Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA Rossa - Sang Asisten yang Telaten

Rossa - Sang Asisten yang Telaten

Pagi itu, setelah mandi aku mulai sibuk di dapur menyiapkan sarapan untuk suami dan anak-anak. Masakan sederhana dengan bahan seadanya, mengingat memang kami harus lebih berhemat karena himpitan beban ekonomi yang harus kami tanggung. Kulirik jam dinding di dapur, sudah jam 8 pagi. Terlihat suamiku keluar dari kamar dengan keadaan yang masih acak-acakan. Menuju ke dapur dan langsung memeluk serta mencium pipiku. Kusambut pelukannya sambil tetap melanjutkan kegiatan masakku. Hal seperti ini mungkin terkesan sangat biasa, tapi buatku, perhatian kecil seperti ini menandakan cinta kasih dan sayangnya masih ada, tak jauh berbeda seperti pengantin baru kala itu.

Hal berbeda mungkin dirasakan pasangan lain, dimana jangankan pelukan, hubungan suami istri pun frekwensi nya sudah turun drastis. Tapi meskipun keuangan kami sedang tidak baik-baik saja, kemesraan dan hubungan sex kami berjalan seperti biasa. Masih tetap sama seperti saat pengantin baru. Rata-rata 3 kali dalam seminggu, hingga hampir setiap hari, aku dan suamiku bersenggama ketika kesempatan datang. Wajar saja, ketika sudah muncul 2 anak, kami harus tepat mengatur timing, agar mood kami tetap terjaga dari tangisan anak-anak, yang kadang membuat mood langsung down kalo di tengah pergumulan kami, anak-anak lantas menangis terbangun.

Selesai masak, aku segera ke kamar anak-anak untuk membangunkan mereka. Si Bungsu yang biasanya agak susah dibangunin, pagi ini terlihat semangat. Kutanya Si Sulung kenapa adiknya begitu bersemangat hari itu, ternyata karena mereka sudah dijanjikan eyangnya untuk jalan-jalan hari ini. Kebetulan sekali pikirku, saat aku ingin meluangkan waktu untuk berburu lowongan kerja yang pas buatku, anak-anak sudah terkondisikan bersama eyangnya, syukurlah batinku.

Segera kugiring mereka ke kamar mandi untuk dimandikan, sementara mas Harno juga terlihat menuju ke kamar mandi. Selang 25 menit, setelah anak-anak sudah rapi berpakaian, kami semua berkumpul di ruang makan untuk santap pagi. Nampak sekali Si Bungsu bersemangat cerita ke papanya tentang rencana mereka hari ini. Katanya mereka akan diajak jalan-jalan ke kebun binatang untuk melihat dan menyentuh hewan-hewan yang besar, begitu kata eyangnya.

“Mas, hari ini aku akan hunting lowongan kerja untukku. Selain apply secara online, mungkin aku akan minta bantuan Santi untuk mengantarku ke beberapa perusahaan kenalannya.” Ijinku pada mas Harno.

“Oke deh sayang. Semoga berhasil ya, terima kasih… dan maaf membuatmu jadi begini.” Balas mas Harno dengan nada sendu, yang kutangkap penuh kekecewaan.

Kekecewaan karena aku jadi ikut menanggung semuanya. Padahal andai saja dia mendengarkan saranku sebelumnya, tentu semuanya mungkin masih baik-baik saja. Tapi apalah daya, manusia hanya sekedar berencana, Tuhan yang menentukan. Barangkali, dengan ujian dan cobaan yang sedang kami terima ini, membuat hubungan kami semakin kuat, mesra dan penuh kebahagiaan meskipun diterpa beragam masalah.

Namun ada satu hal yang masih mengganjal di hatiku. Rencanaku untuk mulai mencari penghasilan di luar rumah, belum aku utarakan pada orang tuaku. Aku dan suami sedikit khawatir jika mereka mendengar rencana kami, kesehatan mereka mungkin saja jadi drop karena terpikirkan oleh masalah yang sedang kami alami. Tadi malam, memang hal ini jadi bahasan buat kami, tapi pada akhirnya kami sepakat untuk tidak memberitahu dulu kepada orang tuaku. Biarlah nanti kalau mereka sudah mulai curiga, kami akan berterus terang. Toh, untuk saat ini aku sendiri juga belum pasti diterima bekerja.

Setelah selesai sarapan, aku mengantar keberangkatan mas Harno ke kantornya. Hari ini seperti biasanya setahun terakhir, mas Harno dan rekan kerja, serta kuasa hukumnya, aktif untuk meeting membahas masalah terkendalanya pembayaran proyek-proyek yang dikerjakan. Tak lupa aku membawakannya bekal makan siang, demi menghemat pengeluaran makan siangnya.

Setelah mobil mas Harno berlalu, aku masuk ke rumah dan kemudian menghubungi eyangnya anak-anak, mengabarkan mereka bahwa anak-anak sudah siap. Mereka mungkin akan sampai 45 menit lagi.


Sembari menunggu kedatangan eyang, anak-anak asyik menonton acara TV kegemarannya. Sebuah stasiun TV baru yang menggebrak dengan acara kartun anak-anak setiap hari. Sementara aku menemani mereka dengan asyik di depan laptopku untuk menyusun lamaran kerjaku, serta apply di beberapa situs lowongan kerja. Aku mulai melengkapi profilku di situs-situs tersebut untuk memudahkan aku apply lowongan kerja secara online. Tak lupa mencantumkan kisaran salary yang kuinginkan. Jadi ketika aku melihat ada lowongan yang pas buatku, aku tinggal apply, dan staf perusahaan tersebut bisa langsung melihat profil lengkapku, apakah memenuhi kriteria mereka atau tidak.


Tepat jam 10, kudengar mobil eyangnya anak-anak sudah parkir di garasi rumah. Segera kusambut mereka dengan cium tangan dan pelukan. Saking tidak sabarnya anak-anak untuk segera jalan-jalan dengan eyangnya, anak-anak bahkan tidak membiarkan eyangnya duduk barang sejenak. Persiapan yang mereka minta untuk hari ini, sudah aku selesaikan, jadi memang mereka tinggal berangkat saja. Kuantar keberangkatan mereka sampai ke gerbang rumah.

Di dalam rumah, aku segera mengabari Santi, kawanku bahwa hari ini aku jadi untuk segera hunting lowongan kerja di perusahaan-perusahaan kenalan Santi. Santi sendiri merupakan karyawan di perusaan outsourcing yang kerap kali menjalin kerjasama dengan perusahaan-perusahaan lain untuk memasok tenaga kerja. Namun khusus untukku, Santi tidak ingin aku menjadi bagian dari perusahaan mereka, selain karena potongan gajinya yang terlalu besar, kualifikasi yang kumiliki bukanlah seperti yang perusahaan mereka biasa pasok. Jadi Santi memilih untuk mendampingiku apply secara mandiri, ke perusahaan-perusahaan kenalannya.

Siang itu, waktu sudah menunjukkan jam 3 sore, aku dan Santi sedang berada di sebuah perusahaan teknologi, yang spesialisasinya adalah seputar keuangan. Aku sedikit heran dengan perusahaan ini, karena menurut Santi, perusahaan ini punya omzet yang sangat besar, karyawan disini punya gaji yang terbilang cukup tinggi dengan standar kota kami. Kantornya berupa ruko yang disekat dengan partisi ruangan berbahan kaca. Memang luas kantornya, bahkan interiornya juga terbilang mewah, tapi dengan omzet yang besar, kenapa karyawan yang ada di kantor hanya berjumlah 6 orang saja, itu yang membuatku heran.

Kami duduk di ruangan CEO yang juga owner perusahaan tersebut. Kami diminta menunggu karena CEO sedang ada keperluan sebentar di luar. Karena hari itu Santi memang sudah janjian, maka kami dengan sabar menunggu. 15 menit kami habiskan waktu untuk menunggu dengan ngobrol, dan terkadang diselingi kegiatan scrolling di media sosial. Sampai akhirnya, pintu ruangan itu terbuka, muncullah sang CEO yang kami tunggu itu. Ketika menoleh ke arahnya, jantungku seakan berhenti berdegup, saat mengetahui siapa CEO perusahaan tersebut.

Dia Si Dion, sang jenius di angkatanku. Dia adalah teman kuliah yang sebetulnya tidak terlalu akrab saat kami berkuliah. Tapi saat kuliah dulu, aku sering mendengar selentingan kalau si Dion ini naksir padaku. Sayangnya saat itu Dion adalah pria pemalu, meski tidak culun. Tapi rasanya saat itu entah Dion tidak memiliki keberanian untuk mendekati wanita, atau memang tidak terlalu memikirkan wanita. Tak kurasa ada tanda-tanda Dion mendekatiku, jangankan mengajakku jalan, ngobrol saja rasanya minim sekali.

Yang membuatku terpana adalah perubahan penampilannya. Dulu dia terlihat seperti laki-laki yang tidak bisa mengurus diri. Tatanan rambut yang tidak mengikuti trend, kemeja dan celana panjang yang biasa aja, serta kacamata tebal yang hinggap di batang hidungnya untuk membantunya melihat lebih jelas. Tapi sekarang, aku sedang melihatnya dengan dandanan yang macho, benar-benar seperti pria sejati. Jam tangan, kemeja, celana panjang dan sepatunya, kutaksir bukan barang murahan.

Sementara Dion sendiri, ketika melihat aku, rasanya ada binar kebahagiaan terpancar di matanya. Dia juga sedikit kaget kalo ternyata teman yang dibawa Santi adalah aku. Karena memang Santi belum mengirimkan lamaran kerjaku padanya.

Dion segera duduk di kursinya, dan langsung to the point tentang kepentingan Santi dan aku datang ke perusahaannya. Sehingga tidak ada basa basi ala teman lama yang baru saja ketemu. Dion menjelaskan bahwa dia membutuhkan asisten pribadi, yang akan mengurus dan menemani agenda perjalanan bisnisnya. Terkesan seperti tugas seorang sekretaris, tapi di perusahaan ini sudah ada sekretaris. Tugasku adalah memberikan informasi agenda perjalanan bisnis setiap hari, yang kuterima dari sekretaris perusahaan dan kemudian menemani CEO dalam setiap pertemuan dengan klien perusahaan. Aku juga dituntut untuk belajar bagaimana mempresentasikan perusahaan kami kepada calon klien.

Dion juga langsung menyodorkan nominal salaryku jika aku siap bergabung di perusahaan itu, yang kulihat nominalnya cukup besar, bahkan Santi sendiri juga melongo melihat besaran gajiku tersebut. 20 Juta Rupiah bersih, belum termasuk tunjangan dan bonus.

Aku dengan yakin melamar pekerjaan di perusahaan tersebut, yang juga langsung disambut baik oleh Dion. Walaupun sebenarnya dengan menerima pekerjaan ini, aku jelas akan melanggar peraturan yang telah kusepakati bersama dengan suami. Dimana salah satu poinnya adalah pekerjaan yang kujalani tidak boleh ada perjalanan luar kota, mengingat kami punya anak-anak yang perlu pendampingan. Tapi dengan besaran gaji yang kuterima, sepertinya bodoh sekali jika aku membuang kesempatan ini.

Entahlah, nanti coba akan kubahas lagi dengan suami. Dan meyakinkan padanya, bahwa ini adalah sebuah kesempatan emas yang sayang jika disia-siakan.

Akhirnya, aku dan Santi pun pamit ke Dion, tak lupa Dion memberikan kartu namanya, agar aku bisa mulai berkoordinasi dengannya. Tepat jam 4 sore, kami sudah berlalu dari parkiran kantor Dion. Kuminta Santi agar langsung mengantarku pulang, karena aku sudah cukup capek berkeliling ke 6 perusahaan hari ini.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd