Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA SALAH SASARAN - Ipar-Iparku yang Ahhh... Sudahlah (NO SARA!)

CHAPTER 26



Bohong jika aku tak memendam sebuah obsesi buat menaklukkan kakak iparku itu. Tapi mungkin untuk sekarang harus ku simpan rapat-rapat keinganan itu dulu, harus ku tunda dulu keinginan untuk membuat sebuah rencana menaklukkannya, karena aku juga masih belum ada rencana sama sekali - akan bagaimana nantinya, akan melakukan apa buat Nira biar ia bisa takluk pada kemaluanku yang sudah menyiksa kedua adiknya itu.

Bercerita mengenai Azizah, ia kini tak bisa usil lagi padaku karena suaminya selalu sigap ketika ia ingin sesuatu. Sempat tadi pagi dia memintaku mengantarnya ke depan buat membeli sesuatu, tapi karena aku yakin dari cara ia menatap, dari ekspresi yang tercipta pada wajahnya, aku amat sangat yakin jika ia sedang merencakan sesuatu. Makanya aku beralasan lagi ngantuk banget, bahaya kalo nyetir dalam keadaan ngantuk. Maka dari itu, istriku pun menyarankan untuk memesannya saja via online, malah istriku lah yang membantunya buat memesan via online. Hahaha!

Rasain lo!

Bukan aku tak bernafsu kepadanya. Tapi, semalam kan kantung zakarku sudah di peras isinya oleh Azita istriku. Jadi untuk hari ini aku sudah tak lagi uring-uringan seperti kemarenan itu. Aku juga sudah bisa menahan hasratku yang tiba-tiba menggoda di saat ingatan pada kejadian - betapa kenyalnya payudara kakak iparku saat sempat ku remas, saat sempat kucicipi meski sebentar saja.

Uhhh! Penasaran banget jadinya pengen lihat secara langsung bagaimana bentuk di dalamnya. Serta dari suara mendesahnya, aku sangat meyakini jika Nira pastinya sadar-sesadar sadarnya, jika aku yang melecehkannya tapi ia sama sekali tak menghindar, tak menolak atau bahkan sama sekali tak marah padaku. Seolah-olah ia memberiku lampu hijau kala itu untuk berbuat lebih jauh lagi. Seperti yang kalian ketahui, apabila Rafiq tidak datang buat menghentikan perbuatanku malam itu, mungkin saja Nira bakal pasrah dalam penguasaanku.

Tuh kan, malah bahas Nira lagi. Kalo udah gini, aku bakal kembali di kuasai birahi nih. Aku harus bisa mengalihkan untuk sementara waktu.







Seharian ini juga aku beberapakali bertemu dan berpapasan dengan Nira. Sikapnya agak gimana gitu padaku. Tak ada sama sekali omongan darinya tentang kejadian kala itu. Bukan kejadian malam dimana aku melihatnya tengah bermarturbasi, melainkan kejadian di saat tanganku berhasil grepe-grepe dadanya.

Seakan-akan, dia dengan mudah melupakan bahkan memaafkanku atas perbuatan nekadku kala itu.

Atau jangan-jangan ia sama sepertiku? Sedang memendam?

Ahhhh! Malah ngaceng kan, jadinya.

Intinya setiap kali kami bertemu, sikapnya biasa saja. Tak ada yang berubah sama sekali. Dia juga kadang menegurku, “Ar” hanya begitu saja. Atau dia pas nanya istri udah bangun atau belum, dan beberapa pertemuan lainnya yang juga melibatkan beberapa kata yang tentu saja harus aku atau dia ucapkan. Gak mungkin kan, kami bertemu dan hanya diam saja seperti orang bisu? Hahaha!

Sepertinya Nira memang benar-benar ingin bersikap biasa saja, tapi itu mungkin juga karena kami sedang berada di situasi yang sama sekali tak memungkinkan untuk kami bahas dua kejadian yang amat sangat memalukan tersebut.

Jadi….

Daripada ku ceritakan panjang lebar tentang kejadian seharian ini, jadi aku bakal menceritakan beberapa poin pentingnya saja ya.

Pertama, akhirnya siang tadi istriku melakukan transfer ke rekening adik kembarnya itu si Azizah buat biaya DP mobil baru yang rencananya mereka urus setelah kami semua kembali ke kota masing-masing.

Jangan tanyakan bagaimana sikap pasutri tersebut saat kami akhirnya membantu meminjamkan uang yang nilainya juga tak kecil. Ucapan terima kasih, khususnya dari Rafiq yang tak henti ia ucapkan entah padaku atau ke istriku di saat kami bertemu atau berpapasan. Kedua mertuaku juga memberinya wejangan untuk jangan pernah lupa untuk mengembalikan dana tersebut ke kami. Tapi aku tentu menjawab tidak usah di pikirkan. Nanti saja di kembalikan apabila ada dana yang berlebih pada rekening mereka. Kalo hanya pas-pasan dan hanya pas buat mencukupi kebutuhan mereka serta untuk membayar angsuran, maka mereka tak perlu dulu mengembalikannya pada kami. Toh! Aku dan istri masih ada simpanan tabungan juga yang nilainya lumayan.

Kedua, sore tadi kami semuanya ikut kecuali kedua mertuaku untuk mencari buah tangan buat kami bawa pulang nantinya.

Sesekali selama berburu buah tangan, aku di hadapkan pada situasi tiba-tiba bisa berdiri bersisian dengan Nira.

Lalu sikapnya? Yang terjadi selanjutnya?

Seperti yang telah ku jelaskan di atas, dia hanya memanggil namaku, “Ar” kemudian mengangguk gitu di sampingku. Dia kebanyakan nunduknya kalo pas ku tatap matanya. Padahal sejujurnya aku juga sudah ingin mengatakan sesuatu, menyinggung dua kejadian di antara aku dan dia. Tapi, aku kehilangan momen untuk masuk ke proses awal, mengatakan sesuatu padanya. Karena lagi-lagi, sikapnya seolah-olah tak memberiku peluang untuk berbicara banyak dengannya.

Begitu selesai berburu buah tangan kami melanjutkan untuk makan siang bareng.

Well, hanya itulah yang terjadi dan bisa ku ceritakan pada kalian.

Jadi ku skip saja yah…..







Malam pun tiba.

Setelah kami sekeluarga makan malam bersama, akhirnya ku tinggalkan mereka semua untuk sekedar menikmati udud di luar. Beres udud, beres ngobrol kembali bersama beberapa orang, tibalah waktu bagi kami semua untuk beristirahat.

Malam ini, putriku si Intan rupanya pengen bobo bareng bundanya. Ya sudah, akhirnya kedua mertuaku mengizinkannya. Toh! Udah lumayan juga buat mereka melepas rindu pada cucu satu-satunya ini, jadi mereka pun membiarkan putriku kembali ke pelukan kami - orang tuanya.

Setelah beberapa puluh menit ku coba untuk memejamkan mata, rupanya aku gagal melakukannya. Istriku dan putriku sudah tertidur nyenyak di atas ranjang di sebelahku. Aku memutuskan untuk bangkit dari ranjang, dan keluar dari kamar untuk sekedar menikmati sebatang dua batang udud di depan.

Begitu berada di luar, aku pun memutuskan untuk membuat secangkir kopi dari dispenser di dapur.



Beres….

Aku memilih untuk nyantai di dalam rumah saja sembari membuka jendela depan biar asap rokok tidak mengepul di dalam rumah karena kurangnya lubang udara.

Ku baringkan tubuhku di sofa setelah meletakkan secangkir kopi hitam yang kubuat sendiri.

Aku tidak ingin mengganggu istirahat istriku yang telah seharian kesana kemari mencari oleh-oleh buat tetangga dan para istri anak buahku di Surabaya. Begitulah istriku tak pernah lupa untuk memberi pada orang terdekatnya di saat kami lagi dari luar kota.

Meski barangnya nilainya tak seberapa, tapi aku menyukai cara dia untuk mendekatkan diri ke tetangga dan istri-istri rekan kerjaku.

Ku ambil ponselku dan mulai berselancar di media sosial.

Awalnya ku buka Instagram, dan mencari akun favoritku yang selama ini ku follow. Hohoho, tadaaaa.... ini dia.

Akun bertuliskan ‘Poligemek77’ tentulah wadah bagiku untuk membaca novel-novel dewasa yang tentulah tidak ‘Gratisan’. Tapi untuk kali ini, sepertinya aku lagi gak minat buat baca, kalo aku baca karya-karyanya, di jamin, si kodir bakal bangun dan siap gerak mencari mangsa. Jadi jika kalian wahai para readerku yang begitu setia menanti dan menanti kisahku ini, jangan lupa follow instagram tersebut ya.

Oke skip....

Karena tak ada yang menarik lagi, alhasil ku tutup applikasi Instagramku. Kemudian membuka applikasi WhatsaApp. Mulai membaca beberapa chat di beberapa group WA. Selesai membaca beberapa chat yang masuk, aku tergelitik untuk melihat story WA teman-teman.



Hingga…..

Aku melihat story WA dari sang pemilik yang sosoknya saat ini sedang berputar-putar di kepalaku.


“Apa yang harus hamba lakukan, ya Allah?”


Story WA dari Nira.


Aku sedikit mengernyit setelah membacanya. Kenapa dengannya? Dan ketika aku melihat waktu postingnya, rupanya 3 menit yang lalu ia memosting story WA tersebut. Itu artinya, ia masih terjaga?

Setelah berfikir beberapa saat, ku beranikan diri mengirimkan chat ke Nira, dengan mengquote story WA nya tersebut. “Assalamualaikum, kak. Ada apa?” Aku deg-degan ketika menekan layar untuk mengirim pesanku.



Masih dengan perasaan yang campur aduk dan deg-degan di dalam sana, aku menanti balasan dari kakak iparku.

Butuh waktu agak lama hingga akhirnya ponselku bergetar.

“Wa’alaikum salam, Ar.”

“Gak apa-apa Ar.” dua pesan ku terima darinya.

“Oh…. gitu” balasku, kemudian ku ketik lagi. “Maaf, saya ganggu gak?”



Ada kali 3 sampai 5 menit pesanku hanya di baca tapi tak ia balas.



“Gak kok… kenapa Ar? Ada yang bisa Nira bantu?”

“Gak kok kak. Hanya saja tadi habis liat status kakak. Jadinya aku iseng kepoin, jadinya pengen tau aja”

“Kamu manggil kakak, padahal tuaan kamu dariku, Ar.” Dari kalimat yang ia kirim, aku menyadari jika jawabannya kali ini agak nyantai.

“Hehe, gak apa-apa, kan memang kakak adalah kakak ipar saya.”

“Udah aja, kalo gak ada orang, cukup panggil nama aja Ar” begitu balasnya.

Uhh! Aku semakin semangat buat ngobrol dengannya. Ingin rasanya aku masuk ke pertanyaan pamungkasku mengenai dua kejadian bersamanya kemarenan itu. Tapi, aku masih bertahan, aku harus mencari momen yang pas buat ku tembak ia dengan pertanyaan pamungkas tersebut.

“Bang Anton mana?” iseng aku bertanya keberadaan suaminya.

“Tuh udah molor sejak tadi” begitu balasnya.

“Oh jadi sendirian donk sekarang, pantes bisa bebas chat ama saya malam ini”

“Loh, kalo mau chat juga tiap saat pas ada suami di samping, yah gak apa-apa kali Ar. Kayak kamu siapa aja harus diam-diaman”

“Saya takut, kak.”

“Nira aja.”

“Iya Nira saya takut. Saya takut berkhalwat dan terjadi fitnah nantinya…. apalagi….” yah! Pasti kalian paham, apa tujuanku menggantung di akhir, bukan?

“Apalagi apa Ar?” yes! Dia mengejar. Batinku mulai bersorak.

“Saya sungguh-sungguh minta maaf karena kemarin itu, gak…..” aku sekali lagi menggantung.

Beberapa saat Nira malah mendiamkan pesan terakhirku. Tapi ia juga sudah membacanya.

Tapi, aku tak putus asa, aku kembali meniatkan untuk mengiriminya pesan. Ingat, setiap ingin menarik perhatian sang akhwat, kita memang harus tarik ulur. Dan jangan mendesak. Tapi, harus jelas juga dalam menyampaikan sesuatu.

Berdasarkan itu, aku mulai mengetik kalimat panjang - “Saya minta maaf, karena benar-benar tak sengaja… apalagi pas kejadian di kamar kemarin kak. Sumpah Demi Allah, saya mengira kakak adalah Azita. Bahkan, saya sampai tega menyentuh payudara kakak. Gak tahu bagaimana cara saya buat bisa mendapatkan maaf dari kakak lagi. Saya tahu, diamnya kakak sejak kemarin, bukan karena menghindar, tapi memang kakak sedang marah, sedang tak ingin bertemu dengan saya, tapi karena kondisi kita semua lagi berkumpul di sini, makanya kakak juga tak bisa berbuat banyak. Yang saya takutkan, ke depannya hubungan keluarga ini yang amat sangat baik bakal retak, bahkan hancur karena satu kesalahan tak di sengaja dari saya malam itu di kamar.”

Send....

Tidak....

Send?

Ah send aja lah.



Tak ada balasan lagi…..

Maka, aku pun mengiriminya pesan kembali, “saya minta maaf ya kak. Sungguh-sungguh minta maaf sama kakak.”

Again.... masih tak ada balasan.

“Percayalah... ini adalah chat terakhir saya malam ini ke kakak, dan saya mohon, jika saya di anggap tidak sopan telah melecehkan kakak di kamar, mohon di maafkan, Ardan pamit ya kak..... Assalamualaikum wr wb”

Ahhh lega.

Biarkan saja, dia tak membalas. Dan aku yakin ia tak akan membalasnya.

...

...

...



“Ih… Ar. Jangan ngomong gitu.”

Yeah!

Di balas juga. Hohoho!

Ada pesan lanjutannya. “Iya gak apa-apa Ar. Nira juga sadar kalo kejadian di kamar itu memang tidak di sengaja, karena Nira mendengar jika kamu menyebut nama Azita saat ingin menyentuhku” Darahku mendesir bro. mendesir banget, saat membaca kata ‘Menyentuh’ itu.

“Iya… terima kasih ya kak. Meski begitu saya benar-benar merasa tidak enak karena telah sempat melecehkan kakak”

“Sudah lah Ar, lupakan saja. Anggap kejadian itu memang tak pernah terjadi di antara kita.”

“Iya kak terima kasih ya, sudah memaafkan adekmu ini yang telah lancang menyentuhmu”

“Iya Ar. Udah ah, jangan balas pake kata menyentuh.”

Oke. Dia mulai terpancing.

“Eh iya yah. Maaf kak. Saya tidak akan lagi mengatakan ‘Menyentuh Payudara’ kakak. Bahkan sampai menghisap putingnya.... Ini yang terakhir”

Kira-kira....

Balasan apa yah yang bakal ku dapatkan darinya?

Ughhh, malah penasaranku semakin menjadi-jadi, ingin cepat-cepat membaca balasan darinya.

Ayolah Nira.... balaslah segera pesanku ini.



BERSAMBUNG CHAPTER 27
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd