Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Rumble X Riot!

Status
Please reply by conversation.
Keren ceritanya..
Alurnya menarik..
 
Wahhh ada cerita yang bagus lagi nih :mantap:

Btw update dikit-dikit amat :galau:
 
EPISODE II: Bagian Dua







Hari ini, aku bertemu dengan cowok aneh tapi nyentrik ketika berpapasan di gerbang sekolah. Postur tubuhnya tinggi dan tegap, dengan kontur muka yang bisa dibilang maskulin. Tapi dia murah senyum, itu yang membuatnya terlihat ramah.

"Anak baru ya?" katanya, sambil berjalan beriringan disampingku.

Aku mengangguk sambil membetulkan letak kacamata, lalu menyapa balik. "Kok tau bang? Abang sendiri kelas berapa?"

Dia kembali tersenyum. Senyumnya ramah, tapi agak menyeringai yang membuatku sedikit takut. "Jarang liat soalnya. Oh, saya kelas tiga. Tuh, lantai paling atas," jawab dia, sambil menunjuk lantai teratas gedung sekolah.

"Oh, kelas tiga..."

Jujur, aku agak takut jika harus berinteraksi dengan kelas tiga. Dari cerita Helen, hampir semua anak kelas tiga itu sadisnya minta ampun. Tak perduli cewek atau cowok, jika itu 'mereka', maka masing-masing murid angkatan itu punya tingkat kesadisan diatas rata-rata. Tapi, mungkin tak semuanya begitu. Buktinya, cowok ini ramah padaku.

Ketika kami berada di tengah lapangan, kami melihat kerumunan murid-murid membentuk lingkaran; seperti tengah menonton sesuatu. Kakak kelas di depanku buru-buru menyeruak diantara kerumunan, meninggalkanku. Aku yang juga penasaran, mencoba menyelinap. Kena sikut dari kanan, disundul payudara dari kiri, didorong dari belakang, sampai akhirnya ada di barisan paling depan. Benar-benar perjuangan.

Dan ternyata, mereka sedang menonton dua murid yang akan berkelahi. Salah satunya adalah Darrel, ketua kelas 2-B; dan satunya Jon, ketua kelasku. Sepertinya, Darrel ingin menantang balik Jon karena tidak terima kalah di waktu kemarin.

"Oioi, Jon! Emang ga apa-apa tuh?" tanyaku, setengah berteriak.

Jon hanya mengacungkan jempol, lalu kembali fokus pada lawan di depannya. Dan tanpa banyak basa basi, Darrel melompat sambil mengarahkan tinju ke Jon. Serangan pertama.

"Polanya masih sama ya. Kalo gitu sih, gampang dibaca. Pasti abis ini dia menghindar ke kanan, terus ngasih jab kanan ke si Darrel."

Aku menengok ke samping. Ternyata, kakak kelas yang tadi. Dia juga memperhatikan perkelahian ini. Dan perkiraannya terbukti benar, Jon menghindar ke samping, lalu memberi pukulan yang telak menghantam perut Darrel. Cowok itu menunduk sambil memegangi perutnya. Sepertinya sakit sekali. Dan Jon sendiri malah mengambil jarak, mundur dan tetap memasang sikap waspada.

"Abis ini si Darrel panik, terus ngasal mukul. Terang aja gampang dihindarin, malah bikin dia jadi banyak celah. Ini mah udah jelas siapa yang menang," katanya lagi. Lalu dia memberiku satu tusuk sate kulit. "Nih, seorang satu. Tadi dikasih temen," lanjut dia.

Menit-menit berikutnya, Jon dengan mudah menghindari tiap pukulan dan tendangan dari Darrel. Seringkali serangan Jon telak menghajar muka, dada, punggung dan perut si ketua kelas 2-B. Jon masih berdiri tegap, nafas teratur, dan sikap tenang; sementara Darrel merintih kesakitan dan kepayahan, tapi masih memaksakan diri.

"Tapi, kok kayaknya ada yang ga beres ya?" balasku, sambil mengunyah kulit ayam. "Daritadi Darrel geraknya kayak ragu-ragu, terus beberapa kali megang kantong celana dari luar. Kayak lagi mastiin sesuatu."

"Oh, nyadar juga? Kayaknya dia mau main curang," balas dia.

Dan benar, ketika Jon lengah karena merasa lawannya sudah lemah, kulihat Darrel merogoh kantong celana kemudian menggenggam benda berwarna perak. Saat kulihat lebih jelas, ternyata itu adalah pisau lipat! Darrel tanpa ragu segera menyarangkan pisau itu ke arah perut Jon. Jon yang tak sempat menghindar, hanya bisa berdiri terpaku ketika pisau itu akan menghunusnya.

Tapi sedetik kemudian kulihat kakak kelas yang tadinya disampingku kini ada diantara Jon dan Darrel. Dia mencengkeram pergelangan tangan Darrel yang tengah menghunus pisau, kemudian tangan kirinya menekan siku Darrel dengan kuat. Sikunya tertekuk ke belakang, dan dengan jelas aku dapat mendengar bunyi 'krek' seperti ranting patah. Darrel berteriak kesakitan, ketika mendapati lengan kanan nya patah.

"Malu-maluin. Itu balesannya buat yang main curang. Situ laki-laki bukan? Harusnya tangan kosong sama tangan kosong, bukan pake mainan gini," katanya sambil menendang pisau lipat yang jatuh ke lantai lapangan.

Tapi Darrel tak bisa membalas. Dia terlalu sibuk kesakitan karena tangannya kini dibuat patah. Beberapa temannya langsung menarik Darrel dari tengah kerumunan, dan si kakak kelas menyalami Jon.

"Congrats, ma' bro!" katanya. "Ada niatan naik ke 'atas' ga?"

Naik ke 'atas'? Kata-kata yang sama seperti yang diucapkan Helen.

Jon menggelengkan kepala. "Makasih, ketua. Tapi gue lebih suka ada di 'bawah'."

"Sayang banget," balas si kakak kelas. Kemudian dia mendekatiku, dan kembali mengajak salaman.

"Naga. Ketua kelas 3-G. Situ namanya siapa?"

"E-Elang..."

"Main-main kapan-kapan ke kelas saya. Ceweknya cakep-cakep loh, Helen mah ga ada apa-apanya," katanya lagi.

Aku tak bisa menjawab. Lidahku kelu, dan tubuhku kaku. Bagai disambar petir, rasa kaget ini tak mau pergi. Jantungku bergedup amat kencang, dan seketika wajahku menegang. Ada rasa takut tak terjelaskan ketika berhadapan dengan orang ini. Ternyata, dia kakaknya Helen!

Lalu dia tersenyum. Ramah, tapi tetap menyeramkan. Seakan ada pisau terhunus dibalik senyumnya. Aku seperti ingat pernah melihat senyum seperti itu. Tapi dimana? Ah iya, seperti Joker. Senyum yang sama. Mengintimidasi mental.

"Udah ketemu kan?" Tiba-tiba, Helen menyapaku dari belakang. "Itu kakak aku, Dranaga. Aku ceritain ke dia tentang kamu yang bantu kita ngalahin kelas 2-B waktu itu. Terus dia bilang, penasaran dan pengen ketemu kamu. Jadi gimana kesan pertama ketemu dia?"

"Hah? Eh, itu... aku mau bolos aja ya hari ini?"

"Kok tiba-tiba? Ohyaudah, kerumah aku aja ya?"

"Te-terserah, yang penting jauh da-dari sini dulu," balasku, tergagap.

Helen mengajakku keluar sekolah, sambil tak henti-hentinya tertawa sepanjang jalan.


***


"Hel, jangan begini terus... kita kan ga pacaran..."

Helen tersenyum, kemudian memelukku erat. "Emang harus pacaran dulu kalo mau begini? Anggap aja have fun."

Sekarang aku sedang berada dirumah Helen, tepatnya dikamarnya. Ternyata rumahnya megah, dengan banyak kamar-kamar dan ruang tamu menyerupai aula. Rumah tua bergaya romawi, dengan banyak pilar-pilar penyangga.

Aku merebahkan diri di ranjang Helen. Empuk, beda jauh dengan kasur lipat di kamar kostku. Helen ikut merebahkan diri, tidur menyamping dengan kepalanya di dadaku sambil memeluk manja.

"Tapi kamu kenapa begini sama aku? Kan cowok-cowok lain masih banyak tuh, yang ganteng terus keren. Kayaknya juga banyak yang ngejar-ngejar kamu tuh."

"Kalo aku nyamannya sama kamu, mereka bisa apa?"

Aku diam, memikirkan alasan selanjutnya untuk menolak. "Tapi kalo begini terus, bisa gawat. Nanti..."

"Nanti?"

"Aku bisa suka sama kamu."

Tiba-tiba Helen bangun, lalu duduk di ranjang. Ada rona merah pada wajahnya, yang membuat dia terlihat semakin manis.

"Apa sih! Tiba-tiba ngomong gitu!"

Aku ikut duduk, berhadapan dengannya. "Ya emang, kamu aja yang ga mikir kesana. Orang bisa suka tau kalo dikasih perhatian gitu."

"Daripada bahas itu..."

"HAAAAAAAIIII~~~~~!"

Pintu dibuka dengan kencang, sehingga menimbulkan bunyi membentur yang keras. Di ambang pintu, berdiri sosok yang begitu kukenal meski baru saja tahu. Naga, tersenyum sambil melambaikan tangan.

"Kok kakak ga sekolah?! Bukannya tadi masuk kelas?!" tanya Helen, berteriak.

"Saya bosen, makanya pulang aja. Eh ada kalian ternyata. Udah pada makan?"

Aku mengangguk seketika. Sikapku berubah kaku, seperti anak kecil sedang bertemu dengan presiden.

"Ah ga mungkin. Ini belum jam makan siang, nanti saya pesenin makan sama koki. Kalian mau makan apa?"

"Eh-oh, ga usah repot-repot!" aku menolak dengan panik. Tapi koki? Astaga, mereka punya koki dirumahnya...

"Hel, mau latihan sambil nunggu masakannya mateng?" tanya Naga lagi.

Helen hanya mengangguk, kemudian Naga menyuruh kami ke aula yang terletak di paviliun belakang. Helen bercerita, katanya mereka sering latihan disana, dan Helen selalu kalah. Ada nada kesal dari ceritanya ketika bercerita bahwa dia tak pernah bisa mengalahkan kakaknya sendiri.

"Kamu aja udah kayak monster, ga kebayang aku kalo kakak kamu itu kayak apa."

"Dia... ga pernah serius kalo lawan aku. Tapi aku tau, kalo dia serius itu... apa ya," dia meneguk ludah, "mengerikan."

"Nah, kita sampai," sambungnya.

Helen langsung melepas seragam di depanku. Aku yang panik berusaha menutup mata, tapi mataku terbelalak ketika Helen hanya tinggal memakai bra. Bukan karena tubuh seksinya, tapi karena luka lebam di sekujur tubuhnya. Ada juga luka goresan, dan lebih banyak bekas luka. Pantas saja, dia tak pernah mau membuka baju selama ini.

"Ga serius aja begitu?!"

Helen mengangguk pasrah. "Kamu masih yakin mau bawa aku ke 'atas'?"

Pertanyaan sulit. Tapi, selalu ada jalan. Pasti. Jika otot tak bisa membawamu ke tempat tertinggi, selalu ada otak untuk memikirkan cara bagaimana bisa sampai kesana.

"Yakin kok. Aku udah janji."

"Oh iya," Helen mendekatiku, lalu tiba-tiba...

Dia mencium bibirku, lembut dan hangat. Lama kami terdiam sampai beberapa detik, sebelum akhirnya Helen melepas ciumannya.

"Itu down payment-nya. Sisanya, kalo kamu bener-bener bisa bawa aku ke tempat paling 'atas'. Setuju?"

"E-emang apa sisanya?"

Helen tersenyum riang. Wajahnya paling cantik jika tersenyum begitu. Dan aku merasa ada debar aneh tiap kali melihatnya.

"Sisanya... aku milik kamu sepenuhnya."



(Bersambung...)
 
pertamax kah???


udah ktmu nih si elang sama naga??
makin mantap ajh :D
lanjutkan suhu..
 
kayaknya diam2 elang akan diajari naga agar pantas jadi pacar dan dapat melindungi helen
 
Asyikkk update lgi nih ternyata,hmmm mnunggu elang ngebwa helen terbang k 'atas',ayo elang kmu psti bisa prcma dong punya nma burung pemangsa klo ngk bsa terbang tinggi hahahaha...
 
jika DP nya dapet cipokan:matabelo:
jika berhasil, dapat kepasrahan:genit:

wah, itu Elang sudah dapat simpati dari Naga
tinggal gerakan lanjutan, untuk mewujudkan keinginan Helen..
mungkin itu juga yang membuat Naga sang kakak jadi penasaran.

ada bakat juga si Elang dalam membaca gerak-gerik lawan.. di sinilah nilai plus dari pada sekedar adu kekuatan fisik semata.

ane semakin penasaran saja:thumbup
 
mantap surantap gan,
elang di ajarin silat/beladiri juga gan biar jadi nilai + buat dirinya & helen + ♥
 
gila gw berasa baca komik hentai nih suhu hahhahah jadi inget film log horizon jagoanya pake otak ahli strategi
 
Bimabet
:mantap: :mantap: :mantap: keren bener si naga,, jagoan sejati,, gk pake tipu - tipu ,,
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd