Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Ritual Sex di Gunung Kemukus

Bab 36 : Sebuah Tanda Tanya

Aku membuka mata, kulihat Bu Tris dan Marni duduk di pinggir ranjang memperhatikanku. Wajah mereka terlihat lega melihatku membuka mata.

"Jang, kamu sudah sadar? " ujar Marni kegirangan melihatku membuka mata.

"Kok kalian ada di sini ?" tanyaku heran.

"Kamu dua hari tidur gak bangun bangun. Badan kamu panas banget. Ngingo terus " kata Marni menjelaskan.

Aku bangun lalu duduk bersandar. Tenggorokanku rasanya haus benar. Seperti menverti apa yang aku pikirkan, Bu Tris memberikanku segelas air putih. Aku meminum air putih yang diberikan Bu Tris hingga habis. Lega rasanya dahagaku terbayar tuntas.

"Mbak Narsih ke mana?" tanyaku sekedar berbasa basi. Padahal aku tahu Bi Narsih mencari mobil.

Bu Tris tiba tiba memijit kakiku membuatku merasa risih diperlakukan begitu. Padahal aku merasa diriku sehat tidak sakit sama sekali. Cuma mungkin karna mimpiku terlalu panjang, maka tidurkupun menjadi panjang juga.

"Gak usah dipijit, Bu. Saya gak apa apa kok. " kataku menolak perlakuan istimewa Bu Tris.

"Gak apa apa. Mungkin kamu keracunan ASInya Marni, makanya kamu pingsan dua malam." canda Bu Tris kuanggap serius.

"Masa sich, saya keracunan ASI Bu?" tanyaku heran.

"Ibu jangan didengerin, Jang. " marni tertawa geli melihat wajahku yang terlihat serius.

Sedang asik kami ngobrol, Bi Narsih datang dengan seorang mantri puskesmas yang akan memeriksaku. Terlihat wajah Bi Narsih lega melihatku yang sudah bangun, duduk bersandar di ranjang.

"Alhamdulillah kamu sudah sadar. Narsih benar benar khawatir
" kata Bi Narsih yang langsung menciumiku saking senangnya.

"Pak, tolong diperiks!" kata Bi Narsih mempersilahkan mantri puskesmas memeriksaku.

Dengan teliti Pak Mantri memeriksa dadaaku, mulut, mata bahkan tekanan darahku. Pak mMantri juga bertanya tentang kondisiku dan apa yang kurasakan. Setelah selesai Pak Mantri berbalik ke arah Bi Narsih.

"Alhamdulillah Bu, suami Ibu sehat tidak kurang apa apa." kata Pak Mantri sambil berpamitan pulang.

Setelah Pak Mantri pergi, Matni dan Bu Tris meninggalkan kami berdua di kamar. Bi Narsih terus memelukku seakan takut kehilanganku. Aku membalas pelukannya dengan erat.

Setelah beberapa saat saling berdiam diri, aku mulai menceritakan mimpiku secara detil tidak yang aku lewatkan. Bi Narsih mendengarkan dengan serius sampai aku selesai bercerita. Bi bangun dan dudk bersila menghadapku. Digenggamnya tanganku dengan penuh kasih sayang.

"Jang, berarti ritualmu sudah selesai, sudah sempurna. Kita sudah bisa pulang." kata Bi Narsih terlihat senang.

"Iya Bi, besok kita bisa pulang." kataku ikut senang. Aku sudah kangen istriku Ningsih dan juga ibu serta ke dua adikku.

"Iya, besok kita pulang. Sekarang kamu istirahat biar cepat sehat." kata Bi Narsih.

"Narsih, Ujangkan sudah tidur 2 hari, masa disuruh tidur lagi.!" kataku merajuk manja.

"Terus kalau gak tidur kamu mau ngapain ?" tanya Bi Narsih mencubit pipiku.

"Mau nyusu !" kataku sambil meremas tetek Bi Narsih dengan lembut.

"Enakan juga nyusu sama Marni, teteknya gede banget, pasti susunya banyak." kata Bi Narsih menggidaku membuatku terselak. Sepertinya Bi Narsih tahu.

Tiba Marni mengetuk pintu kamar.

"Mbak, ini minuman sama makanannya. " kata Marni dari luar kamar.

"Iya Mar, masuk aja." kata Bi Narsih menyuruh Marni masuk.

Marni masuk dengan membawa nampan berisi air putih dan air manis serta nasi dan lauknya. Lalu meletakkanya di meja samping ranjang.

"Makan dulu, Jang. Sudah dua hari kamu gak makan." kata Bi Narsih setelah Marni keluar kamar. Bi Narsih mengambil piring berisi nasi dan lauk pauknya lalu mulai menyuapiku dengan sabar. Dalam sekejap nasi dalam piring sudah habis kumakan.

Selesai makan aku keluar kamar untuk merokok. Di ruang tamu ternyata ada Pak Tris dan istrinya sedang mengobrol, mereka heran melihatku keluar kamar.

"Jang, kok kamu gak istirahat sampai benar benar sehat?" tanya Pak Tris.

"Saya gak sakit, Pak. Cuma saya kecapean, jadi ketiduran dua hari. Kan kata Pak Mantri tadi, saya sehat." kataku.

"Ya sudah, saya mau keluar dulu, ada perlu." kata Pak Tris berpamitan.

Begitu Pak Tris keluar rumah, Bi Narsih keluar dari kamar dan langsung duduk di sampingku yang sedang merokok.

"Bu, bisa minta tolong dibuatkan kopi?" tanya Bi Narsih ke Bu Tris. Bi Narsih benar benar tahu yang ada dipikiranku.

Belum sempat Bu Tris menjawab, Marni sudah muncul membawa kopi hitam untuk bapaknya. Tapi karna bapaknya sudah pergi ahirnya kopi diberikan kepadaku. Aku langsung meminum kopi pemberian Marni, nikmat sekalu rasanya. Kepalaku .enjadi lebih segar.

Marni dan Bu Tris pamitan mau ke dalam, tinggal aku berdua diruang tamu dengan Bi Narsih. Aku melihat jam dinding, baru jam 1 siang. Tiba tiba aku berpikir untuk pulang hari ini.

"Sih, kiya pulang sekaranh aja. Kan ritual Ujang sudah sempurna." aku mengajak Bi Narsih pulang.

"Besok aja, nanti sore Narsih mau ngajak kamu nemuin seseorang, dia kenalan ayahmu." kata Bi Narsih membuatku terkejut.

"Kenalan ayah di mana?" tanyaku dengan suara bergetar.

"Dulu ayah kamu sering ke sini sama seperti kamu. Ayah kamu penjahat kelamiin, gak jauh beda sama kamu. Sama sama penjahat kelamin." kata Bi Narsih, matanya menerawang mengingat masa lalu.

"Berarti yang pertama ngajak Narsih ke sini, Ayah?" tanyaku menebak.

"Iya, setiap malam 1 Suro pasti Narsih ke sini." Bi Narsih tersenyum.

"Dengan orang bogor, Bi ?" tanyaku lagi.

"Bukan, tapi ditemani kenalan ayah kamu. Rumahnya gak jauh dari sini." kata Bi Narsih lagi.

"Narsih mau ritual dengannya?" tanyaku dengan perasaan cemburu. Aku harus berbagi Bi Narsih dengan pria. Entah kenapa aku ingin memiliki Bi Narsih seutuhnya.

"Narsih bukan mau ketemu dengan teman ritual, tapi mau ketemu dengan salah satu teman ritual ayahmua. Pak Tris kenal orang itu. Pak Tris mau nganter Narsih ke orang itu." kata Bi Narsih menerangkan.

"Nginep di sana ? Yerus Ujang ditinggal sendiri?" tanyaku lagi. Aku seperti anak kecil yang merajuk tidak mau ditinggalkan oleh ibunya.

"Iya, kan kamu bisa minta dikelonin Marni. Keliatanya kamu ngeliatin susunya Marni mulu." kata Bi Narsih sambil mencubit pipiku.

"Ngomong apa, sich. !" kataku malu.

"Ini Gunung Kemukus, Jang. Kamu bisa ngajak cewek mana aja, kalau cocok bisa lanjut ke ranjang." kata Bi Narsih.

Tiba tiba Marni keluar dari dalam sambil menyusui bayinya yang terbangun. Melihat Marni sedang menyusui anaknya tanpa kusadari kontolku langsung terbangun dari tidurnya.

"Marni, nanti sore Mbak mau pergi nemuin temen. Kamu mau gak nemanin Ujang semalam?" tanya Bi Narsih tanpa basa bas membuatku merasa jengah.

"Iya, Mbak. Nanti Marni temenin." kata Marni sambil mengedipkan mata kepadaku.

********

Jam 5 sore Bi Narsih berangkat diantar Pak Tris nyari temannya yang entah di mana. Tinggal aku dirumah ditemani Marni dan Bu Tris. Risih rasanya dutinggal di rumah orang yang penghuninya cuma wanita semua walau itu hal yang biasa di Gunung Kemukus.

Kulihat Marni keluar menggendong bayinya. Agak aneh aku melihatnya tidak seperti biasanya, sore ini dia memakai gaun terusan yang mempunyai kancing di dadanya sehingga teteknya bisa dengan mudah dikeluarkan saat akan menyusui. Gaun terusan berwarna pink serasi dengan kulitnya yang bersih. Wajahnyapun memakai make up tipis dan lipstik yang juga tipis. Dia terlihat lebih cantik dari pada biasanya.

Bukan hanya Marni yang berdandan, Bu Tris seperti tidak mau kalah dengan anaknya. Tampil menggunakan celana leging dan kaos yang tampak kekecilan sehingga mencetak bagian vital tubuhnya yang bohai dan montok. Wajahnyapun memakai bedak tipis dan juga lipstik berwarna merah menyala sehingga bibirnya yang tebal terlihat unik dan lucu tapi tidak mengurangi kecantikan khas wanita dewasa yang sudah matang.

Bu Tris membuatkanku kopi yang cukup kental, khas kopi jawa yang dicampur jagung dan kopra sehingga permukaanya agak berminyak. Beda sekali dengan rasa kopi kebanggaan orang Bogor. Tumben Bu Tris yang membuatkan kopi, biasanya juga Marni. Mungkin karna Marni sedang menyusui anaknya, pikirku. Sambil melihat Marni yang sedang menyusui anaknya.

"Hayo, kamu ngeliatin tetek Marni mulu ya? Gak kapok keracunan ASInya Marni?" kata Bu Tris menggodaku yang jelalatan melihat tetek Marni yang WOW.

"Ibu ini, bilang aja pengen nyusuin, Ujang." kata Marni membalas candaan ibunya.

Waduh, aku mau disusuin Ibu dan anak, mana keduanya punya dada WOW. Mimpi apa aku semalam.

"Paling juga si Ujang milih susu kamu yang masih segar." kata Bu Tris.

Mendengar ledekan mereka terus menerus, akupun jadi ikut ikutan berani. Dengan nekat aku meremas payudara Bu Tris yang kebetulan duduk di sampingku.

"Aduh, Ujang. Tetek nenek nenek kamu remes juga. Gak puas sama tetek Marni?" kata Bu Tris tanpa berusaha menepiskan tanganku.

"Jang, emangnya kamu kuat ngelawan kami berdua?" tanya Marni iri melihat aku meremas tetek ibunya.

"Boleh dicoba !" kataku semakin ngawur. Kontolku sudah semakin tegang. Birahiku semakin memuncak melihat kemontokan ibu dan anak.

"Ya udah, kamu susuin anak kamu dulu, sekarang bagian ibu yang nyusuin si Ujang. " kata Bu Tris menarik tanganku masuk kamar depan tempatku menginap.

Sampai kamar Bu Tris langsung membuka seluruh pakaiannya hingga bugil. WOW ternyata teteknya Bu Tris benar benar jumbo menggantung seperti buah pepaya. Tubuhnya ternyata tidak terlalu gemuk, pahanya besar menyembunyikan memeknya yang berbulu jarang seperti jembutnya Marni.

"Kok kamu belom buka baju? Mau ibu bukain bajunya? " kata Bu Tris sambil nenarik kaosku lepas lewat kepala, lalu Bu Tris berjongkok membuka celana panjang dan celana dalamku. Kontolku yang sudah ngaceng sempurna berdiri menunjuk wajah Bu Tris.

"Walah, ini kontol wong (orang ) apa kontol jaran(kuda). " kata Bu Tris sambil menggenggam kontolku dengan gemas lalu mengocok ngocoknya dengan cepat. Mulutnya langsung melahap kepala kontolku dengan bernafsu.

Sepongan Bu Tris ternyata enak juga. Sama enaknya dengan sepongan Marni. Batang kontolku dijilatinya hingga basah lalu kembali kontolku dihisapnya dengan kuat. Ahirnya aku menyerah.

"Udah Bu, nantu Ujang keburu keluar. Ibu tiduran di pinggir ranjang, biar ibu bisa ngerasin dientot kontol Ujang." kataku.

Bu Tris langsung merebahkan tubuhnya diranjang, aku menyusul naik. Mukaku nyungsep ks selangkangan Bu Tris yang sudah mengangkang. Memeknya terlihat kecil dan berwarna pucat. Aku mencium bau memeknya yang bercampur bau sabun tampak sudah basah dan lendirnya membasahi selangkangannya yang gemuk. Kujilati itilnya dan kugelitik, jarinku menusuk memeknya.

"Aduh, ennnak banget. Belom pernah memekku dijilat kaya gini ." kata Bu Tris sambil memegang kepalaku yang nyungsep di memeknya.

Lidahku semakin liar mengelitik itilnya lalu menusuk lobang memeknya yang sangat basah. Kuhisap cairannya dengan rakus, nikmat sekali rasanya. Aku sangat menyukainya.

"Ampun Jang, entot Bu Tris sekarang. Ibu udah gak tahan pengen dientot." kata Bu Tris sambil nenarik rambutku.

Aku segera merangkak di atas tubuh Bu Tris yang langsung meraih kontolku agar tepat berada di pintu masuk. Aku mendorong pinggulku dan kontolku dengan mudah menerobos masuk memek Bu Tris yang lumayan sempit dan menggigit. Aku mulai memompa memek Bu Tris dengan lembut, ternyata memek wanita berusia 50an enak juga.

"Kontol kamh ennnak banget, Jang...." kata Bu Tris sambil menggoyangkan pinggulnga naik turun menyambut hujaman kontolku.

Sambil terus memacu kontolku mengocok memek Bu Tris, aku meremas tefeknya yang gede sambil menghisap pentilnya dengan keras.

Aku semakin cepat msnggenjot memek Bu Tris dengan cepat dan semakin cepat sehingga gesekan kontolku dan lobang memek Bu Tris menimbulkan bunyi nyaring, mungkin karna memek Bu Tris sangat becek.

"Jang, Akuuu gak kuat mauuu kelllluarrrrr....!" Bu Tris menjerit lirih saat orgasme pertamanya meghempaskannya ke langit ke 7. Tubuhnya mengejang dan memeknya ternyata bisa menghisap saat berkontraksi oleh orgasme yang dahsyat.

"Bu, gantian ibu yang di atas." kataku sambil mencabut kontolku dan merebahkan tubuhku di sampingnya.

Aku kaget, ternyata Marni sudah ada di dalam kamar dalam keadaan bugil melihan kami ngentot. Melihatku yang terlentang di samping ibunya, Marni langsung naik ranjang dan membungkuk meraih kontolku yang berlumuran cairan birahi ibunya.

Tanpa ragu Marni melahap kontolku dengan rakus membuatku menggelinjang nikmat dan agak ngilu. Ngilu ngilu nikmat. Hanya sebentar Marni menghusap kontopku lalu berjongkok di atas kontolku yang menjulang tegap.

"Kontol Ujang bau memek Ibu." kata Marnj sambil menurunkan pinggulnya sehingga memeknya menelan kontolku dengan mudah.

"Siapa suruh maen isep aja, udah tau kontol Ujang abis ngentot memek, Ibu" kata Bu Tris sambil memberikan teteknya ke mulutku. Denhan senang hati aku menghisapnya dengan rakus.

"Ibu, gantian aku juga mau nyusuin Ujang."kata Marni sambil terus memacu kontolku dengan cepat. Ternyata ibu dan anak paling suka memeknya dientot cepat.

Aku yang melihat tetek Marni berguncang guncang langsung meremasnya dengan gemas menyebabkan ASInya keluar menyemprot ke perutku.

Tiba tiba anak Marni menangis suaranya terdengar jelas. Kamar Marni dan kamar yang aku tempati hanya berinding kayu, sehingga suaranya terdengar jelas.

" Bu, Dedek tolong digendong dulu, Marni lagi ennnnak dientot.... " kata Marni. Bu Tris bangun dengan malas malasan jalan ke kamar Marni.

Begitu Bu Tris keluar, Marni langsung mebgarahkan teteknya ke mulutku sambil yerus memacu kontolku dengan cepat. Aku langsung menghisap teteknya dengan rakus, air susunya mengalir deras, nikmat sekali rasanya.

"Jang, kontol kamu ennnnak, memek Marni makin lebar aja. " Marni terus memacu kontolku dengan liar.

Bosan menetek, aku mencium bibir Marni yang tebal dan mungil. Kami berciuman cukup lama sementara Marni terus memompa kontolku dengan kecepatan penuh. Hingga ahirnya aku merasakan memek Marni berkontraksi meremas kontolku.

"Jang, Marni kelllluarrrrr...... Ennnnnak banget Jang." pantatnya menghujam kencang membenamkan kontolku di dasar memeknya yang hangat.

Tanganku menahan pantat Marni saat waniya itu mau turun dari atas tubuhku. Perlahan aku menggulingkan tubuh ke samping sambil memeluk Marni agar kontolku tidak terlepas dari memeknya saat berganti posisi, sekarang aku yang menindih Marni.

"Ujang pinter amat ngentotnya." kata Marni sambil me cium bibirku dengan bernafsu.

Aku mulai memompa memek Marni dengan cepat, berusaha memberikan kenikmatan maksimal kepada wanita yang telah rela memberikan ASInya kepadaku. Berbagi ASI dengan anaknya.

Melihat tetek jumbonya yang penuh ASI, membuatku tergoda untuk kembali menghisapnya dengan rakus. Benar benar nikmat ASI yang keluar dari tetek jumbonya. Memompa memek Marni dibarengi menyusu benar benar sensasi yang luar biasa.

Hingga ahirnya aku merasakan detik detik orgasme semakin mendekatiku. Aku semakin cepat memompa memek Marni hingga ahirnya....

"Mar, akkku kelllluarrrrr gak tahannn.!" aku mengeram membenamkan kontolku ke dasar memek Marni lalu kontolku menembakkan pejuh yang sudah dua hari tersimpan.

"Jang, Marni jugaaaaaa kelllluarrrrr...." Marni menjerit tertahan. Pantatnya terangkat membuatku terbenam semakin dalam.

Setelah orgasme kami reda, aku mengangkat kontolku terlepas dari memek Marni. Aku merebahkan tubuh di sampung Marni yang langsung memelukku.

"Terima kasih, Jang. Belom pernah Marni ngentot seenak ini." kata Marni sambil mencium pipiku.

Bu Tris masuk kamar masih dalam keadaan bugil. Melihat kami yang kelelahan setelah mengayuh badai kenikmatan, Bu Tris duduk dekat pinggangku. Tangannya membelai kontolku yang mulai lembek tapi masih tetap panjang.

"Kontol kamu gede banget, padahal udah lembek." kata Bu Tris yang tiba tiba merunduk dan melahap kontolku membuatku menggelinjang geli. Kontolku menjadi sangat sensitif setelah mengeluarkan pejuh.

*******

"Jang, bangun. Sudah jam 9." kata Bi Narsih membangunkanku yang kelelahan setelah ngentot denhan Bu Tris dan Marni beberapa ronde. Dengan malas aku membuka mata. Bi Narsih tersenyum menatapku.

"Jang, ada yang mau ketemu kamu. Dia bekas pasangan ritual ayahmu waktu pertama kali ke Gunung Kemukus. Dia juga tau informasi siapa orang yang meracun ayah kamu.. " kata Bi Narsih, membuatku kaget dan langsung bangun.

"Siapa, Sih? Anis?" tanyaku. Apa mungkin Anis ke sini. Tapi kata Anis dia gak mau ke sini lagi. Dia sudah mau nikah. Lalu siapa?


******
 
Asyiik nih Malem tahun baruan ada yang update, mau keluar males lagi. Thank you suhu :ampun:
 
Wah Ujang bener menang banyak... ternyata masa lalu ayah Ujang membawa kenikmatan tersendiri bagi Ujang...
Lanjut Gan... gelar tikar dulu nyimak.
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Wati, Lilis, Ningsih, Narsih, Desy, Wina, Lastri, Bu Warung, Heny, Anis, Bu Tris, Marni. Apakah ada lagi yang bakal ngentot ama Ujang? Kita tunggu cerita selanjutnya. Tambah asik nih cerita
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd