Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA Petualangan Maryanah, Sang Istri Sholehah

msh belum bisa menebak akhir labuhan cinta Yanah.. perlu orang ketiga sepertinya? Teman kuliah? Cinta pertama?
 
msh belum bisa menebak akhir labuhan cinta Yanah.. perlu orang ketiga sepertinya? Teman kuliah? Cinta pertama?
 
Chapter 38


Hari ini tepat 100 hari nya kepergian Abas dari kehidupan Yanah, sejak pagi mula kesibukan terlihat di rumah Pak Muslim, Bi Inah dan Bi Yati di bantu beberapa tetangga sekitar sibuk memasak didapur. Malam ini Pak Muslim dan keluarga mengadakan acara Tahlilan 100 hari nya Abas, mendiang suami Yanah. Setelah Maghrib Tamu-tamu undangan sudah mulai berdatangan, Acara tahlilan akan segera di mulai. Pak Muslim dan Pak Ali menyambut kedatangan para tetangga yang akan sama-sama mendoakan Almarhum Abas dipintu masuk. Sementara Yanah setelah menina bobokan Sabrina ikut sibuk wara wiri dengan ibu-ibu di dapur menyiapkan makanan dan berkat untuk para undangan yang hadir.

Ditengah kekhusyukan doa-doa yang di lantunkan, sebuah mobil dinas kepolisian parker di depan halaman rumah Pak Muslim, sontak membuat Pak Muslim dan Pak Ali berdiri tegak dan tergopoh-gopoh menghampiri mobil dinas tersebut. Setelah berbicara sejenak dengan petugas yang hadir kemudian mereka beranjak mendekati para warga yang sedang berdoa dan ikut bergabung dengan mereka. Acara tahlilan berlanjut sebagaimana mestinya meski suasana sedikit menegang, para tamu undangan sesekali menoleh ke aparat keamanan yang hadir dengan sorot mata bertanya-tanya. Hingga seluruh warga beranjak pergi dari rumah Pak Muslim dengan membawa berkat dan ke kepo-an yang mendalam ingin mengetahui sejatinya apa gerangan yang sedang terjadi.

Pak Muslim menyilahkan para petugas untuk duduk lesehan santai di ruang tengah ditemani beberapa gelas teh hangat dan kopi yang asapnya masih mengepul sempurna. “Mohon ijin mengganggu kesibukan Pak Ali dan sekeluarga, kami turut berduka cita, namun ada berita terkini yang ingin kami sampaikan” seorang lelaki tegap berpangkat 3 balok emas dipundaknya memulai pembicaraan. Suasana seketika hening, Pak Muslim gemetar menunggu berita selanjutnya, Pak Ali berusaha menenangkan Yanah yang sejak awal bersandar di pojokan dengan linangan airmata.

“Kami sudah menangkap pelaku pembunuhan Almarhum anak Bapak, seorang residivis yang juga berprofesi ehmmm…..Gigolo Pak” sejenak Ajun Komisaris tersebut menarik nafas dan menelan ludahnya. Yanah semakin sesegukan dalam dekapan Pak Ali, Pak Muslim menganga shock namun tetap berusaha tegar mendengarkan kelanjutan hasil kerja keras pihak kepolisian. “Hmmmm…hasil penyidikan kami dan olah TKP, tersangka adalah suruhan dari seseorang yang menurut tersangka adalah mantan pasangan sesame jenis dari eee…eeehmm….anak Bapak” jedeeeerrr…jelegaaaarrr….petir serasa menyambar. Pak Muslim lemas tak berdaya, sedangkan Yanah histeris dan berlari kekamar menutup pintu sekuatnya.

Pak Ali berusaha mengejar Yanah namun kemudian di urungkan dan kembali menghampiri Pak Muslim, “Terima kasih Paakk..aataass informasinya hhhaaa…shhh” Pak Muslim berusaha tegar namun suaranya gemetar penuh duka dan amarah, dirinya tak kuasa berbuat apa-apa, sedih dan malu bercampur menjadi satu mengetahui keadaan putra kesayangan nya memiliki rahasia kelam yang disimpan nya soal penyimpangan orientasi seksualnya hingga berujung pada bencana melayang nya nyawa. “Kami sudah mengantongi identitas Pelaku utama, seorang tenaga medis disebuah rumah sakit di Jakarta, bernama Yudhi namun sayangnya pelaku melarikan diri keluar negeri sejak kematian putra Bapak” petugas polisi tersebut mengakhiri pembicaraan.

“Saya Mohon kira kepolisian terus mencari pelaku Pak, kami mohon tangkap dan adili pembunuh anak saya…” setitik airmata jatuh dipipi lelaki paruh baya itu tanpa suara hening. Ajun Komisaris berpamitan setelah menyeruput minuman yang telah di hidangkan dan berjanji akan tetap mengejar pelaku utama otak dari pembuhunan tersebut. Rumah itu kembali sunyi, Pak Ali bingung harus bagaimana, Pak Muslim sudah sejak tadi masuk ke kamarnya dan tanpa suara. Sementara Yanah masih terdengar isakan nya namun kamarnya terkunci dari dalam. Masing-masing penghuni rumah tersebut tenggelam dalam lamunan dan khayalannya, hingga waktu berganti pagi. Mentari berseri-seri menyambut pagi sinarnya menghangatkan hati yang sedang dilanda sedih.

Yanah, Pak Ali, dan Pak Muslim menikmati sarapan pagi mereka dengan suasana sepi, hanya terdengar sesekali benturan sendok dan garpu diatas piring, bunyi decakan mulut yang mengunyah makanan dan helaan nafas berat dari Yanah dan Pak Muslim. “Maafkan Abas anak Abi Nduk….hmmmm Abi sungguh tak menyangka kelakuannya di belakang kamu…” Pak Muslim memecah kesunyian. Yanah menghela nafas, “Sudah lah Bi..Yanah sudah ikhlas, lagi pula Mas Abas sangat baik Yanah mencintai Almarhum dan Yanah yakin mas Abas juga mencintai Yanah…” beberapa titik airmata jatuh membasahi pipi janda muda itu yang merona merah. Yanah tak habis pikir dan begitu menyesali dirinya sebagai istri tak bisa menangkap gelagat ketidak wajaran atas sikap dan perilaku suaminya dulu.

Nasi sudah menjadi bubur, kehidupan harus terus berjalan dan Yanah tidak mau terpuruk dalam kenangan kelam masa lalu. Diskusi dan perdebatan berlanjut kali ini ikut melibatkan Pak Ali selaku Ayah Yanah, Pak Ali beberapa kali menarik nafas berat mendapati kegigihan Pak Muslim untuk menikahi Yanah. Yang juga ikut di amini oleh Yanah, terlebih keduanya berbicara terbuka bahwa Sabrina adalah buah cinta mereka berdua yang tidak di ketahui oleh siapapun kecuali Yanah, Pak Muslim dan Abah Ganda sang terapis yang mengetahui kondisi sebenarnya.

Pak Ali dengan berat hati akhirnya menyetujui keinginan besan nya yang kini ingin menjadi menantunya. Pak Muslim dengan serius melamar Yanah di depan Pak Ali, seperti lelaki muda belia Pak Muslim mengutarakan lamarannya untuk Yanah, sambil menyerahkan sepasang cincin yang diam-diam rupanya sudah di persiapkan oleh Pak Muslim. Yanah menatap haru sepasang cincin itu, hatinya kembali berbunga-bunga seumpama gadis remaja yang dilamar oleh kekasihnya. Pak Ali hanya geleng-geleng kepala, menarik nafas berat kemudian meninggalkan anak dan besan ehhhh calon menantunya yang seperti sepasang muda-mudi remaja tanggung dilanda asmara.

Tanggal sudah ditentukan termasuk tempat pernikahan terlarang mereka sudah di rancang. Setelah perdebatan panjang antara mereka bertiga, anak, besan, ehh calon menantu dan Ayahnya. Diputuskan bahwa pernikahan keduanya dilangsungkan di desa Bi Inah, mereka sekeluarga pun pindah kesana memulai hidup baru. Desa Bi Inah di pilih karena tidak ada satu pun warga disana yang mengenali Pak Muslim dan Yanah, disamping itu Bi Inah yang sudah sebatang kara menjadi tanggung jawab Pak Muslim untuk ikut merawat asisten rumah tangganya yang setia di masa tuanya. Segala persiapan dokumen dan lain-lain berhubungan dengan kepindahan dan pernikahan Pak Muslim dan Yanah dipersiapkan.

Pak Ali memutuskan tidak ikut hadir dalam prosesi pernikahan terlarang anaknya kali ini, Pak Ali hanya bisa memberikan restu meski dengan sangat terpaksa, namun itu semua tidak menghalangi hasrat Pak Muslim dan Yanah untuk menikah membangun rumah tangga. Pak Muslim sibuk mengurusi segala keperluan mereka termasuk mengurusi perusahaan yang untuk sementara harus di tinggalkan dan Pak Muslim sudah menunjuk orang kepercayaan nya untuk menjaga perusahaan agar tetap berjalan sebagaimana mestinya. Kesibukan itu menyita waktu Pak Muslim, tekadnya yang sudah bulat ingin menikahi menantunya membuat dirinya betul-betul fokus mengurus segala sesuatunya.

Ayah Yanah Pak Ali, sudah memutuskan kembali kerumahnya sendiri dan tidak mau ikut campur urusan mereka berdua. Hatinya merasa terluka namun dirinya tak bisa berbuat apa-apa untuk mencegahnya, kehadiran Sabrina yang ternyata anak dari Pak Muslim membuat Pak Ali tak berkutik untuk bersikeras menentang pernikahan terlarang itu. Siang itu menjelang sore suasana rumah sepi, Pak Muslim sudah beraktifitas di kantornya, Sabrina terlelap dalam kamarnya, Yanah menikmati secangkir teh hangat yang di sajikan oleh Bi Yati. Sedang kan Bi Inah beberapa hari yang lalu sudah kembali ke desanya, dirinya diberikan tugas oleh majikannya untuk membantu proses perpindahan data kependudukan Pak Muslim dan Yanah. Juga proses pendaftaran pernikahan mereka di KUA setempat.

“Bi…Bi…..” Yanah memanggil Bi Yati, tergopoh-gopoh perempuan berusia 40-an tahun itu menghampiri Yanah, “Iya Non…gimana…???” “Bi…tolong pijati punggung saya Bi..pegal sekali rasanya ahhhh…shhh” Yanah menggeliat berusaha merileks kan otot-otot di leher dan punggungnya tersebut. “Aduuuhhhh mohon maaf Non..bukan nya Bibi gak mau tapi memang Bibi gak bisa Non…khawatir salah urat dan salah urut jadi masalah, nanti Bibi takut di salahkan” “Gimana kalo saya panggil Kang Kartono yan Non, Non kan pernah juga di urut sama suami Bibi” Bi Yati memberikan saran. Yanah yang merasakan kondisi tubuhnya yang pegal dan capek tanpa berpikir panjang lagi menyetujui saran pendapat Bi Yati.

Yanah bergegas kedalam kamarnya dirinya berbaring telungkup setelah melepas seluruh pakaiannya dan menggantinya dengan sehelai sarung untuk menutupi tubuh ranumnya. Yanah sudah berpesan pada Bi Yati jika tukang pijatnya datang segera bawa ke kamarnya saja, sambil menunggu kedatangan pemijat yang di janjikan Bi Yati, saking lelahnya tubuh Yanah terlelap sejenak mendengkur halus diatas pembaringannya. Hingga dirinya tak menyadari kehadiran Mang Kartono di dalam kamarnya setelah di tinggalkan oleh Bi Yati untuk melanjutkan pekerjaan rumahnya di belakang. Mang Kartono menyeringai mesum menatap tubuh majikan istrinya yang sedang telungkup hanya memakai selembar kain sarung dan tersingkap dibagian bawahnya akibat pergerakan kaki Yanah saat menikmati mimpi dalam tidurnya.

Setelah merasa kondisi luar kamar aman, Mang Kartono bergegas melucuti seluruh pakaian nya, telanjang bulat kemudian menghampiri tubuh molek yang sedang terlelap itu. Mang Kartono menyingkap sarung yang dipakai Yanah keatas hingga bulatan pantat Yanah yang putih mulus kencang menggoda terpampang di depan mata. Nafas berat lelaki itu terdengar menghiasi kamar, jakun nya turun naik, perlahan tangannya mengusapi dengan lembut bongkahan pantat montok Yanah kemudian menuju belahan pantatnya dan sedikit mengorek lubang kelamin Yanah dari belakang. Sang pemilik lubang itu masih terlelap namun di bawah sadarnya tubuh Yanah memberikan reaksi terhadap usapan tangan kasar Mang Kartono. Terutama lubang memeknya mulai merembes mengluarkan cairan pelumas akibat ulah jari-jari tangan Mang Kartono yang rajin mengorek-ngorek lubang sempit itu.

Setelah dirasa cukup kebasahan lubang memek yang masih menjepit itu, Mang Kartono dengan hati-hati membalikkan posisi badan Yanah untuk terlentang. Yanah masih belum sadar bahaya yang mengancam dirinya, nafas nya masih teratur terdengar lembut ditelinga Mang Kartono. Di lebarkannya kedua paha Yanah, diletakkan nya kedua kaki yang jenjang mulus tanca cela itu di atas pundak kokohnya. Perlahan kepala kontol itu menempel pada belahan bibir memek janda muda itu, di gesek-gesek beberapa kali membuat sang pemilik lubang kenikmatan itu sedikit mendesah dan bergerak manja. Mang Kartono tak ingin menyia-nyiakan kesempatan terakhir dirinya menyetubuhi majikan istrinya ini, dirinya diberitahu Bi Yati bahwa Pak Muslim akan membawa Yanah dan keluarga pindah ke desa.

Sekali hentak Mang Kartono menghujamkan batang kerasnya yang menghitam legam kedalam lubang kenikmatan Yanah. “Bleessss,,,Jlleeebbb…sreekkkkk….Ahhhhhh…Ouhhh…Auuuwwww………..” Yanah tersentak sadar dari tidurnya, rasa sakit menjalar dilubang memeknya. Yanah masih belum sadar 100% atas kondisi dirinya, tapi rasa sakit di kelamin nya membuat Yanah perlahan membuka matanya dan berusaha mencerna apa yang sedang berlaku saat ini. Mang Kartono sigap mengunci tubuh Yanah agar tidak lepas dari genggamannya, Yanah yang sudah sadar berusaha berontak untuk lepas dari kunci-an Mang Kartono. “Mmmaaanggg Ahhhh…Mang..Lepasssss ahhh…saakiittt Mang…jangan ewe…Mang ahhhhhh..hikssss..hikkksss..hikkss..” Yanah menangis tersedu merasakan sakit akibat perkosaan Mang Kartono.

Lelaki itu hanya terkekeh mesum, “Sebentar Non, Mamang pengen entot Non…sudah lama kan, lagipula Non juga mau meninggalkan Mamang jauh…jadiiihhh…ahhhh…itung-itung kenangan terakhir kita ewe-an Non…aaahhh….shhhh” Mang Kartono meracau menikmati jepitan memek Yanah yang dirasanya semakin sempit saja dibanding saat hamil dulu, dimana itulah pertama kalinya Mang Kartono menyetubuhi Yanah. “Plokkk…plookkk…jeleb…jllleeebbb…cloppp..clleeeppp..clookkkk…clokkk” bunyi pertemuan dua kelamin itu begitu syahdu menghiasi atmosfir kamar itu. Yanah masih berusaha melepaskan diri dari dekapan Mang Kartono, dirinya merasa terhina saat ini harus merasakan perkosaan dari suami Bi Yati yang dimintanya untuk memijat menghilangkan penat tubuhnya.

Mang Kartono memacu tubuh Yanah, menggenjotnya dengan sedikit kasar, Yanah mulai menggelepar. Memeknya berkedut, rasa sakit yang tadi timbul dan dirasa olehnya kini berganti kegatalan dan kenikmatan berselingan dengan sakit yang memabukkan. Yanah berusaha mengalihkan fokusnya agar tidak terbawa arus kenikmatan yang menjalar keseluruh syaraf tubuhnya, dirinya masih berusaha agar tidak ikut menikmati perkosaan laknat ini. Apa daya semakin Yanah berusaha mengingkari kenikmatan ini, semakin tubuhnya tenggelam dalam lautan asmara birahi yang membara. Mang Kartono yang menyadari perubahan atas tubuh Yanah tersenyum penuh kemenangan karena berhasil menaklukan kebinalan janda alim itu.

Sesaat kemudian tubuh Yanah menegang tandanya orgasme menjelang, Mang Kartono terus berpacu tak memberikan Yanah beristirahat. “Ahhhh…ouuuhhh…serrrrr….serrrr…serrrr..” cairan dari dalam memek Yanah menyemprot menyirami batang kekar Mang Kartono. Yanah lunglai dalam dekapan Mang Kartono, yang tersenyum terus memacu birahinya, hingga Yanah yang tadi sempat lemas perlahan-lahan tubuhnya merespon tusukan demi tusukan kontol Mang Kartono dalam rahimnya. Mang Kartono terus menggempur lubang sempit Yanah, “Non…ahhhh…..semakin sempit aja memek nya Non…?? Sudah gak ada yang make ya sekarang hehehehe” Yanah hanya memalingkan mukanya enggan menatap lelaki brengsek yang sedang memerkosanya saat ini. Namun tanpa disadari Yanah pinggulnya bergoyang berlahan mengikuti irama genjotan kelamin Mang Kartono.

“Hehehehe…terussss Non…goyang yang kencang…ahhh…..aahhhh…shhhh yaaahhh..terus Non….iyaaa jepiitt dan remas kontol Mamang Non dengan memeknya…ouuuw” Yanah bergidik mendengar omongan jorok Mang Kartono, tapi dirinya juga mengutuk tubuhnya yang tiba-tiba malah larut dalam permaina birahi ini. 10 menit kemudian Yanah kembali orgasme dibawah entotan dari Mang Kartono, orgasme yang kedua ini semakin membuat memek Yanah berkedut dan meremas kontol Mang Kartono dengan sempurna. Membuat lelaki brengsek itu ikut kelojotan tubuhnya karena ulah lubang sempit Yanah, Mang Kartono berhenti sejenak mengatur nafasnya. Yanah semakin terkulai lemas keringat sudah membasahi tubuhnya, sprei dibawah pantatnya basah akibat siraman cairan dari dalam kelaminnya.

Sejenak suasana kamar itu hening, Mang Kartono diam tak bergerak dengan posisi kontolnya masih menancap tajam didalam memek Yanah. Sedangkan Yanah mengatur nafasnya perlahan sambil menikmati sisa-sisa puncak kenikmatan perzinahannya dengan suami Bi Yati. Setelah lama keduanya istirahat diam menikmati suasana heningnya ruangan, perlahan Yanah bergerak menggeser pinggulnya. Yanah bermaksudnya melepaskan kontol Mang Kartono dari lubang memeknya yang terasa mengganjal itu. Namun pergerakan nya di salah artikan oleh Mang Kartono, “Hehehee….mulai ronde ketiga Non..?” Yanah menggelengkan kepala nya, “Gak Maangg ahhhh..ouuhhhh…lepasss Mang…aku udah capek ahhh…sssshhh…ouhh…ouhhh” Yanah kembali mendesah dan menggelepar di hajar oleh Mang Kartono.

Ketiga kalinya lelaki itu menyetubuhi Yanah dengan kencang, tubuh Yanah terguncang menerima sodokan-sodokan kontol Mang Kartono yang amsih keras karena belum orgasme sementara dirinya sudah 2 kali di buat nyemprot cairannya. “Plokkkk…plokkkk….plokkk…..aaahahhhaahhh Mang…ouuuhhhh…” Yanah sudah tak malu lagi ikut mendesah kencang, “Iyaaa Non…ahhhh enaak Non…ahhhh..ayoooo Non…kita crooot bareng…ssshhh” Mang Kartono meracau sambil tetap menggenjot betina yang berada di bawah himpitan tubuh kekarnya, Yanah menyerah untuk ketiga kalinya, tubuhnya menegang kembali dan memeknya menyemprotkan cairan hangat menyirami kelamin Mang Kartono.

Mang Kartono mengeram keras, tubunya juga ikut menegang dihujamkan nya dalam-dalam kontolnya kedalam memek sempit Yanah. “Terima Non..terima pejuh Mamang…ahhhh…serrr…serrr..serrr…crooot…crooottt…ceproootttt….crooot” keduanya dilanda orgasme yang luar bisa. Kelamin mereka saling menyemburkan laharnya, memek Yanah meremas kontol Mang Kartono, yang di perasnya mengangguk angguk berkedutan di dalam lubang kenikmatan itu. Keduanya melemas, Yanah terlelap kelelahan dengan kondisi memek nya sedikit menganga dan becek luar biasa. Mang Kartono masih sadar diri, dirinya segera merapihkan kondisi pakaiannya dan segera keluar meninggalkan kamar yang penuh kenikmatan bagi dirinya. Setelah berpamitan dengan istrinya Mang Kartono berlalu menghilang meninggalkan Yanah yang masih tergeletak tak berdaya dibuat KO 3 kali oleh Mang Kartono.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd