Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT SDS - Syahwat di Sekolah (No SARA)

Status
Please reply by conversation.
Part 22

"Jakk." panggil Muti dari luar kelas 2.

"Pacarnya nyariin tuh." ucap Bu Ros yang masih menenangkan Bu Nia.

"Ihh. Apasih ibuu sotoy banget. Yeuuu." balas Muti.

Gw pun menghampiri Muti yang sudah bersiap-siap untuk pulang itu.

"Aku pulang duluan ya. Kamu dicariin Bu Nisa tuh, dia minta bantuin refisi nilai." ucapnya.

"Ohh. Oke deh, nanti aku ke atas." jawab Gw.

"Kamu kenapa buru-buru?" tanya Gw.

"Mau nonton drakor. Semalem enggak sempet soalnya aku langsung lemes. Hihihi." jawabnya.

"Ehh, iya. Obatnya yang semalem aku bilang. Besok yaa." ucap Gw.

"Iyii. Mikisih siying." jawabnya sambil nyengir lalu menuju ke motornya.

Gw pun meninggalkan ruang kelas Bu Ros lalu ke atas untuk menemui Bu Nisa. Tetapi saat setelah menaiki tangga, Gw mampir dahulu ke ruang tata usaha untuk meminta pil KB darurat kepada Kak Sinta.

*Tok tok tok

"Assalamualaikum." ucap Gw saat memasuki ruangan.

"Waalaikum salam. Kenapa Jak?" tanya Kak Sinta atas kehadiran Gw.

"Si beban udah pulang?" tanya Gw tentang kehadiran Pak Hendra.

"Udah. Dari sebelum zuhur udah pulang dia." jawabnya.

"Ohh. Sibuk dong berarti?" tanya Gw sambil mengunci pintunya.

"Enggakk. Kenapa, Jak?" tanyanya.

"Mau minta pil KB darurat yang dari Bu Lena. Buat Muti, Kak." jawab Gw.

"Ohh, itu. Sebentar ya."

Lalu Kak Sinta mencari-cari pil itu dari tas nya yang berada di bagian bawah meja kerjanya. Beberapa menit dia mencari pil itu dengan posisi membungkuk, sehingga Gw bisa menikmati pemandangan pantatnya itu.

Gw geseklah memeknya yang masih terbungkus celananya hingga Kak Sinta mendesah.

"Ssshhhhhhh." desahnya sambil mencari pilnya itu.

"Nanti dulu, dehh. Susah nih nyarinya. Soalnya udah aku gunting yang udah dipake pil nya nih." ucapnya.

Tapi Gw tidak menggubris ucapannya itu. Kini bahkan Gw kaitan celanya lalu Gw dodorkan celana bahkan CD nya hingga terpampanglah kini pantat dan memeknya dari belakang.

"Jakk. Ihhh." omelnya.

Lalu kini Gw jilati lubang duburnya begitu juga dengan memeknya hingga Kak Sinta tidak bisa fokus mencari malah kini dia berpegangan dengan meja kerjanya.

"Sshhhhhhh. Aaahhhhhh." desahnya.

*Slurppp slurppp slurppp

Bergantian antara lubang anusnya juga lubang memeknya tak henti-hentinya mendapatkan service dari lidah Gw ini. Setelah beberapa lama, Gw berdiri dan langsung saja Gw buka celana Gw yang berisi kontol besar ereksi.

*Blesssss

Gw sodok memek Kak Sinta dari belakang sambil Gw pegang pinggulnya.

"Uhhh. Penuh, Jakk." ucapnya.

*plok plokk plokkk

Langsung saja Gw genjot memeknya dengan cepat agar permainan kami tidak terlalu lama.

"Aahh, aahhh. Enakk Jakkk." racaunya.

"Shuutt. Nanti ada yang denger." ucap Gw.

Kak Sinta hanya bisa menunduk saat memeknya Gw sodok terus menerus dengan kontol yang difavoritkan lima wanita ini. Sambil menungging, bertumpu kepada kedua lengannya yang berpegangan dengan meja kerjanya.

"Kakk, gak sampe lama gapapa yaa." tanya Gw.

"Iyaa, Jhaakk. Gapapaa." jawabnya.

*Plokk plokk plokkk

Gw pun masih menghajar memeknya dengan kecepatan penuh lalu seketika peju yang tertampung ingin keluar dari tempatnya.

"Kakkk. Mau keluarrrr."

"Iyaa, Jakkk. Keluarin ajahhh."

*Crott crooottt crott

"Ughhhhh. Anget banget, Jakk." ucap Kak Sinta yang merasakan peju Gw memenuhi rahimnya.

*Plupp

Gw keluarkan kontol Gw dari dalam memek Kak Sinta lalu meneteslah air mani Gw dari memek Kak Sinta ke pahanya.

Merasakan hal itu, Kak Sinta langsung mengelapnya dengan tisu yang berada di meja kerjanya lalu dibuangnya saja ke tempat sampah.

"Selamat tinggal calon buah hatiku." ucap Gw.

"Kenapa?" tanya Kak Sinta.

"Itu. Calon anak saya masuk tong sampah." jelas Gw.

"Hahahaha. Iya juga, yaaa. Ihh parah banget sih kita." ucapnya tertawa menyadari bercandaan Gw.

"Aku enggak ngapa-ngapain. Kan Kak Sinta yang buang." jawab Gw.

"Sini, Jak." suruh Kak Sinta yang sudah berjongkok di bawah Gw sambil menarik pinggul Gw agar mendekat kepadanya.

*Slurppp slurppp slurrppp

Kak Sinta kini menyepong kontol Gw agar Gw tidak perlu mencuci kontol Gw lagi.

"Dahhh. Bersihhh." ucapnya.

"Udah jago sekarang nih." puji Gw kepadanya.

"Jago apa?"

"Nyepongnya."

"Emang dulu gimana?"

"Dulu waktu pertama kali Kak Sinta nyepong aku, enggak kayak gini. Masih kaku. Hahaha." jelas Gw me-recap kejadian waktu itu di tempat ini.

"Iya doong. Kan udah belajar sekarang." jawabnya.

Lalu Kak Sinta memutar badannya agar menghadap ke kolong mejanya untuk mengambil pil KB darurat yang Gw minta tadi.

"Nih, Jakk." ucapnya sambil mengasih pil nya.

"Makasihhh." ucap Gw sambil mengenakan celana Gw lagi lalu pergi meninggalkan Kak Sinta untuk menuju ke ruang guru.

_____-----_____

"Assalamualaikum. Siapa nihh yang kangen sayaaa." seru Gw saat memasuki ruang guru.

"Jakaaaa." teriak Farhah memanggil nama Gw.

"Tolongin inii, flashdisk aku enggak bisa dibuka." jelasnya.

"Iya tuh, Jak. Tadi daritadi bete banget dia." ucap Bu Nisa.

"Drakornya pada ilang makanya bete yakk. Hahaha." ledek Rudi.

"Bukan cuma drakor. Nilai anak-anak, tugas, sama berkas penting ada yang di flashdisk." jelasnya.

"Hari ini udah dicolokin ke laptop siapa aja?" tanya Gw.

"Bu Nisa doang, Jak. Yang kemarin." jawabnya.

"Coba mana flashdisknya." ucap Gw.

Lalu Farhah memberikan flashdisknya. Gw coba mengembalikan file-file nya dan juga drakor kesayangannya. Disaat Gw merestorasi file nya yang berubah menjadi shortcut, Farhah menyimak semua hal yang Gw lakukan.

"Emang kamu ngerti, Far?" tanya Gw.

"Enggak. Tapi kali aja dikit-dikit dapet ilmunya. Hehehe."

Disaat Gw mengutak-atik laptop Farhah, dia begitu fokus melihat semua hal yang Gw lakukan bahkan seperti tanpa berkedip.

"Kayak Dosan aku ya." ucap Gw yang mengambil referensi dari drakor start up yang waktu itu dia sarankan untuk Gw tonton.

"Ihh. Kamu juga lagi di episode 13?" tanyanya.

"Iyaa." jawab Gw.

"Aku juga baru sampe situ." ucapnya.

Setelah Gw selesai melakukan tugas Gw pada laptop Farhah, Farhah pun terlihat sangat bahagia.

"Makasihh Jakaaa." ucapnya sambil menggenggam flashdisknya.

"Keren kan aku. Kayak Dosan. Hahahaha."

"Ehh. Nonton bareng yuk, Jak." ajaknya sambil menatap laptopnya.

"Bolehh." ucap Gw.

"Bosen kalau nonton sendirian. Kalau ada temennya kan seru." ucapnya.

"Bu Nisa mau ikut?" ajaknya.

"India ada?" tanya Bu Nisa.

"Yeuuu. Gaadaa." jawabnya.

"Aku kok gak diajak, Far?" tanya Rudi.

"Gamau. Kamu bau." ledeknya.

"Wahh, Farhah udah ketularan virus Muti. Hahahaha." ucap Bu Nisa yang dilanjutkan oleh tawa kami semua.

Kami pun menonton drakor Start Up episode 14 dan 15 di ruang guru. Hingga tak sadar sudah dua setengah jam lamanya kami menonton hingga hanya tinggal kami berdua yang berada disana.

"Huaaa. Nanggung satu episode lagi nih padahal." ucapnya.

"Iya ihh. Tapi udah sore juga. Nanti aja di rumah lanjut nonton. Hahaha." jawab Gw.

"Mau langsung pulang, Far?" tanya Gw menawarkan boncengan.

"Bolehh, boleh." jawabnya.

Kami pun membereskan barang-barang kami lalu Gw mengantar Farhah pulang.

"Diturunin dimana nih?" tanya Gw.

"Di depan gang kayak kemarin aja." jawabnya.

"Emang kemarin aku anter kamu pulang? Hahaha." tanya Gw.

"Ehh. Maksudnya waktu ituu." jawabnya.

Setelah beberapa meter dekat rumahnya, Gw melihat jalanan yang ditutup karena ada sebuah acara.

"Far, ditutup jalannya." ucap Gw.

"Yah iya. Kamu mau anterinnya muter gak, Jak?" tanyanya.

"Soalnya kalo jalan dari sini, jauh." lanjutnya.

"Siapp."

Gw pun mengikuti jalan yang diarahkan oleh Farhah, yang sebenarnya juga jalan yang Gw sering lewati waktu kecil

"Itu, Jak. Jadi sekalian tau rumah aku kan? Hahaha." ucapnya sambil menunjuk rumahnya.

Saat Gw menepikan motor untuk Farhah turun, secara kebetulan Uminya sedang berjalan keluar rumah dan menyapa kami.

"Anak umi udah pulang?" tanya Uminya Farhah.

"Assalamualaikum Umi." ucap Farhah sambil mencium tangan Uminya.

"Waalaikum salam. Ini siapa?" tanya Uminya tentang Gw kepada Farhah.

"Ini Jaka, Umi." ucapnya.

"Ohh. Jakaa." ucapnya.

Gw pun langsung membuka helm dan masker Gw lalu mencium tangan Uminya Farhah.

"Sini dulu, Jaka. Mampir." ajak Uminya Farhah untuk Gw mampir ke rumah.

"Ihh Umii." protes Farhah.

"Emang kenapa. Pasti Jaka capek kan nganterin Farhah. Boncengin Farhah kan berat. Hihihi." ledek Uminya yang ternyata supel itu.

"Ih apa-apaan sih Umii." ucap Farhah malu.

"Ayo, Jaka. Masuk dulu." ajak Uminya.

"Iya, Umi." jawab Gw lalu masuk ke dalam rumahnya.

Saat Gw masuk ke dalam rumahnya, Gw melihat-lihat sekeliling rumahnya. Seketika Gw merasa bahwa pernah berada disini.

"Jaka kerja bareng Farhah ya?" tanya Uminya Farhah.

"Iya Umi. Tapi saya baru kok." jawab Gw.

"Farhah juga baru dua bulan kan disana." ucapnya.

"Iya Umi. Saya juga baru sebulan disana." jelas Gw.

"Jadi juniornya Farhah doong. Hihihi." canda Uminya.

"Iya, Umi. Saya juga masih belum dapet tugas mengajar. Baru jadi guru piket sama diminta untuk back up Farhah juga." ucap Gw.

"Oohhh, gitu."

Lalu Farhah datang membawakan teh yang tadi dibuatnya.

"Ini, Jak. Teh nya." ucapnya.

"Iya, Far. Makasihh."

Gw pun masih saja merasa tak asing dengan rumahnya dan masih celingak-celinguk melihat sekeliling rumahnya.

"Kenapa, Jak?" tanya Farhah.

"Ehh. Enggak kenapa-kenapa." jawab Gw.

"Ngeliatin rumah Umi nya kayak begitu. Jelek yaa." tanya Uminya Farhah.

"Bukan Umi. Kok kayak enggak asing gitu. Kayak pernah kesini." ucap Gw.

"De Javu gitu ya, Jak?" tanya Farhah.

"Iya. Semacam itu." jawab Gw.

"Kamu enggak inget sama Farhah, Jak?" tanya Uminya Farhah.

"Ihh, Umii." Farhah memprotes ucapan Uminya seakan menutupi sesuatu.

"Farhah? Kenapa Umi?" tanya Gw yang bingung.

"Kamu enggak inget kalau pernah temenan sama Farhah?" tanya Uminya Farhah.

"Umiiii. Udah ah." ucap Farhah lalu kembali masuk kembali ke bagian dalam rumahnya yang tidak bisa Gw lihat dari ruang tamu karena tertutup lemari tua yang besar.

"Emang Umi?" tanya Gw.

"Kamu lupa ya. Dulu satu kelas sama Farhah waktu SD. Dan sering main sama Farhah." tanya Uminya.

"Temen? Kelas? .... " kata-kata itu keluar dari mulut Gw waktu mengingat-ingat memori masa kecil Gw.

"Ahh, iyaa Umi. Saya pernah sekelas dulu sama Farhah. Waktu kelas 3 SD kan ya? Terus pas pertengahan kelas 4 Farhah pindah ya?" tanya Gw.

"Nahhh. Itu kamu inget, Jak." ucap Uminya Farhah bersemangat.

"Tapi kalau sering main sama Farhah. Emang Umi?" tanya Gw yang tidak mengingat hal itu.

"Iya. Dulu kamu sering main sama Farhah. Tapi mungkin kamu enggak ingat, orang juga masih kecil kan waktu itu. Jadi mungkin udah lupa sekarang." ucap Uminya.

Setelah itu kami pun kembali mengobrol. Uminya Farhah bertanya-tanya tentang pekerjaan Gw di MI, pekerjaan sebelum kerja di MI, kuliah dimana dan rencana Gw kedepannya. Hingga tidak terasa sudah jam 5 sore.

"Eh, udah jam 5 Umi. Saya belum sholat ashar." ucap Gw.

"Ohh. Kamu mau sholat dulu?" tanyanya.

"Di rumah aja, Umi. Enggak enak kalau disini. Hehe." jawab Gw.

"Ohh. Iya dehh. Sering-sering mampir kesini yaa." ucap Uminya seraya kami berdua bangun untuk Gw pulang.

"Iya, Umi. Kalau dibolehin Farhah sihh." jawab Gw.

"Kan rumahnya punya Umi, tanya Umi ajaa. Hahaha." ucapnya.

"Okee Umi. Nanti kalau sempat saya mampir lagi deh. Hehehe."

"Farhahh." panggil Uminya karena Gw mau berpamitan pulang.

"Farhahh. Anak Umiii." panggilnya lagi masih tanpa sahutan.

"Lagi ngambek kayaknya, Jak. Hahaha." ucapnya.

"Yaudah Umi, gapapa. Kalau gitu saya langsung pulang yaa." pamit Gw.

"Iya, Jak. Hati-hati yaa."

_____-----_____

"Assalamualaikum." ucap Gw saat memasuki rumah.

"Waalaikum salam." jawab ibu Gw sambil menyapu rumah.

"Bu. Emang aku dulu punya temen namanya Farhah?" tanya Gw saat mencium tangan ibu Gw.

"Farhah?" ucap Ibu sambil mengingat-ingat.

"Ohh iya. Yang rumahnya disana itu ya?" tanyanya.

"Ibu tau?" tanya Gw.

"Iya. Dulu kamu sering main sepeda sama dia." jawab Ibu.

"Iya sih. Aku inget sedikit cuma katanya aku akrab sama dia. Emang bener, Bu?" tanya Gw.

"Ibu juga enggak tau sih. Soalnya main kesini cuma sekali doang dia." jawabnya.

"Yaudah deh, Bu." ucap Gw lalu meninggalkannya dan masuk ke kamar Gw.

_____-----_____

[18cm check]

Tulis Gw dalam aplikasi stranger yang diberitahu Bu Ros tempat Bu Hanna berkeliaran.

Entah berapa banyak komentar masuk yang menghujat, mencaci, meledek, tapi ada beberapa yang langsung chat Gw.

Badak Baper :
"Serius?"

Gw :
"Iya. Bener."

Badak Baper :
"Boleh liat?"

Gw :
"Boleh. Tapi gantian gapapa?"

Gw :
"Ahh. Nanti kamu foto palsu lagi, ngambil dari google."

Badak Baper :
"Gimana kalo pake tulisan?"

Badak Baper :
"Tulisan gimana?"

Gw :
"Tulis tulisan di kertas, terus foto pake tulisan itu."

Badak Baper :
"Ohh. Iya iya, ngerti. Tulisannya apa?"

Gw :
"Room chat kita ini aja. Badak Baper."

Badak Baper :
"Oke dehh, kamu duluan tapi yaa."

Gw :
[Foto]

Badak Baper :
"Anjir. Gedee jugaa."

Gw :
"Wkwkwk. Gantian dong."

Badak Baper :
[Foto memek]

Gw :
"Sekaligus memek sama toketnya boleh?"

Badak Baper :
[Foto]

Fakkk. Akhirnya ketemuuu. Ini dia Bu Hanna yang dibilang Bu Ros ada tanda lahir di pusarnya.

Gw :
"Ihh, lucuu. Ada tatonya."

Badak Baper :
"Iya nih. Tato permanen dari lahir. Hahaha."

Gw :
"Terus mau diapain nih? Wkwk."

Badak Baper :
"VCS yukk."

Gw :
"Gak pernah VCS nih."

Badak Baper :
"Gapapa. Nanti aku ajarin."

Gw :
"Malu tapi. Wkwk."

Badak Baper :
"Ihh, kenapa maluu. Harusnya bangga punya kontol gedee."

Gw :
"Percuma punya kontol gede tapi gak punya cewek."

Badak Baper :
"Jomblo?"

Gw :
"Iya."

Badak Baper :
"Kasian. Yaudah yuk VCS."

Gw :
"Disini emang bisa?"

Badak Baper :
"Enggak bisa. Di WA bisanya."

Gw :
"Aku kasih nomernya nih?"

Badak Baper :
"Aku aja. Males ngesave, disini chatnya enggak bisa di copy kan. Hahaha."

Gw :
"Oke dehh. Mana."

Badak Baper :
"08xx xxxx xxxx."

Gw :
"Oke. Aku save ya."

Gw pun membuka aplikasi WhatsApp lalu mengetik link untung chat tanpa save nomornya. Gw ketik wa.me/628xxxxxxxxxx. Dan saat Gw tap, FUCKKKK. Dia ngasih nomer aslinya.

Jaka :
"Bu."

Bu Hanna :
"Iya, Jak? Kenapa?"
Mantul.....
 
Part 22

"Jakk." panggil Muti dari luar kelas 2.

"Pacarnya nyariin tuh." ucap Bu Ros yang masih menenangkan Bu Nia.

"Ihh. Apasih ibuu sotoy banget. Yeuuu." balas Muti.

Gw pun menghampiri Muti yang sudah bersiap-siap untuk pulang itu.

"Aku pulang duluan ya. Kamu dicariin Bu Nisa tuh, dia minta bantuin refisi nilai." ucapnya.

"Ohh. Oke deh, nanti aku ke atas." jawab Gw.

"Kamu kenapa buru-buru?" tanya Gw.

"Mau nonton drakor. Semalem enggak sempet soalnya aku langsung lemes. Hihihi." jawabnya.

"Ehh, iya. Obatnya yang semalem aku bilang. Besok yaa." ucap Gw.

"Iyii. Mikisih siying." jawabnya sambil nyengir lalu menuju ke motornya.

Gw pun meninggalkan ruang kelas Bu Ros lalu ke atas untuk menemui Bu Nisa. Tetapi saat setelah menaiki tangga, Gw mampir dahulu ke ruang tata usaha untuk meminta pil KB darurat kepada Kak Sinta.

*Tok tok tok

"Assalamualaikum." ucap Gw saat memasuki ruangan.

"Waalaikum salam. Kenapa Jak?" tanya Kak Sinta atas kehadiran Gw.

"Si beban udah pulang?" tanya Gw tentang kehadiran Pak Hendra.

"Udah. Dari sebelum zuhur udah pulang dia." jawabnya.

"Ohh. Sibuk dong berarti?" tanya Gw sambil mengunci pintunya.

"Enggakk. Kenapa, Jak?" tanyanya.

"Mau minta pil KB darurat yang dari Bu Lena. Buat Muti, Kak." jawab Gw.

"Ohh, itu. Sebentar ya."

Lalu Kak Sinta mencari-cari pil itu dari tas nya yang berada di bagian bawah meja kerjanya. Beberapa menit dia mencari pil itu dengan posisi membungkuk, sehingga Gw bisa menikmati pemandangan pantatnya itu.

Gw geseklah memeknya yang masih terbungkus celananya hingga Kak Sinta mendesah.

"Ssshhhhhhh." desahnya sambil mencari pilnya itu.

"Nanti dulu, dehh. Susah nih nyarinya. Soalnya udah aku gunting yang udah dipake pil nya nih." ucapnya.

Tapi Gw tidak menggubris ucapannya itu. Kini bahkan Gw kaitan celanya lalu Gw dodorkan celana bahkan CD nya hingga terpampanglah kini pantat dan memeknya dari belakang.

"Jakk. Ihhh." omelnya.

Lalu kini Gw jilati lubang duburnya begitu juga dengan memeknya hingga Kak Sinta tidak bisa fokus mencari malah kini dia berpegangan dengan meja kerjanya.

"Sshhhhhhh. Aaahhhhhh." desahnya.

*Slurppp slurppp slurppp

Bergantian antara lubang anusnya juga lubang memeknya tak henti-hentinya mendapatkan service dari lidah Gw ini. Setelah beberapa lama, Gw berdiri dan langsung saja Gw buka celana Gw yang berisi kontol besar ereksi.

*Blesssss

Gw sodok memek Kak Sinta dari belakang sambil Gw pegang pinggulnya.

"Uhhh. Penuh, Jakk." ucapnya.

*plok plokk plokkk

Langsung saja Gw genjot memeknya dengan cepat agar permainan kami tidak terlalu lama.

"Aahh, aahhh. Enakk Jakkk." racaunya.

"Shuutt. Nanti ada yang denger." ucap Gw.

Kak Sinta hanya bisa menunduk saat memeknya Gw sodok terus menerus dengan kontol yang difavoritkan lima wanita ini. Sambil menungging, bertumpu kepada kedua lengannya yang berpegangan dengan meja kerjanya.

"Kakk, gak sampe lama gapapa yaa." tanya Gw.

"Iyaa, Jhaakk. Gapapaa." jawabnya.

*Plokk plokk plokkk

Gw pun masih menghajar memeknya dengan kecepatan penuh lalu seketika peju yang tertampung ingin keluar dari tempatnya.

"Kakkk. Mau keluarrrr."

"Iyaa, Jakkk. Keluarin ajahhh."

*Crott crooottt crott

"Ughhhhh. Anget banget, Jakk." ucap Kak Sinta yang merasakan peju Gw memenuhi rahimnya.

*Plupp

Gw keluarkan kontol Gw dari dalam memek Kak Sinta lalu meneteslah air mani Gw dari memek Kak Sinta ke pahanya.

Merasakan hal itu, Kak Sinta langsung mengelapnya dengan tisu yang berada di meja kerjanya lalu dibuangnya saja ke tempat sampah.

"Selamat tinggal calon buah hatiku." ucap Gw.

"Kenapa?" tanya Kak Sinta.

"Itu. Calon anak saya masuk tong sampah." jelas Gw.

"Hahahaha. Iya juga, yaaa. Ihh parah banget sih kita." ucapnya tertawa menyadari bercandaan Gw.

"Aku enggak ngapa-ngapain. Kan Kak Sinta yang buang." jawab Gw.

"Sini, Jak." suruh Kak Sinta yang sudah berjongkok di bawah Gw sambil menarik pinggul Gw agar mendekat kepadanya.

*Slurppp slurppp slurrppp

Kak Sinta kini menyepong kontol Gw agar Gw tidak perlu mencuci kontol Gw lagi.

"Dahhh. Bersihhh." ucapnya.

"Udah jago sekarang nih." puji Gw kepadanya.

"Jago apa?"

"Nyepongnya."

"Emang dulu gimana?"

"Dulu waktu pertama kali Kak Sinta nyepong aku, enggak kayak gini. Masih kaku. Hahaha." jelas Gw me-recap kejadian waktu itu di tempat ini.

"Iya doong. Kan udah belajar sekarang." jawabnya.

Lalu Kak Sinta memutar badannya agar menghadap ke kolong mejanya untuk mengambil pil KB darurat yang Gw minta tadi.

"Nih, Jakk." ucapnya sambil mengasih pil nya.

"Makasihhh." ucap Gw sambil mengenakan celana Gw lagi lalu pergi meninggalkan Kak Sinta untuk menuju ke ruang guru.

_____-----_____

"Assalamualaikum. Siapa nihh yang kangen sayaaa." seru Gw saat memasuki ruang guru.

"Jakaaaa." teriak Farhah memanggil nama Gw.

"Tolongin inii, flashdisk aku enggak bisa dibuka." jelasnya.

"Iya tuh, Jak. Tadi daritadi bete banget dia." ucap Bu Nisa.

"Drakornya pada ilang makanya bete yakk. Hahaha." ledek Rudi.

"Bukan cuma drakor. Nilai anak-anak, tugas, sama berkas penting ada yang di flashdisk." jelasnya.

"Hari ini udah dicolokin ke laptop siapa aja?" tanya Gw.

"Bu Nisa doang, Jak. Yang kemarin." jawabnya.

"Coba mana flashdisknya." ucap Gw.

Lalu Farhah memberikan flashdisknya. Gw coba mengembalikan file-file nya dan juga drakor kesayangannya. Disaat Gw merestorasi file nya yang berubah menjadi shortcut, Farhah menyimak semua hal yang Gw lakukan.

"Emang kamu ngerti, Far?" tanya Gw.

"Enggak. Tapi kali aja dikit-dikit dapet ilmunya. Hehehe."

Disaat Gw mengutak-atik laptop Farhah, dia begitu fokus melihat semua hal yang Gw lakukan bahkan seperti tanpa berkedip.

"Kayak Dosan aku ya." ucap Gw yang mengambil referensi dari drakor start up yang waktu itu dia sarankan untuk Gw tonton.

"Ihh. Kamu juga lagi di episode 13?" tanyanya.

"Iyaa." jawab Gw.

"Aku juga baru sampe situ." ucapnya.

Setelah Gw selesai melakukan tugas Gw pada laptop Farhah, Farhah pun terlihat sangat bahagia.

"Makasihh Jakaaa." ucapnya sambil menggenggam flashdisknya.

"Keren kan aku. Kayak Dosan. Hahahaha."

"Ehh. Nonton bareng yuk, Jak." ajaknya sambil menatap laptopnya.

"Bolehh." ucap Gw.

"Bosen kalau nonton sendirian. Kalau ada temennya kan seru." ucapnya.

"Bu Nisa mau ikut?" ajaknya.

"India ada?" tanya Bu Nisa.

"Yeuuu. Gaadaa." jawabnya.

"Aku kok gak diajak, Far?" tanya Rudi.

"Gamau. Kamu bau." ledeknya.

"Wahh, Farhah udah ketularan virus Muti. Hahahaha." ucap Bu Nisa yang dilanjutkan oleh tawa kami semua.

Kami pun menonton drakor Start Up episode 14 dan 15 di ruang guru. Hingga tak sadar sudah dua setengah jam lamanya kami menonton hingga hanya tinggal kami berdua yang berada disana.

"Huaaa. Nanggung satu episode lagi nih padahal." ucapnya.

"Iya ihh. Tapi udah sore juga. Nanti aja di rumah lanjut nonton. Hahaha." jawab Gw.

"Mau langsung pulang, Far?" tanya Gw menawarkan boncengan.

"Bolehh, boleh." jawabnya.

Kami pun membereskan barang-barang kami lalu Gw mengantar Farhah pulang.

"Diturunin dimana nih?" tanya Gw.

"Di depan gang kayak kemarin aja." jawabnya.

"Emang kemarin aku anter kamu pulang? Hahaha." tanya Gw.

"Ehh. Maksudnya waktu ituu." jawabnya.

Setelah beberapa meter dekat rumahnya, Gw melihat jalanan yang ditutup karena ada sebuah acara.

"Far, ditutup jalannya." ucap Gw.

"Yah iya. Kamu mau anterinnya muter gak, Jak?" tanyanya.

"Soalnya kalo jalan dari sini, jauh." lanjutnya.

"Siapp."

Gw pun mengikuti jalan yang diarahkan oleh Farhah, yang sebenarnya juga jalan yang Gw sering lewati waktu kecil

"Itu, Jak. Jadi sekalian tau rumah aku kan? Hahaha." ucapnya sambil menunjuk rumahnya.

Saat Gw menepikan motor untuk Farhah turun, secara kebetulan Uminya sedang berjalan keluar rumah dan menyapa kami.

"Anak umi udah pulang?" tanya Uminya Farhah.

"Assalamualaikum Umi." ucap Farhah sambil mencium tangan Uminya.

"Waalaikum salam. Ini siapa?" tanya Uminya tentang Gw kepada Farhah.

"Ini Jaka, Umi." ucapnya.

"Ohh. Jakaa." ucapnya.

Gw pun langsung membuka helm dan masker Gw lalu mencium tangan Uminya Farhah.

"Sini dulu, Jaka. Mampir." ajak Uminya Farhah untuk Gw mampir ke rumah.

"Ihh Umii." protes Farhah.

"Emang kenapa. Pasti Jaka capek kan nganterin Farhah. Boncengin Farhah kan berat. Hihihi." ledek Uminya yang ternyata supel itu.

"Ih apa-apaan sih Umii." ucap Farhah malu.

"Ayo, Jaka. Masuk dulu." ajak Uminya.

"Iya, Umi." jawab Gw lalu masuk ke dalam rumahnya.

Saat Gw masuk ke dalam rumahnya, Gw melihat-lihat sekeliling rumahnya. Seketika Gw merasa bahwa pernah berada disini.

"Jaka kerja bareng Farhah ya?" tanya Uminya Farhah.

"Iya Umi. Tapi saya baru kok." jawab Gw.

"Farhah juga baru dua bulan kan disana." ucapnya.

"Iya Umi. Saya juga baru sebulan disana." jelas Gw.

"Jadi juniornya Farhah doong. Hihihi." canda Uminya.

"Iya, Umi. Saya juga masih belum dapet tugas mengajar. Baru jadi guru piket sama diminta untuk back up Farhah juga." ucap Gw.

"Oohhh, gitu."

Lalu Farhah datang membawakan teh yang tadi dibuatnya.

"Ini, Jak. Teh nya." ucapnya.

"Iya, Far. Makasihh."

Gw pun masih saja merasa tak asing dengan rumahnya dan masih celingak-celinguk melihat sekeliling rumahnya.

"Kenapa, Jak?" tanya Farhah.

"Ehh. Enggak kenapa-kenapa." jawab Gw.

"Ngeliatin rumah Umi nya kayak begitu. Jelek yaa." tanya Uminya Farhah.

"Bukan Umi. Kok kayak enggak asing gitu. Kayak pernah kesini." ucap Gw.

"De Javu gitu ya, Jak?" tanya Farhah.

"Iya. Semacam itu." jawab Gw.

"Kamu enggak inget sama Farhah, Jak?" tanya Uminya Farhah.

"Ihh, Umii." Farhah memprotes ucapan Uminya seakan menutupi sesuatu.

"Farhah? Kenapa Umi?" tanya Gw yang bingung.

"Kamu enggak inget kalau pernah temenan sama Farhah?" tanya Uminya Farhah.

"Umiiii. Udah ah." ucap Farhah lalu kembali masuk kembali ke bagian dalam rumahnya yang tidak bisa Gw lihat dari ruang tamu karena tertutup lemari tua yang besar.

"Emang Umi?" tanya Gw.

"Kamu lupa ya. Dulu satu kelas sama Farhah waktu SD. Dan sering main sama Farhah." tanya Uminya.

"Temen? Kelas? .... " kata-kata itu keluar dari mulut Gw waktu mengingat-ingat memori masa kecil Gw.

"Ahh, iyaa Umi. Saya pernah sekelas dulu sama Farhah. Waktu kelas 3 SD kan ya? Terus pas pertengahan kelas 4 Farhah pindah ya?" tanya Gw.

"Nahhh. Itu kamu inget, Jak." ucap Uminya Farhah bersemangat.

"Tapi kalau sering main sama Farhah. Emang Umi?" tanya Gw yang tidak mengingat hal itu.

"Iya. Dulu kamu sering main sama Farhah. Tapi mungkin kamu enggak ingat, orang juga masih kecil kan waktu itu. Jadi mungkin udah lupa sekarang." ucap Uminya.

Setelah itu kami pun kembali mengobrol. Uminya Farhah bertanya-tanya tentang pekerjaan Gw di MI, pekerjaan sebelum kerja di MI, kuliah dimana dan rencana Gw kedepannya. Hingga tidak terasa sudah jam 5 sore.

"Eh, udah jam 5 Umi. Saya belum sholat ashar." ucap Gw.

"Ohh. Kamu mau sholat dulu?" tanyanya.

"Di rumah aja, Umi. Enggak enak kalau disini. Hehe." jawab Gw.

"Ohh. Iya dehh. Sering-sering mampir kesini yaa." ucap Uminya seraya kami berdua bangun untuk Gw pulang.

"Iya, Umi. Kalau dibolehin Farhah sihh." jawab Gw.

"Kan rumahnya punya Umi, tanya Umi ajaa. Hahaha." ucapnya.

"Okee Umi. Nanti kalau sempat saya mampir lagi deh. Hehehe."

"Farhahh." panggil Uminya karena Gw mau berpamitan pulang.

"Farhahh. Anak Umiii." panggilnya lagi masih tanpa sahutan.

"Lagi ngambek kayaknya, Jak. Hahaha." ucapnya.

"Yaudah Umi, gapapa. Kalau gitu saya langsung pulang yaa." pamit Gw.

"Iya, Jak. Hati-hati yaa."

_____-----_____

"Assalamualaikum." ucap Gw saat memasuki rumah.

"Waalaikum salam." jawab ibu Gw sambil menyapu rumah.

"Bu. Emang aku dulu punya temen namanya Farhah?" tanya Gw saat mencium tangan ibu Gw.

"Farhah?" ucap Ibu sambil mengingat-ingat.

"Ohh iya. Yang rumahnya disana itu ya?" tanyanya.

"Ibu tau?" tanya Gw.

"Iya. Dulu kamu sering main sepeda sama dia." jawab Ibu.

"Iya sih. Aku inget sedikit cuma katanya aku akrab sama dia. Emang bener, Bu?" tanya Gw.

"Ibu juga enggak tau sih. Soalnya main kesini cuma sekali doang dia." jawabnya.

"Yaudah deh, Bu." ucap Gw lalu meninggalkannya dan masuk ke kamar Gw.

_____-----_____

[18cm check]

Tulis Gw dalam aplikasi stranger yang diberitahu Bu Ros tempat Bu Hanna berkeliaran.

Entah berapa banyak komentar masuk yang menghujat, mencaci, meledek, tapi ada beberapa yang langsung chat Gw.

Badak Baper :
"Serius?"

Gw :
"Iya. Bener."

Badak Baper :
"Boleh liat?"

Gw :
"Boleh. Tapi gantian gapapa?"

Gw :
"Ahh. Nanti kamu foto palsu lagi, ngambil dari google."

Badak Baper :
"Gimana kalo pake tulisan?"

Badak Baper :
"Tulisan gimana?"

Gw :
"Tulis tulisan di kertas, terus foto pake tulisan itu."

Badak Baper :
"Ohh. Iya iya, ngerti. Tulisannya apa?"

Gw :
"Room chat kita ini aja. Badak Baper."

Badak Baper :
"Oke dehh, kamu duluan tapi yaa."

Gw :
[Foto]

Badak Baper :
"Anjir. Gedee jugaa."

Gw :
"Wkwkwk. Gantian dong."

Badak Baper :
[Foto memek]

Gw :
"Sekaligus memek sama toketnya boleh?"

Badak Baper :
[Foto]

Fakkk. Akhirnya ketemuuu. Ini dia Bu Hanna yang dibilang Bu Ros ada tanda lahir di pusarnya.

Gw :
"Ihh, lucuu. Ada tatonya."

Badak Baper :
"Iya nih. Tato permanen dari lahir. Hahaha."

Gw :
"Terus mau diapain nih? Wkwk."

Badak Baper :
"VCS yukk."

Gw :
"Gak pernah VCS nih."

Badak Baper :
"Gapapa. Nanti aku ajarin."

Gw :
"Malu tapi. Wkwk."

Badak Baper :
"Ihh, kenapa maluu. Harusnya bangga punya kontol gedee."

Gw :
"Percuma punya kontol gede tapi gak punya cewek."

Badak Baper :
"Jomblo?"

Gw :
"Iya."

Badak Baper :
"Kasian. Yaudah yuk VCS."

Gw :
"Disini emang bisa?"

Badak Baper :
"Enggak bisa. Di WA bisanya."

Gw :
"Aku kasih nomernya nih?"

Badak Baper :
"Aku aja. Males ngesave, disini chatnya enggak bisa di copy kan. Hahaha."

Gw :
"Oke dehh. Mana."

Badak Baper :
"08xx xxxx xxxx."

Gw :
"Oke. Aku save ya."

Gw pun membuka aplikasi WhatsApp lalu mengetik link untung chat tanpa save nomornya. Gw ketik wa.me/628xxxxxxxxxx. Dan saat Gw tap, FUCKKKK. Dia ngasih nomer aslinya.

Jaka :
"Bu."

Bu Hanna :
"Iya, Jak? Kenapa?"
Bu hanna itu yg mana ? Ilustrasinya tambahin dong ;);):pantat:
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd