Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG SEMUANYA BERAWAL DARI KKN

Siapakah wanita yang cocok untuk Aris? (maksimal 2 pilihan)

  • Linda

  • Nisa

  • Aisyah

  • Lala

  • Ve

  • Amel

  • Renata (Tata)

  • Ajeng (Bu Kades)

  • Ayu (Bu Dosen)


Hasil hanya dapat dilihat setelah memilih.
Status
Please reply by conversation.
Episode 9




Lagi enak - enaknya bermesraan, tiba-tiba terdengar suara motor dan klakson dari depan rumah...


*Tinnn... Tinnn..*


"Assalamualaikum" suara seorang wanita mengucapkan salam


Aku dan Linda tentunya kaget dengan suara itu...


"Siapa itu mas?" tanya Linda

"Mbak Renata deh kayaknya" jawabku


Akhirnya aku dan Linda beranjak ke depan rumah... Benar saja, yang datang adalah Renata dengan menunggangi motor scoopy merah miliknya, tak lupa dia juga membawa anak perempuan nya yaitu Clara kesini. Linda langsung meraih dan menggendong Clara kemudian mempersilahkan Renata masuk.


Dia mengenakan seragam batik guru lengkap dengan rok span panjang dan hijab segi empat, ditambah dengan make up sewajarnya itu sangat cantik bagiku. Sebenarnya aku sempat terpana melihat Renata, namun segera kualihkan pikiranku agar tidak terjadi hal - hal yang tidak diinginkan.


Linda membawa masuk Clara duluan sedangkan aku masih menunggu Renata yang sedang memarkirkan motornya di sebelah mobilku. Aku hampiri dia dengan niat untuk membantunya merapikan motor miliknya.


"Sini aku aja yang parkirin mbak"

"Eh iya mas makasih ya"


Entah aku yang kege'eran atau gimana, aku merasa kalau hari ini Renata menatapku dengan sedikit berbeda... Dia terus memperhatikanku sambil seperti sedang memperhatikan seluruh tubuhku dari atas sampe bawah.


"Udah mbak ayok masuk"

"Iya mas" sahutnya sambil tersenyum manis

"Itu helm mau dibawa masuk tuh?" ledekku karena dia berjalan membuntuti aku tanpa melepas helmnya

"Eh i.. Iya aduh.. Maaf - maaf mas" Renata terlihat kikuk malu


Setelah aku ledek, entah dia yang salting atau gimana hingga akhirnya seperti kesulitan melepas helm bogo yg dia pakai.


"Sini tak bantuin mbak"


Lagi - lagi naluriku seperti muncul dengan sendirinya. Aku secara refleks langsung mengulurkan tangan ke bawah dagu Renata untuk melepaskan pengait helm tersebut. *Klik* Setelah terlepas, aku baru sadar atas apa yg aku lakukan barusan.


"Eh mbak maaf.. Saya gak maksud ngapa - ngapain, gemes aja tadi liat mbak Renata yg gak bisa ngelepas helm nya" ucapku dengan merasa bersalah


Iyalah merasa bersalah... Gimana enggak? Secara suami Renata adalah seorang tentara, betapa bahayanya nyawaku kalo Renata ngerasa dimodusin atau dilecehkan terus lapor ke suaminya. Bisa - bisa langsung di dor dah Hahaha.


"Emmm gapapa kok mas hihi"


Tanpa kusangka...


Ternyata Renata terlihat senang atas perlakuanku barusan.. Bingung banget aku dibuat olehnya saat ini. Di satu sisi aku jadi lega setelah tahu dia tidak risih atas tindakan spontanku barusan, namun di lain sisi juga aku malah jadi lebih takut karena status dia yang istri orang. Apalagi setelah ngobrol - ngobrol dengan para pemuda di sini, mereka semua berkata kalau Renata adalah salah satu kembang desa disini, jadi siapapun orang di desa ini pasti kenal dengan Renata beserta status dan keluarganya.




Renata Pramudita (Tata)


Kita berdua akhirnya masuk ke ruang tamu menyusul Linda yang sedang bermain - main dengan Clara...


Posisiku duduk bersebelahan dengan Renata di kursi panjang memunggungi pintu masuk, sedangkan Linda di depanku sambil mengajak Clara bermain. Kita bertiga ngobrol - ngobrol ringan dan tak lupa ku suguhkan minuman dingin untuk Renata. Hingga akhirnya akupun mulai menanyakan maksud dan tujuan kedatangan dia kesini.


"Btw mbak Renata kan bilang kalo ada hal penting yg harus dibahas.. Soal apa ya mbak?" tanyaku


Bertepatan setelah pertanyaanku, Clara tiba - tiba rewel dan merengek seperti balita pada umumnya... Linda yg sudah mengerti akan hal tersebut langsung berdiri dan berlalu keluar untuk menenangkan Clara.


"Aku mau ajak Clara jalan - jalan dulu biar gak rewel.. Kalian lanjutin ngobrol aja, ntar gampang mas Aris bisa kasih tau obrolannya ke aku... Gapapa kan mbak Ren?" izin Linda yang memang sudah kenal lebih dekat dengan Renata karena mereka sama - sama mengajar di SD

"Iya gapapa kok Linda.. Kebetulan hal penting yg mau aku omongin juga tentang mas Aris"

"Oalah gitu, yaudah sok interogasi dia sepuasnya aja tuh hahaha... Aku bawa Clara dulu ya"

"Iya Lin.. Nih kunci nya" Renata menyerahkan kunci motor miliknya

"Okee... Awas kamu jangan aneh - aneh mas!" ancam Linda padaku

"Iya mami aman kok tenang aja" sahutku santai


Akhirnya Linda pergi dengan menggunakan motor milik Renata untuk mengajak Clara jalan - jalan meninggalkan aku dan Renata disini...


Jujur, aku merasa canggung saat ini. Entah karena aku yang baru mengenal Renata atau karena kejadian reflekku tadi. Takut banget kalau aku salah ngomong atau salah tingkah di hadapannya. Entahlah aku juga bingung kenapa aku begini.. Walaupun baru kenal, namun aku merasa seperti sudah pernah dekat dengannya namun sekarang baru bertemu kembali.


"Kenapa mas kok diem aja?" tanya Renata sembari menggeser posisi duduknya lebih dekat denganku


"Ini cewek kenapa sih?? Kok aku ngerasa ada yg gak beres ya sama mama muda satu ini? Ah gatau dah bodoamat" gumamku dalam hati


"Enggak mbak gapapa kok hehe.. Eh iya mbak Renata mau ngomongin apa sama saya?" balasku yg mencoba tenang


Tiba-tiba dia menggenggam punggung tanganku...


*Degggg*
Aku deg - degan melihat tingkah dia.. Pasti ada sesuatu dibalik ini semua, tapi aku tetap mencoba tenang dan tidak menolak genggaman tangannya, biar nggak salting hehe.


"Mas..." panggil Renata sembari menatap wajahku dalam - dalam

"Iya?" aku menoleh sehingga kita kini saling menatap

"Kamu gak inget sama aku mas?"


"Hahhh??? Apa maksud dia? Apa maksud pertanyaan dia ini?" ah elah malah makin bingung anjir!" pikiranku berkecamuk


"Inget kok... Kan ini mbak Renata, anaknya om Roni alias pak kades hehe" aku mencoba bercanda

"Bukan gitu mas ih!" omelnya sambil meremas tanganku

"Hahaha becanda mbak.. Tapi serius maksudnya gimana?"

"Hmmm serius kamu gak inget aku mas?"


Aku mengernyitkan dahi mencoba untuk mengingat - ngingat siapa sebenarnya Renata ini...


"Mas Ar..."


*Duarrrrrrr*
Entah kenapa setelah mendengar panggilan itu kepalaku seakan terdapat sambaran petir...


Mas Arrrr????


Aku inget panggilan itu....


Seingatku hanya satu orang yg manggil aku dengan sebutan itu...


Tapi siapa???


..........


POV AUTHOR


Kita mundur sedikit ke beberapa malam lalu, setelah para mahasiswa KKN berlalu dari kediaman pak kades...



Setelah kades beserta istri dan anaknya merapikan ruang tamu, mereka duduk di ruang keluarga untuk sekedar berbincang sebentar.


"Bu.. Gatau kenapa kok aku kayak kenal banget ya sama mas Aris itu.. Tapi aku lupa dia siapa" ucap Renata mengutarakan isi hatinya selama acara makan malam bersama para mahasiswa KKN tadi

"Loh kamu gak tau Ren? Bapak emang gak ngasih tau Aris itu siapa?" sahut Ajeng (bu kades)

"Udah bapak kasih tau kok kalo Aris itu anaknya pak Jaya bu" balas Roni

"Tuh udah dikasih tau kok Ren" ucap Ajeng

"Iya tapi aku gak inget ih pak Jaya itu siapa" jawab Renata

"Astagaaa kamu ituloh Renataaaa... Kan kalian berdua deket banget waktu kecil.. Sampe kayak orang pacaran tau gak" ucap Roni

"Hah??? Emang iya pakkk?" Renata kaget dan semakin bingung

"Tuh bu jelasin ke anaknya.. Kasian dia" ucap Roni santai sambil menyeruput kopi hitam miliknya


Akhirnya Ajeng menjelaskan tentang kedekatan Renata dengan Aris waktu semasa kecil...
.
.
.
.
Beberapa tahun lalu ketika perusahaan Wijaya atau yang biasa dikenal dengan Jaya mulai berkembang, dia beserta keluarga kecilnya pindah ke kawasan perumahan elit di Surabaya. Hingga beberapa tahun kemudian teman dekat sekaligus adik tingkat jaman kuliah nya, yaitu Syahroni ikut pindah mengontrak di kawasan perumahan elit tersebut.. Rumah mereka tidak jauh hanya berbeda gang saja.


Saat itu Aris yang baru akan duduk di bangku 2 SMP berkenalan dengan keluarga Syahroni yang memiliki anak gadis juga. Anak gadis tersebut ternyata seusia dengannya yang otomatis Aris jadi senang karena dia memiliki teman anak yang sepantaran, Aris hanya lebih tua beberapa bulan saja. Walaupun mereka berdua bukan satu sekolah, namun mereka tetap bisa ketemu dan bermain hampir setiap hari entah di saat pulang sekolah maupun ketika di hari libur.


"Tata... Minggu besok jalan - jalan yuk... Kita nonton bioskop" ajak Aris ketika mereka berdua sedang bermain di rumah Aris

"Seriusan?? Ayookk awas jangan bohong loh ya.. Aku gak suka orang pembohong loh" jawab Renata dengan senang

"Iya aku janji.. Besok yaa"

"Okee... Eh bentar, tadi kamu manggil aku apa mas?"

"Tata"


Walaupun sepantaran, tapi karena usia Aris yang lebih tua beberapa bulan jadi Renata dengan keinginan sendiri memanggil Aris dengan sebutan "Mas".


"Kok Tata? Kan aku Renata ishhh"

"Ya habis males kepanjangan kalo manggil kamu Renata hehe.. Enak Tata loh.. Renata Pramudita, aku ambil dari dua huruf di belakang nama kamu.. Tata... Boleh kan?"


Setelah mendengarkan penjelasan Aris, Renata nampak sangat senang, karena Renata menganggap kalau Aris memiliki panggilan sayang tersendiri untuknya.


"Boleh kok mas, boleh banget... Aku suka hehe"

"Tapi cuma aku aja loh ya yg boleh manggil kamu Tata, khusus panggilan aku" tegas Aris sehingga membuat wajah Renata semakin memerah malu

"Iya mas.. Aku juga mau panggil kamu 'Mas Ar' boleh?" balas Renata

"Boleh dong Ta... Kamu boleh manggil aku apa aja kok"


Setelah itu Aris dan Renata menjadi semakin dekat apalagi ditambah mereka sudah memiliki panggilan sayang masing-masing... Entah karena cinta monyet atau memang beneran menaruh hati, mereka berdua jadian setelah Aris dengan berani menembak Renata.


Hari demi hari mereka berdua jalani sebagai sepasang kekasih walaupun masih terbilang remaja dan tidak pernah melakukan hal yang lebih jauh dari sekedar pegangan tangan, saling rangkul hingga ciuman. Namun mereka sangat bahagia.


Hingga akhirnya mereka harus berpisah tepat setelah kelulusan mereka dari bangku SMP. Tak hanya itu, Renata memutuskan Aris karena dia tidak bisa jika harus jauh dengan Aris namun masih memiliki hubungan spesial. Walaupun tidak rela, Aris yang saat itu tidak bisa berbuat apapun hanya bisa merelakan wanita pujaan hatinya untuk pergi dan meninggalkan dirinya sendiri.


Renata beserta keluarga kembali ke kampung halamannya yaitu di Semarang, sedangkan Aris tetap di Surabaya bersama keluarganya. Aris tidak pernah berkomunikasi lagi dengan Renata karena Renata sudah mengganti nomor hapenya, Aris juga hanya mengetahui kalau Renata itu pindah ke Jawa Tengah namun dia tidak tau dimana lokasi tepatnya yang ditinggali Renata. Seiring berjalannya waktu, mereka berdua pun saling melupakan karena perjalanan hidup masa ABG mereka berdua baru saja dimulai.
.
.
.
.
Setelah mengetahui dan mengingat itu semua, Renata langsung menangis... Dia tidak menyangka bahwa lelaki tampan mahasiswa KKN itu adalah cinta pertamanya. Cinta yang sudah dia tinggalkan pada masa remaja dulu. Semua kenangan tentang Aris seketika tergambarkan dengan jelas di benak Renata, hingga tak sadar kalau perasaan yang dulu dirasakan olehnya pertama kali kini mulai kembali muncul.


..........


Kembali ke POV ARIS


Otakku bekerja sangat keras mengingat - ngingat segala kisah masa laluku dari semasa kuliah dan SMA.. Aku sampai memegangi kepalaku karena sedang berpikir keras.


Hingga akhirnya aku berada di ingatanku pada semasa SMP...


Aku ingat bahwa ada satu anak perempuan yang memanggil aku dengan sebutan "Mas Ar". Anak perempuan itu memiliki warna kulit yang hitam manis, tubuhnya agak gemuk namun wajahnya cantik dan senyumannya pun sangat manis.


Kalau gak salah, namanya adalah Tata...


Iya benar Tata... Tapi apa hubungannya Tata dengan Renata? Se pengelihatanku, mereka berdua itu berbeda orang. Renata yang disampingku memiliki kulit putih bersih dan tubuh yang langsing, sangat berbeda dengan Tata.


Eh tunggu dulu....


Baru aku sadar kalau senyuman Tata dan Renata ini mirip.. Walaupun wajahnya terlihat tidak mirip karena Tata memiliki pipi chubby sedangkan Renata pipinya tirus. Tapi tetap saja wajah mereka jika tersenyum itu mirip.


Tata...


Tata... Rena(ta) Pramudi(ta)...


"Ah iya aku baru inget kalo Tata itu aku ambil dari akhiran nama Renata Pramudita... Astagaaa jadi Renata ini adalah????" batinku


Aku akhirnya bisa menjawab semua pertanyaan yang ada di benakku saat ini.


Dengan tanpa basa - basi, aku langsung mengangkat kepalaku kemudian menatap mata Renata dalam - dalam...


"Kamu Tata??? Renata Pramudita???" tanyaku




Renata Pramudita (Tata)


Setelah ucapanku itu, air mata langsung mengalir membasahi pipi Renata. Ku perhatikan wajah cantiknya yang sedang menangis ini ternyata memang sangat mirip dengan Tata. Bedanya hanya di warna kulit dan bentuk pipinya.


Renata hanya mengangguk menjawab pertanyaanku sambil tetap menangis...


Tak berselang lama, dia berhambur memelukku.. Kedua tangannya sangat erat melingkar di punggungku. Kepalanya dibenamkan pada dadaku diingiri oleh suara isak tangisnya semakin kencang di dalam pelukanku... Aku tak bisa melakukan apapun selain membalas pelukannya dengan erat juga.


Tiba - tiba aku terbayang betapa indahnya masa pacaran kita berdua dulu meskipun tanpa melakukan hubungan seksual sedikitpun. Kangen banget rasanya sama pacar pertamaku ini, apalagi dia sekarang sudah sangat jauh berubah menjadi lebih baik dan jauh lebih cantik. Aku sungguh menikmati pelukan ini, aku usap punggungnya dengan rasa sayang.


Cukup lama kita berdua saling peluk hingga akhirnya tangisan Renata berhenti, kemudian dia melepaskan pelukannya...


"Udah dong nangisnya Ta... Cantikmu bisa luntur nanti" ucapku sembari mengulurkan tangan untuk menghapus semua air mata di pipinya


Renata tak menjawabku, namun dia tersenyum saat tanganku mengusap - usap kedua pipinya...


"Mas Ar... Maafin aku ya yang dulu udah mutusin hubungan kita secara sepihak. Aku benar-benar gak tau kenapa aku ngelakuin hal itu ke kamu jaman dulu, padahal kamu adalah orang yang paling baik setelah ibu dan bapak sepanjang hidupku, tapi aku malah tega banget udah mutusin kamu, ditambah aku juga langsung menghilang dari hidup kamu" ucap Renata panjang lebar dengan tulus


Aku tarik tanganku dari kedua pipinya, kemudian aku genggam kedua tangan Renata sambil kita berdua sudah berhadapan...


"Tata... Aku maafin semua permintaan maaf kamu walaupun sebenarnya aku gak merasa sedikitpun kamu berbuat kesalahan. Aku gapapa kok tenang aja, memang aku sempat kehilangan, namun aku juga akhirnya bisa ikhlas kok kalau waktu itu kamu meninggalkan aku... Lagian juga sekarang kamu udah punya suami dan anak yang lucu.. Aku justru bahagia kok Ta, aku bahagia setelah tau kalo kamu sudah bahagia dengan keluarga barumu ini" paparku

"Mas Ar... Aku kangen banget sama kamu" ucapnya sambil memandangku dengan tatapan sendu

"Entah aku juga bingung harus gimana menggambarkan besarnya rasa kangenku ini... Aku juga kangen sama kamu Tata.. Si ndutku yang sekarang udah gak ndut lagi" balasku sambil mendaratkan cubitan manja di pipinya

"ihhh mas Ar... Hmmm" rengek Tata dengan wajah cemberut namun bikin gemas rasanya


Setelah itu kita berdua hanya saling tatap tanpa mengucapkan sepatah kata... Wajah kita semakin lama semakin dekat hingga akhirnya bibir kita bersentuhan. Lembut sekali kurasakan bibir merah milik mama muda sekaligus bini orang ini.


Bibir kita berpagutan dengan mesra hingga kita berdua terbawa suasana. Tangan Renata kini melingkar di belakang leherku bersamaan dengan lidah kami yang mulai bermain, kita berdua saling balas hisapan dan lumatan hingga terdengar suara nafas Renata yang semakin berat.


"Mwaaahhh mwaahhh mmhhh mas Ar mwahhh mhhh mhhhhh"


Setelah beberapa menit kemudian, kita menghentikan percumbuan itu kemudian Renata kembali memeluk tubuhku. Hingga tiba-tiba terdengar suara motor Linda yang memasuki pekarangan rumah. Aku yang kaget dengan suara motor itu langsung mencoba melepaskan Renata, akan tetapi yg dibalas justru sebaliknya. Renata makin mengencangkan pelukannya padaku sambil semakin merapatkan posisi duduknya hingga menempel padaku.


"Ta.. Itu ada Linda, ayok lepasin dulu gih" ucapku sambil terus mencoba melepaskan pelukannya


Renata hanya membalas dengan menggelengkan kepalanya di dadaku sambil terus memelukku dengan sangat erat... Aku akhirnya tak bisa melakukan apa - apa lagi setelah mendengar langkah kaki Linda memasuki rumah.


"Assalamualaikum" ucap Linda seraya melangkahkan kaki memasuki rumah dengan Clara yang tertidur di dalam gendongan nya

"Astagfirullah apa ini???!!! Hei kalian ngapain??!!!" kaget Linda setelah melihat Renata yang sedang memelukku

"Ssstttttt Lin.. Pelanin suara kamu, itu Clara kan lagi tidur" sahutku mengalihkan pembicaraan


Linda yang mukanya masih memerah karena kaget dan kesal akhirnya bisa tenang setelah sadar kalau dia akan membangunkan Clara yang sudah dibuat tidur olehnya. Akhirnya Linda masuk ke kamar untuk membaringkan Clara kemudian balik lagi ke ruang tamu. Linda langsung duduk di sebelah kanan Renata yang sedang memelukku.


"Mbak Renata... Kenapa ini sebenernya??? Cepet bilang sama aku mbaaakkk.. Kamu diapain sama mas Aris?" tanya Linda sambil memegangi punggung Renata diiringi dengan ekspresi antara kesal campur khawatir


Lagi - lagi gelengan kepala yang Renata lakukan, sedangkan Linda masih menatap tajam Renata yang dengan erat memeluk tubuhku.


"MASSS!!" bentak Linda ke arahku dengan wajah merah padam menandakan sudah benar-benar marah

"Lin... Sekali lagi aku mohon pelanin suara kamu ya... Ini gak seperti yang kamu pikirin kok, kasian itu Clara kalo nangis lagi gara - gara suara kamu" sahutku mencoba untuk tetap tenang

"Yaudah jelasin cepet ada apa!!!" bentak nya lagi

"Hmmm huffftttt" aku menghela nafas dalam dalam

"Tata... Udah dong Ta meluknya.. Sekarang jelasin sama Linda dulu yuk, ntar setelah itu bebas deh kamu mau meluk lagi juga" rayuku agar Renata mau melepaskan pelukan

"Iya mas Ar" akhirnya Renata menjawab

"Hahh?? Tata? Mas Ar?" tanya Linda dengan tatapan menyelidik

"Udah jangan banyak tanya Lin... Sok Ta ceritain dulu semuanya ke Linda, aku jamin kalau Linda gabakal ember dan pasti bisa menyimpan semua rahasia kita" ucapku sambil melepas pelukan Renata


Setelah pelukan terlepas, terlihat wajah cantik Renata yang sudah mulai sembab karena isak tangisnya tadi...


"Mbak Ren abis nangis? Kenapa mbak?" tanya Linda sambil meraih kedua tangan Renata

"Gapapa kok Lin... Ini air mata bahagia tau" sahut Renata

"Hah maksudnya gimana mbak?"


Akhirnya Renata menceritakan kisah masa kecilnya yang bertemu denganku hingga menjadikan diriku sebagai cinta pertama nya namun diakhiri dengan berpisah dan baru bisa bertemu lagi sekarang. Setelah mendengar semua kisahnya, Linda pun bisa mengerti atas perilaku Renata yang memeluk erat tubuhku tadi.


"Kamu itu mas kok bisa - bisanya lupain cinta pertamamu loh... Liat deh mbak Renata segini cantiknya masa kamu lupa sih" ucap Linda

"Nggak kok Lin, aku juga sebenernya udah lupa sama mas Aris.. Aku baru inget setelah dikasih tau ibu bapak waktu malam hari setelah kalian pulang dari rumahku" potong Renata

"Tuh dengerin Lin... Lagian jaman SMP gitu masa harus inget terus, kan gak mungkin... Berarti kita berdua memang gak berjodoh kalau sampe pernah saling melupakan. Yaa setidaknya kita sekarang udh bertemu lagi dan saling meminta maaf atas segala kesalahan kita di masa lalu" balasku panjang lebar

"Iya betul mas" sahut Renata kemudian memelukku kembali

"Mbak Ren jangan gitu ih! Aku tau kalian itu mantan tapi jangan gitu dong" protes Linda

"Emang kenapa Lin? Kamu suka ya sama mas Aris?" goda Renata sambil menolehkan wajah ke arah Linda

"Ehhh.. Eng... Enggak kok mbak" sanggah Linda dengan wajah yg mulai memerah

"Masalahnya sebentar lagi anak - anak pada dateng loh mbak... Kalian mau dilihat masih pelukan???" lanjut nya


Akhirnya Renata melepas pelukannya, kita bertiga lanjut mengobrol hingga anak - anak lain pun mulai berdatangan...


..........


Pukul 16.00
Setelah ngobrol dengan anak - anak yang lain juga, Renata akhirnya pamit pulang dengan mengambil Clara yang ternyata sudah terbangun dan sedang bermain dengan Nisa dan Lala. Renata beranjak menuju motor lalu menaikkan Clara ke kursi bayi yang ditaruh di belakang kemudi motornya.


Aku mengantarkan Renata hingga gerbang depan. Sebelum dia berlalu, dia sempat berbisik padaku.


"Mas Ar.. Nanti kita atur waktu buat jalan ya mas. Aku masih pengen ngobrol banyak sama kamu" bisik Renata

"Aku pergi dulu ya mas Ar.. Assalamualaikum" lanjutnya


Belum sempat aku jawab, Renata langsung menarik tuas gas nya kemudian berlalu menuju rumahnya.


"Iya waalaikum salam Ta" tetap kujawab salam darinya meskipun motor yg dia tunggangi sudah melaju


Setelah kepergian Tata, aku hanya bisa menghela nafas dalam - dalam karena tidak menyangka bahwa kegiatan KKN ku kali ini malah mempertemukan diriku dengan wanita cantik yg tidak lain dan tidak bukan adalah mantan pacar pertamaku.


Waktu aku ingin masuk ke dalam rumah, Aisyah datang setelah selesai mengajar madrasah... Dia mengenakan gamis panjang, hijab lebar dan tak lupa dengan cadar yang selalu dia kenakan ketika keluar rumah.


"Eh eh Syah... Ikut ke belakang dong" tahanku ketika Aisyah ingin memasukkan motor ke halaman belakang

"ish kan tinggal jalan doang mas" sahutnya

"Sekali - sekali mau nyoba dibonceng ustadzah hehe" ucapku gada otak sambil naik ke jok belakang motornya

"Mas ntar diliat yg lain loh!" protesnya namun tidak memberikan gesture menolak

"Udah santai aja napa Syah... Kan cuma beberapa meter ini"


Mau tidak mau Aisyah melajukan motornya ke halaman belakang dengan membonceng diriku.. Padahal aku nebeng hanya beberapa meter doang ditambah akupun duduk tidak menempel padanya, namun terlihat banget Aisyah yang gugup atas tingkahku kali ini. Iyalah gimana gak gugup, secara mantan anak pondok yg alim begini pasti gapernah membonceng pria yang bukan muhrim nya. Sebenarnya yg mengajar di madrasah ada Aisyah, Abdul dan Amel. Namun Amel dapat jatah ngajar pagi, sedangkan Abdul tidak mau jika berboncengan dengan wanita, alhasil Aisyah bawa motor sendiri.


Pas sampai di halaman belakang, ternyata ada Ve sedang ngudud di gazebo. Dia seperti heran melihat aku yang dibonceng oleh Aisyah.


"Abis dari mana kalian?" selidik Ve dengan raut wajah cemburu setelah aku turun lalu mendekati dirinya

"Dari teras depan mbak Veeeee" sahutku santai

"Marahin tuh mas Aris nya Ve... Nyebelin banget" timpal Aisyah sembari berlalu masuk ke rumah


Aku hanya tertawa saja melihat Aisyah yang kesal itu, walaupun ditutupi oleh cadarnya tapi aku tahu betul kalau Aisyah sedang kesal oleh tingkahku.


Aku lanjut ritual udud sembari berbincang - bincang dengan gadis cantik yg pernah aku setubuhi ini... Entah aku yang terlalu ge'er atau gimana, Ve jadi semakin baik padaku saat ini. Dia memang tetap cuek seperti biasanya, namun kalau sedang bersamaku rasanya beda... Terasa banget kalau dia sekarang jadi lebih peka dan jadi perhatian padaku.


..........


Pukul 20.30
Pada malam jumat ini lagi - lagi di rumah hanya tersisa tinggal 2 orang saja... Semuanya sedang ke balai desa untuk menghadiri acara pengajian yg rutin dilaksanakan 2 minggu sekali. Selain aku yang nggak ikut karena kurang enak badan, disini ada Ve juga yang nggak ikut ke pengajian karena memang dia non-muslim.


Aku sekarang sedang rebahan sembari video call dengan adikku di kamar. Lagi seru - serunya ngobrol bareng adikku, tiba - tiba Ve datang ke kamar sambil membawa teh hangat.


.........................................................................................


B E R S A M B U N G


.........................................................................................
 
Terakhir diubah:
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd