Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Senyum Manis Widya

Babak 4

"Cha!"

tiba-tiba dia memelukku dan menangis sejadi-jadinya. "iyo Mas aku bingung saiki, aku kudu piye"
Bay mau untuk tanggung jawab tapi takut sama orang tuanya, icha lebih-lebih lagi, dia tidak takut kalo hanya dimarahi atau dihukum, tapi dia takut kesehatan Abah dan Uminya bakalan terganggu. jadi mestinya sewaktu mereka menginap bersama itu.
"lha piye kok bisa lho"
"lha jarene bay ra enak nek nganggo karet, lha kok dilebokne ra suwe metu, yo telat nyabute"
"owalaah padahal yo wes ra bocah lho, kok koplak sih kalian"
"iyo Mas enak sih mung diluk tok, dadi rasane kuwi keri-keri trus.."
"hush, piye to malah bahas kuwine" aku memotong penjelasan Icha daripada nanti dia bercerita detail dan sungkan kan kalo, kelihatan kontolku mengacung. karena daritadi aku sudah menahan, ketika dipeluk icha dan susunya menempel ke aku, dia mepet sekali tanpa sungkan, kontolku mepet ke perutnya. kalau ditambah cerita seperti ini, tidak bisa lagi aku menahan untuk tidak ngaceng.

"kamu mau gimana Cha, aku bantu wes apapun itu"
“Kata Si Robby dia punya pil yang bisa jatuhin mas”
“Cha!, kamu ga takut dosa”
“mau gimana mas, aku ga tega, cuman aku ga mau Abah Umi kenapa-kenapa gara-gara ini. ini si Bay udah beli Mas, nanti malam diantar kesini, cuman aku mau minta tolong Mas Yud”
“iya gimana dek”
“temani aku yah, pas jatuhin, please mas”
“iya gapapa sama bay juga kan”
“ngga mas, bay ga ikut, takut dia sama darah katanya, takut aku kenapa-napa”
pikirku, gimana sih ini pacarnya, katanya takut ceweknya kenapa-napa gantian waktu genting gini malah takut. tapi bener juga nanti malah ngerepotin kalo ikut pingsan atau apa.
“ya udah kapan? dek”
“Nanti malam ya mas, aku kabarin”

aku pulang sambil menerawang, aku belum pernah melakukan ini, atau menemani siapapun melakukan hal ini. kuparkir RX Kingku, dan tengak tengok ke arah toko, siapa tahu ada Widya. ternyata tidak ada. dengan kecewa aku melangkah menaiki tangga.

“Yud makasih lampunya ya”
“sama-sama bu” aku menoleh ke bawah dan ternyata ibu kost pulang dari latihan. kelihatan belahan dadanya yang penuh. aku terpana.
“kamu lihat apa jangan kurang ajar”
“lho bu maaf ngga kok ngga liat apa apa saya”
ibu kost segera menutupi belahan dadanya dan pergi memasuki rumah. sewaktu berbalik kelihatan pantatnya yang besar bergerak memantul. eh udah, malah ketauan lagi nanti berabe. kenapa tadi juga aku lihatin, wah, salah deh aku. siap-siap pindah kost ini. jauh deh dari Widya. duuh. gimana sih aku ini,

-Mas ibu kok marah-marah, ada apa?-
ternyata bu kost tidak cerita ke Widya, untunglah, bisa dianggap apa aku ini.
-Ga tau mbak-
-Mas sih gitu, kursi masa ga dibalikin, abis ganti lampu, ibu kesandung kakinya, jarinya bengkak itu-
-oh maaf maaf, saya perlu kesana kah?-
-kata ibu ga perlu Mas-
-oke mbak sampaikan maaf ke ibu ya mbak-
-ok-

kok ibu kost ngga cerita yah?, apa mungkin malu yah untuk kejadian seperti itu. ya sudah lah, aku kemudian mandi dan merebahkan diri ke kasur. membuka-buka status WA melihat status Icha yang hanya berlatar gelap.

jam 20.00 perutku mulai lapar, aku merebus mie kaldu ayam dengan topping telur ceplok di taburi boncabe level 30. sedap sekali, handphoneku berbunyi ada WA dari Icha.
-Mas kamar 217, Santika Wahidin-

kok Icha bisa keluar yah? wah jangan-jangan dia kabur. aku menunggu dengan cemas apa ada wa dari Abah atau Umi. ternyata aman.

sekitar jam 23.00 aku sampai di lobby hotel disambut oleh resepsionis yang manis, lumayan buat penghilang rasa dingin abis kehujanan dijalan. untung bajuku ngga basah banget, hanya celana yang agak basah.

ku ketok dan bel, kamar 217 dilantai 2. tanpa ada jawaban pintu terbuka, terlihat muka Icha nongol sambil membuat tanda diam dibibirnya

“njih Bah, kula atos-atos, menika sampun badhe tilem bah” ternyata dia pamit untuk menginap dirumah temannya di daerah Menganti perbatasan Gresik Surabaya

aku masuk cuman ada tas Icha yang ditaruh di tempat tidur dan tv yang menyala, lampu remang-remang khas kamar hotel dan lagu dari TV yang membuat tempat ini nyaman. memang beda hotel berkelas dan hotel biasa yang dulu aku tempati sewaktu bercinta dengan pacarku di kaliurang Jogja. hotel 60 ribu dapet kopi atau teh, hehehe sederhana tapi indah.

Icha mengambil obatnya yang sudah di berikan oleh Bay. dia menyerahkan nya kepadaku, aku membacanya Cyt****. iya ini sepertinya yang dibicarakan sama kawan-kawan dulu. tapi efeknya juga bakalan parah ke pemakainya. sebenernya ini obat lambung tapi memang biasa digunakan untuk *********an.

“kamu udah siap beneran ini dek?” kataku memecah keheningan
“iyo Mas piye meneh, cuman..” icha tertahan,
“aku harus minta tolong mas 1 lagi” sembari dia duduk di pinggiran tempat tidur.
“apa Cha? kalo mas bisa bantu mas bantu”
“Mas harus nidurin icha”

“CHA? yang bener aja jangan gitu” aku beranjak untuk segera keluar dari kamar. Bukan tidak mau, munafik itu namanya. tapi posisi Icha siapa dan bagaimana baiknya Abah ke aku yang membuat aku tidak mampu hanya memikirkan saja untuk memacari anak-anak pak haji. kalo boleh jujur, ketika Icha bilang bahwa aku diminta menidurinya dengan suara manja, ada sedikit rasa geli di kontolku, seakan menyambut ajakan itu. bukan manja kepadaku, namun memang suara icha terkesan kekanakan dan manja.

“Tunggu Mas, Bukan gitu, ini harus gitu” icha menarik tanganku dan memegangnya dengan kencang, sehingga tubuhnya menempel di tangan kiriku. “Mas sabar dulu”
“apa?” aku hanya menjawab pendek dan kembali duduk, karena jika aku teruskan pasti Icha bisa tertarik dan mungkin terjatuh.
“Gini Mas, obat ini emang harus didorong pake itunya Mas biar bisa masuk sempurna” . sebagian diminum juga. “Bay mana? harusnya bay donk dek” aku masih emosi karena teringat pacarnya yang setengah-setengah saja bertanggung jawab.
“Bay ga berani mas, aku juga sebel sama dia sebenarnya, cuman ya sudahlah dia tetep mau bertanggung jawab kok sebenarnya. mau ya mas?” setengah bergelendot dan mukanya memelas.
aku bergegas bangun dari duduk dan bilang “iya dek” karena sebenarnya pembicaraan ini menggugah kontolku yang sedang tidur karena kedinginan. untuk menutupinya aku berjalan ke arah jendela, dan melihat keluar dari jendela yang besar itu.
“ya udah yuk mas”
tanpa waktu lama, icha melepas celana jeans nya dan kemudian celana dalamnya. kemudian Icha tidur terlentang di pinggir ranjang sambil kakinya terbuka.

temaram cahaya kamar membuat wajah manis Icha tampak cantik, dia tidak melepas kemejanya putihnya sambil menoleh ke arahku dia memanggilku

“Mas”

aku berjalan menghampirinya, dan melihat ke arah memeknya yang mungil dengan Rambut tipis di atasnya aja, tapi di sekeliling sudah bersih. pahanya mulus hanya ada tanda lahir di bagian paha kanan dalam, perutnya masih terlihat kecil karena memang belum ada 2 bulan.
“dek beneran ini?”
“iya mas, aku pengen mas, karena aku percaya sama mas”
“ya udah dek obatnya mana?”
“mas buka dulu celananya”
aku hanya terdiam, aku setengahnya tidak sampai hati, tapi setengahnya sange karena situasi ini.
tiba-tiba icha bangun dan mengulurkan tangannya ke arah kancing celanaku, retsleting dibukanya dan muncullah kontolku yang sudah mengeras.
“eh” Icha tersentak “kalo ini mana cukup mas, beda sama punya Bay tapi pasti bisa sampe dalem sih obatnya” sembari tangannya mengukur panjangnya kontolku memakai jarinya. tangan kirinya terlihat kebawah mengukur memeknya juga. Dia segera berbalik terlentang dan menunjukkan memeknya kepadaku, terlihat di garis memeknya mengkilat terkena pantulan cahaya TV.
“obatnya mana dek” Pikirku ya udah bentar aja didorong terus sudah karena toh ini hanya prosedur.
“jangan pake obat dulu mas, takutnya ngga masuk itu punya mas di Icha, coba dulu aja mas”
bener juga sih, aku sudah tidak berpikir yang ini itu. aku berjalan mendekati ranjang tempat Icha terlentang, dan aku mencoba untuk mengarahkan kontolku ke memek Icha. Icha mendesis “ssh” ketika ujung kontolku mengenai itilnya. trus kuarahkan ke lobang dan ternyata tidak bisa, karena memang lobang memek icha imut sekali dan Icha belum terlalu basah. “au” icha merintih kecil
“Tuh kan mas ngga cukup, gimana donk mas”
kalo gini ngga selesai-selesai. kemudian kepalaku turun ke memek icha dan mulai menciumi dari lutut, turun ke paha dalam, dan kemudian lidahku beradu dengan itilnya.
“mass”
“geli, ini apa, mas ngapain”
paha icha menjepit kepalaku, tapi lidahku tetap tidak berhenti untuk mengeksplorasi memeknya. setelah itilnya keras, mulai lidahku bergeser ke arah bibir memeknya, aku menciuminya layaknya ciuman bibir.
icha menggelinjang dan mendesis desis “ssh” “ssh” jepitan pahanya melunak, kemudian malah terbuka lebar. aku melanjutkan ke lobang memeknya, yang sudah berlimbah lendir dan bercampur ludahku. lidahku kumasukkan ke dalam lobang memeknya, memang sangat sempit namun lama kelamaan kendur dan lidahku bisa leluasa bermain. tidak lama Icha mulai bergerak tidak tentu arah, icha bangun dari tidurnya tangannya menekan kepalaku ke arah memeknya, sembari pantatnya bergoyang-goyang. memaksa mulutku untuk beradu dengan memeknya lebih kencang. dan tiba-tiba rambutku dijambak. “Masss” Masss “Enaaaak” sambil menjatuhkan diri ke belakang tapi aku tetap memegangi pantatnya dan menghisap memeknya kuat-kuat agar semua cairan itu masuk kemulutku. Slurrrp. Slurrrp.
icha menoleh ke arahku dan bilang “aku diapain mas”
aku bilang ini pemanasan dulu, foreplay agar memekmu bisa dimasukin dek. Icha mengangguk dan tanpa sadar tangan kirinya menelusup ke arah Bajunya dan meremas-remas susunya dari luar.
“Mas kok gini yah aku rasanya, gerah geli, campur-campur”
aku bukain yah dek? icha menjawab “kaos mas dulu lepas”
setelah melepas kaos, dari antara pahanya aku membuka kancing kemejanya dan terlihat bra senada dengan celana dalamnya, setelah aku buka terlihat susu ranum khas dengan puting coklat muda, serasi sekali dengan kulit icha. tangan icha memainkan putingnya sendiri dan dia melenguh-lenguh “mas” “memekku gatal, geli” tiba tiba kaki icha merangkul pinggangku dan menariknya. aku terjatuh kedepan tapi masih bisa menahan dengan kedua tanganku. Icha menatapku tajam

“Masukin mas”
pelan aku memasukkan kontolku ke dalam memek icha, icha seperti tertahan, menggigit bibir bawahnya. dan tangannya merepas tanganku. memeknya meregang mencoba untuk menyesuaikan kontolku.
“gimana dek? lanjut” icha melihatku dan mengangguk
aku kemudian menarik sedikit dan memasukkannya lagi untuk membiasakan memeknya icha dengan keberadaan kontolku. dan akhirnya bless kontolku masuk. Aku dan icha berbarengan melenguh “ohmm” reflek pinggulku bergerak-gerak dan Icha semakin menikmatinya.
aku berusaha menepis rasa sange yang sangat parah ini dan bilang |
“udah ya cha mas cabut ambil obatnya”
tiba-tiba icha menjawab “ngga mau, mas enak” dan dia menggoyangkan pantatnya membuat kontolku semakin keras dan terasa sangat nikmat. reflek aku membalas goyangannya dengan sodokanku. mata icha terbelalak dan berteriak “ughh”
aku mulai dengan goyangan pelan, kuangkat kaki icha dan kupeluk dua-duanya didada sembari tetap aku memompa memeknya, icha mengejang, dan tangannya berusaha menggapaiku tapi terlalu jauh, akhirnya dia meremas tempat tidur dan “ahhh enak masss”
aku sudah lupa dengan maksudku kesini dengan Icha, ku pompa terus memek icha dengan kencang, keluar bunyi plop plop dari memek icha tanda sudah sering orgasme.

sayup-sayup terdengar suara lagu dengan lemas Icha menoleh ke samping. Icha terbelalak dan teriak “ABAH Mas” aku sontak mencabut kontolku dan menengok kanan kiri, pintu kamar masih tertutup, jendela juga.
dengan panik dia mengangkat HP “diangkat ngga ya mas?”
jangan aku bilang, aneh kan. nafasku memburu, pikiranku kacau, karena tanggung banget karena aku belum keluar. aku berusaha menenangkan diri dengan duruk di pinggiran tempat tidur sambil kontolku masih menegang sempurna, berlapiskan lendir orgasme icha, baunya menyeruak membuatku susah untuk menghilangkan sangeku.
“Abah WA mas”
icha menunjukkan kepadaku
-angkat nduk wes rapopo abah ra nesu-

Icha tidak berani membuka WAnya, dia hanya scroll dari depan deg-degan
ringtone WA berbunyi lagi
-wes ojo diterusno, kuwi putuku nduk-

pikiranku jadi semakin kacau, apa Abah tau semua, dengan siapa Icha sekarang, tahu darimana. belum lagi kontolku yang tidak mau lemas sangat tidak enak kondisiku sekarang. aku menoleh ke arah Icha.

Icha terlihat mengetik sesuatu dan menoleh ke arahku tersenyum.
“Abah ngga marah mas” Icha disuruh pulang aja, yang ngomong ke Abah si Umi. Umi dikasih tau sama Mbak Dila setelah di ceritain sama orang tuanya si Bay. ya gitu lah mas.
“lho mas kenapa?” Icha beringsut ke arahku. “oh iya maaf sini mas icha bantuin” dia melihat ke arah kontolku yang masih tegak mengacung.
“udah gpp cha biarin aja, ntar kan ya lemes sendiri”
“gapapa mas, Icha sering kok kocokin punya Bay” dia berjongkok didepanku meraih kontolku dengan lembut, dan mulai mengocok rasanya sangat enak karena masih terlapisi dengan lendir orgasme icha. kemudian sorot mata icha berubah sayu, tangannya mulai memegang dan memainkan itilnya sendiri. lama -lama icha mulai kelihatan cape, karena pejuku tidak menunjukan mau keluar. dia kemudian bilang mas merem aja biar fokus, sambil rebahan yah. aku menurut saja karena daripada tidak sama sekali, malah sakit semua di badan. aku merem dan menikmati kocokan icha, memusatkan pikiranku agar cepat keluar, tiba-tiba kontolku terasa lebih enak, dan ada yang menindihku. aku membuka mata ternyata Icha sudah diatasku memompa kontolku dengan memeknya yang sudah basah.
“Cha?”
“tangan icha pegel mas, siapa tahu dengan begini lebih cepat mas keluar” sambil terengah-engah dia menjawab. goyangan icha mulai menjadi-jadi tangannya mulai meremas dadaku. “mass, mass, kok malah ich..a yang ke..luarrrr” aku segera mengangkat sedikit pantat icha dan mulai memompa memeknya dari bawah, tanpa babibu langsung aku goyang dengan kecepatan tinggi. “aahhh Chaaa Mas keluarrr” pejuku menyembur kedalam memek icha, icha sekali lagi kelihatan menggelinjang pada waktu menerima pejuku. “ahhhh” kemudian dia ambruk didadaku dan nafas kami saling beradu.


“Icha maaf ya jadi gini”.
Tanpa memalingkan muka, masih menaruh kepalanya di dadaku Icha menjawab
“Mas jangan minta maaf, Icha kok yang minta, kapan-kapan boleh….eh maaf mas ngga jadi?”
“kenapa Cha?”
“gapapa mas, Icha ga bakal lupa aja sama malam ini”
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd