Side Story XIII: Vanesha Prescilla, The Road to Fame & Fortune.
Note: Biasanya side story saya tulis berdasarkan artis yang sudah pernah saya tulis, tapi kali ini justru saya menggunakan tokoh fiksi yang sebelumnya sudah muncul di Chapter 37, yaitu karakter dukun Mbah Yanto. Side Story ini saya siapkan bersamaan dengan Side Story Maya Septha (sudah rilis kemarin) dan Chapter 38 (coming soon), makanya bisa update agak cepat.
Sejak bermain sebagai Milea dalam film Dilan, nama Vanesha Prescilla semakin dikenal masyarakat. Adik dari aktris Sissy Prescilla itu jadi sering mendapat tawaran bermain film dan iklan. Namun belakangan ini karirnya menurun karena gossip yang menerpa dirinya, tepatnya gossip mengenai sifatnya memperlakukan wartawan dan fansnya. Tawaran bermain film, web series, maupun iklan, semua berkurang drastis. Vanesha, yang kini kebingungan, akhirnya mendapat saran dari seorang temannya untuk mendatangi seorang dukun yang bisa menaikkan karirnya lagi.
Vanesha mendapat alamat dan nomor telepon Mbah Yanto dari salah satu teman Artis yang karirnya menanjak berkat bantuan Mbah Yanto. Karena rasa putus asa, akhirnya Vanesha mendatangi Mbah Yanto.
Rumah Mbah Yanto.
Vanesha tiba di rumah Mbah Yanto. Rumah Mbah Yanto tidak terlihat seperti rumah seorang dukun, malah terlihat seperti rumah seorang pengusaha muda. Saat ingin mengetuk pintu, tiba-tiba Mbah Yanto membuka pintu rumahnya dan mengejutkan Vanesha.
"Siang mbah." Vanesha memberi salam pada si dukun tua itu.
"Nak Vanesha ya? Ayo sini masuk, saya sudah dengar semuanya dari temennya" Ucap Mbah Yanto.
Vanesha masuk ke dalam rumah Mbah Yanto dan Vanessa sangat mengagumi interior design dari rumah Mbah Yanto.
"Ayo Nak, silahkan duduk." Tawar Mbah Yanto.
Tanpa basa basi, Vanesha langsung bertanya straight to the business.
"Jadi bener nih si Mbah bisa bantu saya?" Vanesha bertanya.
Mbah Yanto pun tertawa kencang sehingga sedikit membuat Vanesha agak ketakutan.
"Kalau cuma bikin karir kamu naik sih gampang banget itu!" Mbah Yanto berujar dengan penuh percaya diri.
Vanesha mengambil sebuah amplop berisi uang yang jumlahnya sangat banyak lalu diberikannya amplop itu pada Mbah Yanto. Mbah Yanto langsung menghitung uang pemberian Vanesha itu.
"Okay ini, sebenernya udah cukup." Ucap Mbah Yanto.
Vanesha kemudian bertanya lagi pada Mbah Yanto.
"Sekarang apa lagi syaratnya, Mbah?" Vanesha penasaran dengan tahapan berikutnya.
Mbah Yanto tidak menjawab, dia kemudian menyalakan kemenyan dan bersemedi dan diikuti dengan membacakan beberapa mantra dalam Bahasa Jawa yang tidak dimengerti oleh Vanesha. Secara tiba-tiba Vanesha tidak sadarkan diri.
"Bangun!!!" Perintah Mbah Yanto pada Vanesha.
Vanesha tiba-tiba terbangun tapi tatapannya kosong.
"Bangun dan sekarang panggil saya Tuan!" Perintah Mbah Yanto.
"Saya sudah bangun Tuan." Ucap Vanesha.
Vanesha Prescilla kini berada dibawah pengaruh ilmu hitam Mbah Yanto.
"Lepaskan seluruh pakaian kamu sekarang juga! Lalu setelah itu lepaskan seluruh pakaian saya!" Perintah Mbah Yanto lagi dengan nada tegas.
"Siap Tuan." Jawab Vanesha masih dengan tatapan kosongnya.
Vanesha melepaskan seluruh pakaiannya lalu lanjut melepaskan pakaian Mbah Yanto.
"Sekarang saya harus apa, Tuan?" Tanya Vanesha.
Mbah Yanto tersenyum licik.
"Hisap nih! Tapi hisap yang benar!" Ucap Mbah Yanto sambil memegang penisnya.
Vanesha dengan segera langsung melahap penis Mbah Yanto. Vanesha keluarkan kemampuan terbaiknya, seperti yang selama ini dia berikan kepada pacar-pacarnya. Hal itu membuat Mbah Yanto merem melek keenakan.
"Wah nggak nyangka saya, Neng. Kamu pinter banget nyepongnya. Enak banget sepongan kamu." Puji Mbah Yanto.
"Mmmphh... mmphh..." Entah apa yang dikatakan Vanesha tidak terdengar jelas karena bibirnya masih penuh oleh penis Mbah Yanto yang besar itu.
Vanesha memang sudah sangat berpengalaman soal seks, sejak SMA Vanesha memang sudah tidak perawan, biasanya lawan-lawan Vanesha akan takluk dengan permainan Vanesha. Vanesha semakin ganas mengulum penis Mbah Yanto karena saat itu tangan Mbah Yanto mulai mengocok-ngocok vagina Vanesha, hingga membuatnya vagina itu akhirnya basah. Mbah Yanto yang sudah tak tahan kemudian menarik penisnya dari mulut Vanesha, sudah saatnya untuk menu utama.
"Berhenti! Udah saatnya saya ngerasain memek kamu!" Ujar Mbah Yanto.
Vanesha melepaskan penis Mbah Yanto dari mulutnya dan langsung merebahkan dirinya di meja Mbah Yanto yang dipenuhi dengan pernak pernik mistis.
"Ayo, Tuan. Saya sudah siap untuk disetubuhi oleh Tuan!" Vanesha mempersiapkan dirinya untuk digarap oleh Mbah Yanto.
Mbah Yanto dengan penuh semangat mengarahkan penisnya ke arah vagina Vanesha.
"Hmmmmmp... Aahh... Pelanan sedikit, Tuan, kontol Tuan gedeee.... Aahh...." Ucap Vanesha sambil keenakan
"Tahan dikit sayaaang.... Ooohh... Neng, memek kamu sempit banget, enak banget....." Mbah Yanto memuji vagina Vanesha.
"Aahh.... kontol Tuan juga aaah... Enak.... Aaahhh..." Balas Vanesha lagi.
Mereka berdua pun berciuman dengan ganasnya. Perlahan lahan Mbah Yanto menggerakkan pinggulnya. Penisnya yang berukuran besar terlihat keluar masuk di vagina Vanesha. Desahan mereka berdua tertahan karena masih berciuman. Hanya suara tumbukan antar kelamin itu saja yang terdengar. Mbah Yanto merasakan betapa nikmatnya vagina clientnya itu, begitupun Vanesha merasakan penis milik dukun cabul itu benar-benar nikmat.
Kocokan penis Mbah Yanto semakin kencang, tubuh mereka semakin bergoyang liar. Mbah Yanto tak lagi menindih tubuh Vanesha, dia bangun meraih kaki Vanesha dan diangkatnya keatas hingga dibahunya. Tangan Mbah Yanto lalu meraih kedua tangan Vanesha dan menariknya, lalu dia menggoyangkan kembali penisnya. Dia melihat kedua payudara Vanesha bergoyang goyang seirama dengan goyangannya, dan dia suka sekali melihat itu.
Vagina Vanesha terasa penuh oleh penis Mbah Yanto yang besar. Mbah Yanto dengan nafsu memburu langsung memompa penisnya dengan cepat dan kasar. Hal itu membuat Vanesha berteriak sambil menahan sensasi keluar masuk penis Mbah Yanto.
āAaahhhhā¦ Iyaaaahhhā¦ Pelan-pelaann Tuaaanā¦ Ooohhhhā¦. Yeeessā¦ā racau Vanesha sambil menggelengkan kepalanya.
āSedikit lagi nihā¦Oooohhhā¦ Saya keluarā¦. Aaahhhā¦. Vanesshhaaaaā¦ā Mbah Yanto memeluk Vanesha dengan erat dan Vanesha melingkari kakinya di pinggul Mbah Yanto.
Mbah Yanto menekan penisnya dalam-dalam sambil menyemburkan spermanya mengisi rahim Vanesha.
āOoohhhā¦ Banyak bangetā¦ Rasanya hangat, Tuanā¦.ā Lenguh Vanesha sambil mencium Mbah Yanto.
Setelah beberapa menit berciuman, Mbah Yanto melepas ciuman dan mencabut penisnya. Sisa sperma yang tidak tertampung di rahim Vanesha meleleh keluar.
āTuaaaanā¦ banyak banget keluarnyaahhā¦ā ujar Vanesha.
Mbah Yanto menarik pinggang Vanesha keatas hingga kini dia terlihat sedang menungging. Dia kemudian menggesek-gesekan penisnya di bibir vagina Vanesha. Vagina Vanesha yang masih basah oleh cairan orgasmenya sendiri itupun merespon. Dia menggoyangkan sedikit pinggulnya. Sesaat kemudian kepala penis Mbah Yanto mulai mendesak masuk vagina Vanesha, membuatnya sedikit mengerenyit. Dengan tiba-tiba Mbah Yanto menyentakkan seluruh penisnya hingga masuk semua ke vagina Vanesha, membuat Vanesha terkejut sampai badannya terangkat. Kini posisi Vanesha seperti sedang merangkak.
"Aaaarrhh... Tuaaaan... Pelanan... sakitt..." Vanesha mulai merasa kesakitan.
"Tahan bentar sayang, nanti juga enak kok." Jawab Mbah Yanto.
Mbah Yanto tak mau menuruti Vanesha, dia menggenjot penisnya di vagina Vanesha dengan cepat. Tangannya bahkan dengan kasar meremas dan menampar pantat Vanesha yang putih dan padat itu, membuatnya meninggalkan bekas kemerah-merahan. Vanesha beberapa kali berteriak saat ditampar pantatnya. Dia juga berteriak saat kedua payudaranya diraih dan ditarik oleh Mbah Yanto dengan kasar.
āUdaahhh Tuaaaanā¦ Sakiiitttā¦ Huhuhuā¦. Oohhhhā¦ā Teriakan Vanesha menghiasi ruang praktek Mbah Yanto itu.
Mbah Yanto yang sudah kepalang tanggung justru mempercepat genjotannya.
āAaahhhā¦ Aaaaakkkhhhā¦ Tuaaaannnā¦. Udaaahhhā¦ Aaaahhhhā¦ā teriak Vanesha.
Mbah Yanto kemudian mencoba mengurangi rasa sakit Vanesha dengan memainkan payudaranya. Selanjutnya yang terdengar hanyalah desahan mereka berdua yang semakin kencang. Vanesha tak malu-malu lagi untuk mengeluarkan kata-kata yang selama ini tak pernah diucapkanya saat bercinta dengan kekasihnya. Mbah Yanto telah berhasil merubahnya.
"Aahh.... aahh.... Aanjiiing... Memekmu enak banget Neng, ahh... ahh...." Puji Mbah Yanto.
"Aaahh... aahh... aahh.. kontolmu juga Tuan! Enak banget di memekku. Terus Tuan, entotin Nesha terus kayak gini Tuan! Enak Tuan..... aahh... aahh...." Balas Vanesha.
"Kamu emang lonte Neng, dientot sama dukun tua kayak saya malah suka. Iya kan kamu lonte kan Neng?" Tanya Mbah Yanto dengan nada menggoda.
"Aahh.... Iyaa.... Aaaahhh.... Tuaaaan!!! Nesha sekarang lontenya Tuan Yanto, Nesha suka dientotin Tuan Yanto... Kontol Tuan enak banget!!!" Balas Vanesha.
"Enakan mana sama kontol pacarmu, lonte?" Tanya Mbah Yanto lagi.
"Enakan kontol Tuaaaan.... aahh... aahh.... sekarang Nesha lontemu Tuaaaan... aahh... terus entotin Aku Tuaaaan...." Jawab Vanesha lagi.
Mbah Yanto kemudian membalikkan badan Vanesha hingga dia terlentang. Tak menunggu lama kembali Mbah Yanto memasukkan batang penisnya ke vagina pemain film Dilan itu dan langsung menggenjotnya dengan kencang. Kedua buah dada Vanesha kembali jadi sasaran tangan Mbah Yanto. Dia meremasnya dengan kasar. Hal itu justru membuat Vanesha semakin blingsatan. Kocokan penis Mbah Yanto di vaginanya benar-benar nikmat, hingga membuat desahannya semakin keras terdengar.
"Tuan Yanto, terus dong entotin Nesha! Ayo, terus Tuan! Aahh... aahh... Vanesha mau keluar lagi Tuaaan." Pinta Vanesha dengan nada binal.
Tubuh tua dukun cabul itu terlihat lihai dalam menggarap tubuh muda seorang Vanesha Prescilla. Mbah Yanto secara tiba-tiba berteriak dengan kencang.
āOohhhā¦ Saya keluarrā¦ Vanesshhaaaaā¦ Ooohhhā¦ā Mbah Yanto menekan penisnya dalam-dalam sambil mendongakkan kepalanya.
āAaahhā¦ Ayo di daleeemm ajaaaā¦ ooohhā¦ Aku juga keluaarrrā¦. Aaaaahhhhhā¦. Haaaaaā¦ā Pemeran film Teman Tapi Menikah itu mengeluarkan sisa suaranya hingga serak sambil memejamkan mata.
Sebelum mengeluarkan spermanya, terdengar Mbah Yanto melafalkan sebuah mantra dalam bahasa yang tidak dimengerti oleh Vanesha.
Cairan mereka berdua akhirnya saling semprot di rahim dan liang vagina Vanesha. Saking rapatnya, sepertinya akan ada banjir besar jika Mbah Yanto mencabut penisnya.
"Plop!" Terdengar suara penis Mbah Yanto keluar dari vagina Vanesha.
Benar saja, setelah melepaskan semua spermanya, Mbah Yanto mencabut penisnya lalu sisa sperma bercampur cairan vagina muncrat dari vagina Vanesha yang jadi melebar karena penis Mbah Yanto.
"Sekarang, kamu pakai baju lagi!" Perintah Mbah Yanto pada Vanesha.
"Siap Tuan!" Jawab Vanesha yang masih dalam pengaruh mantra Mbah Yanto.
Sementara Vanesha berpakaian, Mbah Yanto juga kembali berpakaian dan kini Mbah Yanto mulai membaca mantra lagi sambil membakar dupa. Tiba-tiba Vanesha tersadar dari hipnotis Mbah Yanto.
"Loh, dimana saya? Kenapa ini?" Vanesha bertanya-tanya.
Vanesha tidak ingat apa yang baru saja dia perbuat dengan Mbah Yanto, tapi perlahan dia mulai mengingat alasan dirinya berada di rumah Mbah Yanto. Mbah Yanto hanya menyengir dengan licik.
"Neng, ini mantranya sudah ya. Kita tunggu saja nanti hasilnya." Ucap Mbah Yanto.
Vanesha kemudian tersenyum mendengar ucapan Mbah Yanto itu.
"Yang bener nih Mbah? Wah, mudah-mudahan besok mantranya sudah mulai bekerja ya." Ujar Vanesha dengan girang.
"Mudah-mudahan ya, Neng." Jawab Mbah Yanto sambil tersenyum.
Vanesha kemudian pamit pada Mbah Yanto dan memutuskan untuk pulang, tapi Vanesha merasakan sensai aneh di area vaginanya.
"Duh... kok gini ya rasanya..." Dirinya merasa seperti habis bercinta tapi Vanesha sama sekali tidak ingat apa yang baru saja terjadi.
Beberapa Hari Kemudian....
Tawaran demi tawaran berdatangan pada Vanesha, Vanesha hingga kebingungan harus memilih job yang mana untuk diterima terlebih dahulu.
"Mantra Mbah Yanto ternyata beneran manjur nih." Ucap Vanesha dalam hati.
Vanesha tiba-tiba merasa mendapat panggilan jiwa untuk mendatangi Mbah Yanto. Perasaan dan pikiran Vanesha terus memerintahkannya untuk mendatangi Mbah Yanto tanpa alasan yang jelas. Tanpa sepengetahuan Vanesha, Mbah Yanto diam-diam juga memelet Vanessa agar mau terus bercinta dengannya.
Dengan melawan segala akal sehatnya, akhirnya Vanesha tiba di rumah Mbah Yanto. Saat ingin mengetuk pintu, tiba-tiba Mbah Yanto membuka pintu rumahnya dan mengejutkan Vanesha. Tentu saja Mbah Yanto sudah menantikan Vanesha.
"Siang mbah." Vanesha memberi salam pada si dukun tua itu.
"Neng Vanesha ya? Ayo sini masuk." Ucap Mbah Yanto.
Baru saja Vanesha masuk ke rumah Mbah Yanto, Mbah Yanto langsung melafalkan mantranya sehingga Vanesha kembali berada dibawah pengaruh ilmu hitam Mbah Yanto.
"Sekarang, lepaskan seluruh pakaian kamu!" Mbah Yanto memberikan perintah pada Vanesha.
"Siap, Tuan!" Vanesha menjawab dengan sigap dan langsung melepaskan seluruh pakaiannya.
Mbah Yanto juga ikut melepaskan pakaiannya sehingga kini mereka berdua akhirnya telajang.
"Sekarang kamu tidur di atas meja itu!" Mbah Yanto memberikan perintah pada Vanesha agar tidur di atas meja Mbah Yanto yang mirip dengan altar pemujaan Setan.
"Baik Tuan!" Vanesha mengikuti perintah Mbah Yanto dan merebahkan dirinya di meja Mbah Yanto.
Mbah Yanto langsung menjulurkan lidahnya, menyentuh bibir kemaluan Vanesha.
āAaahhmmmmā¦ā Tubuh Vanesha bergetar.
Tenaga Vanesha mengendur setelah Vanessa mulai āterbuaiā belaian lidah Mbah Yanto pada vaginanya.
āOoohhhhh... emmm.... enaakkā¦.ā Desah Mbah Yanto terus menjilati vagina Vanesha.
āMmhhh... Uummm... Tuaaaannnnā¦.ā Vanesha tak bisa menahan sensasi nikmat pada selangkangannya.
"Memek daun muda emang selalu lebih mantap!" ucap Mbah Yanto.
Terang saja Mbah Yanto memuji Vanesha seperti itu, selama ini dia hanya bisa merasakan vagina istrinya yang sudah tua. Entah mengapa dipuji begitu malah membuat nafsu Vanesha semakin naik. Sekarang kedua kaki wanita berusia 20 tahun itu secara alami melebar, sehingga Mbah Yanto pun semakin leluasa menggerogoti vagina Vanesha.
āAaahh.... ahhh..... aaahhh..... EEMMMHHHHH!!!!!ā Artis muda cantik itu mengerang kencang keenakan.
Vanesha akhirnya mendapat orgasmenya. Mbah Yanto dengan liar menjilati cairan orgasme Vanesha. Tanpa babibu, Mbah Yanto menidih tubuh Vanesha dan menciumnya dengan ganas, sehingga Vanesha mau tidak mau merasakan cairan orgasmenya sendiri. Mbah Yanto langsung meremas payudaranya.
āTuaaaan.ā¦ Teeeruuuusssā¦ geliā¦ aahh...ā Vanesha mengerang ketika Mbah Yanto mulai menjilat dan gigit putingnya.
Mbah Yanto langsung arahkan penisnya ke arah vagina Vanesha lalu disodok sedalam-dalamnya.
āAahh teruuusssā¦ teruuusssā¦ enaaakkkkā¦. Aaaahhhh." Racau Vanesha yang mulai keenakan.
Setelah didiamkan beberapa saat, Mbah Yanto kemudian langsung menggenjot tubuh Vanesha dengan kasar sambil menciumi payudaranya.
āAaahhhā¦. Enak Tuaaaanā¦ Fasterā¦. Aahhhhā¦.Tuaaan.ā Hanya teriakan Vanesha yang terdengar di ruangan yang hanya dihuni oleh mereka berdua.
Mbah Yanto semakin bernafsu untuk menggenjot tubuh Vanesha.
āAnjiiiiingā¦ Memek kamu sempit banget Nesā¦ yeahh..ā Ucap Mbah Yanto sambil mempercepat genjotannya pada tubuh Vanesha.
Tubuh mungil Vanesha terguncang-guncang karena perbuatan Mbah Yanto. Vanesha terus mendesah dan berteriak keenakan hingga akhirnya Vanesha merasa akan tiba orgasmenya.
āAaaaahhhh.... Tuaaanā¦. Aku mau pipisā¦ aaahhhā¦ā Ujar Vanesha.
Mereka berdua mencapai orgasme bersama. Mbah Yanto semburkan semua spermanya didalam liang vagina Vanesha sambil menciumnya. Lalu Mbah Yanto mencabut penisnya dan sperma bercampur cairan orgasme Vanesha keluar dari vaginanya. Aktris sekaligus penyanyi itu pun langsung terbaring lemas di atas meja Mbah Yanto. Mbah Yanto mencabut penisnya lalu sisa sperma bercampur cairan vagina muncrat dari vagina Vanesha yang jadi melebar karena penis Mbah Yanto.
"Sekarang kamu bersihin ini!" Perintah Mbah Yanto sambil mengarahkan penisnya ke hadapan Vanesha.
Tanpa disuruh dua kali, Vanesha langsung melahap penis Mbah Yanto. Lidahnya dengan telaten membersihkan sperma dan cairan vagina Vanesha yang masih menempel di penis Mbah Yanto itu. Tidak disangka-sangka, aksi ini justru membuat penis Mbah Yanto kembali bangkit.
"Terus Neng... Sepongan Neng Nesha emang enak!" Mbah Yanto memuji Vanesha.
Dipuji begitu, Vanesha malah semakin memperdalam sedotannya sehingga akhirnya Mbah Yanto langsung mendapat orgasmenya di dalam mulut Vanesha. Vanesha melepas penis Mbah Yanto, dan sperma Mbah Yanto sudah ditelannya semua. Tidak lupa Vanesha juga menjilati penis Mbah Yanto untuk membersihkan penis Mbah Yanto dari sisa-sisa sperma. Sebagai hadiah penutup, Vanesha mengecup kepala penis Mbah Yanto.
"Sekarang, kamu pakai baju!" Perintah Mbah Yanto pada Vanesha.
"Siap Tuan!" Jawab Vanesha yang masih dalam pengaruh mantra Mbah Yanto.
Sementara Vanesha berpakaian dan membersihkan wajahnya, Mbah Yanto juga kembali berpakaian dan kini Mbah Yanto mulai membaca mantra lagi sambil membakar dupa. Tiba-tiba keringat Vanesha menghilang dari sekujur tubuhnya lalu Vanesha tersadar dari hipnotis Mbah Yanto.
"Mbah, mantranya yang kemarin manjur loh, saya jadi banyak banget dapat tawaran kerja. Ini Mbah barusan pakai mantra itu lagi ya?" Tanya Vanesha.
Mbah Yanto lagi-lagi tersenyum dengan licik.
"Iya, Neng. Saya barusan pakai mantra yang sama lagi." Jawab Mbah Yanto.
Vanesha kemudian memberikan amplop dengan sejumlah uang pada Mbah Yanto. Tentu saja Mbah Yanto merasa bahagia karena berhasil mencicipi tubuh seorang Vanesha Prescilla dan kini malah mendapat sejumlah uang dari Vanesha.
"Mbah ini saya kasih ga bisa banyak-banyak ya, anggap saja ini sebagai ungkapan terima kasih atas bantuannya kembali menaikkan karir saya." Ucap Vanesha sambil memberikan sebuah amplop
"Terima kasih kembali ya, Neng." Jawab Mbah Yanto sambil menerima amplop dari Vanesha.
Vanesha kemudian beranjak dari kursinya.
"Saya pamit dulu ya Mbah." Ucap Vanesha.
"Siap, Neng. Hati-hati di jalan ya." Mbah Yanto kemudian mengantarkan Vanesha ke mobilnya.
Nampaknya Vanesha sama sekali tidak ingat kalau dirinya baru saja digarap oleh Mbah Yanto, ya tentu saja ini berkat ilmu hitam Mbah Yanto. Selanjutnya, tentu saja dengan ilmu hitamnya, Mbah Yanto akan memancing banyak Artis agar datang ke tempat prakteknya dengan Vanesha sebagai perantaranya.