Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA Petualangan Maryanah, Sang Istri Sholehah

Chapter 40

Yanah kemudian beranjak meninggalkan Abah Jalu kearah kamarnya, dengan gelisah Yanah kemudian berusaha menghubungi suaminya, tak berapa lama hubungan telepon pun tersambung. “Hallooo Abi” Yanah sumringah ketika mendengar suara suaminya diseberang sana. “Iyaa..ada apa Nduk??” Pak Muslim bertanya-tanya kenapa istrinya tiba-tiba menghubunginya tidak seperti biasanya. Meski sudah resmi menikah panggilan keduanya masih sama tak berubah. Yanah merasa nyaman memanggil suaminya dengan panggilan Abi seperti dulu, begitu juga dengan Pak Muslim masih menyukai memanggil Yanah dengan sebutan Nduk, ketimbang Sayang atau apa.

Kemudian Yanah menceritakan kondisi saat ini dirumah mereka, adanya Abah Jalu sebagai Guru spiritual Pak Muslim yang tiba-tiba hadir di rumah mereka dan memaksa ingin tinggal dirumah mereka sambil menunggu kepulangan Pak Muslim. “Berikan telp nya ke Abah Nduk, biar Abi biacara” bergegas Yanah keluar kamar dan menghampiri Abah Jalu di ruang Tamu, “Bah…ini suami saya..” Yanah memberikan HP nya kearah Abah Jalu yang serta merta menerima HP dari tangan Yanah. Sesaat kemudian terdengar obrolan serius antara guru dan muridnya tersebut, Yanah tetap mematung di depan Abah Jalu sambil menguping pembicaraan mereka, ada ruatan, harus dibersihkan denga ritual, bahaya mengancam, kalimat-kalimat terpotong yang Yanah dengar semakin membuat pikirannya kacau.

Yanah berusaha tenang menyimak obrolan suaminya dengan sang Guru, setelah beberapa menit Abah Jalu menyerahkan HP nya kembali sambil terkekeh mesum. “Neng gak usah khawatir, Abah akan bantu Muslim agar selamat dan terhindar dari bahaya, yang penting kalian harus mengikuti ritual dan seluruh persyaratannya..” panjang lebar Abah Jalu menjelaskan kepada Yanah seperti bisa membaca perasaan Yanah saat ini yang sedikit bingung dengan apa yang dia dengar dengan tidak utuh dan sempurna. Yanah hanya mengangguk kemudian beranjak pergi meninggalkan Abah Jalu di ruang Tamu, “Bi…mohon maaf bisa bantu saya menyiapkan kamar tamu untuk Abah…” Yanah meminta pertolongan Bi Inah untuk menyiapkan kamar Abah Jalu.

Tanpa banyak bicara Bi Inah segera melaksanakan perintah istri dari majikannya itu, Yanah pun kembali ke kamar dan beristirahat sambil menunggu waktunya makan dan kesiapan Bi Inah menyiapkan semuanya. Hari-hari selama menunggu kepulangan suaminya terasa berat oleh Yanah dengan kehadiran Abah Jalu di rumah mereka, sementara itu selama menunggu Pak Muslim datang Abah Jalu hanya menghabiskan waktunya di dalam kamar saja. Kecuali untuk makan dan sekedar menikmati secangkir kopi buatan Bi Inah Abah Jalu akan keluar kamarnya, hampir tidak ada kejadian yang berarti selama mereka menanti kedatangan Pak Muslim. Yanah tak pernah bertegur sapa dengan Abah Jalu hanya sesekali saja mereka bicara seperlunya, selebihnya saling diam membisu.

Weekend pun menjelang, saatnya Pak Muslim kembali kerumahnya menemui anak dan istri barunya, dalam perjalanan sejatinya dirinya gelisah dengan penjelasan Gurunya namun dirinya berusaha menguasai dirinya toh sang Guru sudah berjanji akan menjaga keluarganya dan membantu dirinya keluar dari kesulitan yang akan di hadapinya kelak. Perjalanan yang panjang dan melelahkan terlebih dengan beban pikiran yang menggelayuti hati Pak Muslim hingga merasa bahwa jarak rumahnya semakin menjauh dan tak sampai-sampai ke tujuan. Setelah sekian jam didera keresahan akhirnya Pak Muslim tiba juga di depan rumah nya, Yanah keluar menyambut kedatangan nya dengan senyum hangat yang membuat Pak Muslim tersenyum tenang sejenak melupakan kegelisahannya.

Malam itu mereka menikmati makan malam sambil sesekali berbincang-bincang ringan. Terkadang ada keseriusan namun tak jarang juga tawa kecil menghiasi obrolan di meja makan tersebut, Yanah hanya sesekali menimpali ucapan Pak Muslim dan guru spiritualnya itu. Malam semakin larut, Bi Inah sudah terlelap setelah membereskan dapur dan meja makan, Pak Muslim dan Yanah masih mengobrol dengan Abah Jalu di ruang Tamu sambil menikmati teh hangat buatan Yanah. “Ritual itu harus segera dilaksanakan Lim, agar kamu terhindar dari segala marabahaya..” terdengar suara Abah Jalu memecah kesunyian. Pak Muslim tergagap namun segera sigap meng-iya-kan apa yang menjadi titah gurunya. “Besok malam kita bisa memulainya Lim, besok malam adalah waktu yang pas…tinggal istrimu siap atau tidak…???” Abah Jalu melirik sekilas kearah Yanah.

Yanah terkesiap ketika dirinya disebut dalam obrolan berat malam itu, Pak Muslim menggenggam erat tangan istrinya dan berusaha menenangkan Yanah. Perlahan Pak Muslim menatap istrinya, “Nduukkk….besok kamu akan diruat oleh Abah, menurut Abah ada yang menempeli tubuh mu yang sepertinya itu berbahaya buat kehidupan kita dan anak-anak..” perlahan Pak Muslim menjelaskan apa yang di perintahkan gurunya. Yanah mengeratkan genggamannya pada tangan suaminya dan sedikit merapatkan posisi duduknya kearah Pak Muslim. “Kamu tidak perlu risau Nduk…Abah akan menjaga kita, selama kita mengikuti arahannya sayang….cupp..cuupp…cup..” Pak Muslim mengecup kening istrinya dengan lembut. Akhirnya obrolan pun berakhir, Abah Jalu memasuki kamarnya, Yanah dan Pak Muslim pun memasuki kamar mereka.

Di dalam kamar Yanah tidak bisa memejamkan matanya, dirinya masih bertanya-tanya bahaya apa gerangan yang kini sedang mengancam dirinya dan keluarganya?. Sedangkan Pak Muslim terlelap dalam kelelahannya, lelah dalam perjalanan ditambah pikiran membuat Pak Muslim malam itu langsung tumbang dan tidur dengan lelapnya. Pagi harinya Yanah sedikit terlambat bangun, tubuhnya terasa sakit dan pegal di beberapa Bagian akibat kekurangan tidur, perlahan dirinya bangkit kemudian bergegas mandi dan merapihkan diri. Tak lama kemudian Yanah keluar dari kamarnya dan beranjak menuju dapur yang merupakan kegiatan Yanah jika ada suaminya di rumah. Pak Muslim paling suka jika Yanah yang memasak untuk dirinya jika ada dirumah, meski sesekali Pak Muslim tak jarang juga mengajak Yanah keluar untuk menikmati makan diluar rumah.

Matanya menangkap dua lelaki tua di ruang tamu yang terlihat bercengkrama dengan sepiring singkong goreng dan dua cangkir kopi hangat, Pak Muslim sambil memangku Sabrina, sedangkan Abah Jalu dengan rokok ditangan nya dan sesekali mengeluarkan asap dari mulutnya. Yanah sebenarnya tidak begitu suka melihat lelaki yang merokok terlebih ada Sabrina gadis kecilnya disekitar lelaki perokok itu, namun keinginan untuk mengambil bayinya di urungkan karena niatnya adalah segera menyiapkan makanan untuk suami tercintanya. Tak perlu memakan waktu lama di bantu Bi Inah, Yanah sudah menyelesaikan tugasnya di dapur, sejurus kemudian mereka menikmati makan siang yang sudah disiapkan Bi Inah. Sabrina sejak tadi terlelap dalam box tidurnya di kamar.

Setelah membereskan meja makan, Yanah kemudian mengantarkan kopi panas dan cemilannya ke ruang tamu. Perlahan Yanah meletakan kopi dan cemilan tersebut didepan Abah Jalu dan suaminya, “Lim….sepertinya ritual itu harus dilakukan sekarang tak perlu menunggu malam..” Abah Jalu membuka suara ketikan Yanah perlahan menghempaskan punggungnya di sofa disamping Pak Muslim. Yanah menatap suaminya sesaat yang kemudian di balas anggukan oleh suaminya. “Neng sudah siap…??” pertanyaan Abah Jalu menyadarkan Yanah dan tergagap Yanah hanya menganggukan kepala dengan penuh ragu. Pak Muslim menguatkan Yanah dengan memberikan ijin dan restunya, “Ayooo…klo begitu kita mulai sekarang…” Abah Jalu menggapai tangan Yanah dan menariknya ke kamar tidur mereka. “Lim kamu tetap tunggu disitu selama Abah merukiyah istri mu, jika nanti kamu mendengar suara-suara aneh, kamu segera sirami delapan penjuru rumah mu ini dengan air yang sudah Abah berikan tadi…”

Sebelum memasuki kamar Abah Jalu memberikan arahan kepada Pak Muslim muridnya, Pak Muslim berdiri dengan sigap dan menganggukan kepalanya. Di dalam kamar Yanah berdiri mematung disamping tempat tidurnya, meski suaminya sudah memberikan arahan tentang rukiyah yang akan di jalaninya kini, tetap saja dirinya merasa ragu untuk mengikuti ritual tersebut. Abah Jalu yang paham akan kondisi Yanah saat ini perlahan menghampiri Yanah dan memegang pundak istri dari muridnya itu. “Neng gak usah khawatir, Abah akan membantu suami dan keluarga Neng, ayoo silahkan pakai kain putih itu, lepaskan baju nya Neng dan silahkan tengkurap di sana…” Abah Jalu memberikan arahannya. Yanah dengan ragu mengikuti arahan Guru suaminya. Perlahan dibukanya seluruh pakaiannya dan menggantinya dengan kain putih yang sudah disiapkan sebelumnya.

Ekor mata Abah Jalu mengikuti gerakan Yanah ketika membuka satu persatu pakaiannya dan kemudian menutupi tubuh polosnya dengan kain putih dan kemudian tengkurap di atas tempat tidur. “Sebelum kita mulai, Neng harus ditutup matanya dengan kain ini…” Abah Jalu mengeluarkan secarik kain hitam kemudian mengikatkan di kepala Yanah untuk menutupi matanya. Perlahan Abah Jalu menyingkap kan kain putih itu keatas kearah pantat Yanah, terpampanglah sepasang Paha putih mulus tanpa cela didepan mata kakek-kakek mesum itu. Diusapnya betis Yanah dan perlahan keatas menuju paha, Yanah sedikit tersetrum dengan rabaan tangan kasar Abah Jalu, meski jari-jari besar itu berlumuran minyak yang begitu harum, namun karena lelaki itu bukanlah Muhrim nya membuat Yanah sedikit bergidik dibuatnya.

Tak lama tangan Abah Jalu meremasi bongkahan pantat montok Yanah, membuat Yanah sedikit mendesah dengan posisi mata tertutup. “Hmmmm…..bukan di titik ini rupanya roh jahat itu bersemayam…silahkan duduk bersila Neng menghadap kesana membelakangi Abah..”Abah Jalu menghentikan remasan pada pantat Yanah membuat Yanah sedikit kecewa harus kehilangan sensasi rabaan jari-jari kasar pada pantatnya tadi. Yanah segera duduk bersila membelakangi Abah Jalu, perlahan Abah Jalu merapatkan tubuhnya dari arah belakang Yanah, Abah Jalu juga duduk merapat. Tangan meraih lipatan kain dan melepaskannya, kain itu melorot kebawah membebaskan kedua payudara Yanah yang mulai menegang putingnya. Hembusan nafas Abah Jalu di belakang leher Yanah membuat tubuh Yanah menggigil, tiba-tiba tangan Abah Jalu meraih kedua puting Yanah dan memelintirnya perlahan dengan halus dan lembut. Yanah kembali mendesah, “Neng sepertinya posisi roh itu ada di daerah sini….” Yanah menegang ketika jari-jari Abah Jalu hinggap di belahan memek nya sambil mengusap kelentitnya dengan posisi duduknya semakin merapat kepada punggung Yanah.

Refleks Yanah melebarkan pahanya seolah-olah memberikan jalan lebih jauh agar jari-jari itu masuk lebih dalam. “Hmmmmm…..baik Neng sekarang nungging ya..” terdengar suara Abah Jalu mengagetkan Yanah yang mulai menikmati rabaan tangan lelaki tua itu pada Bagian terlarangnya. Namun Yanah harus mengikuti instruksi Abah Jalu sesuai permohonan suaminya sebelum mereka masuk ke kamar ini. Tanpa ragu Yanah mulai merangkak diatas tempat tidur dengan posisi menungging, kain putih itu sudah teronggok tak beraturan lepas dari tubuh seksi Yanah yang putih menggoda. “Abah harus menghisap roh itu dari sini…Neng” Abah Jalu meraba memek Yanah dari belakang yang sudah sedikit mengeluarkan lendir-lendir kenikmatan. “Ahhhhhhh….ooouuuhhh….shhhh” Yanah tak kuat mendesah ketika di rasakan belahan memeknya disedot oleh Abah Jalu dari bawah. Rupanya lelaki itu berbaring dibawah tubuh Yanah, sedangkan dirinya merangkak di atas kepala lelaki tua itu.

Bibir lelaki itu dengan lincah dan rakus menjilati memek Yanah, lidahnya yang kasar menyapu bibir memek mungil merekah merona merah jambu itu. Klitoris Yanah di gigit dan disedot dengan ganas membuat tubuh Yanah semakin menggelepar dan bibir nya semakin mendesah dengan kerasnya. Sementara itu Pak Muslim yang mendengar suara-suara aneh dari dalam kamarnya segera bergegas keluar rumah, sesuai arahan gurunya Pak Muslim menyirami delapan penjuru rumahnya dengan air yang sudah disiapkan oleh gurunya tersebut. Di dalam kamar Yanah sudah tidak bisa lagi menahan orgasme nya lantaran ulah bibir dan lidah guru suaminya itu, sesaat kemudian Yanah mengejang dan melolong ketika cairan orgasme nya memuncrat keluar dan hisap dengan rakusnya oleh Abah Jalu. Cairan itu di serap oleh mulut lelaki tua itu tanpa ampun hingga habis ludes ditelan semua, Abah Jalu tersenyum sumringah merasakan cairan yang begitu manis dan nikmat yang keluar dari memek mungil yang menggairahkan itu. Dirinya sudah tidak sabar ingin merasakan jepitan goa syurgawi itu pada batang pusakanya yang sudah menegang dari tadi.
 
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd