Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Ranjang Yang Ternoda (Reborn)

Status
Please reply by conversation.
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
ntaps. percobaan terkini untuk melanjutkan RYT.
ninggal sempak dulu, hu.
monggo dilanjut, mudah-mudahan sampe tamat.
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
kalo gak salah abis ini tuh alya digarap ma pak bejo di pos ronda,,,
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Yang tau cerita ini, orang lama semua nih hahahaha
 
Ranjang Yang Ternoda: Alya

".... istri harus orgasme terlebih dulu sebelum suami ejakulasi...."

Alya menguap usai menonton film malam di televisi, karena sudah merasa mengantuk maka dimatikannya pesawat tv. Film yang diputar mulai jam 23.00 itu baru usai jam 01.00 dinihari. Hendra sudah terlelap setelah kelelahan seharian bekerja, Opi juga sudah nyenyak di kamar. Hanya tinggal Alya sendiri yang belum tidur. Akhir-akhir ini Alya mengalami kesulitan tidur, mungkin karena trauma akibat insiden yang dialaminya. Alya telah diperkosa oleh Pak Bejo Suharso, salah seorang tetangga di komplek. Di sisi lain, ia terbebani sebuah kalimat dalam majalah perempuan yang dibacanya tadi siang. Kalimat itu menyatakan bahwa jika pasangan mengidamkan seorang anak laki-laki, maka si perempuan harus lebih dulu orgasme sebelum suaminya.

Alya terngiang-ngiang oleh bacaan di majalah tersebut berlarut-larut karena hendra baru-baru ini mengatakan bahwa ia menginginkan anak laki-laki sebagai adiknya Opi. Alya pun pusing karena tiap kali bercinta dengan hendra, kenyataannya selalu hendra yang orgasme lebih dulu. Setelah itu, alya yang sudah lelah melayani hendra ditinggal tidur. "Mudah-mudahan aja nanti anakku laki-laki, kan siapa tahu..aaminn", pikir alya positif.

Saat hendak melangkah dan mematikan lampu, tiba-tiba saja telepon berdering. Dengan langkah yang sedikit malas karena sudah sangat mengantuk, Alya mendekati meja telepon. Siapa yang menelpon jam segini? Alya khawatir kalau-kalau ada keluarganya yang tertimpa musibah.

“Halo?” Alya mengangkat telepon.

“Suaramu merdu sekali, manis. Ini aku, pak Bejo, lelaki yang telah membuatmu puas kemarin”, terdengar suara dengung lembut khas telepon genggam di telinga Alya. Tetangganya yang mesum itu menelpon dengan HP.

Sudah beberapa hari ini baik Pak bejo maupun Bu Bejo tidak terlihat datang ke rumah Alya dan Hendra. Sejak hari naas bagi Alya itu, hanya sekali Bu Bejo datang ke rumah. Alya merasa lega karena berharap Pak Bejo lupa akan niatnya yang jahat. Sayangnya harapan Alya tidak terwujud. Suara Pak Bejo yang berat membuat jantung Alya langsung berdebar-debar. Seketika itu juga rasa kantuknya menghilang. Alya mengintip ke arah kamar tidur dan berharap mudah-mudahan Hendra tidak terbangun.

Pak Bejo terus menyerang. “Akhir-akhir ini aku sangat sibuk bekerja sampai-sampai tidak sempat mengunjungi Mbak Alya lagi. Jangan takut, aku akan selalu ingat saat-saat indah kita bermain cinta, sayang.”, bisik Pak Bejo menggoda.

“Pak Bejo sudah gila?! Menelponku jam segini?!” Alya mendesis marah. Suaranya bergetar karena ketakutan.

“Aku pengen menidurimu lagi malam ini sayang. Bagaimana kalau Mbak Alya datang ke pos kamling yang sepi di ujung gang? Aku pengen tubuh kita berpelukan lagi. Aku mau menghangatkan diri bersamamu di malam dingin ini.”

Alya mendengar suara dari arah kamar. Sepertinya Hendra, suaminya sudah terbangun.

“Sekarang?! Pak Bejo benar-benar sudah gila ya?” Bisik Alya sepelan mungkin.

“Alya?! Sayang?! Ada telpon ya?! Dari siapa malam-malam begini?!” tanya Hendra dari dalam kamar. Untunglah Hendra tidak terbangun. Dia hanya bertanya dari tempatnya berbaring.

“Bu-bukan siapa-siapa, sayang. Salah sambung. Tidur saja lagi.”

Pak Bejo terkekeh-kekeh. “Aku belum gila, manis. Cuma lagi pengen ngentotin kamu saja. Sudah dua hari ini aku tidak melihatmu, padahal aku selalu membayangkan tubuh indahmu yang telanjang dan bermandikan keringat kita berdua. Aku juga selalu teringat suaramu merintih nikmat saat penisku menembus vaginamu yang wangi itu.”

Hendra menutup kembali tubuhnya dengan selimut. Dia sudah terlampau capek sehingga tidak bisa bangun. “Ya sudah.”, kata Hendra. “Aku tidur lagi ya.”

“Dengar, Pak Bejo!”, bisik Alya supaya Hendra tidak curiga. Dia takut suaminya itu belum benar-benar tertidur sehingga bisa mendengarkan percakapan ini. “Aku tidak mau melakukannya lagi. Tidak mungkin. Apalagi sekarang ?! Bapak tahu ini jam berapa?!”

“Sayang sekali.” Pak Bejo terdiam agak lama. “Apa perlu aku yang ke rumahmu sekarang? Apa perlu kamu aku hajar sekali lagi? Atau mungkin perlu besok aku membawa Opi jalan-jalan dan meninggalkannya di tengah kota?”

Alya mulai berkaca-kaca menahan tangis, seperti tidak ada jalan lain melepaskan diri dari ancaman maut Pak Bejo. Alya ketakutan, dia tidak mungkin menceritakan semua perkosaan yang dilakukan Pak Bejo pada Hendra karena takut pria tua yang sangat kasar itu akan menyakiti tidak saja dirinya tapi juga suami dan anaknya yang masih kecil. Alya hanya bisa pasrah terhadap apa yang sudah terjadi. Meskipun ancaman Pak Bejo jelas sangat nyata, bukan berarti alya menyerahkan dirinya begitu saja pada pak bejo.

“Tidak! tidak boleh!”, hentak Alya bersikap tegas pada pak bejo yang berniat menjahatinya kembali. Alya lantas menutup telepon. Ia tidak mau melanjutkan pembicaraan dengan pak bejo. Kemudian Alya lekas memilih pergi tidur setelah mematikan televisi. Langkah pelan dia membimbingnya ke arah kamar. Ia lihat pula hendra sudah terkapar di atas ranjang dengan ditutupi oleh selimut. "Mas, aku takut...", alya melirih.

Menaikki tempat tidur, alya menemukan HP hendra tergeletak di balik bantal. Ia terpancing untuk memeriksa karena sudah lama tak memegang hp suaminya. Kebiasaan awal hendra dan alya ketika baru menikah dulu ialah saling mengecek HP masing-masing. Rasa cemburu sedang membara ketika masa-masa awal mereka menikah. Karena fondasi kepercayaan keduanya sudah kuat, lambat-laun kebiasaan itu pudar.

"Sayang, sayang! Bangun! Bangun!", tiba-tiba dengan sebal alya membangunkan hendra yang sedang terlelap tidur. Alya terkejut setelah membaca sebuah SMS masuk di HP Hendra. Apalagi SMS itu belum dilihat oleh suaminya. "Sinta ini siapa, sayang?! Sinta ini siapa?! Ayo kamu bangun!" Alya mengomel. Ia menggoyang-goyangkan tubuh hendra karena lelaki itu belum juga melek. "Ada apa say ribut-ribut malem-malem begini? Kok kamu belum juga tidur?" Setelah dibuat khawatir oleh pak bejo yang tengah malam menelepon, alya kesal dengan ulah hendra yang ternyata bermuka dua menurutnya selama ini. Alya tak menyangka hendra yang dianggap sebagai suami setia, penyayang dan perhatian pada dia dan opi, mempunyai selingkuhan di luar sana. Sebuah SMS yang berisikan sapaan sayang dari wanita bernama Sinta menggugurkan kepercayaan alya pada hendra.

"Kamu bangun sayang! Jelasin ke aku. Sinta ini siapa?! Kamu tega yaa!", alya menunjuk-nunjuk ke layar HP hendra. Ia lalu mulai merengek. Kemudian memukul-mukul tubuh hendra, supaya suaminya itu lekas menjawab. "Iya say, aku bisa jelasin ke kamu, tetapi kamu tenangin diri kamu dulu", jawab hendra panik. Ia memegang kedua lengan alya, meminta istrinya tersebut berhenti memukul. Alya pun sesunggukkan meredakan sedih. "Sinta itu cuma temen biasa aku di kantor kok. Dia memang begitu orangnya ke aku say. Kamu coba lihat lagi isi SMS-nya ada gak aku sama dia mesra-mesraan? Coba lihat!" Hendra memperlihatkan pada alya terang-terangan isi seluruh SMS percakapannya dengan Sinta. "Ini kamu lihat, supaya kamu jangan berpikiran macem-macem"

Alya masih ragu walaupun ia sudah melihat memang tak ada isi SMS yang menyiratkan hendra telah berselingkuh. Banyak gurauan saja, tetapi mengapa wanita bernama sinta ini harus menyapa hendra 'sayang'. "Oke deh, ini cuma salah paham aja say. Besok-besok aku bilang ke sinta gak usah lagi dia nyapa-nyapa aku pake sayang-sayangan begitu. Maafin aku ya belum jelasin soal ini ke kamu.", hendra mendekap tubuh molek alya.

"Yuk, sekarang kita tidur", hendra membujuk alya untuk rebahan. Ia lalu berusaha menyelimuti tubuh istrinya. Ketika hendra sudah mau memejamkan mata, alya justru masih terjaga. Ia belum juga tidur. Kedua matanya menatap langit-langit. Alya memikirkan sesuatu. Ia ternyata masih belum percaya kalau wanita bernama Sinta itu cuma berteman biasa dengan hendra.

Tengah malam telah lewat. Hendra sudah kembali pulas. Sementara alya masih belum tertidur. Tiba-tiba sambil menunggu kantuk telpon berbunyi kembali. Alya pun bergegas keluar kamar untuk mengangkat telpon. Baru mengangkat, alya mendengar suara kekehan Pak Bejo.

“Ada apa lagi pak?! Apa bapak mau orang satu kampung ini bangun? Bapak pengen Mas Hendra tahu?” desis Alya marah.

“Aku cuma mau menperingatkan, kalau kamu tak mau menuruti kemauanku, aku tak segan-segan menyakiti orang-orang yang kamu sayangi", ancam pak bejo

Terdengar suara dari kamar. Hendra bergerak lagi. “Alya? Sayang? Ada telpon lagi? Siapa sih yang telepon malam-malam begini?”

Sambil berharap Hendra tidak bisa menangkap getar rasa takut dari suaranya, Alya menengok ke arah kamar. “Ti-Tidak apa-apa kok, sayang. Bener. Tidur aja lagi.”

“Kamu lihat saja nanti kalau aku betul tak main-main. Manis. Selamat malam. Salam rindu dari kontolku untuk memekmu, alya". Klek. Pak Bejo menutup telepon.

Alya kembali ke kamar dengan perasaan kacau. Dia berpikir dengan keras. Apa yang harus dilakukannya setelah mendengar ancaman pak bejo? Apa ia harus berkata jujur pada hendra kalau ia sudah diperkosa pak bejo, tetangganya sendiri? Alya pikir ia harus mengambil tindakan secepat mungkin sebelum pak bejo berbuat lebih dulu. Perlahan Alya kembali ke kamar dan duduk di samping Hendra memeluk selimutnya erat. Tak lama ia tertidur nyenyak bersama suaminya.

###

Air hangat yang menyegarkan seluruh badan Alya yang terasa pegal membuatnya rileks. Gelembung sabun yang meletup-letup seakan mengingatkan Alya pada permainan cintanya yang panas dengan tetangganya yang cabul, Pak Bejo. Ketika menyabuni kakinya yang panjang dan jenjang, Alya berusaha keras untuk tidak bermain-main dengan kemaluannya, dia membuang jauh-jauh semua birahi yang setiap saat dikobarkan oleh Pak Bejo. Wanita cantik itu bersungut dan memaki pria tua itu dalam hati, Pak Bejo telah membangkitkan gairah seksual liar di dalam dirinya dan karenanya Alya membenci pria tua itu setengah mati. Alya hanyalah seorang wanita lemah yang dimanfaatkan dan tidak bisa melepaskan diri dari cengkramannya. Alya beruntung karena kehadiran Anissa dan Dodit pagi ini, menurutnya membuat Pak Bejo sedikit menarik diri karena tidak bisa diam-diam mendekatinya.

“Mandinya enak, manis?” tiba-tiba saja sesosok tubuh yang sangat ia kenal hadir di hadapan Alya tanpa diundang.

“Pak Bejo?!” Alya yang kaget spontan menutup dadanya dan menenggelamkan diri di dalam bak mandi. Hal yang sebenarnya tidak perlu dilakukan karena pria tua itu toh sudah pernah melihatnya telanjang.

“Pak Bejo!” teriak Alya lagi ketika Pak Bejo membuka celananya. Batang kemaluannya yang besar dan keras dikeluarkan dari dalam celana dan pria menjijikkan itu kemudian kencing sembarangan. Alya panik namun tidak bisa berbuat apa-apa, bagaimana mungkin laki-laki ini bisa masuk ke kamar mandi pribadinya? Alya yakin sekali dia sudah mengunci pintu kamar, jangan-jangan Pak Bejo sudah menduplikat kunci semua pintu di rumah ini? Ketegangan Alya memuncak karena Hendra belum berangkat kerja dan masih sarapan di belakang bersama Anissa, Dodit dan Opi. Alya tidak tahu di mana Bu Bejo berada, mungkin sedang bersih-bersih. Walaupun marah, pandangan Alya langsung terpatri pada kemaluan Pak Bejo yang memang besar itu.

“Kamu kangen sama kontolku, manis? Sebaliknya kontolku kangen memekmu” Pak Bejo tersenyum meringis.

“Pak Bejo sudah gila? Mas Hendra ada di belakang! Anissa! Dodit! Opi! Bu Bejo! Kalau sampai ketahuan Pak Bejo masuk kemari…”

“Santai saja, Mbak Alya. Suamimu memang masih di belakang dan aku memang tidak berencana lama-lama di sini. Aku hanya mampir untuk memastikan tubuhmu masih seindah beberapa malam yang lalu. Aku kangen sekali sama kamu.” Pak Bejo dengan santai mendekati Alya dan duduk di tepian bak mandi tanpa menaikkan lagi celananya. Dia membiarkan saja kemaluannya tergantung di hadapan Alya.

“Aku ingin mandi tanpa diganggu, Pak. Silahkan meninggalkan kamar mandiku sebelum aku berteriak.”

“Ha ha ha. Beraninya kamu mengancamku, manis. Untung saja hari ini aku sedang tidak mood menamparmu, jadi kamu selamat, tidak perlu kerepotan lagi menyembunyikan lebam di wajahmu dengan bedak. Jangan khawatir, aku tidak akan lama.”

Pak Bejo memiringkan tubuhnya ke dalam bak mandi, tangannya yang kasar menarik leher Alya supaya lebih maju ke depan. Dengan hati-hati Pak Bejo menarik tubuh Alya dan mendekatkan kepala mereka. Bibir Pak Bejo segera mencumbu bibir Alya, lidah pria tua itu tidak kesulitan menyeruak masuk ke dalam rongga mulut Alya. Sambil melenguh lirih, Alya menerima ciuman Pak Bejo dan memejamkan mata. "Ummmpphh..." Alya beruntung ciuman itu tidak berlangsung lama, Pak Bejo melepaskan Alya kembali ke dalam bak mandi.

“Pak Bejo sudah gila! Nekat! Bagaimana kalau sampai ada yang tahu Pak Bejo masuk ke kamar mandiku?!”

“Aku sudah bosan main di belakang terus. Aku ingin bisa menidurimu siang malam tanpa khawatir, soalnya tubuhmu yang seksi itu benar-benar membuatku blingsatan tidak bisa tidur.”

“Dasar cabul!”

“Setelah apa yang Mas Hendra dan Mbak Alya lakukan dengan membantu aku dan Bu Bejo sekeluarga, tentunya aku bertekad untuk mengembalikan semua bantuan itu tanpa pamrih pada kalian.”

“Apa maksud Pak Bejo?”

“Tak lama lagi aku pasti bisa menidurimu tiap kali aku mau tanpa harus menunggu suamimu pergi bekerja atau tertidur lelap, bukankah suamimu ingin anak laki-laki sayang?” Bisik Pak Bejo mesra di telinga Alya. “Kenikmatan yang kau rasakan akan menjadi seratus persen murni berasal dariku dan memekmu yang lezat itu akan melupakan penis Hendra yang kecil dan tak bisa lepas dari kontolku ini.”

“KELUAR! KELUAR SEKARANG JUGA!” bentak Alya. Dia berusaha keras menahan suara agar tidak ada mendengar keributan di kamar mandi ini. Selain kemarahannya memuncak, ibu muda yang panik itu juga tidak ingin skandalnya dengan pria mesum ini terkuak karena ulahnya yang berengsek dan nekat.

"Ingat sayang. Ancamanku tak main-main". Pak Bejo tertawa-tawa, sambil membenahi celananya dia keluar dengan lagak sombong, dia merasa sudah berhasil menaklukan Alya yang jelita dan diidolakan banyak orang, dia pantas untuk sombong.

Setelah Pak Bejo meninggalkan kamar mandi dan menutup pintu, Alya berulang kali membenamkan kepalanya ke dalam air. “Pria tua mesum itu makin tak terkendali. Nekat sekali dia masuk kemari dan menciumku…habis itu bagaimana dia bisa tahu kalau mas hendra menginginkan anak laki-laki” batin Alya berkecamuk.

###

Hendra meninggalkan Anissa dan Dodit yang masih duduk di meja makan sambil menonton TV. Setelah menelpon taksi, Hendra siap berangkat kerja. Sudah beberapa hari ini Hendra tidak mengendarai mobilnya sendiri.

“Bagaimana mobilnya, Mas Hendra? Sudah dibawa ke bengkel yang saya sarankan?” tanya Pak Bejo yang tiba-tiba saja muncul dan mengagetkan Hendra.

Hendra tersenyum, “Wah, sudah Pak. Bengkelnya bagus dan murah. Nanti sore mobil saya sudah jadi, saya ambil sepulang kerja. Terima kasih banyak buat rekomendasinya, Pak Bejo. Kalau tahu dari dulu ada bengkel yang murah seperti itu pasti saya sudah langganan sejak lama.”

“Ah sama-sama, Mas. Saya kan juga sudah sering dibantu Mas Hendra.”

Hendra tersenyum dan masuk ke dalam kamar untuk menemui istrinya.

Pak Bejo menengok ke dalam sejenak kemudian meraih ke dalam saku celana dan mengambil telpon genggamnya. Dia mulai mengetikkan sms dan mengirimnya ke sebuah nomor.

– Bgmn psnku td? Kalian sdh sabot mobil si Hndr? Truk si Somad sdh siap? –

Tak lama kemudian, balasan sms itu datang, Pak Bejo terkekeh membaca pesan singkat yang masuk ke hpnya.

– Semua sdh diatur. Brs bos. –

###

Alya sedang memandangi dirinya sendiri di dalam cermin ketika suaminya masuk ke dalam kamar, ia terkejut dan bersiap karena mengira yang masuk adalah Pak Bejo. Wanita cantik itu langsung menghembuskan nafas lega begitu tahu yang masuk adalah suaminya.

“Kamu selalu cantik, sayang. Tidak perlu berkaca terlalu lama.” Kata Hendra sambil mendekap tubuh istrinya dengan mesra.

Alya tersenyum manis dan membiarkan kehangatan penuh cinta yang diberikan suaminya memberikan kedamaian setelah tadi sempat tegang dikejutkan Pak Bejo. Tangan Hendra yang nakal membelai tubuh istrinya yang masih mengenakan kimono. Dengan hati-hati sekali Hendra membuka bagian atas kimono itu dan membelai payudara Alya. Puting susu Alya menonjol ke depan dan dimainkan Hendra dengan lembut.

Alya mendesah penuh kenikmatan. “Aku menyukai sentuhanmu.”

Hendra memeluk istrinya erat-erat. “Aku sangat mencintaimu.”

“Aku lebih mencintaimu daripada kau mencintai aku, mas.”

Hendra mengecup bibir istrinya dengan lembut, tidak ada kekasaran yang dirasakan oleh Alya, hanya usapan bibir penuh cinta yang sangat didambanya. Sayangnya Hendra tidak tahu kalau bibir yang sama juga baru saja dinikmati oleh tetangganya yang cabul.

“Sudah mau berangkat kerja, Mas?”

“Aku sudah telpon taksi tadi.”

“Opi?”

“Diantar Bu Bejo. Kamu berangkat siang?”

“Iya. Katanya Anis sama Dodit mau jalan-jalan ke mall, aku mau numpang.”

“Ya udah kalau begitu, tadinya aku kira kamu mau dianter Pak Bejo pakai motor.”

Nama itu bagaikan kilat yang menyambar batin Alya. Tiap kali Hendra menyebut nama pemerkosanya, seluruh tubuh Alya terasa lemas tak berdaya. Batinnya menjerit-jerit namun tidak ada kata-kata yang terucap. Maafkan aku, Mas. Maafkan istrimu yang telah membiarkan diri dinodai oleh tetangga yang kurang ajar itu. Maafkan istrimu yang tidak mampu menjaga diri. Banyak yang ingin terucap, tapi bibir Alya tetap terkatup rapat.

“Nanti pulangnya jangan malam-malam ya, Mas.”

“Memangnya kenapa? Mungkin agak sore, aku ambil mobil dulu di bengkel.”

Alya menggelayut manja di pelukan sang suami. “Sudah beberapa hari ini kita tidak bercinta, aku kangen sekali sama kamu.”

Hendra tertawa dan mencium bibir Alya sekali lagi. “Gampang, nanti bisa diatur.”

Terdengar bunyi klakson taksi.

“Taksinya udah datang, aku berangkat dulu ya, sayang.”

“Iya, mas. Hati-hati.”

Hendra meninggalkan istrinya dan membuka pintu kamar lalu melangkah keluar. Belum sampai satu menit, Hendra kembali lagi ke kamar dengan keringat bercucuran.

“Mas? Kamu kenapa?” Alya terkejut melihat suaminya dan mengambil sapu tangan, dengan hati-hati diusapnya keringat Hendra. “Kamu sakit?”

“Nggak tau nih, nggak sakit kok, hanya saja perasaanku tiba-tiba tidak enak.”

Alya mulai khawatir. “Kamu yakin tidak apa-apa? Aku telpon ke kantor saja ya, minta ijin?”

Hendra tersenyum dan mencium dahi Alya. “Aku tidak apa-apa kok, sayang. Bener. Apapun yang terjadi, aku selalu mencintai kamu.”

“Aku juga, mas.”

“Aku berangkat ya.”

“Iya, mas.”

Perasaan Alya tidak enak ketika memberi lambaian pada hendra.

###

Di rumah, meskipun merasa tak enak badan, alya menjalankan rutinasnya seperti biasa ketika hendra pergi bekerja. Ia memasak, membersihkan rumah, dan menemani Opi bermain. Di sisi lain, siang hari bu bejo yang mampir ke rumah, hadir sebagai pembantu yang menolong alya untuk menyetrika dan mencuci pakaian. Mereka sering terlibat obrolan berbagai macam hal. Paling sering masalah rumah tangga berdua.

Kepada alya, bu bejo menceritakan bahwa di balik sifat kasar pak bejo terpendam kelembutan. Sayangnya, kelembutan seorang ayah itu terkubur dalam sejak anak laki-laki satu--satunya meninggal dunia karena aksi balas dendam seorang preman, musuh bebuyutan pak bejo. Setelah itu, pak bejo mengalami trauma untuk memiliki anak lagi. Baginya, kehadiran seorang anak justru hanya membahayakan si anak itu sendiri karena bekas lingkungan pekerjaan pak bejo akrab dengan jalanan serta aksi kriminal. Sisa-sisa dendam lama kerap mencuat.

Alya baru mengetahui kalau ternyata pak bejo dan bu bejo dulu pernah memiliki seorang putra. Walaupun anak itu sudah wafat, alya mengira pak bejo dan bu bejo mulanya hanya tinggal berdua saja. Alya pun tambah memahami alasan bu bejo masih kuat mempertahankan rumah tangga bersama pria tua cabul itu. Akan tetapi, alya sangat sulit mempercayai kalau pak bejo memendam sifat lembut. Selebihnya, ia mau berkata jujur kalau dia sudah dinodai pak bejo. Namun, alya masih memperhitungkan ancaman yang sudah dilontarkan kepadanya.

"Opi deket loh mbak sama bapak", jawab bu bejo yang suka-suka dititipkan opi ketika alya mau pergi keluar. Ketika Opi dibawa main ke rumahnya, tercermin gambaran kelembutan pak bejo. Putri kecil alya dan hendra itu ke digendong pak bejo seolah-olah mengenang masa lalu selagi masih mempunyai seorang anak.

"Gitu ya bu". Alya semakin menyadari bahwa pak bejo tak main-main dengan ancamannya. Ia jadi urung kalau-kalau ada waktu untuk menitipkan Opi pada bu bejo lagi.

"Iya. Kayaknya si bapak masih keinget sama almarhum". Murung muka bu bejo. Ia bernostalgia sebentar . "Ya mau bagaimana lagi. Yang namanya maut, udah ada yang nentuin".

"Pak bejo masih suka kasar sama ibu?", tanya alya. Ia duduk memperhatikan bu bejo bercerita.

"Sudah jarang, enggak tahu juga saya kenapa. Akhir-akhir ini bapak lebih sibuk sendiri", harus diakui bu bejo sudah jarang mendapat perlakuan kasar dari pak bejo, semenjak pria tua itu mengejar-ngejar Alya. "Gimana mbak alya, jadi rencana punya anak laki-lakinya sama mas hendra?". Lanjut bu bejo bertanya.

"Ini lagi usaha bu. Doain ya". Alya tidak mungkin bercerita pada bu bejo mengenai persoalan tempat tidur. Di sisi lain, ia akhirnya menyadari bagaimana pak bejo bisa tahu kalau alya dan hendra sedang mendambakan kehadiran seorang putera.

Bu bejo tentu lantas mengaminkan doa alya. Hanya itu yang bisa dia lakukan sebagai seorang pembantu yang masih mengharapkan upah. "Pak hendra harus bersyukur banget punya istri secantik dan sebaik mbak alya", puji bu bejo yang tak pelit mengumbar senyum.

"Ah ibu bisa aja, justru saya ada sedikit problem nih sama dia". Alya berniat mengungkapkan ganjalan di pikirannya, mengenai prasangka alya bahwa hendra telah berselingkuh. "Saya lagi khawatir bu, Mas hendra di luar sana ada main dengan perempuan lain".

"Eit eit gak boleh berpikiran begitu mbak alya. Gak baik kalau belum jelas bener apa enggaknya. Kadang perempuan memang gampang cemburuan kalau suami udah deket sama temen perempuan, mbak", bu bejo berusaha mengademkan kegelisahan alya.
"Keterlaluan banget kalau sampai pak hendra beneran selingkuh. Istrinya sudah cantik, matanya masih jelalatan"

"Terima kasih sarannya. Saya bisa sedikit lebih tenang sekarang. Tapi, ibu mau bantu saya kan?", tanya alya terlintas ide di benaknya.

"Bantu apa ya mbak alya? Kalau susah-susah ibu gak bisa bantu", ungkap jujur bu bejo

"Gampang menurut saya kok. Ibu bantuin selidiki suami saya ya. Bisa kan? Saya kepengen ibu cari tahu bener apa enggak dia ada main sama perempuan lain", jawab alya belum lepas dari keresahannya.

"Baiklah mbak. Ibu coba bantu", bu bejo menyanggupi. Di otaknya ia justru akan meminta bantuan suaminya.

"Oo ya bu, kalau boleh tahu, pak bejo lagi ngapain di rumah?", alya mendadak penasaran dengan aktivitas pemerkosanya.

"Keluar rumah. Katanya ada yang mau ditemuin sama dia"

"Oh".

###

"He he he, mbak alya, mbak alya" terkekeh pak bejo yang tak mengenakan celana di atas tempat tidur. Ia sedang memegang HP-nya sambil melihat-lihat foto bugil alya. "Kontolku ini yang akan memberimu anak laki-laki sayang. Bukan si hendra itu yang jelas telah gagal membuat kamu becek". Tak lama ia jadi teringat Jaka, almarhum anaknya. "Aku tak perlu sedih lagi terus-terusan mikirin si Jaka, karena mbak alya akan segera memberiku gantinya he he he".

Aktivitas enaknmengurut-ngurut batang penis yang berdiri mengacung di kamar itu dipergokki oleh bu bejo yang baru pulang dari rumah alya sore hari. Sudah pasti terkaget dan geleng-geleng bu bejo melihat yang pak bejo lakukan di usia senja. "Aduh bapak! udah tua masih aja kelakuan kamu!"

"Maaf bu, maaf". Pak bejo memerah malu. Ia turun dari kasur lapuknya untuk cepat mengenakan celana. "Ibu masuk kok gak bilang-bilang. Harusnya ketuk pintu dulu".

"Buat apa pak. Masuk kamar sendiri masa harus pakai ngetuk-ngetuk", ujar bu bejo tak menaruh curiga sama sekali. Justru ia berbagi cerita yang baru didapatnya dari rumah tetangga sebelah. "Mbak alya lucu banget tadi pak"

"Lucu bagaimana?", semangat pak bejo kalau sudah mendengar cerita tentang alya. Telinganya pasti terpasang lebar-lebar.

"Iya, dia cemburuan sama suaminya yang punya temen perempuan. Ibu malah jadi keinget bapak dulu yang cemburuan sama ibu"

"Ah kamu ini. Gak usalah ungkit-ungkit cerita lama. Kita sekarang kan sudah menikah. Udah gak pantes lagi bahas yang seperti itu". Pak bejo yang selesai mengenakan celana, Ia hanya ingin istrinya melanjutkan cerita tentang alya. "Terus, alya ngomong apa aja sama kamu tadi?"

"Dia minta doanya aja pak. Kemarin aku kan udah cerita soal suaminya kepengen punya anak laki-laki, iya kan?". Bu bejo sudah terbiasa bercerita dengan pak bejo sepulang dari rumah alya.

"He he he", tawa pak bejo yang teringat ide busuknya.

"Loh? Kenapa ketawa pak?", bu bejo bingung mengapa pak bejo tertawa tak jelas sumbernya.

"Gapapa. Aku cuma keinget sama kita dulu", tepis pak bejo. Ia mencegah istrinya jangan sampai tahu kalau dirinya memendam hasrat pada alya.

"Aneh kamu ini pak. Tadi kamu bilang gak usah inget-inget masa lalu. Eee sekarang kamu yang malah melanggar sendiri."

"Yaudah. Aku keluar dulu. Suntuk di rumah", pak bejo berjalan perlahan menuju pintu kamar. Bu bejo lalu mencegah.

"Pak bisa bantu aku? Mbak alya tadi minta aku supaya mata-matain mas hendra gara-gara dia cemburuan."

"Wah bisa banget itu bu. Memang ada apa dengan mas hendra?". Pak bejo tak sabar mendengarkan.

"Katanya, mas hendra ada main sama temen kantornya. Mbak alya juga belum tahu pasti" jawab bu bejo yang ringkas dan padat menjelaskan. "Bagaimana? Bisa pak?"

"Gampang itu bu. Kamu tahu sendiri aku ini mantan preman. Informanku banyak". Pak menyelepekan dengan lagak sombong. Ia semakin senang saja mengetahui alya sedang cemburuan dengan mas hendra.

"Mau kemana lagi pak? Bukannya kamu baru dari luar?". Bu bejo memandangi pak bejo membuka pintu kamar

"Enggak jadi. Makanya aku diem di kamar sendiri", ujar pak bejo memunggungi bu bejo.

###

Alya terbangun dari tidurnya yang nyenyak. Dia baru sadar ternyata dia tertidur di depan televisi sepanjang malam. Ia lihat jam di dinding sudah menunjukkan pukul 23.00 WIB. Opi sudah tidur nyenyak. Alya yang baru melek penasaran kenapa suaminya belum tiba juga di rumah, begitu juga dodit dan anis. Dia mulai membangkitkan lagi dugaan kalau suaminya sudah berselingkuh dengan wanita bernama Sinta.

Di sisi lain, gairah alya entah mengapa ikut bangkit. Berbalut daster, alya ingin sekali menyentuh liang kemaluannya yang terakhir kali dibuat banjir oleh batang penis pak bejo. Namun, alya berusaha menahan diri lagi. Ia tidak mau sampai membayangkan bersetubuh dengan pak bejo. Itu sama saja merendahkan dirinya sendiri sebagai istri hendra. "ohh..aku gak boleh ngelakuin hal itu. Aku gak boleh sampai kangen dengan pak bejo".

Dalam lamunan kesepian, kemudian suara telepon di tengah malam mengejutkannya. Alya tidak menyukai suara telpon yang berdering di tengah malam. Suara dering telpon yang terus berbunyi mengingatkannya pada Pak Bejo beberapa malam yang lalu dan itu terus menghantuinya. Alya berharap telpon itu bukan datang dari Pak Bejo. Dengan berat hati diangkatnya gagang telpon dan ditempelkannya ke telinga.

"Halo"

"Halo manis. Aku sangat rindu hangat tubuhmu malam ini, bagaimana denganmu?"

"Kenapa lagi pak bejo?! Aku sudah bilang kan kalo aku gak mau melayani nafsumu lagi!", maki alya tanpa takut-takut karena hendra juga tidak ada di rumah. "Jangan berani macem-macem lagi, atay Aku bakal laporin pak bejo ke polisi!"

Pak Bejo terdiam agak lama. “Apa perlu aku yang ke rumahmu sekarang? Apa perlu kamu aku hajar sekali lagi? Atau mungkin perlu besok aku membawa Opi jalan-jalan dan meninggalkannya di tengah kota? Bukankah kamu tahu Opi dekat denganku?"

Alya mulai berkaca-kaca menahan tangis. Seperti tidak ada jalan lain melepaskan diri dari ancaman maut Pak Bejo. Alya benar-benar ketakutan apalagi tidak ada hendra di rumah. Ia cemas pak bejo bukan hanya menyakiti dirinya tapi juga Opi, anaknya yang masih kecil. Kini Alya merasa hanya bisa pasrah. Ancaman Pak Bejo sangat nyata di depannya. Tubuh alya bersandar di dinding dengan lemas.

“Manis…”

“Ya?”

“Aku bisa bantu kamu mencari tahu perselingkuhan suamimu. Kalau sudah larut malam begini lelaki mana yang tidak berselingkuh sampai lupa pulang ke rumah dan tak memberi kabar"

"Pak bejo gak usah ikut camput urusan rumah tanggaku! Gak usah merasa paling tahu pak!", bentak alya meluapkan emosi.

"Kamu bukannya tahu kalau aku dekat dengan hendra? Aku menyimpan banyak informasi yang tak kamu tahu sayang", pak bejo terus mendesak alya sehingga dia giliran terdiam. "Bagaimana? Setelah kita bersetubuh, aku janji akan bongkar semua rahasia hendra padamu".

“Jangan bohong!”

"Terserah kamu, kalau kamu butuh informasinya aku siap memberi he he he. Begitu juga kamu, harus siap melayaniku". Alya betul-betul tak tahu harus berbuat apa. Pikirannya terombang ambing.
“Aku tunggu di pos kamling kalau kamu mau ya manis.” Klek. Pak Bejo lekas menutup telpon sebelum alya menjawab mau atau tidak.

Tiba-tiba telpon berbunyi kembali. Alya bergegas mengangkat telpon. Terdengar suara kekehan Pak Bejo kembali. "Kalau kamu jadi, aku ingin kamu menggunakan pakaian rumah paling seksi yang pernah kamu miliki dan juga jangan memakai BH dan celana dalam. Aku akan menunggumu.”

“Aku tidak punya pakaian yang seksi.” Bisik Alya
“Aku tidak punya! Mas Hendra bukan orang yang pikirannya kotor seperti Pak Bejo! Dia menikahi aku karena mencintaiku, bukan hanya menginginkan tubuhku!”

Pak Bejo terdiam lagi. Alya takut pria tua marah karena nada suara Alya meninggi. Tapi terdengar suara kekehan pelan yang menyeramkan. “Kalau begitu aku menyerahkan keputusan itu padamu, sayang. Pokoknya aku pengen kamu segera ke pos kamling pakai baju seksi, daster yang tipis juga boleh. Ha ha ha ha!”

Alya menggerutu kesal. “Aku sudah bilang aku tidak pun…”

Tetesan air mata Alya mulai deras. Dengan sesunggukan istri Hendra itu berusaha bangkit, tapi tubuhnya tak mau beranjak dari dinding tempatnya bersandar. Kepalanya terasa berat dan jantungnya terus didera detakan bertubi.

“Bagaimana dengan Opi? Kalau aku keluar, dia sendirian di rumah. Kalau hendra pulang? Apa yang harus aku katakan padanya?”, lanjut alya bertanya.

"Itu gampang manis. Yang terpenting kamu mau atau enggak kemari. Mau atau enggak?!" Alya diam. Lalu pak bejo menanyakan lagi hal yang sama dengan nada meninggi. "Mau atau enggak?!"

"Mmm...mau", jawab alya pelan.

"He he he masalah opi, setelah kamu keluar, aku akan minta istriku menjaganya. Aku bilang kalo kamu buru-buru keluar karena ada saudara dekat yang meninggal dunia. Sedangkan hendra, aku akan berikan informasi bukti perselingkuhan dia ke kamu. Dengan begitu kamu tak usah khawatir kalau hendra menanyakan kamu kemana". Pak bejo senang alya akhirnya menuruti kemauannya.
"Yasudah sayang. Kontolku udah tegang banget ini. Ingin melepas rindu dengan memekmu. Klek.

Alya kembali ke kamar dengan perasaan kacau setelah menyanggupi kemauan pak bejo. Bukan hanya ia akan mendapatkan informasi mengenai perselingkuhan mas hendra, malam ini penis pak bejo akan kembali memasuki liang vaginanya. Itu berarti tak sia-sia alya menahan diri untuk tidak menyentuh kemaluannya. Alya lalu mencopoti bra yang menempel di tubuhnya beserta celana dalam karena ia merasa daster yang dikenakan sudah tergolong seksi. Daster itu tipis sekali, sehingga dengan cahaya seredup apapun, kemolekan lekuk tubuh Alya akan terlihat menerawang. Selain itu dengan daster yang sedikit longgar di bagian leher dan bahu, belahan dada Alya akan terlihat sangat menantang, belum lagi bagian bawah daster sangat pendek hingga hanya bisa pas menutup sampai satu jengkal di atas lutut Alya. Kalau dia membungkuk sedikit pasti vaginanya akan kelihatan

Saat melangkah ke pintu depan, terdengar suara panggilan kecil dari kamar Opi.

“Mama?”

Alya berbalik dan menemui Opi yang terbangun. “Shhh. Tidur lagi yah sayang.”, bisik Alya sambil memeluk dan mencium putri tersayangnya. Opi langsung terlelap dengan cepat. Si kecil itu tidak merasakan lelehan air mata yang menetes di pipi sang ibu.

###

Lokasi pos siskamling yang dimaksud oleh Pak Bejo ada di pojok jalan. Pos itu berbentuk bangunan kecil yang hanya memiliki dua jendela, satu di sisi kanan dan satu di kiri serta satu pintu di sisi luar sementara sisi lain menempel di tembok sebuah pagar beton tinggi milik rumah warga. Tidak ada apa-apa di dalam pos itu kecuali tikar, asbak dan kartu remi. Alya sangat berharap, tidak ada orang lain yang berada di luar rumah malam itu kecuali dirinya dan Pak Bejo.

Harapan Alya terkabul karena malam itu suasana sangat sepi. Hanya suara angin menggesek daun dan beberapa ekor kucing hilir mudik sambil mengeong mencari makan yang menemani suara jangkrik dan serangga malam lain.

Alya merasa aneh berjalan sendirian malam hari ini seperti ini dengan pakaian yang sangat tipis dan menerawang. Dia berjalan mepet di sisi tembok agar bisa bersembunyi di balik bayangan pagar yang tinggi. Walaupun suasana sepi, tapi Alya tidak mau mengambil resiko. Untung saja jarak antara rumah dan pos kamling tidak terlalu jauh.

Walaupun hanya mengenakan daster dan tidak mengenakan make-up apa pun, wajah Alya tetap mempesona. Hanya dengan memandangi keelokan paras dan keseksian tubuhnya saja, penis tua Pak Bejo bisa menegang. Bandot tua itu geleng-geleng. Dia masih belum bisa mempercayai keberuntungannya. Pria tua buruk rupa seperti dirinya akhirnya bisa juga meniduri wanita cantik dan alim seperti Alya.

Terdengar suara ketukan pelan di pintu pos kamling. Pak Bejo segera membukanya.

Alya terlihat sangat cantik dalam balutan daster tipis menerawang. Tubuhnya yang luar biasa indah terlihat semakin seksi dan kulitnya yang putih seakan menyala di kegelapan malam. Dia terlihat bagaikan seorang bidadari yang baru saja turun dari khayangan.

Pak Bejo Suharso terkekeh-kekeh melihat penampilan mempesona wanita yang akan segera disetubuhinya. “He he he, luar biasa, Mbak Alya. Benar-benar cantik dan montok.”

Alya terdiam dan memalingkan wajahnya yang memerah karena malu. “A-aku sudah datang kemari. Aku harap Pak Bejo…”

“Sstt, jangan membangunkan tetangga yang sudah tidur. Ayo masuk ke dalam.”

Alya menurut saja dan masuk ke dalam pos kamling. Hanya berdua dengan bandot tua bejat itu membuat tubuh Alya menggigil ketakutan. Dia hampir tak percaya apa yang sedang dilakukannya. Alya terpaksa rela menyerahkan diri untuk digauli tetangganya yang buruk rupa demi keamanan opi dan rahasia perselingkuhan hendra. Pak Bejo menutup pintu pos kamling dan menguncinya. Tak lupa dia juga menutup gorden agar tidak ada orang yang bisa mengintip sekaligus iri dengan adegan yang akan segera terjadi di dalam pos kamling ini.

Alya berdiri di tengah pos kamling sambil memeluk dirinya sendiri yang kedinginan terkena udara malam walaupun sudah menutupinya dengan jaket. Tubuh Alya masih terus bergetar, bukan dikarenakan oleh dinginnya semilir angin tapi karena perasaannya yang campur aduk.

"Ayo dibuka jaketnya sayang", pinta pak bejo yang sudah berdiri telanjang bulat.

"Iya sabar", jawab alya melepaskan dan menyerahkan jaketnya pada pak bejo.

"Wwoohh, montok tubuhmu sayang. Aku berjanji malam ini tidak akan mengecewakanmu", pak bejo terpesona dengan kencangnya buah dada alya serta putih mulus merona kedua pahanya.

“Uhhhhhmmm.” Desah Alya lirih saat tubuh hangat Pak Bejo tiba-tiba mendekapnya dari belakang. Pria tambun itu tidak perlu berbasa-basi dan ingin langsung menyantap hidangan utama yang lezat yang disuguhkan oleh ibu rumah tangga yang masih muda dan sangat cantik ini. Tangan Pak Bejo bergerak menyusur seluruh tubuh Alya sementara dia menempelkan tubuhnya sendiri di belakang sang ibu muda yang molek itu.

Alya memejamkan mata, setengah tak rela tubuhnya disentuh lelaki selain suaminya, setengahnya lagi menikmati rabaan Pak Bejo di setiap jengkal tubuhnya, karena memang ia inginkan hal itu. Alya makin merinding ketika pria tua itu mulai menciumi bagian belakang leher dan telinganya. Mencumbu liar sehingga suara kecupan Pak Bejo menjadi satu-satunya suara yang mengisi sepinya malam itu. "Cyuphh...cyupph..."

"Aduhh...". Alya melenguh.Pak Bejo menempelkan penisnya yang mulai mengeras di sela-sela pantat sang ibu muda. Pria tua yang makin bernafsu itu menggerak-gerakkan kontolnya di belahan pantat Alya dengan gerakan yang lembut sementara bibirnya terus menciumi bagian belakang kepala Alya. Kedua tangan Pak Bejo mulai bergerak bebas, mencaplok buah dada Alya yang ranum.

Untuk beberapa saat lamanya Alya hanya berdiri di tengah pos kamling sementara Pak Bejo terus meraba-raba seluruh tubuhnya. Baru kali ini pria tua menjijikkan itu memperlakukannya dengan lembut. Alya perlahan meyakini ucapan Bu bejo tadi siang.

Tak perlu waktu lama bagi Pak Bejo untuk segera melucuti pakaian yang dikenakan oleh Alya. Dia segera mendorong tubuh ibu muda jelita itu ke tikar yang kotor di lantai pos kamling. Daster tipis Alya dilucuti. Pria tua itu segera beraksi. Pak Bejo menciumi ujung jari kaki Alya dan perlahan turun terus hingga ke daerah betis, lutut, paha dan akhirnya selangkangan Alya. Ketika sampai di daerah rambut halus bibir vagina Alya, ibu muda itu menangis. Alya merengek-rengek dan meremas ujung tikar dengan perasaan campur aduk, antara menikmati dan menolak.

Ketika Pak Bejo menjilati memek alya yang manis, Alya menggerakkan pinggulnya tanpa sadar dan tubuh seksi wanita cantik itu melonjak-lonjak karena rangsangan luar biasa yang diakibatkan oleh jilatan lidah Pak Bejo. Tak bisa disangkal, manisnya cairan cinta meleleh di pinggir bibir vagina Alya, Pak Bejo merasakan jemari Alya menjambak rambutnya. Pak Bejo gembira karena Alya rupanya telah tenggelam dalam nafsu birahi.

“Jangaaan… jangaaaan… aku tidak mauuuuu!!!” Alya megap-megap sambil menggeleng kepala menolak kenikmatan badani yang tiba-tiba saja mencapai puncak dan menguasai tubuh indahnya. Wanita cantik itu telah mencapai orgasme awal karena tidak bisa menahan gejolak nafsu birahinya sendiri.

Tubuh Alya melejit dan lepas dari pelukan Pak Bejo. Pria tua itu melepaskan Alya dan membiarkannya terkapar di tikar. Mata Alya terbelalak dan tubuhnya menggigil karena ketakutan saat melihat Pak Bejo melucuti pakaiannya sendiri. Kontol hitam pak bejo mengacung tegak, pertanda siap menggenjot memek alya. Pria tua bertubuh gemuk dan berkulit gelap itu berlutut dan menempelkan ujung gundul kemaluannya yang basah di bibir vagina Alya. Saat dilesakkan kontolnya ke dalam memek Alya, ternyata liang cinta ibu muda itu belum sepenuhnya terlumasi. Hanya sebagian saja dari keseluruhan batang kemaluan Pak Bejo yang bisa masuk.

“Ahhhh… jangaaaaan diteruskaaan… saya mohon Pak! Sakiiiit!! Jangaaan!… pelaaan! Pelaaan sajaaa!! Jangaaaan!! Hentikaaan!! Hentikann!!” Alya menjerit lirih karena takut membangunkan penghuni komplek di sekitar pos kamling, tapi rasa sakit yang dirasakannya terlalu menyiksa sehingga air mata menetes di wajahnya.

"Sana! Sana! Jangan deket! Deket!", Alya berusaha mendorong tubuh Pak Bejo menjauh darinya walaupun sia-sia. Alya hanya bisa menangis sesunggukan dan berusaha tabah saat Pak Bejo malah menyodokkan sisa kontolnya ke dalam memek Alya.

“Siap-siap dientot ya, Bu Hendra?” ejek Pak Bejo yang sengaja memanggil Alya dengan nama suaminya. Wajah Alya memerah karena dipermalukan seperti itu. Ia pandangi batang kontol pak bejo yang sudah berada di dalam liang peranakannya. Terjepit penuh. Urat-urat kontol pak bejo tak terhindarkan akan siap menggaruk itil milik alya. "Addduhh! Sakitttt!!!"

Pak Bejo menarik kaki Alya yang jenjang dan menempelkannya di kedua sisi wajahnya. Ibu rumah tangga yang cantik itu harus merelakan tubuhnya dibolak-balik oleh Pak Bejo yang memang berniat menikmati seutuhnya keindahan tubuh Alya. Dengan kaki terangkat ke bahu Pak Bejo, Alya memejamkan mata karena tahu apa yang akan segera dilakukan pria tua itu.

Pak Bejo menarik pinggul Alya dan menjebloskan penisnya ke dalam memek Alya.

“Aaaaaaaaaduhhhh!!! Jangaaaaaaaann!! Sakiiiiiiiiiit paaakk!! Aduuuhhhhh… jangaaaan… pelaaan sajaaa! Pelaaaan pak!!” pinta memelas Alya belum digubris oleh Pak Bejo yang sudah kepalang nafsu.

Teriakan dan desis perih Alya ibarat musik yang merangsang di telinga Pak Bejo yang bejat. Mendengarkan suara wanita idamannya menjerit-jerit kesakitan dan menggeram karena merasakan desakan penisnya di dalam vagina membuat Pak Bejo sangat tak sabar menyemburkan sperma. Pak Bejo menarik sedikit batang kemaluannya. Hal ini membuat Alya bisa bernafas sedikit lega, sayang tak berlangsung lama. Saat Alya masih terengah-engah dan menarik nafas, tiba- tiba Pak Bejo tanpa belas kasih mendorong batang penisnya masuk ke rahim Alya sampai ujung terdalam! Mentok! Alya menjerit kesakitan saat kontol itu menguasai liang memekny yang sempit.

“Hiyaaaaaaahhh!!” teriak Alya di tengah sepinya malam. Dia sudah tidak peduli lagi kalau-kalau ada orang yang melewati pos kamling itu. Kontol pak bejo akan dilayaninya. Batang kelamin pak tua tersebut masuk sepenuhnya ke lubang vagina Alya. Sekali lagi wanita cantik itu merasakan pahitnya disetubuhi lelaki menjijikkan seperti Pak Bejo.

Pak Bejo mulai memompa kontolnya dalam-dalam di memek Alya. Kenikmatan bersetubuh dengan Pak Bejo yang pernah dirasakan oleh Alya saat diperkosa pria tua ini kembali terulang. Bahkan, lebih panas. Pandangan mata Alya mengabur karena kenikmatan luar biasa yang ia rasakan. Sekilas ia lihat muka sange pak bejo keenakan selagi menyodok-nyodok memek alya. Tubuhnya menjadi lemas dan kepalanya ia sandarkan pada tikar lusuh urakan tersebut. Mulut Alya pun menganga nikmat dan rahangnya mengeras saat si cantik itu akhirnya menyerah pada kenikmatan ragawi yang diberikan Pak Bejo.

“ahh! ahh!” lenguh Alya pasrah saat pria tua itu menyetubuhinya begitu bernafsu.

Pak Bejo meremas susu Alya yang montok dan menjilatinya dengan lidah. Dia melakukannya dengan sedikit kasar karena gemas oleh keindahan puting payudara Alya. Ibu rumah tangga yang cantik itu menarik nafas dalam-dalam karena bibir Pak Bejo yang besar seakan memoles seluruh buah dadanya dengan air liur. Sesekali bibir gelap lelaki tengik itu menyedot kuat seakan ada susu memancar. Jilatan Pak Bejo tak kalah ganas. mengitari pentil Alya yang mengeras dan sekali dua kali dia menggigit ujungnya dengan lembut.

“Aaaaaaaahh!!” Alya menjerit karena sensasi yang ia rasakan. Sakit yang ia rasakan berasal dari selangkangannya berubah menjadi kenikmatan yang luar biasa. Memek Alya yang disodok kontol Pak Bejo berulang-ulang akhirnya mengeluarkan cairan cinta yang langsung membanjir. Rasa malu dan puas bercampur menjadi satu sehingga wajah Alya memerah. "Paak bejooo! Aahhh!"

Pak Bejo melepas lumatan pada buah dada Alya dan menangkup pipi pantatnya yang bulat mulus. Alya melenguh saat Pak Bejo meremas dan memilin bokongnya yang halus dengan tangannya yang kuat. Penis Pak Bejo masih keluar masuk ke dalam memek Alya yang hangat dan semakin becek. Pinggang Pak Bejo berulang kali bertamparan dengan paha mulus Alya. Karena dilepas oleh Pak Bejo, payudara Alya yang besar bergoyang-goyang erotis seiring gerakan maju mundur pria tua itu.

“Aaah! Aaah!!” Alya terengah-engah tiap kali kontol Pak Bejo menerobos ke dalam liang cintanya yang hangat dan basah. Pria tua itu menyetubuhi Alya dengan kecepatan yang makin lama makin meningkat. Seiring makin cepatnya Pak Bejo mengentoti Alya, makin bertambah pula kepuasan mereka berdua hingga hampir sampai ke puncak. Keringat mulai membasahi sekujur tubuh telanjang Alya yang putih mulus. Pak Bejo meringis menahan kekuatan dan giginya terkatup kuat-kuat.
"Orrhhh ennaak entot memekmu manis!"

“Huh! Hhhhh!” Alya melenguh berulang, tubuhnya bergerak-gerak seiring desakan penis Pak Bejo makin cepat dalam rahimnya.

“Ayo… sayang!! Kita… buatkan… Opi… adik laki-laki…!! Huhnggh! Mbak Alya!!” kata Pak Bejo. Wajahnya yang berkeriput penuh keringat dan nampak cerah karena bisa menyetubuhi wanita idamannya.

Pak Bejo memeluk erat tubuh Alya. Ia mendekatkan wajah Alya ke wajahnya sendiri dan mulai menangkup bibir Alya dengan bibirnya. "Nyompphhh....." Bibirnya yang tebal mengelus-elus bibir Alya hingga basah kuyup oleh air ludah. Lidahnya yang panjang juga bergerak menyusur seluruh bagian dalam mulut Alya. Mata indah Alya terbelalak karena hampir tersedak.

“Hngghh!!” Alya melenguh parau. Pak Bejo melepaskan ciumannya.

“Bersiaplah menerima… uh! …spermaku…, manis!! Dia akan menjadi anak laki-laki kita!” Pak Bejo meraung dan mengatupkan mata saat dia hampir mencapai titik puncak kepuasan. Tangannya mencengkeram bulat pantat Alya, melebarkan bibir memek istri Hendra itu agar bisa menerima penisnya yang besar.

“Engh! Engh! Engh! Huff! Ahhh!! Ahhhh!!” Alya mengeluarkan lenguhan berirama tiap kali Pak Bejo melesakkan penisnya ke dalam vagina Alya. Ibu rumah tangga yang sintal itu tidak bisa mengumpulkan pikirannya dan berkonsentrasi, dia hanya mengikuti gerakan Pak Bejo. Alya telah dibuai kenikmatan sehingga tidak bisa berpikir apalagi mengucapkan kata-kata. Tubuhnya mental-mental dalam pelukan Pak Bejo. Alya menggeleng--gelengkan kepalanya ke belakang. Rambut panjangnya berubah ikal. Alya telah menyerah pada rasa nikmat yang ia rasakan di daerah selangkangan. Entah kenapa dia ingin sekali merasakan kehangatan sperma Pak Bejo di dalam liang cintanya. Dia ingin laki-laki tua itu segera menuntaskan permainannya.

“Hah! Hah! Hah! Hah!”, Pak Bejo melenguh penuh kemenangan. Ia menarik pinggangnya ke belakang untuk menyiapkan satu tusukan akhir ke vagina Alya sekaligus menyemburkan benih bayi.

“Huuuuuuuuuuuunnngggghh!! Enakkkkk entot bini si hendra!!”, raung pria tua saat akhirnya ia melesakkan penisnya dalam-dalam. “Hunngghh!! Hunghhh!! Engghhh!! Hahhhh!!”, Pak Bejo menggeram keenakan saat pinggangnya menampar paha Alya kuat-kuat dan menyemprotkan banjir air mani dalam liang kemaluan ibu muda yang seksi itu.

Alya tak pungkiri. Ia bisa merasakan semprotan mani kental yang hangat dan lengket di dalam rahimnya. Sensasi yang ia rasakan membuatnya sampai ke ujung kenikmatan. Kepalanya terpental ke belakang, rambutnya melambai di udara dan Alyapun berteriak penuh kepuasan. “Ahhhhhhhh!!”. Seluruh sudut tubuhnya mengeras untuk sesaat dan kemudian orgasme pun meledak dalam tubuhnya. Tak pernah sebelumnya saat bermain cinta dengan Hendra Alya memperoleh kepuasan seksual seperti sekarang. Walaupun dalam hati Alya lebih baik mati daripada mengakui kenikmatan ini.

“Fuhh… fuhh… fuh…” Alya terengah-engah usai mengalami orgasme hebat dan melayani nafsu iblis Pak Bejo. Tubuh telanjang Alya tergolek tak berdaya dan air mani pak bejo meluber keluar dari dalam memeknya.
 
mantabbbbbb....cerita legend nih, apalagi udah di modif, jadi tambah greget baca nya suhu...
 
Semangat bos,biar cepet dapat ide untuk modif lalu update lagi
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd