Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Quint

Status
Please reply by conversation.
Bimabet
Mantap suhu ceritanya. Jgn patah semangat. Ane salah satu Fans Quint hahaha. Update terus sampe tamat ya suhu
 
Skrng gimana nih nasib core2 imut itu...
Update lg dong....ane penggemar cerita ini...salam kenal juga
 
Sekedar ngasih ide/saran suhu,
Kalo bisa updatenya per page aja...
kasihan yg buka pake hp, nge-scroll nya jauh kebawah

Maaf ya suhu kalo sarannya kurang berkenan
:ampun: :ampun: :ampun:

Temen2 yg lain jangan :bata: ya...
:ngacir:
 
Chapter 12 : The Tale of AZAZELs

Diva


Rio

Diva :
Sehabis nonton sebuah film komedi yang membuat kami berdua tertawa habis-habisan, aku dan Rio sekarang sedang berjalan berduan saja di etalase pertokoan di sekitar plaza ini.
Kami banyak ngobrol ngalur-ngidul tentang berbagai hal. Hal yang selama ini tidak kubicarakan dengan tidak terduga juga pernah terpikirkan oleh Rio.
Secara garis besar kami ini mempunyai ketertarikan pada hal-hal yang sama. Kenapa selama ini kami bermusuhan, ya? Kalau kutahu kalau ada teman yang enak diajak berbicara tentang hal yang kusukai.
Pengetahuannya cukup luas. Dia sama seperti aku... Biasanya kalau aku berbicara yang agak sedikit serius saja dengan saudara-saudaraku, mereka biasanya bertingkah yang macam-macam. Ada yang mengantuk, ada yang menghayal, ada yang menelepon, ada yang ngemil.
Tapi Rio, dia bisa menangkap maksud pembicaraanku dan memberi pendapatnya sendiri. Kami sepanjang hari itu banyak bertukar pikiran. Apakah pacaran memang seperti ini?
Kami sudah keluar plaza saat sore dan kami sedang menunggu taxi.
Karena pengunjung plaza ini lumayan banyak dan juga menunggu taxi, kami harus lama menunggu. Akhirnya kami memutuskan untuk berjalan agak ke simpang jalan saja untuk mencari taxi di sana.
“Kamu sudah memakai gelang itu, Div?” tanyanya.
Aku menunjukkan tangan kiriku yang kini berhias tiga gelang. “Ini sudah kupakai... Bagus, kan?” jawabku.
“Tapi... kau tidak memintaku kawin denganmu secepatnya, kan?” godaku.
“Ya, nggak-lah... Kamu mau kukasih makan apa..? Kita, kan masih sama-sama sekolah... Masih SMP lagi... " jawabnya.
“Jadi...?”
“Kita pacaran aja dulu... Seperti yang dibilang ayahku kemarin... Mau, kan?” usulnya.
“Kalau pacaran itu... ngapain aja? Aku tidak tau harus apa?” tanyaku.
“Aku juga tidak tau... Kita masih sama-sama ijo, ya...? Pacaran ngapain aja kita gak tau... mau pacaran...?” bingungnya juga.
“Eh... "
“Kita tiru orang-orang saja... Aku sering lihat orang yang bergandengan tangan seperti ini... " kataku yang membuatnya terkejut dengan menggandeng tangannya.
Tubuhku kudekatkan dengan tubuhnya dan tanganku kugaetkan di tangan kirinya. Awalnya aku dan dia masih agak ganjil tapi lama-kelamaan setelah lama berjalan dan berbicara lebih banyak hal lagi, kami jadi terbiasa.
“Apa kita juga perlu begini di sekolah, Div...?” tanya Rio suatu kali.
“Menggandeng tanganmu...? Rasanya tidak usah... Kita bisa jadi berita terheboh di sekolah nanti... Apa kau maunya begitu..?” jawabku.
“Nggak... Rasanya aku juga nggak siap untuk jadi selebritis di sekolah... Lebih baik biasa-biasa aja... " setujunya.
“Kita biasanya, kan... gak akur... Sekali berbicara... bertengkar seperti waktu itu... Apa kau bisa tahan...?” sambungku.
“Iya juga, ya?... Habis... ‘gimana?” bingung Rio.
“Bagaimana kalau bertahap? Sedikit demi sedikit kita berbicara... Yang penting-penting aja... Lama-lama... orang kan jadi terbiasa... Bagaimana?” usulku.
“Boleh juga... Tapi aku rasa aku gak begitu bisa... Mmm... aku coba, deh... " setujunya.
Kami berjalan lagi menyusuri emperan toko.
Saat di depan toko sport, kami berhenti sejenak melihat beberapa alat olah raga. Rio tertarik dengan sebuah skate board.
Tapi kami tidak masuk, hanya melihat dari luar saja. Tetapi tiba-tiba... PRANG!
“Aduh...!” seruku kesakitan karena ada yang tiba tiba mendorong kami dari belakang dan menyebabkan kaca toko itu hancur berantakan.
Rio menabrak beberapa boneka manequin hingga jatuh bergulingan, sedang aku menabrak beberapa gantungan baju seragam sepak bola.
“Diva...! Diva!... Kau tak apa-apa...?” tanyanya sambil matanya liar mencari siapa yang mendorong kami. Ia lalu membantuku bangkit. Ada beberapa luka gores di muka dan tangannya.
“Aduh... Siapa yang mendorong kita...? Kurang ajar sekali... " tanyaku juga mencari pelakunya.
“He... he... aku!” ada suara yang mengaku.
“Kau...? Dasar iblis kurang ajar!” seruku setelah melihat mahluk itu. Ia pasti salah satu iblis bawahan LUCIFER.
Wajahnya seperti monyet. Ia memakai baju armor yang berlambang huruf A terbalik. Itu lambang LUCIFER. Tubuhnya seperti manusia, tetapi ketika bergerak ia menggunakan tangan depannya untuk membantunya bergerak. Persis seperti monyet.
“Siapa kau??! Berani sekali muncul di sini?” tantangku. Rio saja ketakutan melihat iblis itu. Tapi karena melihatku berani, ia tidak jadi lari.
“Aku AZAZEL!” jawabnya.
“AZAZEL?... Bukannya kau sudah dihancurkan BRO terakhir kali kau bertarung dengannya...?” tanyaku heran. Karena menurut Hellen, AZAZEL telah hancur oleh misil pamungkas BRO sebelum menjadi kecil kembali.
“Memang benar... Tubuhku sudah tercabik-cabik karena misil terakhir BRO... Tetapi teman-temanku berhasil menyatukan kembali tubuhku dengan memakai ARMOR 10 NERAKA ini... " jawabnya.
“Sekarang aku bukan hanya satu... Tapi ada 10 AZAZEL yang sedang mencari kalian... Sang Lima Bintang! Aku bersepuluh akan membunuh kalian semua... dan mengambil HOLY LIGHT... Ha..ha... ha... " lanjutnya.
“Sialan... Kenapa jadi begini...? Kenapa harus saat aku bersama Rio...?” kutukku. “Kalau tidak... aku, kan bisa memanggil TIS’AH untuk membantuku... " pikirku.
“Diva... ayo kita lari saja... " ajak Rio. “Kita bisa celaka kalau berurusan dengan monster... "
“He... he... Siapa dia...? Pacarmu, ya? ... Biar kubunuh dia pertama sekali... " serunya. “Hiaaaa!”
BRAK!
Ada sesuatu lagi yang menabrak kami dari samping. Kami berdua membentur dinding toko. Siapa dia?
Astaga, ternyata dia AZAZEL juga... Benar juga, sekarang ada beberapa AZAZEL dan dua diantaranya ada disini menyerang kami. Satu saja belum tentu kami bisa lolos... Apalagi dua.
AZAZEL yang satu lagi mengangkat Rio dengan mencekik lehernya hingga ia sulit bernafas. Tak ada pilihan lain.
“TIS’AH! Tolong kami!” panggilku. Walau sekarang core-ku kecil, tapi mereka katakan masih bisa membantu.
Merak putih itu segera saja menyerang AZAZEL dengan kibasan sayapnya. Tapi tampaknya AZAZEL tak kesulitan. Dengan hanya dengan sebelah tangan ia bisa menangkis semua serangan TIS’AH dengan mudah.
Ia tetap mencekik Rio. Rio kelihatannya sudah tidak kuat lagi. “Ahh!”
AZAZEL yang satunya segera menghajarku. Perutku terasa sakit sekali dipukulnya. Kepalaku pusing... Aku muntah di salah satu sudut toko.
TIS’AH bingung harus membantu yang mana. Ia lalu mendekatiku. Aku bertumpu pada badannya untuk bangkit. Semangat TIS’AH kembali bangkit melihat aku masih bertahan.
Ia mengembangkan ekornya yang panjang. Ekor putih yang terlihat lembut itu sebenarnya sangat keras. Mulut core miniku terbuka dan menyemburkan air yang sangat deras.
Dengan serangan itu, AZAZEL yang menyerangku agak kesulitan. Ia segera menghindar jauh. Lalu ke AZAZEL yang mencekik Rio.
Iblis itu tetap mencekik Rio dengan melompat menghindari setiap serangan air TIS’AH. Beberapa bagian dinding toko sudah jebol karena pertarungan ini.
“Lepaskan Rio! Lepaskan dia...! Kau harus bertarung denganku... Dia tidak ada hubungannya dengan semua ini!” teriakku histeris...
TTTTSSSIIIIIIIIIIIIIIINGGGGG! Apa ini.
Aku merasakan perubahan di dalam diriku. Tubuhku terasa ringan dan sejuk. Seperti masuk ke dalam oasis di tengah gurun.
Aku merasakan kekuatan yang meluap-luap memenuhi seluruh tubuhku. Sekilas aku melihat kalau dua gelang kristal bening itu menggabungkan dirinya menjadi sebuah gelang baru dengan dua buah kristal bening.
STREAM! VIOLENCE!
Wah... Hebat... aku sudah berubah VIOLENCE... Ini rupanya VIOLENCE STREAM itu. Hebat sekali... Penuh kekuatan.
Tubuhku sepenuhnya putih kebiruan penuh dengan tato. Aku tau itu karena sepertinya aku sama sekali tidak memakai pakaian. Pakaianku tadi entah kemana.
Lenganku jadi membesar serta ditumbuhi bulu-bulu panjang seperti sayap TIS’AH. Jari tanganku membesar seperti milik TIS’AH petarung lengkap dengan kuku tajamnya. Rambutku entah sudah berubah seperti apa karena rasanya jadi aneh sekali ketika kusentuh.
Secara keseluruhan tubuhku penuh dengan energi VIOLENCE STREAM. Bagus kalau begitu... Dengan begini aku bisa bertarung sendiri. Terutama membalas perbuatan AZAZEL pada Rio yang telah tak sadarkan diri.
“Heh... Kau jadi STREAM?? Kurang ajar...!” seru AZAZEL yang tadi memukulku kaget.
“HIAAAAAAA!” teriakku tanpa banyak bicara.

Diva mulai bertarung dengan kedua AZAZEL itu dalam bentuk VIOLENCE STREAM yang telah dicapainya. Cakaran tangan STREAM yang tajam mendesak AZAZEL.
Walau begitu mereka tetap menyerang Diva karena mereka lebih berani karena berdua. Sepertinya pertarungan mereka ini seimbang.
TIS’AH kecil sekarang menjaga Rio yang berada di sebuah sudut. Ia sudah agak tersadar dari serangan AZAZEL tadi.
“Siapa... Siapa itu...? Diva... DIVA??? Dimana Diva???” seru Rio ketika ia sepenuhnya sadar dari pingsannya.
Burung merak putih itu mendongakkan kepalanya, menunjuk pada VIOLENCE STREAM Diva.
“Itu... Diva?? Kenapa dia bisa jadi begitu... Apa dia termasuk monster seperti dua mahluk itu...?” tanyanya terkejut sekali.
Sebuah cakaran Diva berhasil membuat beberapa luka pada AZAZEL berarmor 10 NERAKA. Lalu ia mundur... Mendekati Rio.
Rio sangat ketakutan... Ia mundur semakin merapat ke dinding. Diva menjadi sangat sedih karena Rio menjadi takut melihatnya.
Saat itu, AZAZEL berusaha berbuat curang dengan menyerang Diva dari belakang. Untung ada TIS’AH yang menghadangnya.
“TIS’AH... Aku sudah VIOLENCE... Kau bisa berubah sekarang... Wujud petarung TIS’AH!” serunya supaya ia bisa membantu mengakhiri pertarungan ini.
Segera TIS’AH diselimuti cahaya putih kebiruan, lalu terbungkus dalam sebuah bola air yang berputar cepat kemudian membumbung tinggi. Lalu ia turun dalam sebuah spotlight yang diiringi jatuhan berhelai bulu unggas putih.
Selesai! TIS’AH sekarang kembali ke wujud petarungnya yang berbentuk manusia burung.
“Bagus! Sekarang... dia bagianmu! Aku akan menghabisi yang satu ini... " perintah Diva yang segera dipatuhi core itu.
Berdua mereka kembali bertarung bersama-sama untuk menghancurkan prajurit utama iblis yang berlipat 10 ini.
TIS’AH berkali kali menyerang dengan serangan bulu tajam yang dilontarkan dari pergelangan tangannya. AZAZEL semakin banyak mendapatkan luka-luka. Apalagi dengan cakar meraknya telah membuat beberapa kerusakan pada armornya.
Jalan pertokoan ini telah sepi karena semua orang menjadi ketakutan dengan pertarungan itu. Apalagi yang bertarung adalah mahluk yang mereka sebut monster.
Karena tak ada lagi orang di sekitar mereka, Diva dan TIS’AH tak ragu-ragu membuat serangan. Tiap serangan diusahakan untuk mematikan iblis lawan mereka.
AZAZEL yang bertarung dengan TIS’AH sudah tak dapat lagi bertarung. Ia sudah sangat terluka sehingga ia hanya bisa bertahan merapat di dinding sebuah bangunan. TIS’AH bertubi-tubi melancarkan serangan bulu tajamnya. Lalu serangan terakhirnya, serangan penutupnya dengan CAKAR MERAK.
Serangan itu menghancurkan semua ARMOR 10 NERAKA-nya sekaligus membunuh pemakainya. AZAZEL perlahan menghilang dan lenyap sama sekali. Sekarang hanya tinggal satu musuh, yang masih dihadapi STREAM Diva.
Menyadari kalau ia tidak ada kesempatan untuk mengalahkan mereka berdua sendirian dengan hanya bertarung bersih, AZAZEL yang tersisa mengambil jalan curang. Ia mulai kembali menyerang Rio yang masih tetap menyaksikan pertarungan itu dengan tidak percaya.
“Hiiiiaaaaaaaa!” serangnya. Dengan sekejap Rio telah berada dalam cengkraman AZAZEL. Seperti tadi, AZAZEL menyekik leher Rio sambil mengangkatnya tinggi ke udara sehingga ia tergantung.
Melihat itu, Diva sangat marah tapi ia juga sadar kalau ia menyerang serampangan bisa-bisa pacarnya ikut terluka. Tapi ia bisa mati kalau tidak segera ditolong.
“Ayo maju... kalau kau berani...? He... he... he... " ia senang sekali karena taktik busuknya berhasil menahan STREAM Diva.
“Ayo... sekarang kau kembali ke wujud manusiamu... dan panggil kembali TIS’AH... Kalau tidak...!” ia mempererat cengkraman tangannya pada leher Rio. “Ekkkhh... "
Rio sudah hampir pingsan sehingga Diva pun harus menyerah dan mengikuti keinginan iblis itu. Tapi ia tidak tahu bagaimana cara untuk kembali menjadi manusia biasa. “Aku tidak tau... bagaimana caranya kembali ke wujud manusia... " serunya.
“Sialan... Jadi.. ini kali pertamanya kau berubah menjadi STREAM... Sial!... Sial! Gara-gara ulahku sendiri aku jadi mendapat kesulitan... " gerutunya. STREAM Diva masih berdiri di sana kebingungan cara kembali menjadi manusia.
“Kalau begitu aku bisa mengambil keuntungan lain dari keadaan ini... Pasti dia tidak tau cara menggunakan VIOLENCE itu... Juga rahasia kekuatannya... Aku rasa aku tau cara menghadapinya... Pasti enak kalau menikmati manusia dalam keadaan VIOLENCE... he..he... " pikirnya.
“Kamu jangan bergerak! Kalau tidak... pacarmu ini akan aku bunuh dengan mudah...!” serunya mendekati Diva.
STREAM Diva masih berdiri dengan tegak tapi tak bergerak sedikitpun. Ia hanya bisa melihat Rio masih dicekik menggantung tak sadarkan diri. Lalu ia melihat AZAZEL melepaskan penutup selangkangannya. Dari sana keluar dua buah penis panjang besar.
“Kau lihat ini... Kau pasti tau apa mauku... " serunya licik. Saat sudah sangat dekat, ia menyentuhkan jarinya pada dada STREAM Diva. Lalu karena ia diam saja menuruti apa kemauan AZAZEL, ia makin berani dan mulai meremas dada itu.
Lalu ia semakin berani dengan meraba ke selangkangan bentuk VIOLENCE itu. Kedua penis besarnya sudah sangat tegang karena terangsang.
“Kurang ajar... Mana lobangnya...? Kenapa cuma gundukan seperti ini saja...?” gerutunya karena rupanya ia tidak dapat menemukan lubang vagina di selangkangan STREAM Diva.
Ia masih terus meraba-raba, mencari karena penasaran karena STREAM Diva sama sekali tidak berani bergerak sebab ia masih mencekik Rio.
“HHHYYYAAATTTTTT!” seru Diva tiba-tiba begitu ia melihat kesempatan menyerang. “AAKKKHHHhhhhhh... "
Cekikan AZAZEL pada Rio sudah terlepas. Bahkan tangan kanan AZAZEL itu juga putus karena serangan tadi begitu kuat dan cepatnya. Rupanya saat iblis itu sedang penasaran meraba-raba selangkangan Diva, perhatiannya sedikit berkurang dan Diva mengambil kesempatan itu dengan baik. Dan itu harus dibayar mahal AZAZEL dengan kehilangan tangan kanannya.
AZAZEL mundur terhuyung-huyung kebelakang. Belum sempat dia mengeluh lebih jauh lagi... “TIS’AHHHHH!” core manusia burung itu langsung maju menyerang dengan CAKAR MERAK.
Tubuh iblis itu terbelah tiga karena kecepatan dan kedahsyatan serangan andalan TIS’AH itu. Lalu iblis itu mengepul pudar dan hilang sama sekali.
Rio sempat ditangkap Diva saat lepas dari cengkraman AZAZEL sebelum sempat terjerembab ke bumi.
Sekarang Diva bingung bagaimana cara menyadarkan Rio yang masih pingsan. Juga bagaimana caranya agar bisa kembali ke bentuk manusianya lagi. Ia hanya bisa memanggil dan mengguncang tubuh Rio dengan putus asa.
“TIS’AH... Bagaimana caranya... aku kembali menjadi manusia...?” tanya Diva pada corenya yang berdiri disamping.
“Kau bisa kembali menjadi manusia dengan bersatu dengan laki-laki ini... " katanya kurang jelas.
“Bersatu bagaimana maksudmu, TIS’AH?” tanyanya bingung.
“Bersatu seperti yang kita lakukan saat aku menyembuhkanmu dari bibit hitam iblis,” jelasnya.
“Maksudmu... main... dengannya? Glek!” Pasti maksudnya sewaktu dulu aku diperkosa monster alien itu. Waktu itu pertama kalinya aku bercinta dengan core-ku ini.
TIS’AH membungkuk dan menunjukkan bagaimana yang dimaksudnya dengan bersatu. Core manusia burung itu melepas semua pakaian yang dipakai Rio membuat STREAM Diva menjadi agak kaget.
“Maksudnya aku... harus main dengan dia, TIS’AH?” tanya Diva tak percaya.
“Benar... Hanya dengan cara ini kau bisa kembali menjadi manusia... Hanya dengan dia... " terangnya.
Diva terdiam. Ia hanya bisa memandangi tubuh Rio yang telanjang didepannya sedang pingsan. Terutama bagian penisnya yang sedang kecil.
“Tapi aku tidak bisa main disini... Bagaimana kalau kita cari tempat yang aman...?” usul Diva karena merasa janggal harus melakukannya di tengah jalan begitu.
“Kita bisa pulang ke rumahmu kalau kau mau... Kita bisa terbang bersama kesana... " jawab TIS’AH.
“Benar... Aku sekarang bisa terbang dengan sayap ini... Rio biar aku yang gendong,” kata Diva langsung mengangkat cowoknya itu dengan tenaganya yang kuat.
Sebentar saja keduanya, core dan pemiliknya itu terbang berdampingan menuju pulang.
Sebentar saja mereka telah tiba di kamar Diva lewat jendela lantai atas. STREAM Diva langsung merebahkan Rio di atas tempat tidurnya.
Rio yang masih tak sadarkan diri dipandanginya dalam-dalam bersiap-siap untuk bercinta dengannya. Tapi apakah nantinya ia bisa menerima keadaan Diva seperti itu.
Pertama-tama, Diva harus membuat Rio bangun dulu, terutama penisnya. Penisnya yang terkulai diam diselangkangannya masih hanya ditumbuhi rambut yang sedikit.
Benda itulah yang pertama sekali disentuhnya agar ia bisa memulai proses kembali menjadi manusianya.
Awalnya batang penis itu dikocok-kocoknya lalu ia mulai terangsang sendiri dengan melakukan itu sampai Diva memasukkan benda yang mulai membesar itu kedalam mulutnya.
Lidahnya segera mengurut-urut batang yang semakin membesar saja itu. Diva juga menyedotnya kuat-kuat agar dengan begitu Rio juga bisa tersadar.
Secara mengejutkan, penis Rio tumbuh dengan luar biasa cepat hingga sampai ukuran yang sangat panjang. “Ini seukuran dengan punya TIS’AH petarung,” pikir Diva senang sekali.
Walaupun begitu, Rio belum sadar juga. Ia hanya menggeliat-geliat karena mungkin ia mengira itu semua mimpi. Tak terbayangkan kalau ia bangun dan menemukan Diva yang berbentuk VIOLENCE sedang menghisapi penisnya yang membesar.
Akhirnya, Diva merasa sudah cukup dan segera memulai proses itu. Tetapi ia lalu sadar saat tadi AZAZEL meraba selangkangannya untuk mencari lubang vaginanya, iblis itu tak menemukan jalan masuk sama sekali.
STREAM Diva meraba bagian bawah tubuhnya itu dan mungkin karena sudah terangsang, ia menemukan apa yang dicari AZAZEL tadi, lubang vagina VIOLENCE-nya.
“Itu karena kau telah menemukan pasanganmu... Lubang itu hanya bisa membuka didepan orang yang tepat dan orang itu adalah dia,” ujar TIS’AH memberikan jawaban.
Segera saja, STREAM Diva mengangkangi penis Rio dan mulai memasukkan benda itu keliangnya. “AAAAHHHHhhhh... " serunya keenakan.
Walaupun begitu, Rio masih belum sadar juga. Ia hanya terlihat senang dan nikmat karena seseorang sedang mempermainkan penisnya.
STREAM Diva sudah sibuk mengeluar masukkan batang penis Rio di vaginanya. Diva sendiri meremasi dadanya yang kini karena terangsang bahkan sudah memunculkan putingnya.
Suara geram Diva mungkin menakutkan karena masih dalam keadaan VIOLENCE yang sesuai dengan penampilan drinya yang berbentuk monster.
Ukuran penis Rio yang tiba-tiba membesar begitu rasanya sangat pas dengan nafsu STREAM Diva hingga karenanya perlahan-lahan ia mulai kembali ke wujud manusianya.
Saat itulah Rio mulai tersadar dan melihat perubahan kembali STREAM Diva menjadi manusia lagi. Tetapi ia masih belum yakin itu kenyataan atau tidak. Ia hanya bisa terpaku menyaksikan morphing itu. Juga karena kenikmatan yang juga dirasakannya.
Saat seluruh wajahnya sudah berubah, Diva baru menyadari kalau Rio sudah sadar. Ia tetap menggoyangkan tubuhnya sekaligus menahan bahu Rio agar ia tidak lari ketakutan.
Ia menatap lekat pada Rio. Mata mereka saling bertemu. Tubuh Diva masih tetap mengoyang penis Rio di liangnya. Sepertinya mereka berdua menikmati seks itu.
Akhirnya seluruh tubuh Diva telah berubah menjadi menusia seperti biasa lagi dan mereka masih tetap saling menatap. Kini Diva malah mengundang tangan Rio agar mampir di dadanya, yang segera disambutnya dengan meremasi dua gundukan itu dengan lembut.
Diva yang tadi mengangkangi Rio perlahan merendahkan tubuhnya hingga mereka bisa berciuman. Selanjutnya, mereka berdua sudah larut dalam nafas memburu dan memacu nafsu.
Kini mereka berpelukan dan bergulingan di atas tempat tidur itu. Sekarang Rio sudah mengambil alih persetubuhan itu. Ia secara insting sudah tahu apa yang harus dilakukannya. Ia yang sekarang memompakan penisnya ke dalam liang Diva.
Pada akhirnya semuanya berakhir dengan Rio memuntahkan spermanya didalam liang vagina Diva. Untuk beberapa lama mereka tetap berpelukan disana tak berbicara sedikitpun.
Diva masih takut kalau Rio menganggapnya sebagai monster, sedang Rio sendiri masih belum percaya kalau ia bisa tidur dengan Diva.
“Apa... kau masih... takut... melihatku berubah seperti tadi, Rio...?” tanya Diva memecah kesunyian.
“Mm... Rasanya... tidak lagi... " jawabnya pendek.
“Kenapa...?” tanya Diva lagi.
“Aku juga tidak tau... Mungkin... gara-gara yang... tadi..” jawabnya. Kemungkinan besar ia menyukai saat Diva berubah VIOLENCE seperti tadi dan bercinta dengannya.
“Tapi... kenapa kau bisa berubah seperti itu...? Menjadi monster...?” tanya penasaran.
“Hmmm... Kau lihat dia...?” jawabnya menunjuk pada TIS’AH yang masih berdiri di samping tempat tidur mengawasi mereka.
Rio lumayan kaget melihat mahluk core yang tinggi besar itu berdiri tanpa diperhatikannya. “Siapa dia...?”
“Dia itu milikku... Namanya TIS’AH... Ia adalah core-ku... Intiku yang terdalam... " jelas Diva memulai.
“Kau pasti tau tentang monster-monster yang akhir-akhir ini menyerang kota dan memperkosa orang-orang... " sambungnya. “Mereka itu bukan sekedar monster... Mereka adalah iblis yang bertugas mencari seseorang... Sang HOLY LIGHT... Dengan begitu mereka bisa membangunkan LUCIFER... Raja mereka... "
“Awalnya mereka tidak tau cara mencari HOLY LIGHT itu hingga mereka melakukannya dengan cara acak... dan memperkosa semua orang... laki-laki... perempuan... " Rio masih mendengarkan sambil berbaring bersama Diva.
“Hingga akhirnya mereka menemukannya... Ia adalah Carrie... pacar abang sepupuku, Satria... Untuk melindunginya, mas Satria juga bisa berubah menjadi monster seperti aku tadi... Sepertinya ini merupakan bakat keluarga kami... Kami semua bisa melakukannya termasuk aku, saudara kembarku yang lain, juga mbak Putri dan mbak Dewi... Juga bisa memanggil core ini... " jelas Diva.
“Tapi sepertinya... aku bukan yang pertama, ya, Div...?” koreknya.
“Memang... Aku pertama kalinya dengan mas Satria... tapi cuma dia aja... Itupun karena kami tidak mempercayai orang lain... selain keluarga sendiri... Lalu... kau... Kenapa?... Kau keberatan..?” tanya Diva balik.
“Mmm... Tidak juga... Aku merasa beruntung bisa mendapatkanmu... Kau pasti wanita yang hebat bisa melawan semua iblis itu... " jawabnya.
“Terima kasih... Cup..” jawab Diva sambil mengecup bibir Rio sekali.
Lalu mereka berpelukan lagi... Mereka mengulang kembali seks itu.

*****************************************************************************
 

Athena


Steven
Athena :
Aduh... Gimana, nih...? Cincinnya sudah kudapat... tapi sekarang aku juga mendapat masalah baru... Apa dia betul-betul mencintaiku seperti yang dikatakannya... Aku sama sekali tidak pernah membayanggkan hal ini... Kenapa harus aku wanita dalam mimpi Steven...?
Steven tetap duduk merapat disamping kananku. Ia tidak mau melepaskan tanganku dari genggamannya. Seolah ia tidak mau kehilanganku walau cuma sebentar saja.
Mobil yang membawa kami terus melaju menelusuri jalanan untuk mengantarku pulang.
“Kenapa Athena diam saja?... Ada yang salah?” tanyanya.
“Ng... gak... Gak ada yang salah... " jawabku gugup.
“Sepertinya Athena sedang memikirkan sesuatu yang berat... Ceritakanlah padaku... " mintanya.
“Mmm... Cuma masalah yang tadi... Aku merasa belum pantas untuk pacaran dengan Steven yang dewasa... Athena masih terlalu muda untuk itu... Athena masih kelas 2 SMP, lho... " jawabku.
“Aku akan menunggu sampai Athena siap... Sampai kapanpun... Aku janji... " katanya sambil mengangkat tangannya bersumpah.
Aduh... malah tambah rumit... Kepalaku jadi mumet mikirin ini terus. SPANK!
Tiba-tiba mobil ini jadi oleng dan jadi tak terkendali. Sekilas tadi aku merasakan ada sesuatu yang berat menimpa mobil yang kami tumpangi ini hingga ada beberapa bannya yang pecah hingga mobil oleng.
Akhirnya mobil bisa berhenti di pinggir jalan. Ketika kulihat jalan... Entah kenapa jalan ini begitu sepi. Segera aku dan Steven keluar dari mobil. Ya ampun...!
Saat diluar kami melihat sang sopir yang duluan keluar sudah terkapar di tanah juga sekitar lima orang bodyguard yang mengikuti kami bergelimpangan di sekitar mobil yang mereka tumpangi.
Siapa yang melakukan ini... Waduh... Apa ini ulah para iblis itu lagi... Kurang ajar mereka.
“He... he... akhirnya kutemukan juga... salah satu bintang lima ini... " rupanya iblis itu sedang berdiri di atap mobil. Ia terlihat seperti monyet yang memakai baju armor yang berlambang A terbalik. Lambang LUCIFER! Dia pasti salah satu prajurit utama.
“Siapa kau... Berani sekali mengganggu aku... " seruku berang. Steven menarik-narik tanganku mengajak lari.
“Aku perkenalkan... Namaku AZAZEL... Kau kenal aku kan?” jawabnya.
“Bukannya kau sudah dihancurkan BRO waktu itu. Kenapa kau masih bisa ada disini...?” tanyaku heran.
“Ini berkat armor 10 NERAKA yang kupakai ini... Bahkan sekarang ada 10 AZAZEL yang sedang mencari kalian... Lima bintang... he..he... " jawabnya. SPANK!
Benar saja, AZAZEL kedua sekarang juga sedang berdiri di mobil para bodyguard Steven. Dua AZAZEL... Apa aku bisa melawan mereka... Apalagi ATABUKI masih kecil, belum menjadi petarung. Ini akan menjadi pertarungan yang tak seimbang.
“Athena... Bagaimana kau bisa kenal monster ini... Ayo kita lari segera... " ajak Steven ketakutan.
“Kita tidak akan bisa lari dari mereka berdua... Kita hanya bisa melawan mereka... Kau bisa berkelahi, kan?” tanyaku memberanikan diri.
“Kalau manusia biasa... mungkin bisa kulawan... tapi kalau monster... aku tidak yakin... " ragunya. Wah susah juga. Memang sih... Kalau manusia biasa tidak akan punya nyali untuk menghadapi mahluk semacam ini.
“HHHYYYYYAAAHHH!” teriak salah satu AZAZEL mulai menyerang. Ia mengincar aku. Aku tak bisa berbuat banyak selain jatuh terjungkal direrumputan pinggir jalan. Steven juga kulihat terbaring tak jauh dariku. Ia mungkin pingsan.
Ini kesempatan, ia tidak akan melihat ATABUKI-ku. “ATABUKI... Keluar... Bantu aku...!” seruku memanggil core-ku.
Core berbentuk kalajengking api itu langsung saja membarakan api di punggungnya. “Serang dia!” tunjukku pada satu AZAZEL yang berada dekat Steven.
ATABUKI langsung melentingkan tubuhnya keudara dan menebarkan sejumlah bara api bermaksud membakar AZAZEL itu.
Iblis utama itu masih dengan mudah menghindari setiap bara api. Kini ATABUKI setelah melentingkan tubuhnya memutar dan meyebarkan kesegala penjuru hingga AZAZEL agak kerepotan.
Saat ada kesempatan bagus, ATABUKI menghantamkan badannya yang berapi dan mengenai tangan kanan AZAZEL. Saat itu juga AZAZEL berhasil memukul core kalajengking apiku hingga ia terbanting berdebum di tanah.
Melihat itu satu AZAZEL lagi langsung ikut menyerang core-ku yang masih berusaha bangkit.
SPAK! Sebuah batu yang kulemparkan tepat mengenai pelipisnya hingga ia berhenti. Ia terlihat sangat marah dan langsung menghambur padaku.
Beberapa batu kembali kulemparkan padanya tapi ia berhasil menghindari semuanya. Beberapa saat kemudian ia sudah memiting leherku hingga aku tak bisa bernafas. Aku hanya bisa meronta berusaha melepaskan tangannya itu.
Kurang ajar sekali iblis satu ini, sementara tangan kanannya memiting leherku, tangan kirinya meremasi dadaku dengan kuat.
Kini ia malah menelusupkan tangannya ke dalam celana panjangku mencoba menemukan selangkanganku. Kukunya yang tajam terasa perih di kulit kemaluanku.
Tapi aku segera lupa apa yang sedang dilakukannya saat aku melihat AZAZEL yang satu lagi itu sepertinya akan melakukan sesuatu pada Steven. Ia mengacungkan tangannya seperti akan menancapkan tangannya yang berkuku tajam itu ke kepalanya.
“Ja... JAAANNNNNGAAAANNNNNNN!” teriakku histeris. FFFWWWWERRRR
Aku merasakan perubahan pada seluruh tubuhku. Rasanya sangat hangat, seperti didalam selimut bulu tebal saat di salju dingin. Sekilas aku juga bisa melihat dua cincin api yang berdampingan itu menggabungkan diri hingga membentuk sebuah cincin yang lebih besar. Berbentuk seperti serangga dengan empat pasang kaki yang menghadap keatas.
BLAZE! VIOLENCE!
Yang pertama sekali kulihat adalah seluruh kulitku menjadi berwarna merah muda. Jari tanganku menjadi panjang dengan cakar runcing seperti ATABUKI petarung. Ditiap pergelangan tanganku ada sebuah benda runcing panjang yang mencuat seperti sengat. Dibahuku ada pelindung yang meruncing kebawah. Pada punggungku tumbuh dua pasang kaki serangga seperti ATABUKI . Dari kepalaku yang sekarang berduri sekarang memanjang sebuah ruas hingga leher, punggung hingga akhirnya membentuk sebuah ekor panjang bersegmen seperti ekor kalajengking.
Rasanya tubuhku sekarang menjadi kuat sekali. Penuh dengan energi api seperti elemen ATABUKI. Bagus aku kini bisa bertarung dan menghajar si AZAZEL ini.

Iblis itu langsung saja melepaskan pitingannya pada leher Athena karena takut karena serangan yang dilakukan BLAZE Athena.
Kini AZAZEL sudah bersiap-siap menyerang karena melihat salah satu lima bintang itu berubah VIOLENCE, kedua AZAZEL itu sekarang mulai serius untuk bekerja.
ATABUKI menjaga Steven yang masih terbaring pingsan. Dengan kecepatan API KILAT, BLAZE Athena menyerang kedua iblis itu bergantian dengan cakaran, tusukan dan sengatan ekornya. Setiap serangan VIOLENCE itu selalu menghasilkan luka yang tidak kecil.
Walau begitu kedua iblis itu masih bisa bertahan karena ARMOR 10 NERAKA itu. BLAZE Athena kelihatan tidak sabar hingga ia segera memerintahkan pada ATABUKI untuk segera kembali ke bentuk petarungnya hingga masing-masing mereka dapat berkonsentrasi pada satu AZAZEL.
“ATABUKI ! Kembali berubah ke wujud petarungmu!” serunya lantang.
ATABUKI lalu meregangkan dirinya hingga apinya semakin membesar. Saat ia diselimuti oleh semua api itu, Steven terbangun, mungkin karena panas yang ditimbulkan core kalajengking itu.
“A... Apa... Apa ini?” serunya kaget sekali.
Setelah terbungkus dalam api yang meninggi akhirnya setelah kemunculan empat pilar api, ATABUKI sudah berdiri dengan tegap dalam bentuk petarungnya.
“ATABUKI ... Kau serang iblis yang satu itu... Hancurkan saja sesukamu... Yang satu ini bagianku... " seru Athena membagi sasaran.
Secara bersamaan mereka berdua bergerak menyerang kedua iblis itu. Karena kali ini tiap serangan berfokus untuk membunuh, kerusakan dan luka yang ditimbulkan lebih besar dari yang pertama tadi.
ATABUKI yang pertama sekali menyelesaikan tugasnya yang ditandai dengan core itu membakar seluruh tubuh iblis itu hingga habis sama sekali. Lalu ia menunggu perintah selanjutnya.
Athena masih senang menyiksa iblis berwujud monyet itu hingga seluruh ARMOR 10 NERAKA-nya compang-camping, luka menganga disana-sini.
Ia sudah terengah-engah kesakitan juga marah. Saat itu ia sedang berdiri sempoyongan dekat Steven yang masih tak percaya apa yang sedang disaksikannya. Para monster berkelahi di dekatnya.
AZAZEL mendapat ide untuk memanfaatkan Steven sebagai tamengnya. “He... he... Apa kau sekarang masih berani menyerangku...? Ayo coba kalau berani?” tantangnya. Steven sekarang dalam cengkraman tangannya. Ia menekan kepala artis itu dengan kedua tangannya.
“Kurang ajar! Dasar iblis pengecut! Lepaskan dia!” seru Athena berang sekali.
“He..he... Tampaknya laki-laki ini sangat berarti bagimu... Aku tau... Dia kekasihkmu, kan?... Bagaimana kalau dia kubunuh tepat dihadapanmu...? Pasti menarik sekali melihat mahluk VIOLENCE menangis... " cetusnya kejam.
“Kau... Kau... Ayo... Ayo kemari! Kita selesaikan hingga tuntas!” jawab Athena putus asa. Ia tidak sampai hati melihat Steven disakiti begitu.
“Kau kelihatan sangat marah... Dia memang kekasihmu... Kau tidak akan tega kalau aku menghancurkan kepalanya, kan...? Ayo... Sekarang... Cepat kembali ke wujud manusiamu... Dengan begitu mungkin aku akan mempertimbangkan untuk membiarkan kalian berdua hidup... " kata AZAZEL senang karena suatu idenya. Ia bermaksud memperkosa Athena bila ia kembali menjadi manusia.
“Aku tidak tau... Bagaimana caranya... kembali menjadi manusia... Ini kali pertamanya buatku... " seru Athena.
“Apa...? Tidak tau caranya... " kagetnya. “Ya sudah... Sekarang kau mendekat kemari... Tapi kau jangan coba-coba berpikir untuk menipuku... Kekasihmu ini bisa mati dengan mudah... " serunya lagi. Ia sekarang berpikir untuk memperkosa bentuk VIOLENCEnya saja.
Dengan ragu BLAZE Athena berjalan mendekati AZAZEL dengan sikap menyerah. Ketika sudah dekat dengan jangkauan tangannya, AZAZEL menyentuhkan ujung jarinya pada dada BLAZE Athena.
“Hmm... Lembut sekali... " gumamnya lalu mulai meremasi dada mahluk VIOLENCE itu. Lalu ia tergoda untuk mencoba bagian selangkangannya yang terlihat tebal.
“Ahhh... Lembut sekali... Pasti ini akan enak... Hng? Mana bibirnya... Tidak ada lubangnya...? Bagaimana masuknya?” serunya karena ia hanya bisa meraba pada permukaan vagina BLAZE Athena saja.
Ia sangat penasaran sampai ia meraba-raba dengan kasar. Dan saat itulah ia kehilangan konsentrasinya hingga... SKKRRRAKKK!
Sebuah kibasan tangan BLAZE Athena menghajar dada hingga memanjang ke bahu kanannya. Serangan itu membuat cengkraman AZAZEL pada kepala Steven terlepas hingga ia terhuyung mundur menahan sakit.
Luka itu menganga cukup besar berkat tajamnya cakar di jari BLAZE Athena. Steven sudah berada dalam lindungan mahluk VIOLENCE itu.
Sambil masih memegangi Steven, BLAZE Athena memerintah, “ATABUKI! HANCURKAN DIA!” serunya kuat.
ATABUKI sudah siap dengan kuda-kuda menyerangnya dan langsung saja ia sudah meninggalkan jejak api yang telah membelah AZAZEL terakhir itu menjadi dua. Lalu iblis utama LUCIFER itupun memudar hilang bersama kegagalan tugasnya.
Steven yang tadi tak sadarkan diri masih dalam pelukan VIOLENCE Athena. Ia mengguncang tubuh lelaki itu agar segera bangun. Tapi itu tidak mudah karena ia mungkin sangat shock dengan kejadian tadi.
“ATABUKI... Gimana, nih... Steven tidak bisa kusadarkan... Sebentar lagi akan ada banyak orang disini... Dan aku tidak tau caranya kembali menjadi manusia... " tanyanya pada core kalajengking api itu.
“Kita harus pergi dari tempat ini dan mengembalikan wujud manusiamu... " kata ATABUKI.
“Kau tau caranya? Bagaimana?” penasaran BLAZE Athena.
“Itu dapat kau lakukan dengan bersatu dengannya. Tetapi hanya dengan dia... Bila kau dalam kondisi VIOLENCE dan ingin kembali ke wujud manusia lagi, kau harus bersetubuh dengan laki-laki ini... " jelasnya.
“Apa??!” kaget BLAZE Athena.
“Hanya itu caranya... " tegas ATABUKI. “Makanya kita harus pergi dari tempat ini... Lebih baik kembali ke rumah,” lanjutnya.
“Hmmm... Ya, udah... Kita pergi dulu dari sini... " kata Athena dengan berat. Lalu mereka berdua pergi dari sana dengan berlarian melompati rumah-rumah penduduk juga pepohonan hingga akhirnya sampai di rumah.
Mereka masuk kamar Athena lewat jendela. Didalam, Steven lalu dibaringkan diatas tempat tidurnya.
Athena tidak bisa langsung begitu saja membuka baju lelaki itu. Ia hanya berjalan memutari tempat tidur itu sambil sesekali melihat Steven.
“Ini lelaki kedua yang tidur denganku... Apa dia mau mengerti, ya...? Kalau aku sudah gak perawan lagi... Apa nanti katanya kalau dia bangun...?” begitu pikirnya dan masih banyak yang lain. Berputar-putar sampai tak ada jalan sama sekali.
“Athena... Lakukan saja... Tak ada jalan lain... Hanya ini jalan satu-satunya... " seru ATABUKI yang masih mengawasi tingkah-laku tuannya. “Aku akan membantumu membukakan bajunya... " lalu ia bergerak dan membuka seluruh pakaian yang dikenakan Steven.
Sekarang Athena berhenti mondar-mandir dan berdiri memandangi tubuh telanjang Steven. Matanya terpaku pada beberapa tempat terutama selangkangannya.
“Ayo... Lakukan saja... Mumpung dia masih belum sadar... Apa lagi yang kau tunggu?” seru ATABUKI mendesak.
Dengan perlahan, BLAZE Athena menaiki tempat tidur itu dan mengangkangi Steven. Penis Steven sama sekali belum bereaksi ketika Athena menyentuhnya.
Kini BLAZE Athena sedang berusaha untuk menegangkan alat vital pria itu dengan mengocok-ngocokkannya. Setelah beberapa saatpun lelaki itu belum juga sadar hingga Athena jadi lebih berani dan agresif.
Sekarang ia malah memasukkan benda itu kemulutnya hingga kini sudah semakin tegang dan keras. BLAZE Athena makin semangat mengulum dan menghisapi penis artis itu.
Ia mengira kalau benda itu hanya kan membesar sepanjang itu saja karena tiba-tiba benda itu makin lama semakin membesar dan panjang. Besarnya kira-kira sama dengan kepunyaan KUHR petarung.
“Wah... Hebat sekali... Bisa menjadi sebesar ini... Pasti sama enaknya dengan ATABUKI petarungku... " gumamnya kagum.
Segera saja BLAZE Athena mengarahkan benda panjang besar itu ke selangkangannya. “Eh... Aku baru ingat kalau tadi AZAZEL tak menemukan lubang masuk... nggg... Ini... ada...?” heran Athena karena ia bisa merasakan jalan masuk ke vagina VIOLENCE-nya.
“Lubangmu itu hanya akan bisa membuka didepan orang ini, Athena... " jelas KUHR. “Sebab hanya dengan dialah bentuk VIOLENCE ini bisa dinormalkan kembali.”
Penis Steven langsung saja meluncur masuk dengan mantap dan bercokol disana. Ini membuat BLAZE Athena merintih keenakan.
“Oooohhhh... Enak sekali... " geramnya. Dalam keadaan VIOLENCE begini mungkin orang akan ketakutan melihat kelakuan BLAZE Athena tetapi karena Steven sedang tak sadarkan diri begitu, ia tak menyadari sedang berhubungan seks dengan monster. Ia mungkin sedang merasakan nikmat dalam mimpinya.
Ia sendiri juga bergumam-gumam keenakan tanpa menyadari keadaannya sebenarnya.
Sementara itu juga BLAZE Athena juga sibuk sendiri menikmati penis Steven di vagina VIOLENCE-nya. Hingga akhirnya perubahan yang diinginkan Athena mulai terjadi.
Perlahan-lahan, dimulai dari bagian wajah dan seluruh kepalanya, kembali ke wujud aslinya, wajah remaja Athena yang berambut panjang.
Saat morphing itu mulai menjalari bahu Athena, Steven mulai tersadar dan melihat semuanya, termasuk kenikmatan yang juga dirasakannya.
“Athena...? Apa... apa... yang terjadi... padamu...? Kenapa kita jadi begini...?” tanya Steven kaget sekali.
Athena tak menjawab hanya menundukkan kepalanya dan mengulum bibir pria itu. Dan akhirnya seluruh tubuh Athena telah kembali normal menjadi remaja wanita.
Athena memeluk erat tubuh Steven hingga kini mereka bergumul di tempat tidur itu dengan liar sekali.
Steven tidak bisa bertanya lagi karena ia pun menyukai hal ini dan dilakukannya dengan orang yang selama ini dinantinya. Ia malah yang sekarang begitu bernafsu dan mengendalikan seks ini.
Bahkan ia sudah tak perduli lagi kalau sebelumnya Athena tadinya berbentuk monster dan berubah kembali didepannya. Yang ia pikirkan sekarang adalah ia sekarang berbahagia bisa mendapatkan wanita yang selama ini dicarinya.
Akhirnya, Steven memuntahkan sperma di liang vagina Athena, menghentikan kegilaan mereka itu. Kini mereka berpandangan dengan tetap berpelukan.
“Apa... Steven takut... padaku..?” tanya Athena membuka suara.
“Tidak lagi... " jawabnya. “Tapi... bagaimana bisa... Athena ... berubah menjadi monster begitu...?”
“Ini... bakat keluarga... semua saudaraku bisa begini bila saatnya tiba... Dengan begini kami bisa mengalahkan semua iblis yang mengganggu... "
“Mengganggu...?” tanya Steven balik.
“Mereka sebenarnya bukan hanya monster... Mereka itu iblis dari neraka yang mencari seseorang... Seseorang yang kami lindungi... Dia itu pacar kakak sepupu Athena... Kami semua bisa berubah seperti tadi... “ jelas Athena.
“Iblis? Pantas saja... Mereka banyak sekali dan meresahkan masyarakat... Jadi dengan kekuatan kalian sekarang... kalian akan melawan mereka... Kalian hebat sekali... Apa kalian tidak takut...?” tanya Steven.
“Saat berubah seperti tadi... Aku tak mempunyai rasa takut sama sekali... Lagipula aku tidak sendirian... Aku punya core ini... " jawabnya sambil menunjuk pada ATABUKI yang setia menunggui mereka
“Siapa dia...? Monster juga??!” kagetnya karena dari tadi ia tidak menyadari kalau core itu berdiri disana.
“Dia ATABUKI... Dia itu adalah core milikku... Merupakan inti terdalam dari jiwaku... Ia hanya aku yang bisa memerintahkannya... " jelas Athena.
“Hebat sekali... Aku memang tidak salah pilih, kan? Athena memang gadis yang sangat spesial... " pujinya.
“Bukannya gadis yang aneh... bisa jadi monster?” elaknya.
“Sama sekali tidak... Aku melihatnya sebagai sebagai sebuah kehebatan... bukan keanehan... Apalagi... yang tadi... Aku suka sekali... " katanya sambil menggoyangkan tubuhnya hingga penisnya yang masih bercokol didalam liang Athena kembali masuk lebih dalam.
“Tapi... Steven bukan orang yang pertama, lho... " kata Athena pelan.
“Tidak apa... Tidak masalah bagiku... Asalkan Athena mau menerimaku apa adanya... Aku juga akan menerima Athena apa adanya juga. Aku janji...!” serunya.
“Iya... Terima kasih... Orang yang pertama buat Athena... adalah abang sepupu Athena... mas Satria... yang pacarnya sedang kami lindungi sekarang... " jelasnya.
“Hmm... dia... Tidak apa... Betul... Pasti Athena punya alasan sendiri... Dia pasti orangnya sangat spesial juga... " katanya tetapi ada sedikit nada cemburu.
“Sebenarnya aku dan saudaraku yang lain juga... pertama kalinya dengan mas Satria... karena kami tak percaya dengan orang lain... Kalau keluarga sendiri akan lebih mudah... " lanjutnya.
“Hmm... ya.. ya... " gumamnya entah bermaksud apa.
“Athena... cup... " ia kembali menggoyangkan pinggulnya hingga batang penisnya yang masih tegang didalam liang Athena kembali terkocok. Hingga kemudian mereka bercinta lagi di tempat tidur Athena itu.

*****************************************************************************
 

Venus

Teo

Venus :
Apa aku bisa segera menjadi VIOLENCE setelah mendapatkan pasangan kalung gigi hiu ini, ya? Bagaimana nanti bentuk VIOLENCEku itu apa seperti monster juga? Apa mirip seperti KUHR?
Aku masih saja di rumah Teo dan teman-temannya di pemukiman kumuh ini. Hidup mereka sangat menyedihkan... Bagaimana kalau aku membantu mereka? Kurasa tabunganku cukup untuk meminjami mereka untuk membuka sebuah usaha.
Mereka sedang makan nasi bungkus yang baru dibeli mereka di sebuah warung pinggir jalan. Aku tidak ikut makan karena masih kenyang dengan burger tadi sore.
“Apa kalian mau terus begini?” tanyaku tiba-tiba.
Mereka semua berhenti makan mendengar pertanyaanku. Mereka semua memandangiku. Mungkin antara tersinggung atau tidak mengerti apa yang kubicarakan.
“Apa maksudmu?” tanya Teo.
“Nggak... Cuma... Apa kalian tidak mau mengubah nasib kalian dari yang tidak menentu seperti ini dengan sesuatu yang mempunyai tujuan... Sesuatu yang lebih berarti... Bukannya aku bilang cara begini tidak berarti... " jelasku.
“Cuma cara beginilah yang kami tau... Yang kami bisa buat... Yang kami bisa dapat... Kami sama sekali tidak punya kesempatan untuk mendapat yang lebih baik... " jawab bang Udin.
“Aku bisa membantu kalian untuk membuka usaha kecil-kecilan... Aku yang menyiapkan dananya... Kalian yang bekerja.. Bagaimana?” usulku akhirnya.
“Usaha kecil-kecilan? Apa kau bercanda... Venus, kan belum lama kenal kami... Masa begitu saja mau memberi modal pada kami yang biasa hidup di jalan begini... " ragu mereka sendiri.
“Tidak... tidak... Aku percaya dengan kalian... Kalian orang yang baik... Buktinya... selama aku di sini... Aku tidak pernah diperlakukan yang tidak baik... Bahkan kalian memperlakukan aku seperti teman kalian... Diajak makan, bermain, ngobrol... Makanya aku senang bersama kalian... " terangku.
“Dan karena kalian temanku... Apa salahnya kalau aku membantu teman sendiri... Lagian... uang itu kan.. nantinya akan kalian kembalikan juga... Juga dalam pengawasanku... " lanjutku.
“Usaha kecil apa... yang mau Venus modali...?” akhirnya Teo membuka bicara.
“Jenis usahanya terserah kalian... Asal bagus dan menguntungkan... Terutama yang bisa kalian kerjakan... Kalian dulu sekolah sampe kelas berapa?” tanyaku langsung saja.
“Bang Udin sampe kelas 2 SMP... Bang Joko kelas 1 STM... Si Herry sama Safri dulu cuma sampe kelas 1 SMP sedang aku cuma tamat SMP... " jelas Teo.
“Hmm... Aku juga tidak begitu mengerti bisnis... Tapi jenis usaha kecil ini harus sederhana saja... Tidak usah terlalu memburu keuntungan.. yang penting bisa mendapat pelanggan yang banyak... " pikirku keras. Apa ya jenis usaha untuk orang-orang jalanan seperti mereka?
“Ada ide?” tanyaku lagi.
“Bagaimana kalau kita membuka warung saja...?” usul Safri dari belakang mulai tertarik.
“Warung makanan atau kebutuhan sehari-hari?” tanyaku balik.
“Iya, ya? Kalau warung makan... Siapa yang bisa masak... Kalau warung sampah disini sudah banyak yang begitu... " mundurnya sendiri. Yang lain nampaknya setuju dengan pikiran Safri.
“Bagamana kalau kita buka bengkel sepeda motor atau elektronik... Aku kan dulu STM elektronik... " usul bang Joko.
“Ya... Cuma abang yang bisa... Kami empat jadinya ngapain...?” tolak Herry.
“Kalian kan bisa belajar... Tidak susah... Seminggu aja kalian pasti bisa... " Bang Joko masih bertahan.
“Ya... Itu bagus... Lebih bagus kalau kita punya banyak pilihan.. Ada lagi...?” tantangku.
“Kita buat loper koran yang resmi saja... " usul Herry.
“Maksudnya?” tanyaku.
“Dulu kami jualan koran dari bandar besarnya... Kami satu hari ambil berapa lembar koran setelah laku kami setor... lalu kami dapat bagian... Yang tidak laku dikembalikan... " jelasnya.
“Hmm... Jadi begitu...? Itu bagus juga... Ada yang lain?” tanyaku lagi.
“Bagaimana kalau kita jualan tanaman hias...?” usul Teo.
“Tanaman hias?” mereka semuanya terdiam.
“Kita semua pasti bisa mengerjakan pekerjaan ini karena tidak susah... Hanya perlu ketekunan dan kesabaran saja, kan?” tambahnya.
“Lagipula... Sudah banyak yang berhasil dengan usaha tanaman hias ini... Asal tanamannya sehat dan subur... Pasti banyak yang mau membelinya... " lanjut Teo.
“Itu juga bagus... OK... Kita sudah punya beberapa pilihan... Kita akan pilih salah satu dari jenis usaha yang bagus tadi... Yaitu... Pertama... Usaha bengkel... Kedua... Loper koran besar... Betulkan namanya..? Ketiga... Usaha tanaman hias... Kita pakai cara suara terbanyak untuk memilih jenis usaha ini... Bagaimana?” usulku memberi komando.
Semua setuju untuk memberikan pilihan secara langsung. Dan aku langsung membawakan acara demokratis itu.
“Yang memilih usaha bengkel... Angkat tangan... " seruku memulai. Hanya bang Joko yang angkat tangan. “OK... hanya satu suara... "
“Yang memilih usaha loper koran besar... Angkat tangan..” lanjutku. Kali ini Herry dan Safri yang angkat tangan.
“Baik dua suara... Yang memilih usaha tanaman hias... Angkat tangan... " Aku melihat Teo dan bang Udin mengangkat tangan.
“Hmm... Loper koran dan Tanaman hias suaranya imbang... " gumamku.
“Tapi Venus belum memilih... Kamu juga harus ikut memilih, kan? Kamu kan yang punya modal... " seru bang Joko mengingatkanku.
“Oh, iya... Sampe lupa... " aku jadi mulai berpikir, apa yang akan aku pilih. Jadi bandar koran? Kedengarannya gak keren... Jadi pengusaha bunga... eh, tanaman hias... Bagus juga... Aku kan suka bunga...
“Aku memilih usaha tanaman hias saja... " seruku akhirnya. “Nah,... apa kita sudah sepakat membuat usaha tanaman hias, kan...?”
Selama beberapa jam kemudian kami hanya mendiskusikan tentang hal ini. Tentang tempat usahanya, pencarian bahan dan bibit, jenis tanaman awal, harga tanaman dan macam-macam hal lainnya.
Ternyata tidak mudah membuat usaha seperti ini. Apa lebih baik semuanya kuserahkan terserah bagaimana mereka saja. Pengetahuanku tentang bisnis tidak begitu bagus. Lain dengan Athena yang memang hobi bisnis.
Ini memang perasaanku sendiri atau atau memang udaranya, aku merasa agak lebih dingin sekarang dari pada beberapa menit yang lalu.
“Hih... Kok, disini jadi lebih dingin, ya? Apa sudah mau hujan?” kataku memulai.
“Iya... Jadi lebih dingin... Biasanya aku tidak pernah kedinginan... karena sering keluar malam dan kena hujan... Tapi ini memang dingin... " tambah bang Udin.
“Ini lebih dari sekedar dingin... Aku jadi takut... " lanjut Safri.
“Iya... Aku jadi takut... Ada apa ini...? Apa ada setan yang lewat... Kenapa jadi begini...?” tambah bang Joko.
“Hih... Bulu kudukku berdiri semua... " Herry bergidik sambil meringkuk di sudut ruangan.
Sedang Teo diam saja sambil merapatkan kedua tangannya kebadan. Menghangatkan diri.
Ya ampun...! Ini pasti karena ada iblis-iblis itu disekitar sini. Mereka pasti sedang mencariku. Kurang ajar. Kalau mereka berani melukai teman-temanku ini...
“Ooo... Rupanya kau ada disini... Bintang ketiga... He..he... he... " seru sebuah suara dari langit-langit rumah.
Kami segera melihat keatas mencari suara itu. Disebuah sudut tepat diatas Herry sedang meringkuk, seekor mahluk sedang bergantung disana.
Rupanya seperti kera yang memakai baju armor dari bahan metal berlambang A terbalik. Ini pasti salah satu prajurit utama LUCIFER. Kabar buruk.
“Semuanya lari!” seruku tanpa pikir panjang.
Belum sempat orang yang paling dekat dengan pintu, bang Joko, mencapai pintu, Pintu itu telah hancur karena dipaksa sesuatu.
Lalu muncul dari luar mahluk yang sama dengan yang bergantung di langit-langit itu. Ia berjalan dengan menopangkan kedua tangannya. Persis cara berjalan kera.
Ada dua mahluk iblis ini yang pasti mustahil kalau dikalahkan dengan cara biasa. Harus memakai core... Tapi dengan keadaan KUHR yang masih kecil itu, aku ragu kalau bisa mengalahkan satu saja.
“He... he... he... Kalian tak akan bisa lari kemana-mana... Terutama kau bintang ketiga! He... he... he... " seru iblis yang dipintu.
“Siapa kalian??!... Kenapa kalian ada dua?” seruku panik.
“Aku AZAZEL... Kau pasti ingat denganku karena saudaramu bintang kelima pernah menghancurkanku waktu itu... " jawabnya.
“Lalu kenapa kau masih ada disini?” tanyaku memberanikan diri.
“Teman-temanku sesama prajurit utama... memberikan ARMOR 10 NERAKA ini dan aku menjadi hidup kembali... Juga aku berlipat ganda menjadi 10... Sekarang ada 10 AZAZEL yang sedang memburu kalian... Lima bintang! He... he... he... " jelasnya.
Kurang ajar...! Ternyata berat sekali mengatasi para iblis ini hanya dengan cara biasa.
“Hmm... Ada banyak juga orang didalam rumah sekecil ini... Bagaimana kalau kuhancurkan saja semuanya... Termasuk kau... Bintang ketiga... He... he... he... " serunya.
“Venus... Kenapa kau bisa kenal dengan monster seperti ini?” tanya Teo heran bercampur takut.
“Aku tidak kenal... Aku hanya pernah mendengar nama mereka... Tapi kita harus melawan... Mereka berdua bermaksud membunuh kita semua... " jelasku.
Mereka berlima, bang Joko, bang Udin, Teo, Safri dan Herry kini merapatkan badan mereka masing-masing agar dapat menghadapi kedua monster yang sedang mengancam mereka. Aku juga ikut merapatkan badan.
“Ok... Kita bagi dua serangan... Tiga orang menghadapi satu monster... Pakai cara apa saja... Yang penting jangan sampai terlepas dari lingkaran kita... Mengerti...?” bisik bang Joko memberi strategi menghadapi monster itu.
“Hmm... Memakai cara itu... Ayo kita coba... HIAAATTT!” seru AZAZEL yang bergantung di langit-langit.
AZAZEL itu langsung menerjang kami semua dengan melompat dengan cepat.
“Tendang!” komando bang Joko.
Tiga orang yang paling dekat dengan AZAZEL itu langsung melayangkan kaki mereka keatas. PLAK!
Karena perbedaan kekuatan yang sangat jauh, ketiganya langsung terdorong kebelakang dan membuat tiga orang lainnya ikut jatuh.
“Kalian pikir bisa melawan prajurit utama LUCIFER? Itu hanya ada dalam mimpi kalian... He... he... he... " serunya senang sekali.
“Aduh... kakiku sakit sekali... " bang Joko, Safri dan Herry menyeringai kesakitan akibat benturan dengan kaki AZAZEL tadi. Mungkin keseleo atau patah.
Mereka semua ketakutan karena tidak ada cara lain. Kami hanya bisa merapat ke dinding kayu. Tidak ada cara lain...
“KUHR! Keluar bantu kami...! teriakku terpaksa.
Core manusia hiu kecil itu segera berdiri tegak didepan kami. Mereka semua melihat aku dan coreku bergantian. Antara percaya dan tidak.
KUHR tanpa diperintah dua kali langsung menyerang AZAZEL yang terdekat dengannya. Tapi ia langsung saja dikeroyok oleh mereka berdua hingga kelabakan.
Beberapa kali pukulan dan tendangan kedua AZAZEL itu mampir ditubuhnya yang kecil. Aku tidak tega melihatnya.
Aku langsung menghambur membantu KUHR dengan membawa potongan balok yang sempat kutemukan. Teo berusaha mencegahku.
Balok itu langsung patah begitu menghantam bahu AZAZEL yang akan menendang KUHR. Ia langsung saja mengganti targetnya dan menendangku dengan keras sekali.
Beberapa tangan kurasakan menangkap tubuhku yang terpental jauh. Ketika kubuka mata kulihat Teo, bang Udin juga Safri orangnya. “Makasih, bang... " ucapku.
“Venus... Kita mungkin tidak akan bisa selamat setelah ini... Jadi aku mau bilang kalau aku suka kamu... " ucap Teo mengejutkanku.
Aku hanya bisa memandangi wajahnya. Bang Udin dan Safri yang mendengarnya juga tak kalah kaget denganku. Tapi mereka tak mengatakan apapun.
Aku juga tak bisa berbicara karena aku melihat sebuah serangan baru AZAZEL yang dilakukannya dari atas dan menyebabkan kami semuanya tercerai berai.
Semua teman-teman baruku telah tampak tak sadarkan diri bergelimpangan dirumah kecil ini. Yang paling aku khawatirkan adalah Teo... Ada luka dikepalanya. Aku hanya bisa menyeka darah yang menempel di pelipisnya.
“HEEeaaaaaahhhhh!” seru AZAZEL kembali menyerangku. Aku melihatnya dengan perasaan yang campur aduk. Antara marah dan benci. Takut dan khawatir...
FWWWUUUUSSSSHHH!
Tubuhku terasa ringan bak angin sejuk di sore hari. Tetapi sangat penuh dengan energi.
RUSH! VIOLENCE!
Tubuhku berubah! Itu kutau sewaktu kumelihat bahwa dua kalung gigi hiu yang kini kupakai ini menggabungkan dirinya menjadi sebuah gigi hiu yang jauh lebih besar dan mempunyai lebih banyak gerigi.
Seluruh kulit tubuhku menjadi sepenuhnya merah seperti kulit KUHR. Kedua bahuku yang membulat juga mempunyai sirip hiu. Tanganku membesar juga mempunyai jalinan sirip yang bersambung. Hal yang sama juga ada disisi kedua kakiku. Jari tanganku kini juga mempunyai kuku-kuku tajam yang sama dengan milik KUHR. Juga ada ekor yang menghiasi dibelakangku.
Secara garis besar aku kini sangat kuat. Dengan elemen angin, sepertinya aku bisa menghajar iblis-iblis ini sekarang!

Venus yang kini berbentuk VIOLENCE itu, sedang bersiap-siap untuk menyerang balik. Kedua prajurit utama LUCIFER itu kelihatan kaget melihat perubahan mangsa mereka menjadi lebih kuat. Hal yang sangat mereka tidak harapkan saat ini adalah melepaskan buruan yang sudah didepan mata.
RUSH Venus sudah membuat sebuah gerakan menyerang yang sangat cepat. Gerakan yang sangat sulit diikuti mata biasa karena kedua AZAZEL itu kini terjengkang karena hantamannya.
“Kurang ajar... Dia kuat sekali... Apa itu yang disebut VIOLENCE yang legendaris itu?” gerutu AZAZEL yang pertama. AZAZEL kedua masih mengusap-usap kepalanya yang terluka sayat kuku tajam RUSH Venus.
“Matilah kalian semua karena mengganggu teman-temanku dan aku...!” lalu ia menghambur kembali menyerang dan membuat beberapa kerusakan pada ARMOR 10 NERAKA kedua iblis itu.
Gerakan elemen angin yang dimiliki RUSH Venus sangat sulit dihindari kedua AZAZEL, ditambah lagi dengan kuku tajamnya membuat mereka tak berkutik.
“Hmm... KUHR... Ayo bantu aku! Kembali berubah kebentuk petarungmu! Sekarang!” perintahnya pada corenya yang menungu. Ia siap.
Segera KUHR kecil itu diselimuti angin puyuh kecil yang kemudian membesar. Ada beberapa sinar terang yang memancar dari dalam pusaran angin itu lalu akhirnya mengecil dan hilang sama sekali meninggalkan sebuah sosok petarung core. KUHR!
KUHR sedang berjongkok lalu berdiri menunggu perintah selanjutnya. “Kita hancurkan mereka semua, KUHR!” seru RUSH Venus.
Tampaknya KUHR sudah punya target sendiri karena ia langsung menyerang AZAZEL yang terdekat dengannya dengan sebuah pukulan hiu. Lalu disusul dengan cabikan kukunya.
AZAZEL itu terhuyung-huyung tak kuasa menahan kesakitan akibat luka-luka yang didapatnya dari KUHR petarung. Lalu dengan serangan terakhir, ia sedang terperangkap dalam sebuah pusaran angin sementara KUHR melambung keatas menyiapkan serangan KEPALA RAJA HIU!
Sinar blitz biru berbentuk kepala hiu itu segera menelan tubuh AZAZEL hingga tak berbekas lagi dan mengakhiri tugas yang diberikan pada KUHR petarung.
Keadaan AZAZEL bagian RUSH Venus juga tak kalah parahnya. ARMOR 10 NERAKA itu sudah tak pantas disebut armor lagi karena sudah sangat hancur hingga menunjukkan luka-luka ditubuh AZAZEL yang tak terlindungi.
Ia sudah sangat kepayahan hingga ia ingat sesuatu! Ia merencanakan sesuatu.
Ia berjalan tertatih mengitari ruangan hingga. “Hiaaaaa!” teriaknya tiba-tiba seperti akan menyerang. Ternyata tidak, ia mengambil Teo yang terbaring pingsan dilantai dan menjadikannya sandera.
“Kurang ajar! Apa maumu dengan Teo??!” seru RUSH Venus marah sekali. KUHR juga ikut berjaga menunggu instruksi.
“Heh... Teo? Itu namanya...? Pasti orang ini sangat berarti bagimu... Kau tadi berubah VIOLENCE juga karena dia... Apa kau suka dia, heh?” korek iblis itu licik.
“Apa urusanmu... Ayo kita teruskan pertarungan kita! Jangan bawa-bawa dia atau orang lain... Kau hanya mencari aku, kan?” elak RUSH Venus sebisanya.
“He... he... he... Aku tidak bodoh... Aku sudah banyak mengalami hal seperti ini... Kau pasti suka dia... Aku sudah lihat itu... Bagaimana kalau kita tambah luka lagi di kepalanya...?” serunya lagi memancing amarah RUSH Venus.
“Jangan! Atau kau nanti akan menyesal!” teriaknya mencegah hal itu terjadi.
“Boleh saja... Kau suruh core-mu ini mundur dan kembalilah ke bentuk manusiamu... Mungkin akan kupertimbangkan... He... he... he... " liciknya.
“KUHR! Mundurlah... " perintahnya pada core petarung itu. “Tapi aku tak tau bagaimana menjadi manusia biasa lagi...!” sambungnya.
“Tidak tau?? Bagaimana mungkin... Sial!... Pasti karena perbuatanku tadi jadi memicu perubahan ini... " kaget AZAZEL. “Padahal aku mau mencoba menyicipi bagaimana rasa salah satu lima bintang ini... Bagaimana kalau bentuk VIOLENCE-nya saja... Pasti akan lebih nikmat... " pikirnya.
“Ayo! Mendekatlah padaku...! Pelan-pelan saja...! Dan jangan mencoba macam-macam... Atau lelaki ini akan kehilangan kepalanya... " ancam AZAZEL memulai rencananya.
RUSH Venus menuruti keinginan iblis itu demi Teo tidak terluka. Saat ia sudah tepat didepan AZAZEL, ia berhenti dan berdiri diam. AZAZEL merangkul tubuh Teo dan satu tangannya mengancam leher dengan kuku tajam.
“Jangan berpikir kalau kau mau menyerangku... Kalau tidak... " AZAZEL menekankan kukunya dan membekas dikulit leher Teo.
“Bagus... Hng...?” iblis itu lalu menjulurkan tangannya dan menjangkau dada RUSH Venus, lalu mulai meremasinya. “Enak juga, kan...? Katakan kalau kau juga merasakannya...? Enak sekali... Lembut juga..” gumamnya keenakan.
“Bagaimana kalau yang sebelah sini... " lanjutnya menggerayangi seluruh tubuh VIOLENCE itu hingga sampai ke selangkangannya.
“Hm... padat sekali... Pasti ini sangat enak... " katanya kegirangan dan melakukan sesuatu dibalik sana.
Setelah beberapa saat, dari balik kaki Teo muncul bukan hanya satu, tapi dua buah penis panjang besar. Itu kepunyaan AZAZEL yang ditelusupkannya lewat kaki Teo.
“He..he... he... Ayo pegang... Lihat ini besar, kan... Ini juga enak... Ayo pegang!” suruhnya keterlaluan.
Dengan terpaksa, RUSH Venus memegang kedua benda panjang menjijikkan itu. “Kocok!”
Lagi dengan lebih terpaksa, ia harus mengocok kedua benda itu. Iblis itu sangat senang dan keenakan. Ia harus membayarnya dengan mahal.
Ia telah mengurangi perhatiannya pada sanderanya dan, “AKKHHH!”
AZAZEL kehilangan dua buah penisnya dengan sekali sentakan kuat dari RUSH Venus. Dengan enteng, kedua benda itu dibuangnya kesamping dan menangkap Teo yang terlepas dari dekapan AZAZEL.
“Kontolku! Kau... mencabut dua kontolku!” serunya histeris. Ia kini terhuyung mundur.
“KUHR!” serunya tenang.
Sebuah serangan cepat dari KUHR petarung mengakhiri hidup iblis prajurit utama itu. Dan mengabur hilang.
Masih dalam dekapan RUSH Venus, Teo tetap tak sadarkan diri. “KUHR... Bagaimana cara aku kembali menjadi manusia? Apa kau tau caranya?”
“Kau harus bersatu dengan orang ini... Pemilik pasangan gigi hiu ini... " jawabnya.
“Bersatu...? Apa maksudmu dengan bersatu?” tanyanya lagi karena tak mengerti.
“Begini... " KUHR menjawab dengan meloloskan celana panjang yang dipakai Teo berikut celana dalamnya. “Begini caranya... "
“Aku harus main dengan Teo...?” kaget RUSH Venus melirik pada penis Teo yang masih tidur. “Apa itu jalan satu-satunya, KUHR?”
“Hanya dengan cara ini... kau bisa kembali kewujud manusiamu... Tidak ada cara lain..” jawabnya tegas.
“Tapi... Tapi aku tidak bisa main di sini... Bagaimana... kalau nanti yang lainnya sadar dan melihat kami...? ragunya.
“Kita kembali saja ke rumahmu... Disana lebih aman... " usul KUHR memberi jalan.
“Mmm... Baik... Kita kembali ke rumah... Tapi bagaimana keadaan mereka? Apa mereka baik-baik saja...?” cemas RUSH Venus tentang teman-temannya yang lain.
“Mereka tidak apa-apa... Hanya sedikit luka yang tidak parah... Ayo kita pergi... " ajak core itu.
Berdua mereka pergi dengan kecepatan tinggi. RUSH Venus membawa Teo di pelukannya menuju pulang.
Sebentar saja mereka telah sampai melewati jendela dan masuk kamar Venus.
Teo langsung dibaringkan di tempat tidur. Ia terbaring hanya dengan memakai baju kaos tanpa celana karena tadi sudah dibuka KUHR.
RUSH Venus hanya bisa memandangi penis Teo yang lemas dengan bimbang. Antara mau dan tidak. Pasti Teo akan takut melihatnya seperti itu.
“Ayo... Lakukanlah... Jika tidak... kau tak akan bisa kembali menjadi manusia... " bujuk KUHR.
Dengan ragu, RUSH Venus merangkak menaiki tempat tidur. Tepat di paha Teo ia duduk dan menyentuh penisnya pelan.
Ragu-ragu, ia memegang dan mulai bekerja untuk membangunkan penis itu. Awalnya hanya dikocok pelan, tetapi karena dengan begitu mulai hangat dan membesar, RUSH Venus jadi semakin bersemangat.
Ia kini bahkan memasukkan penis yang mulai membesar itu kedalam mulutnya dan menghisapinya kuat-kuat. Teo walaupun begitu tak juga sadar. Hanya menggeliat-geliat keenakan.
RUSH Venus tak henti-hentinya mengulum penis itu hingga tumbuh besar sekali. Sampai tak muat lagi didalam mulutnya.
“Wah... KUHR... Ini sebesar punyamu, kan?” serunya girang sekali. Tak sia-sia ia mengerjai Teo seperti ini. Usahanya berhasil.
Kini, RUSH Venus tak mau membuang waktu lagi. Ia segera beringsut naik dan memposisikan penis besar itu ke vagina VIOLENCE-nya.
“Eh... Ternyata lubangnya ada... Tadi waktu dipegang AZAZEL tidak terasa ada lubang ini... " herannya karena penis Teo sudah tiba di bibir vaginanya dengan mudah.
“Itu hanya bisa terjadi bila kau didepan orang ini... " jelas KUHR. “Hanya orang ini!”
“Mmm... Ahhhhhhh... Enak sekali... " serunya saat benda itu meluncur masuk dalam di liangnya. Lalu RUSH Venus menggoyang-goyangkan seluruh tubuhnya agar penis besar panjang itu bisa terkocok di liangnya.
Bila orang biasa melihatnya akan sangat mengerikan sekali melihat seks antara manusia dan mahluk yang disebut monster itu. Tetapi karena Teo masih belum sadar juga...
RUSH Venus sangat menikmati seks itu hingga perubahannya mulai terjadi. Dimulai dari kepalanya dan seluruh wajahnya. Saat itulah, Teo mulai membuka matanya dan melihat seluruh proses morphing VIOLENCE kembali menjadi manusia.
Tetapi karena wajah yang dilihatnya adalah wajah Venus juga kenikmatan yang sama-sama mereka rasakan, mereka berdua hanya bisa berpandangan dan membiarkan seluruh proses itu terjadi.
Sampai seluruh tubuh Venus kembali normal, pergerakan keluar-masuk penis Teo di liang Venus sama sekali tak berkurang.
Tangan Teo sudah mulai berani kelayapan dan hinggap didada remaja Venus, meremas dan mempermainkan putingnya.
Venus merendahkan kepalanya agar ia bisa mencium bibir Teo dan akhirnya mereka bergulingan di tempat tidur itu dengan liar sekali. Teo yang memimpin seks itu dengan memompakan pingangnya pada vagina Venus.
Pada puncaknya, Teo menyemburkan sperma hangatnya pada liang Venus tanpa terbendung lagi dan mereka tetap berpelukan saja seperti untuk beberapa lama.
“Mmm... Aku juga... menyukaimu, Teo... " kata Venus memulai pembicaraan.
“Benarkah...?” katanya.
“Ya... Sebenarnya sejak pertama kali bertemu kamu... Saat kalian menolongku dulu... dari penipu-penipu itu... " jelasnya.
“Tapi aku kurang PD... berdekatan denganmu... Aku orang yang sangat miskin... Dibanding kamu... yang sangat kaya... Aku tidak ada apa-apanya... " sesal Teo.
“Aku tidak pernah memikirkan itu... Biar saja... Kalau kau mau berusaha... Kita berusaha... Kita bisa berhasil juga... Makanya aku mau menolong... " kata Venus.
“Tapi bagaimana kita bisa selamat dari monster-monster tadi?... Dan kau juga tadi berubah jadi monster...?” tanya Teo akhirnya penasaran.
“Aku sudah menghancurkan kedua monster itu... " jawabnya.
“Menghancurkan monster itu...? Bagaimana caranya?”
“Sebenarnya kami berdua... Dengan KUHR... core manusia hiu ini... " ucap Venus memperkenalkan core-nya yang dari tadi berdiri menunggu.
“Heh... siapa... siapa dia??” kagetnya. Tapi karena ia maih dipeluk Venus, ia tidak bisa menjauh kemana-mana.
“Jangan takut... Dia itu milikku... Namanya KUHR... Core.. Inti terdalam dari diriku... Dengan dia dan aku yang berubah VIOLENCE, kami berdua menghancurkan kedua monster jelek itu... " jelas Venus.
“Bagaimana caranya... Venus bisa terlibat dengan urusan monster begini...? Itu kan mengerikan sekali,” tanya Teo lebih jauh.
“Sebenarnya mereka bukanlah monster... Mereka itu iblis... dan mereka sedang mencari seseorang... Orang itu kami kenal karena dia adalah pacar abang sepupuku... mas Satria... Mereka mencari Carrie untuk membangkitkan LUCIFER... tuan mereka..” jelas Venus.
“Mereka mencari-cari kami karena ingin menyingkirkan orang-orang yang melindungi Carrie... Kami... sekeluarga... Jangan heran kalau aku dan saudaraku bisa menjadi monster..” lanjutnya.
“Masih membingungkan... juga sangat mengerikan... Ini masalah yang sangat berat... " ungkapnya cemas.
“Sekarang tidak lagi... Kalau aku bisa berubah menjadi VIOLENCE, semua masalah ini akan semakin mudah untuk dihadapi... " ujar Venus tenang. “Apa Teo takut...?”
“Mmm... gak juga... kalau Venus yang monsternya, ya..?” godanya. “Yeee... Kalau aku jadi monster lagi... aku harus main lagi denganmu supaya berubah jadi manusia... " serunya tak mau kalah.
“Ini... Venus udah jadi monster lagi... Kita harus main lagi... " seru Teo kemudian mengulum bibir Venus kembali. Lalu mereka bercinta lagi dengan liar di atas tempat tidur itu.

*****************************************************************************
 

Aphrodite


Galang

Aphrodite :
Eh... Aku ketiduran di sofa ruangan tamu rumah pak guru Galang. Aku lalu mencarinya dengan melihat sekelilingku. Nah itu dia.
Ia sedang membaca sebuah buku. Buku kuliahnya mungkin. Ia kini memakai kacamata. Wah... Keren sekali...
“Eh... Adit udah bangun... Saya tidak berani membangunkan jadi saya tungguin sambil membaca buku kuliah... " sapanya karena menyadari aku telah bangun.
“Iya... Adit betah di rumah ini... Nyaman sekali... Besok Adit kemari lagi aja, ah... " seruku.
“Apa Adit tidak ada kelas tambahan setiap pulang sekolah...?” tanyanya.
“Ada... Tapi kan tidak setiap hari... Adit kemari abis pulang les aja... Boleh, kan?” desakku.
“Boleh saja... Saya biasanya di rumah mulai jam 2 siang... Sehabis kuliah pagi... saya langsung pulang kemari dan membantu di Playgroup... " jelasnya.
“Asseeeekkk... " seruku kegirangan.
“Apa Adit memang terbiasa begini...?” tanya pak guru Galang.
“Biasa bagaimana...?” tanyaku balik. Nggak ngerti.
“Memeluk orang seperti ini... " jelasnya.
“Adit biasa memeluk Papa,... Mama,... Diva,... Athena, Venus, Hellen,... mas Satria... mbak Putri, mbak Dewi... Iya... Adit biasa memeluk begini... " jawabku.
“Oh... Begitu... Nama-nama tadi semuanya saudara Adit?” tanyanya kembali.
“Iya... Adit ini punya saudara kandung... Kami kembar lima... Kata orang... kembar lima itu jarang sekali... Terus... mas Satria, mbak Putri dan mbak Dewi itu sepupu Adit... " jawabku.
“Kalau begitu... Saya jadi orang yang biasa Adit peluk juga, dong?” katanya.
“Eh... Pak guru mau dipeluk juga?... " tanyaku senang. Aku lalu terus memeluk pak guru Galang dengan tambah erat. Dia tersenyum senang. Dia juga merangkulkan tangannya.
“Pak guru juga suka memeluk...?” tanyaku.
“Hanya pada anak yang baik... " jawabnya.
“Jadi Adit anak yang baik, dong?”
“Hm-m... Adit yang baik... Cup... " katanya dan mengecup keningku.
Aku beranikan diri membalas kecupannya. Tapi kali ini di bibirnya. Ia lumayan kaget.
“Adit suka pak guru... " kataku pelan.
“Saya juga suka... " jawabnya.
“Cukup! Hentikan semua sampah itu! Aku muak mendengarnya...! Bintang keempat! Kau kutemukan!” ada suara dari luar rumah berteriak. Suaranya menyebalkan sekali.
Pak guru Galang mengintip dari gorden jendela untuk mencari orang itu. Aku langsung saja keluar dan mencari.
Saat diluar, aku menemukan seorang, lebih tepat lagi seekor mahluk berbentuk monyet yang memakai armor. Dibagian depannya ada lambang A terbalik. Lambang LUCIFER!
Ternyata bukan satu, tapi ada dua! Yang satunya sedang berdiri diatas tiang ayunan anak-anak.
“Kalian lagi? Siapa kau?” tantangku.
“Adit! Mundur!” tiba-tiba pak guru Galang muncul membawa sebuah batang besi.
“Heh... Siapa orang ini? Dia tidak tau sedang berhadapan dengan AZAZEL! Salah satu prajurit utama tuanku LUCIFER yang terhebat!” serunya membanggakan diri.
“Siapa itu AZAZEL?... Aku tidak perduli... Kalau monster sepertimu mau mengganggu kami... Pasti akan aku hajar!” teriak pak guru Galang marah sekali. Pasti dia marah seperti itu waktu anak-anak muridnya akan ditabrak mobil tadi siang.
“Pak guru... Pak guru tidak akan bisa melawannya... Mereka itu iblis... Bukan monster... " kataku.
“Iblis?? Bagaimana Adit tau?” tanyanya.
“AZAZEL! Kudengar kau sudah dihancurkan saudaraku dengan BRO-nya waktu itu... Kenapa kau masih berkeliaran disini?” tanyaku padanya.
“He..he... he... Kau lihat armor ini...? Ini disebut ARMOR 10 NERAKA...! Dengan ini aku kembali hidup dan berlipat ganda menjadi sepuluh AZAZEL yang mencari kalian lima bintang... " jawabnya.
“Tuh, kan?... Pak guru Galang dengar tidak katanya...? Dia sekarang ada sepuluh ekor... dan sedang mencari kami semua... Dua ekor diantaranya sedang ada disini... " jelasku.
Pak guru Galang memandangiku dengan penuh heran. Apa dia heran karena aku bisa mengenal iblis ini? Atau ada sesuatu yang sedang menempel dikepalaku?
Tiba-tiba, dengan sembunyi-sembunyi, AZAZEL yang berada di atas tiang ayunan menerjang kami. Rupanya pak guru Galang gesit juga. Sambil berkelit ia sempat memukulkan batang besi yang dipegangnya ke kaki AZAZEL.
“Benda itu tak akan bisa melukaiku!” serunya senang.
Batang besi itu melengkung. Ternyata armor itu kuat sekali. Tapi pak guru Galang tampaknya tak mau mundur. Ia tetap menggenggam batang besi itu dengan erat dan menyerang balik.
“Heaatt!” serbunya pada AZAZEL tadi. Tanpa disangka kini hantaman batang besi itu kini agaknya lebih kuat dan menimbulkan suara yang ribut sekali saat menghantam armor AZAZEL.
AZAZEL juga lumayan kaget karena ia tidak menyangka bisa berhadapan dengan manusia biasa dan mendapat perlawanan seperti ini.
“Hmm... Nampaknya manusia ini punya kekuatan yang lebih dari manusia biasa... Bagus... Menarik... " serunya. “Ayo!”
Kini kedua AZAZEL menyerang bersamaan! Tentu saja ini sangat merepotkan pak guru Galang. Ia beberapa kali terserempet pukulan dan duri armor itu.
“THUNDER! Bantu pak guru!” teriakku memanggil core. Ia segera melompat keluar dan menerjang dengan sejumlah petir hingga ia bisa memisahkan satu AZAZEL dari keroyokan itu.
THUNDER lumayan bisa merepotkan satu AZAZEL karena serangan petirnya sangat menyengat armor metal itu. Pak guru Galang masih bisa bertahan dan sesekali menyerang dengan pukulan batang besi itu. Tapi ini tidak berlangsung lama.
AZAZEL berhasil menyarangkan sebuah pukulan telak didada pak guru Galang dan membuatnya tersungkur jatuh. Tapi memang pak guru Galang memang kuat, ia bangkit lagi bertopang pada batang besi itu.
“Hmm... Tangguh juga manusia ini... Tapi sampai berapa lama dia bisa bertahan kalau dihajar...?” gumam AZAZEL. Lalu ia kembali menyerang pak guru Galang.
“THUNDER! Bantu pak guru Galang!” seruku memerintahkan agar ia meninggalkan lawannya dan membantunya.
Tapi itu tidak mudah karena AZAZEL bagiannya selalu menghalanginya untuk membantu pak guru Galang.
Akhirnya, mungkin pak guru Galang sudah mencapai batas kemampuannya. Ia akhirnya terjatuh lemas dan pingsan akibat terlalu banyak mendapat pukulan.
“Pak guru... Pak guru Galang! Bangun! Banguuun!” seruku panik sekali... Sekarang aku sangat khawatir dan takut terjadi sesuatu padanya. Aku hanya bisa memandangi kedua iblis itu. THUNDER berada disampingku, menemani.
“Kalian... akan mendapat balasannya...!” geramku sangat marah.
FFFWWWWAAAAARRRRRRHHHHHH!
Tubuhku terasa penuh dengan energi yang bergejolak dan menyambar. Seperti sedang berada tepat di tengah-tengah kembang api yang meledak.
SHOCK! VIOLENCE!
Seluruh tubuhku berubah saat aku merasakan ada yang terjadi pada gelang lenganku. Keduanya menggabungkan diri hingga menjadi sebuah gelang lengan yang lebih besar dengan motif gigi tajam. Kulit tubuhku berubah menjadi coklat muda. Yang paling mencolok adalah dua buah tonjolan berbentuk sirip panjang yang menghiasi masing-masing bahuku. Tanganku mulai dari siku sampai seluruh telapak tangan ditumbuhi bulu panjang dan diujung jariku mempunyai cakar panjang seperti milik THUNDER petarung. Itu juga terjadi di kakiku, dimulai di bawah lutut sampai mata kaki. Diantara dadaku sampai perut juga ditumbuhi bulu yang sama. Aku juga mempunyai ekor yang tebal seperti bulu yang tumbuh di tangan dan kaki. Kepalaku sepertinya aku mempunyai sirip juga yang panjang. Sedang rambutku entah kemana.
Dari sepasang sirip di bahuku, berpijar lompatan-lompatan listrik. Sangat bertenaga. Ini elemen seperti kepunyaan THUNDER. Aku bisa menghajar dua iblis ini sekarang. Awas kalian... Kalian telah melukai pak guru Galang.

Kini setelah berubah menjadi mahluk VIOLENCE, SHOCK Aphrodite bersiap dengan serangan awalnya untuk mencoba kekuatan barunya.
“Heeaaaaa!” hamburnya dengan cepat “SHOCK SLASH!” serunya mengibaskan cakar panjangnya pada AZAZEL terdepan. Dengan begitu saja, ARMOR 10 NERAKA-nya langsung rontok. Benar-benar sangat kuat.
“SHOCK!” serunya mengibaskan tangannya pada AZAZEL yang satu lagi. Dari tanah muncul listrik yang langsung menyengatnya dan membuatnya jatuh.
“Ingat itu! Kalian telah membuatku marah dan ingin membunuh kalian berdua!... " serunya sangat menakutkan. Ini mungkin bentuk VIOLENCE lima bintang yang terkuat diantara yang lainnya karena serangannya sangat kuat dan mematikan.
Dua AZAZEL, satu tanpa pelindung armor dan satu lagi terkapar di tanah. Yang tanpa armor itu sangat ketakutan melihat keadaan temannya. Dan ia berniat kabur!
“Kurang ajar! Kau tak akan lepas! THUNDER! Ke wujud petarungmu dan kejar dia!” perintah SHOCK Aphrodite menunjuk pada AZAZEL yang lari.
THUNDER melolong keras hingga memunculkan beberapa titik petir yang segera menyengatnya. Ia begitu hingga ditutupi cahaya terang yang semakin membesar. Lalu saat semuanya memudar, yang tinggal adalah bentuk petarung THUNDER!
Ia langsung melompat tinggi mengejar AZAZEL yang lari itu. “THUNDER!” serunya. Sebuah titik petir muncul dari atas dan langsung menyengatnya. Ia jatuh berdebum di tanah.
“THUNDER!” serunya lagi mengibaskan tangannya ke arah AZAZEL yang dijatuhkannya. Sebuah titik petir baru kembali menyengat tubuhnya. Ia kini tak bisa bergerak.
“Hancurkan tubuhnya!” perintah SHOCK Aphrodite dari tempatnya berdiri.
“THUNDER SLASH!” serunya dan berkelebat kencang dengan cakarnya yang diperpanjang dan sekejab saja THUNDER telah kembali ke tempat awalnya. AZAZEL itu telah terbagi dua, lalu tiga, empat, lima dan lalu hancur berantakan sama sekali. Dan hilang memudar.
“Rasakan! Sekarang giliranmu!... Kemana dia?” seru SHOCK Aphrodite mencari-cari AZAZEL yang satu lagi.
“Aku disini... Heh... he... he... he... Kau tak bisa menyengatku dengan petir itu karena aku memegang manusia ini! Ia bisa kena petir juga... He... he... he... " katanya. Ia sedang memegang Galang dan membuatnya sebagai tameng pelindung dirinya.
“Kurang ajar! Lepaskan dia AZAZEL! Kau akan menyesal nanti karena melakukan ini!” seru SHOCK Aphrodite bertambah marah.
“Coba saja kalau kau berani... Orang ini nampaknya sangat berarti bagimu... Kau tak akan bisa menyentuhku... " ancamnya balik.
Benar juga, SHOCK Aphrodite tidak berani melakukan serangan apapun karena khawatir bisa melukai Galang. Ia hanya bisa mengitari iblis itu.
“Sedikit saja pak guru Galang terluka... Kau akan kuhabisi! Ingat itu!” serunya masih dengan kemarahan.
“Coba saja... Aku tidak takut! Ancamanmu tidak berarti bagiku. Lihat ini! Kalau kau berani macam-macam denganku... Akan kuremukkan lehernya dengan tanganku... " ancamnya balik.
Mendengar itu, SHOCK Aphrodite langsung berhenti mengitari mereka. “Apa maumu??”
“Mundurkan THUNDER dan kembalilah ke wujud manusiamu! Sekarang!” serunya.
SHOCK Aphrodite memberi kode agar THUNDER mundur. “Bagaimana caranya kembali menjadi manusia..? Aku tidak tau!”
“Apa?? Tidak tau caranya... Sial... Ini pasti karena pertarunganku tadi yang memicu VIOLENCE anak ini... " gerutunya kesal. “Heh... tidak apa-apa... Yang penting aku bisa mendapatkan salah satu lima bintang ini... Mungkin dalam bentuk VIOLENCE-nya akan lebih enak... " pikirnya menghibur diri.
“Kemari! Mendekat kemari dan jangan coba macam-macam!” perintahnya.
SHOCK Aphrodite menuruti keinginan AZAZEL asalkan Galang tidak dilukainya. Ia berjalan dengan perlahan dan berdiri tepat didepannya.
“Jangan berbuat yang aneh... Kalau tidak... " seru AZAZEL dan mengulurkan tangannya hendak menjangkau dada mahluk VIOLENCE itu. Iblis gila seks ini mulai meremasi dada SHOCK Aphrodite dengan nafsunya.
Ia kini menurunkan tangannya dan menyentuh gundukan kemaluan mahluk VIOLENCE ini. Tampaknya ia mencari-cari bibir vaginanya yang tak kunjung ia temukan.
FRRAAKKK! Suara itu datang dari tembusan kepala AZAZEL yang dihujami cakar SHOCK Aphrodite yang diperpanjang.
AZAZEL memegangi kepalanya dan berteriak sangat pilu. Ia terhuyung-huyung merasakan sakitnya kepalanya yang berlubang.
“THUNDER! Selesaikan dia!” seru SHOCK Aphrodite sambil memeluk Galang yang lepas dari AZAZEL.
Dengan gerakan yang sama, “THUNDER SLASH!” core petarung itu berkelebat maju lalu kembali ke tempatnya mengakibatkan seperti AZAZEL pertama, hancur berantakan dan memudar hilang.
“Pak guru... Pak guru Galang... Sadar, pak... Pak..! THUNDER... ‘Gimana, nih? Pak guru Galang tidak sadar-sadar... " seru SHOCK Aphrodite pada core-nya.
“Pertama... kau harus merubah dirimu dahulu menjadi manusia kembali... Saat itu kau bisa membangunkannya... " jawab core petarung itu.
“Cara aku kembali menjadi manusia?” tanyanya pendek.
“Bersatu dengannya... " jawabnya lebih pendek.
“Bersatu dengannya? Bersatu bagaimana...?”
THUNDER tak menjawab tetapi mempreteli celana pria itu dan menunjukkan penisnya pada SHOCK Aphrodite yang terheran.
“Sudah mengerti maksudku? Kau harus bersatu dengannya... dan berubah menjadi manusia kembali... " jelasnya.
“Seperti main denganmu dan mas Satria...? Benar begitu... Tapi, kan ia masih pingsan begini... Apa dia mau?” tanya SHOCK Aphrodite masih dengan lugunya.
“Hal itu aku tidak tahu... Kau coba saja... Hanya itu satu-satunya cara menjadi manusia kembali... " jawabnya.
“Main di sini...? Atau ke rumah aja, ya?” bimbangnya.
“Lebih baik ke rumah... Di sana lebih aman..” usulnya.
“Ayo... Biar aku yang membawa pak guru Galang..” sambil memeluk erat lelaki itu dan melesat bersama THUNDER untuk kembali ke rumahnya.
Sebentar saja mereka telah masuk kamar dengan melewati jendela. Galang langsung saja dibaringkan di tempat tidur. Celananya masih melorot dan menunjukkan penisnya yang masih kecil lemas.
Dengan tanpa pikir panjang, SHOCK Aphrodite langsung saja menaiki ranjangnya dan menduduki kaki Galang. Kuku-kuku tajamnya diperpendek agar tidak melukai batang kemaluan guru itu.
Ia mulai mengocok benda itu dengan semangat. Dengan harapan semoga cepat membesar dan panjang. Malah sekarang, SHOCK Aphrodite menjadi sangat terangsang sendiri, hingga ia memasukkan batang itu kedalam mulutnya dan mulai menghisapinya.
Puting susunya pun sudah mulai menonjol dari kulit dada VIOLENCE-nya akibat sangat terangsang. Batang penis semakin tumbuh membesar sampai ukurannya mengingatkan pada ukuran penis kepunyaan THUNDER petarung.
Saat dirasanya sudah cukup, SHOCK Aphrodite beringsut lebih ke atas supaya ia bisa mengangkangi dan memasukkan penis itu di vagina VIOLENCE-nya.
Tunggu dulu... Tadi, bibir vaginanya aja tidak dapat ditemukan AZAZEL hingga ia berkesempatan menghajar iblis itu. Eh.. ada! Kenapa bisa tiba-tiba ada...?
“Kenapa? Lubang itu hanya bisa muncul bila kau berada di depan pria ini... Hanya dia... Lihat, kan?” jelas THUNDER.
SHOCK Aphrodite tak berpikir panjang lagi selain membimbing kepala penis itu masuk dan membiarkannya meluncur masuk...
“HHmmmmmmm... Wahh... Enak sekali...!” serunya kesenangan saat seluruh batang itu memenuhi liang VIOLENCE-nya dengan pas sekali.
SHOCK Aphrodite dengan refleks segera menggoyang-goyangkan pantatnya naik turun dan mendapatkan kenikmatan yang lebih lagi karenanya.
Saat seperti itu, bila terlihat orang lain, akan menjadi pemandangan yang sangat mengerikan. Karena bentuk monster VIOLENCE itu akan sangat ganjil bagi orang awam.
Anehnya, Galang sama sekali tidak tersadar juga. Mungkin ia mengira itu semua mimpi yang menyenangkan... Padahal ia sedang bercinta dengan monster.
Karena kenikmatan yang dirasakan SHOCK Aphrodite, ia mulai mengalami perubahan yang diinginkannya. Awalnya kepala dan seluruh wajahnya kembali menjadi Aphrodite yang lugu dan cantik remaja. Lalu menjalar ke leher, dada dan seluruh tubuhnya.
Saat proses morphing itu terjadi, Galang mulai tersadar dan melihat wajah Aphrodite dengan tubuh monster. Tapi karena ia teringat dengan mimpinya barusan juga kenikmatan yang juga dirasakannya, ia diam saja.
Mereka berdua malah saling berpandangan lekat sekarang. Saling menikmati kenikmatan yang sama.
Saat terakhir kakinya berubah normal, Aphrodite langsung mendaratkan bibirnya pada Galang dan merangkulnya erat. Galang pun membalasnya dengan pelukan yang erat.
Sekarang mereka bergulingan di ranjang itu, di dalam kamar Aphrodite yang sepi. Galang pun berinisiatif mengambil kendali atas seks itu dengan memompakan penis panjangnya keluar masuk liang vagina normal Aphrodite.
Ia bahkan tidak memikirkan kalau gadis yang sedang digaulinya ini adalah masih kelas 2 SMP dan masih bertingkah kekanakan. Ia hanya sangat menyukainya. Sangat menyukai anak ini.
Akhirnya setelah lama bekerja keras, berciuman, bergumul, Galang mengakhirinya dengan membasahi liang Aphrodite dengan spermanya yang tersembur kencang. Tetap berpelukan.
Untuk beberapa saat, mereka hanya begitu dan berpandangan. Hanya diam.
“Apa... tadi Adit membuat pak guru Galang takut?” tanya Aphrodite ragu.
“Sedikit... Tapi setelah tau... itu adalah Adit... saya jadi tidak takut lagi,” jawabnya.
“Itu tadi... Adit lakukan karena terpaksa... pak guru Galang terluka karena iblis itu... Adit berubah menjadi VIOLENCE... dan menghancurkan mereka berdua... " jelasnya.
“Iblis...? VIOLENCE?... Apa itu...?” herannya.
“Yang tadi menyerang kita itu adalah iblis... bukan hanya monster... Mereka sedang mencari Carrie... pacarnya mas Satria... AZAZEL tadi ditugaskan untuk membunuh kami agar tuan mereka... LUCIFER bisa hidup kembali... " jelasnya lagi tanpa ragu.
“Heh...? Saya tidak bisa mengerti semua pembicaraan Adit tadi... Bisa diceritakan lebih rinci lagi... Dimulai dari... Siapa Carrie... Satria... AZAZEL... LUCIFER...?” bingung Galang.
“Carrie itu pacarnya mas Satria... Mas Satria itu kakak sepupu Adit... AZAZEL itu prajurit iblis utama LUCIFER... LUCIFER itu adalah raja kegelapan dari neraka... " jawabnya sekenanya.
“Kenapa mereka mencari Carrie?” tanyanya lagi.
“Carrie itu adalah HOLY LIGHT... dengan menggunakan Carrie... LUCIFER bisa dibangunkan kembali dan menguasai dunia... " jawabnya.
“Hal seperti itu memang ada? Kukira hanya ada di cerita film saja...? Lalu kenapa Adit yang diincar AZAZEL?” lanjutnya.
“Mungkin setelah membunuh kami... mereka baru bisa langsung berhadapan dengan mas Satria... Mas Satria juga bisa berubah seperti tadi... " jawabnya.
“Bisa berubah juga? Siapa lagi yang bisa berubah...? Apa kalian semua bisa berubah begitu?” berondong Galang.
“Adit belum tau dengan saudara kembar Adit yang lain... Tapi untuk bisa berubah... makanya kami harus mendapatkan pasangan benda-benda ini... Adit... gelang lengan ini... Diva.. gelang kristal biru... Athena... cincin api... Venus.. kalung gigi hiu... Hellen... anting tengkorak... Kalau sudah dapat... baru kami lima bisa berubah menjadi VIOLENCE tadi... Kalau mbak Putri sama mbak Dewi... harus mendapatkannya lewat... apa kemarin?... Hmm... Lupa... Apa ya...? Seperti takut... sama sedih... " jelasnya. Malah lebih terdengar membocorkan semua rahasia.
“Jadi karena Adit sudah mendapatkan gelang lengan pasangannya yang saya tadi beri... Adit bisa berubah...? Hebat sekali... " serunya.
“Tapi kalau sudah berubah... untuk kembali jadi manusia... Adit harus main sama pak guru dulu... Seperti tadi... " jelas Aphrodite lebih lanjut.
“Tidak apa-apa kan? Untuk saya tidak masalah... Malah kalau bisa... Adit berubah aja lagi... nanti saya ubah lagi jadi manusia... Terus berubah lagi... saya ubah lagi... " candanya.
“Boleh...? Asiiik... Adit mau berubah sekarang ah... " senangnya gak nyambung.
“Gak usah berubah sekarang... Jadi manusia aja dulu... Kita masih bisa main lagi, kan?” cegahnya.
“Tidak usah berubah... boleh main sama pak guru juga?” lugunya.
“Hm-em... Adit mau, kan? Saya suka sekali sama Adit... " jelasnya.
“Adit juga suka... " jawabnya dengan keluguan juga.
“Adit tidak usah panggil pak guru lagi... Panggil mas Galang saja, ya...? Sebab kalau jadi guru... saya tidak boleh main sama Adit... Kalau mas Galang... boleh... " terangnya.
“Ok... Mas Galang... Mas Galang... he..he..” tawanya senang.
Lalu mereka melanjutkan rencana mereka itu kembali, diatas tempat tidur Aphrodite. Seks tentunya.

*****************************************************************************
 

Hellen

Tommy

Hellen :
Aku sudah punya dua anting tengkorak di telinga kiriku. Apa sekarang aku sudah bisa berubah jadi VIOLENCE TREMOR, ya?... Kira-kira seperti apa bentuknya? Hebat tidak, ya?
“Aduh!... Hei! Gila lo, ya? Ngapain lempar-lempar bola ke kepalaku, hah?” marahku pada anak itu, si Tommy.
“Yee... Kamunya aja yang ngayal... Gak lihat bola.. Kan kamu yang ngajak latihan lagi... " belanya.
“Huuh... Ya udah... Kita pulang, yuk... Udah sore... " ajakku. Anak ini pasti dicariin orang tuanya karena nggak biasanya pulang terlambat.
“Apa kau tidak mau menunggu sebentar... He... he... he... "
Suara itu... Aku kenal suara itu...
Benar! Itu dia! Dia sedang bertengger di atas papan basket. Mahluk yang sama yang waktu itu dihancurkan BRO dengan misil terakhirnya. Kenapa dia bisa hidup lagi?
“AZAZEL! Kau hidup lagi??! Bagaimana bisa??” teriakku marah.
Tommy langsung berlari ke belakangku dan menarik-narik tanganku supaya lari. Aku menahannya. Aku benci sekali dengan iblis prajurit utama ini.
“Jumpa lagi, bintang kelima... Kau lihat armor baru ini... Lihat lambang A terbalik ini... Ini lambang tuanku LUCIFER! Ini disebut ARMOR 10 NERAKA... Dengan ini aku bisa hidup kembali... plus berlipat ganda menjadi 10 AZAZEL yang mencari kalian para lima bintang,” jawabnya.
“Kurang ajar! Kau mau kuhancurkan sekali lagi??” ancamku. Mudah-mudahan ia tidak tau kalau BRO-ku telah menjadi mini.
“Silahkan saja... Aku sudah siap... Lebih tepat lagi.. kami telah siap... He... he... he... " cetusnya dan dari belakangnya, muncul seekor AZAZEL lain. Benar ada 10 AZAZEL dan 2 sedang di sini.
Tidak ada jalan lain... LIBRO dan EBRO akan menghadapi masing-masing satu AZAZEL. Baiklah. “LIBRO! EBRO! Keluar! Hancurkan mereka sekali lagi!” seruku.
Kedua core miniku segera keluar dan menghadang iblis prajurit utama itu.
“Heh... he... he... he... Kalian sudah menjadi mini lagi... Kalian bukan tandinganku kalau begitu... Heaaaaa!” seru satu AZAZEL menerjang turun dari papan basket disusul yang satunya.
LIBRO yang berbentuk ular tanah besar itu bisa menghindari serangan itu. Begitu juga dengan EBRO, dengan terbang.
“Len...? Kenapa kau bisa kenal dengan monster-monster itu?... Dan... kau juga punya monster... yang bisa kau perintah..?” tanya Tommy dari belakang punggungku.
“Mereka itu bukan monster... Tetapi iblis! Aku tidak punya monster... Mereka itu adalah core... bagian dari diriku.. Aku sudah pernah menghadapi satu AZAZEL ini... Tapi dia hidup lagi dan menjadi 10! Sangat merepotkan... Seandainya BRO petarung bisa kembali... " jawabku.
“Aku tidak mengerti... " keluhnya.
“Tidak usah mengerti... Yang penting... Kau berlindung saja di belakangku... dan jangan coba lari... Mereka bisa mengejarmu... Siapa tau ada iblis lain di sini... " perintahku padanya.
“Terima kasih, Len... " jawabnya pendek. Dia mungkin ketakutan. Tapi aku tak bisa melihat mukanya. Lebih baik tidak, ia bisa malu. Ini saja sudah memalukan kalau wanita melindungi laki-laki. Jangan membuatnya lebih malu.
Kedua core miniku bertarung dengan mati-matian. Memang benar, mereka tidaklah lawan yang seimbang dengan kedua AZAZEL ini. Apalagi dengan ARMOR 10 NERAKA itu. Sudah bagus kalau mereka tidak terkena serangan.
Jadi sepanjang pertarungan mereka hanya bisa menghindar dan berkelit dari pukulan dan tendangan iblis monyet ini.
Gerakan lincah dan cepat kedua AZAZEL ini segera merepotkan LIBRO dan EBRO. Dan akhirnya beberapa serangan mendarat di tubuh mereka, membuat mereka terjengkang di tanah.
Untungnya mereka masih mampu bangkit dan bersiap untuk menghadapi iblis-iblis itu lagi.
Dan lagi-lagi mereka terkena hajaran yang sangat telak. Aku berteriak-teriak agar mereka bersemangat dan kembali bangkit. Mereka kembali bertarung dan kena hajar lagi. Sangat menyakitkan sekali.
Akhirnya mereka sama sekali tak mampu bergerak. Mereka terbaring diam di tanah. Gawat! Mereka kini mengincarku. Lebih gawat lagi... Aku juga harus melindungi Tommy!
“Tom... Tetaplah di belakangku... Kita akan berkelahi dengan iblis-iblis ini!” ia tetap memegangi bajuku agar tetap di belakangku seperti yang kusuruh.
“Maju kalian! Kalian pikir aku takut!’ seruku memasang kuda-kuda Taekwondo-ku. Aku sudah sabuk hitam di umurku ini. Mudah-mudahan latihanku selama ini ada gunanya.
Sebuah tendangan keras untungnya masih bisa kutahan. Tapi sangat keras sekali sampai tanganku terasa kebas dan ngilu. Menyusul sebuah tendangan susulan dan pukulan dari dua AZAZEL sekaligus.
Aku tak bisa bertahan lebih lama lagi. Tommy entah sudah berada dimana. Mungkin dia sudah lari dari tadi karena aku tak merasakan ia memegang bajuku.
Itu dia...! Dia tergeletak disana.
“Heh... Anak ini mau coba-coba denganku... " seru satu AZAZEL.
Apa?? Tommy pasti melawannya juga! Anak itu memang bodoh sekali. Dia kan lemah!
AZAZEL itu bermaksud menginjak kepalanya!
“Jangan!” seruku sambil menghambur padanya. Dengan sebelah bahuku, aku menghantam AZAZEL itu hingga terdorong menjauhi Tommy.
“Hmm... Ada hubungan apa kau dengan anak ini? Sepertinya dia sangat berarti bagimu... " seru AZAZEL itu licik.
“Pasti ada hubungan yang istimewa antara mereka berdua... Bintang kelima ini sangat melindunginya... Mungkin kekasih... " cetus AZAZEL yang satu lagi.
“Kalian jangan coba-coba mengganggu temanku! Aku akan sangat marah!” seruku sekuatnya.
“Aku mau lihat... bagaimana kalau kau marah... " godanya.
“Mungkin kalau kita bunuh anak itu... Ia akan sangat marah... " sambung temannya.
“Ayo... Kita bunuh anak itu... dan lihat seberapa marah dia... " setujunya.
“Kalian...!” darahku terasa bergelegak mendengar ocehan mereka yang berencana membunuh Tommy.
HEEHHRRRRRRHHHHHHHHH!
Tubuhku terasa bergetar... Lebih terasa seperti gempa. Tapi akulah pusat gempa itu.
TREMOR! VIOLENCE!
Tubuhku terasa penuh dengan energi. Energi yang sangat meluap-luap. Kedua anting tengkorak itu terasa menggabungkan diri menjadi sebuah anting baru yang lebih besar dengan lambang tengkorak dan sepasang sayap. Yang pertama kulihat, tubuhku menjadi kuning dan bahuku yang membulat besar. Ada tiga pasang besi tajam yang menonjol disana persis kepunyaan BRO petarung. Didadaku ada sebuah plat yang muncul. Kedua tanganku terasa kuat dengan otot-otot besi dari semacam hidrolik yang mengepulkan uap. Ditinjuku, ada tiga besi tajam sebagai pemukul. Kakiku juga kuat dengan berbagai penguat hidrolik. Hmm... Dengan begini... aku bisa melanjutkan pertarunganku dengan kedua iblis ini tanpa ragu lagi.
“Maju kalian semua!” seruku

Mendapat kekuatan seperti itu, memberi semangat baru bagi Hellen. Walau terlihat berat, tetapi ia bisa bergerak dengan ringan. Tidak seperti BRO yang berbobot berat.
Walau sendirian, TREMOR Hellen bisa mendesak kedua AZAZEL itu. Pukulan dan tendangan merekapun tak terasa di kulitnya yang keras. Tubuhnya seperti mempunyai jirah yang melindungi seluruh tubuhnya.
Malah beberapa pukulan keras mampir ke dua AZAZEL itu. Armor yang mereka kenakanpun sudah mulai penyok dibeberapa bagian akibat kerasnya pukulan itu.
Entah sudah berapa kali mereka terjengkang jatuh dan jatuh lagi. Tapi mereka terlalu malu untuk lari dan mengaku kalah.
“Kalian tak akan selamat sekarang! LIBRO! EBRO! Kembalilah ke wujud petarung kalian! BRO!” seru TREMOR Hellen.
Kedua core itu lalu membumbung tinggi berdempetan lalu meluncur untuk menghantam bumi dan dengan suara keras mereka melubangi tanah. Debu yang dihasilkannya menutupi proses berikutnya. Selanjutnya adalah lubang itu bertambah lebar karena ada sesuatu yang merangkak keluar dari sana. BRO petarung!
“Bagus! Hancurkan yang ini!” seru TREMOR Hellen sambil menuju satu AZAZEL. Ia menangkapnya tepat di kepala. Iblis itu meronta-ronta karena tubuhnya diangkat ke atas.
“MACRO FIST!” seru BRO dan meluncurlah pukulan tangan kanannya, mengarah tepat ke tubuhnya. ARMOR 10 NERAKA-pun tak kuasa menahan pukulan ini hingga menembus tubuh AZAZEL, membuat sebuah lubang besar menganga.
TREMOR Hellen melepaskan kepalanya dan AZAZEL berderai hancur dan memudar hilang.
“Sekarang giliranmu!” seru TREMOR Hellen berpaling pada AZAZEL yang satu lagi. Ia sangat ketakutan melihat apa yang baru terjadi pada temannya.
Ia berusaha menghindar dengan berzig-zag cepat dan... Hup!
“Kau tidak bisa menembakku dengan tangan itu jika aku punya anak ini sebagai perisai, kan?” serunya setelah mendapat Tommy. Ia sangat licik menggunakan Tommy sebagai sandera.
“Mau apa kau dengan dia? Lepaskan atau aku tidak akan segan-segan lagi padamu... " seru TREMOR Hellen marah.
“Aku tidak takut! Kau tak akan berani mencelakakan anak ini... Dia sangat berarti bagimu... He..he... he... " serunya merasa senang.
“Sial! Saat aku bisa menang dengan mudah... Iblis ini memakai cara licik untuk menahanku. Apa yang bisa kulakukan? Aku tak mungkin membuat Tommy celaka,” katanya dalam hati.
“Apa maumu?? Sebutkan!” serunya akhirnya pasrah.
“Bagus! Mundurkan BRO dan kembalilah menjadi manusia... Bentukmu itu sangat berbahaya! Ayo!” perintahnya.
TREMOR Hellen menyuruh corenya mundur, “Aku tidak tau cara menjadi manusia kembali... Ini kali pertamaku!” serunya kemudian.
“Apa??! Kurang ajar! Jadi gara-gara aku.. jadinya kau bisa berubah jadi VIOLENCE itu? Sial...! Sial!” kutuknya kesal.
“Padahal dulu aku ingin sekali mencicipi manusia lima bintang ini... Heh... Bentuk VIOLENCE-nya mungkin akan lebih enak... Aku belum pernah main sama VIOLENCE... Hmm... " pikirnya kotor sekali.
“Ya sudah! Mendekatlah kemari! Jangan macam-macam! Cowokmu ini bisa mati ditanganku! Ingat itu!” serunya.
TREMOR Hellen berjalan mendekat tanpa berusaha untuk menjaga dirinya. Ia berdiri tepat didepan AZAZEL yang mendekap Tommy sebagai tameng.
“Jangan bergerak!” katanya sambil mengulurkan tangannya ke arah dada TREMOR Hellen. Ia langsung meremasi dada itu dengan semangat sekali.
Karena rasanya kurang puas, ia memindahkan tangannya ke selangkangan mahluk VIOLENCE itu. Ia mencari-cari lubang vaginanya. Sepertinya tidak ketemu... “Mana...?”
KPPRRRUUUKKKKK!
Suara itu berasal dari kepalanya yang dihajar dengan pukulan tangan kiri TREMOR Hellen. Iblis itu terdorong jauh sekali dan berusaha bangkit dengan susah-payah. Kepalanya sudah tidak berfungsi lagi karena remuk.
“Habisi dia, BRO!” seru TREMOR Hellen memberi perintah terakhir.
“MACRO FIST!” dengan cara yang sama, BRO menembakkan tangan kanannya yang terbukti ampuh.
Hasilnya sama dengan AZAZEL pertama. Tubuhnya berlubang mengerikan dan akhirnya hancur berantakan dan hilang sama sekali.
“Tom... Tommy... Sadar, Tom?” seru TREMOR Hellen berusaha membangunkan anak itu. Tapi tak berhasil juga. “Bagaimana ini, BRO? Dia tak bisa bangun... " khawatirnya.
“Kita bawa dia ke rumahmu... Kalian bisa bersatu disana untuk mengembalikan wujud manusiamu dan membangunkannya secara bersamaan... " jawab BRO.
“Bersatu apa maksudmu?” tanyanya tidak jelas.
“Bila dengan istilah kalian... Main dengannya bisa mengembalikan wujud manusiamu... Tetapi hanya dengan dia..” jelas BRO.
“Apa! Main dengan anak ini...? Masa harus begitu... Betul itu caranya, BRO?” yakin TREMOR Hellen bimbang.
Core itu hanya mengangguk. “Hanya itu caranya... Hanya dengan anak ini... "
TREMOR Hellen terdiam. Ia teringat waktu ia kemarin melihat penis anak ini yang sangat besar... Mungkin saja ia suka.
“Baiklah... Kita bawa dia pulang... ke kamarku saja... " putus TREMOR Hellen akhirnya.
Dari plat di bahunya, TREMOR Hellen mengeluarkan dua buah sayap kecil seperti milik BRO. Dan dengan itu mereka terbang bersama menuju rumah, pulang.
Mereka masuk lewat jendela agar tak ada yang melihat. Tommy yang digendong TREMOR Hellen, lalu dibaringkan di atas ranjang.
Terakhir kali, TREMOR Hellen meyakinkan dirinya dengan melihat pada corenya yang mengangguk mendukung. Mahluk VIOLENCE itu lalu membuka seluruh pakaian teman sekelasnya itu hingga telanjang bulat.
Yang menjadi perhatiannya adalah penisnya yang masih kecil. Mungkin setelah dirangsang baru akan mencapai ukuran yang kemarin. Ia lalu duduk bertumpu pada lututnya, mengangkangi kaki Tommy. Tapi tidak berani mendudukinya, bisa patah kaki anak itu.
TREMOR Hellen lalu mulai mengocokinya perlahan lalu bertambah cepat seiring bertambah besarnya batang itu. Dapat dibayangkan bila kita mendapati diri kita sedang diperlakukan begitu oleh mahluk aneh yang kita kira monster. Sangat mengerikan.
TREMOR Hellen menjadi sangat terangsang karena perbuatannya sendiri dan mulai memasukkan batang itu ke mulutnya. Segera ia mulai menghisap dan menyedot penis teman sekelasnya itu dengan semangat.
Pekerjaannya berhasil membuat batang penis itu mencapai ukuran maksimal yang pernah disedotnya kemarin. Karena telah dirasa cukup, TREMOR Hellen maju sedikit keatas hingga posisi vaginany pas diatas penis Tommy.
TREMOR Hellen bermaksud membukakan bibir vaginanya saat ia ingat kalau tadi AZAZEL tidak dapat menemukannya.
“Eh... Ada?... Tapi tadi waktu dipegang AZAZEL... pepekku tidak ada... Sekarang kok bisa ada? Kenapa bisa begitu, BRO?” tanya TREMOR Hellen pada core-nya yang berdiri disampingnya.
“Ini hanya bisa terjadi, bila kau ada didepan anak ini. Hanya rangsangan yang dibuatnya, yang bisa membukakan pintu itu... Kau sudah melihatnya sendiri... Hanya dengan anak ini saja kau dapat melakukannya dalam bentuk VIOLENCE ini... " jelas BRO.
TREMOR Hellen menggenggam batang yang sudah tepat diantara bibir vagina VIOLENCE-nya dan mulai menurunkan pantatnya.
“UUUuhhhhhhhhhhhhhhh... Enak sekali... " serunya keenakan saat semua batang itu meluncur masuk dan memenuhi liang vagina VIOLENCE-nya.
Ia lalu mulai menggerakkan seluruh tubuhnya agar batang itu terkocok dengan lancar tanpa berhenti sebentarpun. Sepertinya TREMOR Hellen sangat menikmati seks barunya dengan anak ini.
Sungguh pemandangan yang sangat ganjil sekaligus menyeramkan bila melihat permainan seks antara mahluk violence dengan manusia ini. Tubuh VIOLENCE Hellen sangat tidak seimbang dengan tubuh Tommy yang kecil.
Tommy sama sekali tidak tersadar walaupun tubuhnya sedang tertindih beban berat begitu. Apalagi ia sedang bercinta dengan mahluk VIOLENCE ini.
TREMOR Hellen yang mendapatkan kenikmatan, dengan perlahan mulai memulihkan dirinya ke wujud manusianya. Diawali dari kepala dan seluruh wajahnya hingga menampakkan wajah remajanya kembali. Lalu berlanjut hingga leher, badan, kedua tangan, pinggang dan kedua kakinya.
Saat itu, barulah Tommy mulai membuka matanya dan melihat wajah Hellen yang badannya sedang melakukan morphing. Awalnya takut tetapi kemudian jadi tenang setelah teringat mimpinya tadi. Ia membiarkan Hellen tetap memompakan pinggangnya di batang penisnya. Mereka kini saling memandang.
Setelah seluruh tubuhnya berubah menjadi manusia kembali, Hellen langsung menundukkan kepalanya dan melumat bibir Tommy. Hal ini juga dilakukan Tommy hingga kini mereka saling bergelut di tempat tidur Hellen.
Sekarang Hellen telah menjadi normal, hingga relatif ukuran tubuh mereka serupa hingga tak ada masalah hingga Tommy mengambil kendali permainan seks itu dengan memompakan sendiri batang penisnya yang besar. Hellen hanya menerimanya dengan senang hati.
Setelah beberapa lama, Tommy akhirnya memuntahkan spermanya di liang vagina Hellen sambil tetap memeluk bintang kelima ini dengan erat. Untuk beberapa lama, mereka terdiam tetap berpelukan.
“Apa seperti itu yang namanya mimpi basah, Len?” tanya Tommy ragu.
“Ini bukan mimpi basah lagi namanya... Ini tadi namanya ngentot... Masa kau nggak tau?” jawabnya langsung.
“Ih... Hellen ngomongnya jorok sekali... " risih anak itu.
“Jorok apaan...? Begini apa lagi namanya... Seks?” sambung Hellen membetulkan.
“Hmm... Ya... seks... " jawabnya pendek saja. “Tapi... bagaimana kita bisa lolos dari monster itu, Len?” tanya Tommy.
“Ng... Apa kau tadi liat... waktu aku berubah menjadi manusia lagi...?” tanya Hellen balik. Tommy mengangguk.
“Aku bisa berubah jadi monster itu untuk mengalahkan dua monster tadi... Sebenarnya mereka bukan monster... Hanya iblis... Dan aku tidak sendirian mengalahkannya... Dengan dia... " tunjuknya pada BRO yang berdiri di samping ranjang.
“Hahh?... Siapa dia?” kaget Tommy hampir lari kalau tidak ditahan Hellen. Ia hanya bisa berlindung di punggung Hellen.
“Perkenalkan... Dia BRO... Core milikku... Core itu adalah inti terdalam dari diriku... Kau tidak akan mengerti... " jelas Hellen.
“Milikmu... Maksudmu... kau bisa mengendalikannya?” tanya Tommy balik. Hellen mengangguk bangga membuat Tommy ternganga kagum.
“Monster... eh iblis itu datangnya dari mana, Len?” tanya Tommy lagi.
“Ya... dari neraka... " jawabnya seenaknya. “Mereka sebenarnya sedang mencari Carrie... pacarnya mas Satria... Mas Satria itu... abang sepupuku... " jelas Hellen lagi.
“Mencari Carrie? Untuk apa...?” tanya anak itu lagi.
“Untuk ngelunasi utangnya... Nggak ding... Mereka mencari Carrie... untuk membangkitkan kembali tuan mereka... LUCIFER... " lanjut Hellen.
“LUCIFER itu laki-laki atau perempuan?” tanya Tommy bego atau bagaimana.
“Hah? Laki-laki atau perempuan? Entah! Kalo perempuan... emangnya kau mau pacaran sama dia?” tanya Hellen sama begonya.
“Ngapain sama dia...? Kan ada Hellen... " jawabnya langsung.
“Heh...?” respon Hellen langsung terdiam. Mereka berdua diam. Sesekali mereka saling melirik dalam pelukan yang melonggar.
“Emangnya... kau mau sama aku?” tanya Hellen.
“Mau sekali... Apa Hellen... mau?” tanya Tommy.
“Heh... " jawab Hellen memperat lagi pelukannya. Tommy tersenyum lebar.
“Mau ngentot lagi?” ajak Tommy.
“Heh? Itu kau ngomong jorok juga... " balas Hellen.
“Ya, udah... Mau ngeseks lagi?” ulang Tommy.
“Ayo! Siapa takut... " jawab Hellen memasukkan penis Tommy yang masih menegang itu ke liangnya lagi. Dan mereka kembali mengulangi seks itu dengan lebih semangat.
 
agak aneh ya chapter ini krn si kembar lima mengalami hal yg persis sama karena menghadapi musuh yg sama.

Sekedar ngasih ide/saran suhu,
Kalo bisa updatenya per page aja...
kasihan yg buka pake hp, nge-scroll nya jauh kebawah

Maaf ya suhu kalo sarannya kurang berkenan
:ampun: :ampun: :ampun:

Temen2 yg lain jangan :bata: ya...
:ngacir:

begini ya gan maksudnya? memang sih per kasus dibaginya.
 
Ane juga :bingung: cara ngejelasinnya gan..,
maklum ane juga nubi disini :Peace:

Ane :baca: dulu yah...:beer:
 

Diva


Athena


Venus


Aphrodite


Hellen


Carrie


Dewi


Putri


Satria


Rio


Steven


Teo


Galang


Tommy

Chapter 13 : United

Saat kelima kembar itu baru keluar dari kamar mereka masing-masing, mereka semua turun sambil tersenyum lebar.
Pintu kamar mereka yang berada di lingkaran tengah lantai dua rumah itu membuat mereka bisa melihat pintu saudara-saudaranya yang lain.
Mereka berlima lalu turun dan duduk di sofa bawah. Masih dengan senyum lebar, kelimanya lalu masing-masing cerita.
“Jadi... kita semuanya udah bisa berubah VIOLENCE?” tanya Hellen meyakinkan dirinya lagi. Keempat saudaranya mengangguk mengiyakan.
“Eh... Elo berubah jadi gimana, Len?” tanya Venus.
“Hebat... kekuatanku seperti BRO... Aku bisa mengalahkan AZAZEL,... iblis monyet itu dengan mudah... " jawab Hellen semangat sekali. “Sekali hajar!... Armornya langsung hancur... Kepalanya keremukkan dengan tanganku sendiri... Hebat sekali, kan?” bangganya tentang TREMOR VIOLENCE.
“Aku juga hebat... dengan kekuatan VIOLENCE-ku sekarang ini... Aku bisa mengalahkan iblis manapun sekarang... Kalo iblis-iblis itu datang lagi... Aku akan membunuh mereka semua dengan tanganku... " bangga Venus tentang RUSH VIOLENCE-nya. “Lo gimana, Diva?” tanyanya pada Diva disudut.
“Sama... kurasa... semua kekuatan kita berimbang... Kita tidak usah khawatir lagi kalau kita berhadapan dengan iblis manapun... Dengan kekuatan ini... kita bisa menghancurkan iblis manapun... Kalau perlu LUCIFER juga kita yang lawan... " seru Diva.
“Betul... Apalagi kita sudah bisa mengembalikan core kita ke bentuk petarungnya... Kita tidak akan terkalahkan... Dengan cakarku yang tajam saja... AZAZEL itu dengan gampang aku bunuh... " seru Athena juga dengan bangganya.
“Apalagi kalau kita bisa membuat core kita ke bentuk ketiganya... Ingat, kan kalau kita bisa membuat mereka mencapai bentuk ketiganya... " seru Hellen mengingatkan.
“Eh, iya... Kalau bentuk ketiganya... kalau ia melotot saja... pasti iblis itu bakalan hancur... ha... ha... ha... " tawa Venus senang sekali mengingat fakta itu.
“Aku rasa AZAZEL yang kita hadapi tadi itu cuma prajurit utama kelas dua... Dengan prajurit kelas satunya... Pertarungan kita akan semakin berat... " gumam Aphrodite.
“Mas Satria pernah bilang... waktu pertama XOXAM ketemu AZAZEL... XOXAM bilang kalau AZAZEL itu hanyalah prajurit utama kelas dua yang belum mendapat penghormatan darah... Kalau begitu, kan artinya... kalau prajurit utama kelas satunya... yang telah mendapat penghormatan darah... akan jauh lebih kuat dari AZAZEL itu... " tambahnya.
“Benar juga... Berarti... AZAZEL itu belum ada apa-apanya dengan prajurit utama kelas satu... " sadar Diva.
“Eh... tumben kalau si Adit bisa berpikir begitu, ya?” sela Hellen. Aphrodite hanya bisa garuk-garuk kepala tak menyadari kepintarannya sendiri. Mereka tertawa melihat tingkahnya.
“Begini saja... kita akan cari jalan agar kita juga jadi lebih kuat... Lebih kuat dari yang sekarang... " ucapan Diva terhenti karena melihat seseorang muncul dari pintu kamar Aphrodite.
“Siapa itu, Dit?” tanyanya kemudian setelah orang itu mulai mencari-cari seseorang. Semuanya juga bertanya-tanya juga khawatir kalau-kalau pria yang ada di kamar mereka juga keluar.
“Mas Galang... kemari, mas... " teriak Aphrodite tanpa banyak pikir. Ia melambai-lambaikan tangannya agar pria itu turun menemui mereka.
“Dia itu mas Galang... aku mendapat gelang lengan ini dari dia... Mas Galang itu... mahasiswa yang juga guru TK... Katanya dia suka padaku... Hmm...” jelas Aphrodite.
Dengan tenang, pria yang bernama Galang itu menuruni tangga. Rambutnya masih basah. Ia kelihatannya baru saja mandi. Aphrodite sangat senang sekali melihatnya. Ia lalu menyusulnya ke tangga dan menariknya turun agar lebih cepat.
“Itu saudara-saudara Adit, ya?” tanya Galang pada Aphrodite yang menggamit tangannya. Ia mengangguk saja.
Setiba disana, ia lalu menyalami mereka satu-persatu memperkenalkan diri. Ia lalu diajak duduk di sana disamping Aphrodite. Anak itu terus saja menempel dengan pria itu.
Beberapa menit kemudian, seseorang membuka pintu kamar Diva. Diva yang duduk di bawah kaget sekali bercampur malu karena itu pasti Rio.
Rio yang masih dibalik pintu celingak-celinguk mencari Diva. “Diva... Diva... Kau dimana Diva...?” panggilnya berbisik. Memangnya bisa memanggil dengan cara begitu?
Ia akhirnya melihat kebawah dan menemukan Diva disana. Karena Diva sendiri menunduk, Athena dan Venus yang memanggilnya supaya turun.
Dengan berat hati, Rio turun dengan perlahan. Saat tiba disana ia lalu duduk di samping Diva. Mereka saling melirik lalu menunduk lagi.
Sebuah pintu terbuka lagi. Itu pintu kamar Athena. Ia Steven. Begitu keluar dari pintu, ia langsung melihat Athena yang duduk di sofa bawah. Dengan tenang ia turun dan menghampiri mereka.
“Eh... Then... Itukan Steven...? Penyanyi ngetop sekarang...?” bisik Venus pada Athena.
“Hm-m... Memang Steven... Aku kan udah bilang kalo Steven yang punya cincin api itu... Nggak percaya, sih?” balas Athena.
Setelah menyalami semuanya, ia lalu duduk di samping Athena dan merangkul pinggangnya.
Melihat kalau ketiga saudaranya membawa laki-laki ke kamar mereka dan memperkenalkan diri, Venus juga merasa tak mau ketinggalan. Ia langsung setengah berlari menaiki tangga ke kamarnya.
Sebentar kemudian, ia sudah kembali dengan menarik tangan Teo. Cowok gondrong itu dengan sungkan menuruni tangga dan bergabung dengan mereka semua setelah memperkenalkan diri.
Tinggal Hellen yang belum berani membawa Tommy keluar dari kamarnya. Saat Hellen masuk ke kamarnya, Tommy nggak mau keluar karena tadi ia sudah mengintip keluar dan melihat semua orang di sana.
Ada kembaran Hellen yang lain, pria-pria itu juga ada Rio yang juga ia kenal. Ia jadi sangat nggak percaya diri untuk hanya sekedar keluar kamar dan turun.
Hellen terpaksa harus mengancamnya untuk membuatnya keluar kamar. Kalau tidak ia tidak akan bisa pulang. Pulang malam begitu saja, dia pasti dimarahi. Apalagi tidak pulang?
Ia mengikuti Hellen dari belakang, menuruni tangga. Diva dan Venus melambaikan tangannya dari bawah sana, menggoda anak itu. Sebab di sekolah itu, Tommy memang terkenal lemah. Jadi sangat kontras jika berpasangan dengan Hellen yang enerjik dan kuat.



“Diva... Dimana kalian?” seru Putri yang baru datang dari rumahnya di sebelah. “Diva... Athena... Venus... Adit... Hellen... . .” suaranya makin menggema mendekat.
“Kalian dimana...?” akhirnya ia tiba di tengah-tengah ruangan tempat mereka semua sedang duduk. “Eh... Sedang rame, ya...? Sori... sori... " malu Putri karena telah bersuara keras.
Menyusul di belakangnya Satria, Carrie dan Dewi. Karena sudah tidak cukup tempat untuk duduk, mereka hanya berdiri saja di sana.
“Jadi... kamu yang namanya... Satria...?” tanya Steven pada Satria setelah mereka yang baru datang itu memperkenalkan diri. Sepertinya dia masih cemburu karena dialah lelaki pertama bagi Athena.
“Ya... Saya Satria... Saya kakak sepupu bagi mereka berlima... " jawab Satria senormalnya.
“Jadi karena pacarmu ini... sekarang kita dalam masalah seperti ini... Masalah iblis-iblis ini...?” tanya Steven agak sengit.
“Eh... Asal tau aja... Kami tidak pernah meminta kamu untuk ikut-ikutan masalah ini... Ini masalah keluarga kami... Kami sudah menghadapinya sebelum kamu masuk kemari... " potong Putri membela Satria. Satria yang dibela malah menenangkannya.
“Eh... Jangan mentang-mentang kamu artis... bisa sok kuasa... Ini hanya karena kamu dekat sama Athena aja, ya... " Dewi pun ikut bergabung membantu.
“Udah... Steven kenapa, sih ngomong begitu...?” bisik Athena jadi risih. “Kan udah Athena bilang... Ini masalah keluarga... Aku juga termasuk di dalamnya... " lanjutnya.
“Memang... Kami semua di sini ... sedang melindungi Carrie... Kami melakukannya dengan senang hati... Tidak ada paksaan... Kami melakukannya karena kami mampu untuk itu... " jawab Satria akhirnya.
“Kami... tidak mau... ada lebih banyak lagi penderitaan... karena perbuatan iblis-iblis itu... Lagipula... aku pribadi... sangat mencintai Carrie... Aku tidak mau kehilangannya... Kalian pasti mengerti perasaan itu... " ujar Satria penuh perasaan.
Semua mata menatap Satria. Carrie yang berdiri di belakangnya, mendekat dan menggenggam tangannya erat sekali.
“Maaf... " hanya itu yang bisa keluar dari mulut Steven. “Aku belum pernah mengenal perasaan yang seperti itu... Maaf..”
“Tapi kalian tidak bisa... hanya menunggu mereka menyerang... Itu sangat putus asa sekali... Mereka sudah tau siapa yang mereka cari dan pasti sudah tau harus mencari kemari... Mereka pasti sedang menunggu kalian lengah... " kata Galang tiba-tiba.
“Maksudnya?” tanya Putri dan semua mata tertuju padanya.
“Tentu iblis-iblis ini sangat pintar dan juga kuat... Mereka sedang merencanakan sesuatu dan kalian tidak boleh berdiam diri... Harus ada rencana dan usaha untuk menggagalkan rencana mereka itu... Membangkitkan LUCIFER, kan?” jelas Galang.
“Kalian harus tau... Bagaimana cara mereka membangkitkan LUCIFER dan bagaimana Carrie digunakan untuk membangkitkan tuan mereka itu...? Apa maksudnya HOLY LIGHT itu dan bagaimana caranya HOLY LIGHT membuat LUCIFER bangun...?” tambahnya. “Apa kalian sudah tau itu?”
“XOXAM! Keluarlah!” seru Satria memanggil core-nya. Core itu segera muncul di depannya.
“XOXAM... Apa kau tau cara mereka membangkitkan LUCIFER...?” tanyanya pada core itu.
“Pertama sekali mereka harus mendapatkan HOLY LIGHT dari Carrie... dan dengan sebuah ritual... manusia yang akan mereka pilih... digabungkan dengan HOLY LIGHT... lalu LUCIFER akan kembali ke dunia ini... " jelas XOXAM.
“Apa itu maksudnya HOLY LIGHT... dan bagaimana Carrie bisa menjadi HOLY LIGHT?” Galang memberanikan diri bertanya pada XOXAM.
“HOLY LIGHT adalah kekuatan khusus berupa sinar suci untuk menetralkan kunci yang telah dipasang pada LUCIFER saat terakhir kali para malaikat langit berperang melawan para iblis... Sejak itu LUCIFER terkunci dan tidak pernah ada jejak HOLY LIGHT... sampai sekarang... Mereka mencium adanya tanda-tanda itu pada Carrie... " jelas XOXAM.
“Kalian pernah bilang kalau kalian pernah bertarung dengan para prajurit utama LUCIFER dan selalu berhasil mengalahkan mereka... Apa mereka sedang memperebutkan HOLY LIGHT juga?” tanya Dewi.
“Bukan... hanya sekali ini saja HOLY LIGHT muncul... Waktu itu mereka berusaha membangunkan LUCIFER dengan cara lain... yaitu dengan menghancurkan kunci itu secara paksa... Kami berhasil mengalahkan mereka... Nampaknya ada kekuatan yang berhasil membangunkan kembali para prajurit itu... Tapi itu di luar pengetahuanku... " jawab XOXAM.
“Benar juga... Pasti ada pihak yang berusaha membangunkan LUCIFER... Pihak di balik layar ini yang belum kita ketahui sama sekali... Itu karena kita hanya menghadapi iblis saja... " sadar Hellen.
“Orang macam apa yang mau LUCIFER menguasai dunia ini... Apa dia sangat benci dengan dunia ini...?” tanya Putri tak pada siapapun.
“Yang pasti dia orang yang sangat berbahaya... Kekuatan kebenciannya sangat besar hingga bisa mengundang iblis-iblis ke dunia... " simpul Galang.
Mereka semua terdiam...

*****************************************************************************
 
Cerita bagus gini kok yg komen dikit ya?
Lanjutin lg suhu ane demen nih cerita...
Kira2 siapa yg lawannya ya....
 
mungkin krn 1 halaman trlalu bnyk isiny...jd mw baca cape dluan
keep moving suhu dg karyanya...usahakan tiap halaman hny 1 chapter aja biar ga kpanjangan...jd enak bacanya nyantai..klo bnyk gni mata pun cape yg timbulny mles baca crita ini
 
Malam itu berlalu setelah mereka, Rio, Steven, Teo, Galang dan Tommy pulang. Bila para laki-laki itu dilepas mereka hanya sampai depan pintu rumah, Hellen harus mengantar Tommy sampai ke rumahnya. Tau, kan bagaimana Tommy.
Lalu setelah itu mereka semua berkumpul lagi di kamar Putri. Sepertinya untuk berdiskusi lagi.
“Sorry... I’ve put all of you in one big messy problem, honey... " ("Maaf. Aku telah menyebabkan masalah yang sangat besar, sayang") kata Carrie saat sedang menunggu Hellen datang.
“No... no... Don’t say that... It’s okay... This problem is nothing compared to the family bond we got... If one got a problem... it’s anyone’s problem then. Otherwise... if it not us... who’s gonna fix up this mess... You know we’re able to... with this VIOLENCE and core... I’m sure this is no big deal... Trust me!” ("Tidak-tidak. Jangan katakan itu. Tidak apa-apa. Masalah ini tidak bisa dibandingkan dengan ikatan kekeluargaan kita. Jika salah satu mendapat masalah, itu menjadi masalah yang lainnya. Lagipula, jika bukan kami, siapa yang harus menghadapi masalah ini. Kau tau kami mampu, dengan VIOLENCE ini dan core juga. Aku yakin ini semua bisa diatasi. Percaya padaku!") yakin Satria pada pacarnya yang semakin cemas.
“But... we haven’t got any clue... when or whether they’ll gonna attack us again... " ("Tapi kita sama sekali tidak tau kapan atau apakah mereka akan menyerang kita lagi") katanya lagi.
“Then... we’ll wait... if it’s necessary... Don’t worry... Just be patient and everything’s gonna be okay... " ("Kalau begitu, kita akan menunggu kalau perlu. Jangan khawatir. Sabar saja semuanya akan baik-baik saja") hibur Satria.
“Itu Hellen sudah datang... Sini cepat... " seru Diva saat yang mereka tunggu sudah ada di balik pintu.
“Gimana... Kita diskusiin apa lagi?” tanya Hellen saat ia sudah duduk di bantal besar di kamar Putri ini.
“Kita buat strategi yang tidak lagi menunggu para iblis itu... menunggu... Biar mereka mengubah rencana mereka dan mendatangi kita langsung... " jelas Putri.
“Tapi kita bukan menunggu... Mulai sekarang... Kita yang akan mencari mereka... Tapi.. tidak boleh sendiri-sendiri... Walau kalian sekarang kuat... minimal kalau sedang keluar... kalian harus berdua... bertiga lebih baik... " tambahnya.
“Kan kita bisa jadi VIOLENCE atau memakai core, mbak?” pendapat Athena.
“Ya, tau... Tapi waktu itu kalian hanya menghadapi dua AZAZEL yang prajurit kelas dua. Kita tidak tau kekuatan sebenarnya dari prajurit utama dibanding yang kelas duanya itu... Paham?” jelas Putri lagi.
Mereka semua mengerti.
“Lalu bagaimana cara mencari mereka... Kita bahkan tidak tau markas mereka dimana...?” tanya Venus.
“Oke... Begini... Kita mencari mereka dengan cara begini... " ujar Putri sambil mengeluarkan sebuah peta kota. “Aku sudah mengumpulkan data-data kemunculan iblis-iblis itu di kota... Dari saat pertama mereka mulai memperkosa orang-orang secara acak... Lalu penyerangan mereka terhadap kita... Dari lokasi-lokasi ini kita bisa mengetahui pusat operasi mereka dimana... " kata Putri dengan memberi tanda di atas peta kota itu.
“Lokasi-lokasi kegiatan mereka berpusat di beberapa titik utama ini... Kalau kita hubungkan satu sama lain... Kita bisa mengetahui pusatnya... " serunya sambil membuat garis penghubung antara titik-titik itu.
“Lihat ini... ternyata mereka beroperasi berdasarkan bidang berbentuk bintang terbalik ini... Kalau tidak salah ini adalah lambang setan... LUCIFER!” seru Putri menyimpulkan.
Benar sekali, ternyata serangan sporadis mereka rupanya tidak sesporadis yang terlihat. Mereka sangat terorganisir dalam bekerja dan juga sistematis.
“Dan lihat ini... Saat mereka memperkosa orang-orang... Perlahan-lahan mereka menyisir wilayah itu sampai akhirnya mereka mencapai ke tengah wilayah bintang terbalik ini... Rumah kita... ada di daerah tengah bintang terbalik ini... Mengerti?” jelas Putri dengan gamblang.
“Wah... mereka hebat sekali bisa mencari begitu... Tapi apa gunanya mereka mencari secara acak pada awalnya itu? Apa ada alasan tertentu, mbak?” tanya Hellen.
“Ada banyak kemungkinan... Mereka bisa saja mengumpulkan kekuatan... Atau sekedar ingin mencicipi manusia saja... Bisa alasan apapun... Atau bila beruntung mereka bisa menemukan HOLY LIGHT dengan cara begitu... " jelas Putri.
“Tapi sekarang mereka sudah tau harus mencari Carrie... Sudah tidak ada lagi iblis-iblis yang muncul kecuali para prajurit utama... Karena mereka tau akan berhadapan dengan siapa... Dengan kita dan core... " sambung Dewi.
“Lalu... mencari mereka... bagaimana?” tanya Hellen.
“OK... Coba lihat peta ini... Kita harus mencarinya berpasangan... Diva dan Venus... mencari di daerah ini... " tunjuk Putri pada satu bidang garis. “Kalian mencari dari sini... sampai ujung sini... Para core kalian pasti bisa mengetahui kalau ada jejak para iblis itu... Mengerti?” lanjutnya.
“Lalu... Athena dan Adit... cari di sini... " tunjuk Putri pada bidang yang lain. “Sama seperti Diva sama Venus tadi... cari dari sini... sampai ujung... "
“Aku dan Hellen... akan mencari ke daerah ini... " tunjuknya pada bidang ketiga. “Dewi dan Satria akan tetap di rumah... Menjaga tempat ini dan Carrie... " sambungnya.
“Pada hari berikutnya, kita akan teruskan pada dua daerah yang tersisa... bersama-sama... Bagaimana? Ada pertanyaan?” tanya Putri pada semuanya. Mereka semuanya sudah jelas.
“Ok... Semuanya sudah mengerti... Hmm.. sekarang sudah jam 11.00 malam... Kita harus tidur... Besok sekolah... dan pulangnya kita langsung bekerja... Tinggalkan semua les tambahan kalian... dan mulailah setelah sampai di rumah... Okey?” perintah Putri.
“OK!” jawab mereka serentak. Lalu mereka masing-masing kembali ke tempat mereka masing-masing. Kembar lima itu pulang ke rumahnya. Putri dan Dewi tetap di kamar itu, Satria dan Carrie masuk ke kamar Satria.

*****************************************************************************

Satria :
Ada apa ini? Perasaanku jadi tidak enak... Apa ada sesuatu yang akan mengganggu kami?
Aku jadi gelisah setelah Carrie tertidur. Aku pandangi wajahnya yang tenang saat ia bernafas dengan hembusan pelan. Aku tak tau apa jadinya aku tanpa dia.
Apa aku takut kehilangannya?... Tentu saja. Tapi perasaan gelisah ini tak kunjung hilang juga. Pasti akan terjadi sesuatu.
Aku segera menyuruh XOXAM untuk keluar dan berjaga. Ia mengatakan kalau ia juga merasakan kalau rumah ini sedang diawasi. Tetapi ia sendiri tidak tau siapa yang mengawasi.
Yang pasti diketahui XOXAM kalau mereka jauh dari sekitar rumah ini. Walau begitu hawa ancaman mereka mau tak mau sangat menggangguku.
“Satria... aku baru menyadari... Bahwa... di rumah ini ada pelindungnya... " ujar XOXAM.
“Pelindung? Pelindung apa, XAM?” tanyaku balik.
“Pelindung ini sangat kuat... Kalau aku tak diijinkan masuk... akupun tidak akan bisa menembus pelindung ini... Mungkin juga para prajurit iblis itu... bahkan LUCIFER sekalipun tidak akan bisa menembusnya... " jelas XOXAM.
“Wah... kuat sekali... Siapa yang memasangnya...?” tanyaku kagum sekali. Ternyata ada pelindung sekuat itu di rumahku sendiri.
“Aku tidak tau pasti... Tapi pelindung ini baru saja dipasang... oleh... “ XOXAM menghentikan kata-katanya.
“Papa yang pasang... " suara seseorang dari balik pintu.
“Papa...?” kagetku. Papa kan ada di Paris? Kenapa cepat sekali pulangnya? Waduh... Carrie masih tidur tanpa baju di ranjangku... Mampus aku...
“Se-sebentar, pa... " seruku mencoba mengantisipasi keadaan.
Saat aku mencoba membangunkan Carrie... “Sudah... Dia jangan dibangunkan... Kasihan... " kata Papa. Yang membuatku kaget adalah cara Papa masuk. Ia menembus pintu.
“Kenapa? Kau kaget melihat Papa ada di sini?” tanya Papa tenang saja.
“Hng... Bagaimana Papa bisa menembus pintu?” tanyaku takjub sekali.
“Heh... Tenang saja... Papa masih ada di Paris... Ini cuma bayangan Papa yang Papa kirim ke rumah... " jawabnya.
“Bayangan?... Bagaimana caranya?” tanyaku bengong.
“Hei... Kamu kira kamu dapat kekuatan seperti sekarang ini darimana... Semua orang dalam keluarga ini... punya kekuatan masing-masing... Kalau cuma mengirim bayangan seperti ini... masalah kecil... " jawab Papa.
“Kekuatan... Jadi Papa yang membuat pelindung di rumah?” tanyaku menyimpulkan.
“Benar... Kalau pelindung itu baru masalah besar... Itu menggunakan seluruh kekuatan Papa dan Oom Ron... Namanya Neo Enam Agung... Ia merupakan formasi enam kekuatan yang kami bagi berdua... " jelas Papa.
“Ini... core itu?” tanya Papa setelah ia melihat XOXAM yang berdiri di sudut kamarku.
“Ya... namanya XOXAM... Dia black core..” jawabku.
“Hmm... Bagus... XOXAM... Jaga anakku baik-baik, ya? Kalian akan menghadapi pertarungan yang sulit nantinya... " nasihat Papa pada coreku. XOXAM mengangguk pelan dengan yakin.
“Ah... Ini dia... Jadi semua karena wanita ini, ya...?” ujar Papa mendekati Carrie yang masih tertidur di ranjangku. “Dia cantik, ya?”
“Ya... he..he... Namanya Carrie, pa... " jawabku malu.
“Tidak apa... Papa tidak marah... Asal Satria mau bertanggung jawab penuh dan tidak menyakitinya... Papa akan mendukung... semua tindakanmu... " kata Papa membuatku tenang.
“Jaga dia baik-baik... Dengan sepenuh jiwamu... " katanya lagi. “Ok... Papa mau pergi dulu... "
Saat kaki Papa sudah menembus pintu, Carrie mulai bangun. Ia buru-buru merapatkan selimut menutupi tubuhnya. Melihat itu Papa jadi berbalik lagi.
“Hi, sweetie... Take care my son... Okay?” ("Hai, manis. Jaga anakku, ya?") kata Papa di depan wajahnya sedikit menunduk. Lalu ia pergi menembus pintu dengan cepat dan hilang.
“Who... who’s that?” ("Siapa-siapa itu?") tanya Carrie ketakutan.
“Don’t worry... He’s my dad... " ("Jangan khawatir. Itu tadi ayahku") jawabku menenangkan.
“Your dad? I thought he’s in Paris... What’s is he doin’ in here? Are they’re all home?” ("Ayahmu?") Kupikir dia di Paris. Apa yang dilakukannya disini? Apakah mereka semua sudah pulang?") tanyanya lagi belum tenang. Aku harus merangkulnya agar ia tidak panik.
“No... no... It’s not physically my dad you saw earlier... It’s just his shadow... images of himself... I just knew it from him... That he also got a tremendous power... He said... sending his images is no big deal... " ("Tidak-tidak. Yang kau liat tadi bukan wujud fisiknya. Hanya bayangannya saja, gambaran dirinya. Aku juga baru tau darinya. Bahwa beliau juga punya kekuatan dahsyat. Katanya, kalau hanya mengirim gambarannya saja adalah masalah kecil") jawabku mencoba menjelaskan secukupnya.
“The great thing is... he shielded this house with his most power... that even LUCIFER himself cannot thru’... Ain’t that great.. We’re safe in this house... " ("Yang terpenting adalah beliau sudah melindungi tempat ini dengan kekuatan terhebatnya, yang bahkan LUCIFER sendiripun tidak bisa lewati. Hebat, kan? Kita aman di rumah ini") kataku untuk menenangkannya.
“His power...? You mean... he also can do the VIOLENCE stuffs or something... " ("Kekuatannya? Maksudmu dia juga bisa memakai VIOLENCE atau semacamnya") tanya Carrie lagi.
“I’m... not asking much about his power... But I can say that he’s watching us fighting those demons... We shouldn’t be worry if we stay in the house... " ("Aku... tidak terlalu banyak bertanya soal kekuatannya itu. Tapi aku bisa bilang kalau beliau mengawasi kita saat menghadapi iblis-iblis itu. Kita tidak usah khawatir jika kita tetap di dalam rumah") jawabku.
“Hmm... Okay... Can we go back to sleep again?... I’m tired... Hug me tight... " ("Hm. Baiklah. Bisakah kita tidur lagi. aku lelah. Peluk aku erat") mintanya dan merangkulkan tangannya padaku. Lalu kami tidur lagi.
Aku sedikit tenang karena bantuan Papa tadi. Terima kasih, pa...

*****************************************************************************
 
mungkin krn 1 halaman trlalu bnyk isiny...jd mw baca cape dluan
keep moving suhu dg karyanya...usahakan tiap halaman hny 1 chapter aja biar ga kpanjangan...jd enak bacanya nyantai..klo bnyk gni mata pun cape yg timbulny mles baca crita ini

klo mo nunggu ganti halaman dulu, sementara yg komen dikit bisa-bisa trit ini tenggelam mulu.
 

Satria


Vivi Anne

Michael
Ada yang baru lagi? Baru beberapa hari lalu kami kedatangan murid baru, Vivi Anne. Sekarang ada seseorang lagi yang baru memperkenalkan dirinya di depan kelas.
Dia seorang guru bernama Pak Michael. Dia guru bahasa Indonesia yang baru. Ia menggantikan ibu Khadijah yang sedang cuti hamil. Kenapa banyak sekali hal yang baru di sekolah ini?
“Baiklah semua... Karena ini pertama kalinya saya mengajar di kelas ini... Saya sudah mengenal nama-nama kalian setelah kalian satu persatu menyebutkan nama... Sekarang saya ingin tahu bagaimana kemampuan bahasa Indonesia kalian... " katanya.
“Dengan teman semeja kalian... kalian bisa bekerja sama untuk mengerjakan tugas yang akan saya berikan ini... Buatlah masing-masing sepuluh kata dari tiap-tiap frase yang ada di buku pelajaran... halaman 32... Tapi ingat, yang sudah ada di buku... tidak boleh ditulis lagi... Kumpulkan setelah jam pelajaran selesai... Mulai sekarang... " serunya pada semua murid di kelas ini.
Aku harus mengerjakannya berdua dengan Vivi Anne. Memang agak sulit. Apalagi anak ini baru saja belajar bahasa Indonesia. Tapi... apa boleh buat.
Aku melirik sebentar kebelakang pada Yudha, teman semeja lamaku. Ia tersenyum saja. Biasanya kalau dengan Yudha, tidak akan ada masalah seperti ini.
“Oh, iya... Satria... Teman kamu ini... Vivi Anne... kan baru dari Amerika... dan baru belajar... Bantu dia, ya?” tiba-tiba pak Michael sudah ada di samping meja kami.
“Ya, pak... " jawabku singkat.
Aku sempat melihat senyum lebar Vivi Anne pada pak Michael. Ia membalas senyum itu juga. Mereka seperti sudah kenal lama.
Setelah jam pelajaran selesaipun, tugas kami belum juga selesai. Tapi kami tidak sendirian. Banyak juga yang mengeluh.
“Ya, sudah... Kalian selesaikan di rumah... Besok.. pagi-pagi... Kalian kumpulkan pada ketua kelas... dan berikan pada saya... Selamat siang... " putus pak Michael sabar.
Kami sekelas bernafas lega. Setidaknya kami bisa meminta jawaban pada yang udah selesai. Kalau digabung-gabung dengan jawaban orang lain, semua bisa selesai.
“Kita kerjakan di rumahku saja, yuk?” ajak Vivi Anne.
“Hng?” heranku mendengar ajakannya.
“Aku belum punya teman di sini... Pertama-tama aku mau membawamu ke rumahku dulu... " katanya lagi.
“Ng... Vivi Anne... Aku nggak bisa... "
“Sebentar saja... Kita pergi sekarang saja... Pelajaran seni rupanya tidak masuk... " katanya setengah memaksa.
“Pelajaran seni rupa tidak masuk?” bagaimana dia tau kalau jam pelajaran terakhir itu tidak masuk.
“Woiii... Ada kabar bagus... Pak Rozali sakit... Seni rupa nggak masuk... Asseeeekkkk!” seru ketua kelas kami yang baru datang dari ruang guru, senang sekali. Itu artinya kami semua bisa pulang lebih cepat.
Bagaimana Vivi Anne lebih dulu tau?
Aku terpaksa mengikuti Vivi Anne keluar kelas dan menuju gerbang untuk keluar sekolah. Waduh... bagaimana cara memberitahu Carrie...? Nanti dia ngambek.
Vivi Anne sudah siap dengan mobil sport-nya dan ia menyuruhku duduk di sampingnya. Sekejap kemudian kami sudah di jalanan menuju rumah Vivi Anne.
Rumahnya yang di jalan Pelikan hanya beberapa blok dari rumahku. Oh, iya... Nanti aku bisa sampai di rumah dengan cepat. Nanti aku bilang aja aku pulang lebih cepat dari biasanya dan pergi makan dengan si Yudha. Bereslah...
Oh... yang ini rumahnya. Aku pernah melihat rumah ini waktu sedang dibangun beberapa bulan lalu. Jadi keluarga Vivi Anne pemiliknya.
Kami masuk ke rumah itu dan Vivi Anne langsung saja membawaku ke kamarnya.
“Vi... Vivi Anne... Kenapa ke kamarmu? Di ruang bawah aja... Aku nggak biasa ke kamar orang lain... Apalagi kamar cewek seperti kamu... " kataku menolak.
“Tidak apa-apa... Di rumah tidak ada orang... Hanya ada house maid saja... " katanya tetap memaksaku masuk kamar.
“Tidak ada orang... Orang tuamu dimana?” tanyaku heran. Apa orang tuanya tidak tinggal di sini?
“Orang tuaku di States... Hanya aku yang tinggal di sini... Tidak usah khawatir... Ayo masuk... " ajaknya menarik tanganku lebih kuat. Aku terpaksa masuk, deh...
“Right... Kamarku bagus, kan?” katanya menunjukkan kamarnya.
Kamarnya bahkan lebih besar dari pada kamar Putri. Sekitar 10 x 10 meter. Besar sekali. Tempat tidurnya juga besar terletak paling ujung. Apa dia betah di tempat seperti ini?
“Satria suka kamarku?” tanyanya.
“Ya... suka... Kamarmu besar sekali... " jawabku.
“Kamar Satria... sebesar apa?” tanyanya lagi menarik tanganku ke arah jendela.
“Seperempat kamar ini... " jawabku.
“Seper... empat... Berapa itu?” tanyanya bingung.
“Sorry... a quarter..” ("Maaf, seperempat") ralatku.
“Oh... a quarter of my room... I’d like to see it sometime... Boleh, kan?” ("Oh, seperempat kamarku. Aku ingin melihatnya kapan-kapan. Boleh, kan?") katanya.
“He-eh... " jawabku seadanya. Dari pada memaksa lagi. Tapi pasti aku bakalan dimarahi Carrie, deh.
“Hm... Ayo kita selesaikan tugas kita tadi, Satria... " ajaknya. Bagus... dia masih ingat tujuan kami kemari. Jadi dia tidak ada tujuan yang lain rupanya. Pikiran yang macam-macam.
Kami duduk berhadapan di meja belajarnya dan meneruskan tugas bahasa Indonesia yang diberikan pak Michael tadi. Buku-buku pelajarannya semua dikeluarkannya untuk membantu menyelesaikan tugas ini.
Jadi begini caranya belajar... Hebat sekali anak ini... Rajin sekali dengan buku sebanyak ini.
“Satria lapar, nggak?” tanya Vivi Anne kemudian.
“Sedikit... " jawabku datar. Ini jam berapa? Apa dia nggak tau jam makan siang itu jam berapa?
“Aku order makanan, ya?” ia lalu mengambil telepon dan meminta makanan pada pembantunya.
Beberapa menit kemudian, housemaid itu sudah datang membawa makanan yang dipesannya. Lumayan juga.
Tunggu dulu! Aku harus hati-hati... Kejadian begini sudah pernah kualami... Hampir saja... Bagaimana kalau dia memberiku obat tidur seperti kerjaan Vita waktu itu... Untung aku masih ingat.
Biar saja dia makan duluan... Lalu aku makan apa yang dia makan... Dengan begitu... aku tidak akan celaka... Bagaimana dengan minumannya? Hmm... Tidak usah minum...
Ia mengambil keripik kentang dan memakannya tanpa ragu. Bagus yang ini aman kalau begitu. Aku ambil satu keping dan memakannya. Krezzz...

Narator :
Setelah Satria menguyah keping keripik kentang itu... Ia sama sekali kaku. Vivi Anne tersenyum penuh arti melihat kejadian itu. Apa Vivi Anne bermaksud melakukan hal yang sama dengan Vita waktu itu? Memperkosa Satria?
Satria yang kaku lalu diseretnya hingga tempat tidur lalu dibaringkan di atas ranjang besar itu.
“Do you really know what to do, Vivi Anne?” ("Apa kau benar-benar tahu apa yang harus kau lakukan, Vivi Anne?") tanya seseorang yang tiba-tiba muncul dari kegelapan bayangan.
“Yes... I gotta take his RAGE VIOLENCE away... His power won’t match us without it... " ("Ya. Aku harus mengambil VIOLENCE RAGE-nya. Kekuatannya tidak akan bisa mengimbangi kita tanpanya") kata Vivi Anne.
“So be it... " ("Lakukanlah") jawabnya mengangkat muka. Orang itu mirip sekali dengan pak guru Michael. Ada apa ini?
Vivi Anne membuka semua pakaian sekolah Satria dan juga pakaiannya sendiri. Ia lalu merangkak naik ke tubuh telanjang Satria.
Dengan sekali sentuh saja, ia sudah bisa membangunkan penis Satria hingga ukuran maksimalnya. Dengan ringan, Vivi Anne memasukkan batang penis itu ke liang vaginanya sendiri hingga penuh. Lalu ia mengulum bibir Satria.
Ia sama sekali tidak bergerak kecuali menyedot mulut Satria yang seperti sedang diciumnya.
Setelah beberapa lama menyedot, tiba-tiba ada angin kencang keluar dari tempat mereka berdua berada. Tepatnya berasal dari tubuh Satria.
Dengan sebuah gerakan seperti hewan pemangsa mengoyak daging buruannya, Vivi Anne menarik keluar sesuatu dari mulut Satria.
Benda itu melayang di udara. Berbentuk bulat dengan gerigi-gerigi kecil.
Orang yang mirip dengan pak Michael itu lalu mengambil bola kecil itu lalu menyimpannya di dalam sebuah kotak. “A very dangerous sphere... " ("Sebuah bola yang sangat berbahaya") gumamnya.
“You’ve taken the RAGE... Now... we got nothing to worry about, Vivi Anne... " ("Kau telah mengambil RAGE itu. Sekarang tidak ada yang harus kita khawatirkan, Vivi Anne") lanjutnya lalu ia menghilang di kegelapan yang sama.
“Hmm... I’ll procede this... " ("Hmm, aku teruskan ini") gumam Vivi Anne lalu menggoyangkan pantatnya naik turun karena batang penis Satria sama sekali tidak berkurang tegang di liangnya.

Satria :
Hm... Tidak terjadi apa-apa... Bagus... Berarti memang dia tidak merencanakan apapun terhadapku... Aman... Aku bisa makan seperti biasa...
“Vivi Anne... Aku pulang duluan, ya? Tugas ini... biar aku yang kumpulkan besok pagi... " usulku karena tugas ini telah selesai kami kerjakan.
“Ok... Terima kasih, ya... mau membantuku... juga mau datang ke rumahku... " katanya.
Ia hanya mengantarku sampai depan pagar rumahnya karena aku menolak diantar sampai rumah dengan mobil. Kalo kelihatan Carrie, bisa berabe.
Dengan berlari, aku menuju pulang. Sampai pagar, nafasku sudah tersengal-sengal. Di pintu masuk, Putri, Dewi dan Carrie sudah menunggu. Waduh...!
“Heh...! Darimana aja, Satria? Kamu kan seharusnya menjaga Carrie... Untung aja tidak ada iblis yang berkeliaran... Apa kau lupa harus berjaga di rumah hari ini?... Kita akan memulai pencarian iblis-iblis itu... " marah Putri.
“Iya... Sori.. sori... Tadi aku makan di luar sebentar dengan temanku... Tadi kelas kami... jam terakhirnya kosong... Jadinya kami pulang lebih cepat... " alasanku.
“Sori... sori... Untung aja kembar lima itu juga belum pulang... Kalau tidak... kau juga disemprot mereka... " lanjut Dewi. Carrie diam saja.
“You’ve just fucked... " ("Kau baru saja ngentot") katanya tiba-tiba. Carrie mengendusi tubuhku.
“Heh?” kami bertiga kaget sekali. Kapan aku main...? Sama siapa...?
“Eh... Elo baru main rupanya? Pantas aja... " seru Putri.
“Kapan...? Aku nggak ada main satu hari ini... Betul!” seruku yakin. Seingatku aku tidak ada main sama sekali hari ini. Aku yakin sekali.
“But you did fuck... some while ago... You know I’ve never wrong in this... I can smell it... " ("Tapi kau memang baru ngentot beberapa saat lalu. Kau tau aku tidak pernah salah tentang ini. aku bisa menciumnya") kata Carrie lebih yakin lagi. Memang penciuman Carrie lebih tajam. Ia bisa tau kalau aku baru main... Hng?
Jadi aku main sama siapa kalau gitu?... Aku tadi dari rumah Vivi Anne... Apa sama dia? Tidak mungkin... tadi kami belajar... dan makan...
“That’s all right if you don’t want to confess it... Maybe I’m wrong this time... " ("Tidak apa-apa kalau kau tidak mau mengakuinya. Mungkin aku salah kali ini") kata Carrie akhirnya. Aku melihatnya sedikit sedih. Mungkin ia mengira aku berbohong. Aku kan tidak berbohong. Aku tidak main dengan siapa-siapa hari ini. Bahkan dengan Carrie juga tidak.
Putri dan Dewi mendelik padaku. Aku tak bisa berkata apa-apa karena aku sendiripun jadi tidak yakin pada diriku sendiri.
Beberapa saat kemudian, kembar lima itu datang. Mereka sudah berganti pakaian.
“Lho... mas Satria baru nyampe, ya?” tanya Venus. Aku mengangguk saja.
“Ok... Kita ke kamarku sekarang... Kita berangkat dari sana... " ajak Putri pada semuanya.
Setelah di sana, mereka mengeluarkan core mereka masing-masing kecuali aku dan Dewi yang tetap tinggal di sini.
Diva dengan TIS'AH dan Venus dengan KUHR yang pertama sekali pergi ke daerah bagiannya. Athena dengan ATABUKI dan Aphrodite dengan THUNDER menyusul di belakang mereka menuju bidang kedua. Putri dengan XOTA dan Hellen dengan BRO yang terakhir kali menuju daerah ketiga.
Kami bertiga tinggal dirumah saja dan memandangi langit tempat mereka menghilang.
“Ya sudah... kita tunggu saja... Kalau ada apa-apa... Mereka pasti akan menghubungi kita... " kata Dewi ngeloyor pergi, mungkin ke dapur.
Aku tinggal berdua saja dengan Carrie di kamar Putri.
“Mmm... What’s on your mind...?” ("Mm... Apa yang kau pikirkan?") tanyaku.
“Nothing special... Just things... “ ("Tidak ada. Hanya pikiran biasa") jawabnya.
“Do you mad at me...?” ("Apa kau marah padaku?") tanyaku lagi.
“What about...? Why should I mad at you? You didn’t do anything wrong... " ("Kenapa? Kenapa aku harus marah padamu? Kau tidak melakukan kesalahan") jawabnya.
“You sounded so... " ("Kau kedengarannya begitu... ")
“No... It’s just my fault... It’s like I’m too jealous to think that you screwin’ up behind me... " ("Bukan. Ini salahku. Sepertinya aku terlalu cemburu berpikiran kalau kau selingkuh di belakangku") katanya.
“Oh... that’s... Okay... I’ll tell you the truth... Just don’t cut me in between, okay?... " ("Oh, itu. OK. Aku akan mengatakan yang sesungguhnya. Hanya saja jangan menyelaku, ya?") tanyaku mau mengaku. Ia setuju tidak memotong perkataanku.
“I went to Vivi Anne’s home and finished our class’ tasks... and I can sure you that’s nothing happened between me and her... I don’t want to tell you before because I know how much you hate that girl... That’s all... " ("Aku tadi pergi ke rumah Vivi Anne dan menyiapkan tugas sekolah dan aku dapat memastikan bahwa tidak ada yang terjadi antara aku dan dia. Aku tidak mau memberitahumu sebelumnya karena aku tau sebenci apa kau pada cewek itu. Itu saja") jelasku. Aku juga menunjukkan hasil tugas bahasa Indonesia itu.
“Thank you... At least... you want to be straight to me... Mmm... I’m okay now... " ("Terima kasih. Setidaknya kau mau jujur padaku. Aku tidak apa-apa sekarang") katanya lega.
“But what about your smelling... How come... you smelt it like that?... Something’s wrong?” ("Tapi bagaimana dengan penciumanmu itu. Bagaimana kau bisa menciumnya? Apa ada sesuatu masalah?") tanyaku.
“Nah... Maybe I’m just too over jealous... Forget it, okay?” ("Tidak. Mungkin aku terlalu cemburu. Lupakan saja, ya?") jawabnya untuk meredakan ketegangan kami.
“... But... I want to smell the real scent of you of having fuck now... What’d you say?” ("Tapi aku pengen mencium aroma beneranmu yang selesai ngentot sekarang. Bagaimana?") katanya lagi. Aku tersenyum saja dan memeluknya sebagai jawaban. (
 
Bimabet
Dari newbie, mungkin di edit dikasih lebih banyak baris kosong setelah paragraf biar gak klewat rapet :beer:

Tapi sekedar saran aj loh suhu :ampun::ampun: :Peace:

Tetap semangat :semangat:
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd