Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA SALAH SASARAN - Ipar-Iparku yang Ahhh... Sudahlah (NO SARA!)

CHAPTER 25




Kalian berharap, kelar usuran dengan Rafiq, aku yang sesegera mungkin pulang ke rumah bareng dia, di kamarku masih menunggu sesosok bidadari yang sempat tadi ku grepe-grepe sepasang payudaranya dari balik mukenah?

Gak mungkin lah dia masih di sana. Gak mungkin juga Azita yang menegurku tadi saat ingin cabut bareng Rafiq di depan rumah, tiba-tiba saja tidak ke kamar pribadi kami selama aku dan Rafiq masih berada di luar, bukan?

Apalagi tadi dia sempat menanyakan apakah kakaknya itu sudah selesai sholat Isya di kamar atau belum. Gak mungkin Cuma sekedar nanya tanpa mengchecknya sendiri.

Yah....

Jadi singkirkan pikiran kalian untuk kejadian berlanjut bersama Nira. Aku harap kalian tidak kecewa.

Tidak sekecewa.......



Diriku.....



Sialan emang Rafiq. Emang sialan. Padahal tadi nyaris saja ku nikmati tubuh kakak iparku. Hahaha!

Ya! Begitu tiba di rumah, begitu langsung ke kamar, ternyata kondisi kamar sudah kosong. Malah jenak berikutnya saat aku ingin beristirahat di kamar buat meredakan birahi ku yang membakar akibat kejadian sebentar saja bersama Nira, istriku langsung menemuiku dan menanyakan padaku bagaimana hasil pertemuanku dengan Rafiq, suami adik kembarnya itu.

Tentu saja semua ku ceritakan padanya tanpa ku tutup-tutupi lagi.

“Jadi seriusan ayah pengen bantu mereka, kan?”

Ahhh gak dapat kakaknya, lebih baik adiknya aja lah. Toh! Kalo ama adiknya yang ini, sudah halal dan sah, bro!

Dan itulah yang tengah ku rencanakan.

“Hmm, tapi ada syaratnya” balasku yang tentu saja, langsung di mengerti oleh istri saat melihat bagaimana ekspresi kebuasan pada wajahku ini tercipta. Rasa-rasanya aku ingin menguliti istriku sekarang juga.

“Waduh…. harus ya?” wanjir mau nolak lagi?

“Hoho. Harus. Kalo tidak sekarang, maka ayah tidak akan pernah menyetujui meminjamkan dana buat mereka, hayo….. pilih mana?”

“Ya… ya… ya…. pi… pilih di ewekin ayah lah. Hihihihi”

“Ya udah tunggu apa lagi?”

“Eh tapi….”

“Tunggu…. ih ayah, kunci dulu pintunya, bentar ada yang masuk kan bisa malu.” ujar istriku sambil menunjuk pintu kamar yang memang sudah dalam kondisi tertutup, tapi belum terkunci.

“Hahahaha gak bakal ada yang masuk, toh! Intan juga udah bobo ama kakek neneknya tuh di dalam sana” balasku saat menyadari istriku masih saja mencari alasan buat ku setubuhi sekarang juga.

Aku juga malas untuk beranjak, karena begitu aku beranjak, maka lepaslah istriku dari cengkramanku. Aku tak mau ini terjadi. Aku mesti menuntaskannya sekarang juga kalo tak ingin, kejadian salah sasaran berlanjut lagi nantinya.

Kemudian tanpa pikir panjang, secepat kilat ku buat istriku untuk rebahan di atas ranjang, kusingkap daster tipisnya, kemudian secepat kilat juga aku berusaha memelorotkan celana dalamnya.

“Eh... apa-apaan sih, Yah. Kok ter… terburu-buru amat!?” Dia berusaha berontak. Namun sudah kepalang tanggung, aku langsung berjongkok di bagian selangkangannya untuk menyibak rok dasternya dan mencari liang senggamanya. Kudekatkan kepalaku, kujulurkan lidahku untuk mencapai belahan vaginanya.

“Auw... Yah... ahh! J-jangan!!” jilatan pertamaku langsung membuatnya bergetar tanpa bisa beranjak dari tempatnya semula.

Kucari klitorisnya, setelah dapat, segera kuhisap habis bulatan mungil itu. Dua jariku juga ikut menusuk liang vaginanya. Sudah tak terkira jumlah lendir yang keluar, bahkan tak lama kemudian, terasa pantat istriku bergetar hebat.

Ahhhhhh haus beneran ini bro. Dahagaku benar-benar harus ku puaskan sekarang juga.

“Ahh... hh... Yah! Ahh... aouhh...” Dengan erangan keras, ia mencapai orgasmenya. Tubuhnya langsung lunglai.

Loh he?

Malah mau tidur....

Gak segampang itu ferguso....

“Hei... bangun, Bun. Ayah belum apa-apa nih,” bisikku tak tahan.

Setelah mengatakan itu, meski tanpa mendapatkan jawaban, ku paksa istriku untuk bangun, dan segera ku posisikan diriku untuk rebahan di atas ranjang, gantian dengannya. Dan dengan gerakan super kilat pula, ku tanggalkan celana pendek dan ku lempar begitu saja ke lantai kamar. Setelahnya ku tanggalkan kaosku dari tubuh atasku, sehingga membuatku telanjang bulat saat ini.

Kini, di hadapan istriku yang telah duduk, tersajikan senjataku yang sudah mengacung tegak.

Tapi rupanya istriku masih belum ingin menyentuh penisku. Tampak ekspresinya masih di landa ekstasi orgasme yang sebelumnya ia dapatkan tadi. Aku tak habis akal, aku pun bangkit, dan kembali menidurkan istriku di ranjang.

“Ihhh ayah…. ah bringas amat sih”

“Ingat loh yah, bunda lagi hamil” ujarnya kembali mengingatkanku.

“Iya ayah paham”

Dengan satu tangan ku coba untuk meraba kemaluan istriku, ku posisikan tubuhku di atasnya, sambil kudekatkan batang penisku ke liang vaginanya. Selanjutnya kudorong sedikit demi sedikit saat aku sudah menemukannya. Begitu sudah betul-betul tepat, tanpa ba-bi-bu langsung kulesakkan dengan cepat.

Ahhhh akhirnya, melesak juga penisku di dalam liang kenikmatan istriku setelah lama ku nanti, ku dambakan.

“Ahh... Yah... pelan... auh!” kepala istriku langsung melonjak ke atas dengan tangan langsung memeluk punggungku.

Kudiamkan sebentar penisku yang sudah masuk, kunikmati benar-benar bagaimana ternyata vagina istriku ini tetap saja nikmat menggigit. Sensasi yang sangat luar biasa sekali. Pelan-pelan kutarik, kemudian kudorong lagi.

“Ohh... Yah, enak... terus... yang cepat! Aouhh... ahh... terus!!” rintihnya dengan panggulnya yang bergoyang melawan arah dari kocokanku.

Aku terus menusuk cepat, dan sebentar kemudian tubuh istriku kembali bergetar hebat.

“Yang cepat, Yah... aku sudah mau keluar lagi... ouhh... terus!!” jeritnya dengan kepala semakin menggeleng-geleng tak karuan. Sedetik kemudian, orgasmenya telah sampai dibarengi dengan kepalanya yang melonjak naik, sementara tangannya mencengkeram tubuhku sembarangan.

“Gantian, Bun.” aku meminta.

Istriku segera memutar tubuhnya. Wajahnya sudah awut-awutan dan basah oleh keringatnya, namun terlihat semakin seksi dan menggairahkan.

Aku pun rebahan, dan istriku segera menunggangiku.

Aku menariknya untuk bersandar di atasku, dan segera kucari bibirnya. Kami berpagutan lama sekali.

Sambil berciuman, kurasakan satu tangan istriku membimbing batang penisku ke arah liang vaginanya. Tanpa perlu disuruh, segera kudorong pantatku ke atas untuk kembali menyetubuhinya.

“Ahh...” erang kami secara bersamaan, ciuman kami terlepas.

“Kocok yang cepat, Yah...” pinta istriku sambil pahanya semakin dilebarkan.

“Begini?” kataku sambil menggenjot sekuat tenaga.

“Oughh... iya, Ayah pintar.” bisiknya sambil satu tangannya menarik tanganku, kemudian ditaruhnya di bagian atas liang vaginanya. Aku tahu apa yang ia inginkan.

“Ya yang itu... terus, Yah! Ohh enak... terus!!” rintihnya ketika sambil mengocok, tanganku juga memelintir lembut klitorisnya.

Begitu seterusnya….

Aku sangat menikmati persetubuhan malam ini bersama istriku. Tak terasa berpuluh-puluh menit kami bersetubuh di dalam kamar. Aktivitas yang beberapa hari ini sangat ku inginkan tapi urung terjadi. Selalu saja ia menolaknya. Tapi dengan berbekal - alasan membantu adik kembarnya itu - pada akhirnya, aku berhasil juga menyetubuhinya. Rasakan ini sayang, siapa suruh sudah membuat suamimu merana beberapa hari ini. Bahkan sebulan lamanya juga aku tak rasakan sempitnya vagina istriku ini, di saat kami menjalankan ibadah puasa kala itu.

“Ohh Yahhhhhhh, aku hampir sampai...” teriak istriku saat tubuhnya mulai bergetar agak keras.



Namun….

Begitu istriku ingin melepaskan orgasmenya, tiba-tiba saja, secara samar aku mendengar suara dari luar kamar.

“Azita…. kakak pengen ngomong nih, kamu dimana?”

“Waduh, bun. Itu…. ohhh. Itu Nira nyariin bunda”

Tapi, karena istri lagi di landa detik-detik orgasmenya, akhirnya ia mengacuhkan. Apalagi aku, tentu saja aku juga mengacuhkan panggilan kakak iparku itu yang mencari istriku. Toh, sedikit lagi juga aku bakal muncrat. Jadi, kudu sabar ya kakak ipar, harus menunggu sampai kami menuntaskan persetubuhan halal kami berdua malam ini, barulah giliranmu untuk meminjam istriku lagi. Haha!

“Ahhh ayahhhhh bundaaaa dapethhhh lagi……”

Seeeeerrrrrrrrrrr!!!



Anjir, karena istriku baru saja pipis karena squirt, akhirnya orgasmeku tertunda. Hanya untuk sejenak mencabut penisku dan membiarkan tubuh istriku kelonjotan di atasku, sembari ku usap-usap punggungnya dengan lembut.

“Udah bun?” tanyaku di saat istri sudah selesai menikmati orgamsenya yang entah sudah berapa kali ia mendapatkannya malam ini. Aku juga tak lagi menghitungnya.

“Ahhh udah yah. Sumpah, ayah memang suami suami idaman para istri. Hihihih”

“Hush. Idaman buat istriku saja, bukan istri orang lain” balasku.

“Iyalah. Heheh, itu maksud bunda. Hosh! Hosh!” balas istriku juga sembari mengatur nafasnya yang masih memburu di atasku.

“Kalo gitu kita lanjut ya bun”

“I… iya yah, tapi bunda capek. Ayah aja yang di atas lagi yah”

“Oke lah”

Aku pun berganti posisi dengan istri. Ia rebahan, dan mulai ku posisikan tubuhku di atasnya. Ku gunakan dua tanganku untuk menopang tubuhku biar tidak menindih perutnya yang sudah tampak agak membesar itu. Tapi tidak besar-besar amat. Sudahlah, aku malas menjelaskan detail bentuk perut istriku, silahkan kalian saja yang membayangkan bagaimana bentuk perut wanita yang lagi mengandung hampir 4 bulan itu. Pasti nyaris sama dengan bentuk perut istriku sekarang.

Intinya, saat bersetubuh dengan istri, apalagi sudah ingin sampai pada detik-detik akhir penuntasan segala aktivitas seksual kami, maka apapun yang terjadi di sekitar kami, seolah-olah luput dari perhatian. Khususnya aku. Yang kini telah menguasai kembali istriku. Aku tak mau terganggu dengan hal-hal kecil saat proses menuju ke puncak sesungguhnya, yang bakal menganggu proses tersebut. Bisa saja, aku malah mendapatkan kegagalan memuncratkan spermaku.

Apalagi aku juga sudah mulai merasakan rasa gatal di ujung penisku di saat aku kembali menyetubuhi istriku dari atas.



Beberapa menit kembali ku pacu istriku, ku lesakkan keluar masuk penisku di liang vaginanya.

Istriku kembali bersuara, “Ohhh yah…. iya… iya, kencengin entotannya, bunda udah mau dapethhh lagi”

“Ayah juga, Bun.” timpalku tidak bisa mengendalikan diri, orgasmeku sudah tinggal sebentar lagi. Maka semakin kupercepat kocokanku, istriku juga mengimbangi dengan menggoyang pantatnya.

Hingga kemudian, ku sentakkan pinggulku rapat-rapat ke selangkangan istri, penisku ku tekan dalam-dalam, hingga detik berikutnya, kukeluarkan air maniku. “Aughh...!!” aku merintih keenakan.

Ahhhhh.... Akhirnya berhasil juga ku peras isi dua kantung zakarku itu.

“Oughh... ahh...” erang istriku juga, sambil jemarinya mencengkeram punggungku.

Akhirnya kami berdua terkulai lemas. Kudiamkan dulu penisku yang masih berada di dalam liang vaginanya. Kulirik ada sedikit lelehan air mani yang keluar dari sana. Namun seperti tersadar, istriku tiba-tiba mendorong badanku hingga tautan alat kelamin kami jadi terlepas.

Loh he?

Apa-apaan ini?

Jenak berikutnya, aku mendapatkan jawabannya, mengapa Azita kayak gini, karena tidak biasanya. “Astagfirullah..... Ayah pintu kamar terbuka.” ujar istriku yang sepertinya lebih dulu menyadari sesuatu yang ganjal.

“Hah?” aku terbelalak kaget.

Aku pun memastikan dengan menoleh ke arah pintu. Yang harus di ingat, posisi ranjangku ini memang sangat dekat dengan pintu kamar, tapi karena aktivitas persetubuhan dengan istri, posisi kepala kami berdua berada di ujung ranjang, yang itu artinya selangkangan kami berdua menghadap ke arah pintu, maka, apabila ada yang membuka pintu tersebut, pasti akan langsung dengan mudah melihat kelamin kami berdua yang sedang menyatu.

Anjir, beneran terbuka…..

Tapi tidak terbuka lebar, hanya beberapa senti saja terbukanya.

“Astagaaaaa…. jangan bilang tadi kak Nira yang membukanya, dan sempat melihat kita lagi ngewe, yah?”

Degh!

Jantungku seakan terpukul keras saat mendengar penuturan istriku. Serta, membenarkan dalam hati ini, karena sebelumnya memang aku juga sempat mendengar jika kakak iparku itu memanggil istriku dari luar kamar.

Apalagi dia pasti yang membuka pintu kamar, karena kami berdua tidak menjawab panggilannya itu. Yah! Tanpa perlu kami beritahukan juga apa yang tengah kami berdua lakukan, pasti di saat membuka pintu kamar sedikit saja, maka kakak iparku sudah bisa melihat dengan jelas apa yang kami lakukan.



Gila! Bagaimana ini bisa terjadi?

Aku terdiam. Tapi setelah kupikir-pikir, ini ada untungnya juga. Nira jadi tahu betapa jantan dan perkasanya diriku. Aku yakin dia sempat melihat aksiku meski akhirnya pergi, entah karena malu atau karena tak tahan.

Yang pasti, sudah kutunjukkan kepadanya – meski secara tidak sengaja – kalau aku sangat memuaskan. Biar dia membandingkan dengan suaminya. Tapi kalau sampai kepingin, aku tidak tanggung jawab lho.

“Hei, kok ayah malah senyum-senyum sendiri?” tanya istriku.

“Hmm... bun, bagaimana kalo beneran Nira yang membuka pintu kamar tadi.... terus....”

“Terus apa?” Azita mengejar. Tampak ekspresinya seperti penasaran.

“Terus kalo dia malah gak tahan dan malah...” sengaja ku gantung. Memikirkan kalimat yang pas, biar Azita tidak marah.

“Malah apa.... ihhh, bikin penasaran deh”

“Malah....”

“Malah apa sih yah?”

“Hmm.... kalo dia gak tahan.... terus dia malah minta jatahnya ke ke ayah juga. Gimana tuh menurut bunda? Huppmm!” anjir. Bacot gue, coeg! Begitu selesai berbicara, aku sampai menutup mulut sialan ini karena telah lancang berbicara seperti itu. Mana di hadapan bini pula.



Tapi....

Nyatanya. Respon Azita berbeda dari yang ku pikirkan.

“Haaaaa??? Hahahahaha.... gak mungkin.... hahaha, idiihhhhh ayah bener-bener udah gilaaaaa… hahahah, nggak mungkin-lah kak Nira mau selingkuh sama Ayah.”

See? Sambil membalas, istriku malah tertawa ngakak.

Wah! Bolehlah maju selangkah. “Kalau sampai mau... gimana bun?” begitu tanyaku memancing.

“Gak mungkin.... dasar suami sinting....”

“Gak ada yang gak mungkin di dunia ini, loh bun....”

“Jadi gimana seandainya beneran Nira pengen gituan ama ayah?” aku melanjutkan, lebih ke – mengejarnya.

“Berarti dunia sebentar lagi bakal kiamat, ayah” serunya sengit. “Sinting... haha, dah ah. Jangan kebanyakan nghayalnya.”

Wah ini nih…

Yang kayak gini, yang membuatku tertantang untuk beraksi. Hohoho!



BERSAMBUNG CHAPTER 26
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd