dengan gigi ompongnya yang tidak ia tutup-tutupi.
"Iya pak.." Jawabku seadanya mencoba ramah.
Aku bisa merasakan tatapannya ke arah susuku yang bergoyang-goyang karena tidak ditopang BH.
Sampailah kami di kostku.
Setelah membuka pagar yang tidak digembok, terlihatlah kost-kostan yang berupa petak-petak sederhana 3x3 meter berjejer sebanyak 5 kamar. Di sebelah kamar paling ujung adalah dapur bersama dan ada 2 buah kamar mandi.
Suasana kebetulan sepi, dan kamarku berada di tengah-tengah (nomor 3).
"Anggap aja rumah sendiri ya cik...ambil apa aja yang cik suka di kulkas, atau mau tidur-tiduran juga bisa." Kataku sambil menunjuk ke kulkas kecil di sudut ruangan. "Aku langsung mandi ya udah gerah banget."
"Oke Jen.." Jawab cik Julia sambil menunduk membuka kulkas. Diambilnya sekaleng Pocari Sweat lalu duduk si tepi kasurku sambil bersandar di dinding.
"Disini kost khusus cewek kah Jen?" Tanyanya sambil membuka kaleng minumannya.
"Iya cik" Jawabku sambil membuka lemari, mengambil handuk dan perlengkapan mandi.
"Santai dulu aja ya cik..aku mandi siapa tau agak lama"
"Mmm hmmm...ok Jen" Jawab cik Julia sambil meneguk Pocarinya.

Sambil mandi aku kembali berpikir keras, mencoba mengingat-ingat. Hal apa yang terasa janggal tadi, saat di dermaga.
"Ah sudahlah, mungkin hal tidak penting" Pikirku sambil menyiramkan air ke kepalaku.
15 menit lebih aku mandi dan keramas, benar-benar lega rasanya. Hanya kulitku yang sedikit terbakar dan agak perih.
Aku masuk ke kamar kostku yang memang tidak dikunci oleh cik Julia.
Ternyata cik Julia tertidur, pasti kecapekan juga.
Aku juga rasanya ingin sekali segera tidur.
Karena tidak enak membangunkan cik Julia yang tidurnya tepat di tengah-tengah tempat tidurku, aku memutuskan tidur di lantai saja.
Kuambil selimutku kujadikan alas, lalu aku berbaring terlentang tanpa bantal di atasnya.
"Akhir dari petualangan yang aneh" Pikirku sebelum terlelap dengan cepat.

Masih setengah mengantuk, aku tersadar, melirik jam di atas jendela kamarku, sudah pukul 6 sore, terdengar adzan berkumandang.
Dari tempatku berbaring, aku melihat tangan cik Julia menggantung di sisi tempat tidurku.
Aku duduk sambil mengusap-usap wajahku.
Aku memperhatikan nafas cik Julia dalam tidurnya, dan dadanya yang bergerak naik turun.
Tanpa sengaja pandanganku bergeser ke arah perutnya, lalu ke bawahnya lagi.
"Cik Julia pasti sering gym...bentuk tubuhnya masih kencang dan bagus " Pujiku dalam hati.
Tiba-tiba jantungku berdetak keras saat melihat selangkangannya.
Aku menutup mulutku masih dengan rasa setengah tidak percaya.
Mataku masih terpaku pada gundukan di selangkangan cik Julia.
Aku beringsut mendekatinya tanoa bersuara, mencoba melihatnya dari dekat.
Aku mendekatkan tanganku pada gundukan tersebut, walau aku tak berniat menyentuhnya, takut cik Julia terbangun.
Sesekali aku melirik ke cik Julia, memeriksa apakah dia masih tertidur.
Jantungku masih berdebar-debar, antara rasa tidak percaya dan penasaran.
Kuberanikan diri menyentuhnya.
"Astaga.." Batinku.
Aku menoleh ke cik Julia lagi.
Dan, ia sedang memandangiku sambil tersenyum.
Jantungku serasa mau lepas.
"Buka aja Jen, jangan takut-takut gitu." Sambil memberi kedipan nakal.
Pipiku terasa hangat, entah karena ada sesuatu dari dalam atau bekas terbakar matahari.
"Ayo Jen, gak apa-apa..ini jadi rahasia kecil kita".
Aku perlahan-lahan membuka kancing celananya, lalu menurunkan ritslitingnya.
Cik Julia pun beringsut-ingsut agar aku leluasa menurunkan celananya.
Setelah celananya terlepas, tampaklah CD biru mudanya yang sebagian berenda transparan, dengan sebuah batang berurat yang mulai mengeras, membentuk cetakan pada CD nya.
Cik Julia sendiri memelorotkan CD nya dengan melipat kedua kakinya sehingga lututnya mendekati dadanya, lalu kembali meluruskan kakinya dalam posisi telentang.
Berdirilah senjata cik Julia yang bentuknya melengkung ke samping, tanpa sehelaipun bulu jembut.
" Kamu masih mau berteman denganku kan Jenny sayang?" Desahnya sambil mulai mengocok dengan lembut senjatanya.
Aku masih bersimpuh di lantai tanpa berkata-kata.
Menyadari keadaan yang jadi canggung, dan teringat segala kebaikan cik Julia padaku, akupun tersenyum.
"Iya donk cik, cik boleh panggil aku dengan sebutan apa aja" Ucapku sambil merangkak perlahan menaiki kasurku, mendekati selangkangan cik Julia.
Tanpa melanjutkan ucapanku, aku memegang tangannya yang sedang mengocok pangkal senjatanya, lalu mulai mengulumnya.
"Mmmmh....hmmmmmmm" Aku mendesah sata mengulum senjata cik Julia yang tidak terlalu besar itu.
Tidak sebesar pria-pria yang menyetubuhiku dalam 2 hari ini.
"Aaahhhhh..mhhhhhhhh...." Cik Julia ikut mendesah layaknya seorang wanita yang sedang dijilati liang sorganya.
"Ahhhhh....ahh kuuhhh udah mau kluar Jen.....ahhhhh"
Kukulum lebih cepat dan kubenamkan sedalam-dalamnya ke dalam tenggorokanku kepala penis cik Julia.
"Aaaah....uffft.....akhhh..." Cik Julia menjerit kecil pendek-pendek"
Aku menelan semua cairan dari senjata cik Julia.
"Maaf Jen, aku keluar cepet banget " Bisik cik Julia lirih.
Aku segera beringsut ke sampingnya, berbaring berhadap-hadapan.
"Kamu penyelamatku cik...aku rela diapain aja sama kamu" Kami bertatapan sambil berpelukan menyamping.
Aku berinisiatif untuk memulai french kiss.
Cik Julia menyambutnya dengan nafas yang masih belum teratur.

GUBRAKK...KROSAKKK

Aku segera duduk, melihat ke arah jendela kostku. Rupanya tirainya tidak tertutup rapat.
Dan ketika aku mengintip dari balik tirai, tampak tukang becak tadi sedang berlari keluar pagar sambil membetulkan celananya.

-tamat-
 
Kepada para suhu-suhu pembaca yang budiman, dengan ini kisah petualangan Jenny 1 saya tutup. Mohon maaf atas segala hal yang masih jauh dari sempurna, ataupun beberapa bagian maupun ending cerita yang mungkin tidak sesuai ekspektasi suhu-suhu sekalian.
Semoga secepatnya petualangan lainnya dari Jenny si bongsor segera diluncurkan.

Terima kasih , kritik dan saran dari suhu sekalian akan sangat bermanfaat bagi nubi, TS yang masih hijau ini 🙏🙏🙏
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Cerita yang mantul dah ini. :genit:
Ada plot twist di endingnya :D:spy:
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd