Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Roro Inten

Apa yang diharapkan dari akhir kisah ini ?

  • Happy ending

    Votes: 272 77,3%
  • Sad ending

    Votes: 50 14,2%
  • Open ending

    Votes: 27 7,7%
  • Close ending

    Votes: 24 6,8%

  • Total voters
    352
  • Poll closed .




Foto - Foto Commercial by Indah Seroja 1

"Wah, ini sih keren...keren bangeeet !" Seru kekaguman spontan keluar dari bibir manis itu manakala pandangannya menatap tajam slide foto yang tersaji bergantian di layar laptopnya.

Sorot mata yang jeli dan beningnya tak berkesip ketika tampilan sesosok gadis muda remaja nan cantik terlihat begitu atraktif bergaya dengan beragam pose dan busana yang memikat.





Foto-foto Commercial by Indah Seroja 2

"Te o pe deh…!.
"Swear…!
Pantesan si Non menang banyak…hehehe !" Tambah sosok manis penuh kagum itu dengan mata jelinya.

Sementara di sebelahnya Indah Seroja tampak tersenyum lebar sambil sesekali mengibaskan rambut panjangnya yang indah tergerai.

"Ini semua baru take awal untuk pembuatan iklan Maybelin Kak. Nanti masih ada beberapa screenshot lagi untuk evaluasi akhir. Dari situ baru deh dicari yang terbaik untuk dipublish.." ujar sang adik kepada kakaknya, Mawar.

"Ehmm, terus kepastiannya kapan Ndah....? Khan aku juga pengin ngeliat foto kamu mejeng di poster-poster, di papan reklame...terus di majalah-majalah...hihihi.."goda Mawar sambil menepuk bahu adiknya.

"Yeee...emang kantor pos begitu masuk besok sampe..! Kudu sabar kali. Soalnya juga nyesuaikan dengan schedule rilis produk mereka yang baru nanti. Yah perkiraan sih sebulan dua bulan lagi. Bilangnya sih mereka mau kasih kabar. Ntar aku paling ke Jakarta lagi buat finalisasi." Kata Indah menjelaskan.

"Yah udah kalu gitu. Syukurlah. Yang pentingkan kamu sudah masuk lineup model mereka. Itu aja sudah bikin gw seneng."ujar Mawar.

Sejenak kemudian keduanya asyik bercakap-cakap sambil mengemil potato chips.

"Omong-omong si Ivan coba ndekatin kamu lagi ya…? Trus gimana tuh ?" Tanya kakaknya lagi.

Indah hanya terdiam lalu memalingkan muka.

"Aku dan dia sdh ndak ada hubungan apa-apa lagi Kak. Cuma dia-nya aja yang maksa mau ajak balik.
"Dia udah berkali-kali WA-an yang minta maaflah...insyaflah...blablabla
"Aku...aku sih ndak mikirin lagi kejadian dulu itu. Kuanggap ndak pernah terjadi. "Buatku itu sebuah mimpi buruk yang amit2 terulang lagi buatku dan juga buat siapapun." Kata Indah.
"Aku biarin aja Kak. Kagak gw tanggapi. Ntar paling diem sendiri.."tutup Indah cuek sambil mengambil sekeping chips

"Omong-omong, kalu cowok brengsek yang dulu pernah hampir berantem sama kita...siapa namanya..ehmm..?
"...gimana tuh Kak..? Masih sering nggak hubungi elu ?" Ujar Indah.

Kini gantian Mawar yang terdiam. Untuk sesaat dia tampak seperti merenung sambil memandang ke arah jendela.

"Kabarnya dia sudah membeli beberapa lukisan karyamu...sampai puluhan juta. Aneh banget kayaknya dia sepertinya ada motif deh Kak. Warning...warning.." kata Indah menganggukan dua jemari telunjuknya ke atas kepala.

"Namanya Freddy Umbara. Kebetulan sekali dia pacarnya Kak Sofie.
"Aku..aku juga eneg sebenarnya berhubungan sama co belagu itu. Tapi yah..karena aku dekat banget ma Kak Sofie. Jadi apa boleh buat, aku coba nahan diri aja.
"Seperti kata elu...ntar kalau ndak diladenin paling ilang tuh orang." Jawab Mawar sekenanya sambil mendesah lirih.

Mawar sendiri sebenarnya tak yakin akan ucapannya.
Ia tahu hubungannya dengan Sofie Adriana yang bak kakak adik membuatnya kerap bersinggungan dengan cowok macho tersebut.

Sekelumit bayangan membekas di pikirannya saat terakhir kali bertemu Freddy Umbara beberapa waktu lalu di rumah kastil Sofia Adriana.
"Gw ucapin selamat ya buat elu. Ndak sangka ternyata si Miss Mawar itu adik kamu sendiri. Bakalan jadi seleb dadakan tuh...hahahaha.."kata Freddy slengean sambil duduk mengangkang seenaknya di samping kekasihnya, Sofie.

Mawar berusaha tak menanggapi ucapan Freddy hanya tampak melempar senyuman tipis manakala matanya sekilas melirik ke arah Sofie.
Sofie nampak tersenyum sembari mengelus paha Freddy.

"I am also happy to hear that dear. Aku pikir adik kamu memang pantas mendapatkannya. Her appearance absolutely perfect.." tambah gadis bule itu sambil mengedipkan matanya.

Lagi-lagi Mawar hanya melempar senyum tipis. Sebenarnya Mawar pun senang sekali mendengar perkataan Sofie namun sosok pria menyebalkan di samping Sofie membuatnya seolah enggan.

"Oya honey, ayahku awal tahun nanti fix sudah janji akan datang ke Indo. Kuharap kamu secepatnya bisa ajak aku buat ketemu papa sama Mama kamu, beib." tutur Sofie dengan mata berbinar.

Freddy tertawa lebar seraya tanpa sungkan-sungkan memeluk gadis bule itu sambil mengecup bibirnya.
"Of course honey. that's already my promise to you my beloved. I am, Freddy Umbara, will not break promises...hahaha..!" Ujar Freddy santai.

Mawar spontan melirik ke arah lain melihat lagaknya yang memuakkan. Sementara Freddy yang tahu gelagat justru seperti kian terpancing mengerjai gadis remaja ini.

"Oya Mawar, kamu sudah bawa baju renang khan…?" Tanya Sofie yang dibalas anggukan Mawar.

"Ok, berhubung besok aku otw ke Jakarta for a few days dan my boyfriend still here...kita renang bareng yuk…!" Ajak Sofie lalu cepat menarik tangan Mawar.
Mawar yang rada terkejut tak sempat mengelak dan terpaksa mengikuti Sofie.

Tak lama kemudian Sofie sudah mengenakan busana "kebanggaannya" berupa kain bikini two piece yang hanya menutupi buah dada dan kemaluannya saja.

"Let's honey, come down !" Teriak Sofie pada Mawar seraya menceburkan diri ke kolam renang rumahnya yang asri kebiruan itu.

Mawar yang juga memakai bikini two piece masih berdiri di pinggir pool hendak turun menyusuri undakan kolam. Namun sesaat langkahnya terhenti ketika mendengar seseorang menyapa dari belakangnya.

"Waooow…. waoooww !
"Mawar...Mawar, ndak kusangka ternyata lu punya body seksi banget buat ukuran ce SMA...ckckck...mantaap gilaaa…! Hahahaha…!"

Mawar spontan menoleh dan dilihatnya hanya beberapa langkah di belakangnya sosok Freddy Umbara tampak berdiri tegak.

Senyuman lebar tersungging di bibir lebar Freddy yang masih mengenakan kacamata Ray-Ban kebanggaannya sambil kedua jemari tangannya membentuk pola seksi "gitar Spanyol".

Sejenak Mawar terdiam sambil matanya menyorot sosok pria tersebut.
Tubuh yang tinggi tegap atletis dengan body fitnes membentuk otot dan lemak kokoh bidang berisi.

Perut sixpack yang begitu jantan hasil olahraga rutin yang dilakukannya membuatnya percaya diri di hadapan sang dara.

Freddy berdiri tegap hanya mengenakan sehelai cawet celana renang saja.
Dia seolah berusaha memamerkan pesona kejantanannya yang memang memancar kuat dari tubuhnya plus rambut gondrongnya.

Sungguh sebuah penampilan atraktif yang bakalan membuat mata para gadis terpesona.
Namun apakah hal itu berlaku untuk sang dara atawa Mawar Sembilu…?

Mawar sejenak tak beralih dari sosok "telanjang nan macho" di depan matanya.

Ia tak memungkiri Freddy si cowok menyebalkan ini punya body goal bak dewa Yunani.
Namun nyatanya ada satu hal yang sempat membuatnya tertegun dengan dada sedikit berdebar.

Sepintas sebelum ia kembali memalingkan wajah sudut matanya sempat menatap sekilas ke pangkal paha Freddy.
Pangkal paha kokoh yang hanya tertutup sehelai cawet renang itu menampilkan sesuatu yang tersembunyi dibaliknya dan tak urung sempat menggetarkan hati sang dara.
Yah...apa lagi kalu bukan kemaluan sang pejantan.

"I..ituu...besaar dan panjangnya…"lirih suara Mawar sedikit tercekat mengalir begitu saja dari bibirnya dengan mata sedikit membesar.
Sekejap kenangan akan peristiwa Pak Gunawan si guru biologi di kelasnya waktu itu tergambar jelas.

Freddy pun sudah berada hanya selangkah di depan sang dara. Sosoknya yang tinggi membuat Mawar hanya setinggi bahunya.

Tonjolan kemaluan Freddy yang memang menonjol gagah seakan bersaing harmonis dengan buah dada Mawar nan montok menggiurkan membuat sang cowok pun tak berkedip terpesona.
Sejenak keduanya berdiri berhadapan seolah saling mengukur pesona masing-masing.

"Bener kata teman gue. Elu emang soo seksi dan nafsuin. Kalu gue bisa ngeliat elu bugil barang semenit saja...bagi gue bagaikan mimpi yang menjadi nyata...hehehe…" kata sang Freddy Umbara sambil melepas kacamata Ray-Bannya.

Sorot matanya yang tajam sesaat menatap mata bening dan jeli Mawar lalu turun menatap belahan susu sang dara yang terbungkus bra bikini warna putih itu.
Mawar terdiam hanya menggereng halus. Emosinya perlahan naik mendengar ucapan sang pemuda yang mengusik kepekaannya.

"Apalagi kalu adik kamu si putri mawar yang tinggi, cantik dan seksi itu ikut nunjukin aksinya nari striptis di rumah gw. Aku bakalan bayar kalian jauh lebih mahal dari si artis sinetron itu. Perfettomuaach...hehehe.." tambah Freddy sambil melempar gesture ke arah sang dara dengan mengecup dua jemari tangannya.

Wuut…!

Taapp..!


"Eiitt...kenapa emosi beib...hehehe…" kekeh Freddy seraya menahan pergelangan Mawar yang hendak menamparnya.

"Dasar co berandal tidak tau diri. Gw harap ini hari terakhir kali elu nampang di muka gw...!
Kata Mawar dingin dengan muka memerah menahan marah.

Ditariknya cepat tangan mungilnya dari genggaman Freddy bersamaan seruan Sofie terdengar dari arah kolam mengajaknya turun.
Freddy hanya terkekeh sembari menatap nanar pantat molek Mawar yang terbungkus cawet minim bergetar naik turun begitu aduhai saat berlalu menjauh dari dirinya.

"Gw kudu bisa ngentotin memek anak itu...hah…" desah Freddy sambil membetulkan letak kemaluannya yang sontak menggeliat dan mengeras.

"Ehmmm...maaf banget Kak Sofie. Barusan ada telpon dari mama, aku disuruh jemput beliau segera di rumah arisan teman mama.
"Jadi sekarang Mawar terpaksa pulang. Ndak papa ya Kak.."pinta Mawar dengan wajah "memelas".

Sofie sejenak terdiam.

"Ouuw...gitu ya. Ya sudah kalu begitu. Yang penting Mama kamu dulu dear. Hati-hati ya…" balas Sofie.

Mawar tersenyum lega mendengarnya. Sungguh Mawar terpaksa melakukannya dengan membohongi Sofie karena moodnya seketika lenyap karena pria satu itu.

Sejenak ia sempat melirik ke arah pool dan dilihatnya cowok itu tengah berenang ke arahnya.
Cepat-cepat Mawar bergegas pergi lalu sebentar menghilang dari balik dinding.

"Lho, si Mawar kemana Beib…?"tanya Freddy.

"Dia ada panggilan mendadak buat njemput mamanya…"ujar Sofie sembari kembali berenang.

"Hmmm...Mawar Sembilu."
"Kau tak bakal kulepas begitu saja. Tunggu saja, bakal kunikmati tubuh indahmu...hehehehe…" lirih Freddy sambil tersenyum simpul penuh arti.

Kejadian yang lewat lebih dari beberapa minggu lalu membuat Mawar kembali mendesah lagi berharap gundah hatinya bisa berkurang karenanya.

"Kak, beberapa hari lagi kan ultahmu yang ke 17. Kuharap papa sama mama kasih kejutan yang menyenangkan buat kita ya Kak.."kata Indah sambil tersenyum kecil.

Mawar tak segera menjawab hanya membalas senyuman pula.

"Papa kayaknya lagi sibuk banget urusan kerja kok Ndah. Jadinya jarang pulang. Aku ndak terlalu berharap kok karena takut menganggu kerjaan papa…"tutur Mawar.

"Bener juga ya Kak. Minggu-minggu terakhir ini papa seperti lebih banyak ke luar kota. Mama juga banyak diam ndak kayak biasanya.
"Ehmmm...apa mungkin papa mama lagi bertengkar ya Kak..? Aku takut kalau ada apa-apa dengan papa sama mama Kak.." keluh Indah kemudian.

Mawar lagi-lagi terdiam. Ia sendiri seperti merasakan perubahan akhir-akhir ini dalam diri mamanya.
Kemaren karena urusan sepele mamanya sempat uring-uringan dan memarahinya sebelum kemudian menangis sendirian di kamarnya.

Mawar yang berkepribadian halus dan peka merasakan ada yang tidak beres dengan kondisi mamanya. Tapi apa itu ia sendiri tidak paham dan memilih menahan diri mencari momen yang tepat bicara kepada mamanya tercinta.

"Aku harap kamu keliru Ndah. Papa sama mama pasti baik-baik saja…" kata Mawar pelan seolah tak yakin kepada dirinya sendiri.

Sebentar kemudian suara alunan biduan band terdengar merdu mengiringi suasana sore menjelang Maghrib di Kafe Selalu Untuk Selamanya.

Mawar dan Indah sejenak terlihat diam membisu seolah tenggelam dalam pikiran masing-masing.

Kegundahan hati kedua gadis cantik kakak beradik itu ternyata juga turut dialami pria muda yang tengah berada di sebuah kamar mewah nan eksotisme Ranch peternakan pribadi keluarganya jauh di lereng Gunung Anoman.

Freddy tampak berdiri di balkon hanya mengenakan celana boxer.
Sementara di dalam kamar sesosok tubuh perempuan muda terlihat tergolek seperti tidur di ranjang.

Rambutnya yang panjang lebat terlihat awut-awutan menutupi tubuhnya yang putih mulus tertutup selimut.
Bra dan celana dalam thong berenda tampak tergeletak begitu saja di lantai kamar sedang sebuah kacamata wanita ala-ala Korea tersampir di atas meja.

Freddy menatap langit senja di lereng Anoman yang terlihat asri.

Sudah 2 hari ini ia menginap di Lokapala. Padahal sebelumnya jarang ia mau menginap di sini.
Ayahnya sudah langsung kembali ke kota dan meninggalkan dirinya yang diliputi beragam perasaan yang campur aduk.
Bahagia, senang, rindu dan….ragu.

Yah, ragu..perasaan yang harusnya sudah pupus dari batinnya semenjak ucapan janji tegas ayahnya yang dipungkasi pertunjukan luar biasa sang ayah yang begitu spektakuler.

Namun seolah hatinya kembali membisikkan kecemasan yang entah darimana muasalnya.
Ia cemas bukan semata karena memikirkan perempuan bernama Rengganis melainkan cemas akan kehilangan ayahnya…!

Kalu dulu ia begitu acuh dan tidak perduli akan ayahnya.
Semenjak peristiwa ajaib itu ia merasa memiliki perasaan yang begitu berbeda. Berbeda dalam arti ia seolah menaruh perhatian lebih kepada sang ayah ketimbang sebelumnya.

Ia merasa "sayang" kepada ayahnya. Kasihan dan haru menyeruak di dalam sanubarinya. Sesuatu yang baginya terasa asing dan aneh pada dirinya sebelum ini.
Freddy hanya mendengus pelan sambil menarik nafas.

"Eddy, ayah adalah pemangku negeri saat ini. Sebagai Bupati Banyumili banyak hal-hal yang ayah lakukan dan itu belum tentu memuaskan banyak orang. Mungkin pula membuat ada pihak yang tidak suka kepada ayah. Mereka mencari jalan serta membuat supaya ayah lengah hingga bisa mencelakai ayah dan keluarga kita.."kata ayahnya sebelum kembali.

"Dengan kata lain musuh ayah itu ada dan nyata. Dan itu bisa saja berasal dari mana saja. Dari orang-orang di sekeliling ayah atau jauh di luar sana.
"Oleh karena itu ayah harus senantiasa waspada karena bisa saja ada musuh dalam selimut.
"Kau harus mengerti Ed." kata sang ayah waktu itu.

"Lalu...kenapa ayah menceritakan ini kepadaku..? Apakah ada hubungannya dengan silsilah keluarga kita sebagai trah keturunan
Pangeran Ajibarang..?" tanya Freddy kemudian.

"Tentu saja karena kau adalah anak Suryo Adipati dan juga anak keturunan dari Kanjeng Pangeran Ajibarang. Bagian dari keluarga Suryo Adipati. "Sudah barang tentu
kemungkinan itu bisa terjadi. Ayah hanya mewanti-wanti. Ayah tidak berusaha menakut-nakuti. Lagipula kau bukan lagi anak kecil...pahamkan Ed..?" ujar Sang Ayah kemudian.

Freddy lalu menunduk memikirkan perkataan ayahnya.
Ia teringat persis kejadian dahulu saat seorang pembunuh bayaran yang disegani hendak mencelakakan ayahnya.
Beruntung ayahnya selamat dan justru malah mengangkat orang yang disewa musuh besar ayahnya itu menjadi pegawainya.

Ia baru menyadari sebenarnya si pelaku bukannya bodoh atau pembunuh sekelas ayam sayur melainkan karena ayahnya ternyata sosok yang adigang adigung dan adiguna...!

"Lukas Cabot…"desah Freddy menyebut nama sang mantan pembunuh bayaran itu.

Sebentar kemudian Freddy terlihat mengambil hapenya lalu dilihatnya foto-foto sosok wanita ayu dan jelita begitu anggun melempar senyum.

"Rengganis…."

"...aku masih sepenuhnya belum yakin akan ucapan ayah. Lagipula nyonya tua si Anggraeni itu jelas-jelas mengatakan keinginan ayah kepada istri Nyoto itu.
"Aku tidak mungkin menanyakan itu kepada Ibunda. Apa...apa aku harus…"
Kening Freddy tampak berkerut seperti memikirkan cara terbaik untuknya mendapatkan informasi.

Tak lama kemudian sepercik petunjuk muncul di benaknya.

"...Mbah Benowo..!
"Yah...Mbah Benowo orang yang paling tahu tentang ayah sekaligus paling dihormati ayah.
"Cuma dia seorang yang bisa menjelaskan semuanya…
"Lagipula Dalu sudah mengatakan soal itu…
"Cih...mengapa tak terpikir sejak dulu di otakku…
"Aku harus segera menemui pak tua itu dan menanyakan langsung kepadanya. "Kuharap Mbah Benowo bisa kutemui segera di kediaman beliau.."ujar Freddy sambil mengepalkan tangannya.

Freddy sepertinya yakin telah mendapatkan jalan untuknya dari simpang siur pertanyaan yang membelit pikirannya.

Namun berbeda dari seseorang yang jauh di sana yang mana baru saja memulai langkahnya untuk menyibak persoalan hidupnya demi kebahagiaan anak dan istrinya tercinta.

Yah, sosok yang bukan lain adalah Sunyoto Pujo Satmoko.​

========



Salah satu sudut Paseban Ageng Banyumili

Paseban Ageng Banyumili.
Malam itu udara dingin berhembus seiring angin bertiup semilir.
Tanpa terasa waktu berlalu semakin cepat hingga waktu menunjukkan menjelang tengah malam.

Sementara gelapnya langit kian kentara mencungkupi segenap area Paseban Ageng yang begitu luas dan rindang oleh pepohonan besar.
Beberapa titik pos penjagaan di area Paseban Ageng terlihat dijaga oleh beberapa petugas.

Beberapa petugas security terlihat diantaranya asyik bermain hape. Sisanya terkantuk-kantuk sambil sesekali menguap pertanda tubuhnya sudah tak bisa diajak kompromi.

"Bro, sampai kapan kita jaga terus terusan seperti ini. Aku sudah males tiap hari kudu keliling muter rak ono mandeke…"keluh seorang penjaga yang bertubuh kurus.
(Ndak berhenti-henti.red)

Seorang temannya hanya menggumam sambil asyik melihat tiktok di hapenya.

"Jon..jon,.."
'...inikan sudah tugas kewajiban kita sebagai security buat ngawal area Paseban. Kemaren dulu Bu Siti sendiri yang ngumpulin kita di lapangan terus kasih arahan langsung.
"Itu artinya beliau betul-betul pengin supaya kita ikut jagain kuburan ari-ari cucu ponakan beliau itu.
"Khan kejadian pencurian ari-ari yang sempat geger hampir setengah tahun lalu masih belum jelas siapa pelakunya..
"Kowe yo sing sabar. Aku sebenernya yo wis wegah. Tapi ya namane gawean lan golek pangan yo ning kene trus kepriye maneh..."ujar temannya yang bernama Surip.
(Cari makan di sini trus bagaimana lagi.red)

Joni sang security muda hanya mendesah males. Sosoknya yang tinggi kurus lalu menyandar ke dinding sambil menyulut sebatang rokok.

"Aku paham Pak.
"Tapi selapan dino itu ndak sebentar lho Pak Rip. Aku penginnya segera selesai. Nek perlu biar si maling itu datang sekalian. Ben tak b*cok ndase sisan. Jan marai nambahi gawean wae..hah" kata Joni bersungut-sungut sambil matanya menatap sebilah samurai yang telah disiapkan di dekatnya.
(35 hari.red : biar kub*cok kepalanya sekalian : betul-betul tambah kerjaan saja.red)

Pak Surip yang lebih tua hanya tersenyum geli melihat tingkah Joni.
"Lha kuwi nggowo pedang kanggo opo..?
"Nek malinge nembak nganggo pistol...? "...modar dhisik awakmu...hahahaha
…" ujar Surip setengah mengejek sambil menyimpan hapenya lalu merapikan seragamnya.
(Itu pedang buat apa.red)

"..hahhh...luweh.." balas Joni cuek terdiam sembari menyandarkan bahunya bersedekap. (Biarin.red)

"Ya wis, wis wayahe.
"Temenin aku keliling Jon. Samuraimu tinggal aja di pos. Ntar ketahuan komandan disemprot awakmu. Jan aneh aneh wae…" kata Pak Surip sambil menggelengkan kepalanya seraya beringsut berdiri.
(Sudah waktunya.red)

Tak lama kemudian kedua penjaga beda umur itu bergegas berjalan keluar dari pos dengan ditemani lampu senter yang cukup terang. Sementara 2 rekan lainnya menunggu di gardu.

Keduanya berjalan pelan di tengah luasnya remang Paseban Ageng yang meski diterangi lampu tiang kokoh berdiri masih terlihat gelap tertutup rimbun pepohonan yang tumbuh subur.
Mereka berdua berjalan perlahan mengitari area dalam Paseban Ageng sambil waspada akan sekelilingnya.

Sementara waktu terus bergulir di salah satu sudut Paseban di sebuah wisma kecil tampak seberkas sinar lembut memancar dari tepi halaman wisma berdekatan dengan sebuah taman kecil.

Sinar lembut itu ternyata berasal dari sebuah lampu 5 Watt yang terletak di dalam sebuah keranjang bambu mirip sangkar ayam.

Sebuah gundukan kecil menyerupai kuburan kecil terlihat menyembul dari dalam tanah yang tertutup keranjang.
Aneka rupa kembang setaman terlihat tersebar di atas gundukan itu.

Anehnya nyanyian jangkrik genggong dan kodok ngorek yang biasa terdengar dari area halaman dan taman Paseban malam itu serempak membisu.
Entah mereka menghilang ataukah bersembunyi karena merasakan adanya bahaya mengancam.
Yang pasti sekelumit kabut tipis mendadak muncul di seputaran taman Paseban Ageng.

Kabut itu makin lama makin tebal dan melebar termasuk menjangkau sekitaran kuburan ari-ari itu.
Udara bertambah dingin membuat suasana semakin terasa mencekam.

Satu sosok bayangan hitam terlihat berkelebat di sela-sela rimbun pepohonan.
Saking cepatnya orang biasa sulit untuk melihat sosok itu secara jelas.
Yang jelas sosok itu bukanlah manusia!

Sebentar bergerak cepat sosok itu kemudian berhenti lalu diam tak bergerak seolah mewaspadai keadaan sekelilingnya.
Sosok hitam itu nampak menunduk dengan mendengus halus. Sepasang matanya yang berwarna kehijauan terlihat menatap tajam ke muka.

Di hadapannya sejauh kurang lebih 30 langkah terlihat kuburan ari-ari yang masih terlihat menyala dalam remang gelap.

Setelah sekian menit terdiam sosok hitam yang bila diamati ternyata menyerupai seekor anjing itu bergerak cepat ke arah kuburan itu.

Hanya tinggal beberapa langkah lagi mendadak hewan misterius itu menghentikan langkahnya.
Ia menunduk dan mengendus-endus lalu menaikkan kepalanya ke udara.
Nalurinya yang tajam seolah mengatakan adanya sinyal bahaya yang belum pernah dialami sebelumnya dalam setiap aksinya.

Sesaat hewan itu menggeram halus dengan mulut menyeringai lalu cepat ia menggali gundukan di hadapannya itu.
Tak lama hewan itu berhasil mendapatkan apa yang ia incar. Sebuah bungkusan mori berisi pusar bayi yang masih berlepotan tanah basah Paseban Ageng.

Digigitnya benda itu di mulutnya yang bermoncong panjang sebelum kemudian bergerak menjauh.
Namun belum ada lima langkah sosok hewan seperti limbung. Sosoknya sempoyongan seperti hendak rubuh.

"Ah...kenapa ini ??? Aku seperti terombang-ambing di tengah laut. Semuanya berputar...Ahhh..!" Batin hewan itu manakala terjadi perubahan aneh di sekitarnya.

Semuanya benda di sekitarnya seperti bergerak naik turun dan bergoyang ke segala arah bagaikan labirin 4 dimensi layaknya perang gaib antara Ancient One vs Kaecillus.


Ancient One vs Kaecillus, Filmed by Doctor Strange 2016.

Ia sadar bahwa ada satu kekuatan gaib yang mencoba mengurungnya. Ia bergegas melompat tinggi sambil meraung keras.

Bukkk…!

Tubuhnya seperti membentur dinding tak kasat mata yang berada di atasnya.
Ia mencoba lagi dari arah samping tapi hal yang sama terjadi pula.

Anehnya dinding tak kasat mata itu seolah makin menyempit hingga membuat hidungnya sulit bernafas.

"Ah...nafasku mulai sesak....!! Ada perangkap gaib yang mencoba mengurungku...aaahhh…!!!
"Aku harus cepat...Aji Malih Rogo Sejatiii…!
Hewan itu menunduk seolah berusaha hening cipta.

Beberapa detik kemudian sosok hewan itu seperti diselubungi cahaya putih yang lambat laun samar memperlihatkan perubahan sosoknya menuju ke bentuk manusia sempurna.

Tapi sesuatu terjadi….!

Sebelum wujud samar laksana manusia itu membentuk sempurna sebuah jaring raksasa yang entah darimana asalnya tiba-tiba mengurungnya.

Jaring bersinar kemerahan itu langsung menjerat sekujur sosok hewan yang kini berganti sosok manusia meski belum tampak jelas.

Bagaikan ikan yang terkena perangkap maka begitulah yang menimpa sosok misterius itu.
"Aaakhh…!!! Siaaalll…!!!
"....aku tak dapat melepaskan diri. Jaring ini...panas sekali dan begitu liat. Sulit kuputuskan…!" Lenguh sosok tersebut sambil berusaha membebaskan diri.

Namun jaring gaib yang bersinar merah dan mengeluarkan panas yang membakar itu makin kuat menjerat lalu mendadak...

SREEET...!!! Aaakhhhh!!!

Sosok misterius itu terjerat dalam posisi kaki dan tangan tertekuk dan tak mampu bergerak lagi.
Lalu….wuuusshhh !!!

Aaakkhhh…!!!!


Tubuhnya seolah dilontarkan begitu kuat tinggi ke atas hingga menembus pekatnya malam Paseban Ageng.
Seiring teriakan seorang pria dari sosok misterius itu maka tak nampak lagi wujudnya. Dia seolah menghilang begitu saja tanpa bekas.

Tak lama kemudian Joni dan Pak Surip sampai di tempat itu.

Keduanya terkejut manakala melihat kuburan ari-ari itu sudah berantakan di sana-sini.
"Jon..! Cepat kemari…!" Kata Pak Surip.
"Lihat ada jejak hewan seperti tapak kaki anjing di sini...jangan-jangan…pencurinya bukan manusia tapi mahluk jejadian seperti babi ngepet dan sejenisnya Jon…! seru Pak Surip seraya hendak berdiri.

"Tunggu Pak ! Ini ada bungkusan kain…! Kata Joni lalu memungut sebuah bungkusan kecil yang nampak lusuh.

Perlahan keduanya membuka kain mori itu lalu berhembus bau menyengat yang membuat keduanya seketika menutup hidung.

"Ari-arinya masih utuh...berarti pencuri itu belum sempat membawanya pergi…!
"Cepat Jon kau hubungi komandan…!seru pria paruh baya yang telah 20 tahun mengabdikan dirinya sebagai security di Paseban Ageng.

"Siap Pak….! Sahut Joni yang segera berlari ke arah Pos Induk.

Tak lama kemudian suasana bertambah ramai dengan kehadiran sang tuan rumah.
Wanita itu nampak terisak namun wajahnya terlihat lega.

"Ari-arinya masih ada Bu Wiwik. Sepertinya si pencuri tidak sempat membawanya pergi.."kata Pak Bejo, sang komandan regu.

"Puji syukur marang Gusti. Matur nuwun Pak Bejo. Besok pagi saya tak bicara dengan budhe Sundari. Bisa jadi karena pertolongan dari orang tua kepercayaan beliau tempo hari itu…"kata Wiwik Sulistyowati sambil memandang jauh ke muka.

Kelegaan yang menyeruak di benak sanubari Wiwik Sulistyowati nyatanya berbanding terbalik dengan apa yang menimpa satu sosok pria yang tergeletak tak berdaya di dalam sebuah ruangan yang remang samar-samar dan hanya diterangi sinar obor seadanya.

-------------

Ruangan itu cukup lebar dan luas dengan dinding dan lantai tersusun dari bebatuan cadas yang masih terkesan alami.

Dari susunan bentuk dan keadaan sekelilingnya ruangan yang lebih mirip gua bawah tanah Paseban Ageng itu menebarkan hawa dingin menggigil yang melekat.

"Sshhh..hahhh…" terdengar suara erang lemah dari sosok manusia yang tergeletak itu.

Sesaat tubuhnya yang tampak besar dan kekar berotot itu bergerak perlahan seperti siuman dari ketidak berdayaannya.

Sosok pria tersebut terlihat hanya mengenakan sehelai cawet menutupi bagian alat vitalnya.
Sementara kedua tangannya dalam kondisi terantai pada dinding gua cadas yang berwarna kehitaman itu.

Selang beberapa lama kemudian pria itu membuka matanya.

Untuk sejenak ia seperti berusaha mengembalikan kesadaran dan ingatannya kembali.
"Di mana aku…? Apakah aku sudah kembali ke Alastua..?" Tanyanya lirih pada diri sendiri.

Krkrkrkr…!
Suara rantai terdengar beriak seiring sang lelaki hendak bangkit dari tidurnya.

"Ini...rantai…?!
"Siapa yang mengikatku…? Di mana ini…?" Katanya penuh heran bercampur ketegangan yang sontak menyeruak di dalam dadanya.

Dia betul-betul tidak menyangka barusan saja ia berada di halaman Paseban Ageng lalu tiba-tiba ia sudah berada di dalam ruangan mirip gua bawah tanah dalam kondisi terkerangkeng pula.

Pria itu berusaha mengingat sekali lagi peristiwa aneh dan menegangkan yang ia alami beberapa waktu lalu.
Tapi semakin ia berpikir kepalanya justru terasa berat.

Nafas sulit diatur dan dadanya terasa sesak ditambah lagi kondisi tubuhnya yang terasa begitu lemah lunglai nyaris tak memiliki tenaga.
Kerongkongannya terasa kering dan hawa dingin di ruangan itu membuat tubuhnya makin tak nyaman.

Dia menoleh ke samping dan dilihatnya sebuah kendi tergolek tak jauh dari sisinya.
Perlahan tangannya menjangkau benda itu lalu diteguknya air di dalamnya tanpa ragu-ragu.

Glek..glek...glek…hahh…!

Kelegaan seketika menyeruak begitu air nan segar membasahi tenggorokannya.
Pria tersebut lalu duduk bersila mengatur nafasnya sambil melakukan gerakan yang berirama.

Tak lama kemudian pandang mata dan pikirannya pun perlahan menjadi jernih. Rasa pening dan sesak di kepala serta dadanya perlahan berkurang semakin sirna.

Panca inderanya yang pulih membuatnya kian tajam memantau keadaan di sekelilingnya.
Bahkan geliat api obor di dinding ruangan saja sudah mampu seketika memantik kewaspadaannya.
Ia tahu ada seseorang yang sedang menuju ke arahnya.

Benar saja,
...sebentar kemudian satu kilas sosok bayangan orang perlahan memasuki ruangan disertai suara langkah sepatu terdengar mendekat.
Angin yang berhembus semilir bersamaan mengantarkan bau wewangian harum semerbak ikut memenuhi seisi tempat itu !

"Kau sudah sadar…?" Terdengar suara lembut mendayu menyapa dari balik jeruji besi.

Pria tersebut lalu memutar badan menghadap ke arah asal suara.

Dilihatnya satu sosok telah berdiri tepat di depannya hanya dipisahkan jeruji besi dalam jarak sekitar 10 langkah.

Cahaya obor yang remang membuatnya tidak begitu jelas melihat sosok yang ia yakini adalah sosok perempuan.

Sosok itu berdiri tegak tak jauh dari dirinya dengan mengenakan busana gaun warna kuning gading berkibar lembut dari pundak hingga sepergelangan kaki.

Gaun itu begitu halusnya laiknya berbahan sutra dan terlihat tipis.
Saking tipisnya busana yang dipakainya api obor yang remangpun seolah mampu menembus pori-pori kain itu dan memperlihatkan siluet tubuhnya yang begitu nyata terlihat oleh si lelaki.

Dada sang lelaki seketika berdegup manakala siluet tubuh itu begitu memperlihatkan pesona lekuk tubuhnya yang amat menggiurkan.

Pundak kecil dengan dada membusung memperlihatkan gunung kembarnya yang bulat menonjol indah.
Bra mungil yang ia pakai samar mempertontonkan dua buah puting susu besar dan menggemaskan.
Pinggang yang ramping disusul lekukan pinggul membesar serta sepasang paha jenjangnya yang padat berisi seolah menggoda nafsu kelelakiannya.
Betis kaki panjang berisi menjuntai begitu serasi menopang keseluruhan tubuh berkulit putih bersih dan mulus itu.

Mata sang lelaki spontan kemudian beralih ke bagian yang paling intim dari sosok misterius di hadapannya itu yaitu pangkal pahanya.

Nafas si lelaki seketika tertahan manakala matanya yang tajam dalam remang gelap mampu melihat gundukan indah yang membukit di pangkal kemaluan si wanita.

Samar terlihat secuil cawet g string mungil berbentuk segitiga berusaha melindungi bukit kemaluannya yang menggunduk dengan dihiasi bulu-bulu jembut menghitam yang terlihat rapi membentuk pola segaris.

Bulu-bulu jembut yang samar mengintai itu seolah ikut berusaha melindungi lembah gelap yang di dalamnya terdapat liang sempit dan pastinya begitu membuat sang lelaki penasaran.

Sejenak sang pria menghela nafas lalu memejamkan mata seakan berusaha menahan nafsu syahwat tak wajar yang tiba-tiba berontak mendesak kemaluannya.

Bau wewangian asing yang keluar dari sosok wanita misterius itu menambah daya rangsang yang ikut mengurung kesadarannya.
Kalu bukan karena laku batinnya yang mumpuni sudah dari tadi ia tersungkur dan terkuasai nafsu birahi.

Sekelumit senyuman tipis tersungging di bibir merah dan basah si wanita. Desahan lirih ikut mengalun seiring suara lembut si wanita bagai suara bidadari kahyangan membuluh sukma si lelaki.

"Sunyoto Pujo Satmoko…"
"Kau sungguh perkasa. Pria sejati yang pilih tanding tiada duanya. Namun sayangnya sekarang sedang bernasib naas...hihihi…"terdengar gelak tawa renyah seolah mengejek dari sosok wanita itu.

Sang lelaki yang ternyata Nyoto itu semula berkonsentrasi dalam hening cipta seketika terkejut mendengar ucapan wanita itu.
Matanya membuka kembali lalu berusaha sekuat daya menembus remang gelap menatap ada apa dibalik wajah wanita tersebut.
Namun kondisi fisiknya yang belum pulih betul membuatnya sulit melihat jelas.

Satu yang pasti wajah itu memakai semacam cadar.

Rambutnya yang terbelit dan tersanggul indah ke atas memperlihatkan rona keemasan nan cantik tertimpa sinar obor.
Sejenak dada Nyoto berdegup kencang. Sepertinya ia pernah melihat penampilan serupa pada diri seseorang. Namun ia sendiri tak yakin dengan dugaannya dan memilih diam.

"...anda tahu namaku…?
"Anda sendiri siapa dan mengapa aku bisa ada di tempat ini dan dikurung seperti ini…?" Tanya Nyoto dengan datar berusaha berlaku tenang.

"Hihihi….menurutmu aku siapa Kangmas Nyoto...…"kata si wanita dengan lembut merdu seraya terkekeh kecil.
Nyoto sesaat terkesiap. Hatinya kian berdebar keras.

"Jangan-jangan...kau…??" Ujar Nyoto terbata. Matanya menyipit mencorong tajam ke arah wajah wanita itu.
Seolah tahu apa yang dipikirkan Nyoto perlahan sosok itu mendekat...semakin dekat.

"Kauuu…!"
Desis Nyoto seolah tak percaya penglihatannya.

Sosok wanita itu kini cukup jelas di depan Nyoto. Sebentar ia menarik lembut cadar yang menutupi sebagian wajahnya.

Seraut wajah wanita muda nan cantik menggoda nampak memandangnya dengan mata berbinar. Bibir yang penuh berwarna merah dan berbentuk indah itu nampak basah menyunggingkan seutas senyum memikat.

Tatapan penuh pesona dari sosok jelita itu memandang takjub ke sekujur tubuh tinggi tegap dan kekar Nyoto yang nyaris bugil.

"Sudah kuduga ternyata Kangmas Nyoto memiliki fisik tubuh yang begitu jantan...begitu mempesona.
"Dan ituuu...sshhh..AAAWW...hihihi.."
Lirih setengah memekik suara dari sosok jelita yang kini telah melepas cadarnya manakala sorot matanya yang bening menyorot nakal dan hinggap di pangkal paha si lelaki yang tampak menggembung besar. Sebuah senyum simpul lalu terkembang di sudut bibirnya.



"...NOOR ANGGRAENI...!
"...apa
maksudnya dengan semua ini…?" Kata Nyoto masih tak percaya dengan penglihatannya akan sosok si perempuan yang ternyata begItu familiar.

Si perempuan yang adalah Noor Anggraeni alias adik kandung Suryo Adipati sejenak terdiam lalu tersenyum genit sambil memegang dagu lancipnya dengan gaya centil.

"Kangmas aneh. Aku yang harusnya bertanya kepadamu. Apa maksud Kangmas berusaha mencuri ari-ari di Paseban Ageng ?...
"...atau malah jangan-jangan kau sendiri yang selama ini menjadi biang kerok pencurian ari-ari di Banyumili belakangan ini…? Auuw!...hihihi…"
"Kalu iya...bisa gegerlah se-Banyumili. Nama baikmu pasti akan hancur seketika. Belum lagi bila anak istrimu tahu soal ini.
"Aku tak bisa membayangkan bagaimana reaksi Jeng Roro jika tahu kau pelakunya. Pasti bakal perang dunia ke 3 nih...hihihi."
"...betul ndak omonganku, Kangmas Nyoto.." ujar Noor genit sambil mata lentiknya melirik ke sana kemari berlagak pilon.

Nyoto hanya diam seolah terpojok. Ia tak bisa mengelak lagi. Sepertinya wanita ini sudah tahu semua perihal yang terjadi.
Hanya satu yang masih menjadi pertanyaannya.
Apakah benar Noor yang menjebaknya…?
Sehebat itukah perempuan yang terlihat lemah ini..?
Dan tak kalah penting apa motifnya mengurungnya di tempat ini…?

Semua masih bergelayut di benak Nyoto.

Sebentar ia hendak bertanya kepada perempuan cantik itu sebelum Noor Anggraeni kembali melanjutkan kata-katanya.

"Kau tentu bertanya-tanya kenapa kau terkurung di sini dan mengapa aku bisa ada di tempat ini...bukan begitu kangmas..?"
Nyoto terdiam seolah mengiyakan ucapan wanita cantik ini sambil memandang tajam sosok jelita di depannya ini.

Lekuk tubuh si wanita yang demikian menggoda dari balik gaun tipis itu dan wangi semerbak yang mencucuk hidung kembali mengusik birahi Nyoto.

"Akupun kebetulan berada di sini dan tempat ini adalah tempat rahasia yang hanya diketahui olehku dan kakakku," ujar Noor.
Kata-kata Noor sontak membuat Nyoto terkejut.

"A..apa..kakakmu..!
"Apa Suryo Adipati yang ada dibalik semuanya ini..?! Dimana dia Noor ??! Kata Nyoto mulai panas.

Noor terdiam hanya melempar senyum.
"Kau tentu tahu siapa kakakku. Begitu dia tahu kau tertangkap di sini. Maka habislah kau Kangmas. Dia tak akan segan berbuat apa saja demi keinginannya. Aku tak bisa menjamin nasibmu berikutnya Kangmas Nyoto…"kata Noor lagi.

"Kakakmu Suryo Adipati telah menistakan istriku. Takkan kubiarkan dia. Aku yakin kaupun tahu maksud tersembunyi kakakmu itu.
"Aku malah berharap dia segera datang kemari. Biar kuselesaikan semuanya. Kalu perlu kuhadapi dia satu lawan satu." sahut Nyoto berapi-api.

"Sepertinya kau sudah tahu perihal hubungan kakakku dengan istrimu ya Kangmas...hihihi.."ucap si wanita.
Nyoto terdiam lalu mendengus pelan.

"Aku yakin istriku tak mungkin berselingkuh dengan keparat Suryo Adipati. Dia pasti memakai cara-cara terkutuk dengan mengguna-gunai Nimas Roro..."balas Nyoto.

"Menurutmu begitu ya Kangmas. "Omong-omong apa kau tahu maksud kakakku sebenarnya mendekati istrimu...??!
"Satu hal lagi,...aku masih tidak mengerti buat apa kau melakukan semuanya ini Kangmas.
"Apa dirimu yang terlihat pintar dan intelek ini masih percaya dengan hal-hal berbau tahayul.
"Bukan begitu Kangmas Nyotoku sing ganteng dewe…"tambah Noor sambil tersenyum genit menggoda.

Ia seolah senang lelaki pujaannya ini kini dalam keadaan terpojok.

Nyoto masih terdiam saja.
Ia merasa dibalik ucapannya Noor Anggraeni seperti menyimpan maksud tersembunyi terhadapnya.

"Mengenai tindakanku kau tak perlu tahu. Yang pasti istri dan anak-anakku tak ada sangkut pautnya dengan yang kulakukan. Lagipula itu bukan urusanmu. Aku justru curiga mengenai ucapanmu tadi soal maksud Adipati terhadap Nimas Roro…"kata Nyoto berusaha memancing Noor.

Noor tidak langsung menjawab. Sebentar lalu ia membalik badan. Tangannya yang putih mulus bergerak lembut meraih sanggul rambutnya.

Sekejap rambutnya yang semula terikat tergerai lepas dengan indah. Lebat terawat berwarna pirang kecoklatan hampir menjela pinggang.
Bokongnya yang montok, putih mulus bulat dan penuh ditambah belahan sil*tnya yang begitu menggoda tampak menerawang jelas terlihat oleh Nyoto dibalik gaun tipis itu.

"Kau mungkin tak percaya dengan apa akan kukatakan. Tapi biarlah akan kujelaskan singkat saja supaya Kangmas tidak penasaran…"ujar Noor.

Tak lama dari bibir penuh dan indah itu meluncur kalimat demi kalimat yang semakin ke sini membuat kening Nyoto berkerut dengan perasaan campur aduk.

"...heh..itulah Kangmas, Alasan sebenarnya kakakku berniat untuk mengawini istrimu. Kau boleh percaya atau tidak...terserah. Aku sudah mengatakan apa adanya.." desah Noor Anggraeni kembali memutar badan menghadap Nyoto lalu mendekat hingga ke tiang jeruji besi.

"Kau tahu Kangmas, aku ke sini tanpa sepengetahuan kakakku. Terlalu beresiko kalu dia sampai tahu aku datang menemuimu…"lirih suara Noor kali ini.
Sorot matanya terlihat mesra memandang pria tampan ini.

Nyoto yang masih dalam kondisi lemah setengah terduduk dengan tangan terantai bisa melihat sorot mata wanita itu memandang penuh iba.

"Lalu apa tujuanmu sebenarnya mengatakan itu semua dan juga mendatangiku di tempat ini…? Kata Nyoto.
Noor terdiam sesaat lalu mendesah lirih bersamaan sebaris kalimat keluar dari bibirnya.

"Aku melakukannya karena...karena aku sangat mencintaimu Kangmas...
"Aku amat merindukanmu. Aku sangat menginginkan dirimu. Sungguh kaulah pria idaman yang kucari-cari selama ini...
"Jika sekarang aku harus mengatakan apa permintaan terakhirku sebelum ajalku, aku...aku hanya ingin satu hal. Yaitu menikah denganmu, Kangmas Nyoto.."lirih suara Noor memelas seolah memohon penuh harap.

Nyoto memandang tak berkesip ke arah perempuan itu lalu sebentar terdengar suaranya yang berat namun jelas di telinga Noor Anggraeni.

"Kau ngawur Noor.
"Kau tahu bahwa aku sangat mencintai istriku dan tak mungkin menduakannya.
"Lalu maksudmu, bila aku memenuhi keinginanmu kau akan melepaskan aku...begitu.??
"...kau terlalu merendahkan aku, Noor Anggraeni.." kata Nyoto sambil memandang tajam adik Suryo Adipati itu.

Noor sesaat terpaku mendengar penuturan pria itu. Lalu selarik senyuman tipis kembali tersungging di bibirnya.

"Aku tak memaksamu Kangmas. Kata orang cinta tak bisa dipaksakan. Bukankah begitu Kangmas..?!

"Namun sebenarnya aku justru meragukan dirimu Kangmas.
"...dengan keadaanmu saat ini, aku tak yakin kau punya pilihan lain.
"Tapi yah, itu kembali kepadamu. Sekali lagi, aku tak memaksamu…"sahut Noor terdengar lembut namun serasa menohok ulu hati Nyoto.

Sejenak keduanya terdiam dalam hening sebelum kemudian Noor berkata lagi.

"Aku tak bisa memastikan kapan kakakku akan datang kemari. Bisa besok, nanti atau bahkan semenit lagi. Yang pasti kau dalam kesulitan besar Kangmas.
"Aku sebenarnya kasihan padamu Kangmas dan berharap bisa menolongmu tapi...aku tak mungkin melepaskanmu begitu saja.
"...aku juga tak mungkin mengkhianati kakak kandungku.
"Satu hal yang pasti...kuharap kau mempertimbangkan tawaranku.

"Ini kuberikan sebuah hape khusus untukmu supaya kau bisa calling aku kapan saja jika Kangmas berubah pikiran.
"Jangan sampai kakakku sampai tau. "Kalu tidak bukan hanya aku dan dirimu yang terancam bahaya. Tapi juga anak istrimu..."tutur Noor sambil menyorongkan kuat-kuat sebuah benda ke dekat Nyoto.

"Aku permisi dulu Kangmas…" kata Noor seraya beringsut berdiri hendak meninggalkan tempat itu.

Namun baru selangkah berjalan terdengar seruan Nyoto memanggilnya.

"Noor Anggraeni…!

Noor pun menghentikan langkah kakinya dengan seutas senyum menari di sudut bibirnya.

"Sebelum kau pergi...katakan padaku siapa yang menjebakku dan mengurungku di sini. Aku tak yakin jika kau pelakunya…"kata Nyoto setengah berseru.
Noor menoleh sesaat ke belakang sambil melempar senyum.

"Kau benar Kangmas, tidak mungkin aku mampu dan tega melakukannya. "Kuberitahu kau, Ini semua karena kesaktian Mbah Benowo. Jangankan manusia. Seekor semutpun tak bakal lolos dari jeratannya.."kata Noor lagi.

"Aku pergi Kangmas dan ingat baik-baik pesanku, waktu terus berjalan cepat.."ucap Noor Anggraeni sebelum kemudian melangkah pergi dengan gemulai meninggalkan Nyoto dalam kesendirian.

Seiring kepergian Noor Anggraeni, Nyoto masih terpaku setengah tak percaya dengan apa yang ia dengar dari bibir adik Suryo Adipati itu.

"Aaahh…!!'

Nyoto mengerang seraya meremas rambutnya. Ia sulit memahami semua yang ia dengar dari mulut adik Suryo Adipati itu. Terdengar tak masuk akal dan seperti dibuat-buat.

Dalam kekalutan hatinya ingatan kejadian aneh dan misterius yang dulu ia alami silih berganti terlintas di pelupuk matanya.
Salah satunya yang paling ia ingat adalah sosok perempuan laksana putri keraton yang kerap beberapa kali menjumpainya dengan cara-cara yang tak lazim.

"Putri...putri itu…! Dewi Sekar Mirah…??

"Nimas Roro…istriku adalah titisan Dewi Sekar Mirah…???

Aaahh…!!'

Nyoto mengerang kembali seraya memegangi kepalanya.

Sungguh semuanya ini di luar perkiraannya. Apa yang menimpanya saat ini benar-benar di luar dugaannya.
Rencananya menjadi berantakan dan berubah begitu drastis tak tentu arah.
Kini keputusan ada ditangannya. Begitu banyak carut marut memenuhi kepalanya yang membuatnya harus berpikir keras guna mengambil langkah terbaik.

Namun semakin ia berpikir semakin kepalanya menjadi pening. Kondisi fisiknya yang belum 💯% kian memburuk keadaannya.

Nafasnya kembali sesak dan jantungnya berdegup keras. Selama hidupnya hingga sekarang baru kali ini ia menghadapi persoalan sedemikian ruwet yang membuatnya begitu khawatir dan cemas.

Keringat dingin terlihat mengalir dari keningnya dan telapak tangannya. Perasaan gelisah dan takut yang kian memuncak dan menyelubungi hati serta nalarnya bukan semata memikirkan dirinya sendiri melainkan lebih karena memikirkan keselamatan istri dan anak-anaknya tercinta.

Nyoto terduduk dengan wajah tertunduk. Matanya terpejam dengan nafas memburu.
Ia seolah menyadari kini ia tengah dihadapkan pada sebuah dilema layaknya buah simalakama. Sebuah pilihan yang sama-sama beresiko tinggi. Dimakan ataupun tidak tetap saja menimbulkan petaka.
Sungguh kali ini Nyoto tengah dihadapkan pada masalah pelik yang begitu luar biasa dan sudah mencapai titik kritis tertinggi sepanjang hidupnya.



Buah Simalakama / Mahkota Dewa

(Phaleria macrocarpa atau buah mahkota dewa sering juga disebut buah simalakama.
Sebagaimana kita ketahui, kata “simalakama” selalu identik dengan dua pilihan berisiko yang sama buruknya. Nama ini melekat pada buah mahkota dewa bukan tanpa alasan. Mahkota dewa memang dikenal beracun, tetapi juga menyembuhkan. Meski dalam konteks pengobatan, kadang menimbulkan reaksi seperti pusing dan mual).


Apakah Nyoto bisa mencari jalan keluar terbaik untuk lepas dari kesulitannya sekaligus menyelamatkan keluarganya ?

 
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd