Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Ritual Sex di Gunung Kemukus

Bab 11 : Ritual Melepas Perawan

Ke'esokan harinya, Pak Budi dan Mbak Wati sudah bersiap siap akan pulang terlebih dahulu ke Bogor. Sedang aku dan Lilis akan tetap melakukan ritual di Gunung Kemukus hingga hari Jum'at Kliwon atau seminggu, lagi.

Setelah smuanya, siap. Kami mengantar Pak Budi ke pintu keluar kawasan Gunung Kemukus. Pak Budi memilih naik perahu dari pada naek ojek langsung ke Barong, tempat menunggu bis jurusan, Solo. Dari Solo rencanya Pak Budi dan Mbak Wati akan naik bis ke Bogor.

Setelah Pak Budi dan Mbak Wati naik perahu, aku dab Lilis jalan jalan berkeliling kawasan Gunung Kemukus. Seperti sepasang kekasih, kami berjalan sambil bergandengan tangan. Senyum bahagia, terus terlihat di bibir, Lilis. Seolah olah senua penderitaannya selama menikah, hilang tidak berbekas.

"Jang, kita jalan jalan ke Solo, yuk ? Lilis juga pengen ke jogja, ke pantai Parang Tritis. Selama ini Lilis belum pernah ke mana mana. Paling juga ke Jakarta, Pelabuhan Ratu" kata Lilis.

"Loh, katanya kita mau di sini sampai hari, Jum'at Kliwon ?" tanyaku heran dengan perubahan rencana yang begitu tiba tiba.

"Iya, nanti Malam Jum'at Kliwon kita ke sini, lagi. Mau ya, Jang.?" kata Lilis, tangannya merangkul leherku. Matanya menatapku, memohon agar keinginannya dikabulkan.


"Iya, " aku menyanggupinya. Yang punya uangkan, Lilis. Aku ke sini awalnya semua biaya ditanggung, Mbak Wati, lalu rencana berunah, sekarang semua biaya ditanggun, Lilis. Jadi tidak ada alasan buatku, menolak. Lilis yang jadi bosnya, sekarang.

Kamipun kembali ke tempat menginap, kulihat ada seorang gadis cantik yang sedang, makan. Kulitnya kuning langsat, rambutnya panjang sebahu. Tubuhnya yang agak gemuk, tidak mengurangi kecantikannya.

"Ningsih, !" Lilis mengucapkan nama itu dengan bibir, bergetar. Tangannya mengenggam tanganku dengan, keras.

"Teh li....Liss!" gadis itu tak kalah terkejut melihat, Lilis. Wajahnya langsung, pucat.

Lilis dengan cepat bisa mengendalikan keterkejutannya. Dia duduk di hadapan gadis cantik yang dipanggilnya, Ningsih. Ningsih menunduk gelisah menghindari tatapan mata Lilis yang tajam.

"Sama siapa kamu, datang? Dari, kapan ?" tanya, Lilis. "Ini Ningsih, jang. Adik kandungku dari Garut." Lilis menerangkan kepadaku.

"Sendiri, Teh. Ningsih baru sampe. Teh Lilis, kok ada di sini ?" tanya Ningsih, matanya melirik ke arahku, seakan bertanya, siapa dia?

"Ya, sudah kamu habisin dulu makannya. Teteh mau ngobrol sama, kamu." Ningsih menjawab dengan anggukan kepala.

Selesai makan, Lilis mengajak Ningsih ke pinggir waduk, dekat Sendang Ontrowulan. Lilis sengaja memilih tempat yang sepi untuk mengintrogasi, Ningsih. Aku yang merasa sebagai orang luar, duduk di tempat agak jauh agar mereka bisa bicara tanpa terganggu.

Ningsih, tidak kalah cantik dibanding Lilis. Pipi cubynya diperindah sepasang lesung pipit saat dia tersenyum maupun tertawa. Rambutnya bergelombang seperti Lilis, panjang sebahu. Tubuhnya agak gemuk, tidak segemuk Mbak Wati. Montok, kata orang Sunda.

"Jang, ke sini. Jangan bengong sendiri, nanti kasibat." Lilis memanggilku yang asing melamun sambil bersandar di pohon.

"Iya !" ujarku, bangkit menghampiri mereka yang tampaknya sudah selesai, berbicara urusan pribadi.

"Jang, Ningsih ke sini mau ritual buang sial. Ningsih sudah 3x mau, nikah. Tapi setiap sudah dilamar, calon suami Ningsih meninggal, tidak wajar. Yang pertama, meninggal karna kecelakaan, ke 2, meninggal digigit ular dan yang ke 3, meninggal hanyut di sungai waktu mancing. 2 minggu yang lalu, Ningsih bermimpi didatangin kakek kakek yang menyuruhnya ritual di Gunung Kemukus, buat buang sial." kata Lilis, menerangkan panjang lebar.

"Och, begitu, Lis. Kok Ningsih datang sendiri, gak bawa, pasangan ?" aku menatap Ningsih dengan, iba. Gadis secantik itu ternyata bernasib, malang.

"Nah itu persoalannya, Jang. Ningsih belum punya pasangan. Rencananya Ningsih mau nyari pasangan, di sini. Tapi Lilis larang. Kan laki laki yang ke sini pasti sudah sering berganti ganti, pasangan. Pasti mereka sudah sering main sama PSK. Lilis gak mau Ningsih kena penyakit kelamin gara gara ngentot sama cowok, sembarangan." Lilis berhenti bicara, menatap Ningsih yang menunduk malu. "Untung Ningsih bertemu kita, kalau tidak, dia pasti udah dijerumusin jadi PSK, di sini. Kemaren aja Lilis ditawarin tinggal di sini sama, Ibu Warung. Dia pikir, Lilis kekurangan, uang. Lilis ritual biar bisa, hamil. Bukan pengen kaya." Lilis nyerocos panjang lebar.

"Terus, bagaimana, Lis ?" tanyaku.

"Lilis mau, Ningsih ritual sama, Ujang.'

Aku benar benar kaget mendengar jawaban, Lilis. Ritual dengan Ningsih, artinya ngentot dengan gadis cantik bertubuh montok. Siapa yang tidak, mau ? Apalagi, bentuk tubuh Ningsih, sangat aku suka. Ini mimpi, atau nyata?

" Terus, Lilis nerusin ritualnya sama, siapa? " tanyaku dengan suara bergetar.

"Ya, sama, Ujanglah. Kita ritualnya bertiga." kata, Lilis. Lugas.

"Eh, iiiiya. " kataku, gugup. Kulihat Ningsih menunduk malu. Tangannya mempermainkan rumput.

"Ya udah, Jang. Ning, kamu mandi di sendang Ontrowulan sama Ujang. Abis mandi kita ziarah ke makam Pangeran Samudra." Lilis bangkit mengajak kami ke Sendang Ontrowulan.

"Ningsih, gak bawa , Teh." kata Ningsih.

"Gak, apa apa.."

Di sendang, Lilis membeli kembang buat mandi. Karna para peziarah sudah pada pulang, jadi sendang kembali, sepi. Kami tidak perlu antri untuk mandi atau sekedar mengambil air Sendang.

"Ning, buka baju kamu." perintah Lilis, saat melihat Ningsih ragu ragu.

"Malu, teh." kata Ningsih. Tangannya mengangkat kausnya perlahan sambil melirikku.

"Gak usah, malu. Kan, niat kamu datang ke sini mau ritual buat buang kesialan. Bentar lagi juga, Ujang bukan cuma liat kamu telanjang, tapi juga ngentotin memek, kamu." kata Lilis, vulgar.

Aku pura pura menimba air dari sendang Ontrowulan, kutumpahkan ke ember yang sudah diisi kembang, hingga terisi penuh.

"Jang, liat ! Memek, Ningsih gak ada bulunya. Kan kamu paling suka memek, gundul." kata Lilis, membuatku risih. "Ning, kamu rajin nyukur, jembut, y ?" tanya Lilis ke Ningsih yang semakin menunduk, malu.

"Emang gak ada bulunya, Teh. Gak tau kenapa memek Ningsih, gak tumbuh bulu."

Aku pura pura tidak mendengar obrolan Lilis dan Ningsih, segera kubuka pakaianku hingga, bugil. Tak bisa kupungkiri, melihat tubuh bugil Ningsih yang montok, membuat kontolku, ngaceng. Apa lagi toket Ningsih ternyata besar, lebih besar dari toket Lilis.

"Ich,!" Ningsih menutup wajahnya saat melihat kontolku yang mengacung, gagah.

"Kenapa, Ning? Kontol Ujang, gede, ya? Ya sudah. Buruan mandi.!" kata Lilis.

Selesai mandi, kami naik ke bansal Sinyoyuri, tempat Pangeran Samudra dimakamkan. Suasana bangsal Sonyoyuri mulai sepi. Jadi kami tidak perlu antri untuk berziarah. Kami bisa berziarah dengan khusu. Tidak perlu berebutan mengambil kembang kantil di makam. Konon katanya, kembang kantil yang kita beli, lalu kita taburkan di atas makam, kita ambil lagi kembang kantilnya sebagai zimat, pesugihan dan bisa membawa keberuntungan.

"Ini, Ning. Taruh di dompet buat zimat." aku memberikan sepasang kembang kantil yang kami taburkan di atas makam.

"Buat penangkal kesialan, kamu, Ning." kata Lilis menyambung ucapanku.

Sekesai berziarah, Lilis mengajak kami masuk ke dalam bangunan di samping Bangsal.Sonyouri.. Lilis ingin tahu ada apa di dalamnya. Di dalam bangunan yang cukup luas, ada beberapa makam. Tempat ini biasa digunakan untuk beristirahat para peziarah.

Aku merebahkan tubuhku dengan berbantalkan tembok makam. Sedang.Lilis dan Ningsih duduk di sampingku. Mereka asik, ngobrol. Aku hanya mendengarkan sambil rebahan.

"Kemarin dari solo, Ningsih nyasar ke Sragen. Soalnya Lilis malu nanya ke orang. Dari majalah Misteri yang Ningsih baca, Gunung Kemukus adanya di Sragen. Pas sampe sragen, ternyata Ningsih, nyasar. Ahirnya Ningsih nginep di hotel. Pagi pagi, dari Sragen, Ningsih naik bis kecil ke Gemolong. Dari Gemolong baru ke sini. " Ningsih mencerikan kenapa dia bukan pada malam Jum'at Pon.

"Untung kamu nyasar dulu ke Sragen. Coba kalo kamu datengnya kemarin, belum tentu kita ketemu di sini. Bisa diperkosa kamu sama cowok mesum. Ya, sudah. Mumpung masih jam 13.15, masih Jum'at Pon, kita ke kamar buat ritual." ajak Lilis.

"Teh, Ningsih takut.!" Ningsih memegang tangan, Lilis.

"Takut kenapa, Ning? " tanya Lilis, bingung.

"Ningsih masih.......perawan, Teh ." terdengar suara Ningsih berbisk.

"Iya, kan Ningsih udah bilang ke Teteh, tadi. Inikan buat ngebuang kesialan, Ningsih. Biar Ningsih bisa punya suami." Lilis merangkul pundak adiknya, berjalan keluar bangunan, makam. Aku berjalan mengikuti, mereka.

Di kamar, Lilis menata sesajen yang dipesannya dari ibu warung. Lilis menatap Ningsih yang hanya tertunduk. Aku yang sudah mengerti apa yang harus dilakukan, segera membuka pakaianku hingga bugil.

"Buka bajunya, Ning ! Kamu harus bersemedi dan berdo'a agar semua hajatmu terkabul, dalam keadaan telanjang bulat. Kamu dan Ujang harus berhadapan dalam keadaan telanjang." Lilis menerintahkan Ningsih buka baju.

Agak ragu, Ningsih membuka seluruh pakaiannya. Tanganya menutup toket dan memeknya. Wajahnya bersemu merah, menahan malu.

"Teteh di sini? " tanyanya ke Lilis yang tersenyum melihatnya. Lilis hanya mengannguk.

Dengan arahan dari Lilis, Ningsih bersila menghadapku. Tangan kami saling berpegangan. Lilis mulai membaca mantra yang harus kami ikuti.

"Jang, Ngentotnya pelan pelan, y ! Ningsih masih perawan, Jang"

Aku mencium bibir Ningsih yang mungil dengan lembut. Bibir Ningsih tertutup rapat, tidak merespon ciumanku. Kudorong tubuh Ningsih agar rebah celentang. Kujilati lehernya yang jenjang. Kuremas toketnya yang besar dengan, lembut. Pentilnya kujilat jilat dengan lembut, lalu kuhisap perlahan, nembuat tubuhnya menggelinjang.

"Ujang, geliiii, tapi enak." erang Ningsih.

Terus kuhisap putingnya sambil kuremas remas toket sebelahnya lagi. Bosan dengan toketnya, aku beralih ke selangkanganya, kulebarkan paha Ningsih agar mengangkang, memek Ningsih ternyata benar benar tidak berbulu. Bentuknya tembe dan memanjang indah. Warnanya sama dengan memek Lilis, pink.

Kbenamkan wajahku ke memeknya, kujilati itilnya, kadang kuhisap hisap dengan keras. Inikah memek perawan yang sebentar lagi kuentot. Masih kering, entah karna tegang atau malu. Kubuka belahan memeknya, lobangnya masih kecil, sebesar jari bayi, beda dengan memek Lilis dan Mbak Wati, yang lobangnya besar.

"Ammmmpun, memek Ningsih diapain, Jang ?" Ningsih mulai keenakan, memeknya mulai basah saat aku membuka memeknya dan menjilati lobangnya.

Lamanya juga aku berusaha merangsang birahi Ningsih dengan cara menjilati memeknya, membuat tubuh Ningsih menggelinjang dan mengeliat, tanganya menjambak, rambutku. Memeknya semakun basah dan aromanya semakin tajam.

"Jaaaaang, Ningsih enak banget. Aduhhhh, memek Ningsih baru dijilat udah enak, apa lagi dientot....! Udah, Jang, masukin, Jang." kata Ningsih yang dilanda kenikmatan.

Akupun segera merangkak diatas tubuh, Ningsih, tiba tiba Lilis memegang kontolku dari belakang dan mengarahkannya ke lobang memek Ningsih.

"Masukinnya pelan pelan,Jang." Lilis memberi perintah.

Aku mulai menekan kontolku perlahan lahan, lalu menariknya, begitu berulang ulang agar memeknya terbiasa dengan benda asing yang akan segera merobek selaput daranya. Makin lama kontolku makin dalam masuk memeknya, hingga ahirnya kontolku masuk seluruhnya ke memek, Ningsih.

"Aduh, jang. Sakiiiit, " rintih Ningsih saat kontolku merobek selaput daranya dengan sukses.

Perlahan lahan.kuangkat kontolku dan kembali kutekan masuk kembali. Begitu berulang ulang. Agar memek Ningsih terbiasa dengan kehadiran kontolku dan mengurangi rasa sakit karna selaput daranya, robek.

"Teh Lilis, memek Ningsih sakit, tapi enak. " erang Ningsih.

Jepitan memek perawan memang beda, atau mungkin sensasinya yang berbeda. Kontolku rasanya seperti dipijit pijit, gesekan kontolku dengan dinding memek Ningsih, mampu membuatku merinding nikmata

"Ningsih, memek kamu ennnnnnnak banget."

"Ya, enaklah, Jang. Memek Ningsih kan abis kamu perawanin. Masih ngegigit." kudengar suara Lilis bergetar cemburu.

"Aduhhhh, ko sekarang gak, sakit lagi. Sekarang memek Ningsih, jadu ennnnnak, Teh"

Aku merasa puncak kenikmatanku semakin dekat. Sekuat tenaga aku berusaha bertahan agar tidaj keluar duluan. Perjuanganku tidak sia sia, tubuh Ningsih tiba tiba mebgejang, tangannya memelukku erat.

"Jang, Ningsih, mauuuuuu pipissssss. Ga tahannnnnnnn. Ennnnnnnak." teriaknya tertahan.

Kurasakan memek Ningsih berkedut kedut, seperti vacuum yang menyedot kontolku, aku menyerah, kontolku menembakkan pejuh ke memek, Ningsih.
******
 
Ningsih kawin sama ujang. Dengan syarat lilis tetep boleh ngentot ma ujang.. Hehehehe
 
Anjaaay si Ujang .. kemarin mba Wati, lanjut teh Lilis sekarang dapat perawan Nining pula .. sepertinya next EPs trisam nih .. hahaha
 
hu biar ada konflik, entar kalau udah pulang suami mba wati minta jatah icip2 teh lilis....
 
Waduh crot di dalem...
Bakalan hamil berjamaah nih keknya...
Thx updatenya hu
 
Bimabet
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd