Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Quest

Makasih banyak updatenya panjaaaaang bgt,dan penjelasanya. walpn past menimbulkan pertanyaan lagi.
anteng deh nunggu senin,side quest yg ini keren, mg suhu sehat selalu, bisa nyempetin ngetik kaya gini,:mantap:pasti di tungguin lanjutanya​

makasih uda sllu setia mantengin cerita ane, gan.
 
Ini side quest yg paling panjang yg pernah saya baca, kalo dari scene pembicaraannya satria sama abah zia sepertinya cuma carrie yg bisa netralkan virus itu (pendapat saya ya suhu)

kita tungguin bersama-sama krn jujur cerita endingnya belum diketik cm udah di kepala.
 
Terimakasih sudah bikin ane puas dengan comebacknya my lovely Nining, sang pejuang hidup, suhu Ryuzakii... :):):):):)

Ya endingnya sudah semakin terbaca.. terimakasih banget yaa...:Peace::ngiler::ngiler::ngiler::hore:

favoritnya Nining ya? mmg cerita bagian itu dibuat bgt kyk orang lg pacaran.
semakin mendekati akhir mmg nih Quest. tungguin sllu.
 
Bener2 top markotop nih suhu satu ini...

Luuaaaarrrrr biasa banget......

Seminggu pun dinanti untuk cerita sepanjang ini :beer::jempol:
 
Sungguh imaginasi yg mencengngkan... Tiada duanya imaginasi suhu ryu ini... :jempol: lancrotkan suhu...
 
QUEST # 12
PISCES

Seusai menyelesaikan urusanku di sekolah asrama Hati Murni, aku hanya berpamitan pada Maria. Karena hanya dia yang tau jati diriku yang sebenarnya saat ini. Jadi cukup dia. Tidak pada anggota klub renang lainnya; Hera dan Meisya, teman sekamar pertamaku, anggota senior klub renang seperti: Merry, Gladys, Niken, Ambar, teman pintarku; Deswita dan bahkan Marisa si toge melon super.
Sedih juga meninggalkan mereka semua setelah kurang dari sebulan aku bersama-sama mereka, baik kebersamaan, belajar, bermain, berlatih bahkan sedikit kubantu dengan revolusi mereka saat merombak klub renang menuju kondisi yang lebih baik.
Kepergianku yang kulakukan adalah dengan menghilang begitu saja. Satu dua hari mungkin orang-orang tidak akan begitu kehilangan. Baik teman-teman atau staf pengajarnya baru akan menyadari hilangnya Satriyani bila sudah lebih dari itu. Apalagi aku adalah siswi yang cukup mempunyai status tersendiri di Hati Murni. Satu-satunya yang bisa membuat Maria bersujud menyembahku—mengaku kalah, penangkap basah pak Wahyu saat akan memperkosa Marisa yang berujung dipecatnya 3 guru pria mesum di sekolah khusus siswi wanita ini.
Maria pernah berjanji padaku untuk lebih fokus untuk pelajaran sekolah saja dan mengurangi porsi latihan renangnya agar saat kelulusan nanti bisa menyusulku kuliah dimanapun aku berada. Aku asal-asalan saja nyebut kalau aku akan kuliah di Amerika sekalian. Pasti orang tuanya akan berpikir panjang untuk membiayai kuliahnya sampe negri Paman Sam. Biaya kuliah disana akan sangat mahal bahkan bagi orang kaya sekalipun. Apalagi Maria masih punya beberapa adik lagi untuk dibiayai sekolahnya dan ibunya single parent saat ini.
Diberi kenyataan begitu-pun Maria masih tetap ngotot mencari jalan lain. Ia akan berusaha mendapatkan bea siswa lewat olah raga renang. Dengan menemukan jalur yang tepat, ia pasti bisa mendapatkan bea siswa untuk belajar ke Amerika. Padahal aku juga belum tentu benar-benar kuliah disana selepas SMA ini.
Tapi untung juga Maria tidak bisa keluar masuk sekolah asrama dengan peraturan seketat ini. Kalau tidak aku sendiri yang akan repot karena harus mengunjunginya dengan teratur. Seperti pada yang sudah-sudah pada mereka sembilan: April, Jessie dan adiknya Aya, Silva dan Silvi, Synvany alias A Fang, Nining, Fantina alias Ana dan Della alias Angel.
Wah kalau mereka kenal sama Maria, bagaimana cara mereka bisa merekrutnya ke dalam arisan mereka? Atau seperti Velinda Shaw yang kini yang malah berubah drastis menjadi kakaknya dan tinggal jauh di kampung halamannya, di Jawa sana.
Hasil dari menggabungkan diri dengan tubuh penggandaanku dengan DOUBLE BEOWULF, pengetahuan pelajaranku bertambah sedikit berkat sesi belajar intensifku di Hati Murni kemarin. Apalagi murid pintar sekelas Deswita yang menjadi pembimbingku. Cara belajarnya agresif banget. Ia mampu melahap buku pelajaran dan memahaminya hanya dengan sekali baca. Padahal kesehariannya sangat santai dan jauh dari kata serius. Hobinya nonton K-Pop dan gemar bergosip.
--------
DENGAN KEHIDUPAN, PISCES BERTEMAN. DENGAN KEMATIAN IA BERSALAMAN. TAK AKAN ADA BEDANYA BILA SEMUA MENGERTI DAN SALING JAGA. SEPERTI AIR DAN MATA.​
Mau tak mau ini lagi yang menjadi persoalanku yang semakin bertumpuk. Kata-kata serupa teka-teki yang muncul tiap kali kusentuhkan kristal INITIATE FORM ZODIAC CORE pada lembar tipis tembaga buku kuno tentang GOD MAESTER CORE ini. Diterjemahkan oleh EBRO yang mengerti membaca abjad peradaban bangsa Hyperios ini.
Satu kata yang paling berkenaan dari AQUARIUS yang bisa kuhubungkan adalah AIR... AQUARIUS atau AQUA artinya air, kan? (Gak ada hubungannya dengan merek air minum itu, loh) Kalau AIR DAN MATA, apalagi hubungannya? Apa jadi AIR MATA atau malah MATA AIR? Bingung, kan?
--------​
Hari-hari berlalu dan masa AQUARIUS lewat juga sebulan dan memasuki PISCES dari tanggal 19 Februari hari ini sampai 20 Maret bulan depan. Ini adalah ZODIAC CORE terakhir yang harus kudapatkan untuk melengkapi 12 ZODIAC CORE agar aku dapat memanggil GOD MAESTER CORE dan mengajukan permintaanku padanya; mengembalikan ingatan Carrie seperti semula.
Kali ini aku sudah mengantongi nama seorang wanita pemilik ZODIAC CORE PISCES yang harus kuincar kali ini. Aku sedang membuntutinya saat ini saat ia baru keluar dari rumahnya. Ia naik mobil Alphard setelah kulihat naik mobil itu di rumahnya beserta seorang wanita lain berpakaian seperti baby sitter dan seorang bayi kecil yang belum genap setahun umurnya. Beserta sang sopir, berarti ada lima orang di atas mobil mewah berharga ratusan juta itu.
Jam 9 tepat pagi ini mobilnya keluar dari gerbang rumahnya di perumahan mewah tak jauh dari perumahan mewah milik keluarga Silva-Silvi (Grand International Village). Toyota Alphard putih itu melaju ke kota dan terus kubuntuti dengan Jaguar-ku. Melintas di jalan tol—masuk kota dan mengarah ke pusat kota yang macet. Pukul 10 memasuki halaman sebuah mall kenamaan di kota ini dan mereka semua kecuali sang sopir, turun— yang terus menuju parkiran di basement.
Masuk ke mall, kedua wanita yang membawa bayi itu berjalan cepat memasuki pintu kaca seolah tidak suka perbedaan suhu antara di dalam mobil, jarak antara pelataran pintu masuk mall dan bagian dalam mall yang sudah disejukkan AC central.
Aku tidak perlu buru-buru memarkir mobilku karena takut kehilangan jejak wanita buruan ber-ZODIAC CORE PISCES itu. Semua data-datanya sudah didapatkan Hellen dari pertama ia mendapatkan panjang gelombang 1864 Hz milik wanita bernama lengkap Virginia Desiree Gunawarman dengan nama panggilan pendek bu Desi. Tanggal lahirnya adalah 27 Februari dan itu artinya total 9 hari adalah kesempatanku mendekatinya dan semoga mendapat ZODIAC CORE PISCES-nya.

Desi
Aku duduk saja di dalam mobilku dan berfikir. Sejak beberapa hari lalu data tentang Desi—tepatnya bu Desi ini kuperoleh dari Hellen, baru kali ini aku melihatnya langsung. Kenapa aku harus menyebutnya sebagai bu Desi? Karena ia memang seorang ibu. Bayi yang dibawa baby sitter tadi itu adalah anaknya yang bernama William Joseph Gunawarman.
Apakah ia wanita yang menikah? Siapa suaminya? Jawaban keduanya tidak. Ia tidak menikah dan tentu saja suaminya tidak ada. Apakah ia seperti feminist atau wanita pengusaha yang tidak percaya pada perkawinan? Hanya lingkaran teman-teman dan keluarganya yang tau pasti masalah itu. Ini terlihat dari namanya yang masih memakai nama keluarga ayahnya, Gunawarman.
Ditilik dari umur anaknya, William yang sering disebut/dipanggil Jojo di akun Instagram-nya, ia melahirkan di Singapura sekitar akhir Maret tahun lalu hingga bisa ditarik beberapa kesimpulan. Salah satunya adalah kenapa aku tidak mendapatkan jejaknya waktu itu. Saat ZODIAC CORE pertama yang kucari awal dahulu adalah PISCES miliknya ini. Kala itu aku masih memakai Coremeter Versi awal (V 1.0) yang masih sangat terbatas fungsi dan jangkauannya. Saat itu aku hanya mencari muter-muter di seputaran kota ini saja. Sementara beliau ada jauh di Singapura sana. Sekarang malah relatif lebih mudah dengan menggunakan Versemeter.
Desi menghindar melahirkan di tanah air dan lebih memilih melahirkan di luar negeri.
Hellen said:
”Kemungkinan besar bu Desi ini adalah wanita simpanan pejabat kaya atau pengusaha gitu. Ia hanya punya salon yang tidak begitu besar di mall itu. Ia hanya punya lima karyawan di sana dan sewanya dibayar bulanan. Tetapi lihat gaya hidupnya. Transfer uang dalam jumlah besar masuk ke rekeningnya rutin tiap bulan sebesar 500 juta sampai 700 juta... Ini masih perkiraanku aja, mas... Siapa tau yang mengirimi duit segitu banyak adalah perusahaan pialang sahamnya... Atau ia ada usaha lain yang tidak terdaftar atau belum kutemukan... Atau malah ia berjudi... Siapa tau, loh?
Begitu analisa singkat Hellen ketika kami bertemu saat itu untuk memberiku briefing soal bu Desi ini. Ada banyak kemungkinan tentang hal ini dan aku bisa tidak mendikte apa-apa soal siapa-apa-bagaimana ia.
Wanita berumur 32 tahun itu masih sangat cantik dan segar. (Ini wanita tertua dalam koleksi pemilik ZODIAC CORE-ku) Apalagi perawatan dengan banyak uang yang dimilikinya. Walau sudah punya anak dan baru melahirkan, body montoknya masih seperti gadis remaja walau dengan payudara penuh susu yang seharusnya rutin diberikan ke bayinya.
Sebelum hari ini, yang kulakukan bersama Hellen adalah stalking semua social media yang ia punyai. Dari Facebook, twit**ter, Path, Instagram, group BBM, group WA, Line dan lain-lainnya. Yang paling sering dan aktif dipakainya adalah twit**ter dan Instagram. Dan kebanyakan hanya upload-upload foto cantik dirinya dan terkadang anaknya yang semakin hari semakin lucu.
Dari stalking lebih dalam, percakapan yang dilakukannya di twit**ter dengan lingkar teman-teman, ada sesuatu yang menarik perhatianku. Sepertinya wanita-wanita yang tidak lagi muda ini punya satu kesenangan. Menjadi MILF sehingga doyan dengan daun-daun muda.
Dari akun temannya @febi***** kadang di post beberapa foto remaja cowok ganteng dan gagah yang didapatnya dari berselancar di dunia maya. Segera heboh mereka mengomentarinya. @desi***** suka sekali dengan tipe-tipe cowok muda seumuranku maksimal kuliahan. Semacam pemain sinetron remaja lokal atau internasional.
Lingkaran teman-teman akrabnya yang sering berkomentar khas ibu-ibu arisan ada sekitar 9 orang aktif. Banyak hal yang mereka gosipkan dari harga cabe-bawang sampai bursa efek, dari selingkuhan artis sampai liga Champion, dari macetnya jalan sampai makanan terbaru di restoran tertentu. Dan tentu saja yang trending topic-nya akan selalu tentang cowok muda.
Aku dan Hellen sama-sama sepakat kalau mereka punya arisan brondong seminggu atau dua minggu sekali untuk menikmati pemuda-pemuda gagah itu untuk memuaskan rasa penasaran mereka akan pemuda tampan. Dan itu yang kali ini akan kumanfaatkan.
Dari kesembilan wanita di dalam geng itu (Lebih baik disebut geng karena mereka lebih suka menyebut kelompok ini sebagai kelompok FoxyMoms) ada beragam umur. Yang tertua berumur 42 (@adjeng*****) dan yang termuda berumur 29 (@mimimoy*****)
Oh ya. Gimana caraku masuk ke dalam grup twit**ter mereka tidak perlu dijelasin juga ya karena aku masuk sebagai bot. Itu istilah Hellen. Aku juga gak terlalu paham apa maksudnya. Pokoknya aku masuk secara tak terdeteksi tanpa perlu di-approve admin group FoxyMoms itu. Aku bebas memeriksa semua pembicaraan/kicauan yang pernah mereka lakukan. Seperti percakapan yang mereka lakukan tadi malam...

FoxyMoms Group said:
@adjeng*****: siapa yang ikut arisan besok sore?
#arisanbrondong
@magda*****: ikuuuuuuuuuuuuuttt
#arisanbrondong #ikutserta
@mimimoy*****: ikut bu
#arisanbrondong #cekbrondongdulu
@desi*****: selalu menunggu bu adjeng
#arisanbrondong #ikutserta
@adjeng*****: yang lain mana? absen dulu...
#arisanbrondong #isiabsensi
@adjeng*****: yang gak konfirm nyesel pokoknya.
#arisanbrondong #barangbaru
@feby*****: ikut bu. tapi post pic.x dulu. no pic hoax
#arisanbrondong #cekbrondongdulu
@devi*****: gw ikut kalau uda liat pic.x. ini harus mah
#arisanbrondong #cekbrondongdulu
@umi*****: siapa yang rekomen? sumber lama?
#arisanbrondong #ikut
@adjeng*****: ini jaminan mutu. baru nemu n fresh.

#arisanbrondong #barangbaru
@belle-cherry***: sukaaaaaaaaaaaaaa
#arisanbrondong #ikut
@devi*****: ini mah kesukaan aing
#arisanbrondong #positifikut
@mimimoy*****: kawaiiii
#arisanbrondong #ikut
@desi*****: anak SMA ya bu adjeng?
#arisanbrondong #ikut
@tiffany*****: baru ol. ikut bu
#arisanbrondong #ikut
@magda*****: yoi ikut bu
#arisanbrondong #ikut
@adjeng*****: fresh kan? anak SMA 105
#arisanbrondong
@feby*****: kinclong bgt bu adjeng
#arisanbrondong #ikut
@mimimoy*****: bu adjeng dah nyobain? curang!
#arisanbrondong #ikut
@devi*****: beneran? udah dicobain?
#arisanbrondong #ikut
@umi*****: bu adjeeeeeng? mana orangnya? kabur?
#arisanbrondong #ikut
@tiffany*****: bu adjeng lagi asik-asikan
#arisanbrondong #lagingulekbrondong
@belle-cherry***: wah gak ngajak2
#arisanbrondong #ikut
@adjeng*****: dana transfer seperti biasanya. kabuurrr.... :p
#arisanbrondong

Kenapa ada fotoku di sana? Karena memang akulah yang mereka bicarakan. Ibu-ibu cantik dari kalangan jetset ini memang doyan sekali dengan pemuda belia. Memanfaatkan kegemaran kolektif geng ini, aku mencoba menyusup masuk dan hadir di tengah-tengah mereka. Di samping dapat mendekati targetku yang kalau didekati dengan cara normal, akan memakan waktu berbulan-bulan. Pokoknya lama deh. Sementara waktuku cuma 9 hari saja. Ada beberapa skenario yang harus ditolak panelis. (Anggota panelisnya cuma aku dan Hellen doang. Tommy bagian nyatet aja) Diantaranya adalah: 1. Mendekatinya di tempatnya bekerja, sering-sering nyalon di salon miliknya. Waktu terbatas dan ditolak. 2. Jadi cowok macho dan memukaunya di gym tempatnya berlatih. Waktu juga terbatas dan ditolak. 3. Membajak baby sitter-nya dan mengambil alih pekerjaan itu. Waktu juga terbatas dan ditolak. (Ide terakhir yang paling absurd)
Dan ini adalah jalan yang paling brilian dan sik-asik juga. Ada cara yang cepat dan simpel kenapa tidak disambar. Menjadi brondong objek arisan ibu-ibu kaya ini. MILF geto loh!
--------​
Kita mundur beberapa hari yang lalu saat kami (Hellen dan aku) berhasil menyusup ke grup twit**ter mereka. Setelah meneliti kicauan mereka di lini massa ini, kami mengambil kesimpulan kalau ibu dengan akun @adjeng***** (Dikasih bintang agar gak dicoba sama pembaca. Siapa tau memang ada akun seperti itu) adalah dedengkot geng ini sebagai admin-nya. Dari semua kegiatan geng ini, selalu dimotori oleh ibu satu ini. Dan kami sepakat, langkah awal harus dimulai dengan mendekatinya.
Stalking dilanjutkan dengan mengikuti semua akun-nya. Foto-fotonya, kegiatannya, keluarganya. Semua detil kehidupannya dapat disimpulkan. Seorang istri perwira kepolisian berpangkat Kombes yang bertugas di Polda provinsi sebelah dengan jabatan penting. Sang istri juga yang sebenarnya sangat sibuk dengan bisnis 3 toko emasnya di 3 mall berbeda. Ia juga punya bisnis peternakan ayam dan budidaya lele yang terintegrasi di pinggiran kota dekat pantai hingga harus bolak-balik kota ini dan kota provinsi tetangga kalau-kalau tugasnya sebagai istri Bhayangkari perwira polisi diperlukan. Dari profil Facebook-nya, disebutkan kalau ia hanya punya satu anak laki-laki yang sedang kuliah di luar negeri.
Pun dengan semua kegiatannya yang menyita waktu, ia masih sempat menikmati hidupnya dengan cara ini. Ia suka sekali mengontrol segala sesuatunya hingga didapuk menjadi pimpinan geng MILF ini untuk mengorganisir arisan syahwat kesembilan wanita haus kasih sayang ini.
Memancing MILF sekaliber seperti ini susah-susah gampang ternyata. Aku harus terlihat innocent dan sederhana baginya sekaligus menarik dan juga menggairahkan. Cara termudah adalah lewat jalur yang sudah dikenalnya. Biasanya dari channel terpercayanya yang biasa memasok pria-pria muda yang terjamin kualitasnya. Atau dari pemuda-pemuda yang pernah mereka pakai sebelumnya.
--------​
“Ada satu mas... Aku kenal dia tapi dia gak kenal aku... Dia kakak kelasku yang sekarang sekolah di SMA Angkasa Raya... Aku mengenali akunnya yang mem-follow bu Ajeng ini...” kata Hellen menunjukkan padaku akun pemuda itu. Aku bisa mengerti selera para MILF itu begitu melihat tampangnya.
“Yakin pernah dipake jadi brondong ibu-ibu itu?” tanyaku balik ingin memastikan.
“Yakin, mas... Sekarang udah tajir dia jadi piaraan mami-mami berduit... Dulu tongkrongannya cuma motor... Sekarang udah bawa mobil... Tinggal di apartemen... gak ngekos lagi...” jawabnya menunjukkan timeline cowok itu dari tahun ke tahun. Dari fotonya yang lama kelihatan ia masih culun kala mengendarai motor sebagai tunggangannya dan foto terbaru sudah trendi pake mobil walau masih kelas LCGC. Lumayanlah. Udah dapat enak ngecrotin ibu-ibu macan, dapat duit lagi.
“OK... Trus apa taktiknya supaya bisa dibantu ini orang untuk mendekati bu Ajeng? Kalau pake ancaman takutnya malah dia mengkeret...” kataku.
“Si Alex ini... Seperti gigolo brondong kebanyakan... juga masih pengen punya kehidupan normal cowo biasa... Punya cewe sendiri juga... Teman-teman nongkrong... Hobi yang digandrunginya... Kita manfaatin hobinya ini... Judi!” papar Hellen semuanya.
“Judi?” ulangku. Keningku yang jarang berpikir sampai berkerut. Terpaksa mikir. Aku buta sama sekali tentang judi. Paling juga tau main kartu remi maen cangkul. Cupu.
“Mas Satria ngerti maen poker?” tanya Hellen.
Cepat-cepat aku menggeleng.
“Ha-ha-ha... Aku ngerti, mas. Jangan stres dulu... Tapi sepengetahuanku... dulunya si Alex ini apa aja bisa jadi arena judi baginya... Daleman cewe bisa jadi tarohan, datang enggaknya guru jadi tarohan, jumlah genap ganjil kapur tulis yang tersisa di kotaknya jadi tarohan... Mas gak usah nantang dia maen poker... Pasti kalah telak... Tantang dia di tarohan yang mas yakin bisa menang...” kata Hellen lagi tentang caranya. Satu pertaruhan yang aku yakin bisa menang?
“Misalnya?” lemotku datang lagi. Lemot asem. Lemot kontrol. Lemot TV.
“Ajak dia adu lari... panco apa aja... Mudah-mudahan gila judinya bertambah gila sampe sekarang...” kata Hellen memberi contoh.

========
QUEST#12
========​

Dengan mudah aku menemukan Alex di seputaran sekolahnya. Mobil Honda Brio Satya-nya jadi tempat ia berkumpul dengan teman-teman terdekatnya. Mobil LCGC itu sudah dimodif abis-abisan dengan cutting sticker, ban gede sampe mengganti velg 15” dan sound system ber-power mumpuni untuk pamer pada teman sekolahnya. Masih ABG ababil ternyata.
Kalau kutantang adu balap tentu gak akan sebanding dengan Jaguar-ku karena beda CC dan lainnya yang jauh kemana-mana. Apalagi modalnya tentu terbatas kalau sampai memodif mesin. Lah? Apa urusannya membandingkan mobilku dengannya? Gitu-gitu dia bisa beli mobil lewat keringat dan lendirnya sendiri. Aku... dibeliin. Masih mending dia.
Mereka berlima berdiri nongkrong di seputaran Brio itu dan menyuitin cewek yang melintas pake motor matik yang kira-kira menarik. Rokok sebungkus dibagi lima karena yang berduit ya cuma si Alex tadi. Kalau sudah bosan mereka masuk mobil dan ngadem empet-empetan di jumlah tempat duduk kapasitas pas 5 penumpangnya.
Melihat teman-temannya, apa tidak ada keinginannya untuk ikut menjerumuskan salah satu atau malah semua temannya ke dunia nikmatnya ini. Keempat temannya lumayan ganteng dan keren juga. Pasti para MILF itu akan tertarik melihat mereka.
Apa dia tidak mau temannya ikut ketularan tajir seperti dirinya. Mempertahankan status quo-nya yang selalu menjadi semacam pemimpin diantara semua karena lebih berduit. Alex yang duduk di bangku supir selalu menjadi yang utama dan diandalkan oleh keempat teman-temannya.
Tok-tok-tok
Kuketuk kaca penumpang di samping supir yang memakai kaca film 60% bonus dari dealer. Samar-samar aku bisa melihat kalau mereka memandangiku dengan berbagai ekspresi. Penumpang di samping supir menurunkan kaca dan bertanya, “Ada apa?”
“Kalian anak Angkasa Raya?” tanyaku basa-basi. Pastinya mereka anak SMA Angkasa Raya, dong? Nongkrongnya di depan sekolah Angkasa Raya. Yang lebih pasti lagi anak bapak sama emaknya.
“Iya... Ada apa?” tanya pemuda seumuranku itu.
“Kenal yang namanya Alex, gak? Anak kelas 2 IPS kalo gak salah... Anaknya tinggi, putih, ganteng...” kataku pura-pura menanyakan ini.
“Ada apa nyari Alex?” tanya si Alex sendiri malahan. Aku harus sedikit membungkuk agar bisa melihat penanya barusan. Emang ganteng dia ternyata. Pantes aja para MILF itu doyan padanya sampe ngebela-belain memelihara.
“Ada urusan bisnis dikit... Pada tau gak?” tanyaku dengan nada yang kubuat sebaik-baiknya agar tidak terdengar songong atau mengancam.
“Bisnis apa dulu? Kami tentu aja kenal Alex...” tanya si pemuda di samping Alex tadi. Aku tetap dengan pura-pura awalku tak tau mana yang bernama Alex diantara kelimanya.
“Bisnisnya sangat pribadi dan duitnya gede punya... Kalau gak ada Alex lebih baik aku cari yang lain aja...” kataku sedikit memberi clue dan semoga si Alex tertarik dan menggelitik jiwa penjudi sejatinya.

Alex
“Sebentar...” kata yang dibalik setir. Ia membuka pintu di kanannya dan keluar dari mobilnya. “Aku yang namanya Alex...” katanya begitu ia berdiri di samping mobilnya. Ia memberiku kode dengan gerakan kepalanya mengajakku menjauh dari mobil agar percakapan kami tentang bisnis ini tidak terdengar teman-temannya.
“Bisnis apaan?” tanyanya saat kami sudah berdiri agak jauh dari mobil yang masih berisi teman-temannya. Kondisi ini menegaskan perkiraan awalku, kalau ia memang sengaja menjaga status quo-nya dengan tidak melibatkan mereka dari kesempatan mendapatkan keuntungan finansial. Disulutnya sebatang rokok yang selama di dalam mobil dilarang kerasnya untuk dihisap karena bisa menodai mobil tercintanya.
“Kenalin dulu... Namaku Satria...” sahutku mengulurkan tangan untuk berjabat. Ia menjabatnya dengan lemah dan asal-asalan saja. Ia melirik ke arah mobil dan teman-temannya.
“Kau punya mobil lain yang buatan Eropa atau sejenisnya? Selain Brio itu tentunya?” mulaiku. Aku menatapnya tajam.
“Eropa?” kagetnya. Tentu aja ia kaget karena punya Honda Brio itu aja dia sudah syukur banget bisa kebeli, ini malah ditanyain mobil Eropa yang harganya jauh selangit.
“Ada yang bilang kau suka taruhan... Makanya kuajak balapan lawan aku...” kataku lanjut berterus terang.
“Mobilmu apaan?” Alex balik bertanya pengen tau apa tungganganku.
“Yang itu...” jawabku dengan gerakan dagu pada Jaguar yang parkir di seberang jalan tepat di depan sekolahnya.
“Sport hitam itu?” tanyanya memastikan karena di depan Jaguar ada mobil lainnya yaitu sebuah Daihatsu Espass yang juga berwarna hitam.
“Ya... Yang itu...” jawabku dan memainkan remote alarm di tanganku sehingga lampu hazzard-nya berkedip beberapa kali untuk menegaskan kalau mobil itu yang kumaksud.
“Itu Lambo atau Ferrari?” tanyanya agak menunjukkan keterkejutannya. Berusaha menutupi kegugupannya dengan menanyakan pertanyaan bodoh lainnya. Kalau ia paham mobil pasti akan dengan mudah mengenali karakteristik mobil dari garis-garis tarikan bentuk mobil itu.
“Itu Jaguar... Sampai dua-tiga bulan lalu cuma ini yang bisa masuk Indonesia... Sekarang entah udah ada temannya atau belom tuh si item...” jawabku. Aku juga gak paham-paham amat sama ini mobil. Tipe-nya apa? Seri-nya, kapasitas mesin, akselarasi 100 meter berapa detik dan sebagainya. Taunya cuma pake, isi bensin. Belum pernah dibawa servis lagi malahan. Dimana bengkel untuk mobil beginian, ya?
“Kalau balapan lawan Jaguar-mu gak sebanding-lah, Satria... Paling banter aku bisa pinjam GTO temanku...” katanya langsung merendah gagal menyamaiku. Tentu gak sebanding kemana-mana kalau Brio itu diadu dengan Jaguar-ku (*no offense bagi pemilik Brio, ya?)
“Jadi kita gak bisa balapan?” pastiku dengan nada sedikit kecewa.
“Taruhan yang lain mau?” tawarnya. Yang bakal ditawarkannya ini pasti sesuatu yang bisa dilakukannya dengan baik hingga ia yakin bisa menang. Ia mencium ketertarikan yang sama tentang judi padaku.
“Apaan?” tanyaku pura-pura gak terlalu antusias.
“Bisa poker, bilyar atau apa saja...” katanya nampak sangat bersemangat dengan preposisi yang dikiranya sangat menguntungkan ini.
“Poker... bilyar atau apa saja?” ulangku menimbang-nimbang pilihannya.
“Bilyar aja...” putusku.
“Bagus... Kita maen bilyar... Aku tau tempat bagus... Aku dan teman-temanku sering nongkrong di sana...” katanya mengayunkan tangannya mengajakku terarah ke tempat yang dimaksudnya. Oh... OK, deh.
Dari posisi aku duduk di mobilku, kulihat Alex berbicara dengan teman-temannya membahas apa yang akan dilakukannya. Aku mendengarkan pembicaraan mereka tentu saja dengan bantuan THIRD EYE XOXAM yang ampuh sekali untuk pengintaian.
Alex said:
”Ini maenan gede, fren!” seru Alex pada seluruh ummat yang ada di mobilnya.
“Kenapa, Lex? Bisnis apaan?” tanya temannya di samping kiri. Yang lain juga condong ke depan agar lebih jelas menyimak.
“Liat tuh mobilnya... Jaguar, menn... Dia tadi ngajak tarohan balap... Cuma aku gak punya kenalan yang punya mobil sport sekelas itu...” kata Alex duduk menyamping agar bisa menghadapi semua konconya.
“Trus gimana?” tanya salah satu temannya yang duduk di belakang—bagian tengah.
“Aku ngajak dia tarohan bilyar... Kalian kan pada tau semua nih... kalo aku jagonya bilyar... Aku akan porotin duitnya... Awal-awalnya aku akan ngalah dulu... Kalo udah panas... tarohannya akan kunaikkan... Bisa-bisa aku dapet Jaguar-nya kalo dia kemakan... Kalian ikut bantuin, ya?” tembak Alex mengungkapkan rencananya.
“Wah... Keren tuh rencananya... Kalo berhasil... makan-makan, ya?” seru teman-temannya bersemangat. Semuanya menyambut baik rencana Alex dan ngiler melihat Jaguar seperti ayam panggang siap makan.
Alex memberi kode dengan lampu mobilnya kalau ia segera menuju tempat tujuan kami melakukan pertaruhan ini. Kuikuti mobilnya yang tidak terlalu cepat melaju di keramaian jalan.
Sekitar 45 menit membelah kemacetan strata sedang, mobil kami memasuki area parkir tempat hiburan. Aku sudah akrab dengan tempat ini. Ini tempat yang sama dimana aku pernah dibawa Silva dan Silvi awal-awal berkenalan dulu. Ada berbagai hiburan di tempat ini dan yang pasti ada tempat bilyar-nya.
“Halo, Silva cantik? Lagi dimana, nih?” teleponku saat mesin mobil kumatikan dan bersiap membuka pintu. Aku melihat Yaris biru kedua kembar identik itu di parkiran ini.
“Eh... Satria... Kenapa? Ngajak jalan, ya? Urusanmu udah kelar?” jawabnya di ujung teleponnya sana.
“Enggak... Cuma iseng aja, kok. Silvi mana?” tanyaku malah nanyain kembarannya.
“Ada tuh... Lagi nyodok bola...” jawabnya. Sayup-sayup terdengar suara beradunya bola lalu bergulir memasuki pocket dan musik ringan di sekitarnya.
“Lagi di tempat biasa kita maen bilyar itu, ya?” tanyaku sudah bisa menebak. Ini tempat tongkrongan favorit kedua gadis kembar pemberi ZODIAC CORE GEMINI itu setelah ladang buah di pinggiran kota.
“Iya... Kemari, dong? Biar seru maennya...” pintanya setengah memaksa.
“Beres... Aku lagi di parkiran, nih... Bentar lagi aku naik. Tunggu, ya?” kataku dan mengakhiri hubungan telepon. HP kukantongi dan Alex beserta teman-temannya sudah ada di pintu masuk tempat ini, menungguku. Kuhampiri mereka.
“Di sini maennya?” tanyaku basa-basi. Aku lalu berkenalan dengan keempat teman-teman Alex. Ada Agus, Bobi, Handoko dan Rizal.
“Ya... Tempatnya asik, nih? Sudah pernah kemari?” tanya Alex saat kami berjalan masuk. Ia menyapa beberapa cewek cantik yang berseliweran di tempat ini.
“Pernah beberapa kali... sama teman. Maen bilyar juga...” kataku. Alex manggut-manggut. Kami lalu bergegas ke lantai dua dimana tempat bilyar berada. Di lokasi yang lumayan luas dengan banyak meja permainan bilyar, beberapa meja sedang dipakai sore ini. Mataku langsung menuju meja dimana Silva dan Silvi selalu berada. Benar saja, mereka sedang bermain berdua. Kusapa mereka berdua dengan acungan tangan.
“Itu temanmu?” tanya Alex saat melihatku menyapa kedua gadis kembar identik itu yang segera menghampiri kami. Teman-teman Alex semua sedang memesan minuman atas traktiran teman tajir mereka.
“Ya... Mereka berdua yang kumaksud...” jawabku.

Silva-Silvi
“Yee... Satriaaa!” seru mereka berdua berebutan menubrukku dan memelukku tanpa sungkan. Dada-dada keduanya tak ayal lagi penyet-penyet ke tubuhku tanpa ampun.
“Hei... Diliatin orang tuh...” kataku berbisik kepada keduanya agak risih dipelototin Alex yang kaget melihat tingkah kedua gadis kembar itu.
“Biarin! Brondong mami-mami aja...” ketus Silva tak perduli.
“Tumben Satria sampe kemari lagi maennya?” tanya Silvi.
Kutarik keduanya agak menjauh agar gak kedengaran Alex pembicaraanku. Ini daerah domain Silva-Silvi dan juga Alex dan teman-temannya. Bukannya takut dan mencari beking juga, hanya saja aku harus memberi impresi tersendiri pada lawanku kali ini. Impresiku kali ini harus cukup meyakinkan agar aku bisa memanfaatkan nafsu judi besar pemuda bernama Alex untuk keuntunganku di bidang yang ia yakin bisa menang besar.
“Brondong itu gak mungkin punya ZODIAC CORE, deh?” tebak Silva.
“Apa saudaranya yang punya?” tebak Silvi juga. Keduanya melongok ke arah Alex yang kembali dikerubuti teman-temannya yang sudah kembali dari memesan minuman.
“Bukan... Tapi mami-mami yang mungkin pernah make dia yang punya... Aku sedang mencoba mengorek keterangan itu dan koneksi ke mereka-mereka...” jelasku.
“Oo...” sahut mereka langsung paham. Gak salah mereka berdua punya otak encer hingga langsung mengerti semua konteks yang sedang terjadi.
“MILF, ya?” tembak langsung Silva tanpa ragu.
“Kah kah kah...” gelak Silvi lepas saja.
“Kenapa gak langsung aja pake TOXICATE-mu itu? Sekali CUS... langsung nyanyi dia, kan?” lanjut Silva malah mendapat ide yang lebih brilian.
“Atau telepon ke mami-mami itu pake suara si brengsek yang kau tiru dengan MIMIC...” ujar Silvi dengan ide lain yang tak kalah brilian dari saudaranya.
“Eh. Iya, ya? Kenapa aku bisa lupa bisa pake cara itu, ya?” kataku garuk-garuk kepala. Aku malah pake cara yang lebih panjang yang diusulkan Hellen. Mungkin benar yang pernah diusulkan Andin agar aku mulai memikirkan membentuk tim. Yang bisa memberiku masukan jalan-jalan paling efektif dan efisien.
“Tapi ya udah... Udah separuh jalan juga... Kau mau mengajaknya tarohan, kan?” tebak Silva lagi. Lagi-lagi tepat.
“Tarohan bilyar dan kau ngandelin ACCURACY itu?” kata Silvi mirip banget dengan saudaranya. Kok bisa tepat tebakan keduanya?
“Kok kalian bisa tau semua? Atau aku yang bego banget, ya?” tambah gatal kepalaku kalau berhadapan dengan kepintaran dua cewek songong ini.
“Ya... Lo aja yang bego... Makanya otak dipake yang bener... Jangan kontol aja yang digedein... Kah kah kah...” ejek Silva terus.
“Otaknya di kontol... Kah kah kah...” nyambung aja nih si Silvi. Dasar kembar ee... pinter. Apa yang bagus sebagai celaan mereka berdua ini? Cantik, pinter, tajir. Mulutnya aja yang perlu dijaga. Ember kali ye?
“Udahan, dong... Dukung dikit, ya?” kataku agak melas agar mendapat sedikit bantuan keduanya.
“Kami pulang bentaran ya? Ngambil baju cheerleader seksi kami... Supaya gak konsentrasi tuh brondong...” kata Silva yang kembali diamini kembarannya sambil tertawa tak tertahan.
--------​
“Maen apaan nih? Bola 9 atau bola 8?” tanya Alex sudah memegang sebuah stick bilyar. Ia sudah membooking sebuah meja untuk beberapa jam ke depan.
“Bola 8 aja...” sahutku saat memilih-milih yang tepat. Aku tidak terlalu mahir maen ini permainan. Hanya sekedar pernah maen untuk menghabiskan waktu dulu saat cabut sekolah bareng teman-temanku. Terakhir maen bilyar ketika awal berkenalan dengan Silva dan Silvi. Itupun kalah mulu.
Seorang cewek, pegawai tempat ini menyiapkan bola dengan susunan aturan bola 8 di tempatnya. Alex mempersilahkanku mulai duluan sesuai dengan rencananya tadi bersama teman-temannya.
“Tarohan berapa?” tanya Alex begitu aku bersiap-siap akan memukul bola putih.
“500K...” jawabku ringan mulai melicinkan jariku dengan kapur.
“OK... 500K...” jawabnya setuju dan duduk bareng teman-temannya di stool tinggi sambil menenggak sebotol bir pilsener. Silva dan Silvi duduk di seberang kelompok Alex.
“Hajar, Satriaaa!” seru kedua cewek itu mencoba memberiku semangat.
Untuk awal, kulakukan secara normal saja. Memecah susunan bola hingga semua terpencar acak tak beraturan. Tidak ada bola yang masuk hingga giliran beralih ke Alex.
Ia turun dari stool-nya dan langsung menundukkan tubuhnya hendak memukul bola putih terarah tepat ke bola kuning no. 1. Spak! Bola no. 1 memantul ke tepi meja dan mengarah ke pocket sudut kanan. Bola putih bergulir perlahan dan mengarah mendekati bola no. 2. Beneran jago dia ternyata...
Sepertinya ia sengaja tidak memasukkan bola 4 dan berganti padaku lagi. Ini mungkin maksudnya mengalah dulu. Apa sanggup ia menahan diri tidak melahap mangsa mudah sepertiku ini?
Aku berhasil memasukkan bola 4 dan 5 lalu gagal di bola 6. Giliran beralih ke Alex lagi.
Alex melahap semua bola dan memasukkannya ke dalam pocket tanpa kesulitan berarti dan duit sebesar 500K milikku harus rela berpindah tangan.
“Lagi?” tanya Alex melihatku tidak bergeming dari tempatku. Permainannya belum panas, kan? Aku hanya mengangguk mengiyakan pertanyaannya. “500K lagi?”
“Buat jadi dobel...” jawabku menunjukkan dua jari dengan mantap. Gak masalah. Porotin aja terus. 1000K!
--------​
Alex sudah menang dariku sebesar 3500K dari beberapa permainan bilyar ini. Senyumnya lebar karena sudah membayangkan kemenangan besar yang mudah diraihnya ini. Seorang cewek cantik tak lama datang dan menggelayut manja padanya. Mungkin ini pacarnya sebagai bentuk eksistensinya sebagai remaja. Ia terang-terangan mengakui cewek itu sebagai Lucky Charm-nya yang membuatnya beruntung terus menang.
“Kegiatanmu apa sehari-harinya, Satria?” tanya Alex kala membidik bola 8 terakhir di tarohan bernilai 3500K, yang ingin kumaksud untuk kumenangkan kembali. Kalau bola ini masuk, berarti aku sudah keluar duit sebesar 7000K!
“Ya... Sama denganmu...” jawabku enteng.
“Mm... Begitu, ya?” gumamnya lalu menghentak stik bilyarnya. Bola putih membentur bola 8 dan meluncur masuk langsung ke pocket tanpa memantul kemanapun.
Langsung kuserahkan jumlah yang sudah dimenangkannya itu dan ia menyambutnya dengan senyum lebar tetapi masih berbaik hati tidak menghitungnya.
“Duit cash-ku udah abis... Kau menerima transfer?” tanyaku enteng dan mengeluarkan HP-ku untuk bersiap melakukan M-Banking.
“Berapaan dulu tarohannya... sampe harus pake transfer?” tanya Alex masih dilendoti ceweknya saat tak bermain.
“5000K ke atas dong...” kataku tak terlalu ambil pusing soal jumlahnya. “Saldoku masih banyak... Liat aja sendiri...” sambungku untuk membuatnya ngiler atas banyaknya uangku. Kutunjukkan layar HP-ku untuk menunjukkan jumlah saldo tabunganku.
Ada uang sebesar Rp. 203.577.134,77 di layar HP-ku yang menunjukkan jumlah saldo tabunganku. Banyak banget? Gak usah kaget juga. Itu uang beneran, bukan dari daon. Juga bukan hasil dari nyolong atau minta sama Papaku. Dikasih juga memang. Tepatnya si Della dan Fantina yang mentransfer uang sebesar itu. Valentin beberapa hari lalu Della pernah menjanjikan akan memberiku satu juta dollar malah. Fantina juga mau memberiku jumlah yang sama hingga nantinya akan ada 2 juta dollar menjadi milikku. Della bahkan membuatkan rekening atas namaku dan mentransfer secara berkala dua kali dan sekarang ada uang sebesar 200 jutaan di rekeningku. Gila aja. Aku aja anak konglomerat gak pernah punya duit sebanyak itu selama ini. Duitku hanya sekedar buat beli bensin atau jajan yang diserahkan cash melalui bu Warni, pengemong kami bertiga; aku, Putri dan Dewi. Selebihnya kalau mau beli apa-apa yang lebih mahalan tinggal pake kartu kredit sakti tanpa limitku.
Saat Alex melotot melihat saldo-ku, terasa getaran notifikasi baru. Ada transferan baru hingga total saldo-ku membengkak menjadi 400 jutaan.
“Eh... Baru masuk lagi, nih... Mami memang baek, deh...” kataku sedikit bergumam. Tapi akan cukup jelas untuk terdengar oleh Alex. Biar ngiler dia melihat jumlah uangku.
“Del... Baru masuk lagi tuh duitnya... Banyak gila duitnya!” kataku menelpon Della yang pasti masih duduk bekerja di perusahaan milik Mama.
“Iya... Aku bisanya transfer segitu dulu... Aku tepat janji, kan? Sisanya menyusul...” jawabnya disana.
“Dua ratus aja cukup, kok... Gak usah lebih... Malah ditambahin lagi?” kataku sedikit menjauh tetapi masih dalam jangkauan dengar Alex.
“Eh... Satu juta dollar itu dikonversi ke rupiah bisa satu milyar lebih loh...” lanjutnya disana tentang niat awalnya yang mau memberiku satu juta dollar.
“Tapi gimana cara aku ngebayar pajaknya? Aku ini masih anak sekolahan, ya? NPWP aja gak punya...” kataku membelakangi Alex. “Satu milyar terlalu banyak... Udah segitu aja...” lanjutku. Biar kejet-kejet si Alex dengarnya. Biar dikiranya kalo mami yang memeliharaku itu tajir gila sampe mau ngasih duit milyaran.
“Parah tuh mami-mami...” gumamku berbalik dan mendekati Alex lagi untuk menanyakan kelanjutan tarohan kami yang mencapai 5000K sekarang. “Boleh transferan?”
“Boleh-boleh... Kita lanjut lagi...” kata Alex berbinar-binar matanya mendapat mangsa royal seperti aku ini. Mangsa yang tak sungkan-sungkan menggelontorkan uangnya.
Nah disini sekarang bagianku...
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd