Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Roro Inten

Apa yang diharapkan dari akhir kisah ini ?

  • Happy ending

    Votes: 272 77,3%
  • Sad ending

    Votes: 50 14,2%
  • Open ending

    Votes: 27 7,7%
  • Close ending

    Votes: 24 6,8%

  • Total voters
    352
  • Poll closed .
Bimabet
Suryo Adipati menindih Roro Inten dengan gairah meluap-luap.

Bibir dan mulutnya yang tebal hitam dan kasar berbau rokok berusaha mengecupi seluruh kulit muka Roro yang putih mulus lembut mewangi.

Roro Inten berteriak-teriak sambil memaki-maki Suryo Adipati. Sumpah serapah mengalir tak tertahankan dari mulutnya. Ingin sekali dia mencakar muka bajingan satu ini tapi apa daya tubuhnya terasa lemah lunglai. Sepertinya Roro Inten hanya mampu pasrah menerima nasib atau berharap datangnya sebuah keajaiban.

"Keparat Suryo Adipati….akkkhh…!
"Singkirkan mulut busukmu itu…! Aku tak sudi kau perlakukan bak pelacur...aku tak mau…!!!
"Lepaskan aku bajingan…!!!
"Mulutmu bau lencung....aakhh..! Lepaskaannn..!
Pekik Roro sambil menggelengkan kepala ke sana kemari berupaya menghindari sergapan mulut si lelaki yang makin kurang ajar menyosor membabi-buta.
(Tahi.red)

Seiring teriakan dan makian dari bibir wanita pujaan nafsunya itu mendadak Suryo Adipati menghentikan aksinya.
Roro yang masih ditindihnya hanya mampu memejamkan mata dengan kepala menoleh ke kiri.
Nafasnya nampak memburu cepat. Dadanya yang indah membusung ikut turun naik begitu menggoda.

Sungguhkah pria yang juga keturunan Pangeran Ajibarang itu benar-benar melewatkan kesempatan emas ini ataukah ada hal lain yang dipikirkannya.

Beberapa menit tak ada aktifitas lanjutan membuat Roro Inten penasaran. Diberanikannya untuk membuka matanya pelan-pelan.

Ternyata benar dugaannya sosok lelaki itu kini sudah beringsut dan sedikit menggeser tubuhnya dari dirinya.
Wajahnya sedikit menunduk seperti ada hal yang ia pikirkan.

{"Ada beberapa hal yang harus kau perhatikan Dimas Adipati saat kau hendak bersenggama dengan titisan Dewi itu. Diantaranya….kau tidak boleh asal ngentot begitu saja seperti kau mengawini para betina yang menjadi lontemu ataupun bertingkah bak Koboi Amerika dengan memperkosanya seenak silitmu.
"Intinya kau tidak boleh bersetubuh dengan paksaan apalagi sampai menyakiti. Jika kau tetap melakukannya maka semua akan menjadi sia-sia. Tidak ada gunanya.
"Kau harus bisa membuatnya merasa rela untuk kau setubuhi.
Bahkan lebih baik lagi jika kau mampu membuatnya merengek-rengek minta kau kenthu.
"...piye Dimas…? Tambah mumet tho ndasmu..?...hehehehe…"
Kening Adipati mengernyit mendengar ucapan itu keluar dari mulut Kakak Angkatnya alias Ki Ageng Benowo kala itu.
Mau kawin saja kok repot...banyak syarat, begitu pikirnya.
Lagipula dia yang tipikal pria brangasan merasa tak yakin bisa melakukannya apalagi kepada wanita yang bukan siapa-siapa. Kepada istrinya saja ia langsung main terobos.
Hah entahlah...lihat bagaimana nanti. Begitu akhirnya yang terlintas di otaknya}.


Untuk sejenak Roro Inten merasa bisa bernafas lega melihat Suryo Adipati seperti diam terpaku.
Tapi baru sebentar kemudian perlahan Suryo Adipati mengangkat wajahnya. Seutas senyuman licik terlihat di bibir tebal dan gelap itu.

"Ah, benar omonganmu Kakang Benowo. Ngapain aku kudu kesusu menikmatinya. Masih banyak waktu hingga pagi menjelang. Akan kuresapi betul-betul dirimu Roro Inten.. "ucap Suryo Adipati sambil kembali kedua tangannya mengarah ke tubuh molek Roro.

Roro yang melihatnya sontak menjerit kaget.

"Tidaak…!
"Apa yang kau lakukan Suryo Adipati…! Lepaskan…!
"Aaahhh...jangaannn…!" Pekik Roro Inten.

Apa yang sebenarnya tengah terjadi ?

Terlihat di depan ternyata Suryo Adipati dengan santuy tengah meloloskan kain jarik yang membelit tubuh indah Roro Inten satu demi satu dengan perlahan-lahan. Ia melakukannya dengan lembut jauh berbeda dari sebelumnya yang terkesan brutal.

Kedua tangannya terampil melepaskan kain jarik Roro mulai dari bagian atas.
Satu demi satu ia lepaskan dengan sorot mata yang lepas memandang keindahan luar biasa di hadapannya.

"Luar biasa, begitu putih begitu montok menggunung bak gunung kembar Sindoro sumbing. Ckckckck...
"..ooohhh, indah nian dikau Rengganis dewiku sayang..hehehehe...
"..nikmatilah kebebasanmu sayangku…."ucap Suryo Adipati sambil terkekeh santai.

Roro yang tengah ditelanjangi pun dibuat mati kutu.
Bagaimana tidak…?

Kalu tadi Roro berontak karena diperlakukan brutal oleh Suryo. Kali ini pria tersebut melakukannya dengan lembut lembut "tanpa menyakiti" menelanjanginya dengan "mesra".

Sungguh janggal rasanya jika dia berontak seperti tadi.
Akhirnya yang bisa dilakukan Roro Inten hanyalah memaki-maki Suryo Adipati saja tapi tidak lagi bertingkah seperti semula.

"Kurang ajar kau Adipati...!
Jangan…! Jangan lakukan lagi...
"..hentikan tanganmu yang kurang ajar…! Kauuu…!
Ucap Roro yang hanya mampu melepaskan kata-kata tanpa lebih dari itu.

Sampai akhirnya…

"Ahhhh...selesai juga bagian atasnya. Ckckck….waooow.
"Sungguh indah bak bidadari kahyangan kau Roro Inten...hehehehe…" ucap Adipati melihat Roro Inten tergolek dihadapannya dengan kondisi telanjang dari pinggang ke atas.

Tampaklah tubuh indah Roro terpampang begitu vulgar.

Susunya yang sebesar pepaya begitu kencang, montok dengan puting susu besar mengacung begitu merangsang.
Bergerak turun naik seiring nafas memburu sang Prameswari.

Roro sungguh bingung tak tahu harus berbuat apa. Menjerit tak mungkin, berontak apalagi. Yang bisa dilakukan mungkin cuma memohon sambil memaki Suryo Adipati yang hanya berjarak sejengkal.

Ia berusaha memalingkan muka berusaha menghindar tatapan mata sang Adipati yang asyik menikmati keindahan ragawinya.

"Sekarang bagian bawahnya….
"...kita mulai ya sayangku...hehehehe…"ucap Adipati langsung mempreteli kain bawahan mulai pinggang sampai kaki Roro Inten.

Roro Inten hanya mampu mendelik dan menjerit setengah memaki si pria yang masih asyik melepaskan kainnya. Kurang ajarnya lagi Suryo Adipati melakukannya sambil bersiul tanpa dosa ketika menjalankan aksinya itu.

"Tidaaakk….tidaaakkk…!!!" pekik Roro Inten takkala tangan besar berbulu itu melepaskan kain penutup bagian tubuhnya yang paling intim satu persatu

Dan….

"Selesai juga akhirnya hehehehe...fffuuhh...
"..melepaskan kain bertele-tele seperti ini ternyata menguras tenagaku...hehehehe...tapi hasilnya luar biasa…
"Kau begitu molek begitu seksi dan sungguh tanpa cela Dewi Sekar Mirah.
"...begitu menggairahkan Rengganis...hahahahaha...
"...tinggal sesaat lagi semuanya akan berakhir dengan begitu nikmatnya…"kata Adipati sambil memandang takjub ke arah wanita yang terbaring di hadapannya ini.

Suryo dalam posisi berdiri masih setengah telanjang dengan hanya mengenakan celana dalam.

Tubuhnya yang tinggi, besar dan kekar berbulu tampak jantan dengan bonggol batang kejantanannya tegak ngaceng dibalik cawetnya.

Lalu bagaimana dengan Roro Inten ?

Roro Inten kini terbaring tanpa busana tanpa sehelai benangpun menutupi tubuh telanjangnya yang begitu indah sempurna.
Kontras dengan Adipati, Roro Inten begitu putih mulus padat berisi.

Tonjolan tubuhnya tampak terlihat jelas begitu merangsang di sana-sini.

Dada, pinggul, bokong, paha dan terakhir...bukit kemaluannya yang berjembut lebat.
Sama halnya Adipati, Roro ternyata membiarkan jembutnya tumbuh membelukar.

Dua titik penting memperlihatkan rambutnya yang begitu indah, subur dan eksotis milik Roro.

Pertama, mahkota di kepalanya yang panjang, hitam legam, lebat dan indah terawat. Kedua, jembutnya yang lebat tertata.

Sungguh pemandangan yang mampu menghentikan nafas semua pria di dunia. Adipati tertawa melihatnya.

"Kau bukan hanya memiliki rambut kepala nan indah rengganis. Tapi jembutmu juga sangat indah menawan hati....hehehe...pas sekali dengan diriku…"ucap Adipati.

Roro Inten hanya terdiam lalu mendengus keras.

"Keparat kau Suryo Adipati !
"Jika kau berani menyentuhku kau akan kualat. Kau akan mati dengan tubuh tidak utuh…! "Teriak Roro Inten terlihat mulai putus asa.

Sepasang matanya yang bening indah nampak mencorong antara marah dan ketakutan. Sepertinya dia mulai bisa menduga apa yang hendak dilakukan begundal satu ini terhadap dirinya .

Suryo Adipati kini berdiri begitu dekat dengan Roro Inten yang tergolek di lantai telanjang bulat.

Jarak keduanya hanya selangkah saja !

Pelan namun pasti tiba-tiba Suryo Adipati menarik lepas celana dalamnya sendiri.

"Aahhh..." Terdengar suara Adipati begitu lega dengan senyum licik menyeringai merasakan kemaluannya bebas dari ikatan.

Sementara Roro yang sempat melihatnya hanya memekik kecil berusaha mengalihkan pandangannya.

Namun cepat Adipati menahan kepalanya dan memaksa Roro untuk "menikmati" kegagahan batang kejantanannya.

Kontol Adipati sudah mengacung tegak kaku. Ngaceng maksimal yang seolah memancarkan aura magis yang membuat Roro Inten seolah dipaksa memandangi dengan gairah yang pelan-pelan muncul tanpa ia sadari.

Melihat mangsanya seolah terpukau dengan kegagahannya membuat Suryo Adipati tersenyum penuh arti.

"Kini saatnya kita akan memulai perkawinan ini sayangku…."ucap Adipati disusul teriakan histeris Roro Inten.

"Tidaaakk...tiddaaakk...tidddd….uuuhmmmn….gggokkkhhhhh….uuuhhmm...ggoggghh….!!
Suara pekik Roro tertahan dengan mulutnya seperti tersumpal.

Apa yang terjadi…?

Sebuah pemandangan menggetarkan terpampang di muka.
Suryo Adipati meremas kuat kepala Roro Inten sambil mendesakan pantatnya yang kekar.

Kontol Adipati ternyata disodokkan ke dalam mulut indah Roro Inten dengan keras. Masuk hingga seleher penis.
Ukurannya yang besar membuat Roro gelagapan menerima sodokan tiba-tiba itu.

"Aaahh…!!!
Nikmaaat ya Rengganis...oooougghh...
"enaknya mulutmu sayang...rasakan kontolkuu inii..yahhh…!!

Sleep...sleeep...sleeep...

ggoggghh...goooghhh….aaahh..suryoooo…. gaaaagghh….


Adipati menggenjot selangkangannya penuh tenaga sambil kedua tangannya menahan kepala Roro Inten yang berusaha melepaskan diri dari hunjaman kasarnya.

Kedua mata Roro Inten membelalak dengan mulutnya yang indah dipaksa meregang maksimal menelan kepala penis Adipati yang merojok tanpa henti.

"Ggooogggh...goooggghhhh...goooghhhh...
sleeep... SLEEEEP...sleeep….


Dari bibir indah Roro Inten hanya mampu mengeluarkan suara ngorok takkala Adipati begitu buas mengentot mulutnya dengan batang kontolnya yang raksasa.

"Enaaakk...ooohhh...enaaakkk...ngenthu lambemu sayang…."
"ooohhh...enaaakkk...tak kenthuu cangkemuuu sayanggg…

Ggooogggh….goooghhhh...goooggghhhh…. Oooohhh…


Tak sekalipun Suryo Adipati berhenti. Ia trus membombardir mulut Roro dengan sodokannya yang begitu keras dengan pantat kekarnya mengayun-ayun begitu berirama.
Kepala Roro terdorong lalu tertahan di dinding gua masih dengan mulut yang terkocok penis kekar Adipati.

Ada 15 menit berlalu Adipati masih merasakan nikmat surga dunia di dalam mulut Roro Inten.
Matanya merem melek merasakan hangatnya mulut titisan Dewi Sekar Mirah itu.

Hingga akhirnya…

"Aaakhhh Rengganiss !….akuuuu Mettuuuu…!
Pekik Adipati sambil kedua tangannya menahan bagian belakang kepala Roro. Lalu menariknya keras ke arah selangkangannya disusul ia ayunkan dan dorong bokongnya kuat-kuat berlawanan ke kepala Roro Inten.

CROOT....

Lalu meletuslah magma air maninya yang tersimpan lama di dalam kawah telurnya. Meletup begitu dahsyat keluar melalui kontolnya yang besar, begitu keras, kekar berurat berwarna gelap kecoklatan yang tengah menyumpal mulut indah Roro Inten.

Muncrat begitu kuat dari lubang kencingnya yang lebar sambil ia sodokan kuat-kuat kontolnya di mulut sang bidadari dalam hingga mengenai ujung tekaknya.

"Ooohhh... ENNNAAAAKKKK….!!!
Seru Adipati dengan mata mendelik ke atas sambil pantatnya menggeletar dahsyat lalu mengejat berkali-kali saat lubang kencing di ujung kontolnya yang masih tertelan hingga separuhnya di dalam rongga mulut Roro Inten tengah berejakulasi dengan begitu nikmatnya.

JROOOT....CROOOTT...CROOT..!!!

Aaakkhhh....!!!!!


Akhirnya Adipati berhasil melepaskan derita nikmat yang sedari tadi ia tahan-tahan dengan menyemprotkan spermanya yang meletus dahsyat di dalam mulut indah Roro yang dipaksa menelan separuh lebih batang kontolnya yang kekar.

"Uuhhuk...uhuukkk...wookkkk….!

Roro Inten tersedak keras lalu memuntahkan sebagian cairan mani Adipati yang luar biasa tak tertampung di mulutnya setelah hampir seperempat liter masuk ke dalam kerongkongannya.

Paras mukanya yang cantik jelita tampak memucat. Sebagian cairan putih kental sperma Adipati belepotan mengotori bibir, pipi dan leher Roro yang putih mulus.

Sementara Suryo Adipati hanya tertawa melihatnya.
Tak butuh lama kontolnya yang baru saja memuncratkan sperma langsung tegak ngaceng mengacung kembali dengan gagahnya.

Roro bersimpuh kelelahan dengan rambut mulai kusut meski masih memakai kain penutup kepalanya.
Perlahan-lahan Suryo mendekati Roro. Diangkatnya dagu lancip itu dengan pelan lalu ditatapnya sepasang mata bening Roro yang memandangnya nanar.

"Kau nikmat sekali saat ku BJ bibirmu sayang. Aku yakin pasti suamimu minta kau melakukannya setiap malam. Hehehe…"ucap Adipati dengan lagak merendahkan Roro.

Roro hanya terdiam lalu tiba-tiba…

"Cuhh…!
Roro meludahi muka Adipati dengan keras yang sempat membuat kaget Adipati.
Muka Adipati sempat memerah saat Roro Inten meludahinya.

"Aku tidak keberatan jika kau meludahiku manis. Karena sekarang giliranku menikmati tubuh indahmu Rengganis …!!!

"Aaauughhhh tidddaaaaakkk…!!!!
jerit Roro Inten spontan manakala si lelaki langsung menubruk dirinya.

Suryo Adipati langsung mencengkram kepala Roro Inten sambil jemari kekarnya meremas pipi ranumnya.

"Hekhh...hekhhh...!

Suara Roro terdengar seperti tercekik karena tersedak tangan sang bupati tersebut. Apa sebenarnya yang hendak dilakukan Adipati ?

"Hahh...BUKA !! buka mulutmu wong ayuuuu....!!!" Ucap Adipati dengan keras.

Kedua matanya melotot dengan bibir gemeretak menatap Roro Inten yang terengah-engah dipaksa membuka mulut.

Di ujung jari Suryo Adipati nampak sebuah benda menyerupai pil warna hitam legam sebesar tahi kambing berusaha ia cocorkan ke bibir istri Nyoto itu.

"Hahh...hmmm....ehmmm...tiidd...daakkk....hhmmmm....!!!!!

Sementara Roro berusaha keras menolak dengan sekuat dayanya. Dikatupkannya bibirnya sedemikian rupa hingga Suryo Adipati kesulitan untuk memasukkan benda hitam itu ke dalam mulutnya.

Roro berusaha menahan lengan serta tubuh Adipati dengan menggunakan kedua tangan dan kakinya semampunya meski dirasakannya terasa lemah nyaris tak bertenaga.

Akan tetapi bukan Adipati namanya kalu menyerah begitu saja.

Roro yang terus berusaha menolak membuat Adipati mendengus kesal lalu segera jarinya yang berisi tenaga dalam segera beraksi.

Dengan jitu Adipati menekan syaraf motorik di leher mulus Roro Inten yang sontak membuat wanita jelita ini tak kuasa untuk tidak membuka mulutnya.

"Heghhhh.....akkhhh...!
Seketika terdengar pekik tertahan dari kerongkongan Roro Inten saat Adipati berhasil memasukkan pil hitam misterius itu lalu masuk melalui tenggorokannya.

Adipati lalu berdiri melepaskan tubuh telanjang Roro Inten yang semua ia dekap erat. Seutas seringai licik terkembang di bibir gelapnya saat melihat Roro Inten sang dewi jelita dengan segala keindahan tubuh polosnya tergolek lemah.

Tubuh polos Roro setengah tertelungkup dengan tubuh menggeliat. Suara lirih setengah mengerang terdengar keluar dari sosok indah telanjang itu.

Rambut Roro yang memang begitu panjang dan lebat nampak terurai menutupi tubuh telanjangnya hingga menjela pinggulnya yang besar berikut pantat indahnya.

Suryo Adipati memandangnya dengan nafas memburu. Matanya memerah setengah melotot menyimpan birahi yang semakin membesar dan kian besar !

Kemaluannya telah mengacung kaku tegak ngaceng maksimal. Berwarna merah gelap penuh urat jantan mengelilingi daging kontol yang telah membesar utuh itu. Begitu gagah....

Sekian saat menunggu Suryo Adipati melangkahkan kaki mendekati perempuan itu.

Setengah bersimpuh diraihnya dagu Roro sampai mukanya menghadap ke arahnya. Kedua pasang mata itu akhirnya saling bertemu.

"Kau begitu cantik malam ini Nimas Roro Inten....istriku tersayang...."ucap Adipati perlahan sambil tersenyum lebar.

Dipandanginya seraut wajah cantik jelita itu yang nampak memancarkan rona kemerahan di kedua pipinya menambah ayu paras keibuannya yang tanpa cela.

Kedua mata Roro yang di awal mula mencorong penuh kebencian dan kemarahan tiba-tiba berubah 180°.

Mata itu nampak sayu sendu seolah menyimpan birahi yang begitu dalam begitu besar.

Bibir merah alami dan indah bentuknya nampak bergetar saat sebuah kalimat mengejutkan keluar perlahan begitu merdu mendayu.

"KANGMASSS...KANGMASS PUJO...."
"....akuuu...akuuu kangeenn sekalii padamu Kangmasss..."
"Akuu...akuu cinta dirimuu kangmass..."


Ucapan itu keluar spontan terdengar begitu tulus dari bibir Roro Inten yang sontak membuat Suryo Adipati tersenyum lebar.

Senyum itu akhirnya berubah menjadi suara tertawanya yang terdengar membahana.

Ternyata usahanya berhasil dan tinggal selangkah lagi prosesinya akan ia tuntaskan untuk mengakhiri kutukan terkutuk itu.

Roro Inten memandang nanar "suaminya" dengan senyum malu-malu. Wajahnya bersemu merah hingga nampak begitu ayu begitu cantik tak terperi di kulit putihnya yang sehalus pualam itu.

Suryo Adipati menatap wajah ayu yang hanya sejengkal dari mukanya sambil membelai lembut kulit sang bidadari.

"Kau...kau begitu sempurna Rengganis...
"Kau begitu indah...Dewi Sekar Mirah.."
"...percayalah aku akan menyayangimu melebihi siapapun..."
"Setelah aku memilikimu maka aku akan menjadi lelananging jagat yang seutuhnya..."
"..........
"...hahaha...hahahaha...."ucap Adipati begitu lepas begitu percaya diri.

Segera setelah itu Suryo Adipati langsung menidurkan Roro Inten dan cepat membentangkan kedua paha indah Roro.

Disusul kemudian wajah Adipati menyerbu bukit kemaluan Roro yang sangat menawan dengan sebaris liang sempit kemerahan di dalamnya.

Srruuuppp….srruuuppp...srruuuppp...

"nyammmm...nyammmm….hehehehe... nikmaaat tempikmuu sayanggg….
"ooohhh... merah basssah hangaat berdenyuut-denyuut…."
"...hmmmm... wanginyaaaa....aahhhh.."

srrrupppp

Suryo Adipati dengan buas menjilati tempik Roro Inten yang penuh dengan belukar jembutnya. Disibak rerimbunan jembut itu dengan lidah, bibir serta hidungnya yang besar.

Roro Inten pun tak mampu menahan diri. Erangan, rintihan dan sesekali pekik kenikmatan terdengar begitu merdu membuai sukma siapapun pria yang mendengarnya.

"Ooohh….kangmass....kangmasss Pujooo....!!!
'...
"ooohhhh tiddaaak...….!!!
"Aaaaaaahhhhhh…nikmatnyaaa kangmasss....!!

Erang dan pekik nikmat tak tertahankan keluar dari bibir Roro Inten.

Mendengar suara bak rintihan bidadari surga itu kontan membuat Suryo Adipati kian terpacu nafsunya hingga tembus ke ubun-ubun.

Dia yang memang piawai dalam merangsang wanita sejak lama segera saja melancarkan serangan bertubi-tubi.

"Aaaakkkhhh…!!
Roro Inten terus mengerang tak terkontrol manakala lidah panjang dan kasar Adipati terus menusuk liang cintanya yang berusaha bersembunyi di balik jembutnya yang indah membelukar.

"Hehehehe...lubangmu sudah begitu basah berlendir sayangku...
"...akan kusibak itilmu akan kubongkar rahasia di balik lubang surgamu nan sempit ini….
"aku sungguh penasaran..hahahahaha
Nyam….nyamm...

sruuupp...srrupppp...hhhemmmmm….nyammm….sruuuupppp…


Suryo Adipati begitu buas menjilati dan menyiksa alat vital Roro.

Roro dipaksa mengerang dan merintih serta sesekali menjerit histeris karena rasa nikmatnya yang begitu luar biasa dari lidah dan bibir jagoan penakluk para wanita ini.

"Aaaugghhh….tolonggg...hentikann.…hentikannn Kangmasss...!
"Ooohhhh….Kangmasss... !!!
"...ooohhhh....aaakuuuu...takkk kuaaaattt….
"...akuuu...takkk tahaaannn lagggii…!"
"....henn..hentikanlaahh...!!
"..aakkuhhh....!!

CREET...CREET... CREET…!!!!

"Roroo Kelluuarr.....Aaakhhhhhhh...!!!!!"

CREET…CRECEET...!!!!


Roro Inten melolong sambil kedua mata indahnya membelalak-belalak memandang ke arah selangkangannya dimana Suryo Adipati tengah dalam kesibukannya melahap organ vital kewanitaannya.

Ditatapnya wajah "suaminya" yang amat ia cintai ini dengan pandangan nanar penuh gairah dan penuh cinta tak terukur.

Kedua pahanya menjepit keras kepala Suryo Adipati sambil kedua tangannya meremas keras kepala "Nyoto".

Pinggul serta bokongnya yang besar putih mulus dan montok itu sontak mengejat2 dan terangkat berkali-kali seiring muncratnya air ejakulasi keluar begitu deras begitu nikmat dari lubang kencingnya.

CREET... CREET... CRECEET…!!!

"Oooougghh….aaakhhhh...kangmass Pujo...sayanggkuu..!!!!!…oooohhhh…!!!!"

CREET... CREET... CRECEET…!!!


Roro terus saja mengalami multi orgasme yang luar biasa. Air maninya bermuncratan bak air mancur akibat rangsangan pria pujaannya, Sunyoto Pujo Satmoko.

Tubuhnya yang putih seksi dan padat berisi terus menggelinjang didera nikmat klimaks yang luar biasa.

"Hehehehe….nikmat sekali airmu sayang...begitu lezat…!! Hahahaha
"Sungguh berbeda dari semua wanita yang pernah kucicipi... hehehe"
"Rasanya begitu gurih dan….seperti ada manis-manisnya…." Kata Adipati menirukan slogan salah satu produk air mineral itu

sruuppp...Sruuuppp...sruuuupppp….

Suryo Adipati terlihat begitu rakus menelan hampir semua air mani Roro Inten yang keluar akibat ejakulasi nikmatnya.

Setelah sekian menit Roro Inten tuntas memancut.

Nafasnya memburu dengan dada montoknya yang sebesar pepaya bergetar begitu mempesona.

Puting susunya telah mengacung keras maksimal pertanda nafsu seksualnya mencapai puncak hanya tinggal pelampiasan akhirnya saja.

Kedua pahanya terkangkang lebar-lebar seolah menunjukkan kepasrahan total dirinya akan gelombang nafsu birahi yang mengungkungnya erat.

Kelopak lubang alat kawinnya yang telah merekah maksimal nampak bergerinjal dan begitu indah memerah basah berdenyut denyut menandaskan keinginan si vagina untuk segera dimasuki serta dijejali oleh sebuah batang penis pria.

Dan satu-satunya penis yang ada bukan lain adalah penis Suryo Adipati yang sebesar ketimun Mawi asal Sulawesi.

Kontol Adipati memang istimewa. Hanya berjarak sejengkal saja dari pangkal paha Roro Inten kontol itu tegak ngaceng begitu besar kokoh penuh urat-urat jantan yang mengelilinginya.

Berwarna merah gelap kontol itu terus mengangguk-angguk dengan ukuran panjang mencapai lebih dari 20 cm.

Lendir rangsang tampak menetes-netes dari lubang kencing di kepala kontolnya yang mekrok bak jamur merang.

Sementara rimbun jembutnya yang begitu lebat mengelilinginya sehingga kian menampakkan pemandangan yang begitu jantan dan macho.

Kantong telurnya menggantung begitu besar menandakan gairah seksualnya yang tanpa batas dengan persediaan air mani luar biasa banyak siap disemprotkan ke dalam rahim Roro Inten.

"....ssshhh...aaahhhhh...kangmasss..."erang Roro Inten terdengar begitu manja begitu menggairahkan.

"Ada apa sayangku...? balas Adipati masih dengan seringai penuh kemenangan.

"Itu...besaar sekaliiih kangmass...."

"Apanya yang besar Nimas...? Pancing Suryo Adipati.

"Kon...kontol kamu...ahhhh..."
"...manukmu begitu gagah kangmass.."
"Roro penginnnn...."rintih Roro manja dengan mata nanar berbinar.

"Pengin apa sayang...? Katakanlah dengan jelas....hhmmm..."ucap Adipati masih dengan senyumnya. Adipati yang telah "berubah" menjadi sosok Nyoto di mata Roro Inten itu.

Dibelainya lembut wajah ayu Roro disusul erangannya tak tertahankan manakala jari jemari Roro Inten yang putih mulus begitu lembut dan lentik mengusap lonjoran batang kemaluan kerasnya.

"Roro pengin ngenthu...ngenthu kangmass..."
"Roro pengin dikenthu kontolmuu kangmasss...ssshhh aakhhh..."ucap Roro lirih dengan senyum tersipu begitu menggemaskan.

Tubuh telanjang Roro yang begitu molek menggeliat pelan begitu menggoda Suryo Adipati.

"Kau sungguh begitu jelita bila tanpa busana Rengganis.
"Susumu...pentilmuu...
"..pinggangmu...pinggulmu...
"...pantatmu….paha dan kaki indahmu….Oooohhh...sungguh anugrah Hyang Widhi yang begitu agung…" desah Adipati sambil memandang takjub ke arah tubuh bugil Roro Inten.

"Apalagi…...itu ooohhh tempikmu...alat vital kewanitaanmu yang siap untuk dikenthu dan dimasuki oleh kontolku nanti….
"Aakkhhh...begitu cantik tiada duanya...
"akkuuhhh...ooohhh Rengganiisss…!!!!

Croot..!! Crooot... CROOT…! Aaakhhh…!!

Tiba-tiba kontol kaku dan kekar Adipati yang sebesar penis kuda memancut air mani spermanya begitu kuat tak tertahankan.

Tubuh Suryo Adipati menggigil di saat proses pemompaan spermanya begitu nikmat.
Luar biasa …!
Apa yang sebenarnya terjadi..?

Ternyata keindahan tubuh dan kecantikan alat vital Roro Inten mampu membuat Suryo Adipati muncrat seketika tanpa harus dimasukkan.
Sungguh aura istimewa Roro Inten tergambar jelas di sini.

Masalahnya kalu pria lain pasti langsung lemas alias leroy. Tapi lain dengan Suryo Adipati yang bukan pria kaleng-kaleng.

Suryo Adipati terbiasa lelaku bertirakat untuk memperkuat kekuatan seksnya.
Tak heran ia mampu bersenggama dengan wanita hingga semalaman tanpa henti dan kelelahan.
Ditambah lagi air maninya seolah terus menerus ada dan seakan tak pernah habis. Luar biasa.

Dulu sewaktu muda ia terbiasa meniduri beberapa wanita sekaligus dalam semalam dan semuanya ia buat KO telak-telak.

Namun apakah hal itu akan ia lakukan kepada wanita jelita istri kesayangan Pujo ini...?

"Akhhhh...sshhh...luar biasa kau Dewi Sekar Mirah…
"Auramu mampu membuatku muncrat lebih dulu tanpa bersentuhan denganmu…
"Kupikir ini salah satu caramu membuat lelaki lain tak bisa sembarangan mengentotmu...hahhhh
"Tapi aku...Suryo Adipati.. keturunan Pangeran Ajibarang yang gagah perkasa.
"Konon beliau memiliki istri dan selir hingga 30 orang dan mampu menyenggamai mereka semua sekaligus dalam sehari semalam…
"Akupun tak berbeda jauh dengan dia…
"Aku...aku...akan menikmati keindahan dan nikmatnya dirimu dewiku….heheheheh…"ucap Adipati dengan terkekeh sementara kontolnya yang baru saja mengeluarkan pejuh seketika kembali mengeras ngaceng maksimal tanpa cela sedikitpun.

Roro Inten yang memandang nanar masih dengan senyuman malu penuh birahi saat melihat pria ini perlahan mendekat dengan batang kontolnya mengacung begitu besar begitu keras dan tampak gagah.

"A..aapaaa...yang aaakaann kauu lakukannn.. Kangmass…!?
Kata Roro Inten manja sambil berusaha beringsut mendekati Suryo Adipati.

Suryo Adipati tersenyum seraya menyentuh lembut dagu lancip Roro dengan jari telunjuk dan jempolnya yang besar dan kasar itu.

"Hehehehe...kau lihat itu sayangku. Kontolku sudah mengangguk-angguk sepertinya dia begitu gembira telah bertemu kekasihnya yang telah ada di depan mata...hahahaha...
"kau siap dewiku ?
"Kita akan memulai prosesi kenthuu nikmat kita ini hehehehehe…."ucap Suryo Adipati dengan penuh kemenangan.

Sementara Roro Inten balas menatap lalu jemari halusnya kembali meraba mengusap sedikit meremas batang kontol kekar Adipati.

Adipati sontak menengadah memejamkan matanya sambil mengerang merasakan nikmatnya kocokan jemari lembut Roro Inten di batang penisnya.

Hemmm...sruuupp…. srruuuppp….hmmmm...hemmmm...aaaassshhh…..!!!

Suryo Adipati langsung memeluk tubuh molek dan telanjang yang ada didepannya lalu didekapnya erat ke pelukannya.

Bibir kasarnya melumat habis bibir indah Roro Inten lalu dengan jitu berhasil menarik lidah Roro Inten keluar yang langsung ia telan dan dihisapnya lidah Roro dengan kuatnya.

"Ehhmmm….kang...masss….ooohhhh... Pujoooo….aakhh….ehmmmm….ehmmmm….
Desah mulut Roro terdengar samar manakala Suryo dengan buas melumat bibir itu dengan begitu menikmati.

Roro Inten yang tak kuasa menolak segera saja merelakan bibir dan area dalam mulutnya diobrak-abrik oleh lidah dan bibir kasar Suryo Adipati.

Sementara di Bagian sisi bawah tepatnya di pangkal paha Suryo Adipati mulai menyentuh-nyentuhkan kepala kontol besarnya yang telah tegak ngaceng ke bibir vagina Roro Inten dengan terlebih dahulu menyibak bukit jembut Roro yang indah membelukar itu.

Roro yang tahu perilaku Suryo Adipati seketika menjerit keras.

"Aaakhhhh...kangmass..kontolmuu..!!!
"...ooohhh...masukkannn...masukkkannn...manukmu Kangmass....aakhhh...!"


"Hehehehe...aku tidak dengar omonganmu sayangku...katakan yang jelasss cantik..!!!
seru Suryo Adipati sambil kali ini malah mulai menggesek-gesekkan kepala kontolnya ke bibir basah liang kawin Roro yang indah menggelambir itu. Ke atas ke bawah...begitu terus berulang-ulang

"NGENTOOOT....oohhh ngenttottttt....!!!
"....tempikkuuu penginnnn dienttottt kontol...!!
"....entttoot akuu kangmasss...entottt Rorooo pake kontooool....!"

Pekik Roro Inten setengah memelas ke arah Adipati

"Dasar betina...hehehehe..."
"...semakin kau bergerak dan merengek makin besar nafsuku untuk segera mengentotmu sayangku...hahahaha….
"Sekarang saatnya kutukan kamandanu lenyap untuk selamanya….!!!
Ucap lirih Suryo Adipati dengan penuh percaya diri. Senyumnya terkembang penuh sampai memperlihatkan giginya yang besar-besar.

"RASAKAN MANUKKUU….Dewi Sekar Mirah…!!!!..
"JEBOOOL TEMPIKMUUU...AMBLASSS KONTOLKUU...MUNCRAT PEJUKU…HAMILAAH DARI BENIHKUU DAN JADILAH IBU DARI ANAK-ANAKKUUU NANTI RENGGANIISSS….!!!!!
Suara Suryo Adipati terdengar begitu keras membahana saat ia spontan meremas kuat sepasang bongkah pantat montok Roro Inten dengan kesepuluh jarinya yang kekar.

"Aaaakkkhhh !! Kangmasss.... !!
"......!!!!!!!
Jerit
Roro bersamaan tarikan kuat telapak tangan Suryo Adipati di kedua bongkah pantatnya.

Kreepp,..nyuuuttt…

Diremasnya kuat lalu ditariknya bokong besar Roro ke arah selangkangannya sembari diayunkannya batang kaku kejantanannya keras-keras ke dalam kuntum rongga nikmat kewanitaan Roro Inten.

"TEMBUUUSSS….!!!!!!
Teriak Suryo Adipati begitu keras disusul sepersekian detik kemudian jerit Roro Inten

"AAAKKHHHH…!!! pekik Roro Inten nyaris berbarengan.

Sleep...kreeekk...kreeekk..sleeepp...BLESSSEEEK…!!!!

Aaarrgggh...!!! ...kangmasss...!!!
Ahaagghhhh...!!!!
Pekik Roro saat merasakan sebuah benda pejal, besar dan kaku menusuk keras lubang kemaluannya.
Mendesak liang kewanitaannya yang dipaksa meregang maksimal menyambut benda tak lain adalah kontol besar Adipati.

"Ahaagh... Kangmasss Pujooo….!!! man..manukmuu..manukmuu...ter..lalu besssaar...ahaaghhhh….tidddaakk mu...aatt !!!
"...aaarrgggh…!!
Pekik Roro sambil kedua mata indahnya mendelik memandang bilamana kontol kekar Suryo Adipati menghunjam lubang vaginanya.

Kedua tangannya yang lembut mulus berusaha menahan dada kekar Suryo yang terus berusaha mendesakkan penisnya dan kini sudah tertelan masuk di lubang vagina Roro hingga leher penis.

"AAAGGHHHHH…tempikkkk...tempikkkk....!!!!!"
Pekik nikmat Suryo Adipati membelalak-belalak dengan mulutnya menganga lebar merasakan kontol kaku dan kekarnya dijepit oleh dinding hangat nan sempit liang cinta Roro Inten yang memberinya rasa nikmat tiada terkira.

Tempik wanita jelita ini ternyata begitu peret begitu legit luar biasa...teramat nikmatnya.
Terasa begitu kuat menjepit serta meremas-remas batang penisnya.
Sungguh pengalaman bercinta dengan ratusan wanita di sepanjang hidupnya belum sekalipun ia merasakan vagina seenak ini.

"Aaarrgggh...Rengganiss...ennnnakkkk tenannn TEMPIKMUUU...begitu ciut... legiiiit !
"...Pereeet..! Rapeeeet….nikmaaat..!!!!
Aaarrgggh...terima kontolku lagiiii...dewikuuu…!!!

SLEEEEP... BLESSSEEEK…!!!


"AARRGHHH...!!!!
Kembali Suryo mendesakan kontol kekarnya lebih dalam.

"...aaauuughhh...Kon..kontolmuuhh...ahagghh..."
erang Roro saat merasakan batang kejantanan pria ini kian menembus di kedalaman alat vitalnya.

Sementara kedua tangan Adipati masih mencengkram menahan bokong padat dan indah Roro Inten lalu menarik ke arahnya keras-keras ke selangkangannya.

"Aarghhh...kangmass..manukmuuu....!!
"....ahaaghhh...!!

Roro Inten melolong merasakan liang cintanya dipaksa meregang ke tahap yang belum pernah ia alami sebelumnya.

Rasa linu yang semula sempat menyengat alat vitalnya pelan tapi pasti berubah menjadi rasa geli-geli nikmat yang makin menggila seiring daging kejantanan Suryo Adipati kian dalam menghujam keluar masuk liang cintanya..

"Hoohhh....hhhaaaahhhhhh....hahhhh..."Adipati mengerang penuh nikmat tak tertahankan saat pinggulnya mulai memompa liang seks Roro.

Kedua matanya mendelik dengan bibir menganga seiring pantatnya menggenjot selangkangan sang dewi bersamaan kontol kekarnya menembusi lubang tempik Roro tanpa henti.

"Ahaaghhhh...Kang...masss...!!!
"KON..TOOLLMUUU...…!!! "Ahaaghhh...bezzzaaarrrr sekaliiiihhh... ...!!
"aaarrghhhhhh…. penuuuhh...sesaakkk..!!
"Oooohhh... kangmasss….KON...KONTOLMUU...ahaaghh.." erang
Roro Inten sembari mengangkangkan kedua paha mulusnya selebar-lebarnya sedemikian rupa.

Sungguh besar derita nikmat akibat sumbatan kontol Adipati di liang nikmatnya.
Tanpa sadar Roro Inten menjerit di tengah jeratan seksual yang mencengkeram nalarnya dimana ia berkubang di dalam telaga birahi semu yang luar biasa nikmatnya.

Kedua tangan lentiknya hanya mampu meremasi dada si pria yang tengah menindih tubuhnya dan menggenjotkan kontolnya ke dalam tubuhnya merasakan surga dunia yang amit-amit nikmatnya.

Roro mengerang merintih merasakan nikmat hebat akibat gesekan daging kontol Suryo Adipati di liang cintanya.

Ia tak berusaha mengacuhkan rasa nikmat yang mengungkung dirinya karena pria yang menyetubuhinya saat ini adalah suaminya sendiri, Pujo yang sangat dicintainya. Bukankah demikian....

Sodokan daging kaku Suryo Adipati masih terus memberikan rangsangan luar biasa di sepanjang syaraf kenikmatan dalam lorong vaginanya.

Kian merasuk...kian keras...kian cepat batang kemaluannya menggenjot liang kewanitaannya membuat dinding vaginanya reflek melakukan reaksi yang wajar..

Semakin cepat penis besar itu menggesek dan menggilas semakin aktif pula liang cintanya meremas dan menjepit batang itu seakan tak ingin dilepaskan.

"Aaakhhh....aaaakhhh...aaakhhh..."
Tanpa disadari bokong bahenol Roro pun mulai terlihat mengegos naik turun seakan menimpali genjotan pantat kekar Adipati yang tengah memompakan kemaluannya keluar masuk di pangkal paha sang Dewi kahyangan.

Gerakan tubuh telanjang Roro yang spontan nan begitu seksi menggairahkan ini sontak membuat Adipati bagai melayang di awang-awang.

Adegan ini sontak membuat rambut panjang Roro Inten terurai begitu indahnya menambah gairahnya yang kian mendekati titik puncak.

Rasa geli nikmat akibat remasan dan jepitan liang cinta sang Dewi jelita ini betul-betul melenakannya.

"Hoohhh.....hahhhhh...hahhhh..!!!"

Mata Adipati mendelik-delik separuh memutih dengan air liur tampak menetes di sudut bibirnya merasakan jepitan daging kelamin si wanita begitu erat meremas kontolnya. Begitu kuat mengenyot batang pelinya.

"Ooooohhhh...Cantikkkk….!!!!!!
"Ooohhhh….Cantikkkk sekallliiii kauuu...Rengganisss....!!!
"Ooohh....TEMPIKMUUU...Sekar Mirahh…
"TEMPIKMUUU...ennnaaakkk..!!!!….
"....TEMPIKMUUU nikmaaattt…!! ".....TEMPIKMUUU...Rorooo…Intennn....."

Erang nikmat Suryo Adipati sembari tangannya masih meremasi bokong bulat Roro Inten.

Ia tarik...tarik bokong indah itu berkali-kali terus tanpa henti sambil ia sodokkan selangkangannya sendiri ke pangkal paha Roro Inten.

Ia genjot-genjotkan batang kontolnya ke atas ke bawah yang kini telah tertelan separuhnya di dalam tempik Roro Inten.

Sedangkan Roro terlihat masih terus "meladeni" genjotan pria gagah ini dengan tanpa sadar menaik turunkan bokong indahnya menyambut hunjamkan kontol Adipati.

"Aaahhhhh...kenthu....!!!
"....kenthuhhh aku kangmasss....!!
"...terusss...aaakhhh....aakhhh...."


Lendir dan busa putih nampak keluar berlelehan melumuri daging kontol berotot Suryo yang bak piston mobil keluar masuk membelah ke lubang kawin Roro Inten.

Kontol kekar berotot itu menyibak rimbun jembut sang dewi dan terus menerus bergerak amblas keluar masuk tanpa henti menembus legitnya tempik Roro Inten hingga separuh dengan ritme 3 kali sodok per detik.

Luar biasa….!!

SREEET...blesssss...SREEET... blesssss... SREEET…. blesssss

Bunyi kecipak kontol berurat kaku Suryo Adipati menghunjam dan menggenjot keluar masuk begitu gagah tanpa perlawanan ke dalam tempik Roro Inten menciptakan harmoni suara merdu mendayu bak orkestra surgawi. Dan itu sudah berlangsung setengah jam lebih non stop.

Sungguh luar biasa kekuatan Adipati.

Padahal dengan elastisitas vagina Roro yang senikmat bak Dewi kahyangan itu para pria normal paling hanya mampu bertahan sekejapan mata.

"Aahaaghhh...kangmasss.….!!!
"...ooohhh...kangmass...akuu..akuuhh tak kuaaat lagiii...."
"Ooohh.....kangmass..ooohhh....!!"

Rintih Roro tanpa henti seiring genjotan Adipati yang makin kuat bertenaga.

Perlahan tapi pasti rasa nikmat makin menggila di alat kelaminnya menuju proses pelepasan birahi mendekati pemuncak.

Sungguh pilu apa yang dialami Roro Inten.

Sebuah derita birahi yang teramat berat harus ditanggungnya sebagai wanita terhormat untuk menjaga kesucian dirinya dari siksaan keji berbalut birahi.

Kedua insan berlainan jenis yang sama-sama telanjang bulat ini masih terus saling berkawin saling bersenggama meski si wanita tak menyadarinya.

Roro Inten terlihat kali ini mengangkangkan paha montoknya lebar-lebar di tengah sodokan kontol gagah Suryo Adipati yang terus mengawininya tanpa jeda.

Sleep...sleep...sleeep....

Sedetik kemudian seiring hunjaman kontol Suryo Adipati yang ke sekian kalinya Roro Inten meraung keras menjerit-jerit histeris dengan badannya melengkung bak busur.

Pantatnya mengejat2 kuat lalu menghentak-hentak ke atas dalam tindihan tubuh kekar lawan mainnya itu.

Mata indahnya membelalak dengan mulut menganga takkala puncak persenggamaannya dengan Suryo Adipati berhasil ia capai.

Kedua tangannya memeluk erat punggung tegap si pejantan disusul bokongnya mengejat2 kuat serta tubuh moleknya mengejang-ngejang bak terkena ayan.

Pekik dan erangannya terdengar menyayat pilu tak mampu menahan rasa nikmat yang menyengat dahsyat di kedalaman liang kewanitaannya yang tengah tersumbat batang kontol gagah Adipati menggenjot tempiknya dalam-dalam begitu keras tanpa henti.
........
"Aaakhhhhhhh...!!!"

Suara lolongan histeris keluar bersamaan remasan kuat liang vaginanya menjepit keras melumat habis batang penis Adipati.

"Aaaooowwwwoooo…!!!!
Pekik
nikmat Suryo Adipati berganti keluar seiring jepitan liang cinta Roro Inten seakan meluluhlantakkan daging penisnya bersamaan klimaks Roro yang kesekian kalinya itu.

Nikmatnya sungguh tak terkira. Sepasang pria wanita yang tengah berkawin itu hanya mampu saling memekik sambil meremas bokong lawan.

Roro Inten meremas bokong kekar Suryo Adipati sedangkan Suryo sebaliknya meremas kuat pantat bahenol Roro Inten.
CREET CRECEET…!!!
"Aaaahhhhh….kangmasss....." Pekik Roro saat puncak klimaksnya kali ini diikuti muncratnya cairan squirt memancur keras
CREET....CRETTTT...

"...Akhhh....KELLUAAARR....!!
CREET....CRECET....

"...laggiii….aaahhh... lagggiiihh...!
".....ooohhhh.….!!!


Kenikmatan yang bersumber di dalam liang kewanitaannya membuatnya tak mampu menahan diri.
Saking hebatnya Roro Inten tak kuasa untuk tidak memeluk tubuh kekar Adipati yang menindihnya kuat.

Roro pun mengangkat pantatnya kuat-kuat menekan habis kemaluannya seakan berusaha melumat kejantanan pemerkosanya.

"Gaaaggghhhh....!!!!"

Hal demikian sontak membuat Adipati mengerang keras merasakan nikmat luar biasa di sekujur alat vitalnya.

Tubuh kekarnya menggigil seiring erangannya keluar begitu memilukan.

Suryo yang tahu Roro Inten tengah klimaks tak ingin menyia-nyiakan waktu.

Ia tindih tubuh indah itu dengan segenap badannya lalu ia hunjamkan seluruh kontolnya sampai tak tersisa ke dalam liang surgawi Roro Inten.

"Aaakhhh....TEMPIKKKKKKK…!!!
"Aaakhhhh Rengganiisss...!!!!!
Suryo
Adipati berteriak histeris sambil menekan batang kontolnya dalam-dalam sambil diremasnya kuat-kuat bokong bahenol Roro.

Suara Adipati terdengar bergetar bak tercekik di kerongkongannya akibat nafsu seksnya telah mencapai titik tertinggi sebagai pejantan kepada betina yang tengah dikawininya ini.

"Sshh...Hahhh...shhh...hahhh..."
......

"CIN..CINTAKUUHHH...."
........

"Ter..terrimalaahhh KON...TOLKUUU...Roroooo Intennnn....Sayangggkuu..
!!!!

Kreeekk... BLESSSEEEK…!

"Aauughh...!!!"

Suara erangan merdu Roro Inten terdengar bak tertikam sembilu manakala Suryo Adipati menghunjamkan seluruh batang kontolnya ke dalam tempiknya sampai kantong telur Adipati menempel ketat celah silitnya Roro Inten yang ikut basah berlumur lendir kawin keduanya.

Mata Adipati mendelik bak lepas dari rongganya. Wajahnya yang gagah dan angkuh menjadi sepucat mayat. Mulut ngiler ternganga lebar tapi tanpa suara terdengar sedikitpun.

Dia seolah lupa akan dIrinya saat merasakan nikmat surgawi tak tertahankan akibat pijatan dan remasan luar biasa liang vagina perempuan ini.

Dinding liat lubang tempik Roro Inten meremas-remas dan menghisap-hisap daging batang kontolnya dengan begitu kuat seakan-akan hendak meremukkannya sampai luluh.

Sungguh sebuah derita teramat nikmat tak terlukiskan yang baru ia aIami seumur hidupnya.
Istimewanya semuanya berlalu secara otomatis tanpa kendali Roro Inten karena Roro sendiri masih dalam kondisi setengah sadar.

Roro hanya mampu menganga lalu merintih keras dengan mata setengah memutih serta wajah memucat. Tubuhnya kembali mengejang kuat takkala puncak orgasme kembali ia dapatkan.
",Aaagghhhhh...."pekik Roro Inten tak tertahankan.

Di saat yang bersamaan pula, Suryo Adipati merasakan sukmanya lepas melayang terbang dan kini berada di Swargaloka nan permai.

Seumur hidup tak ada satupun wanita yang mampu menampung seluruh kontolnya dan memberinya rasa nikmat seperti ini

Sungguh teramat istimewa sosok wanita yang tengah disetubuhinya saat ini.

Selangkangan keduanya telah menyatu tanpa celah. Dinding perut Roro yang begitu rata, kencang dan putih mulus menempel ketat perut Adipati yang kasar dan kekar berisi.

Hanya nampak tersisa bulu jembut keduanya yang lebat membelukar menyatu dalam kesempurnaan seks.

Bibir Adipati yang tebal dan kasar kini nampak memagut kuat melumat bibir indah Roro Inten.

Roro yang didera klimaks hebat tak mampu bertahan dari serbuan ciuman liar sang bupati.

Keduanya saling memagut liar penuh birahi menggelegak dengan mata mereka terpejam erat seolah begitu meresapi lautan kenikmatan seks ini.
"Akhhh... kangmasss....aaaahhhhh" rintih Roro di kala lepas dr cumbuan panas "suaminya".

Jari jemari Suryo Adipati yang kekar meremasi rambut kepala Roro Inten yang telah terurai begitu lebat mempesona menyentuh hingga sebokong indahnya.

Sementara lidah kasarnya yang basah menjilati leher Roro yang putih mulus.
Jemarinya lantas turun ke balik punggung indah Roro. Lanjut meremas kuat pinggul besarnya hingga akhirnya bermuara di bongkahan pantat Roro yang bulat bahenol berikut sepasang paha indahnya yang padat berisi.

"Aaakhhh...akkhhh...akhhhh.."

Pantat bugil keduanya masih terus saling memompa satu sama lain. Saling menggenjotkan selangkangan masing-masing berusaha mengakhiri derita birahi yang begitu menyiksa.

Kantong telur besar Adipati bergetar keras tanpa henti seiring liang cinta peranakan Roro Inten terus menerus meremas, menjepit dan menyedot kuat batang kontol kekar dan kaku Sang Adipati.

Mulai ujung hingga dasar kontolnya yang telah tertelan sepenuhnya di dalam lubang seks Roro Inten yang memang berdaya hancur yang tada duanya.

"Ooohhhh....ooooooohhhhhh.....!!!!"

Erangan Adipati terdengar pasrah tiada putusnya tak kuasa menahan nikmatnya liang cinta Roro Inten yang tengah memberinya hidangan kenikmatan seksual yang tak pernah ia bayangkan sebelumnya.

Pantat besar nan indah Roro nampak mengejat halus beberapa kali diiringi cengkraman liang kemaluannya bergerak dengan sendirinya begitu dinamis begitu masiv meremasi kuat batang kejantanan sang Adipati.

Tak mau kalah Suryo Adipati terus menekan pinggulnya menggenjot kemaluan sang Dewi yang memberinya kenikmatan bak tiada akhir.

Itulah keistimewaan seorang Roro Inten yang tidak dimiliki perempuan lain di pelosok mayapada ini.

Telah berlalu satu jam keduanya mereguk prosesi persetubuhan yang teramat nikmat ini.

Suryo berharap ia segera muncrat seiring kantong telurnya yang besar menggantung bergetar keras. Sepertinya sebentar lagi air maninya yang menggunung siap meledak dalam letusan hebat melebihi klimaksnya dengan beratus wanita sebelumnya.

Sebuah klimaks yang akan menandai akhir derita kutukan yang telah menghantui dirinya selama ini. Akan tetapi…

Hanya tinggal sedikit lagi air maninya yang hendak ia letupkan ke dalam rahim Roro Inten mendadak seperti tertahan. Mampet tak bisa muncrat. Aneh sekali.

Suryo Adipati mengerang keras sambil menyodokkan kuat-kuat kontolnya ke dalam liang nikmat Roro Inten berharap maninya muncrat. Tapi sekali lagi tak ada yang keluar dari ujung penisnya.

Rasanya sungguh tak nyaman. Rasa nikmat geli luar biasa di kepala kontolnya tak mampu ia salurkan melalui ejakulasi.
Ia mengalami kegagalan ejakulasi. Kenapa bisa begitu…?!!!

"Akhhhh...tidaaakkk..!!!!
"Kenapa…!!! Kenapa tidak bisa muncrat…!!!???

Teriak Suryo begitu panik, marah sekaligus dongkol luar biasa.

Roro Inten yang telah pasrah terbaring dalam tubuh kemolekannya dengan nafas satu-satu terlihat begitu menggairahkannya namun sayangnya tak bisa ia pejuhi.

Padahal itu salah satu syarat utama sekaligus syarat akhir agar kutukan Kamandanu bisa tertolak.

Suryo Adipati yang mangkel setengah mati seketika mencabut kontolnya yang sedari tadi menyumbat liang kawin Roro Inten yang telah klimaks berkali-kali karenanya.

Ia mengocok keras kontolnya sendiri tepat di muka jelita Roro Inten dan….

Aarghhh…. crooot…. CROOT... Croot…!!!

Akhirnya meletuslah mani spermanya yang begitu banyak dan putih kental tepat menyirami sekujur muka ayu jelita hingga buah dada montok Roro Inten.

"Aaarghhh... Rengganiisss…. Sekar Mirah…!!!"

"Kamandanu keparat..!!!!"

"Akan kulumat istrimuuuu…!!!"


Tuntas berkata demikian Suryo Adipati langsung kembali menindih hendak menyenggamai Roro kembali tapi kali ini akibatnya justru lebih parah dan membuatnya kaget setengah mati.

Kontolnya mendadak lemas dan letoy terkulai tanpa tenaga.
Lemah lunglai bak pria impoten tak punya daya.
Wajah Suryo Adipati mendadak pucat bagai tak berdarah.

Perasaannya bercampur aduk. Marah, dongkol, takut dan panik menjadi satu.
Kontan ia beringsut mundur lalu terduduk tak jauh dari Roro Inten yang terkulai lemas dengan paha indahnya terbuka begitu merangsang birahi.
Tapi itu semua tak mampu membangkitkan nafsu Suryo Adipati.
Sungguh jauh berbeda dengan di awal mula.

Suryo Adipati duduk bersimpuh dalam hening lalu tiba-tiba ia mendatangi Roro Inten lalu menjambak rambut panjang indahnya sampai tergerai lepas dengan beringas serta wajah semerah saga.

"Keparat kau Sekar Mirah…!
"Kau hendak mempermainkan aku... Suryo Adipati..!
"Kali ini kau berhasil...tapi aku takkan menyerah…
"Pasti ada jalan aku akhirnya bisa memutus kutukan kamandanu…!

"....kakang Benowo….yah kakang Benowo…
"Hanya dia satu satunya yang bisa membantuku…..
"Cuiihhh…!
Suryo Adipati meludahi tubuh telanjang Roro Inten sambil berdiri.

Diambilnya pakaiannya kembali lalu diraihnya sebuah benda berbentuk keris dan dihunusnya.

Wuuuttt...slaappppp….

Sebuah sinar merah angker seketika menyeruak di dalam gua itu hingga menerangi hampir semua bagian dalam goa.

"SETAN ALASSS...!!!!"

Wuuut…


Di ayunkan keris pusakanya dari atas hingga ke bawah disusul selarik cahaya api bak kilat menyambar menebarkan hawa panas membakar.

Blaaarrr…!!!

Dinding gua bergoncang keras saat disambar sinar geledek dari keris pusaka Pulung Geni milik Pangeran Ajibarang itu.

Selang sekian menit kemudian tampak pemandangan nggegirisi terhampar jelas di muka.

Dinding dan lantai gua yang terbuat dari batu cadas sangat keras terlihat bagai terbelah dua sepanjang lorong gua hingga ke ujung kira-kira 10 meter.

Dari celah batu yang menganga tersambar api geledek keris itu masih mengeluarkan asap putih dengan bebatuan di dalamnya terlihat merah membara bak bara dalam tungku.

Sungguh mengerikan….!

Nafas Suryo Adipati nampak memburu seiring ia sarungkan kembali keris pusakanya itu.

Tak lama seseorang emban berusia lanjut yang tadi mendandani Roro Inten muncul dengan raut muka tegang.

"Mbok...kau bersihkan perempuan itu...cepat !

Si emban sepuh itu hendak bertanya tapi tatapan tajam dan angker Suryo Adipati menghilangkan nyalinya.
Mata cekungnya yang berkeriput memandang ke arah Roro Inten yang nampak terkulai lemah antara sadar dan tidak.

"Aku tidak boleh membuang-buang waktu. Besok aku harus berhasil menuntaskannya. Menumpahkan spermaku ke dalam rahimnya.
"Kalu tidak..!
"Semua akan sia-sia dan Freddy serta anak cucuku yang akan menanggung akibatnya..
"Jan Sontoloyoooo !!!!!
Maki Suryo Adipati sambil menengadah. Suaranya menggema keras di seluruh ruangan gua.

Sementara semburat sinaran Surya mulai menyibak ujung lazuardi di langit timur menandaskan perjuangan Suryo Adipati baru akan dimulai.

Akankah Suryo Adipati mampu memenuhi hajatnya dan memutus kutukan itu tepat pada waktunya…?

Lalu bagaimana dengan Nyoto…?





 
Terakhir diubah:



Istana Kebahagiaan
Sunyoto Pujo Satmoko
Jalan 🌈 di matamu, Trenggono
Banyumili Wetan
(tampak dari teras belakang)

"Aduuhh Ndoro Kakung...
"Duh Gusti Allah...matur nuwun Gusti…"ucap seorang ibu paruh baya bertubuh gemuk terbata-bata seraya menunduk hendak bersimpuh.

Namun sebelum dia sempat melakukannya sepasang tangan kekar itu menahan bahunya.

"Mbok Darmi…!
"..sudah mbok. Kenapa harus seperti ini mbok ? Sudah bangun…"ucap pria tampan kebapakan itu sambil memandang raut muka pelayan setianya ini yang tampak sedih dan gundah gulana.

"Ceritakan apa yang terjadi selama aku pergi Mbok…?
"Aku juga ingin tahu keberadaan istriku..dan keadaan anak-anak…? Tanya pria yang bukan lain adalah Nyoto.
Setelah menempuh perjalanan sekian waktu ia akhirnya sampai di rumah kebahagiaannya.

Perempuan setengah baya itu tampak tersedu menceritakan kejadian di dalam rumah selama kurang lebih hampir seminggu terakhir semenjak kepergian Nyoto.

Nyoto mendengarkan semuanya itu dengan seksama.
Beberapa kali ia nampak menarik nafas dalam kemudian menghembuskannya begitu berat.
Sepertinya ia bisa merasakan apa yang tengah dirasakan oleh pelayanannya ini.

Setelah sekian waktu Mbok Darmi selesai mengutarakan uneg-unegnya Nyoto terlihat menunduk.

"Jadi Mbak Tum sudah tidak bekerja di rumah lagi…? Tanya Nyoto seolah pada dirinya sendiri.

"Begitu Ndoro.
"Beberapa hari lalu Ndoro Putri marah besar pada Tuminah gara-gara soal itu..
"Saya sendiri ndak menduga kalu Ndoro Putri bakal semarah itu…
"Ndoro Putri sebenarnya ndak sampai bilang mau ngeluarkan Tum dari pekerjaannya...tapi...Tuminah sendiri yang merasa sangat bersalah, Ndoro Kakung.." ucap Mbok Darmi dengan suara lirih.

Sekian saat keduanya hanya diam membisu.

"Sudahlah kalu itu memang keinginannya sendiri Mbok.."sahut Nyoto kemudian menetralisir suasana.

"..Oya kalu anak-anakku...bagaimana kondisi mereka selama aku pergi Mbok…?

"Non Mawar sama Non Indah... baik-baik saja Ndoro. Cuma beberapa kali saya memergoki Ndoro Putri juga marah pada non berdua…"kata perempuan itu kembali dengan lirih.

Nyoto sesaat terdiam seolah ada yang ia pikirkan. Sembari menunduk ia merasakan sesuatu yang menyesakkan dadanya.
Apakah Roro tahu perihal "hubungannya" dengan Noor Anggraeni…?
Hmmm...entahlah.

"Ya sudah Mbok. Berarti mereka berdua masih sekolah seperti biasanya khan…? Tanya Nyoto yang dibalas anggukan kepala Mbok Darmi.

"Kalu istriku...berarti sudah semalaman belum pulang dari kediaman Bu Siti Sundari ya Mbok..? Tanya Nyoto sembari berdiri.

"Betul Ndoro.
"Kemaren Ndoro Putri dijemput sopirnya Bu Siti Sundari...dan sampai pagi ini belum pulang…"ujar mbok Darmi.

Kembali Nyoto terlihat merenung. Sesaat perasaannya yang peka serasa berdesir seolah menyiratkan sesuatu yang mencurigakan sekaligus membuatnya khawatir.

"Ya sudah Mbok…"kata Nyoto pelan kemudian bergegas berjalan ke kamar pribadinya.

Sesampainya di kamar pribadinya yang hampir seminggu ini tinggalkan perasaan Nyoto menjadi campur aduk.
Sedih, rindu dan gelisah menyeruak seketika di sanubarinya.

Kamar itu masih sama saat terakhir kali sebelum ia pergi.
Harum, bersih dan membawa aura yang sangat nyaman sekaligus betah untuk tinggal berlama-lama.

Perlahan Nyoto menghampiri ranjang peraduannya yang kelambunya setengah terbuka.
Ditatapnya ranjang lembut dengan sprei bermotif bunga mawar.

Sejenak Nyoto tampak tersenyum sendiri. Ia tahu persis kesukaan istrinya tercinta yang memang menggemari bunga mawar.

Diusapnya kain ranjangnya dengan lembut.
Perasaannya kembali bergejolak haru seolah mampu merasakan aura hangat yang seolah memancarkan kasih sayang istrinya tercinta dibaliknya.

Sesaat setelah rasa haru itu perlahan redup sepasang matanya membentur lemari kecil di samping ranjangnya.

Sebuah lemari yang notabene adalah tempat menyimpan barang-barang pribadi istrinya Roro Inten.

Sesaat ia memandang lemari kecil itu untuk beberapa lama sebelum sebuah kekuatan mendorongnya membuka lemari itu. Sebuah hal yang tidak pernah ia lakukan sebelumnya.

Kreek…..sreeet..

"...lemari ini tidak dikunci Nimas Roro…?" Pikir Nyoto.

Nyoto sendiri tidak paham apa yang membuatnya "lancang" membuka properti pribadi istrinya itu.
Seolah-olah ada yang membisikkan ke dalam pikirannya.

Sampai akhirnya ia menemukan sesuatu benda yang membuatnya terhenyak.

Sebuah CD wanita model g string tergeletak di dalamnya.
Nyoto mengernyitkan dahi saat memandangi CD itu.

"Celana ini...kenapa Nimas menaruhnya di sini…? Batinnya.

Ia mencoba melongok sisi lain laci almari sebelum pandangannya membentur secarik kertas yang terlipat rapi di sebelahnya.

Nyoto meraih kertas itu lalu dibukanya dengan perlahan.

Baris huruf, kata dan kalimat nampak memenuhi lembaran kertas itu.
Lekuk tulisan latin yang rapi dan indah itu jelas merupakan hasil coretan istrinya tercinta.
Tidak salah lagi, Roro Inten yang menulisnya.

Dengan rasa penasaran Nyoto pun membaca kata demi kata tulisan indah itu.

Menit demi menit sorot matanya tajam memperhatikan bait kalimat demi kalimat yang tertera di beberapa lembar kertas itu.

Hingga Nyoto tiba-tiba tertegun. Tangannya bergetar dengan raut muka mendadak berubah pilu.
Air mukanya berubah kuyu dan begitu sedih. Matanya terlihat berkaca lalu seiring desah lirihnya terdengar halus kertas itupun terlepas dari genggamannya.

"Nimas...Roro….ooohhh...nimas Roro ...nimassss...sayangkuuu...hahhhh…" desah pilu keluar dari bibir Nyoto bersamaan nafasnya terdengar begitu berat.

"Ternyata begitu dalam beban perasaanmu selama aku pergi Nimas.
"Kangmass...kangmas merasa bersalah kepadamu Nimas…
"Kangmas...memang bersalah Nimas…
"Maafkan aku Nimas….maafkan suamimu yang tidak jujur kepadamu…
"Ooohh...Nimas…."

Erang Nyoto terdengar begitu menyesakan dada.

Sungguh tak ada orang yang bakal percaya seorang Nyoto bisa begitu melankolis.

Kepalanya tertunduk sambil kedua tangannya meremasi kepalanya sendiri.

Setetes air mata nampak jatuh menimpa kertas putih nan suci itu menandakan perasaan Nyoto yang begitu bergejolak bak gelombang badai laut selatan.

Beberapa waktu lamanya Nyoto seolah terpekur dalam hipnotis ruang hatinya yang mendadak terasa begitu hampa.

=======

Sejenak kita tinggalkan Nyoto yang masih berusaha mencoba menenangkan kegelisahan hatinya.

Di waktu yang sama di dalam sebuah gua tempat Nyoto dikurung beberapa waktu lalu. Terlihat dua sosok berdiri berhadapan satu sama lain.

Satu sosok pria bertubuh tinggi tegap sedangkan di depannya berdiri seorang wanita bertubuh ramping semampai berambut panjang keemasan.

Percakapan keduanya terlihat berapi-api sebelum sebuah bentakan keras keluar dari mulut si lelaki disertai ayunan tangannya ke arah muka si wanita.

"Plaak..!!

"Aaakkhhhh…!!


"Noor…!
"Kau kuberi tugas untuk membujuk dan mencegah Nyoto turut campur sekarang malah kau lepaskan…?!
"Opo arep mbalelo karo aku...mas-mu dewe yang telah memberimu urip sing penak…?!
"...Kowe jan kakeane tenan….kalu bukan adikku dewe sudah dari tadi tak cabut nyawamu…!
"Saiki karepmu piye...Noor…!
"Jawab yang jelas...kalu tidak...aku ndak segan-segan lagi…! "Kata Adipati sambil bibirnya gemeretak menahan amarah meluap.

Sesaat kemudian ia meraih sesuatu dari pinggangnya. Sebuah keris yang masih tersimpan dalam sarungnya.
Jelas itu adalah keris pusaka Pulung Geni andalannya.

Entah apa yang hendak ia lakukan kepada Noor Anggraeni, adik kandungnya sendiri.

Kegagalannya menuntaskan ritual senggama kepada Roro Inten kian menambah buthek lan cupet pikiran Suryo Adipati.
(Kotor dan sempit.red).

Si wanita yang tengah tergolek di lantai gua sambil terisak tak langsung menjawab.

Perlahan ia menengadah lalu menatap pria yang berdiri di hadapannya ini. Wajah cantiknya yang menawan tampak sendu dengan pandang mata nanar dan berurai air mata.
Selarik kalimat lirih keluar dari bibir yang tampak bernoda merah darah akibat tamparan kakaknya ini.

"Kangmas Adipati…
"..aku..akuu ingin mengatakan sesuatu kepadamu.
"Aku ingin jujur kepadamu menurut kata hatiku.
"Ketahuilah Kangmas...kau tidak perlu meragukan kepercayaanmu padaku.
"Aku telah menjalankan apa yang kau inginkan sesuai kemampuanku…
"Bahwa Nyoto sudah kuperdaya sementara kau berusaha mendapatkan isterinya.
.....
"Bila kau gagal menuntaskan hajatmu kepada Roro Inten...itu bukan kesalahanku.
"Itu...murni kesalahanmu. Jadi tidak adil kalau kau menimpakan kekesalanmu padaku.
....
"Masalah Nyoto kubebaskan, itu juga bagian kesepakatanku dengan dirinya. "Mana aku tahu jika kau ternyata belum berhasil melakukannya kepada Roro Inten.
"Jadi sebagai adikmu...aku harap Kangmas Adipati juga bisa berlaku legowo.."kata Noor dengan mata berubah tajam menatap kakaknya.
(Lapang dada.red)

Suryo Adipati sejenak terdiam. Sepertinya ia mulai menyadari apa yang barusan dikatakan adiknya ini. Tapi benarkah demikian ?

Tangan Adipati tampak bergetar saat mengenggam hulu keris yang masih terselip di pinggangnya.

Lalu tiba-tiba ia menarik kerisnya disusul sebuah tiupan angin menyambar keras ke arah Noor Anggraeni.

Noor Anggraeni menjerit keras takkala sebuah hawa panas menyambar ke arah mukanya.

Wuussss…!!!

"Kangmassss…!! Aaarghhh…!!


Tubuh Noor Anggraeni terpental beberapa langkah sebelum membentur dinding gua. Suara lenguhan keras sontak keluar dari mulutnya.

Tubuhnya tergolek lemah di atas lantai dengan rambut riap-riapan berantakan tidak karuan.

"Tidak ada seorangpun yang bisa mendikte aku...Suryo Adipati…!
"Apa yang aku inginkan niscaya harus terlaksana sekalipun harus mengorbankan keluargaku sendiri…
.....
"Noor...kau harus berterimakasih padaku bahwa aku masih membiarkan kau hidup.
"Sekarang jelas kau tidak bisa kuandalkan untuk membantuku…
"Biarlah ini semua kutangani sendiri…" dengus Adipati sambil menyarungkan kembali keris pusakanya.

Sementara Noor Anggraeni yang tergeletak tak bergerak terlihat mulai bereaksi.
Tubuhnya mulai bergerak-gerak diiringi suara erangan lirih dari bibirnya.

"Ooohh... panas sekali wajahku…"tuturnya seraya bergetar.

Dirabanya sesaat wajahnya dan sebentar kemudian terdengarlah pekik histerisnya yang menyayat hati.

"Akhh…!!! Tiddaaakk…!! Wajahkuu..!!!
Kangmasss Adipati…!
"Apa yang telah kau perbuat padakuu..!!!


Pekik Noor kembali terdengar saat telapak tangannya yang lembut merasakan perubahan di kulit wajahnya.
Kulit wajah yang semula halus mulus terasa kasar, terkelupas dan perih bagai terkena luka bakar.

"Huk...hukk...hukkk..!!!

"Teganya kau Kangmas...
"....teganya kau menyakiti diriku...adikmu sendiri...hik...hikkk…!!
Seru Noor sambil terisak keras.

"Kau berikan aku hidup yang kedua kalinya dan aku...aku sangat bahagia karenanya.
"...tapi kini hanya demi ambisi dan hawa nafsumu...dirimu telah menghancurkan harapanku Kangmas…
"Aku menyesal...aku menyesal telah membantumu kalu akhirnya harus seperti ini Kangmas…hik...hikk..hikkk..
"Tak sadarkah dirimu bahwa semuanya ini sudah digariskan oleh Gusti Alloh... Kangmas..." lirih Noor masih dengan suara pilu sambil terisak.

Adipati memandang tak berkesip ke arah adiknya itu seraya membalikkan badan. Wajahnya terlihat membesi dengan seringai angker mewarnai disusul suara geraman kasar dari mulutnya.

"Terserah apa katamu Noor. Aku tak peduli.
"Keadaan yang memaksaku harus melakukan ini semua.
"...dan aku wajib berupaya melindungi keluargaku.
"Aku tak mau menyerah pada keadaan…!
"Aku Suryo Adipati !
.......
"...yang kupikirkan saat ini hanyalah keselamatan Freddy anakku.
"Sekarang atau tidak sama sekali....
"Cuma Kakang Benowo saat ini yang bisa membantuku…" kata Adipati lalu bergegas pergi meninggalkan Noor sendirian.

Noor Anggraeni menatap punggung kakaknya

"Kangmas Adipati...
"...kuharap kau segera sadar. Aku...aku tak mau kau menjadi korban karena...karena bagaimanapun kau adalah kakakku...keluargaku…
......
"Duh Gusti...hik..hikk..hikk…
"...kenapa semua harus seperti ini...kenapa keluargaku harus menerima semuanya ini…
"...apa...apa yang telah diperbuat leluhurku Gusti…?!..hik...hikk.."Isak tangis si wanita jelita ini penuh sesal.

Selang sekian ia hanyut dalam kesedihan dan kegalauan yang menyeret perasaannya ke jeram terjal penuh bebatuan mengikis relung hatinya.
Hingga akhirnya seutas bisikan tiba-tiba seolah merasuki gendang telinganya.

"...ooohh.. Roro Inten…!
"...jangan-jangan Kangmas Adipati ikut membawanya serta ke tempat Ki Benowo…!
"..aku..aku harus memberitahu Nyoto soal ini…
......
"...oh ya Mbakyu Sundari ! Hampir aku melupakannya.
"Mudah-mudahan tidak terjadi dengan dirinya. Seharusnya kemaren dia sudah tiba dari London.
"Aku harus pergi ke Paseban Ageng sekarang juga…!

Tak lama ia mengambil hapenya lalu sibuk mengetik sesuatu. Sepertinya ia tengah berusaha menghubungi seseorang.

Sebentar setelah semua selesai ia mengambil sehelai kain lalu ditutupnya sebagian wajahnya yang terasa panas dan perih.

Dengan sedikit tertatih Noor Anggraeni bergegas keluar dari gua.

Dilihatnya Matahari sudah setinggi tombak. Hatinya mendadak berdesir seolah menyiratkan kabar akan datangnya sebuah peristiwa besar yang akan terjadi hari ini
Sontak Noor Anggraeni mengangkat tangannya.

"Duh Gusti Alloh...hatiku berdebar keras. Gerangan apakah yang akan terjadi…?
"Duh Gusti...
"...lindungilah semuanya, Gusti.." ratap Noor dengan mata nanar menatap langit yang masih menyisakan bening air matanya.

========

Sementara di Istana Kebahagiaan, Nyoto yang masih terpekur dalam kekalutan hati di kamar pribadinya terlihat menengadahkan kepala.
Ia merasa ada yang mengganjal di hatinya sekaligus membuatnya khawatir.

"Nimas Roro,
"...hapenya tidak bisa dihubungi. Ibu Siti juga tidak aktif. Apa aku harus ke Paseban Ageng…?
"Hmmm...yah. Aku harus berangkat sekarang juga ke Paseban Ageng…" gumam Nyoto seraya beringsut berdiri.

Ia sudah membulatkan tekad untuk mencari tahu perihal istrinya tercinta.

Tak lama kemudian mobil Pajero hitam keluar dari teras rumah klasik nan megah itu lalu meluncur cepat ke arah Paseban Ageng.

Mobil yang ditumpangi Nyoto terus melaju cepat membelah jalan di siang hari yang terik itu.

Suasana jalan raya yang dipenuhi aktifitas para pekerja bertepatan jam istirahat kantor membuat para pengendara musti mengurangi laju kendaraannya.

Bertepatan dengan itu nampak keramaian di sebuah SMA negeri terkemuka di tengah kota, SMA Negeri 1 Banyumili.

Kerumunan para siswa terlihat memenuhi gerbang pintu utama sekolah tersebut membuat seorang dara cantik yang sejak tadi berdiri di samping sebuah VW Golf warna merah nampak kebingungan.

Kepalanya yang berambut panjang indah sepunggung nampak celingukan seperti ada yang ia tunggu-tunggu.

Beberapa kali ia menilik jam tangan Casio warna kuning yang melingkar manis di pergelangan tangannya sembari menggigit bibir beberapa kali.

Sebentar kemudian bibir tipis dan berwarna pink itu tersenyum manis melihat orang yang ia nanti akhirnya muncul dari balik keramaian siswa menuju ke arahnya.

"Kak Mawar, lama banget lu keluarnya. Hampir aja kulabrak kepala sekolahmu.."katanya setengah bersungut-sungut kepada seorang gadis yang hanya tersenyum mendengar perkataannya.

Keduanya bergegas masuk ke dalam sedan hatchback buatan Jerman itu lalu melaju perlahan menembus keramaian jalanan.

"Sorry Ndah.
"Tadi masih ada urusan yang belum kelar sama anak-anak club.." Tutur Mawar tenang sambil tersenyum geli.

Kedua tangan mungilnya nampak asyik memegang setir sementara adiknya Indah yang duduk di sampingnya hanya memandang sebentar lalu sibuk berkaca.

"Kak, aku di WA ma Mbok Darmi. Katanya papa barusan pulang dan sekarang ada di rumah…
"...hhuuuhhh..kangenn banget ma papa.
"Tapi sekaligus bikin jengkel setengah mati..
".....papa pulang diam-diam ndak kasih kabar.
"Gemesss bangeeet deh ma papa. Ntar aku jewer habis-habisan sesampainya di rumah...hehhh.."kata Indah sambil merengut sendiri.

Wajahnya yang cantik manis makin kyut saat ia menekuk wajahnya.

Mawar lagi-lagi hanya tersenyum geli sambil mengenggam lembut jemari tangan adiknya.

"Papa khan pulang pergi buat kerja say. Bukan buat hura-hura. Taulah kita sibuknya papa di kerjaannya. Kalu ntar papa kamu jewer kasihan dong…"jawab sang kakak.

"Iya gw tau Kak.
"Tapi...banyak yang terjadi di rumah selama papa pergi.
"Pokoknya papa musti terima hukuman. Ditambah lagi Mama juga belum pulang dari rumah Bunda…"balas Indah yang semula nampak berapi-api lalu terlihat murung.

Sejenak Mawar terdiam. Entah mengapa hatinya sontak berdetak keras manakala Indah menyebut soal mamanya.

Kembali perasaannya yang halus seolah memberikan sinyal akan sesuatu tak dimengertinya.
Hal ini sudah ia rasakan hampir seminggu ini.

Apa itu Mawar masih belum mampu menjawabnya. Tapi yang pasti perasaan ini membuatnya...tidak nyaman.

Tanpa sadar Mawar menekan pedal gasnya lebih dalam.
Mereka tak menyadari dalam sekejapan mata mobil yang mereka tumpangi berpapasan dengan sebuah SUV gagah berlabel Mitsubishi Pajero Sport Dakkar warna hitam yang tak asing lagi.

"Nimas Roro…
"...sebentar lagi aku sampe Nimas. "Aku...aku akan menjelaskan semuanya padamu...hehhh…
"Nimas Roro maafkan kangmas…"tutur lirih pria si pengemudi Pajero sport itu menatap tajam ke muka disusul sebuah mobil VW Golf merah melintas cepat ke arah berlawanan lalu menghilang dari balik spionnya.

Beberapa saat kemudian Mobil Pajero Sport Dakkar yang dikendarai Nyoto sudah sampai di pintu gerbang Paseban Ageng.

Tepat di saat Nyoto hendak berbelok memasuki area Paseban mendadak sebuah mobil SUV mewah lain yang bertitle Toyota Land Cruiser Turbo warna hijau tentara meluncur cepat keluar dari pintu gerbang.

Jendela sopir yang separuh terbuka memperlihatkan seraut muka pria berwajah keras berkacamata dan terlihat begitu familiar.

Pandang mata Nyoto yang tak sengaja sempat sekilas memperhatikannya sontak berhenti.
"...Suryo Adipati…."desisnya sambil bergetar menahan perasaannya yang seketika bergejolak.

Sorot matanya yang tajam melihat sesosok wanita lain di samping Adipati.

Hatinya seketika serasa berhenti berdegup manakala raut muka si wanita yang nampak hanya sepersekian detik itu mampir di ujung penglihatannya nan penghabisan sebelum kemudian kaca jendela mobil Toyota itu menutup perlahan.

"I..ituuu...Nimas Roroo…!!
Spontan seruan keluar dari mulutnya.

Tak butuh waktu lama Nyoto langsung membanting setir memutar mobilnya cepat mendadak diiringi suara klakson nyaring dari mobil-mobil di belakangnya.

Diiin...diinnn..!!!

Bruuummm…!


Nyoto bergegas berusaha mengejar mobil yang dinaiki Suryo Adipati itu dengan perasaan yang campur aduk tak karuan.

Mampukah Nyoto menyusul Suryo Adipati dan mendapatkan kembali istrinya tercinta..?

.........

Sementara drama kedua seteru itu baru di mulai nampak sebuah mobil Toyota Alphard warna putih memasuki area Paseban Ageng lalu berhenti di Balairung utama rumah dinas Bupati.

Satu sosok wanita bergaun berkerudung gelap dengan wajah tertutup masker nampak terburu-buru memasuki area utama.
Beberapa penjaga dan pelayan nampak menjura kepada sosok yang amat dikenali di seluruh Paseban Ageng itu.
Yah, siapa lagi kalu bukan Noor Anggraeni, adik kandung sang bupati Banyumili.

"Mbakyu...mbakyu Sundari…!

"Mbakyu...di mana kau mbakyuuu…?! Katanya setengah berseru sambil kebingungan ke sana kemari mencari kakak iparnya itu.

Sebentar kemudian sampailah Noor di area pribadi kediaman sang Adipati.
Langkahnya sontak terhenti dengan pandang mata terpaku menatap ke muka.

Tepat di hadapannya terlihat satu sosok wanita yang dikenalnya sebagai Siti Sundari, kakak iparnya tercinta terbaring di atas sofa. Matanya terpejam entah tidur entah pingsan.

Noor bergegas mendatangi sosok Sundari yang tengah terbaring itu lalu bersimpuh di sampingnya.
Digoyangkan tubuh Sundari berulangkali seakan ingin membangunkannya dari ketidaksadarannya.

Setelah sekian menit tak juga Sundari tersadar membuat Noor terhenyak sekaligus tersadar.
Ia menduga Siti Sundari terkena sirep / ajian penghilang kesadaran yang sengaja ditiupkan seseorang kepadanya. Memikirkan itu entah mengapa bayangan sosok kakaknya Suryo Adipati terlintas begitu saja di benaknya.

Noor mengambil sebuah botol kecil dari tas kecil di bahunya lalu dibukanya botol itu serta didekatkannya ke hidung Sundari.

Sekejap kemudian…

"Uhuk...uhukkk...ooohhh…!
Erang Sundari sambil terbatuk-batuk seketika tersadar setelah mencium aroma tajam dari botol kecil yang dibawa oleh Noor.

Wajah Noor yang hanya kelihatan separuh karena sebagian wajahnya tertutup kerudungnya beserta helai rambut serta masker itu menyiratkan sinar mata gembira begitu melihatnya tersadar.

"Akhh...di mana aku…? Akhh…"
erang Sundari perlahan berusaha mengembalikan kesadarannya kembali.

Beberapa kali ia memegangi kepalanya sendiri sambil menunduk.

"Kauu...siapa ? Tanya Sundari sesaat setelah pandang matanya menatap sosok wanita didepannya ini.

"Mbakyu Sundari...kau tak mengenaliku..? Tanya Noor sambil tersenyum di balik penutup wajahnya.

Ia merasa gembira dan haru melihat wanita paruh baya yang banyak menemaninya hidupnya serta menyayanginya dalam suka dan duka ini.

"Kau...Noor…?
"Kaukah Noor…?" Ucap Sundari sambil menatap tajam Noor sedangkan kedua tangannya memegang erat bahu Noor.

Namun hanya sekian detik tiba-tiba Sundari memekik kecil.

"Akh...Jeng Roro…!
"Jeng Roro…! Di mana Jeng Roro.. Noor..?! Seru Sundari sambil menggoyangkan bahu Noor lalu berdiri setengah sempoyongan.

Noor kontan memegangi kakak iparnya ini.

"Aku...aku tidak tahu Mbakyu. Aku juga baru tiba di Paseban.
"Memangnya Jeng Roro datang ke sini Mbakyu..? Tanya kembali Noor sambil menahan erat kakaknya ini.

"Akh...Noor...
"Noor...kebetulan sekali kau datang.
"Akuu...akuu ingin sekarang juga kau berkata jujur padaku…
"Mbakyu ingin kau mengatakan semuanya terus terang tentang hubunganmu dengan Nyoto...juga hubungan Kangmas Adipati dengan Jeng Roro…
.......
"Aku...akuu yakin kau tahu semuanya Noor..!!
"Katakan terus terang Noooor…!!! Tutur Sundari terlihat histeris sambil menatap Noor.

Raut muka Sundari nampak begitu tegang bercampur pilu.
Mukanya terlihat begitu memerah menahan gejolak perasaannya yang hendak meletup bagai magma gunung.

Kedua tangannya kembali meremasi lengan Noor lalu menggoyangkannya keras-keras hingga tubuh Noor ikut berguncang karenanya.

Noor Anggraeni tak tahan melihat reaksi kakaknya ini. Matanya yang bening nampak berkaca-kaca. Sepertinya inilah saatnya ia membuka rahasia yang telah ia pendam selama ini.

Ia merasa harus melakukannya demi kebaikan semua. Demi keselamatan keluarganya dan juga pria yang ia cintai. Meski ia sadar kakak iparnya bakalan marah besar kepadanya.

Dalam keterpanaannya sekejap di dalam relung hatinya ia berharap bahwa masalah ini akan selesai dengan baik.
Tapi apakah betul seperti yang ia harapkan…?

Setelah dirasa lebih tenang Sundaripun duduk di sofa seolah terpaku diam mendengarkan semua perkataan yang keluar dari bibir indah Noor Anggraeni.

Selang sekian menit berlalu terlihat bibir Siti Sundari bergemetak. Tubuhnya bergetar seolah berusaha menahan goncangan dalam dirinya.

Tangannya yang tersampir di tepian sofa mahal itu nampak meremas kuat kulit sofa tanpa sadar hingga sobek terkena kuku jarinya.

Disusul tiba-tiba sebuah lengkingan kuat keluar dari mulut Sundari.
Ia menubruk Noor Anggraeni sambil tangannya mencakar muka dan kepala Noor dengan histeris dan buas.

"Noor...noor...kowe jan binatang Noor....!!!
"tegel tenannn koweee Noooor…!!!! "Tegel tenannnn kowee maranggg akuuu Noor…!!!
"Matiooo…!!
"....matiooo waeee koweee nooorrr…!!!!
"Jerit histeris Sundari sambil berusaha mencabik-cabik muka dan rambut Noor.

Sementara Noor Anggraeni tak kalah histeris. Antara mempertahankan diri dan pasrah menerima "serangan" kakak iparnya.

"Mbakyuuu…!!!
Ampuuunnn... mbakyuuu..!!!
"Sadaar mbakyuuu…!!! Akhhhh..!! Mbakyuuu Sundariiii…!!! Akhhh…!!!

Pekik keras Noor Anggraeni menerima perlakuan kakaknya itu.

Sejenak keduanya bergumul keras hingga ke lantai ruangan yang terbuat dari marmer itu. Sampai akhirnya pekik jerit kesakitan Noor Anggraeni seiring cakaran Sundari mampir di wajahnya.

"Aaooghhh...sakiiit…!!!
Akkkhh…!!!
Jerit Noor sambil bergulingan di atas lantai.

Sementara Sundari yang "berhasil' melukai wajah targetnya sejenak terpaku. Di tangannya kini tergenggam kain masker penutup wajah Noor Anggraeni yang masih basah oleh noda darah dan koreng.

"Noor…"
desis Sundari sesaat setelah Noor perlahan menguasai diri.

Perlahan Noor Anggraeni berdiri di hadapan Siti Sundari sambil merintih keras menahan sakit dan perih yang mendera area wajahnya.

Rasa perih itu begitu bagai membakar kulitnya. Membuatnya sesaat meraung dalam pilu hatinya yang tak terkira.

"Noor...mukamu...mukamuuu…!!

"Siapa yang melakukannya Noor…??! Kata Sundari lirih sambil memandang tak berkesip ke arah Noor dalam jarak beberapa langkah.

Di depan Sundari kini terlihat satu sosok Noor Anggraeni berdiri tegak dengan muka terlihat jelas tanpa penutup lagi.

Rambutnya yang indah keemasan beriap-riap tertiup angin sepoi-sepoi yang berhembus masuk hingga ke dalam ruangan.
Tubuhnya yang hanya tertutup gaun sederhana memperlihatkan lekuk indah ragawinya nan molek.

Namun ada satu yang membuat orang spontan mengerenyitkan dahi dan memalingkan muka.

Muka jelita Noor yang semula begitu halus mulus tanpa noda nampak bernoda cela yang bisa dibilang begitu menyedihkan memilukan bahkan agak seram.

Kulit pipi sebelah kiri hingga pinggir mata kirinya seperti hangus terbakar dan mengelupas.
Meninggalkan noda darah mengering dan koreng yang sungguh tak sedap dipandang mata.

Untung mata kirinya masih berfungsi normal hingga Noor Anggraeni bisa melihat dengan jelas reaksi kakak iparnya akan kondisinya sekarang ini.

"Ini semua karena perbuatan Kangmas Adipati, Mbakyu.
"Aku berusaha mencegahnya untuk berbuat lebih gila lagi tapi ia gelap mata dan nekad melukaiku...hehhh…" kata Noor lirih sambil menahan perih yang mendera dirinya.

Sesaat Sundari hanyut akan kesedihan seolah ikut merasakan apa yang dialami adik iparnya ini.
Dengan rasa haru spontan menyeruak ia melihat sorot kesedihan Noor di mata Noor yang sembab oleh air mata.

"Aku...aku turut prihatin atas apa yang menimpamu Noor.
"Kangmas Adipati betul-betul sudah kelewat batas dan hilang kewarasannya...
"Tapi...tapi itu bukan berarti kau layak dan pantas untuk dimaafkan begitu saja Noor…"
"Aku kasihan kepadamu dan berharap kau segera sembuh dari lukamu ini…"kata Sundari lirih sambil menatap haru ke arah adik iparnya yang sebenarnya sangat ia kasihi ini.

"Sekarang jelas Kangmas Adipati mengincar Jeng Roro demi ambisinya yang...edan ora karuan…
"Aku harus menyusulnya segera ke tempat Ki Benowo…
"Syukur jika aku bisa menyadarkan dirinya dan membawa Jeng Roro kembali…"ucap Siti Sundari berusaha menyakinkan dirinya.

"Biarkan aku ikut denganmu Mbakyu…"kata Noor hendak mendatangi kakaknya tapi segera dicegah Sundari yang mengangkat tangannya ke arah Noor.

"Jauhi aku Noor...rak sah cedak-cedak aku.
"Saat ini aku tidak tahu bagaimana memperlakukanmu…
"Apa yang kukatakan padamu waktu itu masih berlaku Noor…
......
"Jika aku berhasil membawa Jeng Roro kembali kau harus minta maaf padanya dan kau harus meninggalkan Banyumili untuk seterusnya…
......
"Jika aku tidak berhasil membawa Jeng Roro kembali itu berarti...itu berarti aku sudah menjadi mayat.
"Camkan itu Noor…! Kata Sundari sambil melangkah pergi meninggalkan Noor yang terpaku mendengar perkataan Sundari.
(Jangan dekat-dekat.red)

"Mbakyuuu…!!!

"Mbakyuuu Sundariiii…!!!"
Pekik haru dan sedih memuncak dari bibirnya yang bergetar menahan pilu.
Sembari duduk bersimpuh ia menangis tersedu-sedu menatap kakaknya yang berjalan makin menjauh.

Seiring menghilangnya tubuh kakak iparnya dari balik dinding. Noor Anggraeni merasa tubuhnya lemas.
Tubuhnya yang memang sudah lelah ditambah pikirannya yang begitu berat oleh beban derita membuatnya oleng kemudian ambruk pingsan.

Sementara mobil BMW yang ditumpangi Siti Sundari perlahan keluar dari Paseban Ageng lalu berjalan membelah jalan menuju arah yang sama dituju oleh Suryo Adipati dan Nyoto. Sendang Wadas Lintang di lereng Perbukitan Alas Tua kediaman Ki Ageng Benowo.

"Pak Dalu, agak cepat sedikit Pak…"kata Sundari sambil matanya memandang ke muka. Raut muka cantiknya nampak terlihat cemas.

"Kangmas Adipati...tak kusangka ternyata kau tega berbuat sehina ini…
"Duh Gusti Alloh….tolonglah Siti Sundari... bantulah hamba...hik...hikkk.
....

"Mudah-mudahan aku bisa menyadarkan dirinya...sekaligus membawa Jeng Roro kembali kepada suaminya...hik..hikkk…"ucap Sundari dengan terisak lirih.

Tanpa disadari Sundari, Dalu terlihat memperhatikannya dari balik spion tengah lalu sebentar kemudian sebelah tangannya mengetikkan sesuatu di layar ponselnya.

(….ibu pergi ke rumah Ki Benowo…) kirim pesan WA ke nomor - Mas Freddy. Tik…!

Sebentar kemudian mobil mewah itu melaju cepat dengan sesekali melakukan aksi menyalip kendaraan di depannya dengan segudang asa memenuhi benak si empunya mobil, Siti Sundari.

=======

Sosok anak muda itu nampak mendengus keras sambil berdiri dari tempat duduknya. Dua orang gadis cantik berpakaian seksi yang semula berada di dekatnya kontan nyaris terjengkang ke belakang.

"Oh...kita belum selesai Om.
"Om Fred mau kemana…? Tanya seorang pria muda bertubuh jangkung bertopi dengan sedikit kaget.

"Ibuku pergi dengan Dalu ke rumah Ki Benowo.
"Aku mau menyusulnya karena ada hal penting yang ingin kusampaikan kepada Ibuku.
"Lagipula aku penasaran...buat apa dia pergi ke rumah pak tua itu…" kata Freddy sambil meraih jaket kulit kesayangannya.

"Nton...kau ikut aku.
"Van, kau pegang setir...cepat ! Lanjut Freddy sembari bergegas keluar dari ruangan.

Anton dan Ivan hanya saling melirik. Tak lama kemudian mobil Jeep Wrangler Rubicon warna hitam Freddy melesat cepat menuju ke arah timur. Tujuannya sama dengan yang hendak dituju Sundari, kediaman Ki Ageng Benowo.

======

Mawar dan Indah hanya terdiam saat Mbok Darmi pelayan setia mereka memberitahu bahwa papa mereka tidak berada di rumah. Sang papa kembali pergi entah kemana.

"Maaf Non,
"Mbok Darmi ndak tahu kemana Bapak perginya. Beliau ndak bilang mau kemana…"kata pelayan setengah baya bertubuh gemuk itu sambil sedikit menunduk.

Mawar nampak menunduk sedangkan Indah yang lebih spontan nampak merengut kesal.

"Iih...papa gitu deh. Giliran mau ketemu eh..ternyata sudah pergi lagi.
"Gimana sih papa...uuuhh…"rengut gadis cantik itu sambil menidurkan pantat bulatnya di atas sofa.

"Jadi papa belum lama ya Mbok perginya.
"Ehmm...sayangnya hape papa juga ndak bisa dihubungi…"keluh Mawar sambil mengutak-atik hape Oppo miliknya.

Sejenak suasana hening sebelum Mawar memecahkan kesunyian sambil mengenggam bahu Indah.

"Oya Ndah...papa khan sudah pergi. Kemungkinan besar papa masih ada urusan kantor penting hingga cuma mampir sebentar ke rumah.
"Gimana kalu kita ke rumah Bunda di Paseban Ageng untuk menjemput mama sekalian melihat-lihat keindahan Paseban Ageng…" ajak Mawar dengan mata berbinar-binar.

Indah yang semula tampak kesal berubah cerah.

"Oya kak. Itu ide bagus...
"...yuk kita jemput mama sekalian ketemuan sama Bunda. Kata Bunda, dia sudah bawa oleh-oleh buat kita berdua dari Inggris…"sahut Indah dengan muka berseri-seri.

Setelah pamit dengan Mbok Darmi kedua dara kakak beradik itu bergegas pergi menuju Paseban Ageng. VW Golf warna merah itu menderum pelan lalu meluncur cepat kembali ke arah kota.

Sesampainya di Paseban Ageng keduanya mendapatkan kenyataan bahwa orang yang mereka cari ternyata sudah pergi beberapa waktu yang lalu.
Kembali Mawar dan Indah terlihat merenung kecewa.

Mawar yang berperasaan halus kembali tertegun.
Entah kebetulan atau tidak ia menyadari beberapa kali keinginan mereka seperti tidak kesampaian tertahan oleh sesuatu yang sulit untuk dimengerti.

Mawar hanya mendesah halus. Info mengenai keberadaan mamanya tercinta juga masih belum jelas. Tak ada yang bisa mereka hubungi.
Hal ini membuat sang dara makin terlihat tertekan sekaligus mulai dihinggapi rasa khawatir yang makin memuncak.

"Ya sudah Bu.
"Kalu begitu kami mohon diri.
"Nanti bila beliau sudah pulang tolong sampaikan saja bahwa Mawar dan Indah sudah datang kemari.."kata Mawar kepada petugas front office.

Keduanya bergegas berjalan menuju arah parkir hendak pulang kembali ke Banyumili Wetan sebelum seseorang yang tak asing menyapa keduanya.

"Mawar...kamu Mawar khan ?
.......
"Putri sulungnya Jeng Roro.
"Kamu masih inget sama aku dik ? Katanya lirih sambil sebelah tangannya menutupi sebagian wajahnya.

Mawar dan Indah sontak menoleh dan dilihatnya satu sosok wanita muda berambut panjang keemasan berdiri tak jauh dari mereka.

Mawar yang mengenal sosok itu langsung berjalan cepat menghampiri lalu mencium tangan si wanita.

"Tante...!
"Tante Noor Anggraeni ya…!?
"Wah... kebetulan sekali ketemu sama Tante. Aku sama Indah mau ketemu sama Bunda sekalian jemput mama. Sayangnya mama sama Bunda sudah pergi dan para staf tidak tahu kemana mereka pergi.
"Hape mama dan Bunda juga tidak bisa dihubungi…"keluh Mawar dengan raut putus asa.

Noor Anggraeni yang kini telah membalut luka wajahnya dengan perban terlihat terdiam lalu menunduk.

Ada beberapa detik ia tak merespon ucapan sang dara.

"Kakakku dan mamamu memang sudah pergi sayang. Dan...mungkin tidak akan kembali dalam waktu dekat.
"Tapi...tapi jika kalian hendak menyusulnya dengan senang hati Tante akan mengantarkan kalian…"ucap Noor pada akhirnya.

Perkataan yang keluar dari bibirnya begitu lirih dan seperti bergetar seolah menyimpang kegelisahan yang tak tertahankan.

Sejenak Noor tersadar bahwa ia terlalu sembrono mengatakan itu kepada kedua gadis itu.

Ia seakan menyadari kemungkinan bahayanya jika mengajak kedua gadis itu ke tempat Ki Benowo. Tapi ia sudah terlanjur mengatakannya. Respon dari Mawar dan Indah ternyata mengejutkannya.

"Oh, boleh banget Tante.
"Tolong antarkan kami berdua ya…? Ucap Indah kemudian dengan bersemangat. Sementara sang kakak nampak mengangguk sambil tersenyum manis

"Iyah Tante, tolong antarkan kami berdua. Sudah sejak kemaren kami berdua sangat mengkhawatirkan mama...apalagi papa sudah kembali dari luar kota. Trus papa langsung pergi lagi entah kemana.
"Kami jadi tambah bingung apa yang terjadi…"ujar Mawar setengah merenung.

"...oohh..jadi papamu sudah kembali…?! " Kata Noor dengan mata membesar. Hatinya nampak berbunga-bunga mendengar Nyoto telah kembali.

Tapi ucapan terakhir sang dara kembali menyadarkannya bahwa ada sesuatu yang tidak beres.

"Ayolah cepat...kita menemui mamamu…! Ucap Noor kemudian.

"Kita pergi pake mobilku saja Tante…"kata Mawar yang dibalas anggukan kepala Noor Anggraeni.

Ketiganya nampak berjalan cepat menuju sedan VW milik Mawar yang tengah terparkir di sudut halaman.

Sejenak kemudian mobil VW itu berjalan keluar dari dalam Paseban Ageng.

Mawar yang memegang setir sementara Noor sebagai penunjuk jalan berada di sampingnya. Sedangkan Indah duduk di jok belakang.

"Pipinya kenapa Tante…?"tanya Indah kemudian.

"Ooohh...ini kena minyak goreng waktu Tante masak tumis kemaren…"sahut Noor sekenanya.

Sementara mobil yang ia tumpangi melesat cepat ke arah timur.

Tanpa diketahui oleh kedua dara adik beradik itu Noor tampak meremas kedua tangannya sendiri. Ia gelisah sekaligus mulai dihinggapi rasa takut akan keselamatan kedua dara remaja itu.

Tapi Noor yang telah mengenyam asam garam kehidupan sudah membulatkan tekad akan berusaha semampunya melindungi keduanya dari bahaya yang mengancam.

Ia siap memasrahkan dirinya.

Dengan semua yang telah ia alami rasa-rasanya tak ada yang perlu dikasihani darinya. Tak ada yang mengkhawatirkan dirinya.
Beda dengan kedua remaja yang kini semobil dengannya.

Noor bertekad akan melindungi keduanya semampu dirinya sekalipun nyawanya sendiri taruhannya.

Seiring desahan nafasnya yang begitu dalam dan berat salah satu mobil hot Hatch terbaik di Eropa itu membelah cepat keramaian lalu lintas.

======

Sementara di jalan lebar pinggiran kota terlihat kedua mobil SUV seolah saling kebut berusaha saling mendahului.

Satunya sebuah mobil Toyota Land Cruiser Turbo sementara sebuah Mitsubishi Pajero Sport tengah mengintip dengan hanya berselisih sekian meter saja dibelakangnya.

Suara derum knalpot nyaring terdengar disertai suara ban berdecit keras. Keduanya berusaha saling susul bak Collin McRae menunggangi mobil rally Subaru Impreza andalannya.

Keduanya saling pepet saling dempet dengan hampir saja sesekali bergesekan body satu sama lain.



Colin McRae with Subaru Impreza

Cieet…!! Bruuummm…!!!

"Si keparat Nyoto….!?
"....darimana ia bisa muncul tiba-tiba...hehhh..!!!
"Ini pasti ulah Noor….Sontoloyoooo…!!!
"...….haaahhh…!!!
Ucap sang pengemudi Land Cruiser penuh emosi meluap-luap.

Suryo Adipati yang menyadari Nyoto mengejarnya di belakangnya berusaha menghindar dengan bermanuver cepat.

Kedua mobil itu melaju demikian kencang melakukan aksi selap selip yang luar biasa gila di tengah lalu lalang truk bus dan sepeda motor yang melaju dari kedua arah.

Suara nyaring klakson silih berganti dari semua kendaraan bermotor yang terlibat dalam aksi stuntman kedua pria yang telah dipenuhi oleh hormon testosteron memuncak itu.
Apalagi saat kedua SUV yang sama-sama bermesin turbo itu bermanuver begitu ciamik sekaligus berbahaya.

Sungguh membuat jantung serasa berhenti berdetak bagi siapa saja yang sempat menyaksikannya.

Suryo Adipati yang memang piawai berkendara semenjak muda segera menyadari bahwa Nyoto ternyata luar biasa.

"Keparaaatt NYOTOOO…!
Rutuk Adipati sambil beberapa kali melihat kaca spionnya.

Sudah hampir seperempat jam ia berusaha melepaskan diri dari kejaran Nyoto namun sejauh ini Nyoto masih mampu menempel ketat dirinya.

Sekian menit berlalu mereka berdua sudah berada di jalan lintas antar kota antar propinsi yang cenderung lengang.

Dirasakannya sulit untuk menghindari kejaran Nyoto akhirnya setelah beberapa saat Adipati meminggirkan mobil ke sebuah area cukup luas dan sepi di tepian jalan. Disusul mobil Nyoto merangsek masuk.

Cieeet..!

Sraakkkk...!

Braak…!!


Dua sosok pria nyaris berbarengan keluar dari ruang kemudi masing-masing.

Keduanya sama-sama mengenakan setelan jas plus kaos di dalamnya hanya berbeda corak dan warna.

Keduanya berdiri tegap dalam jarak kira-kira 3 meter saling berhadapan dengan sorot mata menatap tajam satu sama lain.

Untuk beberapa saat keduanya hanya saling memandang seolah mengukur kemampuan masing-masing.

Baik Nyoto maupun Adipati sadar tak bisa sembarangan bertindak. Mereka sudah menyadari kekuatan kedua belah pihak.

"Hahahaha...dunia ternyata begitu sempitnya. Tak kuduga bisa ketemu Pak Nyoto yang terhormat. Sayangnya waktunya tidak tepat...bukankah begitu Pak Nyoto…?!
......
"Sampean tentu sudah merasakan nikmatnya meniduri adikku.
"Bagaimana rasanya Pak Nyoto... hehehehe…? Kata Adipati memancing reaksi Nyoto.

Nyoto terdiam tak langsung menanggapi perkataan rivalnya ini.
Ia hanya fokus pada sosok Roro Inten istrinya yang saat ini tengah berada di dalam mobil Adipati.

"Noor Anggraeni banyak membantuku. Apapun itu bukanlah keinginanku.
.......
"Suryo Adipati…untuk terakhir kali kuharap kau sadar diri dan serahkan istriku Nimas Roro padaku.
"...maka aku takkan memperpanjang masalah denganmu…" kata Nyoto dengan nada dingin.

Mendengar perkataan Nyoto membuat Suryo Adipati terdiam lalu lepas tawanya terbahak-bahak.

"Seumur-umur baru kali ini ada orang berani mengancamku. Mengancam Suryo Adipati...hahahaha…
"Pak Nyoto...Pak Nyoto….aku sebenarnya menyesali keputusanku tidak segera menghabisimu waktu itu.
"Aku tak mengira adik perempuanku ternyata jatuh hati kepadamu…
.......
"Sungguh aku telah teledor pada diriku sendiri.
"Tapi apa boleh buat nasi sudah menjadi bubur.
"Cepat atau lambat kaupun bakal menemui ajal di tanganku…"kata Adipati sambil berdiri kokoh.

Angin semilir berhembus cukup kencang di tengah terik Sang Surya yang sudah melewati waktu tengah hari.

"Aku tak mau bertele-tele lagi melayani omonganmu Suryo Adipati.
"Sekarang serahkan istriku dengan sukarela atau aku yang akan mengambilnya sendiri…"ancam Nyoto dengan nada tegas.

Suryo Adipati memandang seterunya ini dengan tatapan sinis. Sebentar kemudian terdengar suaranya membalas kata-kata Nyoto.

"Roro Inten Ayu Dewi Rengganis…hmmm..
"..ckckckck....istrimu sungguh sosok wanita luar biasa Pak Nyoto.
"Sungguh beruntung kau berhasil mengawininya...hehehe
"Akupun sudah merasakan nikmatnya istrimu...ooohhh
"Begitu peret...begitu legit...begitu nikmatnya...aaawwww...
"...sungguh kenikmatan itu masih begitu terasa membekas. Membuatku begitu ketagihan akan tubuh istrimu itu...hehehehe…"kata Suryo Adipati sambil kepalanya menengadah seraya memejamkan mata.

Lagaknya sungguh menyebalkan serta memancing emosi. Tapi bukan itu yang membuat Nyoto sontak meradang. Namun kalimat yang diucapkan sang bupati lah tak urung membuatnya naik pitam dengan muka begitu tegang penuh amarah.

"Apa...apa yang telah kau lakukan terhadap Nimas Roro, Adipati…!! Pekik Nyoto sambil tangan terkepal gigi gemeretak tubuh bergetar.

Suryo Adipati hanya terdiam lalu seutas senyum licik tersungging di bibir gelapnya.
Sambil mengusap dagunya yang lonjong dan kokoh ia kembali memandang Nyoto sambil berkata setengah mengejeknya.

"Aku telah menikmati jepitan liang tempik istrimu…
"Kugenjot alat kelaminnya dengan batang kontolku yang kaku...dan ooohhh…
"Rasanya begitu sedap begitu nikmat saat peliku dihisap-hisap dan diremas-remas dinding memeknya…
"Kusodok-sodok lubang kawin istrimu yang telah melahirkan anak-anakmu dengan begitu keras hampir semalaman...ooohh...
"....nikmatnya sungguh luar biasa Pak Nyoto...hehehehe
"...aku sungguh memimpikan waktu itu bisa terulang lagi...akuu…

Belum sempat Adipati menyelesaikan ucapannya sebuah teriakan nyaring terdengar keras seakan merobek langit disusul tiupan angin keras menyambar keras ke arah kepalanya.

"Keparaaatt kauuuu Adipati..!!! Mampussslahh...!!!!
…Hiyaaahhh...!!!!

Taaap….!!!


Sadarlah Adipati bahwa sebuah serangan dahsyat terarah padanya.
Suryo Adipati yang juga mahir olah kanuragan sontak bereaksi cepat namun ia terkejut karena serangan itu datang begitu cepatnya.

Hanya sepersekian detik ia melihat Nyoto meloncat terbang ke arahnya dengan ujung sepatu Nyoto tinggal setengah jengkal dari mukanya.

Raut muka Adipati terlihat begitu kaget melihat serangan cepat Nyoto.

Akankah Suryo Adipati harus merelakan nyawanya lebih awal di tangan Nyoto…?




 
Terakhir diubah:
"Aaakhhh…!"
teriak Adipati sambil berusaha mengelak dari terjangan tendangan Nyoto yang secepat kilat.

Sraaakk…!!

Tubuh Adipati sontak terjengkang beberapa langkah ke belakang sambil terhuyung.

Taaappp…!

Tubuh Nyoto yang barusan meloncat deras dengan sigap mendarat mantap kembali.

Angin semilir kembali berhembus seolah ikut mengamini laga yang sepertinya akan makin keras itu.

Nyoto berdiri tegap membelakangi Suryo lalu perlahan memutar badan. Dipandangnya sosok pria itu dengan tatapan penuh bara namun tetap waspada.

Tendangannya tadi sebenarnya sangat dahsyat dan rasanya tak mungkin dihindari. Ini membuatnya kian siaga bahwa lawannya kali ini bukan orang sembarangan.

Dilihatnya lawannya masih setengah membungkuk lalu berdiri tegap sambil mengusap dahinya.

"Hahhh…"
desah Suryo Adipati sambil memandang jemarinya yang bernoda darah. Ada rasa perih di pelipisnya. Terlihat pelipisnya kirinya sobek hingga beberapa senti.

Ternyata dalam kondisi terkejut Suryo Adipati masih mampu menyelamatkan kepalanya dari terjangan halilintar Nyoto.
Sungguh mengagumkan.

Namun hal itu justru membuat Suryo Adipati meradang.

"Sialan...kau Nyoto...
"Huh...boleh juga kau punya ilmu. Sekarang giliranku.."ucap Adipati sambil bersiap.

Kali ini ia loloskan jas yang ia pakai sambil kembali mendekat ke arah nyoto.

Keduanya bersiap pasang kuda-kuda dalam jarak serang. Dan…

"Kyaaaa…!!!

Wuuut…!

Dag...duggg...beeet...beeet ..!

Suryo Adipati melompat sambil melayangkan tendangan tak kalah cepat dan kuat dari serangan awal Nyoto tadi.

Nyoto yang kali ini sudah waspada tak kalah sigap menghindari terjangan Adipati dan sedetik kemudian kedua pria jawara itu terlibat dalam aksi saling pukul saling tendang bak adegan film box office.

Luar biasa..!

Orang yang mengenal keduanya tak bakal menyangka baik Nyoto maupun Adipati mampu saling serang begitu tertata namun sekaligus sangat berbahaya bila mengenai salah satunya.

Debu pasir berterbangan seiring gerakan cepat saling serang, tangkis dan elak yang diperagakan kedua sosok jagoan itu.

ILUSTRASI

Dwi tarung keduanya membuat adegan film terasa biasa-biasa saja terlebih setelah Adipati yang tak kunjung mendesak mulai mengerahkan tenaga dalam.

Sekian menit adegan laga dahsyat itu terdengar suara keras disertai lenguh kedua pria itu nyaris berbarengan.

Bughh…!!!

Uuhh..!! Aakhh…!!!


Sontak keduanya terhuyung mundur ke belakang sambil masing-masing memegang dada.

Ternyata pada saat bersamaan pukulan mereka berhasil mengenai tubuh lawan.

Rasanya sesaat begitu sesak berikut rasa nyeri menyengat hingga ke ulu hati.

Suryo Adipati meludah ke tanah sambil mengusap-usap dada kanannya yang kena hantam Nyoto.
Sementara Nyoto juga melakukan hal serupa. Sambil meringis kecil ia mencoba meredakan nyeri di dada kirinya.

Kembali keduanya pasang pose siaga siap menuju ke ronde ke 2.

Kali ini Suryo Adipati tak mau setengah-setengah lagi.

Menyadari musuhnya tak bisa dihadapi dengan tangan kosong ia mulai mengerahkan tenaga sakti.

Beberapa kali ia menarik nafas sambil mata terpejam. Kedua tangannya membentuk pola tertentu yang sontak langsung diperhatikan Nyoto dengan begitu waspada.

"Tak kusangka bupati satu ini ternyata menguasai tenaga dalam. Darimana ia menguasai olah kanuragan sehebat ini. Aku harus waspada…"batin Nyoto.

Tak butuh waktu lama Suryo Adipati langsung mengerahkan pukulan jarak jauh yang begitu mengejutkan Nyoto.

Mata Nyoto mendelik manakala ayunan tinju cepat Adipati dari jarak sekitar 4 meter mengarah ke dirinya.
Tidak terlihat apapun namun hawa panas menyengat yang dirasakan Nyoto mengarah begitu cepat ke arahnya membuat pria tampan ini memekik keras sebelum kemudian salto di udara beberapa kali disusul suara gelegar bagai ledakan granat menghantam sasaran susul menyusul.

Blaar…! Blaar…!!

Hiyaaat…!!

Mengetahui Nyoto mampu mengelak menghindari serangan tinju tenaga dalamnya membuat Suryo Adipati makin beringas dan gemas.
Ia melompat laiknya setengah terbang mengarah ke arah Nyoto.

Wuutt..!!! Wuutt..!!

Blaar..!...blarrr…!!


Suara dentuman beberapa kali terdengar nyaring​

ILUSTRASI


Nyoto terus berlompatan sambil bersalto di udara begitu tangkas sementara Adipati yang melompat bak terbang tak kalah garang.

Wuut..Blaar..!

Wuut..blaar…!

Nyoto yang terus mengelak hunjaman pukulan tenaga dalam terlihat kian terdesak di dekat bibir jurang terjal.

Hingga akhirnya…

Modaar…!!! Hiyaaat…!!!

Akkhh…!!!

Suara pekik Nyoto terdengar keras takkala pukulan yang dilayangkan Adipati sepertinya mengenai tubuhnya.

Tubuh Nyoto terpelanting beberapa meter lalu jatuh bergulingan di atas tanah kerakal.

"Huuuhh…"erang Nyoto terlihat tersungkur lalu meludah ke tanah.

Darah nampak keluar dari sudut bibirnya yang berdebu. Nyoto ternyata terluka dalam.

"Hahaha…"
"Sepandai-pandainya bajing loncat akhirnya kena juga…
"Harus kuakui anda luar biasa Pak Nyoto.
"Tak kusangka ada orang di Banyumili yang punya kemampuan seperti ini…" kata Adipati terlihat suportif memuji Nyoto sambil kembali bersiap.

"Huh...jangan senang dulu kau Adipati. "Kali ini aku sudah lebih siap. Silakan serang aku lagi.." ucap Nyoto lagi bersiap dengan kuda-kuda kokoh dengan tangan membentuk pola tertentu.

Nafasnya naik turun dengan cepat namun teratur sambil memejamkan mata.

"Kali ini kaupun tak bakal lolos dari ajian Tapak Bajra milikku Pak Nyoto.."ucap Adipati lirih namun dingin.

Matanya menyorot tajam ke arah Nyoto yang siap berdiri sambil kaki terpentang.

Kali ini Adipati akan mengerahkan satu ajian andalannya dengan tenaga penuh.

"Hemmmm..***rrrrghh…!!!
"Tapak Bajra…!!!! Kyaaaa…!!!
Seru Adipati dengan keras dengan mata menyorot dahsyat ke depan seraya mengayunkan tinju.

Selarik sinar kemerahan keluar bersamaan Adipati meloncat secepat kilat ke arah Nyoto. Kepalan tinjunya yang diselimuti cahaya kemerahan mengayun begitu cepat ke arah dada Nyoto tanpa ia berusaha mengelak.

Apa yang dilakukan Nyoto…??!!!

Wuut...bummmm…!!!

Suara lebih keras dari sebelumnya bak dentuman meriam terdengar keras manakala tinju Adipati tepat mengenai sasaran.

"Uuhhh…!!!

Tubuh Adipati justru terlihat terpental kembali ke belakang lalu tubuhnya terjajar beberapa langkah dengan raut muka kaget bukan main.

Tangannya terasa kebas dan begitu ngilu saat menghantam dada Nyoto.
Ia seperti menjotos dinding beton yang amat keras.

Pukulan Tapak Bajra yang sebenarnya mampu menghancurkan batu cadas gunung amat keras hingga hancur lebur seperti membal tertolak oleh kekuatan luar biasa dari tubuh Nyoto.

Belum selesai itu keterkejutan Adipati dalam sepersekian detik nafasnya terasa sesak.
Matanya sempat melihat sekilas Nyoto melompat terbang dari ketinggian ke arahnya lalu menebaskan tangannya yang sontak ditangkisnya.

Wuuut….kraaakkk...debuum !!!!

"Aaarghhh…!!!!!

Pekik Adipati yang seketika terduduk di tanah menahan hantaman tangan Nyoto.

Kedua tangan menyilang di atas kepalanya nampak bergetar keras seakan menahan beban begitu berat. Kedua kakinya menekuk sementara Nyoto yang tengah di atas angin nampak berusaha menekan.

Debu dan pasir dimana ia berpijak kontan berterbangan ditiup hawa pukulan Nyoto begitu hebat bak tersapu topan.

"Uuhhh...kaauu...kauuu...siaaalll…arrggh…!
Erang Adipati menyeringai berusaha sekuat tenaga menahan beban serangan Nyoto.

Nyoto pun tak tinggal diam. Kedua kakinya yang bebas sontak bereaksi cepat.

Wuut…!!

Tendangan Nyoto secara ajaib mampu dielakkan Adipati. Namun sayangnya beberapa jurus berikutnya Adipati begitu kerepotan mengelak terjangan tendangan Nyoto yang luar biasa.

Buughh..!! Buugh..!! Gaaghh…!!!

Dua tendangan Nyoto telak mengenai muka dan rusuk Adipati membuatnya tubuhnya terlontar bagai daun ketiup angin diiringi suara pekik kesakitan.

Sraaak…!!!

Tubuh Adipati terlihat tersungkur di atas tanah berdebu.
Ada sekian detik Adipati tak jua bangun sebelum jari jemari tangannya perlahan bergerak pelan. Suara lirih terdengar samar dari sosok tersebut.

Nyoto menghentikan serangannya sambil memperhatikan Adipati dengan waspada. Sementara ujung matanya beberapa kali mengawasi sosok istrinya yang masih berada di dalam mobil Adipati.

"Uhh...bangsaat…!
"Siaaallannn...kau Nyoto…!
"Darimana kau menguasai ajian Lindu Aji itu…?
"Apa hubunganmu dengan Ki Ageng Wujil…?! Ucap Adipati tampak tertatih sambil berusaha berdiri tegap.

Terlihat ia meringis menahan sakit di beberapa bagian tubuhnya yang barusan terkena tendangan Nyoto.

Nyoto diam tidak segera membalas pertanyaan rivalnya itu. Ia sendiri tertegun Suryo Adipati ternyata mengenali sosok gurunya yang dulu lebih suka dipanggil oleh murid-murid kesayangannya termasuk Nyoto dengan sebutan Eyang Kakung atau Simbah Kakung.

"Beliau adalah guruku…."jawab singkat Nyoto sambil kembali bersiap menatap lawannya.

Mendengar perkataan Nyoto sontak air muka Suryo Adipati berubah drastis. Dari pengalamannya melalang buana mencari ilmu kanuragan ia mendengar akan seorang sakti bernama Ki Ageng Wujil.

Dulu sewaktu muda ia sempat akan mencari sosok tersebut untuk menimba ilmu. Namun ia tidak berhasil menemukan orang sakti itu.

Ki Ageng Benowo lah yang kemudian akhirnya menjadi gurunya.

Dari Ki Ageng Benowo dia mengetahui sedikit-banyak mengenai sosok Ki Ageng Wujil yang selama ini dianggapnya hanyalah sosok dongeng semata.

Waktu seakan berhenti berjalan sebelum dengan perlahan Suryo Adipati mulai pasang kuda-kuda kembali.

Sambil memandang awas ke arah Nyoto, Adipati terlihat meraba sesuatu di balik pinggangnya. Sepertinya ia akan berusaha menyelesaikan pertempuran ini secepatnya.
Tak ada jalan lain baginya kecuali menghunus pusaka andalannya, Keris Pulung Geni yang sangat menakutkan.

Apakah Nyoto menyadari bahwa Suryo Adipati betul-betul berniat akan menghabisinya…?

Sementara laga kedua pria hebat itu mulai menginjak babak berikutnya terlihat 3 buah mobil yang entah secara kebetulan menuju ke arah yang sama dengan lokasi pertempuran Nyoto dan Suryo Adipati.

Pertama yang paling dekat adalah sebuah mobil sedan mewah BMW seri 7 yang ditumpangi Siti Sundari plus sopir Dalu.

Kemudian dibelakangnya dalam jarak sekitar setengah jam sebuah Jeep Wrangler Rubicon warna hitam dengan keempat rodanya dibalut ban 32 BF Goodrich KM melaju tak kalah cepat.

Tiga orang pria terlihat di dalamnya. Ivan si anak basket memegang setir dengan Freddy Umbara si most wanted guy on Banyumili berada di sebelahnya. Sedangkan owner Antony Motor alias Anton duduk dibelakangnya.

Terakhir cukup jauh dibelakang sebuah VW Golf warna merah terlihat melaju dengan kecepatan sedang.

"Tante Noor, sekarang kita sudah keluar dari Kota Banyumili.
"Berapa lama lagi kira2 kita sampe ke tujuan Tante...? Tanya Mawar sambil sepintas melirik ke samping.
Noor tak segera menjawab lalu hanya tersenyum menoleh ke arah Mawar.

"Masih lumayan jauh Dik. Lurus saja ikuti jalan besar. Nanti Tante kasih tahu kalu sudah dekat.
"Soal berapa lama sampenya ?
"...hmm, kalu dengan kecepatan segini sih bisa lebih dari 2 jam lagi kita baru sampe. Kecuali kalu adik mau lebih kenceng lagi...
"...mungkin lebih cepat…"sahut Noor Anggraeni memancing sambil bergaya bak orang lagi berpikir.

Mendengar perkataan Noor itu membuat Mawar justru terpacu. Tak ayal tapak kakinya yang putih lembut dan imut itu menginjak pedal gas lebih dalam.

"Eiit Kak…!
"Lihat penumpangnya dulu dong kalu mau ngebut !
"....khan gw masih minum. Basah deh bajuku.."rutuk Indah setengah berseru yang berada di jok belakang.

"Eh...sorry Ndah...hehehe
"Habisnya dari tadi gak ada suara dari belakang. Kirain ndak ada orang…
"...biar lebih cepet sampe semua pegangan ya.
"Hold on everyone..!
Ucap sang dara setengah berseru lalu kembali menginjak gas lebih dalam.

Noor yang melihat keakraban kakak beradik itu hanya tersenyum geli. Sekilas terbayang wajah kakak iparnya, Siti Sundari.

"Mbakyu…."desisnya lirih dengan perasaan sedih yang mendalam.

Entah apa yang akan terjadi saat bertemu kakaknya nanti. Ia tak mampu membayangkannya.

Sementara mobil VW Golf yang mereka kendarai makin melaju cepat.

"Wooeengg…!

-----------

Nyoto memandang tak berkesip ke arah Adipati utamanya ke sosok sebuah keris yang kini berada dalam genggaman Adipati.

Keris Pulung Geni telah keluar dari warangkanya dan sepertinya dia akan meminta tumbal.

Apakah Nyoto yang harus tewas oleh keris pusaka itu ?

Nyoto tahu keris itu membawa kekuatan tak main-main. Indra batinnya mampu merasakan aura maut nan kejam dari balik pusaka itu.

"Keris yang mengerikan.
"Darimana Adipati mempunyai keris seperti itu.
"Kata eyang...dulu semasa kejayaan Karang Taruna ada sebuah keris pusaka andalan prabu kamandanu yang sangat terkenal yang mirip dengan yang kulihat sekarang. Keris Pulung Geni. Tapi kenapa hawanya begitu terasa sesat dan sadis.
"Bukankah Prabu kamandanu sosok raja yang berbudi luhur, berwibawa sekaligus bijaksana
…"batin Nyoto.

Hanya sesaat selesai ia membatin hawa panas terhampar di sekitarnya takkala Adipati mengangkat tangannya ke atas.

Keris maut itu akan bereaksi sebentar lagi.

Dan benar saja seiring teriakan keras Adipati membahana selarik sinar merah bak lidah api menyambar begitu cepat ke arah Nyoto.

Nyoto mendelik sebelum disusul teriakannya merobek langit. Tubuhnya bersalto tinggi ke udara sementara lidah api itu menyambar hanya sekian jengkal di tempatnya semula berpijak.

Kyaaaa....!!!!

Buuummmmm...!!!!!


Gelegar dentuman bak meriam memekakkan telinga.

Debu beterbangan pasir berhamburan menutupi area cukup luas hingga menutupi kedua mobil yang tadi ditumpangi Nyoto dan Adipati.

Nyoto mendarat sigap meski tak urung tubuhnya bergetar keras dengan dada serasa bergoncang.

Sesaat setelah udara kembali jernih. Nampak sebuah lubang yang cukup lebar tampak menganga dengan dasarnya terlihat gosong menghitam.

Sungguh dahsyat dan mengerikan !

Nyoto tampak berkeringat dingin melihat akibat yang ditimbulkannya.

"Keris luar biasa…!
"Bagaimana mungkin orang seperti Adipati bisa mendapatkannya. Sungguh berbahaya bila dia memakainya untuk mencelakai orang lain.
"Aku harus waspada penuh.."lirih Nyoto.

Ia tahu betapa berbahayanya keris di tangan Adipati. Ia kini bersiap menghadapi serangan Adipati berikutnya.

"Hahaha...Pak Nyoto, bagaimana ?!
"Kau harusnya bangga bisa melihat kehebatan Keris Pulung Geni dan berhak mati ditangannya…"ucap Adipati dengan jumawa.

Ia yakin kali ini sehebat apapun ilmu lawannya tak sebanding dengan kedahsyatan kerisnya.

Dan benar saja, sekian detik kemudian kembali Adipati melayangkan kerisnya. Kali ini dibarengi tubuhnya yang melesat setengah terbang dengan cepat ke arah Nyoto.

Dua teriakan keras nyaris bersamaan seolah mengguncang langit disertai angin kencang menyapu bak topan disertai hawa panas menghampar di area tegalan itu.

Wuuuttt...!!!!! Blaaaarr...!!!!!!

Wuuuttt....!!!!!! Blaaarrrr...!!!!!


Suara keras bak angin ribut diselingi suara dentuman susul menyusul ditimpali sayup-sayup suara teriakan kedua pria luar biasa itu begitu terasa keras terbawa angin bahkan hingga mampir ke telinga seseorang di dalam sebuah mobil yang berada tak jauh lagi dari gelanggang pertarungan itu.

Sosok itu adalah Siti Sundari yang tengah harap-harap cemas akan nasib orang-orang yang disayanginya. Roro Inten, Nyoto, suaminya Suryo Adipati bahkan nyawanya sendiri.

Kaca jendela yang dibiarkan terbuka membuat ia melihat dari kejauhan. Debu dan angin berhembus begitu kencang tiba-tiba. Padahal beberapa menit sebelumnya tidak seperti ini.
Untuk sesaat dadanya berdebar keras. Ia seperti merasakan sebuah firasat buruk. Entah apa yang akan terjadi.

"Pak Dalu, hati-hati pak…
"...kenapa mendadak ada badai debu seperti ini..?! Ujar Sundari.

"Saya juga ndak tahu saya Bu…"sahut sopir Dalu sambil celingak-celinguk.

Sundari tak menyadari sekian menit lagi mereka akan bersua dengan dua orang yang mereka cari.

Kilatan api sinar merah dari Keris Pulung Geni berputar-putar bergulung-gulung sesekali menyambar bak cambuk halilintar menimbulkan suara yang menggetarkan jantung.

Nyoto meningkatkan kekuatannya hingga ke titik puncak berusaha menghindari sambarannya yang begitu cepat dan dahsyat.

Tubuh keduanya berlompatan ke sana kemari dengan sosok Adipati bergerak agresif mengejar Nyoto yang makin terdesak.

Modaar….!!! Teriak Adipati sambil mengayunkan tangannya.

"Hiyaaat….!!! Teriak Nyoto terakhir kalinya.

Buummm…!!!

Argghhh…!!!
Pekik Nyoto sambil tubuhnya melayang jatuh.

Apakah ia terkena sambaran geledek sinar api keris pusaka itu ?

Sesaat debu kembali beterbangan menutupi pandangan seluas hampir hampir 1 hektar itu.

"Hahahaha…. Pak Nyoto !
"Kuakui anda sangat tangguh. Seumur hidupku baru kali ini aku mengerahkan sepenuh kekuatan…"
"Sayangnya ini juga saat terakhirmu…
"Kau ada permintaan terakhir...hehehe ..?! Ucap Adipati sambil terkekeh.

Apa yang dikatakan Adipati sepertinya benar adanya.

Berkelit terus membuat tenaga Nyoto terkuras sementara Adipati terbantu oleh kekuatan keris itu sehingga tidak terlalu menguras tenaganya seperti halnya Nyoto.

Nyoto setengah terbungkuk sambil memegang bahu kirinya yang menghitam mengerikan tersambar sinar geledek keris itu.

"Hoh..hahhh...ahhh...keris...keris itu…
"Ragaku yang dilindungi aji Lindu aji bahkan tak mampu menahannya..
"Apakah aku harus mati di tangannya..?
Ujar lirih Nyoto dengan nafas memburu.

"akh...tidaak…!
"Aku...aku tidak boleh mati saat ini....
"Keselamatan Nimas Roro tidak bisa ditawar-tawar lagi.
"Apapun yang terjadi aku harus bisa membawa Roro pergi secepatnya…
"Aku harus cari akal…" kata Nyoto lagi sambil menatap ke sekeliling berusaha mencari jalan keluar.

Sementara Adipati yang merasa berada di atas angin tampak menyeringai lalu tertawa lepas.

Kini hanya tinggal menghitung detik-detik rivalnya itu mampus di tangannya sehingga ia bisa segera cepat melangsungkan hajatnya yang tertunda terhadap Roro Inten.

Nyoto yang merasa tenaganya telah terkuras banyak hanya mampu menghindar semampunya dari serangan Adipati.

Hingga akhirnya Nyoto kembali terpental terkena hawa ledakan keris pusaka Adipati.

Bersamaan dengan itu mendadak suara teriakan wanita yang tak asing lagi di telinga mereka seolah meredam pertarungan seru keduanya untuk sesaat.

"Kangmas Adipati…!

"Berhenti Kangmas…!!!


Sontak Adipati menoleh ke asal suara sambil tersentak kaget. Dilihatnya Siti Sundari setengah berlari ke arahnya sambil berteriak histeris.

Adipati sesaat hanya bisa mematung manakala Sundari mengenggam erat lengannya sambil berusaha menarik tubuh besar suaminya.

"Kangmass...kangmass Adipati...
"....sudahlah Kangmas.
"Hentikan semuanya ini...tak ada gunanya kau melakukan semuanya Kangmas....
"....Noor telah menceritakan semuanya padaku Kangmas…
"Sudahilah semua kegilaan ini…
"Kumohon...kangmas...sebagai istrimu yang telah melahirkan anakmu..
"....kumohon padamu kangmas...
"....jangan kau sakiti Pak Nyoto dan istrinya…hik..hiikk..hiikk..!!

Ucap Sundari keras sambil tak kuasa menahan tangis.

"Kembalikan Jeng Roro kepada suaminya Kangmas lalu pulanglah bersamaku ke Banyumili…
......
"Apapun itu sudah digariskan Yang Maha Kuasa Kangmas…
"Kita...kita jangan melawan takdir apalagi dengan cara menyakiti orang lain…
"... berdoalah bersamaku Kangmas. Nyuwun marang Gusti Alloh agar kita dijauhkan dari marabahaya…
"... bukan...bukan dengan cara seperti ini Kangmas...
"Sadarlah kangmasss…!!..hiik...hikk..hikkk !!!!!

Kembali Sundari berusaha menyadarkan suaminya sambil terisak berusaha bersimpuh memeluk kaki suaminya yang telah menikahinya lebih dari 30 tahun ini.

Suryo Adipati tampak masih tegak berdiri namun kini terlihat menundukkan kepalanya.
Apakah Sundari berhasil menyadarkan suaminya ?

Sesaat suasana terlihat hening lalu terdengar tawa Adipati makin lama makin keras.

"Hahahaha….!!!
"....
takdir itu kita yang menentukan Sundari !
"Kalu kita tidak berusaha maka sama saja kita tidak berbuat apa-apa. Itu konyol...bunuh diri namanya…
"Sudahlah Sundari kau minggirlah. Ini urusanku…!
Kata Adipati dengan keras sambil menepis pelukan Sundari hingga istrinya tersungkur di tanah.

Nyoto yang melihatnya sontak meradang.

"Adipati…!!!
........
"Tega kau menyakiti Ibu Siti Sundari yang berniat baik terhadapmu…! teriak Nyoto dengan berangnya.

"Ibu Siti, sepertinya suamimu telah gelap mata dan belum puas kalau belum membunuhku…
"Biar kuhadapi dia. Mudah-mudahan aku bisa menyadarkan pikirannya untuk yang terakhir kali…
"Jika tidak...maafkan aku kalu terpaksa bertindak keras kepada suamimu.."ucap Nyoto sambil bersiap.

Kini Nyoto telah bertekad bulat mengerahkan segenap kekuatan untuk menghadapi lawannya.

"Dik Nyotooo…"
desis Sundari sambil mengusap matanya dengan hati terguncang keras.

"Mampussslahh kau…!!!
Pekik Adipati sambil menerjang Nyoto kembali dengan Keris Pulung Geni andalannya.

Hawa panas yang disertai tiupan angin laksana topan kembali terjadi. Sementara Sundari berusaha menjauh dengan raut muka begitu cemas akan keselamatan Nyoto dan suaminya.
Dalu yang berada di kejauhan tak berkedip memandang adegan laga yang tersaji di hadapannya itu.

Kakinya terasa lemas terpantek di bumi melihat dahsyatnya pertempuran majikannya dengan pria yang menjadi lawannya kini.

Ia yang telah bertahun-tahun menemani sang bupati tahu bahwa sang Adipati memiliki ilmu kanuragan yang tak main-main.

Sebelumnya di rumah Ki Benowo ia menyaksikan sendiri Adipati memukul roboh sebuah pohon besar dengan tangan kosong.

Namun apa yang dilihatnya kali ini jauh lebih hebat sekaligus mengerikan apalagi dengan senjata mirip keris yang berada di tangannya.

Gelegar suara sahut menyahut tumpang tindih dengan teriakan keduanya yang menggetarkan dada siapapun yang mendengarnya.

Debu pasir berterbangan. Angin bertiup bak topan prahara sampai mobil-mobil yang terparkir ikut bergetar karenanya.

Hingga pada suatu kesempatan....

"Taaap…!

Nyoto berhasil menjepit keris Adipati dengan kedua belah tangannya. Sementara Adipati berusaha menekan.

Keduanya berdiri berhadapan dengan posisi kuda-kuda kaki begitu kokoh seolah tak tergoyahkan.

"Hahhhh...matilaahh kau...matilah kauuu Pak Nyoto...hehehe
"Ajalmu sudah dekat...dan...dannn...dengan begituu istrimu akan menjadi milikku...hahhh…"
ucap Adipati dengan muka menyeringai seram serta nafasnya mendengus panas bak uap jarang mendidih.
(Air panas.red)

Tangannya yang tengah dalam posisi menusuk terus ia tekan ke arah Nyoto. Ujung keris pusakanya kini hanya tinggal sejengkal lagi dari ulu hati Nyoto.

Sungguh Nyoto dalam kondisi terjepit. Tenaga dalamnya sebenarnya mampu mengimbangi Adipati bahkan ilmu peringan tubuhnya sedikit di atas Bupati Banyumili itu.

Tapi hawa gaib yang keluar dari keris itu sungguh sangat membebaninya.

"Aaakhhh...takkan...takkan kubiarkan kau mengambil pager ayu milikku Adipatiii….aaakhhh…!!
"Akuuu...Sunyoto Pujo Satmokoo...relaaa...bertaruhhh nyawaaa untukkkk nimasss Rorooo istrikuuu…
"Kauu...kauuu
…" erang Nyoto menahan sekuatnya sambil meringis kesakitan akan hawa panas yang menyengat kulitnya.

Ujung keris makin dekat hingga sosok keduanya kian menempel.
Mata Adipati bisa melihat jelas urat-urat menonjol keras di dahi dan leher Nyoto serta keringat deras mengucur di sekujur tubuhnya pertanda Nyoto sudah berada di penghabisan tenaganya.

Hal ini kontan membuat Adipati yang juga sudah mulai kelelahan menyeringai beringas disertai nafsu membunuhnya kian kuat.

Nyoto berusaha keras di akhir tenaga miliknya. Namun sepertinya nasib Nyoto memang sudah berada di ujung tanduk.

Lalu tiba-tiba…

Hiyaaaatttt….!!!

Wuutt…!!


Nyoto memekik keras menggetarkan jantung seraya mengerahkan tenaga puncak akhir menekan keras derasanya luncuran Keris Pulung Geni hingga…

Taakkk..!!!

Dan Berhasil….!

Nyoto diluar dugaan berhasil mementalkan keris pusaka itu lepas dari tangan Adipati !

Adipati sontak terkejut bukan kepalang melihat lawan yang nampaknya tinggal sedikit lagi bakal menemui ajalnya bisa membalikkan keadaan di saat genting.

Namun tak cukup waktu buat Suryo Adipati untuk termangu karena sedetik kemudian Nyoto melancarkan serangan balik lewat serangkaian pukulan dam tendangan secepat kilat yang membuat Adipati kerepotan mengelak maupun menangkis serangan kilat itu.

Lalu…

Buughhh...Buughh !

Ukkkhhh…!!!


Pukulan dan tendangan Nyoto berhasil dengan telak mengenai muka dan lambung Adipati membuat pria nomor satu di Kabupaten Banyumili itu mencelat bak daun tertiup angin disertai pekik kesakitannya.

Kali ini Nyoto mampu membalikkan keadaan dan berada di atas angin.

Tubuhnya tampak sigap mendarat kembali di atas tanah meski dengan sedikit lunglai.
Baju atasannya sudah sobek tak karuan memperlihatkan tubuhnya yang bidang berisi.

Sementara Adipati terkapar dalam jarak sekitar 10 meter dengan mengerang kesakitan.

Kali ini Adipati ganti yang terluka dalam terlihat dari darah di ujung bibirnya.
Muka menyeringai menahan sesak di dadanya serta sekujur tubuhnya yang begitu nyeri. Sama halnya dengan Nyoto, baju yang dikenakannya terlihat compang camping tak karuan.

Keris Pulung Geni terlihat tertancap tak jauh dari sisinya pada sebuah batang pohon besar yang seketika langsung layu menghitam bak terbakar.

Sekian menit suasana berubah hening hanya angin bertiup kencang sementara mentari terlihat semakin menunduk ke arah cakrawala.

Tiba-tiba perasaan aneh menyelimuti benak Adipati. Perasaan yang membuatnya begitu takut begitu panik begitu tegang sampai membuatnya terlihat gemetar.

Batinnya yang tajam seolah menyadarkan dirinya bahwa malam ini adalah saat terakhir dirinya harus berhasil melangsungkan ritualnya yang tertunda bila tidak maka nasib buruk nan berantai bakal menerpa dirinya serta anak keturunannya.

Nyoto tak mengacuhkan Adipati yang semula dilihatnya terkapar tak berdaya. Ia terus saja melangkah menuju mobil Land Cruiser Adipati untuk mengambil istrinya tercinta.

Hanya beberapa langkah lagi ia membuka pintu mobil terdengar di belakangnya teriakan Adipati di susul hawa panas terasa sekali di kulit punggungnya yang terbuka.

Nyoto yang menyadari bahaya mengancam tak sempat mengelak.

Ia hanya menoleh saja dengan mata membelalak takkala sebuah sinar merah telah begitu dekat mengarah kepadanya sambil menebarkan hawa panas menyengat.

"Tidddaakkkk….!!!!

"Aaarghhh….!!!!


Di detik sama terdengar lengking jeritan perempuan menyayat pilu.

"Ibu Siti…!!!!
Pekik Nyoto dengan mata membesar dan cepat meraih sosok wanita yang nyaris jatuh tersungkur ke dalam pelukannya meski dengan tubuh bergetar karena terkejut bukan main atas apa telah terjadi.

"Sundari….!!!! Seru bercampur kaget spontan keluar pula dari bibir Adipati.

"Dik…Nyo...too...a...kuuu...akuuu se..pertinya ga.***al mem..ba..waa istri..muuu kem..baliii..
............
"Bawaa per..giii Jeng Ro..rooo…!
Ucapnya dengan terbata-bata sosok yang tepat menghalangi tubuhnya dari serangan gelap tadi yang ternyata adalah Siti Sundari.

"Akuu...ti..tiippp salaaamm buaatt anak-anakku...Indah dan mawaarr...huukk.." ujar Sundari dengan bibir bergetar. Darah nampak mengalir dari sudut bibirnya.

Nyoto yang terkesima menatap nanar sebuah keris tertancap di punggung Sundari hingga separuhnya.

Ternyata dalam keputus-asaannya yang menggila Suryo Adipati memakai tenaga dalamnya untuk menggerakkan keris Pulung Geni dari jarak jauh untuk membunuh Nyoto.

Di saat Nyoto yang lengah terlambat menyadari serangan membokong dan mematikan itu Siti Sundari tanpa pikir panjang menyelamatkan Nyoto dengan menjadi tameng hidup.

Wajah Sundari nampak begitu pucat dan mulai menghitam akibat daya magis pusaka Keris yang memang mengerikan itu.

Mata Nyoto sontak berkaca-kaca. Dibelainya lembut wajah ayu perempuan paruh baya itu.
Ia tahu nyawa Sundari sulit untuk diselamatkan.

Dadanya begitu berguncang mendapatkan kenyataan Sundari telah mengorbankan dirinya untuk menyelamatkan dirinya.

Betapa besar penyesalan Nyoto yang merasa telah menyeret perempuan berbudi luhur itu bahkan sampai seperti ini.

"Saya...saya akan sampaikan pesan Ibu Siti...kepada mereka berdua…"
"Saya...sayaaa
…"
ucap Nyoto dengan air mata mulai bergulir menahan kepedihan hatinya.
Dilihatnya bibir yang merah dan mulai mengering itu bergetar.

"Dik..Nyo..tolo...nggg sampaikannn pulaaa kepada... Jeng..Ro..roo..
"...supa..yaa...diaaa mauu memaaf..kaannn Noorr dannn jugaa akuuu...hehhh...hehhh…
......
"....dannn...dann..tolonggg...Maaf..kannn...suamikuuuu…hahh.."
keluh Sundari lalu jatuh lunglai dalam pelukan Nyoto. Nyawanya lepas sudah.

Kepalanya terkulai dengan mata terbuka menatap ke arah Suryo Adipati yang nampak terpaku.

Tatapan jasad istrinya seolah menegurnya dengan amat keras untuk terakhir kalinya mencoba mengingatkan dirinya.

Tapi Suryo Adipati memang sudah gelap mata dan pikirannya.
Tanpa sepengetahuan Nyoto yang masih terhenyak atas apa yang terjadi barusan Suryo Adipati diam-diam melangkah ke arah mobilnya.

Bruuummm…!!!

Suara derum mobil turbo diesel Toyota Land Cruiser menyadarkan Nyoto yang terpaku.
Sorot matanya hanya memandang nanar mobil Adipati yang bergegas meninggalkan tempat itu.

Perlahan Nyoto mencabut keris yang menancap di punggung Sundari.

Keris yang semula bersinar merah angker terlihat kembali redup lalu lenyap kembali ke warna aslinya setelah "berhasil" meminta korban.

Perlahan Nyoto berdiri masih memondong Sundari hendak berjalan menuju mobilnya.
Namun baru dua langkah terdengar suara deru mobil lain memasuki arena disusul teriakan keras lelaki.

"Berhenti…!!!!
"Nyoto…!! Turunkan dia !
"Jangan kau sentuh ibuku dengan tangan kejimu...bangsaat..!!!


Nyoto menoleh ke samping dan dilihatnya satu sosok pemuda berdiri tak jauh dari dirinya lalu bergegas berlari ke arahnya.

Nyoto yang tahu siapa pemuda itu tak bereaksi takkala si pemuda yang tak lain adalah Freddy Umbara "merebut" Sundari dari tangannya.

"Ibundaaaa…!!!!

"Jangannn pergiiii...Ibundaaa…!!

"...ini Eddy...Ibundaaa…!!!
Pekik Freddy histeris sambil menggoyangkan tubuh kaku dan dingin Sundari.

Kedua matanya yang semula terbuka nyalang sudah dipejamkan oleh Nyoto sebelumnya. Darah dan lukanya telah ditotok oleh Nyoto.

"Kau...kau...telah membunuhnya Nyoto…" desis Freddy sambil memandang Nyoto dengan tatapan membara penuh amarah yang kian menggelegak.

"Kauu...membunuh ibukuuu…!!!

"Kauuu….harusss bertanggung jawab..!!!
Seru Freddy sambil berdiri tegak.

"Anton ! Ivan !
"Bawa pergi jasad ibuku dan masukkan ke mobil…!
"Aku harus membuat perhitungan dengan keparat Nyoto…! Ucap Freddy dengan keras penuh emosi serta tatapan nan membara.

Setelah Ivan dan Anton membawa jasad Sundari. Kini tinggal Freddy dan Nyoto kembali saling berhadapan.

Nyoto mendesah sambil memandang anak muda itu dengan tatapan sayu.

"Aku turut bersedih atas kepergian ibumu. Beliau orang yang sangat baik dan berbudi luhur. Semoga arwahnya mendapatkan tempat yang terbaik di sisi Nya.

"Aku tidak punya waktu lagi untuk melayanimu dan satu lagi….bukan aku yang membunuh ibumu.
…..
"Aku harus segera pergi…" ucap Nyoto sambil memutar badan hendak berlalu.

Tapi barusan saja berbalik terdengar teriakan Freddy.

"Nyotoo…!!

"Hiyaaat…!!!


Nyoto sontak berbalik dan sebuah pukulan melayang dekat sekali ke mukanya.

Angin deras yang menyertai tinjunya menyakinkan Nyoto bahwa anak ini punya kemampuan yang tidak sembarangan.

Sebentar kemudian keduanya terlibat aksi perkelahian yang seru dengan Freddy yang berinisiatif menyerang begitu agresif cenderung beringas.

Hiaat...wuuut...wuutt...daak...daaak..!!!

Nyoto terus mengelak dengan sesekali menangkis serangan cepat Freddy yang sebenarnya berbahaya bila mengenai tubuh.

Namun yang dihadapi Freddy kali ini adalah Sunyoto Pujo Satmoko yang kenyang asam garam olah kanuragan.

Nyoto yang tak mau meladeni lagi karena harus segera mengejar istrinya langsung bertindak cepat.

Setelah mengelakkan serangan Freddy ia tarik tangan pemuda ini sambil memakai teknik Aikido ala Steven Seagal mengalihkan derasnya pukulan Freddy hingga anak muda ini terseret arus tenaganya sendiri.


Steven Seagal - Aikido

"Hiyaaat…!!!

"Wuuut...akhhhh…!!!!

Gusraaakk…!!


Tubuh Freddy tersungkur di atas tanah berdebu lalu tertatih berusaha untuk bangun.

Nyoto yang mendekat ke arahnya sontak disambut pukulan keras Freddy yang dengan mudah dihindarinya.

Buughh…!! Ukhhh…!!!

Sebuah tinju Nyoto melayang ke perut sixpack Freddy yang terbiasa berlatih sit up.

Freddy mengeluh pendek lalu terduduk ke tanah menahan perutnya yang nyeri dan mulas dihajar tinju Nyoto.

Nyoto yang tak menggunakan sepenuh tenaganya lalu cepat berlalu pergi meninggalkan Freddy sambil menoleh ke arah anak muda itu.

"Soal siapa yang membunuh ibumu tanyakan soal itu nanti kepada ayahmu Nak…!
Kata Nyoto yang kini telah masuk kembali ke dalam mobilnya.

Sebentar kemudian segera ia memacu mobilnya mengejar Suryo Adipati.

Bruumm…!!!

"Nyotooo…!!! Bangsaat..!!!
"Jangan pergi kauuu…!!! Akhh..!!!
Seru Freddy hendak mengejar lalu terduduk kembali merasakan mulas dan nyeri yang masih belum hilang dari perutnya.

"Om…!

"Bos…!

Anton dan Ivan beringsut mendekati Freddy yang perlahan mulai bisa berdiri kembali.

Mata Fredy segera menebar ke sekelilingnya. Dilihatnya sebuah benda tergeletak di tanah tak jauh darinya.

Tek...

Diambilnya benda berupa keris itu lalu dipandangnya baik-baik. Tangannya sontak bergetar manakala keris itu berada di genggamannya.

"Ayaaah…"
..........
"Ayaaah...dalam bahaya…
"...aku harus segera menyusulnya…" desis Freddy sambil terlihat gelisah.

"Cepat kita kejar mereka…!!! Seru Freddy.

Sebentar kemudian matanya menatap ke arah Dalu.

"Dalu..! Kau ikut aku…! Ucapnya keras yang dibalas anggukan Dalu.

"Siap Bos-quu…!
Katanya sigap lalu bergegas hendak masuk ke dalam mobil

Tapi belum lagi masuk ke dalam mobil mereka dikejutkan oleh kedatangan sebuah sebuah mobil lain yang mendadak muncul.
Sebuah mobil hatchback merah bertitel VW Golf GTI !

Sungguh sebuah kebetulan yang sebenarnya sama sekali tak diharapkan lebih-lebih oleh sosok wanita cantik berambut pirang yang duduk di dalam mobil merah itu.

"Jangannn sayang…!
"Jangan keluaar mawarrr...!!
".....Mawar..!!!

Pekik si wanita berambut pirang itu.

Namun terlambat, si pengemudi mobil yang bukan lain adalah Mawar Sembilu telah keluar dari dalam mobil disusul adiknya Indah Seroja di belakangnya.

Si wanita berambut emas yang jelas adalah Noor Anggraeni sontak panik.
Aura ketakutan jelas terlihat di wajah cantiknya yang separuh tertutup perban itu. Apalagi setelah ia melihat dengan jelas siapa pria-pria tersebut.

Namun demi keselamatan kedua dara tersebut mau tak mau ia terpaksa keluar dari dalam mobil.

Freddy cs sesaat termangu melihat siapa yang datang.

Freddy yang begitu tahu siapa penumpang mobil tersebut sontak menatap tajam. Sebuah seringai sadis sesaat terukir di wajah gantengnya yang dingin.

"Akh…!
"Pucuk dicinta ulam pun tiba..!
"Tak kusangka nyonya tua ternyata ikut-ikutan nongol juga…!!
"...dan...hmmm…!!
"Kenapa dua cewek cantik dan molek ini bisa ikut bersamamu...nyonya tua..?! Hehehehe…!
Ucap Freddy sambil terkekeh penuh arti.

Ia melambaikan tangan ke arah ketiga konconya. Kini terlihat Freddy, Ivan, Dalu dan Anton berjalan pelan mengarah ke arah ke tiga perempuan itu.

"Kau tidak perlu tahu urusanku Fred…"
"Ayoo Mawar...kita pergi…!
"...cepaat masukk ke dalam mobil…! Ucap Noor cepat dengan raut muka begitu khawatir.

Namun teriakan Indah menghentikan langkanya dan Mawar yang hendak berlalu.

"Bundaaa…!!!!

Indah setengah berlari ke arah sosok wanita yang tersampir di dekat mobil BMW yang dikenalnya adalah milik ibu angkatnya, Siti Sundari.

"Bundaaa…!
"Bunda kenapa…!!
"Bangun bundaaa…!!! Oohhh bundaaa…!
Pekik Mawar menatap sosok Siti Sundari yang tergolek lemah dengan noda darah tergambar jelas di gaun yang dikenakannya.

Raut mukanya yang putih nampak begitu pucat bagai tak berdarah. Bibirnya begitu dingin manakala jemari lembut Indah singgah di kulitnya.

Noor dan Mawar yang juga telah berada di sisinya sontak terperanjat dengan Noor menutup mulutnya.

"Mbakyuuu…!

Sebuah seruan pendek sontak keluar dari bibir indahnya disusul tubuhnya menubruk sosok kakak iparnya yang telah membeku.

"Siapaaa...siapaaa yang tega membunuhnya..?!!..
"Akhhh...mbakyuuu..!!..mbakyuuu Sundariiii…!!!!
Jerit Noor disertai tangisnya pecah merobek langit.

hhuuuuuu..huuuuu….baik Noor dan Indah duduk bersimpuh sambil memeluk jasad Sundari.

Tangis keduanya tersedu-sedu menyayat hati menyusul Mawar yang ikut terduduk lemas sambil berurai air mata.

"Siapa pelakunya Ed…!!??
"Katakan siapa yang membunuh mbakyuku... mbakyu Sundari…!!!????
"Katakan Ed…!!!
"Tolonggg katakannn padaku..!!!
Hik..hikk..hikk.."
seru Noor dengan histeris sambil berlari ke arah Freddy lalu memukul dada Freddy disusul jemarinya hendak mencakar wajah pemuda itu.

Freddy sontak menahan tangan Noor lalu menepisnya kuat.

"Dalu..! Kau tahan perempuan tua ini !
......
"Ketahuilah olehmu...nyonya tua..
"Orang yang membunuh Ibunda adalah...Sunyoto Pujo Satmoko, ayah dua cewek itu !
"...pria keparat itulah yang telah membunuh ibuku dan sekarang aku hendak mengejarnya…!!
"...Nyoto….yang telah membunuhnya...nyonya tuaaa…!!
Ucap Freddy dengan raut muka membesi penuh amarah.

Tangannya yang memegang Keris Pulung Geni tampak bergetar.

Noor Anggraeni yang mendengarnya sontak terpaku seolah tak percaya dengan pendengarannya.

"Mustahil... mustahil…
"Tak mungkin Kangmas Nyoto yang telah membunuhnya…
"Kau dusta...kau pasti berbohong... Freddy…"
ucap Noor dengan mendesis keras.

Reaksi Noor Anggraeni berbeda dengan kedua dara remaja itu. Sebuah teriakan melengking disusul satu sosok ramping semampai hendak meninju ke arah Freddy.

"Bohong kauuu…!
"Papa tak mungkin melakukannya…!
"Papa tak mungkin tega berbuat itu kepada Bunda…!
"Kau...jahanam busuk...dajjal keparat…!!!
Seru si gadis yang ternyata Indah Seroja.

"Indah...jangannn…! Teriak Mawar

Freddy seakan membiarkan dadanya dan wajahnya terkena tinju mungil Indah. Setelah sekian detik Freddy bereaksi cepat dan dengan mudah menekuk tangan Indah. Memitingnya ke belakang disertai pekik kesakitan Indah.

"Freddy...stooop...jangan kau sakiti adikku..!

"Lepaskan dia…!!
Seru Mawar

"Hahahaha…!!!
"..Van..Nton...lihat !
"Sepertinya hari ini gue lagi dapet jackpot. Dapet tangkepan dua cewek SMA cakep nan seksi sekaligus. Hehehe…
"Bakal gue cicipin kalian semua nanti sepuasnya...hahaha…
........
"Dalu, kau bawa si nyonya tua bersamamu…" ucap Freddy.

"Kalian berdua..!
"Bawa dua cewek ini ke mobilku.
"Awas ikat juga tangan mereka…" lanjut Freddy lagi sambil memandang ke arah Ivan dan Anton.

"Keparat kau Freddy. Dasar lelaki binatang rendah…."kutuk Indah yang masih ditelikung Freddy.

"Hehehe….sopan sedikit kenapa non..?! Hehehe
"Nanti bila papamu selesai kuhabisi...giliran elu dan kakakmu yang akan kunikmati...hehehe
"Akan kugenjot memek kalian semalam suntuk sampai remuk tulang-tulang kalian semua...hahahaha…."kekeh Freddy sambil menyeringai lebar lalu menjilati bibirnya sendiri.

Ia hendak membalas apa yang telah dilakukan Nyoto terhadap keluarganya dan dirinya. Dan sepertinya takdir telah membantu memberikan jalan untuknya melampiaskan kemarahannya.

Harum wangi tubuh molek Indah Seroja tercium begitu merangsang nafsunya. Leher Indah yang jenjang nan putih mulus serta bongkah susunya yang menonjol menantang kian mematik birahinya.

"Van, lu tidak keberatan khan jika gue menggenjot mantanmu ini nanti...hehh..!! Hehehehe…
"Jangan khawatir nanti bila gue selesai...elu jika pasti dapet giliran…hahahaha.."ucap Freddy dengan lagak jumawa.

Indah sekilas memandang tajam ke arah Ivan dengan begitu emosional.

"Dasar co banci..!
"Elu rupanya sekomplotan dengan bajingan ini…!
"Gw...gw betul-betul pengin muntah ngeliat tampang elu..!!!
Damprat Indah dengan kebencian meluap-luap.

Ivan lagi-lagi hanya diam tak bereaksi dan hanya menyeringai saja.
Sekilas ada rasa kasihan terhadap mantannya ini namun apa daya. Lagipula Indah telah mencampakkannya sedemikian rupa. Ivan hanya mendengus pelan lalu menarik tangan Mawar bersama- sama Anton.

"Lepaskan akuu..!!!
.........
"Freddyyyy…!!!! Jika...jika kau sampai menyakiti adikku…!! Jangan harap kau bakal hidup lebih lama…!!

Seru Mawar sambil menyeringai kesakitan takkala kedua tangannya yang lembut dan mulus diikat oleh Anton.

"Bos...
"....jadi ini cewek SMA yang namanya Mawar Sembilu...yang menjadi bunga mimpi elu tiap malam….hehehehe
"Memang mantap Bos-quu…!!
"Biar bocil tapi mantap jiwaaa…!!!...hahahaha
"Manis, imut, mulus, wangi dan auuuw..!!! ....
"....betis, bemper belakang ma toketnya...ckckckck
"....ndak kuaaat Bosss…!
"...bikin kontie gw ngaceng berat nih….!
"...hehehehe…" ucap Anton seraya memandang Mawar penuh nafsu.

Freddy hanya tersenyum lebar.

"Nanti elu pade juga pasti dapet giliran setelah gua nikmatin nih cewek kakak beradik ini...hahaha…" ucap Freddy sambil memandang Mawar Sembilu dengan birahi menggebu.

Ditatapnya sekujur tubuh molek Mawar yang cukup mungil namun padat indah berisi di balik seragam SMA-nya.

Di matanya wajah manis imut sang dara yang memandangnya tajam penuh rasa muak justru makin membuatnya sangat bergairah untuk segera menggenjot lubang selangkangan Mawar dengan kontol kekarnya.

Baik Mawar dan Indah, kedua dara molek yang masih terlihat mengenakan seragam sekolah itu justru kian membakar hasrat seksualnya untuk segera memperawani keduanya sekaligus.

Nafasnya memburu dilanda nafsu birahi yang kian menyesaki aliran darah di sekujur batang kemaluannya.

Membayangkannya saja tak urung langsung membuat penis kekarnya langsung mengeras kaku dan mengeluarkan lendir rangsang.

Kalu tak ada niatan mengejar Nyoto pengin sekali dia gagahi mereka berdua sekaligus di tempat ini.

"Dasar bajingan tengik…!
"Kalu kau sampai berbuat keji kepada Kak Mawar..!
"Aku bakal mengejar kalian sampai ke liang kubur…!!!
Timpal Indah Seroja sambil memandang tajam ke arah Freddy cs.

"Jangan galak-galak begitu Neng...hehehe
"Sekali kalian merasakan kontol gue masuk ke memek elu berdua...dijamin kalian berdua bakal nagih bahkan merengek minta gue hamili...hehehe ..
"...what do you think Neng Miss Mawar Banyumili…? Tanya Freddy sambil dengan kurang ajar meremas payudara kanan Indah yang bulat menonjol disertai pekikan Indah Seroja.

"Bajingan…!
"Cuiihhh…!
Umpat Indah sambil meludah ke arah muka Freddy.

Freddy hanya tertawa enteng sembari membersihkan noda di wajahnya dengan kaos lengan milik Indah.

"Jadi ini yang kepilih jadi Miss Mawar tahun ini Bos…?!
"Wah...wah..pantesan cantik kayak peragawati. Bakalan dapet memek bidadari nih.
"..suiit...suiiit...hahahaha.." kekeh Anton sambil bersiul disambut tawa Freddy yang masih kuat memegang Indah.

Dalu yang mendengar ucapan Freddy cs dari tadi hanya menyeringai lalu memandang lekat-lekat ke arah Mawar dan juga Indah.

Dirinya sebagai pria dewasa yang juga kerap jajan perempuan harus mengakui kecantikan dan kemolekan tubuh kedua dara perawan yang lagi ranum-ranumnya ini.

"Bapak dan anaknya sama-sama hobi wedokan…doyan kenthu. Edan tenan..
"Kedua bocah SMA itu kayake bakal mampus dikenthu Mas Freddy yang memang jago ngentot.
"Lebih baik aku mengekor saja biar selamat sambil melihat-lihat keadaan…"
batin Dalu lirih.

Sementara Ivan yang ikut memegang Mawar justru terlihat tak melepaskan pandangannya ke arah Noor Anggraeni.

Meski terlihat dibalut kain perban di wajahnya tak mengurangi sepenuhnya kecantikan dan kemolekan tubuhnya yang membayang dari gaun ketat yang dikenakannya.

Ia tak mengerti mengapa dari pertama jumpa Freddy selalu menyebut wanita muda cantik nan seksi ini dengan sebutan nyonya tua. Ia sungguh tak paham.

Ivan sesekali mendesah lirih dengan sesekali menelan ludahnya.
Matanya nyaris tak berkedip memandangi kulit wajah, leher, payudara, paha, pantat serta sepasang kaki Noor Anggraeni yang memang indah aduhai.

"Ayoo...cepat !
Kata sang Freddy Umbara setengah berseru disusul para wadyabolonya.

Mawar dan adiknya dikungkung bersama Freddy cs di dalam mobil Jeep Wrangler nya sedang Noor Anggraeni diikat satu mobil bareng Dalu serta jasad Siti Sundari.

Brummm...bruuummm…!!!

"Kangmas Nyoto...Jeng Roro...maafkan aku...maafkan aku telah membawa kedua putri kalian ke dalam bahaya…
"Duh...Gusti Alloh...
"...tolonglah...lindungilah mereka berdua... Mawar dan Indah…
"...kalaupun ada yang harus menjadi korban, biarlah...biarlah hamba saja.
"Noor siap menanggung akibatnya...hik..hikk.
."
kata Noor lirih sambil terisak. Kedua tangannya yang terikat membuatnya tak leluasa bergerak.

Pandang matanya memandang sayu dan pilu sosok mbakyu-nya yang terbujur kaku di jok belakang mobil BMW yang di sopiri Dalu.

Saat ini ia tak dapat berbuat apa-apa buat menolong mereka. Tapi seperti sebelumnya ia sudah berniat total untuk melindungi kedua dara remaja itu.

Dari kejauhan nampak kedua mobil itu melaju cepat menuju arah barat menyongsong Sang Surya yang makin meredup sinarnya pertanda semua perjalanan ini kian berangkat senja menuju kulminasi akhir.
 
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd