Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA TAMAT Rara

Introduction

***

“...ini menyebabkan, gaya gravitasi di puncak pohon kelapa sebenarnya berbeda dengan gaya gravitasi di permukaan tanah.” Aku menutup penjelasan.

Seorang teman mengangkat tangan hendak bertanya, kusilakan dengan anggukan,

“Jika berbeda, mengapa nilai konstanta gravitasi yang digunakan tidak dibedakan berdasarkan ketinggian? Beda angka tentu beda hasil, kan?”

“Pertanyaan yang hebat,” jawabku tersenyum.

“Kita sedang berbicara dalam semesta Newton, di mana selisih konstanta sangat kecil, sehingga dapat diabaikan. Beda lagi apabila kita menggunakan semesta relativitas Einstein, selisih sekecil apapun harus kita perhitungkan.”

Kami sedang berdiskusi di kelas Fisika 101. Mata kuliah semester 1. Semua mahasiswa berkepala plontos, tidak terkecuali aku.

2 semester awal adalah Tahun Pertama Bersama. 178 mahasiswa dari 5 jurusan berbeda berkuliah dalam 1 ruangan, kemudian dibagi secara heterogen dalam beberapa kelompok-kelompok kecil untuk berdiskusi atau praktikum. Aku tergabung dalam kelompok VI.

Kelompok VI terdiri atas 26 mahasiswa. Jika diminta mengingat nama mereka satu per satu, tentu sulit bagiku. Pergaulan dengan mereka setahun itu hanya terasa pertemanan yang semu. Setelah lulus mata kuliah itu, teman yang berbeda jurusan tidak lagi punya greget bertemu. Kecuali aku dengan salah satu di antara mereka. Seorang wanita.

Ya, suhu sekalian, ada satu wanita yang tidak akan terlupa. Wanita yang namanya tertoreh indah dalam benakku dengan pena rasa. Pena yang tajam, yang tiap goresannya meninggalkan luka yang dalam..

***

Aku mengenal Sahara Andini pada hari kedua masa orientasi mahasiswa baru. Sikapku yang sok kenal dan sok dekat ternyata tidak mengganggu baginya, dan membuat kami langsung akrab pada pertemuan kedua, ketiga dan seterusnya.

Hara - begitu dia ingin dipanggil - adalah kaum pribumi. Begitu kami menyebut mahasiswa yang merupakan alumni SMA dalam kota Makassar, seperti aku.

Pertemuan pertama kami berlangsung sangat singkat. Kami sedang berdiri mengantri untuk mengambil perlengkapan mahasiswa baru saat itu, ketika kulihat dia, gadis yang berdiri dalam barisan sebelah, beberapa langkah di muka.

“Hey,” bisikku, kucondongkan tubuhku ke arahnya.

“Sudah sampai mana? MacGregor atau Blackwell?”

“Apa?” dia saat itu terlihat bingung dengan pertanyaanku.

“Novelnya sudah dibaca sampai bagian mana? Masih di keluarga McGregor atau sudah tentang keluarga Blackwell?” lanjutku, masih berbisik.

Yang kumaksudkan adalah buku yang menyembul dari tas punggungnya. Novel yang sedikit terlihat sampulnya, ilustrasi sebongkah berlian dengan noda darah. Buku itu adalah tulisan Sidney Sheldon, seorang maestro yang novel-novelnya menghiasi wall of book di rumahku.

“Hoo.. buku ini. Aku baru mulai baca, masih tentang Jamie McGregor. Blackwell itu siapa?” tanyanya balas berbisik.

Posisi badannya yang sedikit berbalik membuatku baru benar-benar memperhatikan wajahnya. Wajahnya manis, menyenangkan dan tidak membuat bosan. Dagunya sedikit berbelah, serasi dengan bibirnya yang tipis dan kulitnya yang cerah. Aksen wajahnya ada pada hidung yang bangir, menyangga sebentuk kacamata dengan frame persegi. Matanya cokelat terang, memberi pesona paduan asia timur dan tenggara. Hadiah indah dari ibu dan ayahnya (kelak kutahu ketika kukenal dia lebih dari ini).

Barisan antrianku yang tiba-tiba bergerak lebih banyak ke depan membuat kami terpisah jauh. Sekilas ku berbisik,

“Lanjut kapan-kapan yah.. Ohya, Ananta, Fisika.”

“Hara, Kimia.” Balasnya, tersenyum.

Duh, Puangku Marajae ri Botillangi.. Ampuni hati ata-mu yang mudah mendua ini..

***

Aku bukan pria single ketika itu. Oke, baik, secara administratif aku memang masih lajang, hihi.. Tetapi saat itu aku punya odo’-odo’. Aku sedang dekat dengan seorang gadis remaja di lingkungan tempat tinggalku. Seorang gadis yang kutaksir dan berbalas.

Tetapi apa salahnya menambah kenalan, bukan? Hara memang menarik secara fisik, tetapi apa yang salah dengan itu?

Rasionalisasi berupa pertanyaan retoris ini terus kuulang dalam kepalaku. Menemani bulan-bulan yang kulalui bersama Hara.

Kantin, gazebo di tengah taman, padang rumput di naungan pohon dekat parkiran dan taman baca, menjadi saksi perasahabatan kami.

Bioskop, pantai Appalarang dan peraduan menjadi wahana ketika babak baru kami masuki dalam hubungan panjangku dengannya.

Ijinkan aku menceritakan semuanya di sini, peristiwa demi peristiwa..

Ohya, sebelum lupa, namaku Ananta Pancaroba..

***

Hari minggu adalah hari keluarga.
Nubi ajak keluarga jalan-jalan dulu yah, suhu sekalian..

Semoga terhibur..

:)
 
Terakhir diubah:
Eh ini potongan dr cerita apa sih, pernah baca tp kok jd lupa
 
ane numpang gelar tenda suhu
 
Eh ini potongan dr cerita apa sih, pernah baca tp kok jd lupa

Husna dan Lily gan..........

Duh pake nama Sahara lagi, yayang gw nama belakangnya Sahara broo.........
tapi ceritanya harus bagus ya broo.....
 
Akhir nya rara side story muncul juga..

Tks suhu...:jempol:
 
Husna dan Lily gan..........

Duh pake nama Sahara lagi, yayang gw nama belakangnya Sahara broo.........
tapi ceritanya harus bagus ya broo.....

Ga janji bisa bagus, suhu..
:)

Hanya menuturkan apa yang pernah terjadi, bagus ngganya ada di penilaian suhu nanti..
:)
 
Bimabet
Looking forward for this! Ekspektasi ane jadi tinggi nih heuheu
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd