Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Ritual Sex di Gunung Kemukus

tenang agan agan, cerita ini pasti tamat, cuma ane banyak plot yang lupa karena beberapa bulan terahir sibuk di RL, makanya ane bikin versi revisi buat mengembalikan mod yang sempat hilang karena kesibukan di RL, harap maklum.

versi revisi jalan ceritanya sama, cuma setiap karakter yang ada, dimuncupkan latar belakan mereka, jadi banyak tambahan dan sedikit perubahan terimakasih sudah setia menunggu karya nubi yang bersahaja ini
 
tenang agan agan, cerita ini pasti tamat, cuma ane banyak plot yang lupa karena beberapa bulan terahir sibuk di RL, makanya ane bikin versi revisi buat mengembalikan mod yang sempat hilang karena kesibukan di RL, harap maklum.

versi revisi jalan ceritanya sama, cuma setiap karakter yang ada, dimuncupkan latar belakan mereka, jadi banyak tambahan dan sedikit perubahan terimakasih sudah setia menunggu karya nubi yang bersahaja ini
 
Yah lama nih omnya update adek jadi kesel pokoknya kudu updete ya om
 
saraaaap... edyaaaan.... gilaaaa..............

berhari2 aku membacanya sampe aku kaya terbuai masuk dunia ini....
 
Di tunggu apakah ujang bisa menuntaskan ritual. Smangat buat apdetnya om
 
Chapter 24



Ranjang tempat kami berpacu birahi patah oleh hantaman kakiku, sekuat inikah aku sekarang? Bahkan tubuh Yoyoh yang besar tidak terasa berat saat menimpa tubuhku. Hebat, kekuatan kakiku semakin kuat tanpa kusadari, apa ini pengaruh dari ritual yang sedang aku jalani. Entahlah.

"Hahahaha, Yoyoh berat ranjangnya nggak kuat..!" untuk pertama kali aku mendengar Limah tertawa lepas, merdu sekali suara tawanya seperti menarik kesadaranku. Mustahil, nasib buruk selalu mengiringi gadis secantik dia. Sedangkan senyum dan tawanya akan .mampu menghipnotis siapapun yang melihat dan mendengarnya.

Hei, kemana para wanita tadi? Mereka menghilang begitu saja, kembali aku dikuasai oleh halusinasiku. Bukan, ini bukan halusinasi. Aku dikuasai oleh ilmu yang menitis padaku, ilmu yang tidak pernah aku pelajari. Sekarang aku mengerti kenapa aku berhalusinasi. Aku tidak boleh kalah, terbawa nafsu. Semakin aku bernafsu untuk mengalahkan mereka, semakin aku terpengaruhi oleh kekuatan ilmu yang sedang aku pelajari.

"Hahahaha, cuma segitu kemampuan bertarungmu, Jalu. Bagaimana kamu bisa sehebat ayahmu." kata Abah mengejekku yang beberapa kali jatuh terkena pukulan, tendangan dan bantingannya. Heran, bagaimana Abah yang sudah berusia 70 tahun lebih bisa membuatku jatuh berkali kali, seolah usia tidak berpengaruh pada kekuatannya.

Tidak, aku tidak mau menyamai kemampuan ayahku, aku harus melebihi kehebatan ayahku, Abah akan melihat kehebatanku yang sebenarnya, sejak tadi aku bertarung dengan setengah hati karena segan. Sekarang aku akan bertarung dengan kemampuan terbaikku. Aku kembali menyerang Abah dengan bernafsu. Aku harus bisa menjatuhkannya agar Abah bangga karena aku bisa mempelajari semua kemampuannya yang sangat terkenal. Aku pasti bisa menjatuhkan Abah yang sudah tua renta. Tapi kembali sebuah tendangan menghantam perutku dengan keras membuatku jatuh terjengkang nyaris tidak bisa bangkit lagi.

"Jang, kamu tidak akan bisa mengalahkan Abah sekeras Apapun kamu berusaha, karena Abah bukanlah lawanmu. Lawanmu adalah dirimu sendiri, selama kamu belum bisa mengalahkan dirimu jangan harap kamu bisa menjadi jawara sehebat Abah." kata Mang Karta yang baru saja tiba dan melihat latihan kami yang sudah berlangsung hampir setengah jam. Aku menoleh ke arah Mang Karta dan sebuah hantaman keras menimpa dadaku sehingga jatuh bergulingan.

"Mang Karta..!" kataku setelah berhasil berdiri kembali. Aku bersorak kegirangan, aku bangkit untuk menghampiri Mang Karta tanpa memperdulikan Abah yang berdiri tegak belum mau berhenti walau ada Mang Karta yang baru saja tiba. Tapi Abah merasa latihan belum selesai, dia kembali menyerangku dengan pukulan yang bertubi tubi membuatku kewalahan untuk menangkis dan menghindar.

"Jangan marah apa lagi bernafsu mengalahkan Abah, jangan terbawa oleh gaya bertarung Abah. Lawanmu adalah dirimu sendiri." gumamku dalam hati. Ini latihan, jadi dengan mudah aku bisa mengendalikan diriku, egoku dan keinginan untuk menjatuhkan Abah berhasil aku redam. Ya, aku harus bertarung mengandalkan naluri dan gerak yang mengalir karena sudah terlatih bertahun tahun.

Perlahan aku bisa mengimbangi gerakkan Abah dan mulai melancarkan pukulan balasan pada daerah vitalnya, hingga akhirnya sebuah pukulannku tepat mengenai ulu hati Abah membuatnya jatuh bergulingan.

"Abah tidak apa apa?" tanyaku khawatir. Aku segera menghampiri Abah bermaksud menolongnya.

"Abah nggak apa apa, kamu dengar apa yang dikatakan Karta? Ingat itu, hidupmu akan lebih sulit lagi" kata Abah yang langsung bangun sebelum aku sampai.

"Besok kamu harus melakukan tapa gantung agar bisa mengendalikan dirimu..!" kata Abah meninggalkanku berdua dengan Mang Karta.

"Tapa gantung itu apa, Mang?" tanyaku heran, belum pernah aku mendengar Mang Karta mengatakannya.

"Besok kamu akan tahu..!" jawab Mang Karta merangkul pundakku, kami berjalan masuk ke dalam rumah menghampiri Abah yang sedang duduk bersila.

"Jang, tadi adalah latihan terakhir bersama Abah, Abah tidak akan bisa melatihmu lagi. Kamu harus berlatih terus agar kemampuanmu melebihi Abah." kata Abah, dia menarik nafas panjang, matanya terpejam

Kami menunggu Abah meneruskan perkataannya, setelah sekian lama, matanya tetap terpejam rapat, entah apa yang sedang dipikirkannya. Memang seperti itu kebiasaan Abah saat sedang berpikir keras.

"Bah, makan dulu..!" kata Ibuku yang muncul dan langsung menepuk pundak Abah sehingga tubuh Abah terguling, kaku.

"Kamu tidak apa, Yoyoh?" tanyaku melihat Yoyoh bangkit dari atas ranjang yang patah. Aneh, Yoyoh bisa bergerak cepat menghindari tiang ranjang yang berjatuhan menimpaku, aku terpaksa tidak berusaha menangkis tiang ranjang karena takut akan mengenai Limah maupun Yoyoh. Setelah semua tiang terjatuh, aku baru bangkit menyingkirkan kayu jati yang menimpa tubuhku. Aneh, kenapa aku bisa mengendalikan gerak reflekku saat tiang ranjang menimpa tubuhku. Padahal sedikit gerakan yang membahayakan akan membuatku bergerak menangkis tanpa kusadari.

"itu namanya kamu sudah bisa mengendalikan gerak reflekmu, bukan badanmu yang dikendalikan oleh gerak reflekmu, Jang." kata Mang Karta.

Aku terkejut mendengar suara Mang Karta yang sangat dekat, wajahku bergerak mencari Mang Karta, tidak ada. Rupanya aku kembali berhalusinasi. Ya, itu adalah perkataan Mang Karta saat aku sedang melamun, tiba tiba Mang Karta menepuk pundakku dan tubuhku tidak memberi respon sama sekali, padahal biasanya aku akan bergerak saat tubuhku tersentuh.

"Kang Ujang nggak apa apa?" tanya Yoyoh terlihat khawatir. Membuatku sadar, tidak ada Mang Karta, hanya ada kami bertiga di kamar ini. Mang Karta sudah mati. Mati terbunuh olehku.

"Nggak bakalan kenapa kenapa, Kang Ujang jawara tangguh.." Limah yang menjawab pertanyaan Yoyoh, dia begitu yakin dengan apa yang dikatakannya. Keyakinan yang salah, tanganku agak sakit tertimpa tiang kayu jati yang berat. Walau tubuhku sudah terlatih oleh latihan berat, tetap saja aku masih bisa merasakan sakit seperti manusia pada umumnya.

"Kalian tidak apa? Apa yang terjadi?" tanya Bu Tris yang masuk mendengar keributan di dalam. "Kok ranjang bisa hancur?" tanya Bu Tris memandang kami bergantian, meminta penjelasan apa yang sudah terjadi.

"Yoyoh keberatan, Bu. Ranjangnya jadi rubuh," jawab Limah diakhiri tawanya yang merdu membuatku menoleh ke arahnya, mengagumi kecantikan dan keindahan tubuhnya yang sangat proposional.

"Enak saja, tadi ranjangnya diinjak Kang Ujang, makanya rubuh." jawab Yoyoh yang tidak mau disalahkan akibat ranjangnya yang rubuh. Dia menerangkan kejadian yang sebenarnya ke Bu Tris yang tidak akan marah ranjang di kamarku hancur, karena apa yang berada di rumah ini adalah milikku.

"Ya sudah, kalian berpakaian dulu, makan dulu. Ritualnya bisa dilanjutkan nanti. Biar Ibu nyari orang buat ngeberesin kamar, untuk sementara kalian ritual nggak usah pakai ranjang, nanti ranjang hancur lagi." kata Bu Tris meninggalkan kami bertiga sambil tersenyum geli melihat ranjang yang porak poranda.

Tanpa menoleh ke arah Limah dan Yoyoh, aku segera mengambil celana dalamku dan aku kaget melihat kontolku sudah tertidur padahal belum sekalipun aku mengeluarkan pejuh ke dalam memek salah satu diantara Limah dan Yoyoh.

"Lihat, kontolkh sudah tidur..!" teriakku kegirangan sambil memperlihatkan kontolku ke Limah dan Yoyoh yang bengong melihatku berteriak kegirangan. Aku sudah terbebas oleh penderitaan yang nyaris membuatku kalap.

"Idih Kang Ujang, kontolnya lemas saja bangga." kata Yoyoh sambil menarik kontolku yang benar benar sudah tertidur namun tetap panjang.

"Aduh Yoyoh, sakit. Hahahahah, akhirnya.." kataku berjingkrak jingkrak seperti anak kecil yang mendapatkan mainan baru, tidak kupedulikan Yoyoh yang terus memegang kontolku.

"Kang Ujang, Yoyoh belum keluar, kok sudah lemas!" kata Yoyoh terlihat kecewa.

"Yoyoh, ranjang hancur masih pengen ngentot." kata Limah heran, kejadian tadi sama sekali tidak mempengaruhi birahi Yoyoh.

"Kan bisa sambil nungging." jawab Yoyoh sambil berjalan ke arah Meja rias, tangan berpegangan pada tepi meja rias sambil menunggingkan pantatnya yang besar berlemak.

Melihat pantat Yoyoh yang besar berlemak membuatku terangsang kembali, dengan cepat kontolku kembali tegang, keras sekerasnya membuatku terkejut. Ketakutanku kembali muncul, bagaimana kalau aku mengalami kejadian kontolku tidak mau lemas dan pejuhku tetap tidak keluar. Aku akan kembali merasakan penderitaan panjang.

"Gila, ngaceng lagi..!" kata Limah takjub, berbanding terbalik dengan yang kurasakan. Aku semakin cemas penderitaanku kembali berlanjut dan berkepanjangan seperti tadi.

"Kang Ujang, entot Yoyoh. Tolong, Yoyoh sudah nggak kuat...!" kata Yoyoh dengan suara memelas. Gadis itu berubah menjadi haus sex, ini semuanya karena ritual, dia telah mengorbankan miliknya yang paling berharga untuk menyempurnakan ilmuku. Sudah seharusnya aku membalas budi atas pengorbanannya, memberinya kenikmatan maksimal. Biarlah aku merasakan penderitaan yang seperti tidak akan berakhir asalkan pengorbanan kedua gadis ini tidak sia sia.

Aku segera mengarahkan kontolku ke lobang memek Yoyoh, perlahan aku menekannya. Berusaha agar tidak menyakiti memek Yoyoh.

"Ochhhh Aa...!" Yoyoh mengerang menikmati memeknya tertembus kontolku, menjangkau bagian terdalam. Aku mulai memompanya selembut yang aku bisa ,persetan dengan ranjang yang hancur dan tatapan heran Limah.

"Ennak, Yoh?" tanyaku terus memompa memeknya sehingga lemak lemak di sekujur tubuhnya iku bergoyang seirama dengan sodokan kontolku.

"Ennnak, Kang. Kencingin, entot Yoyoh, perkosa Yoyoh..!" jawab Yoyoh membakar gairahku. Aku semakin mempercepat kocokanku, rasa nikmat membuatku mendesah.

"Ennnnak...!" kataku semakin mempercepat kocokanku, berusaha memberikan Yoyoh kenikmatan yang lebih hebat daripada tadi.

"Iya, gituuuu Kang..!" Yoyoh semakin blingsatan.

"Yoyoh, Limah juga jadi pengen..!" kata Limah dengan suara memelas, cemburu oleh kenikmatan yang sedang dirasakan oleh Yoyoh.

"Iya terusssssss, nanti gantian Lim. Aduhhhh ngentot..!" Yoyoh meracau tidak jelas, rasa nikmat membuatnya mampu berpikir jernih sehingga perkataannya saling tumpang tindih tidak karuan.

"Yoyoh kelllluar...!" jeritan Yoyoh ternyata membuatku meraih orgasme pertama.

"Akkkkku kelllluar, yoh, aku bisa ngecrot...!" jeritku tkdak percaya, kontolku mebgeluarkan pejuh, agak perih saat pejuh mengalir dari testis, seperti orang yang tidak bisa kencing tiba tiba kencing.

"Ennak banget, Lim Kang Ujang ngecrot...!" kata Yoyoh kaget saat memeknya tertembak cairah pejuhku yang panas.

Aku segera menarik kontolku dari memek Yoyoh, penasaran seberapa banyak pejuh yang aku tumpahkan di memek Yoyoh, sepertinya sangat banyak.

"Yoyoh, pejuh Kang Ujang banyak amat...!" kata Limah takjub melihat pejuhku yang merembes keluar dari belahan memek Limah, sepertinya ini pejuh terbanyak yang aku keluarkan.

"Yoyoh, kamu bisa hamil disiram pejuh Kang Ujang." kata Limah lagi sambil menowel lelehan pejuhku dengan jari telunjuknya kemudian diciumya aroma pejuhku.

"Owekk..!" Limah nyaris muntah setelah mencium bau pejuhku.

"Hahahaha, gitu saja mau muntah, nich seperti aku." kata Yoyoh mengambil lelehan pejuhku dengan tiga jarinya dan tanpa rasa jijik Yoyoh memasukkan tangan yang penuh pejuh ke mulutnya, menjilati nya hingga habis membuatku takjub.

Aku menarik nafas lega, akhirnya aku bisa ngecrot dan kontolku kembali melemas. Aku sudah terbebas oleh penderitaan yang sangat menyiksa. Berarti ritualku hampir sempurna.

"Kang Ujang, Limah belum disiram pejuh Kang Ujang, biar ritualnya sempurna..!" kata Limah meraih kontolku yang sudah melemas setelah mengeluarkan amunisinya.

"Kita istirahat dulu," kataku berusaha mengulur waktu, agar kontolku bisa kembali tegak.

"Gak mau, harus sekarang..!" kata Limah mendorongku ke kursi di samping meja rias. Limah langsung berjongkok dan melahap kontolku dengan bernafsu, mengabaikan rasa jijiknya agar ritual ini secepatnya bisa disempurnakan. Hebat, kontolku kembali dengan cepat bangkit dan mengeras.

"Kang Ujang harus ngecrot di memek Limah..!" kata Limah setelah berhasil membangunkan kontolku, dia segera menduduki kontolku yang baru saja bangun.

"Aduhhhh kepanjangan...!" jerut Limah saat kepala kontolku menyentuh mulut rahimnya, matanya terbelalak kesakitan membuatku merasa iba.

"Hati hati, Limah..!" kataku sambil meraih payudara Limah dan menghisap putingnya untuk mengurangi rasa sakit yang sedang dialaminya.

"Iya, Kang..!" Limah mengangkat pinggulnya perlahan lahan dan kembali menurunkannya berusaha mencari kenikmatan di antara rasa sakit yang sedang dirasakannya.

"Iya, pelan pelan saja, Lim..!" kataku sambil meremas pantatnya yang seksi dan menggairahkan tanpa melepas hisapanku pada puting payudaranya yang berwarna pink.

"Ennnnak...och udah ennnak...ehehe. !" Limah memejamkan matanya, bibirnya yang tipis sedikit terbuka menambah keindahannya.

"Ahhhhh ahhhh ahhhh terrrr. ...***ssss. !" akupun mendapatkan kenikmatan yang tidak kalah hebat, kenikmatan yang sangat dahsyat setelah tersiksa dalam waktu yang cukul lama.

"Emmmaaaak oooooo Aaaaa, ini dosa, hampura Pak Haji, Limah lagi entotan ennnnak...!" kata Limah membawa bawa Pak Haji guru ngajinya. Perjuangannya tidak sia sia, setelah sekian lama akhirnya dia mendapatkan orgasme.

"Kang, kelllluar...!" kata Limah syahdu, anehnya kenapa aku juga mengalami orgasme bersamaan, orgasme yang datang secara tiba tiba.

Akkku jugaaa kelllluar..! " kataku menjerit nikmat.

*******

Aku makan dengan lahapnya hingga tiga piring nasi berpindah dengan cepat ke dalam perutku setelah berhari hari aku hanya makan beberapa suap saja, tidak kuperdulikan tatapan heran Bu Lilis dan dua pasangan ritualku. Aku hanya ingin menikmati kebebasanku setelah kontolku bisa tertidur nyenyak. Aku ingin menikmati kebebasan dari rasa sakit yang menyiksa selama beberapa hari terakhir ini.

"Kang Ujang, rakus amat, sampe ngalahin makannya Yoyoh..!" sindir Limah tidak mempengaruhi selera makanku.

"Maklum, habis ngecrot dua kali.." timpal Yoyoh sambil makan pisang ambon sebagai pencuci mulut.

"Aku harus mengumpulkan tenaga, sampai kamar pejuhku pasti kalian kuras lagi." jawabku sambil menyuapkan nasi terakhir.

"Kamu sudah bisa ngecrot, Jang?" tanya Bu Tris dengan wajah lega.

"Sudah, Bu..!" jawabku tersenyum dengan perasaan merdeka.

"Bu, ada tamu dari Bogor, namanya Narsih..!" kata ibu yang menemani Bu Tris tinggal disini. Berita yang membuatku sangat terkejut, bukankah Bi Narsih ada di Bogor, kenapa tiba tiba berada di sini?


Bersambung.


Kalau respon positif, apdet tiap hari sampai tamat.
 
Jav Toys
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd