Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Ritual Sex di Gunung Kemukus

Bab 26 : Ancaman Lilis


Aku mengintp dari balik hordeng. Ternyata Bi Narsih dengan seorang pemuda. Janjinya datang jam 6, sekarang baru jam 5. Aku segera membuka pintu.

"Katanya dateng jam 6, Bi? Sekarang baru jam 5." tanyaku.

"Tadi mamangmu pulang jam 3, ya udah Bibi datang lebih cepat. Biar cepat beres." kata Bi Narsih masuk kamar dengan pemuda yang belum aku kenal.

"Och ya, Jang. Kenalin ini Didin!" kata Narsih mengenalkan temannya. Lalu kami saling berkenalan.

Bi Narsih dan Didin duduk di ranjang sebelah kami. Kami duduk berhadapan. Tiba tiba kembali ada yang mengetuk pintu. Aku membukanya, ternyata pelayan hotel membawakan pesanan Bi Narsih, 4 gelas kopi, air mineral botol dan makanan kecil.

"Bagaimana, Wati?" tanya Bi Narsih ke mbak Wati yang diam diam memperhatikan Didin. Harus kuakui Didin lebih ganteng dan badannya berotot.

"Apanya yang bagaimana?" tanya Mbak Wati melihat Bi Narsih.

"Kita ritual di Gunung Kemukus, kamu berpasangan dengan Didin, aku sama Ujang. Maukan?" kata Bi Narsih menjelaskan.

"Aduh, gimana ya! Sepertinya enggak dech, saya tetap dengan Ujang." kata Mbak Wati sambil memeluk tanganku.

Aku benar benar gelisah dan was was kalau harus tetap ritual dengan Mbak Wati. Itu artinya aku tidak bisa menyempurnakan ritualku. Aku sebenarnya mau jujur dengan Mbak Wati, tapi apakah dia mau mengerti? Tapi itulah satu satunya cara.

"Yakin gak mau?" Bi Narsih tersenyum menatap Mbak Wati.

"Yakin!" jawab Mbak Wati singkat.

Tiba tiba Bi Narsih memeluk dan mencium bibir Didin dengan bernafsu , Didin membalas ciuman Bi Narsih dengan penuh gairah.

Melihat Bi Narsih dan Didin berciuman membuatku merasa panas. Mungkin juga cemburu. Yang jelas aku tidak rela melihat Bi Narsih disentuh pria lain. Kalau saja yang memulai Didin, mungkin sudah kuhantam pria itu dengan pukulan Cimandeku.

Untuk menghilangkan kemarahanku, aku mencium bibir Mbak Wati dengan kasar, tanganku meremas tetek jumbo Mbak Wati dengan keras membuat Mbak Wati berteriak kesakitan.

"Pelan pelan Jang, tetek Mba sakit. Udah, Mbak buka baju dulu, nanti bajunya kusut." kata Mbak Wati.

Dengan cueknya Mba Wati membuka seluruh pakaiannya hingga bugil. Tidak merasa risih dengan kehadiran Bi Narsih dan Didin. Lalu Mbak Wati kembali menelanjangiku dengan tergesa gesa.

Mbak Wati mendorongku terlentang di ranjang empuk, kemudian Mbak Wati menungging membelakangi Bi Narsih dan Didin, dengan lahap Mbak Wati melahap kontolku yang sudah ngaceng. Entah kenapa kontolku gampang sekali ngaceng.

Aku melihat ke Bi Narsih, ternyata hanya Didin yang bugil, Bi Narsih hanya membuka baju tanpa melepas Bh. Bahkan celana panjangnya masih terpakai. Bi Narsih membisikkan sesuatu ke Didin. Pria itu menghampiri kami, lalu tiba tiba berjongkok di pantat Mbak Wati, aku tidak tahu apa yang akan dilakukan Didin.

"Aduhhhh, gelo. Memek gue dijilat." Mbak Wati menoleh ke belakang melihat Didin yang berjongkok di pantatnya, rupanya Didin sedang menjilati memek Mbak Wati.

Tapi herannya Mbak Wati membiarkan saja memeknya dijilati Didin. Mbak Wati kembali melahap kontolku dan mengocok ngocok dengan mulutnya. Lidahnya menjilati kontolku dengan liar, membuatku menggelinjang nikmat.

"Aduhhhhh, Didin, memek gue kenapa dientot?" Mbak Wati berteriak kaget menoleh ke belakang. Dilihatnya Didin berdiri dan mebyodokkan kontolnya di memek Mbak Wati.

Mbak Wati kembali melahap kontolku. Mungkin dia sudah terbiasa dengan 3some. Seperti yang pernah kulakukan 3some dengan Mbak Wati dan Mas Gatot suaminya. Makanya Mbak Wati seperti menikmati.

Didin mengocok memek Mbak Wati dengan cepat membuat tubuh Mbak Wati terguncang guncabg dengan kencang, sehingga Mba Wati berhenti menjilati kontolku, dia lebih menikmati sodokan kontol Didin.

"Din, kontol kamu sepertinya gede seperti kontol Ujang? Sampe mentok. Ennnnak banget..." Mbak Wati mengerang menerima sodokan kontol Didin.

Melihat Mbak Wati keasikan disodok kontol Didin, dan kontolku mulai dicuekin, Bi Narsih naik ke atas ranjang, bibirnya nyosor bibirku. Aku membalasnya dengan mesra.

"Pindah yuk, Jang.!" Bi Narsih berbisik. Aku mengangguk.

Pelan pelan aku menjauh dari Mbak Wati yang asik menikmati sodokan Didin. Lalu aku pindah ke ranjang satunya lagi. Bi Narsih memelukku dengan erat. Kembali kami berciuman dengan mesra.

"Ssst, kita liat yang lagi ngentot." bisik Bi Narsih.

"Bibi gak pengen?" tanyaku heran sambil meremas pantatnya yang besar dan empuk.

"Gak mau. Ada orang di kamar. Kalau 3some sama kamu dan Desy, Bibi baru mau" kata Bi Narsih.

Ahirnya aku hanya menonton Mbak Wati dan Didin ngentot, karna Bi Narsih melarangku ikutan. Aku hanya bisa menahan nafsuku karna Bi Narsih tidak mau ngentot ditonton orang.

"Aduhhhh Din, akuuuu kelllluarrrrr lagiiii. Gilaaa aku udah keluar 3x...." suara Mbak Wati begitu nyaring.

"Akuuuu jugaaaa kelllluarrrrr, Mbak" Didin mengeram mendapatkan orgasme.


Ahirnya Mbak Wati dan Didin terkapar kelelahan. Nafas mereka tersengal sengal.

"Mau gak kita tuker pasangan ritual di Gunung Kemukus, Wati?" tanya Bi Narsih.

"Iya, mau." Mbak Wati menjawab.

Ahirnya Mbak Wati setuju untuk bertukar pasangan ritual dengan perjanjian bahwa ritual harus tuntas tanpa bertukar pasangan lagi.

"Jang, kita pulang yuk!" ajak Mbak Wati setelah berpakaian kembali.

"Ujang pulang sama aku Wati, ada yang mau aku bicarakan." kata Bi Narsih menjawab ajakan Mbak Wati kepadaku.

"Ala, paling urusan memek." kata Mbak Wati sambil tertawa.

"Kamu pulang bareng Didin saja, kan rumahnya lewatin daerah kamu tinggal." kata Bi Narsih.

"Iya Mbak, rumahku di xxxx. Jadi kiya satu angkot" kata Didin

Ahirnya Mbak Wati setuju pulang bareng Didin. Kami mengantarnya hingga pintu.

"Jang, kamu gak nanya kenapa Bibi pernah selingkuh dengan ayahmu? Tanya bi Narsih.

"Ujang takut menyinggung perasaan Bibi" kataku.

"Begini ceritanya, Jang. Bibi waktu itu masih berusia 21 tahun, bibi sudah menikah dengan Mang Badrun, suami pertama Bibi selama 5 tahun, Desy waktu itu baru berusia 5 bulan. Sampai suatu hari Ayahmu mampir ke rumah saat suami Bibi sedang tidak ada. Ayah kamu merayu Bibi, entah setan dari mana, Bibi tergoda oleh rayuan bapak kamu, Jang. Hingga ahirnya kami berhubungan sex, bukan cuma sekali. Tapi setiap ada kesempatan. Bibi benar benar terbuai oleh keperkasaan Ayah kamu hingga ahirnya suami Bibi mergokin kami sedang berselingkuh. Suami Bibi tidak berani dengan ayahmu, tidak ada yang berani dengan ayahmu, seorang jagoan yang paling ditakuti. Suami Bibi pergi dan tidak pernah kembali. Buat makan Bibi ahirnya berjualan kopi di daerah kekuasaan Ayah kamu. Sedang Desy Bibi titipkan ke ibu kamu. " kata Bi Narsih

"Bi,Ujang pengen ngentot!" kataku sambil meremas pantat besar Bi Narsih.

"Hus, kamu masih pengantin baru. Kasian istri kamu, pulang ke rumah kontol kamu sudah loyo. " kata Bi Narsih zambil mencium bibirku.

"Sekali aja, Bi. Kontol Ujang udah ngaceng." kataku merengek seperti anak kecil.

"Nanti zaja keponakan Bibi yang nakal. Nanti kalau ada waktu bibi mau ngajak kamu ngentot bareng Desy." kata Bi Narsih menciumku. Lalu Bi Narsih mengajakku pulang.

*******

Di rumah kulihat Ningsih sudah menunggu di teras depan dengan Lilis. Melihatk kehadiranku, Ningsih langsung berdiri mencium tanganku.

Melihat Ningsih dan Lilis membuat birahiku yang belum tersalurkan kembali bangkit. Kontolku kembali bangun perlahan lahan. Aku membenarkan posisi kontolku agar tidak menekuk.

"Lama amat perginya, A?" tanya Ningsih.

'Maaf, Aa harus menyusun rencana ritual dengan hati hati biar tidak salah jalan lagi." Kataku sambil mencium kepala istriku dengan mesra.

"Ngobrolnya di dalam saja" kata Lilis mengajak kami masuk.

"Jangan duduk dulu, Jang. Kamu habis ngentot sama Mbak Wati, ya?" tanya Lilis ketus. Lilis mengelilingiku mencium baju dan tubuhku. Untung Mbak Wati dan Bi Narsih tidak pakai parfum, jadi gak ada bau parfum di badanku yang ada cuma bau keringat.

"Ningsih, buka celana suamimu, ada bau bau memek gak di kontolnya.!" kata Lilis.

Ningsih berjongkok membuka celanaku dan juga celana dalamku. Kontolku yang sudah ngaceng sejak melihatt Ningsih dan Lilis langsung berdiri tegak begitu lepas dari sangkarnya.

"Aa, kontolnya sudah ngaceng saja." kata Ningsih lalu mengendus mencium kontolku mencari bau memek wanita lain.

Aku berharap bau memek Mbak Wati tidak tersisa, stelah kontolku tadi dicuci dengan sabun oleh Bi Narsih.

"Gak ada bau memek, Teh?" kata Ningsih ke Lilis.

"Coba Teteh yang nyium.!" kata Lilis berjongkok memcium kontolku mencari bau memek wanita lain.

"Awas kamu, Jang. Kalau ketahuan kamu ngentot sama orang, Lilis potong kontol kamu. Di rumah kamu udah punya dua memek, dua istri cantik. Kamu cuma boleh ngentotin cewek lain buat ritual." ancam Lilis membuatku ngeri.

Lilis lalu melahap kontolku dengan bernafsu, memasukkan separuh batang kontolku ke dalam mulutnya. Lidahnya menjilati kepala kontolku dengan lincah, raaanya ngilu ngilu enak.

"Lis, makin pinter aja kamu nyepong kontolku... Nikmat, Lis!" kataku.

Kasian sekali istriku hanya melihat kontol suaminya disepong tanpa bisa berbuata apa apa. Ningsih yang masih berjongkok di samping Lilis, wajahnya mendongak menatapku. Aku bisa melihat di matanya rasa cemburu.

Aku menarik Ningsih agar berdiri, kucium bibirnya dengan mesra. Entah kenapa aku semakin menyayangi istriku. Ada cinta yang mulai tumbuh di hatiku kepada istriku. Wanita yang baru saja aku kenal.

"Aku mencintaimu!" aku berbisik di telinga Ningsih. Ningsih tersenyum menatapku dengan mesra.

"Ning juga sudah jatuh cinta sama Aa sejak di Gunung Kemukus. Makanya Ning maksa dinikahin, A Ujang. " kata Ningsih berbisik di telingaku. Kembali kami berciuman dengan mesra. Sementara Lilis terus menyepong kontolku dengan bernafsu.

"Jang, duduk!" Lilis menyuruhku duduk di kursi empuk ruang keluarga. Seperti kerbau dicocok hidung aku menurutinya.

Kulihat Ningsih masuk kamar. Kasian sekali istriku, dia tidak berdaya melihat suaminya berbuat mesum dengan kakaknya sendiri.

Lilis membuka celana dalamnya tanpa membuka baju tidur transparannya yang berwarna putih. Lilis naik ke pangkuanku dan mengangkat baju bagian bawahnya hingga ke atas perut. Diraihnya kontolku dan diarahkan ke memeknya yang ternyata d sangat basah. Perlahan Lilis menrunkan pinggulnya, memeknya melahap kontolku dengan pelan.

"Och, kontol kamu ennnnak banget, Jang.!" Lilis menatapku mesra. Bibirnya yang tipis tersenyum. Dilumatnya bibirku dengan mesra. Aku membalasnya dengan sepenuh hati.

Lilis menggerakkan pinggulnya dengan lembut selembut wajah cantiknya yang tersenyum bahagia. Tangannya memeluk leherku.

"Jang, Lilis bahagia bisa selalu bersama, Ujang. Kamu harus janji gak akan ninggalin Lilis dan Ningsih
" kata Lilis sambil terus memacu kontolku.

"Iya, Lis. Hanya cowok tolol yang mau ninggalin istri yang cantik." kataku sambil mencium bibir Lilis. Tanganku memegang dan meremas pantatnya yang besar dan empuk.

"Aduh Jang, ennnak banget kontol kamu." Lilis semakin bernafsu menggerakkan pinggulnya mengocok kontolku.

"Jepitan memek Lilis juga ennnak banget."

"Jang, Lilis mauuuu kelllluarrrrr. Lilis gak tahan lagiiiiiii. Lilis kelllluarrrrr......." Lilis mendekap leherku dengan erat, pinggulnya ditekan dengan keras hingga kontolku terbenam sampai dasarnya. Memeknya berkontraksi menyambut orgasme pertamanya.

"Enak, lis?" tanyaku sambil membelai rambutnya yang panjang dan indah.

"Ennnnak banget, Jang.!" kata Lilis sambil mengecup bibirku.

Lilis bangun dari pangkuanku lalu melepas baju tidurny. Lili merebahkan tubuhnya di sofa panjang kaki kananya di angkat ke sandaran kursi sofa empuk dan kaki kirinya terjuntai ke lantai.

"Jang, buruan entot Lilis lagi.!" kata Lilis tidak sabar.

Aku segera merangkak di atas tubuh indah Lilis, kuarahkan kontolku ke lobang memek Lilis yang agak terbuka akibat hujaman kontolku yang besar. Dengan mudah kontolku menerobos masuk memeknya yang sangat basah.

"Ennnnak banget kontol kamu, Jang..." Lilis mendesis menerima sodokan kontolku.

Aku mulai memompa memek Lilis dengan penuh kelembutan. Kucium bibir sensualnya yang selalu tersenyum kepadaku. Senyumnya penuh cinta.

"Ennnnak, Lis.!" kataku sambil terus mengocok memeknya dengan irama yang teratur. Cepat tapi tetap lembut.

"Terus ,Jang. Entot terus memek Lilis, ennnak banget." Lilis memegang pantatku membantu gerakan pantatku lebih kencang memompa memeknya yang semakin basah.

"Akuuu gak tahannnn, mauuuu keluar, Lisss" kataku berusaha sekuat tenaga agar pejuhku keluar lebih dahulu sebelom Lilis meraih orgasme.

"Kelllluarin, Jang. Lilis jugaaaa kelllluarrrrr......" Lilis menjerit lirih menyambut orgasme.

Akupun tak lagi mampu bertahan, pejuhku menembak lobang memek Lilis dengan kencang. Tubuhku ambruk menindih Lilis. Nikmat sekali rasanya setelah pejuhku muncrat.

Aku bangkit duduk di samping Lilis setelah nafas kami kembali teratur. Lilis tersenyum menatapku mesra.

"Jang, tolong ambilin baju." kata Lilis. Aku mengambil baju Lilis dari lantai kuberikan ke Lilis yang msaih telentang di sofa.

"Jang, gendong Lilis ke kamar. Lilis capek." kata Lilis merajuk manja.

Aku menggendong Lilis dengan kedua tanganku, tangannya memegang leherku agar tidak jatuh. Lumayan berat. Perlahan aku merebahkan tubuh telanjang Lilis di kasur yang empuk.

"Sana, Jang. Ningsih pasti nunggu kamu. !" kata Lilis.

Aku keluar kamar Lilis, dan masuk kamarku. Kulihat Ningsih sedang menangis.

*****†*
 
Kayaknya Lilis terlalu mendominasi Ujang ya hingga Ningsih cemburu dan menangis.....
Usul Om, buat Lilis gantian cemburu sama Ningsih.....assek kayaknya
 
Ternyata desy bukan anaknya bang gobang ya hu... Untung deh klo gitu, tapi bisa gak untung juga klo nantinya desy pengin dinikahin Ujang. Bisa jadi masalah besar buat Lilis dan Ningsih
 
kasihan ningsih yg cemburu dan tak berani sama lilis..yg menjadi tumpuan bgi keluarganya..
 
Was kasian ningsih jang sampek nangis gitu, lalu nasip si lastri dan vina gimana yah?

Btw bi narsih kok ga ganas ya kayak pertama kali muncul?
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd