Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA Petualangan Maryanah, Sang Istri Sholehah

Chapter 11

Hari masih pagi, Yanah dan Pak Muslim sudah meluncur kembali pulang kerumah. Keduanya saling diam tak ada suara, Yanah sibuk dengan lamunannya, dirinya tak menyangka pengalaman kemarin seperti melahirkan diri Yanah yang baru. Persetubuhan dengan Mertuanya meninggalkan perasaan yang dalam di hati Yanah maupun di hati Pak Muslim, keduanya sudah terikat secara bathin tanpa mereka sadari.

Pak Muslim fokus pada jalan raya, ia mengendarai mobilnya dengan sangat santai tanpa tergesa-gesa, seulas senyum tersungging di bibirnya. Sedangkan Yanah menatap kosong jauh kedepan, apakah dia harus pasrah menerima nasib diri atau dia harus melawan dan berontak???. Tak terasa sebulir airmata jatuh dipipi nya yang putih mulus merona merah. Pak Muslim tak mengetahui menantu cantiknya yang sedang diam disampingnya meneteskan airmata, Pak Muslim tetap fokus pada Jalan raya dengan perasaan yang berbunga-bunga.

Kita tinggalkan sejenak Ayah mertua dan menantunya yang sedang diperjalanan kembali ke kehidupan nyata mereka. Saat itu, saat Yanah di setubuhi Pak Muslim, nun jauh disana di kota Malang, Abas sedang asyik masyuk dengan seseorang yang hadir menggoda keimanannya. Acara Rapat yang membuat penat kepala Abas hingga dia memutuskan untuk memberikan kesenangan pada dirinya, sungguh tak pernah Abas duga bahwa Yudhi makhluk yang kini selalu hadir dalam mimpinya ada di kota yang sama.

Pertemuan yang tak disengaja itu mengantarkan keduanya kesebuah kamar hotel dan terjadilah pergulatan ayng dilarang oleh Agama. Bukan Abas tak tahu persoalan larangan Agama ini, pendidikan pesantren yang Abas peroleh sedari kecil seringkali membahas persoalan ini. Kisah Nabi Luth dan pengikutnya selalu didengungkan oleh para Ulama dan pengasuh Pondok Pesantren tempat Abas menimba ilmu, belum lagi cerita menyeramkan kaum sodom gomorah yang membuat bulu kuduk Abas dan rekan-rekan santrinya merinding ketakutan.

Namun setan begitu kuat menggoda keimanan Abas, lewat pesona Yudhi yang rupawan hingga sangat menawan perhatian Abas. Dan kedua insan sesama jenis itu pun terjerumus kedalam jurang kenistaan, malam itu gelora nafsu birahi mengantarkan mereka pada percintaan yang dahsyat. Bagi Abas kenikmatan tabu yang di dapati dari tubuh Yudhi begitu memabukkan logikanya. Abas terlupa akan aturan dan norma, adat istiadat yang berlaku di masyarakat umum tempatnya memijakkan kaki.

Maka setelah malam itu dihabiskan keduanya mengayuh kenikmatan hewani berkali-kali tanpa henti, mengantarkan Abas pada petualangan hidup yang akan disesalinya seumur hidup. Manusia tak pernah tahu apa yang akan terjadi pada kehidupannya di masa hadapan, begitu pun dengan Abas, andai saja dia tahu bahwa kesalahannya malam itu berakibat panjang pada pernikahannya, pastinya Abas lebih memilih menjaga hatinya hanya untuk Yanah seorang istri tercintanya.

Namun penyesalan selalunya hadir belakangan, setelah nafsu binatang kita lampiaskan dan konsekuensi dari perbuatan itu datang menyerang, kita selalu tidak siap dengan keadaan. Abas terjaga di siang hari dengan kondisi yang acak-acakan tak karuan, kepalanya pening mengingat-ingat kejadian semalam. Abas melirik kesamping, kosong tak berpenghuni, entah kemana perginya Yudhi tanpa kabar dan berita setelah mereka berbagi rasa dari malam hingga fajar menjelang. Abas perlahan bangkit dari tempat tidur, terhuyung-huyung menuju kamar mandi, diputarnya Shower.

Air dingin itu menyelimuti tubuh Abas dari kepala hingga kaki, dia ingin membersihkan noda dosa semalam, menyesal tiada guna dia sudah berkhianat terhadap istrinya. Mau di taruh dimana muka nya kini?? tak sanggup dia jika harus berhadapan dengan Yanah yang begitu suci dan setia terhadapnya. Abas gemetar, kepalan tangannya dihantamkan ke tembok kamar mandi hingga jemarinya memerah darah. Pedih dan perih menusuk hati Abas, namun nasi sudah menjadi bubur, Abas harus mengakui kekhilafannya begitu menikmati persetubuhan terlarangnya dengan Yudhi.

Sedikit berlari Abas mengejar waktu boarding di Bandar Udara Abdul Rachman Saleh, dirinya terlalu asyik meratap hingga terlupa bahwa dia harus kembali pulang kerumah dan hampir saja ketinggalan pesawat. Dengan susah payah Abas berhasil duduk didalam pesawat dengan nafas terengah-engah dan keringat sedikit bercucuran. Hampir copot jantungnya ketika seseorang persis disamping kursi tempat duduknya menyapa Abas dengan mesranya. Duughhhh….takdir mempertemukan mereka kembali di bangku pesawat. Yudhi tersenyum manis, sedang Abas memucat paci, lidahnya kelu. Ingin rasanya dia pindah tempat duduk atau bisa jadi pindah pesawat saja.

Kita kembali kepada Yanah dan Sang Mertua yang saat ini sedang memasuki pekarangan kediaman Yanah dan Abas. “Alhamdulillah…kita sudah sampai Ndukkk..” Pak Muslim menyadarkan Yanah dari lamunannya. Di kuceknya kedua mata hingga dia benar-benar merasa yakin jika bahwa dirinya dan Pak Muslim sudah sampai kerumahnya. Gontai Yanah membuka pintu mobil dan bergegas masuk tanpa menghiraukan Pak Muslim yang tampak sedikit bingung dengan kelakuan menantunya.

Yanah memasuki kamarnya dan menguncinya rapat-rapat, tubuhnya dihamburkan kekasur dan pecahlah tangisannya. Yanah tersedu meratapi nasib buruknya, meratapi kekotoran tubuhnya yang sudah di jamah lelaki lain selain suami tercintanya. Tubuh dan memek nya yang seharusnya hanya dicicipi oleh Abas suaminya, namun hari ini dia sudah menyerahkan ke Ayah mertuanya bahkan yang lebih sadis dia membiarkan Abah Ganda lelaki tua yang tidak dikenalnya juga menikmati tubuh moleknya.

Yanah menjerit meminta ampun pada sang Pencipta dalam tangisnya, atas segala kekhilafan yang sudah dia lakukan. Yanah merasa kotor dan tak pantas lagi untuk Abas suaminya. Kecantikan dan kemolekan tubuhnya yang selama ini dia jaga betul-betul hanya untuk Abas seorang kini tubuh dan memeknya sudah dinikmati lelaki lain. Bahkan lelaki itu berhasil menyiramkan benih-benih cintanya kedalam rahim suci Yanah, perempuan itu menggigil mengingat bahwa kemungkinan dirinya hamil atas perbuatan mertuanya membuat kepalanya mau pecah.

Pak Muslim masih terpaku diruang tamu, beberapa kali dia mencoba mengetuk pintu kamar sang menantu namun tak ada jawaban, bahkan telinganya mendengar isakan tangis yang halus. Lelaki pensiunan TNI itu dilanda kegalauan, antara membiarkan dan meninggalkan menantunya mengeluarkan segala kegundahanya hatinya, atau dia tetap berjaga-jaga disini karena khawatir Yanah berbuat sesuatu yang nekat diluar nalar kewajaran.

Yanah masih menangis tersedu, kepalanya ditutupi bantal, seprei itu sudah basah oleh airmatanya namun Yanah tidak peduli. Ia hanya ingin menumpahkan segala rasa didada yang sangat menghimpit hatinya. Pak Muslim nampak sedang menyeduh teh hangat didapur, kebosanan menyerangnya hingga dia putuskan untuk menyegarkan tenggorokkannya yang lelah sehabis perjalanan jauh. Dia memutuskan tetap tinggal di rumah anaknya, Pak Muslim khawatir akan keselamatan menantunya, menantu yang sudah memberikan kenikmatan yang luar biasa.

Pak Muslim merasa muda kembali, persetubuhan dengan Yanah membuat lelaki tua itu merasa jatuh cinta lagi seumpama remaja tanggung usia. Sambil menyeduh teh ingatan Pak Muslim kembali pada hangatnya tubuh Yanah, pada jepitan memek mungil menantunya. Pada hisapan maut mulut istri anaknya, juga pada hangatnya rahim Yanah yang sudah disiraminya dengan sperma-sperma terbaik dari batang kontolnya. Kontol itu mulai mengeras, membayangkan ganasnya goyangan Yanah dan manjanya desahan Yanah.

Pak Muslim masih asyik dengan pikiran-pikiran mesumnya, bibirnya menyungging kan senyum penuh kemesuman. Diseruputnya teh camomile yang harum dan nikmat itu, diseruputnya dengan sepenuh jiwa dan berharap menantunya keluar kemudian menemaninya menghirup aroma camomile bersama-sama. Sebuah kendaraan lain memasuki garasi kediaman Abas dan Yanah, Pak Muslim belum menyadari kedatangan Abas anaknya. Dirinya sedang sibuk berkhayal menikmati bulan madu bersama Yanah menantunya.

Tangannya perlahan mengusapi kelaminnya dari luar celana panjangnya, kembali diseruputnya teh kesukaannya, remasan tangannya pada kontol tua nya semakin keras dan intens. Pak Muslim terperanjat suara anaknya membuyarkan lamunannya, hampir saja cangkir ditangannya terjatuh pecah ke lantai. Dibalikkan badannya dan dia melihat Abas berdiri mematung di ambang pintu dapur dengan jinjingan oleh-oleh khas Malang ditangannya.

Pak Muslim berusaha menguasai keadaan, jiwa prajuritnya yang terlatih membantu lelaki tua itu untuk tetap tenang dan santai menghadapi situasi rawan sekalipun. “Baru pulang kau rupanya…Nak..??” Pak Muslim menyapa anak gantengnya. Abas segera mencium tangan Abinya, “Iyaaa Bi….baru saja sampai, Abas lihat pintu depan terbuka tapi agak ada yang jawab salam Abas…” Abas meletakan barang bawaannya diatas meja makan. “Yanah kemana Bi..???” Abas mengernyitkan dahinya, menyadari istrinya tak menyambut kedatangannya.

”Istri mu di kamar Nak…sepertinya kelelahan karena perjalanan jauh…..bagaimana tugas mu?? rapatnya lancar..??” Pak Muslim memberodong anaknya dengan bermacam pertanyaan. Abas menjawab satu persatu pertanyaan Abi nya kemudian pamit menuju kamar tidurnya. Pak Muslim masih terpaku ditempatnya, ada perasaan lega, hampir saja Abas memergoki dirinya yang sedang dilanda birahi dan berusaha meremas-remas kontolnya dari luar celana panjangnya. Segera di habiskan teh nya dan berjalan ke arah ruang tamu.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd