Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Ritual Sex di Gunung Kemukus

Bab 32 : Upacara Pancamakarapuja


"Siapkan api !" teriak pria garang yang ternyata pemimpin mereka.

2 orang diantara mereka langsung mengulkan ranting kayu kering dan daun daun jati yang sudah mengering. Setelah terkumpul cukup banyak, salah satu di antara mereka mengeluarkan batu dan kapuk dari pinggangnya serta menghunus golok panjang dari pinggangnya.

Bi Narsih semakin merapatkan tubuhnya ke dadaku. Wajah Bi Narsih pasti sepucat wajahku yang sangat ketakutan melihat golok panjang terhunus. Siapa yang akan mati terlebih dahulu diantara kami? Hatiku mengucapkan do'a yang masih kuhapal. Semua hapalan do'aku hilang begitu saja oleh rasa takut.

Orang yang memegang golok itu menjepitkan kapuk di punggung golok yang tidak tajam dan tangan kirinya mengetukkan batu dengan keras ke punggung golok sehingga menimbulkan percikan api yang menyambar kapas. Dalam sekejap kapas itu terbakar. Si pria pelan pelan meletakkan kapas yang terbakat di atas tumpukan kapas yang lebih besar lalu diletakkanya di atas daun jati kering. Pelan pelan pria itu meniup kapas yang sudah menjadi bara yang menjadi semakin besar membakar daun jati kering. Bara itu semakin besar dan berubah menjadi api yang membakar ranting ranting kering.

Seseorang memberikan kami bambu pendek yang disumpal daun kering. Kurasa isinya air. Aku membuka tutupnya tercium bau tuak yang sangat tajam. Aku meminumnya sedikit saat mereka meminum tuak dari bumbu yang mereka pegang. Hanya sedikit agar tidak memancing kemarahan orang orang itu. Hanya seteguk, tenggorokanku seperti terbakar.

Mereka juga memberi Bi Narsih air kelapa muda. Aku iri dengan keberuntungan Bi Narsih yang mendapat air kelapa muda yang sudah pasti akan terasa segar buat tenggorokanku yang sudah sangat kering karna terkejut dan takut. Tapi, sepertinya mereka sangat menghormatiku.

Kulihat mereka mulai mabuk, lalu mereka mulai menari mengelilingi makam Pangeran Samudra sambil membaca mantra yang tidak kuketahui maknanya. Sementara 10 wanita yang mereka bawa hanya duduk tak berani bergerak. Kalau mereka benar benar tawanan, kenapa mereka tidak melarikan diri ?

Berpikir tentang melarikan diri, kenapa bukan aku saja yang melarikan diri. Ya, ini waktu yang tepat untuk melarika diri saat orang orang itu menari dalam keadaan mabuk.

"Sih, kita pergi dari sini mumpung mereka sedang menari dalam keadaan mabuk." aku berbisik mengajak Bi Narsih melarikan diri.

"Enggak boleh, kamu harus menyempurnakan ritualmu, Jang. Abaikan orang orang itu. Kita harus menyelesaikan ritual." kata Bi Narsih tegas. Walau aku bisa merasakan rasa takut dari suaranya yang bergetar.

Mendengar keberanian Bi Narsih, keberanaiankupun timbul. Aku memperhatikan para lelaki yang menari mengelilingi makam Pangeran Samudra dalam keadaan mabuk.

Si pria paling garang tiba tiba menarik dua wanita tercantik lalu membawanya ke hadapanku.

"Kakang Kebo Abang, kupersembahkan dua perawan ini kepadamu , lakukanlah sekarang kakang agar kau mendapat restu dari Kanjeng Pangeran Samudra dan Dewi Ontrowulan, agar kamu mendapatkan kesaktian dari Dewi Shakti yang agung. Agar semua keinginanmu terkabul Kakang...!" aku terkesima dengan apa yang kudengar.

Aku tahu ini semua hanya ilusi atau mungkin juga hanyalah mimpi. Aku memejamkan mata, berharap saat aku membuka mata, aku telah kembali ke alam nyata atau terbangun dari tidurku.

Aku berusaha memberanikan diri membuka mata. Aku masih tetap di sini. Kulihat enam pria itu sedang memperkosa wanita yang mereka bawa. Bukan, itu bukan perkosaan. Itu adalah ritual sex gunung kemukus. Aku bisa melihat dari wajah para wanita yang sedang dientot itu terpancar kenikmatan. Jeritan mereka adalah jeritan orang yang sedang merasakan kenikmatan.

Kulihat dua wanita yang dipersembahkan kepadaku sudah telanjang memamerkan keindahan tubuhnya. Dua wanita tercantik diantara 10 orang wanita lain. Birahiku bangkit melihat kemolekan tubuh dua wanita belia itu mengingatkanku akan kemolekan tubuh Lilis.

Lilis, ya aku baru ingat ada Lilis dan istriku Ningsih yang menungguku di rumah. Dua wanita yang sangat mencintaiku. Dan aku datang ke sini untuk menyempurnakan ritualku dengan Bi Narsih. Sedangkan wanita yang di hadapanku hanyalah ilusi.

"Aduh Jang, Narsih sakit. Kenceng amat kamu meluknya !" suara Bi Narsih yang keras mengangetkanku dan sekaligus menyadarkanku.

"Maaf, Sih !" kataku menarik nafas lega melihat sekelilingku kembali seperti tadi dipenuhi para peziarah yang sedang mencari pasangan dan para pedagang yang sedang menjajakan dagangan mereka.

"Kamu kenapa, Sayang ? Tadi kamu ketiduran ? " kata Bi Narsih menatapku was was.

"Eh, iya tadi aku ketiduran.!" kataku dengan perasaan lega.

"Balik ke kamar, yuk! Memek Narsih udah gatel." kata Bi Narsih bangkit menarik tanganku.

"Udah gak perih memek, Narsih ?" tanyaku sambil membetulkan celanaku yang terasa sesak akibat kontolku yang mulai tegang.

"Udah enggak, Sayang. " Bi Narsih melingkarkan tangannya ke pinggangku dan aku merangkul pundaknya berjalan ke tempat kami menginap.

Sesampai kamar aku mencium bibir Bi Narsih dengan posisi berdiri. Bi Narsih membalas ciumanku, tangannya melingkar di leherku dengan kaki berjinjit.

Setelah puas berciuman, aku memuka baju Bi Narsih dengan lembut. Selembut mungkin memperlakukan Bi Narsih untuk menebus perasaan bersalahku yang sudah menyakiti memeknya.

Setelah Bi Narsih telanjang, aku mengangkat tubuh indahnya dan merebahkannya di ranjang sempit. Aku merangkak di atas tubuh Bi Narsih, kembali kukulum Bibirnya yang sensual dengan lembut.

Beralih ke lehernya yang jenjang, kujilati setiap bagiannya membuat Bi Narsih mendesis nikmat. Aku memberikan tanda merah di leher Bi Narsih. Kemudaian ciumanku beralih ke dada Bi Narsih yang mungil namun indah dan keras. Aku menghisap pentilnya dengan bernafsu.

"Aduh sayang, masa jatah susu anak kamu mau kamu ambil juga...!' kata Bi Narsih sambil membelai rambutku. Aku semakin bernafsu menghisap pentil tetek Bi Narsih yang semakin keras.

Bosan bermain di dadanya, aku beralih ke perut Bi Narsih yang rata tanpa lemak. Lidahku menggelitiknya membuat Bi Narsih tertawa kegelian.

"Hihihi, geli, Jang. !" kata Bi Narsih sambil berusaha mendorong kepalaku makin ke bawah mendekati memeknya yang berjembut lebat.

Aku membenamkan mulutku di memek Bi Narsih yang sangat menggairahkan. Kubuka belaham memek Bi Narsih sehingga aku bisa melihat bagian dalamnya yang basah berlendir. Kujulurkan lidahku menjilat cairanya yang lengket dan nikmat.

"Aduh sayang, kamu pinter amat ngejilatin memek Narsih. Ennnak sayang. " Bi Narsih menjambak rambutku pelan.

Lidahku semakin liar menjilati memek Bi Narsih. Kugelitik itilnya yang menonjol indah membuat Bi Narsih semakin blingsatan oleh rasa nikmat.

"Ampun, say. Narsih kelllluarrrrr ennnnak....!" pinggul Bi Narsih terangkat menyambut orgasme pertamany yang dahsat.

"Udah Jang, entot Narsih sekarang..." Bi Narsih menarik pangkal lenganku agar merangkak di atas tubuhnya. Diraihnya kontolku diarahkan ke lobang memeknya yang sudah sangat basah.

Perlahan aku menusukkan kontolku ke lobang memek yang lunak dan basah. Dengan mudah kontolku terbenam di memeknya Bi Narsih yang hangat.

"Sakit gak, Sih?" tanyaku hawatir menyakiti memek Bi Narsih.

"Udah gak sakit, Sayang. Memek Narsih enak dientot kontol kamu." kata Bi Narsih memeluk leherku dan mencium bibirku dengan mesra.

Kami berciuman mesra sedang pinggulku terus bergerak memompa memek Bi Narsih dengan perlahan dan sepertinya Bi Narsih tidak keberatan dengan pompaanku yang pelan. Padahal selama ini dia paling suka dientot dengan cepat.

"Enak juga dientot pelan, Say !" kata Bi Narsih menatapku sayu.

"Iya, Sih. Apalagi ngentot pelan memek Narsih makin ngejepit. Ennnnnak banget." kataku sambil terus mengocok memeknya perlahan dan berirama. Memek Bi Narsih memang beda dengan memek wanita lain. Memeknya seperti berdenyut denyut meremas kontolku.

"Jang, Narsih gak kuuuuat mauuuu kelllluarrrrr....... Ennnak kontol kamuuuu!" kaki Bi Narsih melingkar menjepit pinggangku, tangannya mencengkeram punggungku seiring dengan memeknya berkontraksi meremas remas kontolku diiringi hisapan yang entah bagaimana caranya memek Bi Narsih bisa menghisap kontolku.

"Jang, Narsih pengen dientot sambil nungging di pinggir ranjang.." kata Bi Narsih.

Aku bangkit turun dari ranjang. Bi Narsih menungging di pinggir ranjang. Pantatnya yang besar sangat menggoda setiap lelaki yang melihatnya, termasuk aku.

Aku memengang kontolku dan mengarahkannya ke lobang memek Bi Narsih. Perlahan kontolku menembus memek Bi Narsih yang terasa semakin sempit. Perlahan kuherakkan kontolku maju mundur di memek Bi Narsih yang sudah sangat basah. Rasanya benar benar sangat nikmat.

"Jang, ennnnak banget disodok dari belakang...." bi narsih membenamkan wajahnya di bantal agar suaranya tidak terlalu berisik dan akan didengar oleh para penghuni kamar yang lain. Padahal orang tidak akan perduli, karna mereka juga pasti sedang mengayuh badai birahi.

Aku mengocok memek Bi Narsih sambil meremas pantatnya yang besar dan bulat. Kocokannku semakin cepat membuat Bi Narsih bergoyang maju mundur. Cukup lama aku memompa memek Bi Narsih dalam posisi nungging hingga ahirnya Bi Narsih menjerit tertahan kembali mendapatkan orgasmenya.

"Jang, ammmmmpun akuuu kelllluarrrrr lagi. !" bi Narsih mencengkeram kasur dan wajahnya semakin terbenam di bantal.

Kubiarkan kontolku terbenam di memek Bi Narsih menunngu badai orgasmenya tuntas. Setelah orgamenya berlalu, Bi Narsih menarik memeknya melepas kontolku. Dia langsung telentang mengangkang siap menerima sodokanku lagi.

"Ayo Sayang, sodok memek Narsih lagi, kamukan belom keluar." kata Bi Narsih tersenyum menatapku.

Aku segera merangkak di atas tubuh Bi Narsih yang langsung meraih kontolku dan diarahkannya ke lobang memeknya. Perlahan kontolku menerobos masuk memeknya.

"Tumben gak minta di atas, Sih? Tanyaku menatap wajah cantik Bi Narsih sementara pinggulku memompa memeknya.

"Gak, ach. Narsih lagi pengen dikasih ennnnak..." Narsih melingkarkan tangannya ke leherku pinggulnya bergerak menyambut sodokan kontolku. Kami saling bertatapan.

Kembali kami saling berciuman diiringi sodokan kontolku yang semakin cepat di memek Bi Narsih yang sangat basah menimbulkan bunyi terindah yang pernah aku dengar.

Setelah cukup lama aku memompa memek Bi Narsih, perlahan aku mulai merasakan kontolku semakin sensitif. Gesekan kontolku dengan memek Bi Narsih semakin terasa membuatku tidak mampu bertahan lebih lama lagi.

"Sihhhh akuuuu gak kuat mauuu ngecrot....!" aku mengeram saat kontolku memuntahkan pejuhnya di dalam memek Bi Narsih. Kubiarkan kontolku terbenam di memek Bi Narsih.

"Sayyyy, Narsih jugaaaaa kelllluarrrrr.... Ennnnak...!" bi Narsih menyusulku mendapatkan orgasmenya. Bi Narsih memeluk leherku dengan erat. Nafas kami tersengal sengal.

Ahirnya aku menggulingkan tubuhku di samping Bi Narsih.

*****

"Kakang Kebo Abang, kenapa Kang tidak melakukan Pancamakarapuja.

( Pancamakarapuja adalah upacara ritual dengan melakukan 5 hal yang dilarang dikenal dengan 5 MA:

1.MADA atau mabuk-mabukan
MAUDRA atau tarian melelahkan hingga hilang kesadaran
MAMSA xxxxxxxxxxx
MATSYA xxxxxxxxxx
MAITHUNA atau bersetubuh secara berlebihan )

Agar Kakang bisa bersatu dan mendapat anugrah kesaktian dari Sang Dhewi Sakti dewi segala dewi yang maha sakti. Kakanglah harapan kami untuk menuntut balas atas kematian Kanjeng Pangeran Samudra. Hanya Kakang yang mampu melakukannya." kata pria sangar itu kepadaku.

"Kenapa harus dengan upacara Pancamakarapuja kakang Ginngi. Kenapa kita harus mengorbankan wanita tidak berdosa untuk mendapatkan kesaktian ?" aku terkejut dengan apa yang aku ucapkan. Kenapa aku mengenal pria itu ? Apakah benar aku mengenalnya?

"Hanya dengan upacara Pancamakarapuja, kesaktian Kakang akan pulih dengan cepat. " kata pria yang aku panggil Ginggi itu.

"Aku bersedia menyetubuhi perawan yang kau bawa ke hadapanku. Tapi aku tidak bisa membunuh mereka sebagai persebahan kepada Sang Dewi Shakti. Mereka tidak berdosa Kakang." kataku lagi.

"Mereka harus ditumbalkan agar kau memperoleh kesaktianmu lagi Kakang Kebo Abang. Agar kau bisa memimpin kami untuk membalas dendan kematian Pangeran Samudra.. Atau kami tidak mempunyai pilihan lain, Kakang Kebo Abang. " kata Ginggi sambil mencabut golok dari pinggangnya diikuti oleh ke 5 anak buahnya yang ikut mencabut pedang mereka. Serentak mereka mengelilingiku dengan senjata terhunus.

Bersambung.....
 
Baca dab ngikuti cerita suhu satu ini ndaj pernah bosen sambil ngelus2konti sll ada hal baru yg asikkk.....
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd