Setelah membaca dengan seksama, aku mohon ijin untuk ikut berkomentar terkait cerita pertama yaitu
Dear Diary karya
Misaka Mikoto. Sekali lagi, ini murni opiniku dari apa yang aku tangkap dalam cerita.
1. Penokohan.
- Jackson = Kepo, sedikit cabul,
religius?.
Khusus untuk religius, itu disebutkan secara langsung oleh penulis di pembuka chapter 05. Ada kesan dipaksakan untuk memasukkan unsur
religius di karakter Jackson. Secara umum, peran Jackson dalam cerita ini adalah penghubung antara pembaca dengan tulisan yang ada di
diary Ghea. Untuk menjalankan peran itu memang tidak perlu karakter yang terlalu kuat atau dalam. Karakter Jackson yang digambarkan dalam tulisan ini sudah cukup untuk menjalankan peran tersebut.
-Gheasinta = Polos, lugu, punya rasa ingin tahu terhadap hal-hal baru yang kuat, lincah.
Karakter Ghea adalah karakter yang paling jadi sorotan dalam cerita ini. Keseluruhan dari cerita berfokus ke dua karakter, yaitu Ghea dan Jackson. Meski sebenarnya tidak ada hubungan diantara kedua karakter tersebut selain lewat tulisan dalam diary. Karakter Ghea yang digambarkan oleh penulis dalam cerita ini benar-benar bagus. Dia orang baru di kota tersebut, jauh dari rumah dan baru masuk masa SMU. Penggambaran ketidakstabilan emosi yang dimiliki oleh Ghea (saat ia depresi dan putus asa akibat teror dan diputus oleh Reza) benar-benar dikemas dengan sangat baik.
-Reza = playboy, pandai memanfaatkan keadaan, mudah bosan.
Sebagai tokoh utama, karakter Reza tidak banyak digambarkan secara detail. Yang aku tangkap dari cerita ini, Reza menyukai tubuh Ghea dan ingin bermain-main dengan gadis tersebut. Dijelaskan di chapter 04 bagaimana Reza menarik simpati Ghea dengan cerita tentang keluarganya yang berantakan hingga ia mengambil
advantage secara seksual kepada Ghea. Perubahan sikap Reza di chapter 05 membuatku menangkap kesan Reza adalah tipikal yang mudah bosan dan dengan mudah mengumpankan Ghea pada Dian. Tipikal Penjahat Kelamin yang labil.
-Hantu wanita dan dua anaknya
Tidak ada karakter yang bisa aku tangkap selain mereka menyeramkan. Ya, mereka menyeramkan.
2. Alur dan setting.
Kesederhanaan setting (hanya ada dua atau tiga tempat yang digambarkan sebagai setting) memudahkan imajinasi pembaca masuk ke dalam situasi. Ini trik penyampaian cerita yang cerdas. Sayangnya, di akhir cerita setting yang digambarkan tentang gedung kost yang ditinggali Jackson berubah total menjadi
abstrak. Mungkin penulis memang sengaja tidak menampilkan
clue agar
twist yang disiapkan di akhir cerita tidak terbaca. Namun menurutku itu malah membuat seluruh isi cerita keluar dari batas logis. Pertanyaan-pertanyaan yang muncul :
Selama ini Jackson tinggal di kost yang sudah terbakar dan seluruh penghuninya mati?
Tukang nasi goreng itu ikut matikah sampai bersikap biasa saja saat Jackson membeli nasi goreng?
Selama ini Jackson bekerja dan ia tidak menyadari bahwa ia tinggal di kost yang terbakar? atau jangan-jangan ini semua hanya mimpinya si Jackson saja?
Aku lebih memilih menambahkan epilog seperti adegan Jackson terbangun dari tidurnya di dalam Bis perjalanan menuju Jakarta. Semua itu ternyata hanya mimpinya. Dan ia terkejut saat sampai di kost yang akan ia tinggali, kost itu benar-benar mirip dengan apa yang ada dalam mimpinya.
Satu catatan kecil juga dalam cerita kali ini, dalam keadaan sepanik itu (setelah membakar kamar berhantu di gedung seberang) Gheasinta masih sempat ya menulis diary sepanjang itu? bahkan saat pintu kamarnya terbuka mendadak dia bukannya terkejut, menjerit atau kabur, malah menulis diary. Salut untuk Gheasinta Mayasari. mungkin dia adalah cewek paling pemberani di Indonesia. Jimat yang diberikan Om Hansen... itu kemana ya?
Demikian corat-coret terkait opini saya mengenai
Dear Diary karya
Misaka Mikoto.
Ini adalah tulisan yang bagus, cerdas dan kreatif. Namun seperti halnya tulisan-tulisan bagus lainnya, tetap butuh penyempurnaan di beberapa bagian.
CMIIW dan Thank You