Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT SDS - Syahwat di Sekolah (No SARA)

Status
Please reply by conversation.
Part 11

"Rumah lu yang mana nih?" tanya Gw setelah sampai di wilayah rumahnya yang tadi selama di perjalanan diarahkan oleh Muti.



"Itu, yang halamannya luas." tunjuknya.

"Widihh. Yang tingkat itu? Yang ada pohon kecapi?" tanya Gw memastikan.

"Iyaa yang itu. Parkir disitu aja."

Takjub Gw dibuatnya melihat rumah sebesar itu. Dengan halaman luas yang kira-kira muat untuk parkir dua atau tiga mobil.

"Gede amat, Mut." puji Gw.

"Ya jelas lahh. Kalo dibilang kecil sih kayaknya mata lu yang bermasalah, Jak. Hahaha."

"Bakal mampir lama sih kayaknya ini."

"Mampir lama dimana? Rumah Gw?" tanya Muti.

"Iyaa."

"Selau aja sih gua mah. Asal jangan di rumah gede itu aja." katanya sambil menyembunyikan tawanya.

"Lah? Emang?"

"Orang rumah gua ada dibelakangnya. HAHAHAHA." katanya sambil berjalan menuju belakang rumah besar tersebut.

"Yaelah, Mut. Baru aja seneng mau mampir ke rumah gede."

"Rumah Bu Lena noh gede. Maen aja kesana."

"Mau si, tapi males kalo sendirian."

Lalu Muti membuka pintu sambil mengucapkan salam. Mencari apakah ibunya berada di dalam atau tidak.

"Bu? Ibu?." panggilnya.

"Masuk, Jak." ajaknya menyuruh Gw masuk ke rumah yang tidak terlalu besar itu.

"Ibu gw lagi enggak ada, mau minum apa?" tanyanya.

"Jus Mangga ya, susunya yang banyak." ucap Gw bercanda.

"Okee, sebentar ya. Mau ambil panci buat nimpuk lu."

"Hahahaha. Bercanda, Muuttt. Teh ajaa udah."

Lalu Muti pergi ke dapur untuk membuatkan teh. Gw hanya duduk diam di ruang tamunya melihat sekeliling rumahnya yang sepertinya kurang terawat dengan baik. Mungkin, karena Muti hanya tinggal berdua dengan ibunya jadi mereka kesulitan bila mengerjakan hal-hal yang berbau pertukangan seperti genteng bocor dan ubin retak.

"Mau pake es gak?" tanyanya sambil membawakan teh manisnya ke Gw.

"Boleh."

"Tapi udah dibikin yang anget. Jadi gak usah lah ya."

"Bodo ah, Mut."

"Hahaha. Bercanda sih, Jak. Biar enggak tegang."

"Ibu lu mana, Mut?" tanya Gw yang sedari tadi tidak melihat kehadiran ibunya

"Lagi kerja mungkin."

"Kerja apa kalo boleh tau? Kok ampe jam segini belum pulang."

"Keluarga Gw tuh kerja di rumah gede di depan itu. Dulu bokap Gw anak buah di kantor yang punya rumah, terus nyokap Gw di tawarin buat jadi baby sitter anak perempuannya yang seumuran Gw." jelasnya.

"Terus setelah anak perempuannya udah gede, nyokap Gw bantu ibunya ngurusin rumah. Apalagi setelah bokap Gw enggak ada. Nyokap jadi lebih sibuk disana." lanjutnya.

"Lu deket sama orang-orang di rumah itu?" tanya Gw.

"Deket. Bisa dibilang Gw udah di anggap keluarga. Jadi dulu kenapa nyokap Gw diangkat jadi baby sitter karena kan anak perempuannya seumuran sama Gw. Jadinya sekalian ngurusin Gw sama anaknya gitu." jelasnya lagi.

"Dan di kuliahin sama mereka. Setelah lulus SMA Gw ditanya sama mereka, setelah lulus mau ngapain. Dan Gw bilang aja mau jadi guru. Di kuliahin deh." lanjutnya.

"Lu anak satu-satunya, Mut?"

"Iya, makanya Gw kesepian banget." ucapnya sambil memasang wajah murung.

"Jiahh, hahaha. Bisa banget orang kayak lu kesepian." ledek Gw.

"Emang menurut lu, Gw gimana?" tanyanya.

"Ya lu kan sering banget bercanda, kayak enggak ada beban hidup aja gitu."

"Tau gak sih, Jak. Itu buat nutupin semua yang Gw rasain. Kayak, pelarian Gw aja gitu."

"Kayak, semacam topeng gitu ya?"

"Nah, tuh lu pinter Jak."

"Jadi, Muti di sekolah dan Muti di rumah adalah orang yang berbeda?" tanya Gw.

"Bisa dibilang begitu. Gw tuh pendiem di rumah. Ngurung diri di kamar aja. Apalagi setelah anak rumah depan kuliah di luar negeri, Gw jadi gak ada temen lagi." jelasnya.

"Pas Gw kuliah, baru deh Gw coba buat bertingkah kayak gini. Dan kayaknya berhasil." tambahnya.

"Tau gak sih, Mut. Gw kira lu orang tajir gitu. Baju bagus-bagus, jam tangan mahal, motor bagus. Awalnya Gw minder buat ngobrol sama lu." papar Gw.

"Baju dikasih, jam dikasih, motor warisan. Apa yang bisa Gw banggakan. Hahaha."

"Lagian juga kenapa harus minder. Liat tuh Bu Lena, tajir banget tapi tetep asik kan?" lanjutnya.

"Terus nih lu kenapa nyeritain ke Gw? Lu gak malu?" tanya Gw.

"Gw liat lu bisa cepet akrab sama yang lain. Kayaknya lu anaknya emang asik. Jadi ya, kenapa enggak." jelasnya.

Waktu telah menunjukkan pukul 18 lewat. Panggilan adzan telah terdengar dari berbagai penjuru.

"Udah adzan, Jak. Mau sholat dulu?" tanya Muti menawarkan.

"Lu duluan deh. Nanti Gw nyusul." jawab Gw.

Setelah Muti melaksanakan ibadahnya, Gw gantian memenuhi kewajiban Gw itu. Ditunjukkannya tempat dimana Gw bisa mengambil air wudhu, lalu disuruhnya Gw sholat di kamarnya. Selama gw ibadah, dia menemani Gw dengan duduk di kasurnya. Sesekali Gw lihat, dia hanya menatap ke arah foto ayahnya.

"Ngapain sih, Mut? Dari tadi bengong gitu." tanya Gw setelah selesai melaksanakan sholat.

"Kangen aja. Tiga tahun ini hidup Gw berubah drastis setelah bokap Gw gak ada."

"Enggak usah lu pikirin gitu. Kalo emang udah takdirnya, mau gimana lagi. Lu harus bisa jalanin hidup lu sendiri. Lu gak bisa nebak kan apa yang bakal terjadi kedepannya, siapa tau lu bisa punya rumah sebesar yang di depan tadi."

Mendengar itu, Muti hanya menundukkan kepalanya seakan mengenang sesuatu. Lalu dia menatap Gw.

"Ramal Gw lagi dong, Jak." pintanya.

"Hah? Gw gak bisa ngeramal tau. Itu cuma main-main doang."

"Iya, tau. Seenggaknya hibur Gw gitu." ucapnya sambil memberikan tangannya ke arah Gw.

Gw pun mengusap-usap telapak tangannya seolah-olah sedang membaca masa depannya.

"Hmm. Gw ramal, dimasa depan lu bakal punya rumah gede." ucap Gw berpura-pura.

"Punya mobil." tambah Gw.

"Lu bisa keliling dunia bahkan tanpa kerja sedikitpun." lanjut Gw.

"Lu bisa dapetin apa yang lu mau, apapun. Lu gak perlu lagi pake sesuatu yang merupakan bekasan orang. Bahkan lu yang ngasih ke orang lain." ucap Gw.

"Jangan yang baik-baik terus. Buruknya emang enggak ada." tanyanya.

"Lu gak bahagia dalam segi cinta." ucap Gw ngasal.

"Kok bisa?" tanyanya.

"Gatau woy, Gw asal nyebut."

"Hmmm." Muti terlihat seperti memikirkan sesuatu.

"Apa yang lu mau di masa depan?" tanya Gw ke Muti.

"Gw mau bahagia." jawab Muti.

"Ya itu mah semua orang juga mau, Mut."

"Emang lu maunya apa?" tanya Muti sambil menatap mata Gw.

"Gw mau lu bahagia dalam segala hal. Baik segi finansial, percintaan, keluarga, keturunan, sosial. Apapun itu." ucap Gw.

"Kalo punya segalanya tidak membuat lu bahagia, Gw berharap hal itu tidak hadir di hidup lu." lanjut Gw.

"Lu mau Gw bahagia, Jak?" tanya Muti.

"Iya, pasti lah." jawab Gw.

Air mata menetes perlahan dari mata indahnya. Dia tersenyum menatap Gw yang masih memegang tangannya. Kini, dia menggenggam tangan Gw erat.

"Kalo bersembunyi dengan kekonyolan lu merupakan kebahagiaan lu, tetap aja begitu. Tapi lu harus punya waktu untuk jadi diri lu sendiri. Supaya lu enggak kehilangan Mutia yang sebenarnya." tambah Gw.

Mendengar hal itu, Muti langsung melepaskan genggamannya dan memeluk Gw erat. Melihat hal itu, Gw juga ikut memeluknya dan mengusap kepalanya.

"Gak perlu jadi orang lain sama Gw. Udah terlanjur Gw tau lu gimana. Wkwk."

Kini Muti melepaskan pelukannya dari Gw lalu kembali menatap Gw.

"Menurut lu, Muti yang sebenarnya itu gimana?" tanyanya.

"Muti yang sebenarnya itu adalah Muti yang hebat. Muti yang bisa menutupi kesedihannya agar orang lain enggak bersedih. Muti yang sayang sama kedua orang tuanya. Muti yang mandiri, penyayang sama anak-anak. Dan Muti yang butuh seseorang untuk menemani kesepiannya."

"Emang aku kesepian?" tanya Muti yang kini merubah panggilan dari lu gw ke aku kamu.

"Berapa orang yang kamu tunjukin sisi kamu yang ini?"

"Hmm. Ayah sama Ibu. Sama keluarga yang rumah depan itu."

"Temen deket?" tanya Gw.

"Gak punya."

"Terus, aku apa?" tanya Gw.

Muti terdiam. Kembali memikirkan sesuatu.

Lalu ketika jawaban itu datang, dia tersenyum.

"The special one." jawabnya.

"Am I?" tanya Gw.

"Denifitely."

"Why?"

"Gak tau, entah kenapa kok bisa begini."

"Makasih loh."

Kini waktu sudah menunjukkan pukul 19 lewat. Gak terasa suasana rumah sudah semakin sunyi. Bahkan, tidak ada suara apapun di sekitar sini.

"Udah malem, Mut. Aku pulang ya." ucap Gw pamit.

"Belom ah, baru jam segini." jawab Muti.

"Kalo dihitung dari pagi, ini udah malem. Aku aja belum mandi. Tapi kalo dihitung dari sore, ya ini masih sore. Hahaha."

"Yaudah deh, kapan-kapan kesini lagi ya. Temenin, aku males sendirian mulu di rumah."

"Iyaa."

Gw bangun dari posisi duduk di kasur milik Muti untuk menuju ke barang-barang Gw yang tadi Gw taruh di ruang tamu. Tetapi di saat Gw akan melangkahkan kaki keluar kamar Muti, tiba-tiba dia menarik kemeja Gw dan memutarkan tubuh Gw ke hadapannya.

*Cuppsss

Muti mencium bibir Gw.

"Makasih, Jak." ucapnya.

"Untuk?" tanya Gw.

"Menghibur Gw." jawabnya.

Gw pun tersenyum sambil mengusap wajah lembutnya dengan kedua tangan Gw. Menyimpulkan sebuah senyuman dengan cara menarik bibir sampingnya.

*Cuppsss

Kini gantian Gw yang menciumnya. Tak tinggal diam, Muti juga mengikuti alur ciuman yang Gw berikan. Bahkan dia juga memeluk Gw erat hingga kami bagaikan seorang kekasih.

"Assalamualaikum" datang suara dari arah luar rumah Muti.

"Ibu ku pulang. Kamu tunggu sini. Satu menit lagi keluar." perintah Muti lalu melangkah keluar kamarnya untuk menemui ibunya.

Setelah menunggu satu menit, Gw melangkah keluar untuk menemui ibunya yang sedang duduk bersama Muti. Digunakan badannya oleh Muti untuk bersender bagaikan seorang ibu dan anak kecilnya.

"Ehh, ibu." sapa Gw.

"Ohh, ini Jaka. Sudah selesai nak sholatnya?" tanya Ibu Muti.

"Sudah, Bu." ucap Gw sambil mencium tangannya.

"Jarang-jarang loh Muti bawa temen ke sini. Apalagi ini cowok. Pacarnya Muti ya?" tanyanya.

"Ihh, ibu. Bukann. Cuma temen kerja abis nganterin aku, motor aku rusak lagi di bengkel." jawab Muti.

"Ohh. Tapi ada rasa gak sama Muti?" tanyanya lagi.

"Ibuu. Jangan nanya yang aneh-aneh dehh." jawab Muti untuk menghentikan pertanyaan-pertanyaan ibunya.

"Hehehe. Temen aja, Bu." jawab Gw yang bingung dengan suasana yang seperti itu.

"Itu juga Jaka mau pamit, Bu. Belum izin dia sama keluarganya buat pulang malem. Nanti dicariin. Kan anak mami dia." ucap Muti kembali ke sifat konyolnya sambil tersenyum menatap Gw.

"Ohh, yaudah deh mau gimana lagi. Lain kali bilang-bilang ya kalo mau kesini biar ibu bikinin makanan. Kan enggak enak kalo main kesini tapi gak nyobain masakan ibu." ucapnya.

"Iya, Bu. Gampang deh itu. Yaudah, Bu. Saya pamit ya. Assalamualaikum." ucap Gw sambil mencium tangannya lalu berjalan menuju motor Gw ditemani oleh Muti.

"Waalaikum salam." jawabnya.

"Makasih ya, Jak." ucap Muti disaat Gw sedang menggunakan helm.

"Iya, sama-sama. Aku juga makasih."

"Main lagi lain kali yaa."

"Pastii, biar kamu enggak sendirian terus." kata Gw.

"Kasian, takut kalo mati gak ada yang tau. Hahahaha." lanjut Gw sambil menyalakan motor.

"Yehh, awas kamu ya besok di sekolah."

_____-----_____

Setelah sampai di rumah, ketika Gw sedang melihat HP setelah selesai mandi dan berganti pakaian, terdapat sebuah notifikasi WA dari Kak Sinta.



"Jak, download wikipedia."

"Bu Nisa sama Bu Lena udah aku suruh."



"Cepet."

Melihat chat itu, langsung saja Gw mengikuti perintah dari Kak Sinta. Setelah mendaftar wikipedia, dan mengechat Kak Sinta. Langsung saja dia memasukkan Gw ke dalam sebuah grup yang berisi kami berempat.

Jaka :
"Andaruni?"

Tanya Gw di dalam grup menanyakan tentang nama dari grup yang dibuat oleh Kak Sinta itu.

Kak Sinta :
"Iya. Andaruni."

Bu Nisa :
"Iya nih saya bingung Andaruni itu apa."

Kak Sinta :
"Andaruni tuh. Sebuah ruangan dalam arsitektur budaya Persia. Sebuah ruangan yang tidak boleh dimasuki oleh orang luar karena berisi kamar-kamar para istri dari sang pemilik rumah."
"Kan Jaka sudah pernah memuaskan kita semua nih, dan akan berlanjut seperti itu. Bahkan saya yakin masih ada mangsa-mangsanya setelah ini. Makanya lebih baik kita punya grup ini untuk mengatur jadwal kapan Jaka mengunjungi istri-istrinya. Gitu."

Bu Lena :
"Enak banget ya Jaka. Belum sebulan kerja udah dapet tiga istri."

Bu Nisa :
"Bu Lena juga enak, baru tadi sore abis main sama Jaka."

Jaka :
[FOTO BUGIL BU LENA]

Bu Lena :
"Ihh Jaka pake di sebar-sebar fotonya."

Kak Sinta :
"Malah lebih baik di sebar disini, Bu. Kita kan percaya masing-masing. Daripada di WA, gambarnya otomatis kesimpen di galeri. Jadi bahaya."
[FOTO KAK SINTA SEDANG MENJILATI TOKET BU NISA]

Bu Lena :
"Ihh kalian udah threesome ajaaa."
"Aku gak di ajak, jahat."

Bu Nisa :
"Threesome apanyaa, orang Sinta abis aku bikin orgasme dia malah ketiduran."

Kak Sinta :
"Abisnya enakk, aku langsung lemes. Hahaha."
"Jak, abis di share disini fotonya langsung hapus ya. Biar enggak kesimpen lagi di hape kamu."

Jaka :
"Okeee."

Bu Nisa :
"Hari ini Jaka kan udah puasin Sinta sama Bu Lena. Besok giliran saya yaa, Jak."

Jaka :
"Nanti dulu ah. Kemarin kan Bu Nisa udah. Sekarang giliran istri baru."

Bu Lena :
"Yang bener Jak?"

Bu Nisa :
"Siapa Jak??!!"

Kak Sinta :
"Tuh kan bener feeling saya."

Jaka :
"Mutia Huzaimah."

LANJUT
 
Terakhir diubah:
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd