Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Secret Love Story

♧​

Teh Dina langsung saja menghempaskan badannya terbang ke atas kasur empuknya, seperti remaja pulang dari kencan pertama. Dia menghela napas panjang disusul senyum dan tawanya mengingat hal-hal yang kami obrolkan selama perjalanan. Sementara gue, seperti kebiasaan kalau sampai dari suatu perjalanan, rokok adalah hal pertama yang gue sentuh, padahal ada tubuh indah Teh Dina disana yang mungkin masih ingin disentuh. Gue pun berjalan ke pintu balkon dengan sebatang rokok di bibir.


"Mau ngerokok ya A?" tanya Teh Dina mengangkat kepalanya dari bantal putih

"Hm? Iya Teh, kebiasaan ini mah" jawab gue sembari memutar daun pintu

"Ohh, mau ngerokok, ga mauu di... rokok?" dengan sengaja Teh Dina bertanya seperti itu untuk menggoda, karena ketika gue menoleh mulutnya menahan senyum ditutupi punggung tangannya.

"Hahahaha becandanya bisa banget kamu mah Teh" jawab gue

Bukan mau menghiraukan pancingan birahi, gue masih ga mau terburu-buru dengan semua ini. Jadi ya gue layanin aja godaannya.

Ujung rokok terbakar memancarkan merah bara api ketika dihisap. Hawa dingin dinihari menusuk. Gue duduk dengan melipat kaki gua diatas kursi di balkon itu. Masih belum kebayang sebelumnya kalua gue bakal dapet kesempatan seperti harti ini dengan Teh Dina. Tak berapa lama Teh Dina menyusul ke luar kamar. Saat itu dia sudah memakai cardigan untuk melawan dingin.


“Kirain tidur?” tanya gue

“Engga, tadi ke toilet dulu bentar, bersih-bersih” jawabnya


Teh Dina berdiri di ambang pintu, setangah badannya keluar menengok gue disana. Dia bersandar pada kusen pintu,

"Beneraaann nih ga mau aku rokoin batang cerutunya A?"

"Hahaha engga ahh, lagian bukan cerutu teh"

"Apa atuh?" Tanyanya sembari bergerak mendekat, duduk lalu menyalakan rokok

"Emmh apa ya, sosis kali Teh"

"Hahaha sosis so nice ya A"

"Iya nice kalo udah muncrat"

"Hahahahaha" kami tertawa bersama

Lalu hening,

"Makasih banget A, aku seneng hari ini"

Gue bales dengan senyum semanis mungkin. Seharusnya gue yang bilang terimakasih, karena ini adalah yang gue idamkan sejak lama. Bertemu dan bercengkrama dengan dirinya.

Masing-masing sudah menghabiskan satu batang rokoknya dibantu hembusan angin malam. Topik pembicaraan pun nampaknya sudah habis. Gue inisiatif beranjak lebih dulu karena dingin yang menyergap jari-jari kaki gabisa ditahan lagi.

"Ke dalem Teh Ah, dingin euy" ajak gue sambil bediri disampingnya dan membuka pintu balkon

"Apa A? Di dalem? Jangan atuh, nanti hamil looh"



"Hahahaha" gue ketawa sambil gue cubit hidungnya. Teh Dina pun berdiri mengikuti.

Gue persilahkan Teh Dina masuk lebih dulu. Lalu gue tutup pintu dan menguncinya. Ternyata Teh Dina mematung memunggungi gue disana. Sejenak gue menahan langkah, lalu bepikir, menerka apa yang harus gue perbuat.



Gue pun memberanikan diri untuk memeluknya dari belakang. Semoga bukan menjadi tindakkan yang sembrono, do'a gue dalam hati.



Gue dekatkan mulut gue ke telinganya,

"Harusnya Aa yang makasih, karena Teteh mau ketemu dan berbagi waktu. Makasih Teh!" Gue kecup pundak dan pipinya.



Niatnya memang begitu, cuma mau bilang terimakasih tanpa tujuan lebih. Sejak kejadian di mobil, ketika Teh Dina minta untuk berhenti tiba-tiba, gue berpikir bahwa ga bakal kejadian apa-apa lagi, meskipun Teh Dina mengajak ke tempat ini, hanya berdua. Tapi tangan gue didekapnya dari depan. Kepala Teh Dina menengadah ke langit-langit kamar. Seakan menyakinkan dirinya untuk mengambil tindakan lebih jauh. Bagian belakang kepalanya menyandar di bahu gue, semerbak harum shampoo dan campuran asap roko tercium memasuki rongga hidung.

Lalu tanpa isyarat untuk gue melepaskan pelukan, Teh Dina memutar badannya. Kami berdiri berhadapan dalam pelukan. Matanya menatap gue sayu.



Jemarinya yang lentik merayap lambat dari dada terus naik ke leher lalu ke rahang. Kedua telapak tangannya menakup percis di rahang dekat telinga.



Dalam remang kamar itu, wajahnya mendekat dengan mata sayu dan bibir yang sedikit terbuka. Waktu terasa melambat, tanpa berkedip gue rekam moment ini dalam otak gue. Moment yang akan terus gue kenang selamanya.



Dan....

Mmhhhh bibir lembutnya tepat mendarat di bibir gue. Seketika kami pun memejamkan mata. Meresapi peraduan bibir ke bibir. Beberapa detik tanpa gerakan tambahan hanya bibir yang menempel saling bertukar rasa dan saling menghirup nafas.



Mmmhhhh, Teh Dina sedikit mengusap dan meremas rahang gue yang disusul dengan bibirnya mengulum lembut bibir bagian bawah gue. Gue pun merespon dengan meremas pinggangnya yang ramping berbalut cardigan dan kaos tipis.



Ciuman kami lembut tanpa suara. Bibir kami bertukar peran, kadang gue yang aktif, kadang sebaliknya. Selebihnya kami saling berpagutan, dari pelan lembut tanpa suara menjadi liar penuh desahan.



"Hmmmmppphhhhh eengghhhh"



Lidah kami pun aktif bergiliran mengekspor langit-langit mulut. Teh Dina malah dengan nakalnya menyapukan lidahnya ke bibir gue, membentuk garis bibir yang diakhiri gigitan kecil diujung bibir. Sontak membuat gue kaget dan tersenyum dengan aksinya itu.



Seperti kebiasaan, tangan gue ga pernah bisa diam kalo sedang berciuman. Ketika bibir saling memberi dorongan, hisapan dan pagutan. Tangan gue aktif menjelajah bagian belakang tubuh Teh Dina.



Usapan dan remasan tentu menjadi senjata utama. Dari punggung sampai bokong bulatnya. Sekian lama berciuman badan kami memang sedikit terpisah jarak. Sampai ketika nafsu sudah sangat menguasai. Remasan tangan gue menjadi tarikan. Sehingga tubuh kami rapat tanpa jarak.

Ketika bibir dan rahang terlalu pegal berciuman, kami akan saling mengecup. Tapi tubuh bagian bawah saling menekan. Teh Dina tahu di bawah sana kontol gue sudah ereksi.



Mulutnya turun dari bibir gue ke dagu dan leher, lalu naik beserta kecupan dan jilatan ujung lidahnya. Pelan penuh penghayatan, dari leher sampe telinga.



"A, kamu inget ga? aku pernah godain kamu waktu itu aku kirim foto, akunya ketawa dengan mulut kebuka nawarin emutin punya kamu" bisikknya dengan nafas hangat dan desahan tipis



"Iya inget banget, tapi setelah liat aslinya ternyata mulut teteh ga selebar di foto, Aa juga pernah bilang kan mulut teteh tuh seksi banget, imut malah hehe" jawab gue dengan pelan sementara Teh Dina mendengar jawaban gue dengan terus mengecup daun telinga dan leher gue



"Iya itu hehe, sekarang mah gausah aku tawarin lagi ya, aku mau emutin punya kamu" jawabnya masih berbisik di telinga gue



"Punya ku? Apa Teh?" Tanya gue menggodanya



"Kontol!" Jawab Teh Dina dengan mata melotot yang dibuat-buat



Mwahh! Gue kecup kilat karena gemasnya.



Lalu Teh Dina melanjutkan aksinya. Bibirnya kembali menciumi leher gue, tapi kali ini dibarengi dengan tangannya yang mengusap-usap kontol gue dari luar celana.



Pengalaman memang tak membohongi keahliannya. Hampir semua area leher gue diciumi dan dijilatinya. Gerakkan itu dibarengi dengan aksinya membuka kancing celana dan menurunkan resletingnya. Kepala Kontol gue yang sudah membesar pun mengintip dibalik karet boxer yang gue pake.



Tiga jarinya membentuk lingkaran yang kemudian dia tempatkan tepat diatas palkon gue. Didorongnya kebawah dengan pelan. Sementara bibirnya turun menciumi tubuh bagian depan yang masih terhalang poloshirt.



Tangannya terampil mengocok batang kejantanan gue. Pelan tapi bikin melayang. Setelah bibirnya berhenti diujung baju. Dia gigit ujung baju itu lalu ditariknya keatas, sebagai isyarat untuk gue membuka baju.



Gigitannya berhenti ketika kepalanya sejajar dengan kepala gue, lalu gue lanjut dengan membuka sendiri. Sementara Teh Dina kembali menciumi dada, menjilati putingnya dan terus turun mengeksplor badan gue. Dan tentu saja tangannya tak pernah berhenti memberi rangsangan ke kontol gue dengan kocokan dan remasan.



Setelah baju poloshirt itu terlepas, giliran gue yang memberi isyarat ke Teh Dina untuk melepas Cardigannya. Kali ini kami kembali berciuman, tapi dibarengi tangan gue yang dengan pelan menarik cardigannya lepas dari badannya.



"Aahhhh ssshhhhhh" desah Teh Dina ketika bibir gue mendarat di bahunya



Gue lanjut dngan menjilati leher sampe telinganya. Tangan Teh Dina mencengkram kontol gue gemas karena rangsangan yang dia terima. Sementara cardigannya terus turun hingga terlepas sudah.



Kami lalu saling tatap, "Nyetrum aku digituin A, aku mulai ya"

Gue pun cuma mengangguk pelan



Teh Dina pun turun berlutut di hadapan gue. Ditariknya celana beserta boxernya turun sampai mata kaki. Sedikit dia membetulkan posisinya hingga kontol gue benar-benar sejajar dengan wajahnya.


Dikocoknya batang kontol gue pelan, lalu bibirnya mendekat ke selangkangan gue. Dikecupinya area sekitar situ. Bagian bawah pusar sebelum kontol adalah area yang lama ia kecupi, terus turun ia ciumi semuanya. Dari buah zakar, pangkal batang kontol, sampe ke ujung lubang palkonnya.

"Ngghhhh shhh" desah gue menahan geli dan nikmat



Tepat setelah ujung palkon gue berada diantara dua bibirnya. Teh Dina membukanya, hingga rongga mulutnya terbuka sedikit demi sedikit.



Dan... "aaahhh shhhh Teh"



Hangat dan basah gue rasa dipermukaan kontol gue. Dalam satu gerakkan teh Dina mencoba memasukan panjang kontol gue ke mulutnya. Lalu ditarik keluar sampe ujung kontol gue berlumur liurnya.



Dikocoknya pelan, kepalanya menengadah dengan mata sayu dan menggigit bibir bawahnya. Gue menunduk melihatnya. Senyum tersungging, tanpa kata seakan sudah mengerti.



"Go on baby!"



Teh Dina pun kembali melahap batang kontol gue yang sudah keras maksimal sampai-sampai urat-uratnya keluar dari sisi kiri kanannya. Lalu Teh Dina mengulumnya maju mundur, rambutnya yang tergerai bergerak indah seiring gerakan kepalanya yang maju mundur menikmati tegangnya batang kontol di mulutnya.



Menit-menit berlalu, Teh Dina pun merasa pegal dengan aksinya itu. Kontol gue pun dikeluarkannya dari mulut. Lalu Teh Dina menjulurkan ujung lidahnya. Dia tempatkan di ujung kontol gue.


"Aahhh ummmhhh" desah gue menikmati oral sex Teh Dina



Ujung lidahnya menari di area palkon gue. Sesekali dia masukan lagi ke mulutnya. Dia tarik mulutnya hingga sebatas palkon. Batangnya ia kocok dengan pelan sementara palkon gue yang ada di dalam mulutnya ia mainkan dengan lidahnya. Tak cukup dengan itu, satu tangan lainnya ia gunakan untuk meremas-remas buah zakar gue yang menggantung.



Kenikmatan oral sex Teh Dina bisa-bisa bikin gue klimaks. Sejak kejadian di tempat dugem, gue udah menahan rasa horny.



"Teeehhhh aaahhhh aahh"



"Kenapa Aaa?" Dengan manja Teh Dina menengok gue dari posisi berlutunya



"Enak bnaget Teh emutannya"



"Jago ya aku?"



"Uumhh iyaa teh ahh ahh jago bangettt"



"Nwikmatwin ajwaa yaa" Perlahan dia meningkatkan tempo kocokan dan gerak mulutnyaa



"Owwhhh Teehh aahh sshhh iyaahh ahh"



Tiba-tiba dia hentikan aksinya, lalu bertanya lagi

"Awas ya ngecrot!!"

"Ehh?" gue merasa heran



"Aku mau kamu ngecrot disini" Teh Dina menepuk-nepuk memeknya dari luar legging



Serasa ditantang gue pun sekuat tenaga menahan dorongan ejakulasi.



"Teh mainin dong memeknya, biar seksi" gue bilang sambil menikmati pemandangan Teh Dina asik mengulum kontol bukan suaminya



"Kamu yang lepasin ya" katanya pelan sedikit terengah-engah



Kontol gue dilepasnya tanpa aba-ba lalu berdiri beranjak menuju kasur.



Teh Dina duduk mengangkang diatas kasur dan gue pun mendekatinya setelah melepas celana. Gue berdiri di depannya dengan kontol mengacung tegak. Menggoda nafsunya untuk segara menunaikan syahwatnya.



"Gemesin banget sih A kontol kamu" komentarnya sebelum gue duduk berlutut diatara dua kakinya



Dalam posisi berlutut di antara dua kakinya yang panjang itu,

"Kenapa gitu?" tanya gue



"Ngaceng banget, sampe tegak gitu, padahal ga dipegang" jawab Teh Dina lirih



Gue hanya merespon dengan seringai bangga karena dia mengagumi batang kejantanan gue. Mungkin dalam otaknya sudah dia bayangkan bagaimana nantinya kalo kontol gue masuk menikmati liang memeknya.



Kedua tangan gue udah siap menarik leggingnya lepas dari pinggulnya. Teh Dina mengangkat paha dan bokongnya membantu gue lebih mudah menarik legginya. Sengaja gue buka perlahan agar setiap bagian kulit mulus pahanya terekspos sedikit demi sedikit.

Teh Dina menggigit bibirnya melihat apa yang gue lakukan. Ketika sedikit demi sedikit kulitnya terbuka, saat itu juga bibir gue turun menciuminya.



"Eemmmhhh sshhhh shhhh"

Rambut gue dielusnya seperti isyarat "kamu melakukannya dengan baik"



Gue kecup kaki Teh Dina dari pangkal pahanya sampe ke ujung jari kakinya. Ketika gue membuka kakinya, Teh Dina paham kalo saat itu gue mau mengoralnya juga. Tapi kepala gue ditahan, Teh Dina menggeleng. Gue paham, lalu gue pun diminta bediri lagi di depannya.



Dengan sekali gerakkan kontol gue sudah berada lagi di dalam mulut hangatnya.



"Aahhhh sshhh Tehhh"



Tangannya kali ini aktif meremas toket bulatnya lalu turun masuk g-stringnya. Gerakknya tangannya naik turun. Jari-jarinya lembut memainkan memeknya yang basah. Bunyinya jelas terdengar karena ruangan yang sunyi.



Tangan gue turun membelai kepalanya ketika Teh Dina asik dengan kontol gue di mulutnya. Terus turun masuk ke kerah kaos ketat berbahan tipis.



"Mmmmhhhhh hhhmmmpphhh"



Desahan tertahan teh Dina ketika putingnya gue pilin pelan-pelan.Puting besar dan kerasnya bikin gue gemas untuk mencubit-cubitnya. Disusul gerakkan tangannya semakin cepat bermain di selangkangannya.



Kontol gue dikeluarkannya dari mulut, lelehan liurnya menetes di ujung palkon.



"A, aku gakuaat, gatell bangett inii"



"Apa ihh yang gatel?" Tanya gue menggodanya, lagi.



"Memek! Masukkin sini A" ajak Teh Dina manja



Kami pun mengatur posisi. Sebelumnya Teh Dina melepas apapun yang melekatnya, sementara gue mematung melihat proses Teh Dina menelanjangi dirinya.



"Malah diem, sini A" ajak Teh Dina menepuk sprei disampingnya



"Kamu seksi banget Teh" sambil bergerak Gue naik ke kasur lalu merangkul tubuh Teh Dina yang disambut dengan pelukan



"Seksi banget ya badan ku A, sampe bikin kamu coli di kantor" katanya sembari menikmati emutan bibir gue diputing coklatnya



"Coli sambil bayangin kamu Teh"



"Ba.. nggh.. bayangin apppaahh aahhh.. enak banget A. Duuhh banjir punyakuuu"



"Banyangin ML sama kamu Tehh" jawab gue gemas lalu pindah menciumi puting satunya



"Ngghhhh ahh kamu bilang ML, ga kayak di chaat, banyangiin apaaahh aahhh hmmm?" Tanya Teh Dina memancingku



Aku pun melepas mukutku dari putingnya,

"Bayangin kita ngentot Teh" sambil gue turunkan tangank menggapai memeknya yang memang sudah becek



"Ahhhh iyaahhh, ayok A, ngewe yuuk!"



Gue ga menghiraukan ajakannya. Menikmati buah dadanya yang kenyal diumur kepala tiga rasanya berbeda. Belum lagi putingnya yang besar itu. Gue sedot-sedot ternyata masih mengeluarkan sedikit asi.



"Awwhhhh A, nikmaattt..."



Tangan gue turun menulusuri perut ratanya, lalu berhenti bermuara di lembah kenikmatan.

Clephh clepphh bunyi jari gue bermain di sela sela memeknya. Ketika gue berniat memasukkan satu jari, Teh Dina melarangnya.



"Jangan pake jarii emmhhhh mainin itil ku aja A.. sshhh iyaaa gituu aahhh mmmhhhhh"



Gue tekan itilnya dengan 2 jari, lalu ku putar searah jarum jam. Kadang turun membelah garis memeknya, dan mengobelnya tepat didepan liangnya.



Pegal dengan satu posisi, gue pun berinisiatif naik ke atas tubuh Teh Dina. Kakinya mengangkang mempersilhkan gue menidurinya.



Kami kembali berciuman lagi untuk beberapa lama, sementara kelamin kami sudah menempel.



"Ga di masukkin? Hm?" Teh Dina bertanya dengan manja



"Teteh Ah yang masukkin" jawab gue



"Yaudah kamu dibawah A" pintanya



Kami pun bertukar posisi, Teh Dina kini diatas gue dengan kakinya yang terbuka mengangkang.



Tepat ketika posisi kelamain kami bertemu, Teh Dina mengenggam kontolku. Dia arahkan moncongnya ke mulut memeknya yang terbuka karena mengangkang. Digesek-gesekannya beberapa kali searah garis memeknya. Sesekali palkon gue dimainkannya di itilnya.



Belum juga ia masukkan kontol gue, di lepas gengamannya. Lalu dia turunkan pantanya hingga memeknya menekan kontol gue. Pelan dan berirama Teh Dina menggoyangkan pinggulnya maju mundur biar terus bergesekan. Geli dan nikmat bercampur dibawah sana, Teh Dina menatap gue dengan senyum tipis.



"Katanya mau dimasukkin Teeh" Goda gue disela gerakannya pelan tapi nikmat



"Gini aja dulu ya A, ini juga enaak duuhh punya kamu keras bangeett"



"Mmhh ii.. iyyaa Teh, tapi kalo kelamaan ngecrot loh nantii" gue coba ngomong sambil menikmati gesekkan memeknya yang begitu licin tapi kadang masih nyangkut di itilnya



"Yaa nambahh rondee dong kalo keburu ngecrot maah" canda Teh Dina masih terus memaju-mundurkan pinggulnyaa



"Ugghhh Tehhhh ngghhh"



"Aaaaa duuhh enak bangett, aku masukin yaaa"



Selangkangannya diangkat, tangannya menggenggam lagi batang kontol gue lalu diarahkanya ke mulut memeknya, tepat di depan liang kenikmatan.



"Sama sama doroongghh aaahhhh" Teh Dina memberi instruksi dengan sedikit desahan



Bersamaan, Teh Dina menurunkan pantatnya dan gue pun mendorong dari bawah.



Kontol gue masuk seluruhnya, seperti ditelan, tenggelam dalam ruang hangat, basah, berkedut, mencengkram dan sangat nikmat.



"Ngghhhhhhh sshhhhh" desahnya panjang

"Berasa penuuuuh.. aduuhhh"



Gue biarkan kontol gue di rumah barunya. Tapi Teh Dina ga demikian, dia mulai lagi menggerakan pinggulnya yang ramping itu.



"Aahhh aahhhhh aahhh"



Tangan kami saling menggenggam satu sama lain. Sementara Teh Dina menggoyang pinggulnya berirama dengan desahannya.



"Ah ah ah ah ahhhh" pinggulnya bergerak patah patah menikmati persetubahan itu, diakahiri dengan tekanan penuh hingga panjang kontolku ditelan habis liang senggamanya



Genggaman tangannya bergerak mengarahkan tangan gue mendekat tubuhnya. Tangan kiri gue diarah ke toket kanannya sementara tangan kanan diarahkan ke selangkangannya. Gue mengerti arahan itu. Tangan kiri gue pun meremas dan memilin puting kanan, tangan kanan gue pun asik mengilik itilnya yang terus bergesekan. Teh Dina sangat menikamati dominasinya, terilihat kepalanya mendongak dan tangannya mengacak-acak rambutnya sendiri.



"Aahhhh nikmaaatt banget Aaa.. nnghhhhhh iyaa iyaahhhh aaahhh" racaunya mengekspresikan kenikmatan bercinta, bukan dengan suaminya



Gue pun menikmati, bahkan tak terasa sudah belasan menit Teh Dina menunggangi tubuh gue. Pertahanan gue pun hampir jebol, bisa gawat klo ga diambil alih gue bisa muncratin rahimnya.



"Tehh aahh mmhh aku ... nnghhh" belum sempet gue utarakan bahwa gue sebentar lagi klimaks Teh Dina mnyodorkan toket bulatnya



"Isepp puting aku A, bentar lagi aku nyampee aahhh ayo A, sedotiin puting ku"



Dengan lahap gue lumat toketnya yang menggantung seksi. Tangannya membantu menyodorkannya agar gue lebieh mudah, sementara pinggulnya makin intes bergerak, semakin cepat menuju puncak. Kedua telapak tangan gue sigap meremas bokongnya menahan nikmat cengkraman otot memeknya yang semakin kuat.



"Aaahh A, bentar lagii.. bentar laagiiiii aaahhhhhhh!!"



Ototnya tegang, dia tekan pinggulnya lebih dalam sampe moncong kontol gue mentok di rahimnya. Sangat terasa kalo dibawah sana sangat lah basah. Cairan organsmenya mengalir, meleleh keluar menelusuri sela-sela selangkangan gue lalu jatuh di spreinya.



Badan Teh Dina ambruk di atas tubuh gue. Gue terima dengan pelukan mesra. Jantungnya berdetak cepat pasca organsme. Gue diamkan kontol gue dipijat kedutan otot memeknya menikmati sisa-sisa klimaksnya.



"He he he, nikmat bngeet A barusaan, kamu belum ya?" Kepalanya bangkit dari dada gue



"Aku seneng bikin kamu klimaks duluan Teh"



"Biar sama-sama seneng sok atuh tuntasin, udah nahan kan daritadi" godanya dengan senyuman nakal



"Nahan dari sejak dugem Teh"



"Iyah kontol kmu udah ngaceng pas kita dance"



"Huuh teh.. duuhhh sshhhh"

Teh Dina menggerakan otot memeknya memijit batang kontol gue yang masih betah didalam liangnya



"Sok atuh genjotin A"



"Kamu ga pegel? Hm?"



"Pegel siih, ganti posisi aja atuh yuk!"



"Iyah, kamu dibawah ya Teh"



"Yuk!" Lalu dikecupnya bibir gue



Teh Dina lalu mengangkat pantatnya perlahan hingga sedikit demi sedikit kontol gue keluar dari memeknya. Cairan orgasmenya deras mengucur ketika kelamin kami Terpisah.



"Ugghhhhh enakk Hihihi" katanya sambil tertawa renyah



Kami pun bertukar posisi. Missionary adalah pilihan berikutnya. Sekali lagi Teh Dina menyambut dengan pelukan dan kaki yang direnggangkan. Kami berciuman sebentar.



Tanpa perlu diarahkan dengan tangan. Gue dan Teh Dina sudah sama-sama paham. Kami menggerakan pinggul kami agar semuanya tepat pada posisi.



Moncong kontol gue sudah berada diposisi seharusnya, tepat di depan liang senggamanya. Gue naikkan badan menatapnya, bertempu pada tangan di sebelah bahunya.



"Teken A, masukkiiin" pintanya dengan manja



Gue dorong perlahan hingga inci demi inci kontol gue memasuki rongga nikmat dunia, milik Teh Dina.



Tapi hanya setengahnya gue berhenti, lalu tarik sampe batas palkon. Gue lakuin itu beberapa kali sampe Teh Dina kembali mendesah nikmat. Semua gerakkan gue lakuin dengan pelan.



"Sshhhhh mmmmhhhhhhh nikmatin banget kamu A"



"Iya Teh pengen nikmatin lebih lamaa ughh sshh"



Beberapa menit berlalu, tangan gue yang menopang badan pun pegel. Sesekali gue dorong kontol gue masuk tenggelam mentok menabrak rahimnya. Nafsu Teh Dina pun sudah kembali tinggi.



"Kencengin lagi A genjotannya.. ahhh sshh"



Diminta seperti itu, gue diam sejenak setelah gue teken sedalem mungkin kontol gue di memeknya.



"Aa boleh request ga Teh?" Tanya gue tiba-tiba



"Request apa hm?"



"Emhh, aku boleh panggil kamu sayang?"



Teh Dina ga langsung menjawabnya. Dia bangkit dari posisinya, mendekatkan bibirnya ke telinga gue lalu berbisik.



"Aku udah nunggu itu daritadi sayanghh" jawab Teh Dina pelan



Hangat nafasnya sangat terasa di lubang telinga, membuat rasa geli bercampur nikmat birahi menjalar ke seluruh tubuh.



Tangannya masih melingkar di leher gue. Dan gue coba gerakkin pinggul lagi.



"Aaahhh enaakk sayang teruusss"



Posisi kami jadi seperti Teh Dina duduk di pangkuan gue. Tapi tidak sepenuhnya duduk, gue pun agak kesusahan menggerakkan pinggul gue.



"Mmmhhhh sshhhh ahh ahhh"



Gue dorong badannya ke posisi semula, missionary. Tangannya masih melingkar di leher gue, ditambah kedua kakinya yang sama melingkari juga di pinggang gue. Posisi ini emang paling pas buat ningkatin rpm genjotan. Maka dengan sekuat tenaga gue hentakan selangkangan gue.



Plok plok plok plok..paha kami bertemu berbenturan



"Awwhhh a ..duuhh enak banget A.. teruss yangh ngghh iyaahh ahh ahh"



"Aku juga .. ugh ugh ugh enak bnget yangh ahhhhh"



Gue variasikan genjotan gue dengan tekanan penuh sampe mentok.



"Ahh ahh ahh enak kan A? Terus sayaang terusss aahh enak kaaan memek akuu hmmm? Aahhh teruss iya iya iyaahhh aahh"



"Nikmat sayaannghhh ngghhh sshhhh memek kamu enak banget sayang mmmhhhh"



Gue tenggelamkan kepala gue di lehernya, lalu menciumi leher dan kupingnya. Kadang kami berciuman tanpa mengurangi kecepatan genjotan. Dinihari yang dingin tak berlaku di kamar itu, kami basah dengan peluh.



"Sayang.. sayang nghhh aku bentar lagii" kata gue tepat di lubang telinganya



"Aku juga A, barengannn A ahhhhh ahhh kencengin lagii.. entot memek ku.. puasin nafsu kamuu.. udah lama kan nafsu samu badan Teteh"



"Iyaa tehh aku nafsuu bnget tehhh.. emmmhhh aahh enak bnget ngewein kamu aah ahh sshhh"



"Puasiin sayaaang.. tuntassiinn .. ewe terus memek akuu cepeet A.. aku tau kmu suka kan aku ngomong vulgar kayak gini.. ahh kontol.. kontol kontol kamu enakk sayanggh..aku bentar lagiiiihhh"



"Iyaaa lebih vulgar sayanghh... aku suka sukaaa"



"Iyaaa.. ewe a, ewe memek kuuuuhh mmmhhhh teruss.. aku suka dientot kamu A.. iyahh teruuss"



Mendengar ocehan vulgarnya, dorongan ejakulasi pun tak tertahan lagi. Itu berlaku untuk kami berdua. Bukan cuma gue yang aktif menggenjot, tapi Teh Dina pun mengimbanginya dengan gerakkan pinggulnya naik turun.



"Aahhh Aa tekenn yang daleemmmmm akuu bentar lagiihh"



"Barengaaann sayaang, keluarin di dalem? Hm?



"Iyaaahh gapapa keluarin aja amaann mmhhh teken A.. Ayoo ngghh ahh ahh"



Dengan ijin itu maka gue semburkan sperma hangat ke dalam rahimnya. Kakinya melingkar rapat karena otot yang menegang, pertanda Teh Dina pun organsme untuk yang kedua kalinya.



“Aaaahhhhhhhhhh!!”



Kami berpelukan rapat sekali. Walaupun badan kami lengket dengan keringat, tapi kami benar-benar menyatu. Ditambah kelamin kami masih belum terlepas setelah sama-sama klimaks.



Degup jantung yang berdetak kencang lambat laun mereda. Mata Teh Dina rapat terpejam. Gue cium bibirnya pelan sampe matanya kembali sedikit terbuka. Dia pun membalas ciuman gue.



"Makasih" kata itu keluar dari mulut kami berdua, bersamaan. Kemudian disusul gelak tawa.



"Jangan dicabut dulu ya A, biarin aja sampe kecil sendiri"



"Iya, kalo ga kecil kecil gimana?"



"Ya lanjut lagii"



"Hahhahahaha"



Lalu gue peluk Teh Dina lebih erat karena gemas.

Teh Dina menerima pelukan gue dengan elusan telapak tangannya di rambut gue.



"Basah gini rambut kamu, punggung juga, keringetan banget"



"Iya Tehh, terkuras tenagaku"



"Yang ini mau dikuras juga ga?" Goda Teh Dina menggerakan pinggulnya disusul remasan otot memeknya



"Awwhh geliiiii ihhh!!"



"Hahaha mandi yuk Ah, aku juga keringetan banget ini A"



“nguras yang ini ga jadi?” giliran gue yang menggodanya dengan mendorong kontol gue yang sudah meluai mengecil



“hihihi mau? Masih banyak waktu sayang, sekarang istirahat dulu ya” manis sekali kata-katanya, gue merasa sangat sangat beruntung dipertemukan dengannya



"Yaudah yuk!"



Kakinya yang melingkar perlahan melonggar seiring tarikan kontol gue yang keluar dari liang memeknya. Lelehan sperma kemudian menyusul kluar.



"Sshhhh banyak bangett ini sperma kamu A, brapa kali ngecrot tadi, hm?"



"Gatauu ga ngituung, keenakan"



"Hahaha bisa ajaaa, itu ambilin tisue dong, punten"



Setelah mengeringkan masing-masing organ intim kami dengan tisue, kami pun mandi air hangat. Dibawah shower kamar mandi yang pintunya kami biarkan terbuka, kami saling membersihkan badan. Diselingi ciuman dan pelukan, proses mandi pun jadi lama. Ciuman dibawah shower adalah pengalaman pertama gue, dan pasti itu sunggulah pengalaman yang tidak akan terlupakan.

Setelah sama-sama mengeringkan badan. Gue pun beranjak mengambil pakaian yang tergeletak begitu saja di lantai kamar.

“A, ada request ga aku harus pake apa nih untuk tidur?” tanya Teh Dina sambil memilih pakaian tidur di lemarinya

“emmhh senyaman Teteh aja lah, kalo bisa mah gausah pake apa-apa lah Teh, telanjang ajaa” jawab gue iseng

“ohh yaudah, kayak gini yaa hihihi” seketika Teh Dina melepaskan handuk yang melilit di tubuhnya

Tubuh telanjang sempurna terpampang di depan gue. Gemas rasanya ingin mendekati, tapi waktu sudah terlalu pagi untuk terus beraksi.

“ehh Tetehh!!” jawab gue sedikit berteriak

“hahahaha abisan kamu bilang gituu” badannya berputar kembali memilih baju

Gue bisa melihat lekuk-lekuk badannya yang ramping, seksi seperti model. Tak disangka badan itu yang tadi gue setubuhi, dan itu bukan mimpi.

“Teteh ajaa yang dasarnya suka goda-godaa” jawab gue sambil merapihkan Kasur

“iyaa kamu korbannya hahaha aku pake ini aja ya A?”

Teh Dina memperlihatkan sweater tipis longgar warna biru tua.

“iyah” jawab gue mengangguk

Lalu diambilnya cd bercorak garis hitam putih. Tanpa memakai celana dia berjalan menghampiri Kasur tempat gue duduk bersila di atasnya.

“kamu pernah bilang kalo kamu suka kalo cewe, pakaian tidurnya kyk gini kan, aku inget hehehe”

“masih inget ajaa siihh, iya suka banget Teh, seksii menurutku, palagi kamu yang pake”

“ahh gombaall, yuk ah tiduur!”

Berpelukan dengan posisi spooning, kami akhirnya terlelap tidur. Diluar hujan sekali lagi turun, mengangkat uap menjadi kabut. Tak ada pikiran apa-apa setelah apa pun yang kami perbuat. Mungkin nanti akan kami bicarakan. Gue juga perlu tau bagaimana keadaan keluarganya, khususnya dengan suaminya.
 
♧​

Teh Dina langsung saja menghempaskan badannya terbang ke atas kasur empuknya, seperti remaja pulang dari kencan pertama. Dia menghela napas panjang disusul senyum dan tawanya mengingat hal-hal yang kami obrolkan selama perjalanan. Sementara gue, seperti kebiasaan kalau sampai dari suatu perjalanan, rokok adalah hal pertama yang gue sentuh, padahal ada tubuh indah Teh Dina disana yang mungkin masih ingin disentuh. Gue pun berjalan ke pintu balkon dengan sebatang rokok di bibir.


"Mau ngerokok ya A?" tanya Teh Dina mengangkat kepalanya dari bantal putih

"Hm? Iya Teh, kebiasaan ini mah" jawab gue sembari memutar daun pintu

"Ohh, mau ngerokok, ga mauu di... rokok?" dengan sengaja Teh Dina bertanya seperti itu untuk menggoda, karena ketika gue menoleh mulutnya menahan senyum ditutupi punggung tangannya.

"Hahahaha becandanya bisa banget kamu mah Teh" jawab gue

Bukan mau menghiraukan pancingan birahi, gue masih ga mau terburu-buru dengan semua ini. Jadi ya gue layanin aja godaannya.

Ujung rokok terbakar memancarkan merah bara api ketika dihisap. Hawa dingin dinihari menusuk. Gue duduk dengan melipat kaki gua diatas kursi di balkon itu. Masih belum kebayang sebelumnya kalua gue bakal dapet kesempatan seperti harti ini dengan Teh Dina. Tak berapa lama Teh Dina menyusul ke luar kamar. Saat itu dia sudah memakai cardigan untuk melawan dingin.


“Kirain tidur?” tanya gue

“Engga, tadi ke toilet dulu bentar, bersih-bersih” jawabnya


Teh Dina berdiri di ambang pintu, setangah badannya keluar menengok gue disana. Dia bersandar pada kusen pintu,

"Beneraaann nih ga mau aku rokoin batang cerutunya A?"

"Hahaha engga ahh, lagian bukan cerutu teh"

"Apa atuh?" Tanyanya sembari bergerak mendekat, duduk lalu menyalakan rokok

"Emmh apa ya, sosis kali Teh"

"Hahaha sosis so nice ya A"

"Iya nice kalo udah muncrat"

"Hahahahaha" kami tertawa bersama

Lalu hening,

"Makasih banget A, aku seneng hari ini"

Gue bales dengan senyum semanis mungkin. Seharusnya gue yang bilang terimakasih, karena ini adalah yang gue idamkan sejak lama. Bertemu dan bercengkrama dengan dirinya.

Masing-masing sudah menghabiskan satu batang rokoknya dibantu hembusan angin malam. Topik pembicaraan pun nampaknya sudah habis. Gue inisiatif beranjak lebih dulu karena dingin yang menyergap jari-jari kaki gabisa ditahan lagi.

"Ke dalem Teh Ah, dingin euy" ajak gue sambil bediri disampingnya dan membuka pintu balkon

"Apa A? Di dalem? Jangan atuh, nanti hamil looh"



"Hahahaha" gue ketawa sambil gue cubit hidungnya. Teh Dina pun berdiri mengikuti.

Gue persilahkan Teh Dina masuk lebih dulu. Lalu gue tutup pintu dan menguncinya. Ternyata Teh Dina mematung memunggungi gue disana. Sejenak gue menahan langkah, lalu bepikir, menerka apa yang harus gue perbuat.



Gue pun memberanikan diri untuk memeluknya dari belakang. Semoga bukan menjadi tindakkan yang sembrono, do'a gue dalam hati.



Gue dekatkan mulut gue ke telinganya,

"Harusnya Aa yang makasih, karena Teteh mau ketemu dan berbagi waktu. Makasih Teh!" Gue kecup pundak dan pipinya.



Niatnya memang begitu, cuma mau bilang terimakasih tanpa tujuan lebih. Sejak kejadian di mobil, ketika Teh Dina minta untuk berhenti tiba-tiba, gue berpikir bahwa ga bakal kejadian apa-apa lagi, meskipun Teh Dina mengajak ke tempat ini, hanya berdua. Tapi tangan gue didekapnya dari depan. Kepala Teh Dina menengadah ke langit-langit kamar. Seakan menyakinkan dirinya untuk mengambil tindakan lebih jauh. Bagian belakang kepalanya menyandar di bahu gue, semerbak harum shampoo dan campuran asap roko tercium memasuki rongga hidung.

Lalu tanpa isyarat untuk gue melepaskan pelukan, Teh Dina memutar badannya. Kami berdiri berhadapan dalam pelukan. Matanya menatap gue sayu.



Jemarinya yang lentik merayap lambat dari dada terus naik ke leher lalu ke rahang. Kedua telapak tangannya menakup percis di rahang dekat telinga.



Dalam remang kamar itu, wajahnya mendekat dengan mata sayu dan bibir yang sedikit terbuka. Waktu terasa melambat, tanpa berkedip gue rekam moment ini dalam otak gue. Moment yang akan terus gue kenang selamanya.



Dan....

Mmhhhh bibir lembutnya tepat mendarat di bibir gue. Seketika kami pun memejamkan mata. Meresapi peraduan bibir ke bibir. Beberapa detik tanpa gerakan tambahan hanya bibir yang menempel saling bertukar rasa dan saling menghirup nafas.



Mmmhhhh, Teh Dina sedikit mengusap dan meremas rahang gue yang disusul dengan bibirnya mengulum lembut bibir bagian bawah gue. Gue pun merespon dengan meremas pinggangnya yang ramping berbalut cardigan dan kaos tipis.



Ciuman kami lembut tanpa suara. Bibir kami bertukar peran, kadang gue yang aktif, kadang sebaliknya. Selebihnya kami saling berpagutan, dari pelan lembut tanpa suara menjadi liar penuh desahan.



"Hmmmmppphhhhh eengghhhh"



Lidah kami pun aktif bergiliran mengekspor langit-langit mulut. Teh Dina malah dengan nakalnya menyapukan lidahnya ke bibir gue, membentuk garis bibir yang diakhiri gigitan kecil diujung bibir. Sontak membuat gue kaget dan tersenyum dengan aksinya itu.



Seperti kebiasaan, tangan gue ga pernah bisa diam kalo sedang berciuman. Ketika bibir saling memberi dorongan, hisapan dan pagutan. Tangan gue aktif menjelajah bagian belakang tubuh Teh Dina.



Usapan dan remasan tentu menjadi senjata utama. Dari punggung sampai bokong bulatnya. Sekian lama berciuman badan kami memang sedikit terpisah jarak. Sampai ketika nafsu sudah sangat menguasai. Remasan tangan gue menjadi tarikan. Sehingga tubuh kami rapat tanpa jarak.

Ketika bibir dan rahang terlalu pegal berciuman, kami akan saling mengecup. Tapi tubuh bagian bawah saling menekan. Teh Dina tahu di bawah sana kontol gue sudah ereksi.



Mulutnya turun dari bibir gue ke dagu dan leher, lalu naik beserta kecupan dan jilatan ujung lidahnya. Pelan penuh penghayatan, dari leher sampe telinga.



"A, kamu inget ga? aku pernah godain kamu waktu itu aku kirim foto, akunya ketawa dengan mulut kebuka nawarin emutin punya kamu" bisikknya dengan nafas hangat dan desahan tipis



"Iya inget banget, tapi setelah liat aslinya ternyata mulut teteh ga selebar di foto, Aa juga pernah bilang kan mulut teteh tuh seksi banget, imut malah hehe" jawab gue dengan pelan sementara Teh Dina mendengar jawaban gue dengan terus mengecup daun telinga dan leher gue



"Iya itu hehe, sekarang mah gausah aku tawarin lagi ya, aku mau emutin punya kamu" jawabnya masih berbisik di telinga gue



"Punya ku? Apa Teh?" Tanya gue menggodanya



"Kontol!" Jawab Teh Dina dengan mata melotot yang dibuat-buat



Mwahh! Gue kecup kilat karena gemasnya.



Lalu Teh Dina melanjutkan aksinya. Bibirnya kembali menciumi leher gue, tapi kali ini dibarengi dengan tangannya yang mengusap-usap kontol gue dari luar celana.



Pengalaman memang tak membohongi keahliannya. Hampir semua area leher gue diciumi dan dijilatinya. Gerakkan itu dibarengi dengan aksinya membuka kancing celana dan menurunkan resletingnya. Kepala Kontol gue yang sudah membesar pun mengintip dibalik karet boxer yang gue pake.



Tiga jarinya membentuk lingkaran yang kemudian dia tempatkan tepat diatas palkon gue. Didorongnya kebawah dengan pelan. Sementara bibirnya turun menciumi tubuh bagian depan yang masih terhalang poloshirt.



Tangannya terampil mengocok batang kejantanan gue. Pelan tapi bikin melayang. Setelah bibirnya berhenti diujung baju. Dia gigit ujung baju itu lalu ditariknya keatas, sebagai isyarat untuk gue membuka baju.



Gigitannya berhenti ketika kepalanya sejajar dengan kepala gue, lalu gue lanjut dengan membuka sendiri. Sementara Teh Dina kembali menciumi dada, menjilati putingnya dan terus turun mengeksplor badan gue. Dan tentu saja tangannya tak pernah berhenti memberi rangsangan ke kontol gue dengan kocokan dan remasan.



Setelah baju poloshirt itu terlepas, giliran gue yang memberi isyarat ke Teh Dina untuk melepas Cardigannya. Kali ini kami kembali berciuman, tapi dibarengi tangan gue yang dengan pelan menarik cardigannya lepas dari badannya.



"Aahhhh ssshhhhhh" desah Teh Dina ketika bibir gue mendarat di bahunya



Gue lanjut dngan menjilati leher sampe telinganya. Tangan Teh Dina mencengkram kontol gue gemas karena rangsangan yang dia terima. Sementara cardigannya terus turun hingga terlepas sudah.



Kami lalu saling tatap, "Nyetrum aku digituin A, aku mulai ya"

Gue pun cuma mengangguk pelan



Teh Dina pun turun berlutut di hadapan gue. Ditariknya celana beserta boxernya turun sampai mata kaki. Sedikit dia membetulkan posisinya hingga kontol gue benar-benar sejajar dengan wajahnya.


Dikocoknya batang kontol gue pelan, lalu bibirnya mendekat ke selangkangan gue. Dikecupinya area sekitar situ. Bagian bawah pusar sebelum kontol adalah area yang lama ia kecupi, terus turun ia ciumi semuanya. Dari buah zakar, pangkal batang kontol, sampe ke ujung lubang palkonnya.

"Ngghhhh shhh" desah gue menahan geli dan nikmat



Tepat setelah ujung palkon gue berada diantara dua bibirnya. Teh Dina membukanya, hingga rongga mulutnya terbuka sedikit demi sedikit.



Dan... "aaahhh shhhh Teh"



Hangat dan basah gue rasa dipermukaan kontol gue. Dalam satu gerakkan teh Dina mencoba memasukan panjang kontol gue ke mulutnya. Lalu ditarik keluar sampe ujung kontol gue berlumur liurnya.



Dikocoknya pelan, kepalanya menengadah dengan mata sayu dan menggigit bibir bawahnya. Gue menunduk melihatnya. Senyum tersungging, tanpa kata seakan sudah mengerti.



"Go on baby!"



Teh Dina pun kembali melahap batang kontol gue yang sudah keras maksimal sampai-sampai urat-uratnya keluar dari sisi kiri kanannya. Lalu Teh Dina mengulumnya maju mundur, rambutnya yang tergerai bergerak indah seiring gerakan kepalanya yang maju mundur menikmati tegangnya batang kontol di mulutnya.



Menit-menit berlalu, Teh Dina pun merasa pegal dengan aksinya itu. Kontol gue pun dikeluarkannya dari mulut. Lalu Teh Dina menjulurkan ujung lidahnya. Dia tempatkan di ujung kontol gue.


"Aahhh ummmhhh" desah gue menikmati oral sex Teh Dina



Ujung lidahnya menari di area palkon gue. Sesekali dia masukan lagi ke mulutnya. Dia tarik mulutnya hingga sebatas palkon. Batangnya ia kocok dengan pelan sementara palkon gue yang ada di dalam mulutnya ia mainkan dengan lidahnya. Tak cukup dengan itu, satu tangan lainnya ia gunakan untuk meremas-remas buah zakar gue yang menggantung.



Kenikmatan oral sex Teh Dina bisa-bisa bikin gue klimaks. Sejak kejadian di tempat dugem, gue udah menahan rasa horny.



"Teeehhhh aaahhhh aahh"



"Kenapa Aaa?" Dengan manja Teh Dina menengok gue dari posisi berlutunya



"Enak bnaget Teh emutannya"



"Jago ya aku?"



"Uumhh iyaa teh ahh ahh jago bangettt"



"Nwikmatwin ajwaa yaa" Perlahan dia meningkatkan tempo kocokan dan gerak mulutnyaa



"Owwhhh Teehh aahh sshhh iyaahh ahh"



Tiba-tiba dia hentikan aksinya, lalu bertanya lagi

"Awas ya ngecrot!!"

"Ehh?" gue merasa heran



"Aku mau kamu ngecrot disini" Teh Dina menepuk-nepuk memeknya dari luar legging



Serasa ditantang gue pun sekuat tenaga menahan dorongan ejakulasi.



"Teh mainin dong memeknya, biar seksi" gue bilang sambil menikmati pemandangan Teh Dina asik mengulum kontol bukan suaminya



"Kamu yang lepasin ya" katanya pelan sedikit terengah-engah



Kontol gue dilepasnya tanpa aba-ba lalu berdiri beranjak menuju kasur.



Teh Dina duduk mengangkang diatas kasur dan gue pun mendekatinya setelah melepas celana. Gue berdiri di depannya dengan kontol mengacung tegak. Menggoda nafsunya untuk segara menunaikan syahwatnya.



"Gemesin banget sih A kontol kamu" komentarnya sebelum gue duduk berlutut diatara dua kakinya



Dalam posisi berlutut di antara dua kakinya yang panjang itu,

"Kenapa gitu?" tanya gue



"Ngaceng banget, sampe tegak gitu, padahal ga dipegang" jawab Teh Dina lirih



Gue hanya merespon dengan seringai bangga karena dia mengagumi batang kejantanan gue. Mungkin dalam otaknya sudah dia bayangkan bagaimana nantinya kalo kontol gue masuk menikmati liang memeknya.



Kedua tangan gue udah siap menarik leggingnya lepas dari pinggulnya. Teh Dina mengangkat paha dan bokongnya membantu gue lebih mudah menarik legginya. Sengaja gue buka perlahan agar setiap bagian kulit mulus pahanya terekspos sedikit demi sedikit.

Teh Dina menggigit bibirnya melihat apa yang gue lakukan. Ketika sedikit demi sedikit kulitnya terbuka, saat itu juga bibir gue turun menciuminya.



"Eemmmhhh sshhhh shhhh"

Rambut gue dielusnya seperti isyarat "kamu melakukannya dengan baik"



Gue kecup kaki Teh Dina dari pangkal pahanya sampe ke ujung jari kakinya. Ketika gue membuka kakinya, Teh Dina paham kalo saat itu gue mau mengoralnya juga. Tapi kepala gue ditahan, Teh Dina menggeleng. Gue paham, lalu gue pun diminta bediri lagi di depannya.



Dengan sekali gerakkan kontol gue sudah berada lagi di dalam mulut hangatnya.



"Aahhhh sshhh Tehhh"



Tangannya kali ini aktif meremas toket bulatnya lalu turun masuk g-stringnya. Gerakknya tangannya naik turun. Jari-jarinya lembut memainkan memeknya yang basah. Bunyinya jelas terdengar karena ruangan yang sunyi.



Tangan gue turun membelai kepalanya ketika Teh Dina asik dengan kontol gue di mulutnya. Terus turun masuk ke kerah kaos ketat berbahan tipis.



"Mmmmhhhhh hhhmmmpphhh"



Desahan tertahan teh Dina ketika putingnya gue pilin pelan-pelan.Puting besar dan kerasnya bikin gue gemas untuk mencubit-cubitnya. Disusul gerakkan tangannya semakin cepat bermain di selangkangannya.



Kontol gue dikeluarkannya dari mulut, lelehan liurnya menetes di ujung palkon.



"A, aku gakuaat, gatell bangett inii"



"Apa ihh yang gatel?" Tanya gue menggodanya, lagi.



"Memek! Masukkin sini A" ajak Teh Dina manja



Kami pun mengatur posisi. Sebelumnya Teh Dina melepas apapun yang melekatnya, sementara gue mematung melihat proses Teh Dina menelanjangi dirinya.



"Malah diem, sini A" ajak Teh Dina menepuk sprei disampingnya



"Kamu seksi banget Teh" sambil bergerak Gue naik ke kasur lalu merangkul tubuh Teh Dina yang disambut dengan pelukan



"Seksi banget ya badan ku A, sampe bikin kamu coli di kantor" katanya sembari menikmati emutan bibir gue diputing coklatnya



"Coli sambil bayangin kamu Teh"



"Ba.. nggh.. bayangin apppaahh aahhh.. enak banget A. Duuhh banjir punyakuuu"



"Banyangin ML sama kamu Tehh" jawab gue gemas lalu pindah menciumi puting satunya



"Ngghhhh ahh kamu bilang ML, ga kayak di chaat, banyangiin apaaahh aahhh hmmm?" Tanya Teh Dina memancingku



Aku pun melepas mukutku dari putingnya,

"Bayangin kita ngentot Teh" sambil gue turunkan tangank menggapai memeknya yang memang sudah becek



"Ahhhh iyaahhh, ayok A, ngewe yuuk!"



Gue ga menghiraukan ajakannya. Menikmati buah dadanya yang kenyal diumur kepala tiga rasanya berbeda. Belum lagi putingnya yang besar itu. Gue sedot-sedot ternyata masih mengeluarkan sedikit asi.



"Awwhhhh A, nikmaattt..."



Tangan gue turun menulusuri perut ratanya, lalu berhenti bermuara di lembah kenikmatan.

Clephh clepphh bunyi jari gue bermain di sela sela memeknya. Ketika gue berniat memasukkan satu jari, Teh Dina melarangnya.



"Jangan pake jarii emmhhhh mainin itil ku aja A.. sshhh iyaaa gituu aahhh mmmhhhhh"



Gue tekan itilnya dengan 2 jari, lalu ku putar searah jarum jam. Kadang turun membelah garis memeknya, dan mengobelnya tepat didepan liangnya.



Pegal dengan satu posisi, gue pun berinisiatif naik ke atas tubuh Teh Dina. Kakinya mengangkang mempersilhkan gue menidurinya.



Kami kembali berciuman lagi untuk beberapa lama, sementara kelamin kami sudah menempel.



"Ga di masukkin? Hm?" Teh Dina bertanya dengan manja



"Teteh Ah yang masukkin" jawab gue



"Yaudah kamu dibawah A" pintanya



Kami pun bertukar posisi, Teh Dina kini diatas gue dengan kakinya yang terbuka mengangkang.



Tepat ketika posisi kelamain kami bertemu, Teh Dina mengenggam kontolku. Dia arahkan moncongnya ke mulut memeknya yang terbuka karena mengangkang. Digesek-gesekannya beberapa kali searah garis memeknya. Sesekali palkon gue dimainkannya di itilnya.



Belum juga ia masukkan kontol gue, di lepas gengamannya. Lalu dia turunkan pantanya hingga memeknya menekan kontol gue. Pelan dan berirama Teh Dina menggoyangkan pinggulnya maju mundur biar terus bergesekan. Geli dan nikmat bercampur dibawah sana, Teh Dina menatap gue dengan senyum tipis.



"Katanya mau dimasukkin Teeh" Goda gue disela gerakannya pelan tapi nikmat



"Gini aja dulu ya A, ini juga enaak duuhh punya kamu keras bangeett"



"Mmhh ii.. iyyaa Teh, tapi kalo kelamaan ngecrot loh nantii" gue coba ngomong sambil menikmati gesekkan memeknya yang begitu licin tapi kadang masih nyangkut di itilnya



"Yaa nambahh rondee dong kalo keburu ngecrot maah" canda Teh Dina masih terus memaju-mundurkan pinggulnyaa



"Ugghhh Tehhhh ngghhh"



"Aaaaa duuhh enak bangett, aku masukin yaaa"



Selangkangannya diangkat, tangannya menggenggam lagi batang kontol gue lalu diarahkanya ke mulut memeknya, tepat di depan liang kenikmatan.



"Sama sama doroongghh aaahhhh" Teh Dina memberi instruksi dengan sedikit desahan



Bersamaan, Teh Dina menurunkan pantatnya dan gue pun mendorong dari bawah.



Kontol gue masuk seluruhnya, seperti ditelan, tenggelam dalam ruang hangat, basah, berkedut, mencengkram dan sangat nikmat.



"Ngghhhhhhh sshhhhh" desahnya panjang

"Berasa penuuuuh.. aduuhhh"



Gue biarkan kontol gue di rumah barunya. Tapi Teh Dina ga demikian, dia mulai lagi menggerakan pinggulnya yang ramping itu.



"Aahhh aahhhhh aahhh"



Tangan kami saling menggenggam satu sama lain. Sementara Teh Dina menggoyang pinggulnya berirama dengan desahannya.



"Ah ah ah ah ahhhh" pinggulnya bergerak patah patah menikmati persetubahan itu, diakahiri dengan tekanan penuh hingga panjang kontolku ditelan habis liang senggamanya



Genggaman tangannya bergerak mengarahkan tangan gue mendekat tubuhnya. Tangan kiri gue diarah ke toket kanannya sementara tangan kanan diarahkan ke selangkangannya. Gue mengerti arahan itu. Tangan kiri gue pun meremas dan memilin puting kanan, tangan kanan gue pun asik mengilik itilnya yang terus bergesekan. Teh Dina sangat menikamati dominasinya, terilihat kepalanya mendongak dan tangannya mengacak-acak rambutnya sendiri.



"Aahhhh nikmaaatt banget Aaa.. nnghhhhhh iyaa iyaahhhh aaahhh" racaunya mengekspresikan kenikmatan bercinta, bukan dengan suaminya



Gue pun menikmati, bahkan tak terasa sudah belasan menit Teh Dina menunggangi tubuh gue. Pertahanan gue pun hampir jebol, bisa gawat klo ga diambil alih gue bisa muncratin rahimnya.



"Tehh aahh mmhh aku ... nnghhh" belum sempet gue utarakan bahwa gue sebentar lagi klimaks Teh Dina mnyodorkan toket bulatnya



"Isepp puting aku A, bentar lagi aku nyampee aahhh ayo A, sedotiin puting ku"



Dengan lahap gue lumat toketnya yang menggantung seksi. Tangannya membantu menyodorkannya agar gue lebieh mudah, sementara pinggulnya makin intes bergerak, semakin cepat menuju puncak. Kedua telapak tangan gue sigap meremas bokongnya menahan nikmat cengkraman otot memeknya yang semakin kuat.



"Aaahh A, bentar lagii.. bentar laagiiiii aaahhhhhhh!!"



Ototnya tegang, dia tekan pinggulnya lebih dalam sampe moncong kontol gue mentok di rahimnya. Sangat terasa kalo dibawah sana sangat lah basah. Cairan organsmenya mengalir, meleleh keluar menelusuri sela-sela selangkangan gue lalu jatuh di spreinya.



Badan Teh Dina ambruk di atas tubuh gue. Gue terima dengan pelukan mesra. Jantungnya berdetak cepat pasca organsme. Gue diamkan kontol gue dipijat kedutan otot memeknya menikmati sisa-sisa klimaksnya.



"He he he, nikmat bngeet A barusaan, kamu belum ya?" Kepalanya bangkit dari dada gue



"Aku seneng bikin kamu klimaks duluan Teh"



"Biar sama-sama seneng sok atuh tuntasin, udah nahan kan daritadi" godanya dengan senyuman nakal



"Nahan dari sejak dugem Teh"



"Iyah kontol kmu udah ngaceng pas kita dance"



"Huuh teh.. duuhhh sshhhh"

Teh Dina menggerakan otot memeknya memijit batang kontol gue yang masih betah didalam liangnya



"Sok atuh genjotin A"



"Kamu ga pegel? Hm?"



"Pegel siih, ganti posisi aja atuh yuk!"



"Iyah, kamu dibawah ya Teh"



"Yuk!" Lalu dikecupnya bibir gue



Teh Dina lalu mengangkat pantatnya perlahan hingga sedikit demi sedikit kontol gue keluar dari memeknya. Cairan orgasmenya deras mengucur ketika kelamin kami Terpisah.



"Ugghhhhh enakk Hihihi" katanya sambil tertawa renyah



Kami pun bertukar posisi. Missionary adalah pilihan berikutnya. Sekali lagi Teh Dina menyambut dengan pelukan dan kaki yang direnggangkan. Kami berciuman sebentar.



Tanpa perlu diarahkan dengan tangan. Gue dan Teh Dina sudah sama-sama paham. Kami menggerakan pinggul kami agar semuanya tepat pada posisi.



Moncong kontol gue sudah berada diposisi seharusnya, tepat di depan liang senggamanya. Gue naikkan badan menatapnya, bertempu pada tangan di sebelah bahunya.



"Teken A, masukkiiin" pintanya dengan manja



Gue dorong perlahan hingga inci demi inci kontol gue memasuki rongga nikmat dunia, milik Teh Dina.



Tapi hanya setengahnya gue berhenti, lalu tarik sampe batas palkon. Gue lakuin itu beberapa kali sampe Teh Dina kembali mendesah nikmat. Semua gerakkan gue lakuin dengan pelan.



"Sshhhhh mmmmhhhhhhh nikmatin banget kamu A"



"Iya Teh pengen nikmatin lebih lamaa ughh sshh"



Beberapa menit berlalu, tangan gue yang menopang badan pun pegel. Sesekali gue dorong kontol gue masuk tenggelam mentok menabrak rahimnya. Nafsu Teh Dina pun sudah kembali tinggi.



"Kencengin lagi A genjotannya.. ahhh sshh"



Diminta seperti itu, gue diam sejenak setelah gue teken sedalem mungkin kontol gue di memeknya.



"Aa boleh request ga Teh?" Tanya gue tiba-tiba



"Request apa hm?"



"Emhh, aku boleh panggil kamu sayang?"



Teh Dina ga langsung menjawabnya. Dia bangkit dari posisinya, mendekatkan bibirnya ke telinga gue lalu berbisik.



"Aku udah nunggu itu daritadi sayanghh" jawab Teh Dina pelan



Hangat nafasnya sangat terasa di lubang telinga, membuat rasa geli bercampur nikmat birahi menjalar ke seluruh tubuh.



Tangannya masih melingkar di leher gue. Dan gue coba gerakkin pinggul lagi.



"Aaahhh enaakk sayang teruusss"



Posisi kami jadi seperti Teh Dina duduk di pangkuan gue. Tapi tidak sepenuhnya duduk, gue pun agak kesusahan menggerakkan pinggul gue.



"Mmmhhhh sshhhh ahh ahhh"



Gue dorong badannya ke posisi semula, missionary. Tangannya masih melingkar di leher gue, ditambah kedua kakinya yang sama melingkari juga di pinggang gue. Posisi ini emang paling pas buat ningkatin rpm genjotan. Maka dengan sekuat tenaga gue hentakan selangkangan gue.



Plok plok plok plok..paha kami bertemu berbenturan



"Awwhhh a ..duuhh enak banget A.. teruss yangh ngghh iyaahh ahh ahh"



"Aku juga .. ugh ugh ugh enak bnget yangh ahhhhh"



Gue variasikan genjotan gue dengan tekanan penuh sampe mentok.



"Ahh ahh ahh enak kan A? Terus sayaang terusss aahh enak kaaan memek akuu hmmm? Aahhh teruss iya iya iyaahhh aahh"



"Nikmat sayaannghhh ngghhh sshhhh memek kamu enak banget sayang mmmhhhh"



Gue tenggelamkan kepala gue di lehernya, lalu menciumi leher dan kupingnya. Kadang kami berciuman tanpa mengurangi kecepatan genjotan. Dinihari yang dingin tak berlaku di kamar itu, kami basah dengan peluh.



"Sayang.. sayang nghhh aku bentar lagii" kata gue tepat di lubang telinganya



"Aku juga A, barengannn A ahhhhh ahhh kencengin lagii.. entot memek ku.. puasin nafsu kamuu.. udah lama kan nafsu samu badan Teteh"



"Iyaa tehh aku nafsuu bnget tehhh.. emmmhhh aahh enak bnget ngewein kamu aah ahh sshhh"



"Puasiin sayaaang.. tuntassiinn .. ewe terus memek akuu cepeet A.. aku tau kmu suka kan aku ngomong vulgar kayak gini.. ahh kontol.. kontol kontol kamu enakk sayanggh..aku bentar lagiiiihhh"



"Iyaaa lebih vulgar sayanghh... aku suka sukaaa"



"Iyaaa.. ewe a, ewe memek kuuuuhh mmmhhhh teruss.. aku suka dientot kamu A.. iyahh teruuss"



Mendengar ocehan vulgarnya, dorongan ejakulasi pun tak tertahan lagi. Itu berlaku untuk kami berdua. Bukan cuma gue yang aktif menggenjot, tapi Teh Dina pun mengimbanginya dengan gerakkan pinggulnya naik turun.



"Aahhh Aa tekenn yang daleemmmmm akuu bentar lagiihh"



"Barengaaann sayaang, keluarin di dalem? Hm?



"Iyaaahh gapapa keluarin aja amaann mmhhh teken A.. Ayoo ngghh ahh ahh"



Dengan ijin itu maka gue semburkan sperma hangat ke dalam rahimnya. Kakinya melingkar rapat karena otot yang menegang, pertanda Teh Dina pun organsme untuk yang kedua kalinya.



“Aaaahhhhhhhhhh!!”



Kami berpelukan rapat sekali. Walaupun badan kami lengket dengan keringat, tapi kami benar-benar menyatu. Ditambah kelamin kami masih belum terlepas setelah sama-sama klimaks.



Degup jantung yang berdetak kencang lambat laun mereda. Mata Teh Dina rapat terpejam. Gue cium bibirnya pelan sampe matanya kembali sedikit terbuka. Dia pun membalas ciuman gue.



"Makasih" kata itu keluar dari mulut kami berdua, bersamaan. Kemudian disusul gelak tawa.



"Jangan dicabut dulu ya A, biarin aja sampe kecil sendiri"



"Iya, kalo ga kecil kecil gimana?"



"Ya lanjut lagii"



"Hahhahahaha"



Lalu gue peluk Teh Dina lebih erat karena gemas.

Teh Dina menerima pelukan gue dengan elusan telapak tangannya di rambut gue.



"Basah gini rambut kamu, punggung juga, keringetan banget"



"Iya Tehh, terkuras tenagaku"



"Yang ini mau dikuras juga ga?" Goda Teh Dina menggerakan pinggulnya disusul remasan otot memeknya



"Awwhh geliiiii ihhh!!"



"Hahaha mandi yuk Ah, aku juga keringetan banget ini A"



“nguras yang ini ga jadi?” giliran gue yang menggodanya dengan mendorong kontol gue yang sudah meluai mengecil



“hihihi mau? Masih banyak waktu sayang, sekarang istirahat dulu ya” manis sekali kata-katanya, gue merasa sangat sangat beruntung dipertemukan dengannya



"Yaudah yuk!"



Kakinya yang melingkar perlahan melonggar seiring tarikan kontol gue yang keluar dari liang memeknya. Lelehan sperma kemudian menyusul kluar.



"Sshhhh banyak bangett ini sperma kamu A, brapa kali ngecrot tadi, hm?"



"Gatauu ga ngituung, keenakan"



"Hahaha bisa ajaaa, itu ambilin tisue dong, punten"



Setelah mengeringkan masing-masing organ intim kami dengan tisue, kami pun mandi air hangat. Dibawah shower kamar mandi yang pintunya kami biarkan terbuka, kami saling membersihkan badan. Diselingi ciuman dan pelukan, proses mandi pun jadi lama. Ciuman dibawah shower adalah pengalaman pertama gue, dan pasti itu sunggulah pengalaman yang tidak akan terlupakan.

Setelah sama-sama mengeringkan badan. Gue pun beranjak mengambil pakaian yang tergeletak begitu saja di lantai kamar.

“A, ada request ga aku harus pake apa nih untuk tidur?” tanya Teh Dina sambil memilih pakaian tidur di lemarinya

“emmhh senyaman Teteh aja lah, kalo bisa mah gausah pake apa-apa lah Teh, telanjang ajaa” jawab gue iseng

“ohh yaudah, kayak gini yaa hihihi” seketika Teh Dina melepaskan handuk yang melilit di tubuhnya

Tubuh telanjang sempurna terpampang di depan gue. Gemas rasanya ingin mendekati, tapi waktu sudah terlalu pagi untuk terus beraksi.

“ehh Tetehh!!” jawab gue sedikit berteriak

“hahahaha abisan kamu bilang gituu” badannya berputar kembali memilih baju

Gue bisa melihat lekuk-lekuk badannya yang ramping, seksi seperti model. Tak disangka badan itu yang tadi gue setubuhi, dan itu bukan mimpi.

“Teteh ajaa yang dasarnya suka goda-godaa” jawab gue sambil merapihkan Kasur

“iyaa kamu korbannya hahaha aku pake ini aja ya A?”

Teh Dina memperlihatkan sweater tipis longgar warna biru tua.

“iyah” jawab gue mengangguk

Lalu diambilnya cd bercorak garis hitam putih. Tanpa memakai celana dia berjalan menghampiri Kasur tempat gue duduk bersila di atasnya.

“kamu pernah bilang kalo kamu suka kalo cewe, pakaian tidurnya kyk gini kan, aku inget hehehe”

“masih inget ajaa siihh, iya suka banget Teh, seksii menurutku, palagi kamu yang pake”

“ahh gombaall, yuk ah tiduur!”

Berpelukan dengan posisi spooning, kami akhirnya terlelap tidur. Diluar hujan sekali lagi turun, mengangkat uap menjadi kabut. Tak ada pikiran apa-apa setelah apa pun yang kami perbuat. Mungkin nanti akan kami bicarakan. Gue juga perlu tau bagaimana keadaan keluarganya, khususnya dengan suaminya.
Mantap banget suhu...cerita yg lama di nantikan
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd