Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Roro Inten

Apa yang diharapkan dari akhir kisah ini ?

  • Happy ending

    Votes: 272 77,3%
  • Sad ending

    Votes: 50 14,2%
  • Open ending

    Votes: 27 7,7%
  • Close ending

    Votes: 24 6,8%

  • Total voters
    352
  • Poll closed .
Sore itu Dalu nampak asyik merebahkan tubuhnya yang tinggi sedikit ceking duduk santai di kursi malas berbahan elit kayu jati model tunggal yang baru beberapa hari ia beli dari Jepara.



Kursi yang terbilang cukup mahal karena kualitas bahan serta desainnya itu kini menemani hari-harinya di kala senggang setelah tak lagi bekerja di Paseban Ageng Banyumili.

Matanya melihat sekeliling pekarangan rumahnya yang berhalaman luas dengan sejumlah mobil-mobil pick up dan truk berjajar rapi.

Semenjak meninggalnya mendiang Bupati Suryo Adipati dan istrinya Dalu memang tak lagi bekerja sebagai sopir pribadi di Paseban Ageng.

Apalagi wakil bupati yang telah ditunjuk oleh Gubernur sebagai plt (pelaksana tugas) sementara Bupati Banyumili memilih untuk tinggal di rumah sendiri dengan sopir pribadinya.

Lalu apakah dengan demikian selama sekian waktu berlalu ini Dalu telah menjadi seorang pengangguran ?

Asap kretek mengepul tebal dari sudut bibir yang tebal menghitam karena saking banyaknya ia menyundut rokok di hampir sepanjang hidupnya.

Sesekali matanya memicing sambil sebelah tangannya asyik menyeruput kopi tubruk kental dari secangkir gelas di atas meja yang juga terbuat dari kayu jati asli.

Di hadapannya nampak sejumlah orang laki-laki berpakaian dealer Kawasaki tampak sibuk menurunkan sebuah motor trail KLX 230SE terbaru yang baru saja dibelinya seharga 50 juta dari kota.



Kawasaki KLX 250 SE

Sebentar ia berdiri cepat sambil berkacak pinggang manakala salah satu kernet pick up dealer terlihat terhuyung karena salah posisi berdiri yang hampir saja membuat motor trail gress tersebut terguling.

"Hey…!!!

"tuh motor kalu ancur ndak cukup diganti rugi dengan gaji kalian setahun…!
"Punya mata sama otak dipake jangan dianggurin..!


Terdengar suara Dalu cukup keras yang membuat para pegawai dealer itu memerah mukanya.

Entah karena merasa bersalah, malu atau mangkel dalam hati.

Hal ini tentu menimbulkan tanya. Dalu yang notabene dulunya hanya selevel jongos alias suruhan bisa berkelakuan seperti big bos.

Mari kita kulik sedikit apa yang sebenarnya terjadi pada pria keling ini.

............
Pasca tewasnya Suryo Adipati, Freddy berusaha untuk membuat skenario untuk mengaburkan tentang kejadian sebenarnya yang menimpa kedua orangtuanya.

Di antaranya dengan "memaksa" saksi-saksi yang mengetahui ihwal peristiwa itu untuk mengikuti instruksinya. Salah satunya adalah Dalu orang yang dianggap dekat dengan Suryo Adipati dan istrinya karena posisinya sebagai sopir pribadi.

Sesuai kesepakatan di antara mereka akhirnya polisi menyimpulkan hasil penyelidikan bahwasanya Suryo Adipati memang meninggal karena kecelakaan. Pun demikian halnya dengan Siti Sundari meninggal dunia karena sakit tanpa melalui otopsi.

Freddy tahu betul sopir kepercayaan mendiang ayahnya adalah tipikal manusia yang oportunis alias suka enaknya sendiri. Bagi dia selama sesuatu itu menguntungkan tidak perlu malu untuk menyikatnya tak peduli orang lain.

Itulah yang sangat disadari oleh Freddy. Oleh karena itu sebelum penyelidikan polisi Dalu diminta kembali ke kampung halamannya untuk menguatkan alibinya.

Freddy pun memberikan pesangon berupa duit yang terbilang "wow" padanya.

Dalu lantas bermetamorfosis menjadi sosok lain yang berbeda. Dari bentuk entung tak berguna terus menjelma menjadi serangga berkepala besar yang terbang kian kemari dengan seenak udelnya.
(Kepompong.red)

Aneh kedengarannya tapi demikianlah kenyataannya. Mungkin tak sedikit orang yang tak suka atau iri dengan kemakmuran yang diperoleh Dalu.

Namun itulah yang dinamakan suratan nasib. Tinggal apakah orang tersebut pandai mensyukurinya atau malah dadi kere munggah bale ora eling molak malik ing jaman.

..........
Sambil asyik menatap koleksi motor barunya selang sebentar kemudian bunyi hp ringtone nya berbunyi nyaring.

"Ya...piye Jon ?
"......."
"He eh...Iyo jipuk'o saiki ning Muntilan. Bawa 3 truk pasir nanti taruh ke gudang. Besok biar di ambil suruhane kontraktor CV. Lukman..."
"...."
"Jo nganti telat Yo..."

"....."
"Lekes...ndang lungo cepet…!

Sekian menit Dalu sibuk memberikan perintah kepada seseorang di ujung sana sebelum kemudian ia menutup telpon sambil wajahnya yang cukup sangar menghitam menyeringai puas.

"Hehehe…***ng puluh yuto, resik mlebu ning kantongku maneh..…
"Ngene kok Dalu Jatmiko ora tambah sugih...piye jal...hehehe…
"Besok gari rabi maneh...golek cah wadon sing perawan ayu tur semok...hahahaha
…"
(20 juta nett kukantongi lagi...bakalan tambah kaya nih Dalu Jatmiko...gimana coba...besok tinggal kawin lagi...cari anak perempuan yang perawan dan semok.red)
tuturnya pelan sambil tertawa sendiri sambil mengenang peristiwa sore itu kala menggagahi Indah Seroja sontak terlintas kembali.

Rasa nikmat yang seolah baru kemarin ia reguk dari sosok molek gadis remaja itu begitu menggoda relung hatinya membuatnya kian bernafsu mengawini seorang gadis perawan. Meski kini ia sudah berhasil menikahi janda semok yang diincarnya sejak lama, Jumini.

Bruum…!!

Tak lama dengan mengendarai moge berjenis cruiser Kawasaki ninja ER6N ia menuju rumah keduanya yang masih satu desa tak jauh dari rumah pertamanya ini.



Kawasaki ER6N

Beberapa kali sejumlah warga desa melambaikan tangan ke arahnya dengan beberapa di antaranya menyapa ringan.

"Pak kades…!! Kata mereka.

Dalu terlihat enteng dengan hanya melempar senyum tipis terkesan angkuh dari balik kacamata hitamnya.

Rumah kedua Dalu sekaligus rumah yang diperuntukkan untuk istri barunya yang seorang janda beranak satu, Jumini berdiri kokoh cukup megah berubin marmer.

Di halamannya yang cukup luas berpaving rapi dengan rimbun pepohonan mangga raksasa berbuah lebat seolah menampakkan aura "bangsawan" sang pemilik rumah.

Dua buah mobil cukup mentereng masing-masing sebuah Kijang Innova dan Honda Brio menambah kesan sang pemilik adalah orang terpandang di Desa Ketuban.

Yah, tentu saja.

Siapa lagi kalu bukan Dalu Jatmiko, mantan sopir yang kini beralih profesi sebagai pengusaha tambang pasir kelas bantam sekaligus seorang kepala desa.





Ellyas Pical

Kelas Bantam
(Kelas Bantam atau Bantamweight adalah salah satu divisi kelas petinju yang berat badannya tidak lebih dari 54 kg. Berada di atas kelas terbang (50 kg) dan setingkat di bawah kelas bulu (57 kg).
Petinju Indonesia yang pernah mengharumkan nama bangsa dengan yang pertama menjadi juara dunia di kelas ini adalah Ellyas Pical sang putra Saparua pada 3 Mei 1985)



Dari rumah beserta pekarangannya yang terbilang wah untuk ukuran sebuah desa ada satu yang menarik perhatian siapa saja yang kebetulan bertamu atau sekedar melintas.

Sebuah taman yang tertata indah dan asri terlihat menonjol dengan beragam pepohonan bunga mawar cantik yang tumbuh subur menghiasi berbagai sudut taman.



Mawar Putri Merah



Mawar Mega Putih


Bunga Mawar Putri yang berwarna merah bersanding serasi dengan bunga Mawar Mega yang berwarna putih memenuhi area taman seluas kurang lebih 50 m2 di samping rumah.

Beberapa permainan anak-anak macam ayunan dan jungkat-jungkit terlihat menghiasi area taman yang terlihat cantik penataannya.

Entah siapa yang menanam dan merawatnya karena begitu terawat dan amat asri. Kontras dengan kebanyakan rumah lainnya yang cuma ditanami bunga pot liar seadanya.

Tak lama seorang wanita muda berkerudung dengan riasan rada menor menyambutnya dengan penuh sukacita.

"Mas Dalu….kirain siapa…?!
"Suara motormu keras banget mas. ngoeng-ngoeng kedengaran sampai dapur...hihihi…" kata si wanita yang meski berhijab namun masih menampilkan lekuk tubuhnya yang semok montok menggairahkan.

Kulitnya nampak mulus kuning langsat. Dadanya menonjol besar dengan pinggang yang cukup ramping.
Pinggulnya yang mekar ditambah buah pantatnya yang begitu besar dan nungging serta paha padatnya yang berisi membuat pria pengin menjamahnya.

Tidak terkecuali Dalu yang langsung menyergapnya dengan pelukan dan ciuman penuh nafsu.

'hah….hah...sshhh...ahhhh…"
........
"Masss….daluuu...janggannn... disinii...nanti ada yang liat masss...aahh…
"keluh si wanita manis berhijab dan semok berusia sekitar 38 tahun itu.

"Jum...Jumini….Kowe jan marai peliku ngaceng...hahh...aku ora tahannn... Jum…" desah Dalu masih berusaha menciumi wanita yang ternyata adalah istrinya yang baru, Jumini.



Jumini

Selang sekian detik Dalu meremas bokong padat Jumini terdengar deru motor matik melintas di luar halaman rumah disertai candaan beberapa gadis membuat Dalu menghentikan aksi liarnya.

Tak lama kemudian seorang gadis remaja berhijab dan berkaos gelap dengan rok sedikit ketat warna terang berjalan ke arah mereka berdua lalu terdengarlah suara renyahnya khas abg.

"Bunda…." Tutur si gadis yang baru tiba seraya mencium tangan Jumini.

Sejenak sang dara hanya mengerling sebentar ke arah Dalu lalu ikut mencium tangannya.

Dalu hanya terpekur melihat sang dara yang setinggi bahunya ini lalu menatap nanar dada si gadis yang bulat menonjol membusung dari balik kaos ketatnya.

"Apa lagi yang kau bawa nduk…?
"Kayak mawar tapi kok warnanya beda ya...oranye.
"Jujur, baru kali ini Bunda liat mawar model gini…" kata Jumini melihat sebuah pot berisi tanaman di tangan anak gadisnya.

"Oo..ini Mawar Talitha Bunda. Memang jenis ini terbilang jarang. Makanya banyak merasa asing seperti Bunda…" tutur si gadis sambil tersenyum manis.



Mawar Talitha

Sesaat sang dara berbasa-basi sejenak dengan ibundanya sementara Dalu hanya mengusap-usap dagunya yang kotak dan ditumbuhi jenggot jarang.

Matanya masih tak berkesip memandang sosok cantik sang dara yang begitu mempesona sekaligus merangsang birahinya.

Tonjolan payudara mengkal khas ABG dan kulitnya yang putih demikian mulus begitu memukau Dalu.
Wuuuasuuu...***tal sekali tangannya untuk meremas susu sang dara
Ehmm….sudah gilakah dia hendak memakan anak sendiri ?

"Mawar ini dikasih temen Rani di sekolah. Kebetulan dia punya jenis ini. Ya sudah...namanya rejeki Bunda…hihihi.." kekeh Rani.

"Iya nduk. Rejeki datang jangan ditolak. Terus mau kamu tanam di taman ya…? Tanya Jumini yang lantas dibalas sang putri dengan mengangguk.

Rani pun bergegas menuju taman diiringi pandangan penuh nafsu Dalu menatap bongkahan pantat padat Rani Maheswari yang bulat menonjol begitu merangsang.

Samar-samar garis celana dalam mini sang dara tercetak ketat dari rok slim-nya memperlihatkan belahan bokongnya.

Sungguh membuat jantungan pria manapun yang berkesempatan melihatnya. Tak terkecuali...Dalu, ayah tirinya.


"Oya Mas...aku ke dalam dulu buat nyiapin makan siang. Kebetulan anak kita sudah datang…" kata Jumini sambil tersenyum.

Dalu hanya diam tak membalas. Dia seperti sibuk melihat sang putri yang sekarang telah tumbuh menjadi dara cantik dan montok menarik hati. Beda sekali dengan beberapa tahun yang lalu saat ia masih berseragam biru putih.



Rani Maheswari


Yah, dia... Rani Maheswari. Putri tunggal Jumini dari suami pertamanya yang telah lama bercerai sewaktu Rani masih balita.

Saat berpacaran dengan Jumini, Rani sudah duduk di bangku SMP. Kini beberapa tahun berlalu Rani telah tumbuh mekar bak bunga mawar di taman asri.

Begitu menarik perhatian bukan hanya teman-teman prianya di sekolah bahkan para pemuda desa pun menggilainya.
Namun sosok Dalu membuat para pemuda desa itu berpikir dua kali buat mendekatinya.

Rani dan Jumini tidak menyadari bahwa Dalu diam-diam menyimpan hasrat tersembunyi terhadap sang dara.

Meski sebagai anak tiri tidak membuat Dalu menahan diri justru kian besar keinginannya untuk bisa menikmati sang dara.

"Anake Jumini kae saiki wis jan gede tenan.
"Yo awake yo susune yo bokonge. Ckckck...jan marai kontolku ngaceng ben dino.....sshh aaahh…"

desah Dalu takkala sang dara berjongkok berdiri memperlihatkan pangkal paha Rani yang ciut dan kencang dari rok ketatnya.

Perlahan-lahan Dalu mendekati Rani sambil berlagak kebapakan.

"Maware jan apik-apik nduk…"kata Dalu seraya memerhatikan Rani.

"Inggih Romo…"
.....
"Ini semua berkat bantuan temen-temen Rani. Rani dari SD memang pengin ngoleksi bunga mawar…."sahut Rani.

Sekian saat setelah selesai menanam Mawar Talitha pemberian teman karibnya Rani pun pamit kepada ayah tirinya untuk membersihkan diri.

Dalu hanya tersenyum simpul sambil menatap sang dara yang beringsut menebarkan harum parfum lembutnya. Seiring gerak laku gemulai sang dara yang molek meninggalkannya Dalu hanya menyeringai sambil membetulkan selangkangannya.

Ia pun menatap taman mini di hadapannya seraya berjongkok. Dipegangnya sebuah kelopak mawar merah dengan jemari tangannya.

"Akhh…SETAN..!

Makian Dalu kontan keluar dari bibir kasarnya sambil menyeringai manakala tangannya tak sengaja terkena duri tajam tangkai mawar yang cukup bikin ngilu.

TEEK…!

Tanpa sepengetahuan Rani, Dalu yang setengah mangkel sontak mematahkan tangkai mawar merah yang sempat melukainya.

Diperhatikan sejenak jemari telunjuknya yang nampak berdarah. Dalu hanya menggereng halus sambil menyeringai.

"Aku harus bisa menikmati memek perawanmu nduk...hehehe…."
"......"
"Apapun yang terjadi...aku ra perduli. Aku kudu biso ngenthu awakmu, cah ayu"
"....."
"Buat Dalu...tidak ada yang tidak mungkin….hehehe…" kata Dalu kembali menebar senyum penuh arti seraya berdiri lalu dengan mendengus keras ia remas kelopak bunga mawar merah di tangannya hingga pecah berkeping lalu dibuangnya jauh-jauh begitu saja.

========
Rumah Sakit Jiwa "Anggoro Kasih"


Pagi itu suasana di sebuah bangunan megah dan luas di Kota Malang terlihat cukup sepi. Hanya terlihat sejumlah karyawan dan perempuan berpakaian laiknya perawat hilir mudik di dalam lorong gedung yang panjang dan hening.

Suasana di luar bangunan nan cukup megah terlihat begitu asri dengan taman, kolam air dan pepohonan yang rimbun tertata membuat siapapun takkan menyangka bahwa gedung tersebut nyatanya sebuah rumah sakit jiwa.

Rumah sakit yang khusus secara spesifik merawat dan menangani pasien yang mengalami gangguan mental serius.
Rumah sakit gangguan mental sangat bervariasi dalam tujuan dan metode. Beberapa rumah sakit mungkin mengkhususkan hanya dalam jangka pendek atau terapi rawat jalan untuk pasien berisiko rendah.

Rumah sakit lain mungkin mengkhususkan diri dalam perawatan sementara atau permanen dari warga yang sebagai akibat dari gangguan psikologis, memerlukan bantuan rutin, perawatan khusus dan lingkungan yang terkendali.

Sementara itu di dalam salah satu ruangan konseling utama nampak seorang perawat paruh baya yang terlihat cukup berumur dan senior tengah bercakap-cakap dengan seorang tamu.

Perbincangan di antara mereka terlihat cukup serius dan sudah berlangsung hampir lebih dari setengah jam lamanya.

Sesekali si tamu yang duduk membelakangi serta mengenakan kerudung putih mengangguk sesekali. Wajahnya yang cantik dengan anting emas menghiasai telinganya menandakan bahwa dia seorang perempuan dari kalangan berada.

"Beliau masih dalam perawatan intensif Bu. Cuma kondisinya sudah jauh lebih baik dari sewaktu anda membawanya kemari pertama kali…"kata si perawat senior berkacamata itu.

"Lantas….menurut anda apakah kakak saya itu masih ada kemungkinan untuk sembuh dari sakitnya Bu…? Tanya perempuan cantik itu lagi.

Si perawat tidak langsung menjawab hanya sesekali menarik nafas pelan.

"Ehmm...kalu soal itu kami mohon maaf sebelumnya Bu.
"Kami tidak bisa menjamin 100% soal kesembuhan pasien dalam hal ini kakak panjenengan. Karena yah...anda tahu sendiri penyakit kejiwaan itu tidak ada tolak ukur pasti. Semua tergantung dari si pasien sendiri. Kami sekedar merawat dan memberikan obat syaraf sesuai saran dokter.." tutur si perawat lagi.

Sang tamu lalu terdiam sesaat sebelum si perawat melanjutkan kembali perkataannya.

"Sesuai dengan permintaan Ibu, kami sudah menempatkan beliau di tempat terpisah dan eksklusif disertai perawatan khusus dibanding pasien lainnya…
"...."
"Kami sadar tanggung jawab yang ibu berikan kepada kami. Oleh karena itu kami terus berupaya semampu kami melakukan yang terbaik sesuatu standar kesehatan yang berlaku.
"....."
"Harapan kami tentu sama sebagaimana keinginan Ibu bahwa beliau bisa sembuh dan kembali sehat dan normal seperti sedia kala... "kata si perawat itu lagi seakan mengakhiri perbincangan.

"Baiklah Bu. Saya paham.
"Saya juga tidak menuntut terlalu berlebih kepada pihak rumah sakit karena merawat pasien dengan gangguan kejiwaan seperti ini tentu membutuhkan perhatian dan perawatan yang jauh berbeda dibanding pasien rumah sakit lainnya…"sahut perempuan cantik itu.

"Kalu begitu saya mohon diri Bu Wati. Terima kasih telah berkenan menerima saya di tengah kesibukan ibu sebagai kepala bagian konseling.
"....."
"Saya...amat menghargainya "katanya lagi dengan suara lirih.

"Sebelum pulang, bolehkah saya menemui kakak saya Bu..? Pinta perempuan itu dengan penuh harap.


"Tentu...tentu saja Bu.
"......"
"Mari saya antar langsung kepada beliau agar Ibu bisa melihat perkembangannya…"jawab Ibu Wati si perawat senior yang juga Kepala Konseling.

Keduanya berjalan pelan menyusuri lorong demi lorong rumah sakit itu.

Sejauh mata memandang terlihat sejumlah orang nampak duduk diam membisu seakan tak mengacuhkan kedatangan kedua orang itu.

Sebagian lainnya kadang tertawa-tawa sambil bercakap-cakap sendirian.

Perempuan berkerudung itu nampak memandang penuh rasa iba ke arah orang-orang itu. Ia menyadari betapa berat beban keluarga mereka sehingga terpaksa menginapkan orang-orang terkasihnya di tempat seperti ini.

Sekian menit berjalan sampailah mereka di sebuah bangsal.

Bangsal itu sekilas hampir tak ada beda dengan bangsal lainnya namun ada satu yang membedakan. Sebuah taman kecil nan asri penuh bebungaan mawar nampak tumbuh subur berada di tengah-tengahnya.

Suara cuit burung merdu sesekali terdengar seiring langkah kaki keduanya menapak kian memasuki area dalam bangsal yang cukup sejuk dengan desir angin berhembus lembut sesekali.

Sementara sayup suara alunan lagu yang kian santer kedengaran dari dalam bangsal.

Sebuah alunan lagu dari suara merdu penyanyi Nani Sugianto yang melantunkan "You are - lagu untuk Winda" akhirnya membawa mereka ke sebuah taman asri di dalam bangsal. Taman yang atasnya dibiarkan terbuka menatap langit membentang luas.


You are (Lagu untuk Winda) - Nani Sugianto (1988)


Keduanya memasuki area taman dan terlihatlah seseorang di sana. Orang tersebut tengah duduk membelakangi si perawat dan tamunya si perempuan cantik berkerudung itu.

"Siapa yang memutar lagu ini Bu Wati..?
"Apakah dari pihak rumah sakit atau bagaimana Bu ? Tanya sang wanita berkerudung itu.

"Ooo...Lagu ini beliau yang minta Bu"
"Saat perawat iseng mendengarkan musik beliau tertarik sekali lalu menunjuk-nunjuk ke hape milik si perawat hendak merebutnya…" kata Bu Wati menambahkan sambil menunjuk sopan ke muka dengan ibu jarinya.

Keduanya kini sudah berdiri di tepi taman. Pandang mata keduanya terutama si wanita berkerudung tak lepas memandang tajam ke satu sosok perempuan di depan sana.

Sejenak ia perhatikan lagu itu ternyata keluar dari sebuah player mini portabel disambungkan via speaker kecil tak jauh dari tempat orang itu.

Rambutnya yang demikian panjang hingga menjela pinggul nampak lebat subur menghitam berkilau indah tertimpa seberkas cahaya mentari yang malu-malu mengintipnya dari atas balkon.

Belum terlihat paras wanita tersebut namun kehadirannya mampu membuat sang tamu perempuan di samping Ibu Wati itu menitikkan air mata.
Jemari tangannya yang lentik sesekali nampak mengusap pipinya yang basah karena air matanya.

Dadanya berdegup kencang dan bergemuruh manakala ia berjalan sedikit memutar berusaha melihat paras si wanita.

Tak lama kemudian sang tamu perempuan itu akhirnya bisa melihat jelas paras si wanita misterius yang duduk di tengah taman tersebut.

Sepercik rasa haru seketika menyeruak di dalam relung batinnya. Sesak seakan memenuhi dadanya bersamaan desah lirih mengalir keluar dari bibir tipisnya yang merah itu.


"Roro Inten….."
katanya dengan lirih penuh rasa iba menyelimuti benaknya.

RORO INTEN…!!!

Yah, sosok wanita misterius di tengah taman itu ternyata adalah Roro Inten yang semenjak peristiwa itu tak diketahui rimbanya. Namun tiba-tiba telah berada di sebuah rumah sakit jiwa dalam kondisi bak orang tak sadar dan hilang ingatan.

"Bu Noor...
"...beliau ini sepertinya senang sekali dengan bunga mawar. Semenjak menemukan bunga mawar di dekat bangsal beliau berubah drastis menjadi begitu anteng dan pendiam. Tidak lagi menjerit-jerit histeris dan bertindak liar seperti dulu.
"Seperti permintaan anda....kami telah membuatkan sebuah taman mawar kecil di bangsal ini khusus untuk beliau.
"Semoga saja bisa membantu terapi penyembuhan psikis beliau ke depannya…" kata Ibu Wati sambil mengamati sang tamu yang ternyata adalah Noor Anggraeni.

Noor hanya melirik sekilas ke arah Bu Wati lalu kembali melangkahkan kakinya hingga hanya berjarak selangkah di hadapan Roro Inten.

"Rengganis…."
......
"Oohhh…. Rengganis…."
........
"Maafkan…. maafkan akuuu... Rengganis. Sungguh…"

"...sungguh aku tak mampu berbuat apa-apa untuk menyelamatkan kedua putrimu dan juga...suamimu…"
..........
"Hik...hik...hikk…"
kata Noor lirih sesenggukan tak mampu menahan tangisnya sambil duduk di depan Roro Inten saling berhadapan.

Meski terlihat pucat dan nampak sedikit kurus dari sebelumnya namun tetap tidak mengurangi kecantikan parasnya yang memang agung dan istimewa.

Mata Roro yang bening menatap kelopak mawar dalam genggamannya dengan sorot hampa.

Bibir yang indah bentuknya itu dengan selarik bulu tipis menyerupai kumis samar menaungi bibir cantiknya yang terlihat kering dan tak berona. Seakan tanpa gairah kehidupan di dalamnya.

Ada sekian menit Noor duduk diam sambil kemudian berusaha menyentuh lembut sebelah tangan Roro yang memegangi bunga mawar.

"Hemmmm…!

Ucap Roro setengah berseru dengan tiba-tiba sambil menarik tangannya seperti anak kecil yang tidak ingin kehilangan mainnya lalu mendekap erat tangkai mawar itu dalam pelukannya.

Matanya memandang Noor dengan sorot tajam dengan mulut mencibir seakan tak rela dirinya disentuh.

"Beliau bukannya tak ingin disentuh Bu Noor.
"Beliau cuma tidak ingin siapapun mencoba mendekati bunga mawar di tangannya…
"Beberapa perawat pun sebelum ini juga mengalaminya.
"Nanti setelah beliau selesai bermain dengan mawarnya...biasanya beliau mau diajak komunikasi para perawat…" tambah si perawat senior itu.

"Ah...kasihan dirimu Roro Inten…
"Dia...dia pasti terbayang akan putrinya…."
"Akuu..aku juga tak tahu kabar pasti keberadaan mereka berdua dan juga Nyoto…Oohhh..."

kata Noor lagi lirih seakan pada dirinya sendiri dengan mata masih terlihat sembab

Setelah beberapa lama berada di taman itu Noor pun kemudian meninggalkan Roro Inten yang menyendiri dalam kebisuannya.

Sesekali ia mengusap pipinya yang basah dengan sapu tangan sutra miliknya. Sekilas nampak sebuah noda berbentuk garis kehitaman seperti bekas luka membayang samar di paras cantiknya yang putih mulus.

"Terima kasih atas waktu yang telah disediakan untuk saya Bu Wati. Saya rasa cukup sekian dulu.
"........"
"Lain waktu saya akan datang kembali menjenguknya. Mudah-mudahan kondisi kakak saya makin membaik…"tutur Noor sambil menjura.

"Sama-sama Bu Noor. Saya juga berharap demikian. Apalagi semua perawat dan pegawai rumah sakit begitu sayang dengan beliau.
"Wanita yang begitu ayu bagaikan Dewi seperti Ibu Roro Inten ini tidak semestinya berada di sini…" kata Bu Wati yang sampai detik ini pun tidak mengetahui kejadian sebenarnya yang menimpa Roro Inten

Adik mendiang Suryo Adipati hanya tersenyum tipis mendengar ucapan Wati.

Noor terpaksa berbohong dengan menceritakan sekenanya dan ala kadarnya agar pihak rumah sakit tidak menaruh curiga yang berlebihan.

Noor pun kembali berkata sembari membetulkan kerudungnya dan mengenakan kaca mata modisnya.

"Benar kata Ibu.
"......"
"Kakak saya itu seharusnya berada di dalam istana yang megah dan indah. Hidup bahagia bersama keluarganya tercinta….suami dan anak-anaknya.." ucap Noor dengan tersenyum getir

"Oya Bu, jika ada keperluan apapun soal kakak saya...jangan segan-segan buat menelpon saya…"kata Noor kemudian yang dibalas senyuman Bu Wati sambil menjura ke arah Noor Anggraeni.

Beberapa menit kemudian nampaklah sebuah mobil Toyota Alphard warna putih mengkilap berjalan pelan keluar dari pintu gerbang Rumah Sakit Jiwa "Anggoro Kasih".

Mobil itu pun melaju pelan membelah suasana siang hari pusat Kota Malang yang berhawa sejuk.

Sekian menit melaju berhentilah ia di sebuah perempatan lampu merah. Seorang tukang koran berusia paruh baya bertubuh kurus dekil menyorongkan sebuah koran dari balik jendela.

Si pengemudi Alphard yang adalah seorang perempuan cantik berambut pirang berkacamata modis nampak acuh seraya hendak melambaikan tangan.

Namun sudut matanya yang sempat melihat sekilas headline surat kabar itu sontak membatalkan niatnya.

Ia lalu bergegas membuka jendela lalu membeli sebiji eksemplar koran seharga 2000 perak itu yang kini telah berpindah tangan ke atas pangkuannya.

Matanya menatap tajam dari balik kacamatanya saat membaca sebaris judul kalimat besar yang berada di halaman muka koran tersebut.


Freddy Umbara putra mendiang Bupati Suryo Adipati memenangi pemilihan Bupati Banyumili.

"Ed...
"Selamat untukmu…
"Kau telah berhasil…
"Tapi ada beberapa hal yang musti kau jawab…
"....yaitu tentang Nyoto…dan juga keluarganya...
"...kalu tidak...jangan salahkan siapa-siapa kalu karma itu akan datang menemuimu
"...cepat atau lambat…."
ucap si perempuan cantik pengemudi Alphard itu lalu melipat kembali koran tersebut.

Seiring lampu traffic menyala hijau mobil mewah itu pun langsung melaju menuju barat. Ke arah Kota Banyumili.

========

Hari itu beberapa waktu berlalu pasca pelantikan Bupati Banyumili yang baru.

Petang menjelang malam suasana di Sasana Langgeng Budoyo yang masih satu kompleks di dalam area Paseban Ageng terlihat ramai oleh para tamu undangan.

Banyaknya tamu yang hadir terlihat dari hampir seratusan mobil memenuhi area parkir Paseban Ageng yang sebenarnya sudah begitu luas itu.

Sepertinya tengah diadakan sebuah acara istimewa sehingga banyak plat kendaraan bernopol B alias Jakarta terlihat terparkir rapi di tempat tersebut.

"Terima kasih Ibu Dubes berkesempatan bisa datang ke Banyumili terutama di Paseban Ageng yang merupakan kebanggaan kami.
"Sebuah kehormatan bagi saya mewakili seluruh masyarakat di sini.
"Gracias...gracias…"ucap seorang pria tampan berambut klimis sambil tersenyum lalu menjura di depan dada ke arah tamunya.

Pria tampan klimis ini bertubuh tinggi tegap sambil mengenakan pakaian adat kebesaran bak bangsawan keraton lengkap dengan lencana dan kerisnya. Sungguh berwibawa.

Aura pamor yang ditimbulkannya sungguh memukau membuat sang tamu di depannya yang seorang bule perempuan berusia paruh baya dan seakan ikut terpesona.

"OOO...saya sungguh amat senang bisa hadir kemari Bapak Freddy. Apalagi sambutan anda dan seluruh warga di sini sangat sangat ramah dan hangat.
"Kapan-kapan anda dan istri datanglah ke Madrid. Di sana ada banyak tempat-tempat istimewa yang pasti berkesan buat anda berdua..…"jawab si tamu perempuan paruh baya dengan lafal sedikit terbata-bata dan masih terlihat cantik dengan rambut pirangnya sembari tersenyum manis.

Sofia Adriana yang berdiri tepat di samping suaminya hanya tersenyum kecil.

Malam itu ia tampak begitu anggun dengan setelan baju adat serasi dengan suaminya menemani penyambutan dubes cantik asal Spanyol, Consuela De la Cruz.

Ikhwal apakah yang membuat seorang dubes berkenan datang ke Banyumili.

"Saya dan ayahmu, Carlos Ariando Grozdan berteman baik sejak lama. Dan saya beruntung bisa datang menjenguk putri cantiknya di sini...sekalian menghadiri gelar budaya daerah sebelum balik kembali ke Jakarta…"ucap Dubes Consuela seraya tersenyum memandang Adriana.

Kedatangannya kali ini memang tidak biasa dan serba kebetulan. Bersamaan acara resmi kedutaan di Surabaya, dia menyempatkan diri datang menghadiri undangan spesial dari Sofia berupa gala dinner sekaligus gelar budaya lokal Kabupaten Banyumili yang bertepatan di minggu ini dan di tahun ini tengah berulang tahun ke 455.

Hal ini kontan membuat Freddy begitu bangga. Dia pandai memanfaatkan situasi sekaligus pengaruh istrinya yang memang punya pengaruh luas terutama dari ayahnya yang kebetulan seorang pebisnis internasional dan super kaya.

Kehadiran sang dubes di Banyumili sudah barang tentu menjadi perbincangan publik dan media. Hal ini setidaknya menjadi awal citra positif dirinya yang dianggap sebagian orang hanya mendompleng nama besar mendiang ayahnya.

Acara demi acara berlangsung begitu meriah bukan hanya pagelaran adat daerah berupa pertunjukan seni tari, seni musik daerah melainkan juga pertunjukan khas tari-tarian khas Spanyol.

Di tengah acara berlangsung seseorang diam-diam menemui Freddy yang langsung beranjak pergi ke dalam sebuah ruangan private dan langsung ditutup dan dijaga beberapa security berbadan tegap.

"Pak Sony Herlambang….wah..wah...ada angin apa gerangan yang membuat anda pengin ketemuan di tempat seperti ini….
"......"
"Bukankah sebaiknya kita berada di luar sambil menikmati sajian khas nan berselera…" ucap Freddy sambil tersenyum tipis seolah mengejek.

Di hadapannya kini berdiri pria bertinggi sedang dan rada tambun yang sebagian rambutnya nampak memutih.

Pria berumur sekitar 50an tahun ini nampak tegang dengan raut muka suram memandang Freddy.

"Ah, aku tak mau berbasa-basi Freddy. Sekarang mana janjimu untuk melunasi sisa utangku kepada bank sebesar 30 milyar sesuai kesepakatan kita dahulu…
"Bahwa aku bersedia mengalah kepadamu supaya menang di pilkada tapi kau mau menutup utang2ku di Bank…
"Sudah lewat 3 bulan kau tak juga menepati janjimu...apakah kau mau ingkar janji…
"Aku sudah menjual hampir semua asetku...dan itu masih kurang banyak buat menutup utang2ku…
"........
"Kau tahu Fred…sudah seminggu ini aku ditelpon bank karena sudah lewat jatuh tempo…dan aku tak mau keluargaku tahu soal ini.
"........
"Aku...aku minta kau bersikap gentleman sesuai janjimu malam itu…"ucap pria tambun itu dengan raut muka setengah memelas setengah jengkel.

Freddy hanya berdiri dengan lagak angkuh. Sebentar ia memandang pria tersebut lalu berucap datar sambil bersedekap di depan dada.

"Bagiku utangmu yang sekian milyar itu bukan masalah besar...
"..........
"Aku pasti akan membantu karena aku bukan tipikal pria oportunis yang pengecut dan ingkar janji.
"......
"...tapi…
".......
"Tapi...aku juga tak sebodoh itu.
".......
"Begitu utangmu lunas...kau bisa saja berbuat macam-macam di belakangku. Dan aku tidak mau itu terjadi…
"..........
"...biarlah kuberi jeda dulu sekian waktu agar kau tak banyak berlagak nanti.....hehehe "ucap Freddy dengan raut angker.

Mendengarnya hal ini sontak wajah Sony Herlambang yang bukan lain adalah mantan rivalnya di pilkada kemaren berubah.

"Kau...kau hendak mempermainkan aku... Freddy Umbara…!!!
".........
"Kau...kau mau mempermalukan aku di depan orang banyak…!!
".........
"Kau berniat membuatku babak belur bahkan hancur lebur dengan meminjam tangan orang lain lalu kau berlagak bak pahlawan kesiangan untuk menolongku…."kata pria itu sambil bibirnya gemeretak muka mengeras menahan amarah.

"Kenapa tidak ?
"Apapun akan kulakukan....kalu itu memang manfaat buatku. Sekalipun orang lain yang menanggung akibatnya....bodo amat "jawab Freddy enteng.

Si pria tambun terhenyak mendengar kata-kata itu terlontar begitu saja dari mulut lelaki angkuh ini.

"...kau...kau begitu jahat... Freddy…?!!
".......
"Kau...kau bahkan lebih kejam dari mendiang ayahmu…
".......
"Kau…......



"BANGSAA**….!!!!!

Tiba-tiba Freddy memotong ucapan Sonny dengan sebuah bentakan keras menghunjam jantung sambil mendongak ke atas

Saking kerasnya bentakan itu dinding ruangan khusus yang cukup tebal itu tak mampu meredam sepenuhnya suaranya yang masih terdengar dari luar membuat beberapa security khusus yang ditugaskan berjaga sontak saling berpandangan tapi hanya diam saja.

Beruntung tidak ada orang lain yang mendengarnya karena keramaian pesta gala dinner dan suara musik yang cukup nyaring menyamarkan bentakan keras Freddy.

Sesaat suasana berubah seakan hening mencekam. Hanya terdengar desah nafas Herlambang yang kaget setengah mati. Sebentar kemudian Freddy menoleh sambil menyeringai sadis.


"Hah...kau pintar juga Pak Tua...
".....tak heran kau berani menantangku di pilkada kemaren….hehehe.."
"…..
"Satu hal lagi yang patut kau ingat Pak Tua….
"Jangan sebut lagi nama mendiang ayahku di depanku...!!!
"Aku yang sekarang adalah Freddy Umbara, Bupati Banyumili yang terhormat bukan lagi Suryo Adipati…!!!
"......
"Heh…!
".......
"Kau...kau sudah merengek-rengek ngemis minta duit masih saja bertingkah sok preman pasar…
"......
"Kau pikir aku siapa heh…!!
"......
"Sudah untung kau dan keluargamu tak kuhabisi…" dengus Freddy sambil kali ini tiba-tiba mencengkram leher pria paruh baya yang hanya setinggi lehernya itu dengan tangannya yang kokoh.

Pria itu nampak megap-megap kehabisan nafas sebelum Freddy kemudian melepaskannya sambil membersihkan pakaian beskap adatnya yang mahal.

Pria itu tersungkur sambil terbatuk-batuk dengan sedikit meringis nyeri pada kulit lehernya yang sempat tertarik lengan kekar Freddy.

"Aku...aku tidak bermaksud menghinamu…Fred….huk...hukk..
".....
"Aa..aku cuma ingin kau tepati dirimu punya janji…huk..hukk…"
ucap Sony Herlambang sambil terduduk memelas.

Sungguh orang takkan percaya dengan apa yang dilihatnya bahwa seorang pengusaha kaya raya seperti Sonny Herlambang mampu dibuat jungkir balik di hadapan Freddy Umbara.

"...aku ….aku cuma...inginnn…

SEETT......!


Belum tuntas Sonny menyelesaikan kata-katanya Freddy pun mengangkat tangan membuat mulut Sonny seolah terkunci mendadak.

Sonny mendadak seperti melotot sambil beringsut ketakutan mundur ke belakang sampai terjengkang membentur tembok.

Entah apa yang dilihatnya namun segera setelah itu berkas cahaya kemerahan perlahan tapi pasti menyeruak ke segenap penjuru ruangan yang cukup luas itu.

Sinar merah itu kian memenuhi area penjuru ruangan bersamaan hawa panas menghampar di sekelilingnya.

Sonny tampak gemetar ketakutan dengan peluh dingin bercucuran hampir di sekujur badannya takkala matanya menatap ke satu benda di tangan Freddy yang menjadi sumber cahaya dan hawa panas itu.

"Tak ada siapapun di jagat ini baik jin maupun manusia berhak memerintah aku...Freddy Umbara sang Bupati Banyumili yang perkasa.
"........
"Dan bagi siapa saja orang yang tidak mau tunduk kemauanku...keinginan dari Freddy Umbara sang Bupati Banyumili yang terhormat bakal mampus terbang ke alam baka…
"........
"Aku takkan sungkan-sungkan lagi…
"......
"Kowe wis paham….Sonny Herlambang…!!!

Kata Freddy angker dengan raut muka membesi begitu seram sambil memegang benda yang merupakan sebilah keris yang sepertinya tak asing lagi.

Hawa dahsyatnya kontan membuat Sony Herlambang yang orang biasa hanya diam tak menjawab bahkan terlihat sesuatu yang basah di area selangkanganya menyebarkan bau pesing di ruangan itu.

Yah, Herlambang sampai terkencing-kencing di celana saking down-nya melihat kengerian pusaka magis yang kini berada di tangan Freddy.

Sungguh bagi dia Freddy saat ini bagaikan malaikat maut yang siap mencabut nyawanya hingga Sonny pun lupa akan keadaan dirinya sendiri.

Luar biasa aura horor yang ditimbulkan keris pusaka di tangan Freddy.

Entah...bagaimana Freddy bisa mendapatkan pusaka tersebut bahkan mampu menahan dan menggunakan kekuatan magisnya sebagaimana mendiang ayahnya.

Melihat kenyataan yang menimpa pria malang tersebut membuat Freddy tertawa. Makin lama makin keras membahana.

Sungguh Freddy benar-benar telah menaklukan Sony Herlambang rival politiknya itu secara telak. Baik fisik maupun mentalnya.

Freddy yang sekarang seolah berbeda jauh dari Freddy sebelumnya yaitu Freddy si anak manja yang urakan, emosional dan sembrono.

Kini dia seolah menjelma sempurna menjadi reinkarnasi sosok mendiang ayahnya.

Ah, bukan...!!!

Bukan seperti Suryo Adipati. Bahkan lebih dari itu. Lebih dari Suryo Adipati.

Benar apa kata Herlambang, Freddy telah menjadi sosok baru dan istimewa yang lebih sangar dan lebih kejam dari ayahnya.

Apakah ini suatu berkah untuk Banyumili atau justru merupakan musibah.

Waktulah yang akan membuktikan.


Sementara itu Sofia Adriana masih sibuk bercakap-cakap dengan Dubes Spanyol, Consuela De La Cruz sambil sesekali terlihat saling menebar senyum dan canda.

"Ah, Madam...adakah lagu favorit yang biasa anda dengarkan…?
"......
"Kebetulan ada live music di sana…
"Kalu ada….kita bisa dengarkan sama-sama sambil menikmati sajian khas lokal masyarakat di sini…"kata Sofie dengan ramah.

Dubes Consuela hanya tersenyum lalu menggoyangkan kepalanya seraya mengamit lengan Sofie bagaikan anaknya sendiri.

Keduanya kemudian masuk ke area floor menuju panggung di mana sejumlah kru pemain grup musik tengah bersiap menyanyikan tembang-tembang pilihan buat menghibur para tetamu.

Sofie yang sesekali nampak tersenyum sumringah membalas salam tegur sapa dari para tetamu sambil sesekali menoleh ke sekeliling tiba-tiba menghentikan langkahnya.

"Ada apa Sofie…? Tanya Consuela kepada Adriana.

Sofie tak lantas menjawab hanya pandangannya terpaku terfokus ke satu sudut.

Yah, ia seperti melihat sesuatu yang begitu menarik perhatiannya.

"Perdóneme Madam….just wait a second...." tutur Sofie sambil bergegas menuju arah yang ditujunya.
(Maaf.red)

Begitu sampai Sofie nampak terlihat celingak-celinguk ke sana kemari seolah ada yang dicarinya.

Sekian saat ia mengamati sekelilingnya dan hanya terlihat para tamu berjubel asyik dengan urusannya sendiri-sendiri.

"Ah...bukankah tadi aku melihat jelas sosoknya di sini.
".......
"Aku tidak mimpi…
"......
"Aku sungguh melihatnya berdiri di sini..
"........
"Oohhh Mawar….Mawar Sembilu my dear…
"..........
"Benarkah kau yang kulihat tadi sayang…"
ucap Sofie lirih dengan raut muka cemas.

Tak lama kemudian Consuela terlihat melambaikan tangannya dari kejauhan.

Sofie yang tak menemukan sosok yang dicarinya nampak begitu kecewa namun dengan terpaksa ia kembali ke tempat Consuela berdiri.

Sebentar kemudian terlantunlah sebuah lagu lawas milik Veronica Castro, sang biduan terkenal dari Meksiko era 80an yang juga merupakan sountrack opening telenovela terlaris di masanya "Wild Rose"


Rosa Salvaje by Veronica Castro (1987)


Tengo ganas de vivir
Tengo ganas de sentir
Demostrarle al mundo entero
La mujer que habita en mí

Tengo ganas de volar
Por su vida con mis alas
Hacia la felicidad
Hacia la felicidad

Rosa salvaje soy yo
Rosa salvaje
Tengo triste el corazón
Cada mañana pido a la Virgen
Que él me ame
Como lo amo yo

Rosa salvaje soy yo
Tengo sueños por cumplir
Tengo fuerza y voluntad
Y una estrella que me guía

A lo largo de mi andar
Mil caricias a estrenar
Y el amor más limpio y puro
Lo reservo para él

Solamente para él

Rosa salvaje soy yo
Rosa salvaje
Tengo triste el corazón
Cada mañana pido a la Virgen

Que él me ame

Como lo amo

Rosa salvaje soy yo
Rosa salvaje, tengo triste el corazón

Rosa salvaje

Rosa salvaje
Que él me ame

Como lo amo yo

Rosa salvaje soy yo
Rosa salvaje, tengo triste el corazón
Rosa salvaje

Rosa salvaje.


Terjemahan :

aku ingin hidup
saya ingin merasakan
Tunjukkan pada seluruh dunia
Wanita yang tinggal di dalam diriku

aku ingin terbang
Untuk hidupnya dengan sayapku
Menuju kebahagiaan
Menuju kebahagiaan


Mawar liar adalah aku
mawar liar

Hatiku sedih
Setiap pagi saya bertanya kepada Perawan

Bahwa dia mencintaiku
Betapa aku mencintainya

Mawar liar adalah aku
Aku punya mimpi untuk diwujudkan

Saya memiliki kekuatan dan kemauan
Dan bintang yang membimbingku
Sepanjang perjalananku
Seribu belaian baru

Dan cinta yang paling bersih dan paling murni
Saya memesannya untuknya
Hanya untuk dia

Mawar liar adalah aku

mawar liar

Hatiku sedih
Setiap pagi saya bertanya kepada Perawan

Bahwa dia mencintaiku
Betapa aku menyukainya

Mawar liar adalah aku

Mawar liar, hatiku sedih

mawar liar

mawar liar

Bahwa dia mencintaiku
Betapa aku mencintainya


Mawar liar adalah aku

Mawar liar, hatiku sedih

mawar liar

Mawar liar.



Lagu yang berjudul asli dalam bahasa latin "Rosa Salvaje" dan memiliki arti yang sama "Wild Rose" atau Mawar Liar itu mengalun lembut syahdu mengalir membuai telinga para tamu yang sebagian diantaranya adalah spanish people seketika menoleh dan tersenyum ceria.

Dubes Consuela pun nampak tersenyum sambil bertepuk tangan sementara Sofie sesaat diam sambil kepalanya kembali menoleh ke arah sekelilingnya berharap ia bisa menemukan sosok yang dirindukannya.

Sosok gadis remaja yang telah dianggap adiknya sendiri. Sosok yang diakuinya sempat dilihatnya tadi.

Benarkah apa yang dilihat Sofie adalah Mawar adanya….?

Sementara lagu itu terus mengalun bersama keriuhan yang mengikutinya. Nampak satu sosok berjalan tenang di tepian jalan Paseban Ageng yang lebar dan asri.

Sosok itu berjalan dalam remang gelap Paseban Ageng yang sunyi di antara pepohonan rindang di kanan kirinya. Lampu-lampu taman Paseban yang samar tertutup dedaunan sedikit memperlihatkan sekilas raut wajahnya.

Seraut paras gadis remaja yang begitu manis dan imut menggemaskan. Matanya indah dan bening menatap tajam ke muka dengan bibir mungilnya yang berwarna pink nan imut diam membisu

Kulitnya yang putih mulus seolah bercahaya dalam gelap saking halusnya.

Ia mengenakan seragam sekolah SMA yang terlihat kotor oleh bercak tanah dan lumpur.

Sesaat setelah sampai di pintu gerbang depan pos jaga si gadis menoleh ke arah dalam gedung Paseban Ageng yang kini berada cukup jauh di belakangnya.

Anehnya para penjaga yang saat itu banyak berkerumun di pos penjagaan seolah tak melihat sosoknya.

Gadis itu terlihat melemparkan senyum yang begitu manis lalu tak lama kemudian berubah menjadi seutas seringai seram hingga menampakkan gigi taringnya yang mencuat menakutkan.

Sedetik kemudian si gadis misterius itu berlari ke luar kompleks Paseban Ageng menuju jalan raya menembus pekatnya malam lalu menghilang tertelan gelapnya hari dan keheningan gulita.

Tak lama kemudian tiba-tiba terdengar jelas suara lolongan serigala di kejauhan yang sontak membuat semua penjaga di dalam pos terperanjat bahkan ada seorang di antaranya sampai kesedak kopi yang hendak diminumnya saking kagetnya.




Sebentar mereka berlarian ke luar sambil membawa pentungan di tangan masing-masing sebagian lain membawa belati khas satpam.

Mereka menatap ke arah asal suara namun setelah sekian saat mereka tak menemukan ada yang mencurigakan.

Seorang di antaranya spontan menatap ke arah langit malam disusul beberapa kawan lainnya.

Nampak bulan purnama putih seolah berwarna kemerahan bersinar dari balik mega putih menyiratkan aura aneh yang sontak membuat bulu kuduk mereka sontak berdiri.

Mereka sadar bulan purnama ini bukanlah yang pertama sekaligus yang terakhir. Masih ada bulan purnama berikutnya yang akan datang namun entah kapan.

Namun ada satu yang tidak mereka sadari. Bahwa manakala bulan purnama darah itu tiba maka itulah saatnya dia datang menagih hutang.

Hutang nyawa kepada mereka yang tega berbuat jahat kepada orang-orang yang dikasihinya terutama adiknya tersayang.

Kapankah itu….??
,,,,,,,,,,,

Tak ada jawaban yang pasti.


Namun seperti kata Ebiet, mari kita tanyakan saja kepada rumput yang bergoyang.



Berita kepada kawan - Ebiet G. Ade.















- Fin -







 
Terakhir diubah:
Sore itu Dalu Jatmiko nampak asyik merebahkan tubuhnya yang tinggi sedikit ceking duduk santai di kursi malas berbahan elit kayu jati model tunggal yang baru beberapa hari ia beli dari Jepara.



Kursi yang terbilang cukup mahal karena kualitas bahan serta desainnya itu kini menemani hari-harinya di kala senggang setelah tak lagi bekerja di Paseban Ageng Banyumili.

Matanya melihat sekeliling pekarangan rumahnya yang berhalaman luas dengan sejumlah mobil-mobil pick up dan truk berjajar rapi.

Semenjak meninggalnya mendiang Bupati Suryo Adipati dan istrinya Dalu memang tak lagi bekerja sebagai sopir pribadi di Paseban Ageng.

Apalagi wakil bupati yang telah ditunjuk oleh Gubernur sebagai plt (pelaksana tugas) sementara Bupati Banyumili memilih untuk tinggal di rumah sendiri dengan sopir pribadinya.

Lalu apakah dengan demikian selama beberapa tahun ini Dalu Jatmiko telah menjadi seorang pengangguran ?

Asap kretek mengepul tebal dari sudut bibir yang tebal menghitam karena saking banyaknya ia menyundut rokok di hampir sepanjang hidupnya.

Sesekali matanya memicing sambil sebelah tangannya asyik menyeruput kopi tubruk kental dari secangkir gelas di atas meja yang juga terbuat dari kayu jati asli.

Di hadapannya nampak sejumlah orang laki-laki berpakaian dealer Kawasaki tampak sibuk menurunkan sebuah motor trail KLX 230SE terbaru yang baru saja dibelinya seharga 50 juta dari kota.



Kawasaki KLX 250 SE

Sebentar ia berdiri cepat sambil berkacak pinggang manakala salah satu kernet pick up dealer terlihat terhuyung karena salah posisi berdiri yang hampir saja membuat motor trail gress tersebut terguling.

"Hey…!!!

"tuh motor kalu ancur ndak cukup diganti rugi dengan gaji kalian setahun…!
"Punya mata sama otak dipake jangan dianggurin..!


Terdengar suara Dalu cukup keras yang membuat para pegawai dealer itu memerah mukanya.

Entah karena merasa bersalah, malu atau mangkel dalam hati.

Hal ini tentu menimbulkan tanya. Dalu yang notabene dulunya hanya selevel jongos alias suruhan bisa berkelakuan seperti big bos.

Mari kita kulik sedikit apa yang sebenarnya terjadi pada pria keling ini.

............
Pasca tewasnya Suryo Adipati, Freddy berusaha untuk membuat skenario untuk mengaburkan tentang kejadian sebenarnya yang menimpa kedua orangtuanya.

Di antaranya dengan "memaksa" saksi-saksi yang mengetahui ihwal peristiwa itu untuk mengikuti instruksinya. Salah satunya adalah Dalu orang yang dianggap dekat dengan Suryo Adipati dan istrinya karena posisinya sebagai sopir pribadi.

Sesuai kesepakatan di antara mereka akhirnya polisi menyimpulkan hasil penyelidikan bahwasanya Suryo Adipati memang meninggal karena kecelakaan. Pun demikian halnya dengan Siti Sundari meninggal dunia karena sakit tanpa melalui otopsi.

Freddy tahu betul sopir kepercayaan mendiang ayahnya adalah tipikal manusia yang oportunis alias suka enaknya sendiri. Bagi dia selama sesuatu itu menguntungkan tidak perlu malu untuk menyikatnya tak peduli orang lain.

Itulah yang sangat disadari oleh Freddy. Oleh karena itu sebelum penyelidikan polisi Dalu diminta kembali ke kampung halamannya untuk menguatkan alibinya.

Freddy pun memberikan pesangon berupa duit yang terbilang "wow" padanya.

Dalu lantas bermetamorfosis menjadi sosok lain yang berbeda. Dari bentuk entung tak berguna terus menjelma menjadi serangga berkepala besar yang terbang kian kemari dengan seenak udelnya.
(Kepompong.red)

Aneh kedengarannya tapi demikianlah kenyataannya. Mungkin tak sedikit orang yang tak suka atau iri dengan kemakmuran yang diperoleh Dalu.

Namun itulah yang dinamakan suratan nasib. Tinggal apakah orang tersebut pandai mensyukurinya atau malah dadi kere munggah bale ora eling molak malik ing jaman.

..........
Sambil asyik menatap koleksi motor barunya selang sebentar kemudian bunyi hp ringtone nya berbunyi nyaring.

"Ya...piye Jon ?
"......."
"He eh...Iyo jipuk'o saiki ning Muntilan. Bawa 3 truk pasir nanti taruh ke gudang. Besok biar di ambil suruhane kontraktor CV. Lukman..."
"...."
"Jo nganti telat Yo..."

"....."
"Lekes...ndak lungo cepet…!

Sekian menit Dalu sibuk memberikan perintah kepada seseorang di ujung sana sebelum kemudian ia menutup telpon sambil wajahnya yang cukup sangar menghitam menyeringai puas.

"Hehehe….satus yuto..***ebu ning kantongku maneh....hehehe…
"Ngene kok Dalu ora tambah sugih...piye jal...hehehe…
"Besok gari rabi maneh...golek cah wadon sing perawan ayu tur semok...hahahaha
…"
tuturnya pelan sambil tertawa sendiri sambil mengenang peristiwa sore itu kala menggagahi Indah Seroja sontak terlintas kembali.

Rasa nikmat yang seolah baru kemarin ia reguk dari sosok molek gadis remaja itu begitu menggoda relung hatinya membuatnya kian bernafsu mengawini seorang gadis perawan. Meski kini ia sudah berhasil menikahi janda semok yang diincarnya sejak lama, Jumini.

Bruum…!!

Tak lama dengan mengendarai moge berjenis cruiser Kawasaki ninja ER6N ia menuju rumah keduanya yang masih satu desa tak jauh dari rumah pertamanya ini.



Kawasaki ER6N

Beberapa kali sejumlah warga desa melambaikan tangan ke arahnya dengan beberapa di antaranya menyapa ringan.

"Pak kades…!! Kata mereka.

Dalu terlihat enteng dengan hanya melempar senyum tipis terkesan angkuh dari balik kacamata hitamnya.

Rumah kedua Dalu sekaligus rumah yang diperuntukkan untuk istri barunya yang seorang janda beranak satu, Jumini berdiri kokoh cukup megah berubin marmer.

Di halamannya yang cukup luas berpaving rapi dengan rimbun pepohonan mangga raksasa berbuah lebat seolah menampakkan aura "bangsawan" sang pemilik rumah.

Dua buah mobil cukup mentereng masing-masing sebuah Kijang Innova dan Honda Brio menambah kesan sang pemilik adalah orang terpandang di Desa Ketuban.

Yah, tentu saja.

Siapa lagi kalu bukan Dalu Jatmiko, mantan sopir yang kini beralih profesi sebagai pengusaha tambang pasir kelas bantam sekaligus seorang kepala desa.





Ellyas Pical

Kelas Bantam
(Kelas Bantam atau Bantamweight adalah salah satu divisi kelas petinju yang berat badannya tidak lebih dari 54 kg. Berada di atas kelas terbang (50 kg) dan setingkat di bawah kelas bulu (57 kg).
Petinju Indonesia yang pernah mengharumkan nama bangsa dengan yang pertama menjadi juara dunia di kelas ini adalah Ellyas Pical sang putra Saparua pada 3 Mei 1985)



Dari rumah beserta pekarangannya yang terbilang wah untuk ukuran sebuah desa ada satu yang menarik perhatian siapa saja yang kebetulan bertamu atau sekedar melintas.

Sebuah taman yang tertata indah dan asri terlihat menonjol dengan beragam pepohonan bunga mawar cantik yang tumbuh subur menghiasi berbagai sudut taman.



Mawar Putri Merah



Mawar Mega Putih


Bunga Mawar Putri yang berwarna merah bersanding serasi dengan bunga Mawar Mega yang berwarna putih memenuhi area taman seluas kurang lebih 50 m2 di samping rumah.

Beberapa permainan anak-anak macam ayunan dan jungkat-jungkit terlihat menghiasi area taman yang terlihat cantik penataannya.

Entah siapa yang menanam dan merawatnya karena begitu terawat dan amat asri. Kontras dengan kebanyakan rumah lainnya yang cuma ditanami bunga pot liar seadanya.

Tak lama seorang wanita muda berkerudung dengan riasan rada menor menyambutnya dengan penuh sukacita.

"Mas Dalu….kirain siapa…?!
"Suara motormu keras banget mas. ngoeng-ngoeng kedengaran sampai dapur...hihihi…" kata si wanita yang meski berhijab namun masih menampilkan lekuk tubuhnya yang semok montok menggairahkan.

Kulitnya nampak mulus kuning langsat. Dadanya menonjol besar dengan pinggang yang cukup ramping.
Pinggulnya yang mekar ditambah buah pantatnya yang begitu besar dan nungging serta paha padatnya yang berisi membuat pria pengin menjamahnya.

Tidak terkecuali Dalu yang langsung menyergapnya dengan pelukan dan ciuman penuh nafsu.

'hah….hah...sshhh...ahhhh…"
........
"Masss….daluuu...janggannn... disinii...nanti ada yang liat masss...aahh…
"keluh si wanita manis berhijab dan semok berusia sekitar 38 tahun itu.

"Jum...Jumini….Kowe jan marai peliku ngaceng...hahh...aku ora tahannn... Jum…" desah Dalu masih berusaha menciumi wanita yang ternyata adalah istrinya yang baru, Jumini.



Jumini

Selang sekian detik Dalu meremas bokong padat Jumini terdengar deru motor matik melintas di luar halaman rumah disertai candaan beberapa gadis membuat Dalu menghentikan aksi liarnya.

Tak lama kemudian seorang gadis remaja berhijab dan berkaos gelap dengan rok sedikit ketat warna terang berjalan ke arah mereka berdua lalu terdengarlah suara renyahnya khas abg.

"Bunda…." Tutur si gadis yang baru tiba seraya mencium tangan Jumini.

Sejenak sang dara hanya mengerling sebentar ke arah Dalu lalu ikut mencium tangannya.

Dalu hanya terpekur melihat sang dara yang setinggi bahunya ini lalu menatap nanar dada si gadis yang bulat menonjol membusung dari balik kaos ketatnya.

"Apa lagi yang kau bawa nduk…?
"Kayak mawar tapi kok warnanya beda ya...oranye.
"Jujur, baru kali ini Bunda liat mawar model gini…" kata Jumini melihat sebuah pot berisi tanaman di tangan anak gadisnya.

"Oo..ini Mawar Talitha Bunda. Memang jenis ini terbilang jarang. Makanya banyak merasa asing seperti Bunda…" tutur si gadis sambil tersenyum manis.



Mawar Talitha

Sesaat sang dara berbasa-basi sejenak dengan ibundanya sementara Dalu hanya mengusap-usap dagunya yang kotak dan ditumbuhi jenggot jarang.

Matanya masih tak berkesip memandang sosok cantik sang dara yang begitu mempesona sekaligus merangsang birahinya.

Tonjolan payudara mengkal khas ABG dan kulitnya yang putih demikian mulus begitu memukau Dalu.
Wuuuasuuu...***tal sekali tangannya untuk meremas susu sang dara
Ehmm….sudah gilakah dia hendak memakan anak sendiri ?

"Mawar ini dikasih temen Rani di sekolah. Kebetulan dia punya jenis ini. Ya sudah...namanya rejeki Bunda…hihihi.." kekeh Rani.

"Iya nduk. Rejeki datang jangan ditolak. Terus mau kamu tanam di taman ya…? Tanya Jumini yang lantas dibalas sang putri dengan mengangguk.

Rani pun bergegas menuju taman diiringi pandangan penuh nafsu Dalu menatap bongkahan pantat padat Rani Maheswari yang bulat menonjol begitu merangsang.

Samar-samar garis celana dalam mini sang dara tercetak ketat dari rok slim-nya memperlihatkan belahan bokongnya.

Sungguh membuat jantungan pria manapun yang berkesempatan melihatnya. Tak terkecuali...Dalu, ayah tirinya.


"Oya Mas...aku ke dalam dulu buat nyiapin makan siang. Kebetulan anak kita sudah datang…" kata Jumini sambil tersenyum.

Dalu hanya diam tak membalas. Dia seperti sibuk melihat sang putri yang sekarang telah tumbuh menjadi dara cantik dan montok menarik hati. Beda sekali dengan beberapa tahun yang lalu saat ia masih berseragam biru putih.



Rani Maheswari


Yah, dia... Rani Maheswari. Putri tunggal Jumini dari suami pertamanya yang telah lama bercerai sewaktu Rani masih balita.

Saat berpacaran dengan Jumini, Rani sudah duduk di bangku SMP. Kini beberapa tahun berlalu Rani telah tumbuh mekar bak bunga mawar di taman asri.

Begitu menarik perhatian bukan hanya teman-teman prianya di sekolah bahkan para pemuda desa pun menggilainya.
Namun sosok Dalu membuat para pemuda desa itu berpikir dua kali buat mendekatinya.

Rani dan Jumini tidak menyadari bahwa Dalu diam-diam menyimpan hasrat tersembunyi terhadap sang dara.

Meski sebagai anak tiri tidak membuat Dalu menahan diri justru kian besar keinginannya untuk bisa menikmati sang dara.

"Anake Jumini kae saiki jan wis gede tenan.
"Yo awake yo susune yo bokonge. Ckckck...jan marai kontolku ngaceng ben dino.....sshh aaahh…"

desah Dalu takkala sang dara berjongkok berdiri memperlihatkan pangkal paha Rani yang ciut dan kencang dari rok ketatnya.

Perlahan-lahan Dalu mendekati Rani sambil berlagak kebapakan.

"Maware jan apik-apik nduk…"kata Dalu seraya memerhatikan Rani.

"Inggih Romo…"
.....
"Ini semua berkat bantuan temen-temen Rani. Rani dari SD memang pengin ngoleksi bunga mawar…."sahut Rani.

Sekian saat setelah selesai menanam Mawar Talitha pemberian teman karibnya Rani pun pamit kepada ayah tirinya untuk membersihkan diri.

Dalu hanya tersenyum simpul sambil menatap sang dara yang beringsut menebarkan harum parfum lembutnya. Seiring gerak laku gemulai sang dara yang molek meninggalkannya Dalu hanya menyeringai sambil membetulkan selangkangannya.

Ia pun menatap taman mini di hadapannya seraya berjongkok. Dipegangnya sebuah kelopak mawar merah dengan jemari tangannya.

"Akhh…SETAN..!

Pekik Dalu spontan sambil nyengir manakala tangannya tak sengaja terkena duri tajam tangkai mawar yang cukup bikin ngilu.

TEEK…!

Tanpa sepengetahuan Rani, Dalu yang setengah mangkel sontak mematahkan tangkai mawar merah yang sempat melukainya.

Diperhatikan sejenak jemari telunjuknya yang nampak berdarah. Dalu hanya menggereng halus sambil menyeringai.

"Aku harus bisa menikmati memek perawanmu nduk...hehehe…."
"......"
"Apapun yang terjadi...aku ra perduli. Aku kudu biso ngenthu awakmu, cah ayu"
"....."
"Buat Dalu...tidak ada yang tidak mungkin….hehehe…" kata Dalu kembali menebar senyum penuh arti seraya berdiri lalu dengan mendengus keras ia remas kelopak bunga mawar merah di tangannya hingga pecah berkeping lalu dibuangnya jauh-jauh.

========
Rumah Sakit Jiwa "Anggoro Kasih"


Pagi itu suasana di sebuah bangunan megah dan luas di Kota Malang terlihat cukup sepi. Hanya terlihat sejumlah karyawan dan perempuan berpakaian laiknya perawat hilir mudik di dalam lorong gedung yang panjang dan hening.

Suasana di luar bangunan nan cukup megah terlihat begitu asri dengan taman, kolam air dan pepohonan yang rimbun tertata membuat siapapun takkan menyangka bahwa gedung tersebut nyatanya sebuah rumah sakit jiwa.

Rumah sakit yang khusus secara spesifik merawat dan menangani pasien yang mengalami gangguan mental serius.
Rumah sakit gangguan mental sangat bervariasi dalam tujuan dan metode. Beberapa rumah sakit mungkin mengkhususkan hanya dalam jangka pendek atau terapi rawat jalan untuk pasien berisiko rendah.

Rumah sakit lain mungkin mengkhususkan diri dalam perawatan sementara atau permanen dari warga yang sebagai akibat dari gangguan psikologis, memerlukan bantuan rutin, perawatan khusus dan lingkungan yang terkendali.

Sementara itu di dalam salah satu ruangan konseling utama nampak seorang perawat paruh baya yang terlihat cukup berumur dan senior tengah bercakap-cakap dengan seorang tamu.

Perbincangan di antara mereka terlihat cukup serius dan sudah berlangsung hampir lebih dari setengah jam lamanya.

Sesekali si tamu yang duduk membelakangi serta mengenakan kerudung putih mengangguk sesekali. Wajahnya yang cantik dengan anting emas menghiasai telinganya menandakan bahwa dia seorang perempuan dari kalangan berada.

"Beliau masih dalam perawatan intensif Bu. Cuma kondisinya sudah jauh lebih baik dari sewaktu anda membawanya kemari pertama kali…"kata si perawat senior berkacamata itu.

"Lantas….menurut anda apakah kakak saya itu masih ada kemungkinan untuk sembuh dari sakitnya Bu…? Tanya perempuan cantik itu lagi.

Si perawat tidak langsung menjawab hanya sesekali menarik nafas pelan.

"Ehmm...kalu soal itu kami mohon maaf sebelumnya Bu.
"Kami tidak bisa menjamin 100% soal kesembuhan pasien dalam hal ini kakak panjenengan. Karena yah...anda tahu sendiri penyakit kejiwaan itu tidak ada tolak ukur pasti. Semua tergantung dari si pasien sendiri. Kami sekedar merawat dan memberikan obat syaraf sesuai saran dokter.." tutur si perawat lagi.

Sang tamu lalu terdiam sesaat sebelum si perawat melanjutkan kembali perkataannya.

"Sesuai dengan permintaan Ibu, kami sudah menempatkan beliau di tempat terpisah dan eksklusif disertai perawatan khusus dibanding pasien lainnya…
"...."
"Kami sadar tanggung jawab yang ibu berikan kepada kami. Oleh karena itu kami terus berupaya semampu kami melakukan yang terbaik sesuatu standar kesehatan yang berlaku.
"....."
"Harapan kami tentu sama sebagaimana keinginan Ibu bahwa beliau bisa sembuh dan kembali sehat dan normal seperti sedia kala... "kata si perawat itu lagi seakan mengakhiri perbincangan.

"Baiklah Bu. Saya paham.
"Saya juga tidak menuntut terlalu berlebih kepada pihak rumah sakit karena merawat pasien dengan gangguan kejiwaan seperti ini tentu membutuhkan perhatian dan perawatan yang jauh berbeda dibanding pasien rumah sakit lainnya…"sahut perempuan cantik itu.

"Kalu begitu saya mohon diri Bu Wati. Terima kasih telah berkenan menerima saya di tengah kesibukan ibu sebagai kepala bagian konseling.
"....."
"Saya...amat menghargainya "katanya lagi dengan suara lirih.

"Sebelum pulang, bolehkah saya menemui kakak saya Bu..? Pinta perempuan itu dengan penuh harap.


"Tentu...tentu saja Bu.
"......"
"Mari saya antar langsung kepada beliau agar Ibu bisa melihat perkembangannya…"jawab Ibu Wati si perawat senior yang juga Kepala Konseling.

Keduanya berjalan pelan menyusuri lorong demi lorong rumah sakit itu.

Sejauh mata memandang terlihat sejumlah orang nampak duduk diam membisu seakan tak mengacuhkan kedatangan kedua orang itu.

Sebagian lainnya kadang tertawa-tawa sambil bercakap-cakap sendirian.

Perempuan berkerudung itu nampak memandang penuh rasa iba ke arah orang-orang itu. Ia menyadari betapa berat beban keluarga mereka sehingga terpaksa menginapkan orang-orang terkasihnya di tempat seperti ini.

Sekian menit berjalan sampailah mereka di sebuah bangsal.

Bangsal itu sekilas hampir tak ada beda dengan bangsal lainnya namun ada satu yang membedakan. Sebuah taman kecil nan asri penuh bebungaan mawar nampak tumbuh subur berada di tengah-tengahnya.

Suara cuit burung merdu sesekali terdengar seiring langkah kaki keduanya menapak kian memasuki area dalam bangsal yang cukup sejuk dengan desir angin berhembus lembut sesekali.

Sementara sayup suara alunan lagu yang kian santer kedengaran dari dalam bangsal.

Sebuah alunan lagu dari suara merdu penyanyi Nani Sugianto yang melantunkan "You are - lagu untuk Winda" akhirnya membawa mereka ke sebuah taman asri di dalam bangsal. Taman yang atasnya dibiarkan terbuka menatap langit membentang luas.


You are (Lagu untuk Winda) - Nani Sugianto (1988)


Keduanya memasuki area taman dan terlihatlah seseorang di sana. Orang tersebut tengah duduk membelakangi si perawat dan tamunya si perempuan cantik berkerudung itu.

"Siapa yang memutar lagu ini Bu Wati..?
"Apakah dari pihak rumah sakit atau bagaimana Bu ? Tanya sang wanita berkerudung itu.

"Ooo...Lagu ini beliau yang minta Bu"
"Saat perawat iseng mendengarkan musik beliau tertarik sekali lalu menunjuk-nunjuk ke hape milik si perawat hendak merebutnya…" kata Bu Wati menambahkan sambil menunjuk sopan ke muka dengan ibu jarinya.

Keduanya kini sudah berdiri di tepi taman. Pandang mata keduanya terutama si wanita berkerudung tak lepas memandang tajam ke satu sosok perempuan di depan sana.

Sejenak ia perhatikan lagu itu ternyata keluar dari sebuah player mini portabel disambungkan via speaker kecil tak jauh dari tempat orang itu.

Rambutnya yang demikian panjang hingga menjela pinggul nampak lebat subur menghitam berkilau indah tertimpa seberkas cahaya mentari yang malu-malu mengintipnya dari atas balkon.

Belum terlihat paras wanita tersebut namun kehadirannya mampu membuat sang tamu perempuan di samping Ibu Wati itu menitikkan air mata.
Jemari tangannya yang lentik sesekali nampak mengusap pipinya yang basah karena air matanya.

Dadanya berdegup kencang dan bergemuruh manakala ia berjalan sedikit memutar berusaha melihat paras si wanita.

Tak lama kemudian sang tamu perempuan itu akhirnya bisa melihat jelas paras si wanita misterius yang duduk di tengah taman tersebut.

Sepercik rasa haru seketika menyeruak di dalam relung batinnya. Sesak seakan memenuhi dadanya bersamaan desah lirih mengalir keluar dari bibir tipisnya yang merah itu.


"Roro Inten….."
katanya dengan lirih penuh rasa iba menyelimuti benaknya.

RORO INTEN…!!!

Yah, sosok wanita misterius di tengah taman itu ternyata adalah Roro Inten yang semenjak peristiwa itu tak diketahui rimbanya. Namun tiba-tiba telah berada di sebuah rumah sakit jiwa dalam kondisi bak orang tak sadar dan hilang ingatan.

"Bu Noor...
"...beliau ini sepertinya senang sekali dengan bunga mawar. Semenjak menemukan bunga mawar di dekat bangsal beliau berubah drastis menjadi begitu anteng dan pendiam. Tidak lagi menjerit-jerit histeris dan bertindak liar seperti dulu.
"Seperti permintaan anda....kami telah membuatkan sebuah taman mawar kecil di bangsal ini khusus untuk beliau.
"Semoga saja bisa membantu terapi penyembuhan psikis beliau ke depannya…" kata Ibu Wati sambil mengamati sang tamu yang ternyata adalah Noor Anggraeni.

Noor hanya melirik sekilas ke arah Bu Wati lalu kembali melangkahkan kakinya hingga hanya berjarak selangkah di hadapan Roro Inten.

"Rengganis…."
......
"Oohhh…. Rengganis…."
........
"Maafkan…. maafkan akuuu... Rengganis. Sungguh…"

"...sungguh aku tak mampu berbuat apa-apa untuk menyelamatkan kedua putrimu dan juga...suamimu…"
..........
"Hik...hik...hikk…"
kata Noor lirih sesenggukan tak mampu menahan tangisnya sambil duduk di depan Roro Inten saling berhadapan.

Meski terlihat pucat dan nampak sedikit kurus dari sebelumnya namun tetap tidak mengurangi kecantikan parasnya yang memang agung dan istimewa.

Mata Roro yang bening menatap kelopak mawar dalam genggamannya dengan sorot hampa.

Bibir yang indah bentuknya itu dengan selarik bulu tipis menyerupai kumis samar menaungi bibir cantiknya yang terlihat kering dan tak berona. Seakan tanpa gairah kehidupan di dalamnya.

Ada sekian menit Noor duduk diam sambil kemudian berusaha menyentuh lembut sebelah tangan Roro yang memegangi bunga mawar.

"Hemmmm…!

Ucap Roro setengah berseru dengan tiba-tiba sambil menarik tangannya seperti anak kecil yang tidak ingin kehilangan mainnya lalu mendekap erat tangkai mawar itu dalam pelukannya.

Matanya memandang Noor dengan sorot tajam dengan mulut mencibir seakan tak rela dirinya disentuh.

"Beliau bukannya tak ingin disentuh Bu Noor.
"Beliau cuma tidak ingin siapapun mencoba mendekati bunga mawar di tangannya…
"Beberapa perawat pun sebelum ini juga mengalaminya.
"Nanti setelah beliau selesai bermain dengan mawarnya...biasanya beliau mau diajak komunikasi para perawat…" tambah si perawat senior itu.

"Ah...kasihan dirimu Roro Inten…
"Dia...dia pasti terbayang akan putrinya…."
"Akuu..aku juga tak tahu kabar pasti keberadaan mereka berdua dan juga Nyoto…Oohhh..."

kata Noor lagi lirih seakan pada dirinya sendiri dengan mata masih terlihat sembab

Setelah beberapa lama berada di taman itu Noor pun kemudian meninggalkan Roro Inten yang menyendiri dalam kebisuannya.

Sesekali ia mengusap pipinya yang basah dengan sapu tangan sutra miliknya. Sekilas nampak sebuah noda menyerupai noda parut berbentuk garis kehitaman membayang samar di paras cantiknya yang putih mulus.

"Terima kasih atas waktu yang telah disediakan untuk saya Bu Wati. Saya rasa cukup sekian dulu.
"........"
"Lain waktu saya akan datang kembali menjenguknya. Mudah-mudahan kondisi kakak saya makin membaik…"tutur Noor sambil menjura.

"Sama-sama Bu Noor. Saya juga berharap demikian. Apalagi semua perawat dan pegawai rumah sakit begitu sayang dengan beliau.
"Wanita yang begitu ayu bagaikan Dewi seperti Ibu Roro Inten ini tidak semestinya berada di sini…" kata Bu Wati yang sampai detik ini pun tidak mengetahui kejadian sebenarnya yang menimpa Roro Inten

Adik mendiang Suryo Adipati hanya tersenyum tipis mendengar ucapan Wati.

Noor terpaksa berbohong dengan menceritakan sekenanya dan ala kadarnya agar pihak rumah sakit tidak menaruh curiga yang berlebihan.

Noor pun kembali berkata sembari membetulkan kerudungnya dan mengenakan kaca mata modisnya.

"Benar kata Ibu.
"......"
"Kakak saya itu seharusnya berada di dalam istana yang megah dan indah. Hidup bahagia bersama keluarganya tercinta….suami dan anak-anaknya.." ucap Noor dengan tersenyum getir

"Oya Bu, jika ada keperluan apapun soal kakak saya...jangan segan-segan buat menelpon saya…"kata Noor kemudian yang dibalas senyuman Bu Wati sambil menjura ke arah Noor Anggraeni.

Beberapa menit kemudian nampaklah sebuah mobil Toyota Alphard warna putih mengkilap berjalan pelan keluar dari pintu gerbang Rumah Sakit Jiwa "Anggoro Kasih".

Mobil itu pun melaju pelan membelah suasana siang hari pusat Kota Malang yang berhawa sejuk.

Sekian menit melaju berhentilah ia di sebuah perempatan lampu merah. Seorang tukang koran berusia paruh baya bertubuh kurus dekil menyorongkan sebuah koran dari balik jendela.

Si pengemudi Alphard yang adalah seorang perempuan cantik berambut pirang berkacamata modis nampak acuh seraya hendak melambaikan tangan.

Namun sudut matanya yang sempat melihat sekilas headline surat kabar itu sontak membatalkan niatnya.

Ia lalu bergegas membuka jendela lalu membeli sebiji eksemplar koran seharga 2000 perak itu yang kini telah berpindah tangan ke atas pangkuannya.

Matanya menatap tajam dari balik kacamatanya saat membaca sebaris judul kalimat besar yang berada di halaman muka koran tersebut.


Freddy Umbara putra mendiang Bupati Suryo Adipati memenangi pemilihan Bupati Banyumili
#####

Harapan baru yang telah di skenario....???


"Freddy….
"Selamat untukmu…
"Kau telah berhasil…
"Tapi ada beberapa hal yang musti kau jawab…
"....yaitu tentang Nyoto…dan juga keluarganya...
"...kalu tidak...jangan salahkan siapa-siapa kalu karma itu akan datang menemuimu
"...cepat atau lambat…."
ucap si perempuan cantik pengemudi Alphard itu lalu melipat kembali koran tersebut.

Seiring lampu traffic menyala hijau mobil mewah itu pun langsung melaju menuju barat. Ke arah Kota Banyumili.

========

Beberapa bulan setelah pelantikan Bupati Banyumili yang baru.

Petang menjelang malam suasana di Sasana Langgeng Budoyo yang masih satu kompleks di dalam area Paseban Ageng terlihat ramai oleh para tamu undangan.

Banyaknya tamu yang hadir terlihat dari hampir seratusan mobil memenuhi area parkir Paseban Ageng yang sebenarnya sudah begitu luas itu.

Sepertinya tengah diadakan sebuah acara istimewa sehingga banyak plat kendaraan bernopol B alias Jakarta terlihat terparkir rapi di tempat tersebut.

"Terima kasih Ibu Dubes berkesempatan bisa datang ke Banyumili terutama di Paseban Ageng yang merupakan kebanggaan kami.
"Sebuah kehormatan bagi saya mewakili seluruh masyarakat di sini.
"Gracias...gracias…"ucap seorang pria tampan berambut klimis sambil tersenyum lalu menjura di depan dada ke arah tamunya.

Pria tampan klimis ini bertubuh tinggi tegap sambil mengenakan pakaian adat kebesaran bak bangsawan keraton lengkap dengan lencana dan kerisnya. Sungguh berwibawa.

Aura pamor yang ditimbulkannya sungguh memukau membuat sang tamu di depannya yang seorang bule perempuan berusia paruh baya dan seakan ikut terpesona.

"OOO...saya sungguh amat senang bisa hadir kemari Bapak Freddy. Apalagi sambutan anda dan seluruh warga di sini sangat sangat ramah dan hangat.
"Kapan-kapan anda dan istri datanglah ke Madrid. Di sana ada banyak tempat-tempat istimewa yang pasti berkesan buat anda berdua..…"jawab si tamu perempuan paruh baya dengan lafal sedikit terbata-bata dan masih terlihat cantik dengan rambut pirangnya sembari tersenyum manis.

Sofia Adriana yang berdiri tepat di samping suaminya hanya tersenyum kecil.

Malam itu ia tampak begitu anggun dengan setelan baju adat serasi dengan suaminya menemani penyambutan dubes cantik asal Spanyol, Consuela De la Cruz.

Ikhwal apakah yang membuat seorang dubes berkenan datang ke Banyumili.

"Saya dan ayahmu, Carlos Ariando Grozdan berteman baik sejak lama. Dan saya beruntung bisa datang menjenguk putri cantiknya di sini...sekalian menghadiri gelar budaya daerah sebelum balik kembali ke Jakarta…"ucap Dubes Consuela seraya tersenyum memandang Adriana.

Kedatangannya kali ini memang tidak biasa dan serba kebetulan. Bersamaan acara resmi kedutaan di Surabaya, dia menyempatkan diri datang menghadiri undangan spesial dari Sofia berupa gala dinner sekaligus gelar budaya lokal Kabupaten Banyumili yang bertepatan di minggu ini dan di tahun ini tengah berulang tahun ke 455.

Hal ini kontan membuat Freddy begitu bangga. Dia pandai memanfaatkan situasi sekaligus pengaruh istrinya yang memang punya pengaruh luas terutama dari ayahnya yang kebetulan seorang pebisnis internasional dan super kaya.

Kehadiran sang dubes di Banyumili sudah barang tentu menjadi perbincangan publik dan media. Hal ini setidaknya menjadi awal citra positif dirinya yang dianggap sebagian orang hanya mendompleng nama besar mendiang ayahnya.

Acara demi acara berlangsung begitu meriah bukan hanya pagelaran adat daerah berupa pertunjukan seni tari, seni musik daerah melainkan juga pertunjukan khas tari-tarian khas Spanyol.

Di tengah acara berlangsung seseorang diam-diam menemui Freddy yang langsung beranjak pergi ke dalam sebuah ruangan private dan langsung ditutup dan dijaga beberapa security berbadan tegap.

"Pak Sony Herlambang….wah..wah...ada angin apa gerangan yang membuat anda pengin ketemuan di tempat seperti ini….
"......"
"Bukankah sebaiknya kita berada di luar sambil menikmati sajian khas nan berselera…" ucap Freddy sambil tersenyum tipis seolah mengejek.

Di hadapannya kini berdiri pria bertinggi sedang dan rada tambun yang sebagian rambutnya nampak memutih.

Pria berumur sekitar 50an tahun ini nampak tegang dengan raut muka suram memandang Freddy.

"Ah, aku tak mau berbasa-basi Freddy. Sekarang mana janjimu untuk melunasi sisa utangku kepada bank sebesar 60 milyar sesuai kesepakatan kita dahulu…
"Bahwa aku bersedia mengalah kepadamu supaya menang di pilkada tapi kau mau menutup utang2ku di Bank…
"Sudah hampir 6 bulan kau tak juga menepati janjimu...apakah kau mau ingkar janji…
"Aku sudah menjual hampir semua asetku...dan itu masih kurang banyak buat menutup utang2ku…
"........
"Kau tahu Fred…sudah seminggu ini aku ditelpon pihak debitur karena sudah lewat jatuh tempo…dan aku tak mau keluargaku tahu soal ini.
"........
"Aku...aku minta kau bersikap gentleman sesuai janjimu malam itu…"ucap pria tambun itu dengan raut muka setengah memelas setengah jengkel.

Freddy hanya berdiri dengan lagak angkuh. Sebentar ia memandang pria tersebut lalu berucap datar sambil bersedekap di depan dada.

"Bagiku utangmu yang sekian milyar itu bukan masalah besar...
"..........
"Aku pasti akan membantu karena aku bukan tipikal pria oportunis yang pengecut dan ingkar janji.
"......
"...tapi…
".......
"Tapi...aku juga tak sebodoh itu.
".......
"Begitu utangmu lunas...kau bisa saja berbuat macam-macam di belakangku. Dan aku tidak mau itu terjadi…
"..........
"...biarlah kuberi jeda dulu sekian waktu supaya kau tidak banyak lagak nantinya...hehehe "ucap Freddy dengan raut angker.

Mendengarnya hal ini sontak wajah Sony Herlambang yang bukan lain adalah mantan rivalnya di pilkada kemaren berubah.

"Kau...kau hendak mempermainkan aku... Freddy Umbara…!!!
".........
"Kau...kau mau mempermalukan aku di depan orang banyak…!!
".........
"Kau berniat membuatku babak belur bahkan hancur lebur dengan meminjam tangan orang lain lalu kau berlagak bak pahlawan kesiangan untuk menolongku…."kata pria itu sambil bibirnya gemeretak muka mengeras menahan amarah.

"Kenapa tidak ?
"Apapun akan kulakukan....kalu itu memang manfaat buatku. Sekalipun orang lain yang menanggung akibatnya...."jawab Freddy enteng.

Si pria tambun terhenyak mendengar kata-kata itu terlontar begitu saja dari mulut lelaki angkuh ini.

"...kau...kau begitu jahat... Freddy…?!!
".......
"Kau...kau bahkan lebih kejam dari mendiang ayahmu…
".......
"Kau…......



"BANGSAA**….!!!!!

Tiba-tiba Freddy memotong ucapan Sonny dengan sebuah bentakan keras menghunjam jantung sambil mendongak ke atas

Saking kerasnya bentakan itu dinding ruangan khusus yang cukup tebal itu tak mampu meredam sepenuhnya suaranya yang masih terdengar dari luar membuat beberapa security khusus yang ditugaskan berjaga sontak saling berpandangan tapi hanya diam saja.

Beruntung tidak ada orang lain yang mendengarnya karena keramaian pesta gala dinner dan suara musik yang cukup nyaring menyamarkan bentakan keras Freddy.

Sesaat suasana berubah seakan hening mencekam. Hanya terdengar desah nafas Herlambang yang kaget setengah mati. Sebentar kemudian Freddy menoleh sambil menyeringai sadis.


"Hah...kau pintar juga Pak Tua...
".....tak heran kau berani menantangku di pilkada kemaren….hehehe.."
"…..
"Satu hal lagi yang patut kau ingat Pak Tua….
"Jangan sebut lagi nama mendiang ayahku di depanku...!!!
"Aku yang sekarang adalah Freddy Umbara, Bupati Banyumili yang terhormat bukan lagi Suryo Adipati…!!!
"......
"Heh…!
".......
"Kau...kau sudah merengek-rengek ngemis minta duit masih saja bertingkah sok preman pasar…
"......
"Kau pikir aku siapa heh…!!
"......
"Sudah untung kau dan keluargamu tak kuhabisi…" dengus Freddy sambil kali ini tiba-tiba mencengkram leher pria paruh baya yang hanya setinggi lehernya itu dengan tangannya yang kokoh.

Pria itu nampak megap-megap kehabisan nafas sebelum Freddy kemudian melepaskannya sambil membersihkan pakaian beskap adatnya yang mahal.

Pria itu tersungkur sambil terbatuk-batuk dengan sedikit meringis nyeri pada kulit lehernya yang sempat tertarik lengan kekar Freddy.

"Aku...aku tidak bermaksud menghinamu…Fred….huk...hukk..
".....
"Aa..aku cuma ingin kau tepati dirimu punya janji…huk..hukk…"
ucap Sony Herlambang sambil terduduk memelas.

Sungguh orang takkan percaya dengan apa yang dilihatnya bahwa seorang pengusaha kaya raya seperti Sonny Herlambang mampu dibuat jungkir balik di hadapan Freddy Umbara.

"...aku ….aku cuma...inginnn…

SEETT......!


Belum tuntas Sonny menyelesaikan kata-katanya Freddy pun mengangkat tangan membuat mulut Sonny seolah terkunci mendadak.

Sonny mendadak seperti melotot sambil beringsut ketakutan mundur ke belakang sampai terjengkang membentur tembok.

Entah apa yang dilihatnya namun segera setelah itu berkas cahaya kemerahan perlahan tapi pasti menyeruak ke segenap penjuru ruangan yang cukup luas itu.

Sinar merah itu kian memenuhi area penjuru ruangan bersamaan hawa panas menghampar di sekelilingnya.

Sonny tampak gemetar ketakutan dengan peluh dingin bercucuran hampir di sekujur badannya takkala matanya menatap ke satu benda di tangan Freddy yang menjadi sumber cahaya dan hawa panas itu.

"Tak ada siapapun di jagat ini baik jin maupun manusia berhak memerintah aku...Freddy Umbara sang Bupati Banyumili yang perkasa.
"........
"Dan bagi siapa saja orang yang tidak mau tunduk kemauanku...keinginan dari Freddy Umbara sang Bupati Banyumili yang terhormat bakal mampus terbang ke alam baka…
"........
"Aku takkan sungkan-sungkan lagi…
"......
"Kowe wis paham….Sonny Herlambang…!!!

Kata Freddy angker dengan raut muka membesi begitu seram sambil memegang benda yang merupakan sebilah keris yang sepertinya tak asing lagi.

Hawa dahsyatnya kontan membuat Sony Herlambang yang orang biasa hanya diam tak menjawab bahkan terlihat sesuatu yang basah di area selangkanganya menyebarkan bau pesing di ruangan itu.

Yah, Herlambang sampai terkencing-kencing di celana saking down-nya melihat kengerian pusaka magis yang kini berada di tangan Freddy.

Sungguh bagi dia Freddy saat ini bagaikan malaikat maut yang siap mencabut nyawanya hingga Sonny pun lupa akan keadaan dirinya sendiri.

Luar biasa pamor keris pusaka di tangan Freddy.

Entah...bagaimana Freddy bisa mendapatkan pusaka tersebut bahkan mampu menahan dan menggunakan kekuatan magisnya sebagaimana mendiang ayahnya.

Melihat kenyataan yang menimpa pria malang tersebut membuat Freddy tertawa. Makin lama makin keras membahana.

Sungguh Freddy benar-benar telah menaklukan Sony Herlambang rival politiknya itu secara telak. Baik fisik maupun mentalnya.

Freddy yang sekarang seolah berbeda jauh dari Freddy sebelumnya yaitu Freddy si anak manja yang urakan, emosional dan sembrono.

Kini dia seolah menjelma sempurna menjadi reinkarnasi sosok mendiang ayahnya.

Ah, bukan...!!!

Bukan seperti Suryo Adipati. Bahkan lebih dari itu. Lebih dari Suryo Adipati.

Benar apa kata Herlambang, Freddy telah menjadi sosok baru dan istimewa yang lebih sangar dan lebih kejam dari ayahnya.

Apakah ini suatu berkah untuk Banyumili atau justru merupakan musibah.

Waktulah yang akan membuktikan.


Sementara itu Sofia Adriana masih sibuk bercakap-cakap dengan Dubes Spanyol, Consuela De La Cruz sambil sesekali terlihat saling menebar senyum dan canda.

"Ah, Madam...adakah lagu favorit yang biasa anda dengarkan…?
"......
"Kebetulan ada live music di sana…
"Kalu ada….kita bisa dengarkan sama-sama sambil menikmati sajian khas lokal masyarakat di sini…"kata Sofie dengan ramah.

Dubes Consuela hanya tersenyum lalu menggoyangkan kepalanya seraya mengamit lengan Sofie bagaikan anaknya sendiri.

Keduanya kemudian masuk ke area floor menuju panggung di mana sejumlah kru pemain grup musik tengah bersiap menyanyikan tembang-tembang pilihan buat menghibur para tetamu.

Sofie yang sesekali nampak tersenyum sumringah membalas salam tegur sapa dari para tetamu sambil sesekali menoleh ke sekeliling tiba-tiba menghentikan langkahnya.

"Ada apa Sofie…? Tanya Consuela kepada Adriana.

Sofie tak lantas menjawab hanya pandangannya terpaku terfokus ke satu sudut.

Yah, ia seperti melihat sesuatu yang begitu menarik perhatiannya.

"Perdóneme Madam….just wait a second...." tutur Sofie sambil bergegas menuju arah yang ditujunya.
(Maaf.red)

Begitu sampai Sofie nampak terlihat celingak-celinguk ke sana kemari seolah ada yang dicarinya.

Sekian saat ia mengamati sekelilingnya dan hanya terlihat para tamu berjubel asyik dengan urusannya sendiri-sendiri.

"Ah...bukankah tadi aku melihat jelas sosoknya di sini.
".......
"Aku tidak mimpi…
"......
"Aku sungguh melihatnya berdiri di sini..
"........
"Oohhh Mawar….Mawar Sembilu my dear…
"..........
"Benarkah kau yang kulihat tadi sayang…"
ucap Sofie lirih dengan raut muka cemas.

Tak lama kemudian Consuela terlihat melambaikan tangannya dari kejauhan.

Sofie yang tak menemukan sosok yang dicarinya nampak begitu kecewa namun dengan terpaksa ia kembali ke tempat Consuela berdiri.

Sebentar kemudian terlantunlah sebuah lagu lawas milik Veronica Castro, sang biduan terkenal dari Meksiko era 80an yang juga merupakan sountrack opening telenovela terlaris di masanya "Wild Rose"


Rosa Salvaje by Veronica Castro (1987)


Tengo ganas de vivir
Tengo ganas de sentir
Demostrarle al mundo entero
La mujer que habita en mí

Tengo ganas de volar
Por su vida con mis alas
Hacia la felicidad
Hacia la felicidad

Rosa salvaje soy yo
Rosa salvaje
Tengo triste el corazón
Cada mañana pido a la Virgen
Que él me ame
Como lo amo yo

Rosa salvaje soy yo
Tengo sueños por cumplir
Tengo fuerza y voluntad
Y una estrella que me guía

A lo largo de mi andar
Mil caricias a estrenar
Y el amor más limpio y puro
Lo reservo para él

Solamente para él

Rosa salvaje soy yo
Rosa salvaje
Tengo triste el corazón
Cada mañana pido a la Virgen

Que él me ame

Como lo amo

Rosa salvaje soy yo
Rosa salvaje, tengo triste el corazón

Rosa salvaje

Rosa salvaje
Que él me ame

Como lo amo yo

Rosa salvaje soy yo
Rosa salvaje, tengo triste el corazón
Rosa salvaje

Rosa salvaje.


Terjemahan :

aku ingin hidup
saya ingin merasakan
Tunjukkan pada seluruh dunia
Wanita yang tinggal di dalam diriku

aku ingin terbang
Untuk hidupnya dengan sayapku
Menuju kebahagiaan
Menuju kebahagiaan


Mawar liar adalah aku
mawar liar

Hatiku sedih
Setiap pagi saya bertanya kepada Perawan

Bahwa dia mencintaiku
Betapa aku mencintainya

Mawar liar adalah aku
Aku punya mimpi untuk diwujudkan

Saya memiliki kekuatan dan kemauan
Dan bintang yang membimbingku
Sepanjang perjalananku
Seribu belaian baru

Dan cinta yang paling bersih dan paling murni
Saya memesannya untuknya
Hanya untuk dia

Mawar liar adalah aku

mawar liar

Hatiku sedih
Setiap pagi saya bertanya kepada Perawan

Bahwa dia mencintaiku
Betapa aku menyukainya

Mawar liar adalah aku

Mawar liar, hatiku sedih

mawar liar

mawar liar

Bahwa dia mencintaiku
Betapa aku mencintainya


Mawar liar adalah aku

Mawar liar, hatiku sedih

mawar liar

Mawar liar.



Lagu yang berjudul asli dalam bahasa latin "Rosa Salvaje" dan memiliki arti yang sama itu mengalun lembut syahdu mengalir membuai telinga para tamu yang sebagian diantaranya adalah spanish people seketika menoleh dan tersenyum ceria.

Dubes Consuela pun nampak tersenyum sambil bertepuk tangan sementara Sofie sesaat diam sambil kepalanya kembali menoleh ke arah sekelilingnya berharap ia bisa menemukan sosok yang dirindukannya.

Sosok gadis remaja yang telah dianggap adiknya sendiri. Sosok yang diakuinya sempat dilihatnya tadi.

Benarkah apa yang dilihat Sofie adalah Mawar adanya….?

Sementara lagu itu terus mengalun bersama keriuhan yang mengikutinya. Nampak satu sosok berjalan tenang di tepian jalan Paseban Ageng yang lebar dan asri.

Sosok itu berjalan dalam remang gelap Paseban Ageng yang sunyi di antara pepohonan rindang di kanan kirinya. Lampu-lampu taman Paseban yang samar tertutup dedaunan sedikit memperlihatkan sekilas raut wajahnya.

Seraut paras gadis remaja yang begitu manis dan imut menggemaskan. Matanya indah dan bening menatap tajam ke muka dengan bibir mungilnya yang berwarna pink nan imut diam membisu

Kulitnya yang putih mulus seolah bercahaya dalam gelap saking halusnya.

Ia mengenakan seragam sekolah SMA yang terlihat kotor oleh bercak tanah dan lumpur.

Sesaat setelah sampai di pintu gerbang depan pos jaga si gadis menoleh ke arah dalam gedung Paseban Ageng yang kini berada cukup jauh di belakangnya.

Anehnya para penjaga yang saat itu banyak berkerumun di pos penjagaan seolah tak melihat sosoknya.

Gadis itu terlihat melemparkan senyum yang begitu manis lalu tak lama kemudian berubah menjadi seutas seringai seram hingga menampakkan gigi taringnya yang mencuat menakutkan.

Sedetik kemudian si gadis misterius itu berlari ke luar kompleks Paseban Ageng menuju jalan raya menembus pekatnya malam lalu menghilang tertelan gelapnya hari dan keheningan gulita.

Tak lama kemudian tiba-tiba terdengar jelas suara lolongan serigala di kejauhan yang sontak membuat semua penjaga di dalam pos terperanjat bahkan ada seorang di antaranya sampai kesedak kopi yang hendak diminumnya saking kagetnya.




Sebentar mereka berlarian ke luar sambil membawa pentungan di tangan masing-masing sebagian lain membawa belati khas satpam.

Mereka menatap ke arah asal suara namun setelah sekian saat mereka tak menemukan ada yang mencurigakan.

Seorang di antaranya spontan menatap ke arah langit malam disusul beberapa kawan lainnya.

Nampak bulan purnama putih seolah berwarna kemerahan bersinar dari balik mega putih menyiratkan aura aneh yang sontak membuat bulu kuduk mereka sontak berdiri.

Mereka sadar bulan purnama ini bukanlah yang pertama sekaligus yang terakhir. Masih ada bulan purnama berikutnya yang akan datang namun entah kapan.

Namun ada satu yang tidak mereka sadari. Bahwa manakala bulan purnama darah itu tiba maka itulah saatnya dia datang menagih piutang.

Piutang nyawa kepada mereka yang tega berbuat jahat kepada orang-orang terkasihnya terutama adiknya tersayang.

Kapankah itu….??

Tak ada jawaban yang pasti.

Namun seperti kata Ebiet G. Ade, coba tanyakanlah kepada rumput yang bergoyang.


Berita kepada kawan - Ebiet G. Ade.








- TAMAT -







Walah kok title e ...end suhu ku...wah piye iki
 
kok fin? tamat kah?
aku berharap ending sesuai hasil poll yaitu happy ending
atau ada epilog? atau berlanjut ke cerita berikutnya?
saya coba tanya ke rumput yg bergoyang saja
 
Sebuah Resume


Puji syukur kepada Yang Maha Kuasa lagi Maha Pemurah.



Tanpa terasa hampir setahun serial Roro Inten tayang di FS TV mulai 30 Oktober 2020 hingga kini 20 September 2021 kini telah tuntas menyelesaikan keseluruhan episodenya yang total berjumlah 35 episode dengan sekian puluh ribu kata.
:baris:


Dari niatan ala kadarnya alias sersan menjadi suatu proyek prestisius bernilai jutaan dollar ;) nyatanya justru menjadi sebuah tantangan dan ambisi tersendiri.


Penulis yang tidak punya background tata bahasa yang baik ditambah dengan modal dengkul alias seikhlasnya berusaha menyajikan cerita yang hendak menyamai Novel legendaris layaknya Siti Nurbaya karya Marah Roesli ataupun sandiwara radio terkenal jaman dulu Saur Sepuh karya Niki Kosasih (penginnya…:ha:)

Di awal penulisan memang banyak carut marut tak karuan karena penulis langsung mengetik di kolom komentar yang notabene kurang fleksibel untuk menulis kalimat sebegitu panjang.

Maka dengan 3 opsi bantuan yang telah disediakan yaitu 50:50, phone a friend, dan ask the audience, kami akhirnya mendownload app GoogleDoc yang memang sangat membantu untuk pembuatan naskah berikutnya.



Google Document

Dalam pembuatan naskah cerita Roro Inten The Series, kami terlebih dahulu menciptakan ide maupun imajinasi baik itu saat sedang makan, tidur, naik motor, naik angkot bahkan sedang buang hajat sekalipun :ngacir::ngacir::ngakak:ngakak

Barulah kami tuangkan ke dalam secarik kertas bekas fotokopi kantor tak terpakai menggunakan pena hitam bersejarah dan melegenda bermerek Snowman seharga 4000 rupiah.




Penulis menyadari bahwa menulis ternyata bukan sesuatu yang mudah meski sebenarnya admin FS yth pun tidak memasang target waktu dengan mendeadline bak sang Pemimpin Redaksi Daily Bugle yang cerewet, J. Jonah Jameson di Spiderman The Movie =))



J Jonah Jameson


Penulis yang lahir di akhir 70an dan besar tumbuh berkembang di era 80 -> 2000an di mana novelis klasik dan legendaris tengah berjamur semacam Teguh S, Abdullah Harahap, Bastian Tito dan banyak lagi serta hidup sejaman dengan sandiwara radio legend macam Saur Sepuh, Tutur Tinular secara tidak langsung turut mewarnai romantika serial ala kadarnya ini.




Penulis mencoba menuangkan ide-ide gila yang tak mungkin terealisasi di toko buku maupun di forum online lain. Dimana tanpa sensor berlebihan dari lembaga sensor tertentu yg mana forum ini dikhususkan untuk kalangan tertentu alias mereka yang cukup dewasa secara umur dan sehat lahir batinnya.

FS menyediakan semuanya dengan beragam fitur yang menyenangkan :beer::beer::thumbup


Penulis menyadari bahwa melakukan sesuatu jika tanpa dibayar alias gratis adalah sesuatu yang luar biasa berat.
Lebih berat dari seorang Atlas yang dihukum Dewa untuk memikul Bumi



Atlas

Dan itu memang dirasakan betul oleh penulis :suhu:....


Oleh sebab itu dalam beberapa kesempatan penulis sempat merasa males untuk menulis kisah berikutnya.

Namun entah mengapa penulis merasa seperti tidak tega membiarkan para tokoh hasil kreasi liar kami mengambang tak jelas apalagi para pemirsa yang budiman turut memberikan perhatian yang besar.:tepuktangan:

Hal inilah yang membuat penulis berusaha menguatkan diri & meneguhkan hati karena merasa memiliki tanggung jawab agar supaya para tokoh dan artis yang terlibat termasuk juru rias dan kameramennya tidak nyasar masuk ke stasiun lain:dance:.


Dengan kata lain anggaplah hobi menulis ini telah mendapat wadah yang semestinya. Boro-boro….sudah dikasih tempat gratis. Demikian yg ada di benak penulis :halo:


Pada kesempatan yang baik ini pula penulis ingin menyampaikan penghargaan setinggi-tingginya kepada :
  1. Admin FS yang telah memberikan fasilitas berteduh sekaligus sarana untuk menuangkan ide-ide dalam rangka meningkatkan intelektual serta mencegah kepikunan dini penulis.​
  2. Para pembaca budiman yang telah ikut meramaikan forum ini dengan beragam komentarnya yang nano-nano.
  3. Para "artis" yang berperan sebagai lakon meski lagi-lagi tanpa dibayar.​
  4. Sundar Pichai, CEO Google yang adalah sahabat saya.​

App GoogleDoc ciptaannya sangatlah membantu penulis.​
  1. Semua pihak-pihak yg ikut membantu dan tidak dapat disebut satu persatu.​

Terima kasih kepada anda semuanya. Sungguh menyenangkan akhirnya bisa menyelesaikan proyek pribadi ini dalam kurun waktu yang tidak sebentar. :asyik:


Terakhir…..


Penulis menyadari tidaklah ada yang sempurna dalam diri. Oleh karena itu jika ada yang kurang berkenan ataupun salah kata terutama dalam penyampaian cerita, kami mohon maaf yang sebesar-besarnya

Termasuk tidak bisa memuaskan semua keinginan pemirsa yang budiman:ampun:


Sebagaimana ucapan Broery Marantika…"Aku begini kau begitu"



Mengenai ending serial ini tentu banyak yang bertanya-tanya bahkan ada pula mungkin yang komplain...mengapa begini mengapa begitu...kok tidak sesuai polling dst.

Sedikit yang bisa penulis sampaikan bahwa polling tersebut merupakan salah satu sarana; pertama untuk mengetahui seberapa besar antusiasme pemirsa tentang kisah ini dan kedua, merangsang penulis untuk menjalin kisah ini secara lebih runtut dan baik sesuai kapasitas kami yang seadanya ini.

Jadi menjawab pertanyaan sebagian pemirsa yang budiman soal apakah akan berlanjut misal ke sesion 2 atau Jilid 2 dsb….hal itu mungkin saja.

Karena pada prinsipnya penulis sendiri dan juga tentunya para pemirsa yang budiman pasti menginginkan kehidupan yang bahagia dan sejahtera (tapi tidak di atas penderitaan orang lain lho ya kayak si Freddy sama bapaknya ya....hehehehe :edan:).

Lalu apakah ini akan berlanjut…?

Ehmm, I hope so....:jogets::Peace:

Demikian sedikit untaian kata tanpa makna yang bisa penulis sampaikan pada forum yang luar biasa ini :cendol:

Semoga bisa bersua kembali di kesempatan lain yang lebih baik, lebih membahagiakan tentunya. Adios.

Kiranya Yang Maha Kuasa senantiasa memberkati anda semuanya. Amen.😇:hati:.

Sampai jumpa...:ciao::ciao::ciao:


Best Regard.
 
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd