Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT SDS - Syahwat di Sekolah (No SARA)

Status
Please reply by conversation.
Part 21

"Tidurin aku, Jak." ucap Muti lembut.



"Kamu ngantuk?" tanya Gw.

"Bukan." jawabnya.

"Tiduri aku,,,, Jak." lanjutnya dengan suara lembutnya.

"Tiduri? ML?" tanya Gw.

"Hm'm." jawabnya sambil menganggukkan kepala.

"Mut, kamu masih perawan." ucap Gw.

"Kamu yakin?" tanya Gw.

"Iya." jawabnya singkat.

"Aku enggak tega, Mut." kata Gw.

"Tapi mau kan?" tanyanya sambil tersenyum.

"Mau sih, tapi. Kalo hilang enggak bisa kembali lagi loh, Mut." jawab Gw.

"Gapapa, Jak." ucap Gw meyakinkan.

Muti lalu merebahkan tubuhnya kembali di samping Gw bangun lalu menciumi bibir Muti beberapa saat lalu turun ke lehernya setelah gw singkap jilbabnya yang masih dipakai Muti.

Ciuman Gw pun turun ke payudaranya. Tak ada satupun sisi toketnya yang luput dari jilatan lidah Gw. Lalu turun lagi ke perutnya sampai kini sudah berada di memeknya.

Gw buka lebar paha Muti agar Gw bisa mendekatkan wajah Gw ke memeknya. Gw jilat perlahan klitorisnya, lalu memainkan bagaikan menjilat lolipop. Lalu kini giliran lubang memeknya yang merasakan lidah Gw. Sudah terasa asin ketir karena Muti sudah basah sedari tadi.

Gw pun lalu bangun dan siap untuk membenamkan kontol Gw ke dalam memek perawan Muti. Tetapi Gw teringat satu hal.

"Mut, aku enggak ada kondom." ucap Gw.

"Enggak usah. Aku gamau kamu pake kondom." jawab Muti.

"Nanti, kamu hamil gimana?" tanya Gw.

"Bisa gak sih kalaupun enggak pake kondom tapi enggak hamil?" tanyanya.

"Bisa, Mut. Nanti aku keluarin di mulut kamu kayak waktu itu. Tapi kan pasti ada darahnya."

"Yahh. Gimana dong."

"Yaudah, nanti aku beliin obat biar enggak hamil deh. Tenang." ucap Gw menenangkan Muti.

"Aku masukin ya, Mut."

Gw lalu menggesek-gesekkan kepala kontol Gw ke bagian luar memek Muti. Saat Gw rasa sudah siap, Gw masukkan kepala kontol Gw ke dalamnya.

"Ssshhhhhh." Muti mengeluarkan suara seperti mendesis.

"Sakit, Mut?" tanya Gw tapi dia menghiraukannya.

Gw keluar kan lagi kepala kontol Gw lalu mengeluarkannya kembali. Terus Gw lakukan seperti itu beberapa saat.

Lalu dengan perlahan Gw dorong masuk kontol Gw hingga terbenam seluruhnya lalu Gw lihat Muti mencengkeram sprei kasurnya sekuat tenaga. Gw pun langsung mendekati Muti, mencium bibirnya lalu berbisik kepadanya.

"Tahan yaa, awalnya emang sakit."

Lalu Gw gerakkan kontol Gw sangat pelan agar Muti tidak merasa kesakitan. Muti memejamkan matanya bahkan Gw melihat ada air mata menetes.

Gw pun mendiamkan dahulu kontol Gw di dalam memeknya sambil menciumi wajahnya agar mengistirahatkan memek Muti supaya dia kuat menahan rasa sakitnya.

"Coba lagi, Jak." pintanya.

Gw kembali menggerakkan kontol Gw perlahan di dalam memek Muti. Gw keluar masukkan dengan hati-hati agar Muti tidak merasa kesakitan.

Setelah beberapa saat Gw melakukan itu, akhirnya Muti berkata kepada Gw.

"Udah mulai geli, Jak." ucapnya.

Untunglah. Sekarang Gw bisa menggerakkan kontol Gw dengan menaikkan kecepatan agar Muti merasakan enaknya.

"Aahhhh. Gelii Jakkk." ucapnya lagi.

Gw pun memompa kontol Gw dalam memeknya sehingga kini Muti sudah merasakan kenikmatan yang belum pernah ia rasakan.

Tangannya yang tadi mencengkeram keras spreinya, kini sudah memeluk erat tubuh Gw yang berada di atasnya. Bahkan kaki Muti dilingkarkannya di atas pinggul Gw sekarang.

"Ahhhh. Enak jugaa ya Jakk ngentot ituu." ucap Muti.

*Srett srettt srettt

Sekarang Gw mulai berani untuk mempercepat lagi hantaman kontol Gw pada memeknya.

"Aaahhhhh. Sshhhhhhh. Mmpphhhh. Ooohhh ohhhhh. Jaaakkkk. Enakkkkkk."

Muti sudah merasakan enaknya bagaimana ketika memeknya disodok oleh sebuah kontol.

"Aahhh. Jakaaaa."

"Enak,, khann, Mhhuttt."

"Iyahhh. Enakkkkk."

"Memekk,,, khamuhh,, nyhedott, bhanghettt, Mhuuttt."

"Khontoll kamuu enakk Jhhaakkk."

*Plokk plokk plokk

Kini Gw akhirnya berani menggenjot memek Muti dengan sepenuh tenaga. Hingga paha kami beradu dan mengeluarkan irama cinta itu.

"Akkuhh,, mmau,, kkheluarrr, Mhhuttt." ucap Gw yang sudah tidak bisa menahan sedotan dari memeknya yang sudah tidak perawan itu.

"Iyhaaa, aku jugaaa maju pipisss."

*Plokk plokk plokk plokk

Gw mempercepat sodokan kontol Gw hingga Muti memeluk Gw eratt, sangatt eratt.

"Muttt, aku keluarrrr." ucap Gw.

*Croottt crootttt croottt crotttt

Peju Gw memenuhi memek Muti, dan disaat Gw menghentikan kontol Gw di dalam memeknya, tubuh Muti bergetar sesaat.

"Hhhhhhhh." desahnya.

"Kenapa Mut?"

"Pipisss." jawabnya.

Gw pun tidak terburu-buru mengeluarkan kontol Gw dari memeknya. Gw diamkan dulu beberapa lama sambil memandangi wajahnya yang terpejam keenakan itu.

"Mmmhhhhh."

"Masih Mut?" tanya Gw.

"Hm'm." jawabnya mengangguk.

Gw memeluk Muti yang sedang menikmati orgasme pertamanya karena kontol Gw itu. Gw membekap wajah Gw di leher Muti yang masih terbungkus jilbabnya.

"Enakk, Mutt." bisik Gw.

"Iyahhh." jawabnya.

"Aku keluarin ya, Mut." ucap Gw.

Gw lalu mencabut kontol Gw dari memeknya hingga keluar semua cairan yang berasal dari dalam memek Muti. Sperma Gw tercampur cairan orgasmenya juga darah dari robeknya selaput dara Muti.

"Mut, luber tuh."

"Gapapa." ucapnya.

Gw rebahkan tubuh Gw di samping tubuh Muti yang terbaring menikmati sisa orgasmenya yang baru saja ia rasakan.

"Enak ga?" tanya Gw.

"Enakkkkkk." jawabnya.

"Awass ketagihannn." ledek Gw.

"Kamu udah sering ya?" tanya Muti.

"Belum. Ini pertama kali." jawab Gw jujur.

Sumpah jujur.

Itu pertama kalinya Gw perawanin cewek.

"Bohonggg." ucapnya.

"Sumpah. Pertama kali. Aku juga panik ngeliat darah tadi takut kamu kesakitan." jawab Gw.

"Iya sih, sakit banget." ucapnya.

"Makasih ya, Mut." kata Gw sambil mencium kepalanya yang masih terbungkus jilbab itu.

"Kamu sihh, bikin nyaman." jawabnya.

"Ohh, jadi ini hukuman? Hahaha." tanya Gw.

"Iyaa. Hukuman besar buat kamu."

"Hukuman paling berkesan ini buat aku."

_____-----_____

Setelah jam 8 malam, Gw berberes lalu pulang. Tak lupa Gw berciuman dengan Muti di dekat pintu kamarnya sebagai tanda untuk pamit kepadanya.

Setelah sampai rumah, Gw segera mengabari istri-istri Gw terkait hal ini.

Jaka :
"Good news, everyone!!"

Chat Gw di dalam Grup Andaruni kami.

Bu Lena :
"Apatuhhh?"

Kak Sinta :
"Mangsa baru?"

Bu Lena :
"Feeling aku gitu sih."

Jaka :
"Bukan. Mangsa lama."

Kak Sinta :
"Siapa, Bu Ros?"

Bu Nisa :
"Apa nih?"
"Ehh, Bu Ros belum di invite ya."

Kak Sinta :
"Ehh iya, aku invite dulu dehh."

[Kak Sinta mengajak Bu Ros bergabung ke dalam Grup]

Bu Ros :
"Wahh, ini nih grup itu?"

Bu Nisa :
"Selamat datang Bu Ros!!"

Kak Sinta :
"Selamat datang ibu Ros. Baru masuk langsung tau berita baru nih."

Bu Ros :
"Berita baru apa?"

Kak Sinta :
"Nih Jaka mau ngasih tau. Cepetan kek Jak biar gak bikin penasaran."

Jaka :
[Foto kontol Jaka]
"Benda ini."
"Baru saja merobek selaput dara Muti."

Bu Nisa :
"Jakaa, kok kamu tegaa."

Jaka :
"Dia yang minta Bu."

Kak Sinta :
"Bohong."

Jaka :
"Berani sumpah sayaa."

Bu Lena :
"Ya enggak salah juga sih. Selama ini juga Jaka yang selalu diminta sama Bu Nisa, Sinta, Bu Ros."
"Aku juga."

Bu Ros :
"Muti??"

Jaka :
"Tapi aku enggak mau dia tau tentang kita. Pasti dia kecewa."
"Ehh iya Kak Sinta. Pil KB darurat masih ada gak? Bagi dong buat Muti. Aku crot di dalem soalnya."

Kak Sinta :
"Iya nanti aku kasih."

Bu Nisa :
"Nih foto yang waktu itu aku taro sini aja yahh. Aku mau langsung hapus."
"Di HP kalian kalo ada juga langsung taro sini aja biar enggak ketahuan orang lain."

Bu Ros :
"Seru juga ya kalo begini. Hihihi."

Kak Sinta :
"Seru doong. Ide siapa duluuu."

_____-----_____

Esoknya, saat baru dimulainya acara apel pagi, Bu Ros mendekati Gw setelah menuruni tangga.



"Ehhmm." ledeknya.

"Apa sih ehem ehem ajaa." timpal Gw merespon ledekannya.

"Lagi seneng nih keliatannya." ucapnya.

"Seneng apa siihh. Udah, gak usah di bahas."

"Iya deh iya." ucapnya lalu berjalan menuju barisan kelasnya.

"Ehh, Jak." panggilnya yang kembali mendekati Gw.

"Yang saya kasih udah sampe mana progresnya?" tanyanya.

"Kasih apa?" tanya Gw bingung dengan pertanyaannya.

"Ituu lohh. Yang Kalimantan." jawabnya.

Gw pun sejenak berfikir apa maksud dari Kalimantan itu. Lalu seketika Gw teringat bahwa itu adalah tanda lahir dari Bu Hanna.

"Ohh. Itu. Semalem saya baru download aplikasinya terus mainin sebentar. Baru nyoba-nyoba aplikasinya." jawab Gw.

"Gimana jadinya?" tanya Bu Ros.

"Ya, boleh dicoba." jawab Gw.

"Semangat yaa." ucapnya.

"Emang kenapa enggak langsung aja sih, Bu?" tanya Gw.

"Kamu bisa godainnya?" tanyanya.

"Ya, enggak sih. Hehehe." jawab Gw.

"Kamu enggak punya bakat di Flirting, Jak. Aku udah paham itu. Tapi kamu punya bakat di hal lain." jelasnya.

"Apa tuh, Bu?" tanya Gw.

"Udah ihh. Banyak anak-anak." ucapnya lalu meninggalkan Gw untuk menemani murid-murid kelasnya. Dari kejauhan, Gw melihat Bu Nia yang masih saja tidak suka dengan hubungan Gw dan Bu Ros. Dia terlihat sinis menatap Gw.

Tapi yang Gw pikirkan bukan tentang Bu Nia, malah perkataan Bu Ros tentang bakat Flirting Gw yang tidak mumpuni. Apa bener Gw tidak sehandal itu dalam hal merayu? Apa Gw harus mencoba Flirting agar Bu Nia juga bisa Gw nikmati? Ahh, natap Gw dari kejauhan aja dia udah begitu.

"Hehh." Muti mengagetkan Gw.

"Ihh, hobi banget isengin orang." ucap Gw.

"Malah aku nyelametin kamu biar enggak kesurupan. Bengang-bengong bukannya jagain anak-anak." ngelesnya.

"Kamu gimana, masih sakit?" tanya Gw.

"Sakit sih. Tapi biarin ajah, yang penting seneng." jawabnya.

"Seneng apaa."

"Seneng ngerjain orang. Hahahaha." ucapnya lalu berjalan menuju barisan kelasnya.

Siangnya, saat Gw sedang berada ruang guru, Bu Ros mengirim pesan ke Gw agar menemuinya di kelasnya.

"Tumben sepi, Silvi udah pulang?" tanya Gw saat memasuki ruang kelas Bu Ros.

"Udah. Dianterin sama Bang Sani." jawabnya.

"Bang Sani udah jadi ojeknya sekarang tau." tambahnya.

"Wihh, bagus doong. Jadi ada tambahan." jawab Gw.

"Gara-gara kamu tuh, Jak. Bang Sani cerita tadi dia seneng banget. Tadi siang ibunya Silvi dateng ke sini ngobrol sama Bang Sani." jelasnya.

"Akhirnyaa. Bisa minta traktiran sama Bang Sani nihh. Hahaha." ucap Gw.

"Bu Nia diem aja?" tanya Gw yang melihat Bu Nia hanya duduk terdiam di depan meja Bu Ros tanpa memperhatikan kami berdua.



"Ini, Jak. Makanya saya panggil. Bu Nia mau ngomong sama kita." jelas Bu Ros.

"Duduk, Jak." suruh Bu Ros kepada Gw.

"Kalian mau sampai kapan begini?" tanya Bu Nia langsung tanpa pembukaan dahulu.

"Begini gimana, Sya?" tanya Bu Ros ke Bu Nia yang baru Gw ketahui bahwa panggilan akrab Bu Ros kepada Bu Nia adanya Sya. Berasal dari nama belakangnya Syafa'ah.

"Sampai kapan kamu mau selingkuh sama Jaka?" tanya Bu Nia ke Bu Ros.

"Dan kamu, Jaka. Apa kamu bahagia kalau ngeliat rumah tangga Ros hancur?" tanyanya ke Gw.

"Aku udah bilang, aku selingkuh juga tapi masih tetep anggep suami aku itu kepala keluarga aku. Dan aku juga masih sayang sama anak aku. Enggak ada yang berubah sama sekali." jawab Bu Ros tanpa nada tinggi.

"Lagipula Jaka disini enggak salah. Malah aku yang minta ke Jaka. Aku yang narik Jaka, bukan Jaka yang narik aku." lanjutnya.

"Kamu itu udah khianatin suami kamu, Ros." ucap Bu Nia.

"Coba kamu jawab, Sya. Lebih baik aku main sama Jaka agar aku selalu bahagia di depan suami aku. Atau aku setia sama suami aku tapi aku enggak bahagia sama sekali?" tanyanya.

"Aku tuh dinikahin bukan atas kehendak aku. Aku belum lulus SMA udah dinikahin sama bapak-bapak yang umurnya enggak jauh beda dari ayah aku sendiri." jelasnya.

"Cuma karena dia polisi? Liat sekarang, jadi jendral aja enggak. Cuma dapet tunjangan sama rumah dinas belum tentu bisa bahagiain istrinya, Sya." tambahnya lagi.

"Apa pantes kamu giniin aku yang udah berjuang bertahun-tahun menjaga keharmonisan rumah tangga aku yang dikepalai oleh orang yang bukan aku sukai?" tanyanya.

"Dan Jaka. Dia udah baik mau nolongin aku. Tanpa Jaka, mungkin aku udah main dengan gigolo yang enggak jelas siapa. Kalau aku tertular penyakit, atau malah aib aku terbongkar. Gimana?" tanyanya lagi.

"Kamu enggak boleh begitu, Sya. Padahal kamu temen deket aku. Kita kuliah bareng loh, kerja bareng, ngapa-ngapain bareng. Masa kamu masih aja enggak ngertiin aku." ucap Bu Ros.

"Jika kamu ingin menilai perilaku kami, memang kami salah besar, kami dosa besar. Tapi, jangan lihat dari sudut pandang kamu yang menikah dengan orang yang kamu cintai, punya karir bagus, rumah tangga harmonis. Coba silahkan bayangin rasanya jadi aku gimana." jelas Bu Ros.

Bu Nia yang mendengar semua itu pun hanya bisa tertunduk diam hingga Gw dan Bu Ros melihat setetes air mata turun membasahi pipinya.

"Sya. Udah, gapapa. Aku juga ngerti kamu, kok. Kamu pasti begini karena peduli sama aku, kan?" tanya Bu Ros.

"Aku udah ngertiin kamu. Tapi tolong, ngertiin aku yaa." ucap Bu Ros sambil memegang wajah Bu Nia lalu mengangkatnya agar Bu Ros dapat melihat mata Bu Nia yang sudah berkaca-kaca.

"Sebelumnya, terima kasih udah peduli sama aku. Kedua, terima kasih udah ngertiin aku. Ketiga, terima kasih udah jaga rahasia ini." ucap Bu Ros sambil tersenyum kepada Bu Nia yang membuat Bu Nia juga ikut tersenyum dengan mata berkaca-kaca.

Gw pun yang berada di dekat mereka, merasa berkewajiban untuk menghibur Bu Nia agar menghentikan tangisnya. Dengan segera Gw menggeser kursi Gw agar mendekat kepada mereka berdua lalu mengusap-usap punggung Bu Nia agar merasa tenang.

*Plakkkk

Baru dua detik tangan Gw menyentuh punggung Bu Nia, dengan cepat dia menangkis lengan Gw agar tidak melakukan hal itu.

"Hahahahahaha." mungkin dianggap hal itu lucu, Bu Ros menertawai Gw.

"Kasian banget kamuu, Jak." ucapnya.

LANJUT
 
Terakhir diubah:
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd