Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Roro Inten

Apa yang diharapkan dari akhir kisah ini ?

  • Happy ending

    Votes: 272 77,3%
  • Sad ending

    Votes: 50 14,2%
  • Open ending

    Votes: 27 7,7%
  • Close ending

    Votes: 24 6,8%

  • Total voters
    352
  • Poll closed .
"...Mawaaar..!

"...sudah Mama bilang kalu naruh apa2 itu jangan sembarangan. Taruh lagi di tempatnya lagi. Kalu begitu terus terusan kamu bikin susah mama ! "Kata Roro Inten sedikit keras kepada Mawar.

Mawar yang hanya menunduk dengan muka memerah.
"Iya Ma. Maafin Mawar. Mawar lupa karena mendadak ada tamu."ujar Mawar lirih sambil menunduk tak berani memandang mamanya.

"Banyak alasan kamu…!"
"Pokoknya mama ndak mau tahu. Sekarang kamu kudu beresin semuanya. Ngerti…!" Kata mamanya lagi dengan mata mencorong tajam dan raut muka mengeras.

Mawar yang coba perlahan mengangkat wajahnya terkesiap melihat rona muka mamanya yang begitu galak. Sangat berbeda dari sebelum-sebelumnya.

"...mawar ngerti ma. Mawar akan beresin semuanya…"lirih Mawar sambil kembali menunduk.

"Jangan ulangi lagi !" Ucap Roro Inten keras sambil cepat mengambil kain lap di tangan Mawar terus berlalu.

Mawar yang tampak syok hanya memandang mamanya dengan iba.

"Mama…"katanya lirih.

………..

Raut kemarahan sang mama begitu jelas terbayang di pelupuk mata Mawar yang siang itu tengah termenung di kantin sekolahnya.

Matanya seolah kosong menatap jendela yang terbuka lebar. Semilir angin berhembus sepoi-sepoi mengibaskan rambutnya yang indah panjang tergerai.

Kejadian pagi itu sebelum berangkat sekolah begitu masih terngiang di telinganya. Membekas dalam ingatannya membuat perasaannya menjadi tak nyaman karenanya.

Entah berapa lama Mawar seperti itu sebelum kemudian terdengar suara seseorang mengejutkannya.

"Heyyy…!! Ngelamun aja Non. Bentar lagi masuk kelas lho. Lagi mikirin apa sayangku...?" Kata si penyapa sambil menepuk bahu Mawar.

Mawar spontan menoleh dan dilihatnya seorang gadis bertubuh gemuk lucu berpipi tembem berambut pendek memandangnya sambil asyik mengunyah Chiki Snack.



Chiki Snack

Tanpa permisi gadis bertubuh bulat besar itu nyelonong lalu duduk sekerasnya di samping Mawar.

"Ehhh...Saa !!
"Pelan-pelan dong kalu duduk. Berat lu tuh sekati tauuu…!"seru Mawar terkaget begitu bangku panjang dari kayu yang didudukinya hampir terjungkal ditimpa tubuh gemuk si gadis berambut cepak itu.

"Upss, sorry Bos-qu...hehehehe.."sambung si gadis terkekeh santai tanpa dosa.
Mawar hanya melihatnya sekejap terus hanyut dalam lamunannya kembali.

"Kamu dapat salam tuh dari cowok idola cewek-cewek, Kak Adhi. Katanya salam manis yang bangeeet buat yayangkuuu...Mawar Sembilu. Hehehe…"kata si gadis gemuk dengan gaya lebay.

Mawar masih diam tak bereaksi. Biasanya setelah mendengar nama seseorang bernama Kak Adhi tersebut Mawar spontan ceria. Namun entah hari ini diam seolah tak bergeming
Si gadis gemuk menatapnya keheranan.

"Eh Non geulis, gimana tuh salamnya..? Balik ndak…? Ditungguin lho sama orangnya." Sahutnya lagi setengah mendesak Mawar.

Mawar terlihat merengut lalu menoleh ke arahnya dengan malas.

"Salsabila...sohib aku yang baeek. Maaf ya, Aku lagi pengin sendirian aja. Lagi nggak mood nih. Kamu ndak keberatan khan..?" ucap Mawar kepada si gadis gemuk.
Salsa nampak acuh saja akan ucapan mawar.

"Boleh share dong ke aku...siapa tahu sahabat kamu ini bisa ngasih nasehat yang berguna buat melepaskan beban derita kamu di dunia ini…"kata salsa sambil berlagak keren masih dengan mengunyah snack legendaris itu.

Mawar hanya tersenyum tipis lalu memandang lekat karibnya itu dengan tatapan sayu.

"Kali ini kayaknya sulit deh buat siapapun buat ngebantu. Aku...aku masih butuh waktu untuk mencerna Sa.
"...buat Kak Adhi, sampaikan aja salam balik ke dia. Sama satu lagi...hari-hari ini aku pengin sendirian aja. Please ya Sa.."ujar Mawar lalu mendesah lirih.

Salsa memandang sahabatnya ini dengan tertegun. Ia kenal betul watak Mawar. Apalagi ia sudah mengenal dekat sang dara sejak bangku SMP.

"Terus...selanjutnya kamu mau ngapain Say ? Masak mau begini terus..? Apalagi Minggu depan khan kamu diundang jadi GH coaching clinic kelas seni rupa di British School Jakarta sama IKJ..."kata Salsa lagi.

(GH / Guest of Honor : tamu kehormatan.red)

Mawar terdiam hanya terlihat menopang dagu. Sebentar ia menarik nafas lalu menghembuskan kuat.
Sungguh pikirannya saat ini betul-betul sulit untuk diajak konsentrasi.

"Entahlah Sa. Aku belum bisa mikir lagi soal itu. Terpaksanya nanti kita undur acara coaching clinicnya…"kata Mawar lirih kemudian masih dengan tatapan nanar.

"Yuk Sa, aku cabut dulu."ujar sang dara lirih tiba-tiba sambil bergegas berdiri pergi.

Salsa yang mendengarnya sontak ganti terdiam sambil mulutnya yang asyik mengunyah dan belepotan penuh dengan snack sontak berhenti.
Gadis tambun itu seolah menyadari bahwa karibnya ini betul-betul serius dan tidak sedang bercanda.

Ia hendak menyahut mawar namun apa daya sang dara sudah berlalu keluar kantin.
Sebentar kemudian hapenya berdering dilanjutkan satu raut wajah cowok kalem nan ganteng simpatik berambut lurus sedikit gondrong muncul di layar Oppo miliknya.

"Yah halo Kak Adhi…"
"Salamnya sudah sampe Kak…"
"..cuma si Mawar kayak males ndak ngerespon Kak. Sepertinya dia masalah deh..
….
"Terus...hmmm…ya ya..."
"Yah udah Kak. Nanti kalu ada kabar terbaru aku kasih tau ke Kakak ya…

"Ok Kak. Sama-sama Kak Adhi…"

Tut…!
Salsa hanya menggumam halus sesaat setelah sambungan telponnya dengan cowok bernama Kak Adhi itu selesai.

Sesaat ia melihat foto-foto galeri di ponselnya.
Di sana terlihat sejumlah foto dirinya, Mawar dan satu lagi yang adalah cowok ganteng tadi tengah berpose bersama dengan beragam gaya serta senyum sumringah berlatar belakang panorama alam.

Tak lama kemudian suara bel tanda masuk kelas terdengar nyaring dari halaman sekolah disusul keriuhan para siswa SMA Negeri 1 Banyumili kembali ke kelasnya masing-masing.

=======

Kamar tidur berhawa sejuk yang cukup luas bersih dan wangi itu terasa cozy dan nyaman untuk ditinggali.

Nuansa yang tercipta menunjukkan bahwa kamar itu adalah milik seorang dara. Hal ini diperkuat sejumlah foto-foto etalase berukuran besar terpampang di dinding kamar dan meja rias yang memperlihatkan sosok dara cantik mempesona dengan beragam gaya menarik mengunggah hati.

Sebuah almari kaca cukup besar dan tinggi memperlihatkan beragam piala, trophy dan plakat penghargaan tersusun rapi.

Sementara di lantai kamar yang berkarpet lembut itu Indah Seroja tampak sendirian duduk bersila di depan laptopnya yang menyala di atas sebuah meja mini.

Dengan hanya memakai kaos buntung serta celana hotpants mini dari katun mempertontonkan pemandangan yang pastinya bakal menggetarkan hati para cowok-cowok.

Matanya yang bening dan indah dengan bulu nan lentik menyorot tajam layar laptopnya.

Sebuah headphone AKG Y30 warna kuning terlihat bertengger manis di kepalanya yang berambut panjang dan indah itu. Menambah kesan cute di paras cantiknya yang berkulit putih dan mulus itu.



Headphone AKG Y30 By Harman Kardon

Di sisi lain nampak sebuah webcam full HD terlihat aktif menempel di tepian laptopnya.

Sementara bibir tipis dan merah itu tampak umak-umik seperti layaknya orang yang sedang bercakap-cakap dengan seseorang lewat aplikasi Skype.
Ehmm...namun dengan siapakah ?
…..
"Betul Bunda…"
"Indah dan kak Mawar juga merasakan perubahan pada diri mama…"
…….
("Sudah berapa lama mamamu seperti itu sayang…?) Terdengar suara perempuan menyahuti dari balik headset mahal itu.
…...
"......ehhmm...kira-kira sudah semingguan ini Bunda.."
…...
("Bisa ceritain ke Bunda apa aja yang kamu sama Mawar rasakan beda pada diri mamamu…?")
…….
Indah terdiam sesaat lalu mengalirlah kata demi kata dari bibirnya.

Sementara sosok dan raut muka sang bunda yang berada di dalam monitor tampak serius mendengarkan ucapan sang dara yang juga anak asuhnya kesayangannya ini.
…..
"Akhir-akhir ini Mama gampang sekali kepacu emosinya hanya karena soal-soal kecil Bunda. Bukan hanya pada Indah dan kak Mawar melainkan juga Mbok Darmi sama Mbak Tum, pembantu di rumah. Padahal selama ini jika ada kejadian serupa mama ndak pernah seperti itu.
"Kalaupun ada persoalan biasanya mama kasih tahu baik-baik. Mbok Darmi sama Mbak Tum sampai curhat ke Indah sama kak Mawar tentang sikap mama yang berubah...begitu galak…".
"Indah dan kak Mawar sampai bingung harus bagaimana. Jadi semuanya serba salah Bunda…"ucap Indah lirih.
…..
("...la terus papa kamu tahu ndak perubahan sikap mamamu..?)
…...
Indah merenung sejenak tak langsung menjawabnya.

"Ehmm...Indah belum tahu Bunda. Lagipula Indah juga belum ketemu papa lagi sejak pulang dari Jakarta."sahut Indah kemudian.
…….
("...terus papa kamu sekarang ada di rumah..?)

Indah tak menjawab hanya menggeleng kepala.
……..
"Papa masih dinas ke luar kota Bunda dan...Indah belum tau kapan papa pulangnya."jawab sang dara lirih dengan berat hati.

Mendengar penuturan gadis remaja nan cantik itu sosok wanita yang terlihat di layar monitor tersebut terlihat menarik nafas lalu menunduk seolah memikirkan sesuatu.
…...
("Bunda mau tanya ke kamu Indah. Tolong jawab dengan jujur. Apa adik Bunda sering ke situ..? Kalu iya kapan terakhir kali dia datang dan siapa yang menemuinya...apakah mamamu atau papamu…?") Tanya wanita berparas cantik keibuan itu pada akhirnya.
…..
Indah terdiam sejenak.

"Setahu Indah, Tante Noor memang pernah kemari sehari pas sebelum papa pergi Bunda. Kira-kira empat hari yang lalu. Terus...yang nemuin kebetulan Papa karena mama sedang besuk tetangga yang opname di rumah sakit.."tutur Indah.

Raut wajah sang bunda seketika berubah mendengar jawaban itu.
Ada hampir sepuluh detik tak ada respon dari sang wanita tersebut.
……...
("Terus apa kamu sama kakakmu pernah coba berbicara dengan mamamu…?") tanya si wanita kemudian.
…...
"Ehmm...Indah nggak berani Bunda, Kak Mawar juga. Apalagi akhir-akhir ini mama sering uring-uringan. Mama gampang sekali marah padahal dulu tidak seperti ini
"...Indah...Indah khawatir Bunda. Jangan-jangan ada masalah pribadi di antara papa sama mama....."kata Indah lagi kali ini terdengar sedih dengan terbata-bata. Kedua matanya tampak berkaca-kaca. Hal ini bukannya luput dari perhatian si wanita.

Cukup lama si wanita cantik dalam layar itu hanya memandang sendu ke arah Indah.
…...
("Baiklah sayang, Bunda sudah menangkap maksudmu.
Nanti sepuiangnya dari London Bunda usahakan segera ketemu dan bicara dari hati ke hati dengan mamamu.
Kamu dan Mawar ndak perlu kepikiran yang tidak-tidak. Sebagai sesama perempuan apalagi dengan usia pernikahan Bunda yang jauh lebih lama dari mamamu kadang Bunda juga mengalami hal seperti ini. Begitu ya sayang.."
tutur lembut dari wanita tersebut sambil melayangkan senyum meneduhkan).

Mendengar sang "Bunda" begitu tenang dan optimis dalam menanggapi curahan hatinya kontan membuat Indah yang semula terkungkung dalam rundung kesedihan berubah cerah.

Diusapnya air mata yang menggenang di pelupuk matanya. Senyumnya nampak terurai di bibir tipisnya yang lembut kemerahan.
…...
"Terima kasih Bunda.
"Indah...langsung bahagia mendengar Bunda bilang begitu. Indah yakin betul Bunda adalah satu-satunya orang yang bisa membantu mama.
"Tidak ada lagi yang bisa Indah percaya untuk dimintai pertolongan kecuali Bunda seorang…"ujar Indah dengan semangatnya.

Sang Bunda kembali tersenyum lembut kepada Indah.
……..
("Bunda tidak bisa menjanjikan apa-apa sayang karena Bunda juga manusia biasa.
Tapi percayalah anakku, Bunda akan berusaha semampunya untuk mencarikan solusinya jika memang ada masalah dengan mamamu. Tapi...mudah mudahan tidak seperti yang kamu cemaskan ya sayang…)"
tutur Bunda Siti lembut menenangkan.

Indah hanya mengangguk seraya tersenyum.
…….
("Nah gitu dong sayang. Jadi seorang Miss Mawar dari Banyumili itu harus kuat, tegar ndak boleh cengeng ya.
"....toss dulu dong say..!)
" ucap sang Bunda tersenyum sambil terlihat menyorongkan tapak tangannya ke muka.

Indah membalas tak kalah sumringah sambil menempelkan tapak mungilnya di layar monitornya.
…….
("Nah, gitu dong. Semangat ya…)"ucap sang Bunda sambil mengangkat lengan bisepnya bak atlit binaraga.

"Semangat…!
Seru Indah membalas dengan kedua lengannya sekaligus bergaya ala anak Vidoran.

"Hihihihi….hahahaha..." lalu pecahlah tawa keduanya bersamaan meski dipisahkan jarak beribu mil jauhnya.



Botol Vitamin C Sirup "Vidoran" tempo dulu by Tempo Scan Pasific.

=======

Desa Karang Sari, Trenggono Banyumili Wetan.

Petang harinya selepas maghrib suasana terasa sejuk cenderung dingin di seluruh pelosok Kota Banyumili.

Hujan sempat mengguyur kota ini mulai siang hingga menjelang sore seolah tanpa henti membuat cuaca semula terik berubah teduh.

Memang menjelang kalender akhir tahun seperti ini yang umum terjadi di khatulistiwa sudah barang tentu turunnya hujan hampir sepanjang hari merupakan suatu keniscayaan. Termasuk di Kota Banyumili yang lebih-lebih berada tak jauh dari kaki Gunung Anoman.

Hawa sejuk yang terbawa hujan ditambah tiupan angin dari lerengnya kian menambah enggan para warganya untuk sekedar keluar rumah.

Malam itu langit di atas Kota Banyumili tercinta cenderung cerah berawan sekilas menampakkan sekelumit kerlip bintang gemintang mengintip di baliknya.

Roro Inten tengah berada di dalam kamarnya menghadap cermin dekat meja riasnya.
Senandung lirih samar terdengar dari bibir merah dan basah itu melantunkan nyanyian syahdu.

Beberapa kali ia tampak merapikan rambut hitam lebatnya yang tersanggul dan tertata begitu cantik serta unik.
Unik karena gaya rambut Roro kali ini begitu mirip dengan stylenya Princess Leia yang secara keseluruhan membuat wajah Roro Inten terlihat gothic.



Princess Leia - Star Wars

Aura gotik makin kentara dengan sepasang matanya yang besar bening dan berbulu lentik dihiasi dengan eyeliner tebal berwarna hitam.
Memunculkan kesan dark, misterius, mistis namun di sisi lain begitu menarik dan sangat eksotis.

Mata itu mengerjap sambil sesekali wajahnya menoleh ke kanan ke kiri diselingi beberapa kali tersenyum malu-malu.

"Selesai..."
ucap Roro Inten dengan lega ditutup sebuah senyuman teramat manis dari bibir indah itu begitu melihat dirinya telah terlihat sempurna berdandan di depan cermin kamarnya.

Sebentar ia berdiri lalu kembali mengayunkan tubuhnya kembali seperti tadi lalu berjalan menjauh dari cermin.
Ia tampak bernafas lega sambil kedua tangannya mengamit sebuah tas mungil nan cantik kemudian dikepitnya dengan kedua tangannya yang putih mulus.

Sekarang terlihatlah sosok Roro Inten Ayu Dewi Rengganis sebagai seorang wanita dewasa yang matang dengan segala keindahan dan kesempurnaannya mulai dari atas kepala hingga ujung kaki.

Tubuh tinggi semampai serta padat berisi dengan lekak lekuk tubuhnya begitu indah memukau.

Semua kemolekan itu kian nyata manakala sosok rupawan itu hanya mengenakan busana sedikit terbuka namun terlihat artistik dan glamor.

Gaun malam ketat model Long Black One Shoulder Evening Dresses With Slits hitam pekat membungkus mulai dari atas tubuhnya mulai di pundak kirinya. Memperlihatkan hampir sebagian besar area dada dan leher terbuka jelas gamblang begitu indah dan menggoda.



Foto Long Black One Shoulder Evening Dresses With Slits yang dikenakan Roro Inten (Tampak depan)



Foto Long Black One Shoulder Evening Dresses With Slits yang dikenakan Roro Inten (Tampak belakang)

Pundak yang mungil melengkung indah serta kulit dada terlihat putih bersih begitu mulus begitu licin tanpa bulu.
Sepasang buah dadanya yang memang besar dan kencang menantang namun tetap terlihat proper dan serasi.

Leher jenjangnya begitu menawan. Gilig bernas sangat mulus dan indah tanpa noda sedikitpun bagaikan pilar Istana Merdeka.
Pinggang singset dengan perutnya yang begitu rata. Lekukan ramping itu diikuti lengkung pinggulnya yang melebar lalu menyempit kembali untuk kemudian bermuara ke lembah ciut di pangkal pahanya.

Berlanjut kepada sepasang paha putih nan mulus begitu aduhai mengintip dari balik dress-nya terlihat jenjang dan padat berisi tegak kokoh menopang.

Setelah dirasa puas dengan tampilan etalase bagian muka kemudian Roro Inten memutar badan seraya kembali tersenyum begitu manisnya.

Kini berganti area belakang tubuh Roro yang menunjukkan pesonanya.

Rambutnya yang anggun dan artistik menampilkan tengkuknya yang mempesona.
Putih bersih dengan anak rambut lembut menggoda seakan berusaha menutupi kemulusan kulit leher bagian belakang itu.

Desain gaun yang sedemikian rupa juga membuat bagian belakang punggung Roro terekspos jelas.

Kulit punggungnya yang putih begitu halus dengan lekuk tulang bahu menonjol indah.
Terus turun ke arah bagian vital yang membentuk sepasang bongkahan empuk yang disebut bokong terlihat tercetak bulat, padat dan mempesona.
Berlanjut sepasang betis yang indah dari celah rok yang "sobek" hingga di atas lutut.

Di pungkasi dengan sepasang sepatu hak cantik dan mungil mengikat tapak kakinya yang putih mulus maka kian sempurnalah penampilannya malam ini.

Tapi hendak kemanakah Roro Inten sebenarnya…?

Sembari menarik nafas dalam dan melempar senyum ke arah cermin Roro Inten bergegas keluar dari kamarnya.
Suara haknya yang setinggi 7 cm terdengar jelas menapak ke lantai.

"Mama…" terdengar suara seseorang memanggilnya manakala Roro hendak membuka pintu rumahnya.

Roro menoleh dan dilihatnya Mawar berada tak jauh darinya dengan sedikit menunduk.

"Ada apa sayang…?" Tanya Roro dengan lembutnya.

Mawar perlahan mengangkat wajahnya dan dilihatnya sang ibunda tercinta memandangnya penuh kasih keibuan. Sungguh berbeda dengan siang sebelumnya yang jelas terlihat marah dan emosional.

"Mama, mawar...mawar mau minta maaf sama mama. Beberapa hari ini mungkin mawar telah membuat Mama kesal.
"Mawar...menyesal sekali atas kecerobohan mawar. Mawar janji tidak ingin merepotkan dan membuat jengkel mama lagi…."ucap sang dara lirih.
Suaranya terdengar bergetar seperti menahan tangis.

Tak lama kemudian matanya yang bening dan jeli itu terlihat berkaca-kaca.

Melihat itu reaksi Roro Inten di luar dugaan Mawar.
Dengan lembut wanita berusia 40 tahun itu membelai pipi putri sulungnya lalu mendekapnya erat ke dalam pelukannya.

"Mama sudah tidak mempersoalkannya sayang. Jangan kau masukkan ke hati ya. Mama tidak marah kok. Kapan sih mama pernah marah sama anak-anak mama…?" tutur sang ibunda sambil tersenyum lembut lalu mengusap-ngusap rambut Mawar yang tak kalah indah dengan mamanya.

"...beneran mama tidak marah lagi sama mawar…?" Tanya sang dara lagi penuh harap dengan suara mulai sesenggukan.
Mendengar perkataan putrinya, Roro Inten kembali tersenyum lalu menganggukan kepala.

"Terima kasih Mama…hik..hik..hikk!" Seru Mawar sambil tak kuasa menahan tangisnya.
Dipeluknya erat pinggang mamanya sambil menangis tersedu-sedu di bahu sang mama.

Roro Inten hanya diam membiarkan mawar menumpahkan perasaannya.

Setelah beberapa saat tangis mawar mereda lalu dipandangnya wajah ayu keibuan itu dengan penuh rasa iba.

"Hihihi...putri mama yang selama ini terlihat tegar bisa juga menangis ya…?"goda sang ibunda sambil menjawil lembut pipi mawar.

"Iii..iihh mama, Emangnya mawar robot ndak punya perasaan.."sahut putrinya sambil merengut manja.
Lagaknya begitu menggemaskan hingga membuat Roro kembali tertawa kecil.

"Iya iya...mama ndak ngelarang kamu menangis kok sayang…"ucap sang mama sambil tersenyum.
Keduanya saling bertatapan sebentar sambil tersenyum.

Sungguh mawar begitu plong mendengar perkataan mamanya. Namun di sisi lain ada hal yang bikin mawar heran dan bertanya-tanya.
Begitu mudahnya mamanya berubah sikap. Terlalu ekstrim dan tampak jelas perubahannya.
Tapi apakah sang mama juga menyadarinya…? Entahlah.

Mawar memang sangat menyayangi ibunya dan hal ini sangat melegakan hatinya.

"Mama mau kemana…? Mawar antar ya..?" katanya antusias begitu sang mama melepas pelukannya hendak melangkah ke pintu.

Roro kembali menoleh lalu tersenyum manis.

"Terima kasih sayang. Mawar sudah dijemput teman mama kok. Mama mau ke rumah Bu Angie Wiramukti. Itu lho istrinya Pak Dandim.."kata Roro lagi sambil membuka pintu.

Klek..!
Suara pintu kayu jati nan kokoh terdengar pelan seiring Roro menarik gagang pintu hendak menutupnya kembali.

"Mama…"kata mawar lagi untuk terakhir kali seolah berat melepas mamanya pergi sendirian.

Roro yang sudah separuh badan kembali menengok ke belakang.

"Ya sayang…?" katanya memandang putrinya.

"Mama cantik sekali malam ini…."kata mawar.

"Terima kasih sayang, mama pergi dulu ya..".

"Hati-hati ya ma. Jika pulangnya minta dijemput...telpon mawar aja ya.."ucap mawar dengan penuh perhatian.

Roro tidak menjawab hanya melempar senyuman manis.

Brumm…!
Suara mobil All New Nissan Serena terdengar menggereng halus disusul keempat rodanya berputar pelan menggilas bebatuan gamping di halaman luar Istana Kebahagiaan Sunyoto Pujo Satmoko.

Sepasang mata jeli Mawar menatap kepergian ibundanya dengan beragam rasa yang bercampur aduk tak karuan.
Dilihatnya sekilas hape miliknya dan terlihat centang 1 notifikasi di WA papanya tercinta.

"Papa, papa kok sulit sekali dihubungi. Sudah lewat seharian ini. Apa mungkin hapenya papa ilang ya ? atau jangan-jangan ada sesuatu yang terjadi dengan papa.
"Gusti 4JJI, lindungilah papa dan mama...."keluh sang dara membatin sambil mengapitkan kedua tangannya.

Perasaannya yang peka seolah mampu merasakan apa yang terjadi dengan papanya.
Mungkinkah datang keajaiban yang akan menolong Nyoto ?

---------------

Acara arisan ibu-ibu yang berlangsung gayeng di rumah dinas Dandim Banyumili begitu terasa.
Keriuhan dan celoteh suara wanita silih berganti seakan memeriahkan malam yang beranjak lewat dari pukul 8.

"Jeng Roro, penampilan njenengan luar biasa malam ini…."kata seorang wanita bersanggul konde di samping Roro.

"Ah, biasa saja kok Bu Angie. Dari dulu ya memang seperti ini saya. Apa adanya…"sahut Roro seraya tersenyum manis.

Malam ini Roro Inten seolah menjadi bintang primadona yang menyedot perhatian seluruh khalayak.
Penampilan, gerak laku, keramahan dan tutur kata semua berpadu serasi membentuk harmonisasi visual nan memikat dan juga begitu menantang nafsu para lelaki.

"Sebentar ya Bu Angie, saya ke belakang sebentar…"ujar Roro seraya bergegas pergi.

Langkah kaki serasi dan gerak pinggul gemulai begitu mempesona pandangan khususnya semua pria yang menatap nanar ke arahnya.

Wajah cantik rupawan, leher jenjang, dada putih membusung, pinggul besar, pantat menonjol bulat dan kaki panjang bernas seolah saling berlomba menampilkan keindahan yang tiada terkira.
Tanpa disadari siapapun termasuk Roro terlihat sosok lelaki bertubuh tegap ikut membuntuti Roro dari belakang.

Sesampainya di sebuah ruangan kamar yang sepi Roropun menutup pintu. Sesaat dirapikan kembali sedikit gaunnya yang tertekuk. Barusan saja membuka pintu satu sosok tegap dan besar tahu-tahu mendorong tubuhnya kembali ke dalam diiringi pekik kecil Roro Inten.

"Aahh…!" Pekiknya ketika sosok yang ternyata seorang lelaki itu dengan kurang ajar memeluk dan berusaha menciumi wajahnya.

"Hahh.. ehmmm...hashhh..!" erang si lelaki penuh nafsu menggelegak.

"Ahh..ahhh...jangannn...lepaskaannn..!!!" jerit Roro Inten sambil kedua tangannya berusaha menahan dada si lelaki yang masih berusaha menciumi lehernya kali ini dengan lidahnya menjulur bagai ular.

Roro berusaha melawan tapi cengkeraman si lelaki begitu kuat cenderung kasar.

"Hahhh...kau...kauu...begitu seksii begitu menggairahkan...Roro inteenn...aku tak tahan lagii...akuu pengin mengawinimu malam ini juga..haahh !" terdengar serak suara dari kerongkongan si lelaki pertanda nafsunya tak tertahankan lagi.

Didekapnya erat tubuh indah itu dengan sepasang lengannya yang kokoh hingga buah dada Roro tergencet dadanya yang bidang.
Kedua tangannya meraba-raba keras paha padat dan putih mulus dari balik belahan gaunnya.

"Hmmmm..hmmm…sruuup...sruuupp..
pria misterius akhirnya bisa menikmati keindahan leher Roro Inten. Diciumi dan dijilatinya leher cantik itu dengan buasnya.

Roro Inten yang terus berusaha menolak terlihat kelimpungan menahan serangan beruntun di beberapa area sensitif tubuhnya.
Si pria misterius itu ternyata cukup pintar menemukan titik lemah seorang Roro Inten.

Wajah, leher, telinga, dada dan paha adalah beberapa titik terlemah Roro Inten yang tak urung membuat perlawanan Roro semakin melemah.
Kancing baju si lelaki sudah lepas di sana sini seorang sikapnya yang semakin brutal mencumbui sosok indah dalam dekapannya.

"Susumu...ooohh...begitu montoook...aaahh...aku pengin nyusuuuu...! nyusssuu pentilmuuu...Roro Inten..! Erang si pria seraya berusaha menyibak kemben di dada Roro yang mulai berantakan tak karuan.

"Aaahh...tidaaakk…!!!
Jerit histeris Roro Inten ketika si lelaki berhasil menyibak penutup payudaranya lalu dengan buas meremas bongkah susu Roro Inten yang memang luar biasa indahnya. Bulat, kencang dan putih mulus sebesar pepaya.

Pentil besarnya yang kaku kecoklatan seakan menandakan gairah Roro mulai terpancing.
Tubuhnya yang sudah beberapa hari tidak pernah disentuh oleh suaminya tercinta seolah menuntut pelampiasan. Tidak peduli siapapun lelaki yang melakukannya.

Roro berusaha bertahan dan mengembalikan kewarasan pikirannya tapi serangan tajam dan membabi-buta bak senapan otomatis dari si lelaki begitu mendesaknya hingga ke ujung pertahanan terakhirnya.

Si lelaki mendengus keras seraya menakup pentil indah Roro Inten lalu menyusu begitu buasnya.

Sruuup...sruupp...srruuuppp….!

Suara itu jelas terlihat manakala bibir besar, kasar dan hitam di lelaki menghisap-hisap, menggigit dan menarik-narik pentil coklat itu bagai bayi 9 bulan.

"Hmm...susu...susuumuuu...pentilmuu...hmmm... enaakk...ahhhh…"erang si lelaki begitu menikmati.

Kedua payudara Roro Inten tampak mengeras disusul puting susu mengacung tegak pertanda gairahnya mulai hanyut terbawa cumbuan liar si lelaki.

"Aahh...ahhh..jangan..ja...jangannn teruskannn...aaahhh...aaahhh…" erang lirih Roro Inten terdengar putus asa. Tangannya sudah tidak lagi mendorong tubuh si lelaki. Sepertinya si pencuri birahi itu berhasil memancing nafsu si Prameswari.

Sambil asyik menjilati dan mengulum puting susu Roro si lelaki meraih sabuk celananya lalu dilepaskannya celana itu ke bawah. Maka terlihatlah celana dalam Rider warna hijau doreng terlihat menonjol di bagian tengahnya.

Penisnya ternyata sudah mengeras ngaceng maksimal terbawa birahinya sendiri.
Bercak noda air madzi keluar tak tertahankan dari lubang kencingnya tak kuasa menahan syahwat menggunung.

"Hahhh... Roro Intennnn...saatnya sekarang..tak entooot bolongan tempikmuuu sayangg...hoohhh..!" erang si pria dengan terburu-buru.

Ia tahu waktunya tak banyak lagi. Ia harus memanfaatkan waktu sempit ini untuk mencelupkan batang pelinya ke dalam liang kenikmatan si wanita yang telah membuatnya gila ini.

Dibaliknya tubuh indah Roro yang gaunnya kusut masai tak karuan lalu didorongnya hingga terjepit menempel di sebuah meja. Posisinya kini berdiri membelakangi si wanita yang dipaksa membungkuk menghadap meja.

SREEET…!

Diangkatnya tinggi rok gaun Roro Inten yang terbelah hingga sepaha.
Mata si lelaki yang memerah tampak memandang nanar dengan nafasnya memburu tak beraturan.

Benar dugaannya Roro Inten ternyata hanya memakai cawet g string selama ini.

Terlihatlah bongkah pantat Roro begitu mulus, putih, bulat dan sangat merangsang. Apalagi sepatu hak tinggi yang dipakainya membuat bokong montoknya menungging begitu seksi.

Realita yang terpampang jelas di matanya ini membuat darah lelakinya terlecut seketika bagai tersetrum kabel trafo PLN.

"Aaaahhh…jangan lakukan..!!!..hentikannn...pakkk...!! jangannn. akkhhh...!!!" Pekik Roro mulai terdengar putus asa.

Ditariknya keras G-string Roro Inten dibarengi pekik Roro hingga CD mini itu tanggal disusul ia pun melepas celana dalamnya sendiri.
Batang penisnya telah mengacung keras mengangguk-angguk bercecer cairan rangsang yang keluar dari lubang tengahnya siap menembus liang kelamin Roro Inten yang mengintip malu-malu.

"Ooohh...tak kenthuuu dirimuu...Roro Inten..! Kukawini memekmuu sayang…! Hahhhh..!!!
Erangnya terdengar bak singa lapar siap menerkam mangsa takkala menatap celah sempit berjembut lebat dari balik bokong montok Roro Inten yang sudah tak berdaya di hadapannya.

Tepat sekian detik sebelum penisnya melakukan penetrasi mendadak Roro Inten seolah tersadar dari mabuk syahwatnya. Kesadarannya seolah pulih dan entah darimana sebuah kekuatan muncul begitu saja dari dalam dirinya.

Kekuatan aneh ini yang membuat Roro seketika mampu mendorong tubuh kekar si lelaki yang semula memeluknya demikian kuatnya.

Si lelaki yang seolah lengah terkaget ketika si wanita yang tadinya terlihat pasrah itu mendorongnya keras.
Roro lalu berbalik menatap si lelaki dan sekejap kemudian sebuah tamparan keras melayang ke muka si lelaki disusul tendangan ke selangkangannya.

Wuut…!

Plak…!

Duukkk..!!

"Aaakhh…
!!!
Erang kesakitan si lelaki terdengar memelas dengan tubuhnya yang setengah telanjang sempoyongan tertekuk setengah terduduk di lantai.

"Dasar lelaki keparat…!
"Kau pikir aku perempuan murahan…! ".…sudah untung tak kupecahkan biji telurmu..!" seru keras Roro Inten dengan pandangan tajam dan bengis.

Aura seram yang pernah terlihat saat memarahi mawar dan adiknya indah serta pembantu rumahnya seolah kembali terlihat.
Bergegas Roro Inten pergi setelah sempat merapikan sejenak gaun malamnya.

Ia tahu cd-nya telah dirusak pria tak bertanggungjawab itu namun ia mengacuhkannya.
Sebentar ia menatap tajam ke arah si lelaki yang terlihat masih mengerang karena perutnya mulas akibat tendangan Roro Inten di kemaluannya.

Tepat setelah Roro Inten membuka pintu kamar dilihatnya seorang wanita berkonde sudah berdiri di depan pintu.

"Eh, Jeng Roro..
"...njenengan lihat suami saya ndak ya ? beberapa tamu sempat melihatnya masuk ke ruangan ini, tidak tahunya ada Jeng Roro di sini.." ucap si wanita penasaran yang ternyata si tuan rumah yang sempat berbincang dengannya, Ny. Angie Bayu Wiramukti.

Roro Inten hanya tersenyum sinis lalu menoleh ke dalam seakan menyilakan perempuan itu untuk melihat apa yang terjadi.

"Suamimu ada di dalam Bu.
"Lihat...dia mencoba mencabuli aku...memperkosaku.
"....untung sampean keburu datang.." kata Roro Inten dengan dinginnya sambil tersenyum sinis lalu memberikan begitu saja cawet g string nya yang telah sobek kepada si wanita.

Tanpa menunggu respon dari perempuan itu Roro Inten pun segera berlalu pergi.

Ny. Angie yang tampak syok hanya memandang tak berkesip melihat kondisi suaminya.

"PAKKK…!!!
"Malam ini juga aku pulang ke rumah orang tuaku…!" Pekik histeris spontan keluar dari mulut wanita itu sambil membanting cd G-string Roro Inten lalu bergegas keluar kamar sambil menangis.

Sementara si lelaki hanya memandang nanar melihat semua terjadi di depan matanya.

Mukanya kuyu dengan tatapan kosong. Ia sadar masa depan keluarga dan karir kemiliterannya terancam hancur.

Dalam keputus-asaannya ia berdiri gontai ke arah celananya yang tergolek tak jauh darinya.
Diambilnya sepucuk pistol revolver lalu dipandangnya senjata itu lamat-lamat sebelum erangan lirih keluar dari bibirnya yang nampak bergetar.

"Diajeng dan juga anak-anakku. Ayah...ayah telah terbawa nafsu. Ayah tidak mampu mengontrol diri ayah dan memegang janji ayah sebagai seorang prajurit.
"Daripada menanggung malu...ayah lebih baik melakukannya demi kehormatan diri ayah. Maafkan aku Diajeng...maafkan ayahmu ini... anak-anakku. Jaga diri kalian baik-baik…"lirih suara si lelaki dengan mata berkaca-kaca.
Lalu….

Dooor..!!

Bruuk…!


Ujung pistol itu menyalak keras bersamaan tubuh si lelaki seketika rubuh ke lantai.
Sesaat kemudian lantaipun berubah merah karena darah mengalir dari kepalanya yang tertembus peluru dalam posisi tertelungkup.

Sementara suara alunan musik keroncong masih terdengar nyaring dari ruangan tengah.

Di sisi luar sebuah taksi online tampak pergi menjauh dari kediaman Dandim Banyumili Letkol (Inf) Bayu Wiramukti dengan membawa Roro Inten di dalamnya.

"Hik...hik...hikk…"
suara Isak Roro terdengar pilu seiring roda Honda Mobilio warna merah berlogo Maxi* warna kuning itu semakin menjauh.

"Ibu...ibu mboten nopo-nopo tho..? Nopo kulo anteraken panjenengan dateng klinik utawi rumah sakit…?" Tutur ramah si sopir Mobilio itu yang ternyata sudah berusia lanjut sambil menoleh ke arah belakang.

(Ibu, tidak apa-apa ? Apa saya antarkan ke klinik..?.)

Roro Inten sesaat terdiam hanya berusaha tersenyum membalas tawaran si bapak sopir yang terlihat polos dan sederhana itu.

"Mboten sah pak. Matur nuwun. Saya ndak papa kok. Cuma kangen saja sama suami saya yang ndak kasih kabar sudah berhari-hari…"jawab Roro Inten lirih lalu terdiam sambil mengusap air matanya.

"Ooohhh...njih sampun nek ngaten Bu.." balas si bapak tua sambil sempat melirik ke arah Roro Inten dari spion tengah mobilnya.

(Ya sudah kalu begitu Bu.red)

"Ckckckck….
"..duwe garwo estri ayune koyok ngene kok ya dibiarkan sendirian. Kebangeten tenan suamine…
" gerutu pak sopir tua itu dalam hati sambil kepalanya menggedek-gedek sendiri.

(Punya istri perempuan secantik ini...red)

Apa yang terjadi dengan sikap dan kelakuan Roro Inten memang aneh dan sangat membingungkan. Terutama bagi yang sudah paham akan watak dan karakternya.
Mungkinkah Roro Inten tengah mengalami depresi hingga membuat jiwanya labil…?

Apakah ini erat hubungannya dengan suaminya Nyoto yang seolah menghilang tanpa ada kabar beritanya atau adakah sebab lainnya ?

Sementara mobil itu semakin menjauh Baik Roro Inten serta pak tua sopir online tersebut tidak mengetahui bahwa orang yang mereka maksud sejatinya tengah berada dalam situasi teramat sulit yang bisa saja mengancam jiwanya termasuk keluarganya.

=======

Sementara pada waktu bersamaan di sebuah tempat menyerupai sebuah ruangan gua berdinding batu cadas.
Dua sosok pria saling berhadapan di tengah remang samar cahaya obor.

Satu sosok pria tengah berdiri tegap di luar sebuah jeruji besi menyerupai sebuah sel di mana satu sosok pria lain terpekur dengan kondisi tangan terikat serta hanya bertutupkan sehelai cawet menutupi kemaluannya.

"Kau tak usah berkilah Suryo Adipati. Aku paling muak melihat manusia munafik tapi bersembunyi dibalik jubah kesucian dan nama besar...kecuali jika kau memang tipikal manusia hina yang hobinya merusak rumah tangga orang…! Kata pria di dalam sel dengan keras tanpa sungkan-sungkan lagi.

Mendengar ucapan keras dan menghinanya tidak membuat sosok lain di luarnya yang ternyata adalah Suryo Adipati marah.
Hanya raut muka yang samar terlihat dari remang cahaya kamar kelihatan membesi dengan mulut terkatup rapat gigi gemeretak.

"Sunyoto Pujo Satmoko….aku memang menyukai istrimu. Dan aku berhasrat sekali untuk mengawini Roro Inten. Lebih cepat lebih baik....."
"...dan sepertinya Gusti Kang Maha Agung merestuiku...hahahaha…"ujar Adipati terbahak-bahak.

Nyoto hanya terdiam sambil menyimpan amarah menggelegak dalam dadanya.

"Jangan bawa-bawa namaNya yang suci. Kalau kau memang jantan, cepat lepaskan aku dan kita bertarung satu lawan satu sampai mati…"sahut Nyoto berapi-api.

"Hahahaha….Nyoto..Nyoto.
"Sejak awal bertemu denganmu aku sebenarnya mulai sadar kaulah yang mungkin menggenapkan takdirku...dan ternyata memang benar".
"Melepaskanmu itu soal mudah. Tapi masalahnya aku tidak sebodoh yang kau kira.
"Bukannya aku takut apalagi jerih menghadapimu…karena aku adalah Suryo Adipati keturunan Kanjeng Pangeran Ajibarang yang Perkasa…".
"Biarlah kau santai dulu di sini sambil menunggu aku mengangkangi tubuh indah istrimu. Menggumuli tubuh telanjangnya yang wangi. Menggenjot tempiknya yang begitu nikmat tanpa henti sebelum kuakhiri dengan semprotan pejuh kenikmatanku di dalam rahimnya...ouuwwhhh..hehehe…!!
...maka sempurnalah semua keinginanku…"
"Membayangkan saja sudah membuat peliku ngaceng setengah mati ….hehehe.."ucap sang Adipati sambil membetulkan selangkangannya.

"Selesai mengawininya barulah mungkin aku akan melepaskanmu…melepaskan nyawamu dari jasadmu untuk selamanya...hahahaha…!!!" teriakan dan tawa keras Adipati seketika meledak menggema ke seantero ruangan sampai jauh.

Tubuh Nyoto bergetar tak kuasa menahan diri. Telinganya panas membara bagai ditusuk bara api. Otaknya seakan mendidih bagai air di kuali. Dadanya bergemuruh bagaikan Hipodrome pacuan kuda.

Sepasang mata itu mencorong tajam ke arah Adipati sambil kedua tangannya terkepal.

"Suryo Adipati...kalau kau sampai menyentuh istriku barang seujung kukunya...aku bersumpah akan membuatmu menyesal hingga ke liang kubur…"ucap Nyoto dengan bibir bergetar mengancam pria penguasa Banyumili yang perkasa itu.

"Kau terlalu naif Sunyoto. Jangan sok suci. Kau sendiri juga berbuat nista mencuri ari-ari bayi hanya demi menggembleng ilmu sesat. Tapi okelah, sebagai sesama orang yang mengerti ilmu kanuragan kuanggap itu soal biasa. Tapi tentu tidak demikian dengan anak istrimu...hehehe.
"Aku sebenarnya bisa saja menghabisimu sekarang. Apalagi kondisimu sekarang koyok coro kecemplung jamban.
"Tapi aku ingin bersenang-senang dulu denganmu…hahaha" ucap Adipati setengah meledek.

"Suryo Adipati,...
"Aku menyadari semua yang kulakukan sebelumnya adalah sebuah kesalahan besar dan aku hendak menyelesaikannya namun kau mengacaukan rencanaku. Orang sepertimu tak bakal mengerti.
"Aku jamin Nimas Roro takkan bisa kau sentuh dan kau...kau bakal menyesali perbuatanmu…"ucap Nyoto dengan menahan amarahnya.

"Hahahaha...!
"Dengan kondisimu sekarang kau bisa apa...heh..?!!!
"Aku tahu Nyoto, kau bukan orang sembarangan...dan sudah lama aku tidak punya lawan tanding setara.
"Jika nasibmu baik dan kau bisa mengalahkan aku ada peluang kau selamat meski itu mustahil. Bukankah itu cukup adil….."
"Kelak setelah Roro Inten menjadi istriku maka sempurnalah laku tirakat ku selama ini. Maka sempurna semua ilmuku dan kutukan Jahanam Kamandanu hilang untuk selamanya..
"Roro Intenmu memang sangat menawan...aku sungguh tak sabar menikmatinya.
"Akan kupuaskan diriku dengan mengentotnya habis-habisan siang malam….hahaha.
"Akan ku jejali dan ku genjot lubang surganya dengan peliku sesuka hatiku sampai dia menjerit-jerit ketagihan hingga pingsan....hahahaha…!!!"

"Mimpi yang kukirimkan kepadanya itu sebenarnya bagian dari ilmu Jala Sukma untuk membelenggu jiwanya.
"Dengan begitu pada saat bersenggama dengannya nanti akan terjadi hubungan gaib dengan sosok astral Dewi Sekar Mirah…"
"Dan itulah yang menjadi tujuanku."
".....aahhh...!!!!
"....tak bisa kubayangkan bagaimana rasanya nanti...hehehehe" ucap sang penguasa Banyumili begitu gagah dan percaya diri.

Mendengar penuturan Suryo Adipati, Nyoto tiba-tiba merinding. Ia menganggap pria di depannya ini benar-benar sudah gila bahkan cenderung ke arah psikopat dan tak mungkin diajak kompromi.

"Dengarkan sumpahku wahai Suryo Adipati, ….
"AKU !...Sunyoto Pujo Satmoko suami sah dari Raden Roro Inten Ayu Dewi Rengganis...
"....tak mengikhlaskan istriku diperlakukan secara keji oleh siapapun. ….Dan aku...bersumpah bagi siapa saja yang tega menodai istriku...aku bela mati untuk istriku dengan selembar nyawaku…!!!"
ucap Nyoto dengan nyaring tanpa ragu-ragu lagi diikuti tubuhnya yang nampak bergetar menahan luapan janjinya yang penuh emosi.

Sedetik kemudian selarik kilatan petir dibarengi suara guntur menggelegar di luar sana hingga terdengar ke dalam ruangan sontak membuat suasana sesaat berubah mencekam.

Raut muka Adipati tampak mengeras. Sekelumit hatinya mendadak berdesir takkala usai Nyoto mengucapkan sumpahnya.
Namun hanya sebentar Adipati kembali menguasai diri lalui tertawa sambil menghunus sesuatu dari balik jas pinggangnya

"Sepertinya langitpun mendukungmu Sunyoto. Tapi aku tak peduli. Dewa dan malaikat sekalipun takkan mampu menghalangiku…" kata Adipati sambil menatap sebuah keris yang kini berada dalam genggaman tangannya.

Cahaya redup kemerahan yang keluar dari tubuh keris perlahan menguat berkilauan semakin jelas dibarengi hawa panas menghangatkan segenap penjuru ruangan yang semula begitu dingin.

Nyoto spontan beringsut mundur beberapa langkah dengan mata membesar menatap keris pusaka di tangan musuh besarnya itu. Ia sadar senjata keris di tangan Adipati bukan senjata biasa melainkan sebuah keris pusaka masa silam milik seorang yang sakti nan digdaya.

"Sebenarnya aku menyayangkan dirimu bakal menjadi tumbal pusaka Keris Pulung Geni karena itu berarti Banyumili akan kehilangan seorang putra terbaiknya…."
"....tapi itu memang sudah takdirmu Sunyoto Pujo Satmoko....hahahahaha
"Sampai jumpa lagi Pak Nyoto...sampai berjumpa pulang ke alam baka….hahahahaha..!!" Ucap sang Adipati lalu melangkah pergi.

Gaung suara tawanya masih sayup terdengar meski sosoknya sudah tak kelihatan meninggalkan Nyoto yang terpekur dalam hening.

Nyoto terduduk dengan wajah tertunduk menghadap bumi. Dua tangannya yang terantai tampak terkepal erat.
Lama ia terdiam dalam posisi seperti itu sebelum ia menengadahkan kepalanya.

"Nimas Roro, istriku….Mawar Sembilu dan Indah Seroja... anak-anakku tersayang…"
"Maafkan suamimu ini Nimas...maafkan papa sayang anak-anakku.
"Ini semua adalah buah karma yang harus ayah hadapi...semuanya sudah terlanjur terjadi dan tak bisa mundur kembali.
"Apapun yang terjadi aku harus menyelamatkan kalian…sekecil apapun peluangnya aku harus mencoba dan bertahan...
...dan aku tak ada pilihan lain…"
"...duh Gusti Pangeran….ampuni hambamu ini...hahh…"tutur Nyoto perlahan begitu berat begitu sedih menyeruak dalam dadanya.

Setelah menarik nafas panjang ia kemudian duduk bersila mencoba mensirkulasikan aliran darahnya yang kacau dan berusaha membangkitkan kembali tenaga saktinya.

Sebagai orang yang terbiasa berlatih olah kanuragan penting sekali mengatur ritme tubuh karena dengan demikian akan sangat membantu menghilangkan penat pikir dan kebuntuan yang menyumbat sekujur tubuh baik raga batin dan jasmaninya.

Perlahan tapi pasti perasaannya yang bergolak kembali tenang. Hawa hangat mengalir dari titik Cakra terbawah yaitu muladhara di ujung tulang ekor terus perlahan naik ke titik seks (Svadisthana), titik pusar, hati, tenggorokan, Cakra ajna / mata ketiga dan terakhir Cakra mahkota.
Aliran hangat mengalir memenuhi sekujur tubuhnya hingga nafasnya berangsur normal. Tubuhnya yang semula lunglai mulai bertenaga meski belum pulih sepenuhnya.



7 (Tujuh) Simpul Titik Cakra Manusia
Cakra manusia berperan untuk mengatur dan menciptakan energi, sehingga seseorang dapat beraktivitas, berpikir, dan bergerak dengan baik. Meski istilah ini masih diperdebatkan secara ilmiah, banyak orang menganggap keberadaan cakra dalam tubuh dapat dirasakan.
Chakra pada dasarnya tidak terlihat di dalam tubuh fisik karena letaknya ada pada tubuh bioplasmik (bio-plasmic). Apa itu tubuh bioplasmik? Tubuh bioplasmik adalah cetakan tubuh fisik manusia, yang benar-benar menyerupai tubuh fisik. Bio artinya hidup, dan plasmik berasal dari kata plasma yang merupakan sebuah istilah untuk menyebut bahan keempat dalam pembentukan suatu unsur fisika, selain padat, cair dan gas. Wujud tubuh bio-plasmic inilah yang muncul ke permukaan tubuh fisik manusia, dan kemudian disebut dengan aura.
Dalam tubuh manusia, kurang lebih terdapat 365 titik chakra. Akan tetapi, dari ratusan chakra tersebut, hanya tujuh yang dianggap sebagai chakra utama, yang dapat mewakili chakra-chakra lain yang jumlahnya ratusan itu.


Setelah bersemedi sekian waktu. Nyoto pun membuka kedua matanya.
Perasaan dan pikirannya mulai jernih sehingga ia mulai bisa mengambil keputusan dan menghitung langkah taktis sekaligus rasional untuk secepatnya menyelamatkan istri dan anak-anaknya. Sungguh tak banyak waktu yang tersisa.
Lalu…
Apa langkah berikutnya yang akan ia tempuh…?​
 
Terakhir diubah:
Informasi kepada para pemirsa yang budiman.:asyik:

Berdasarkan saran dari stakeholder TV Broadcast bahwasanya penayangan serial Roro Inten The Series akan dirubah menjadi lebih awal alias tidak terlalu malam apalagi sampai lewat tengah malam.

Pertimbangan utama yaitu alasan kesehatan demi memberikan kesempatan kepada para pemirsa setia untuk beristirahat malam yang cukup.
Karena seperti pepatah "kesehatan adalah harta yang paling berharga".

Demikian info lalu lintas dari Tim Produksi.

Salam bahagia dan sehat selalu.:baris:
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd