Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG SISI LAIN

Status
Please reply by conversation.
Berhubung kendala pekerjaan yang mengharuskan saya pergi ke luar pulau,
mohon maaf tidak bisa update senin kemarin seperti yang dijanjikan
naskah untuk update sudah jadi dan sedang di percantik oleh master Jo..
mudah-mudahan besok malam sudah bisa tayang..

untuk menutupi rasa penasaran ane kasih spoiler...

"Ci Meilin pacar lo yee" tanya Zahrah dengan nada cemburu sambil menuang air dari gentong ke dalam panci.

"Ini cewek kalo ngomong ga ada basa basinya" pikirku

"Segitu doang permaenan anak tuan Liem yang terhormat ?" ejek Zahrah sambil menaikkan bibir atasnya

"Kurang ajar..." seru Meilin sambil berdiri dan dan kembali menyerang Zahrah

"Huh jurus pamacan mau belagak didepan gue !"

Kembali tubuhnya maju dan kepalan tangannya tiba-tiba sudah berada di depan wajah ku, terasa udara di sekitar seperti sempit yang membuat nafas dan tubuhku terasa berat...
 
Berhubung kendala pekerjaan yang mengharuskan saya pergi ke luar pulau,
mohon maaf tidak bisa update senin kemarin seperti yang dijanjikan
naskah untuk update sudah jadi dan sedang di percantik oleh master Jo..
mudah-mudahan besok malam sudah bisa tayang..

untuk menutupi rasa penasaran ane kasih spoiler...

"Ci Meilin pacar lo yee" tanya Zahrah dengan nada cemburu sambil menuang air dari gentong ke dalam panci.

"Ini cewek kalo ngomong ga ada basa basinya" pikirku

"Segitu doang permaenan anak tuan Liem yang terhormat ?" ejek Zahrah sambil menaikkan bibir atasnya

"Kurang ajar..." seru Meilin sambil berdiri dan dan kembali menyerang Zahrah

"Huh jurus pamacan mau belagak didepan gue !"

Kembali tubuhnya maju dan kepalan tangannya tiba-tiba sudah berada di depan wajah ku, terasa udara di sekitar seperti sempit yang membuat nafas dan tubuhku terasa berat...
Udah ga sabar nunggu apdetnya...
 
Berhubung kendala pekerjaan yang mengharuskan saya pergi ke luar pulau,
mohon maaf tidak bisa update senin kemarin seperti yang dijanjikan
naskah untuk update sudah jadi dan sedang di percantik oleh master Jo..
mudah-mudahan besok malam sudah bisa tayang..

untuk menutupi rasa penasaran ane kasih spoiler...

"Ci Meilin pacar lo yee" tanya Zahrah dengan nada cemburu sambil menuang air dari gentong ke dalam panci.

"Ini cewek kalo ngomong ga ada basa basinya" pikirku

"Segitu doang permaenan anak tuan Liem yang terhormat ?" ejek Zahrah sambil menaikkan bibir atasnya

"Kurang ajar..." seru Meilin sambil berdiri dan dan kembali menyerang Zahrah

"Huh jurus pamacan mau belagak didepan gue !"

Kembali tubuhnya maju dan kepalan tangannya tiba-tiba sudah berada di depan wajah ku, terasa udara di sekitar seperti sempit yang membuat nafas dan tubuhku terasa berat...
dah pastinye bang...ane bakal tungguin....
 



Sisi Lain Theme Song



Kau Jauh dan Dekat


Tempat mu dan tempat ku tak sama

kita terpisah jarak yang jauh

kau berada disana

selalu tercium pekat di nafas ku


walau rasa ini slalu merindu

tapi ku percaya kau disamping ku

ku pejamkan mata ku

percaya pada cinta mu

kau disini.....


kau memang jauh...

tapi kau dekat...

tak bisa ku sentuh..

tapi kau ada..


kau beri ku..

waktu sempurna..

kau akan ku gapai...

sejauh apa pun.... itu......



 
S I S I L A I N





MULUSTRASI


EKI


MEILIN


ZAHRAH


UCUP


BABEH SARMILI


?????



719b58865724044.jpg
[/URL] [/IMG]

00d9f4865724014.jpg
[/URL] [/IMG]


terima kasih untuk om @jodoaNG yang sudah memberi warna untuk chapter kali ini



Chapter 9 : Legenda Golok Terbang



Aku mengikuti gadis tersebut berlari kecil dari belakang. Dia menggenggam tanganku, rambutnya yang hitam lebat tergerai dan menari dengan gemulai diatas pundaknya. Hampir dua ratus meter kami berlari meninggalkan Ucup, tapi tidak ada tanda kalau dia kelelahan, bahkan deru nafasnya masih terdengar teratur. Gadis ini beda dengan Gita, jika membandingkan gadis ini dengan Gita, seperti mengembalikan memori keindahan aku dengannya.


Ada satu hal yang ingin aku tanya ke pembaca... apakah kenangan cintaku dan Gita saat ini adalah bentuk past atau future ? (silahkan jawab di kolom komen)


Tiba-tiba langkahnya terhenti, lalu menoleh ke arah ku yang mengikutinya dari belakang.


"Dah jauh keknya" ucapnya sambil memperhatikan ke arah belakangku.


"Ucup ?" tanya ku memastikan.


"Iya.... yuuk lanjut"


"kemana ?" Tanyaku bingung.


"Katanya mau ke tempat kakek " yang terlihat riang


"Tapi aku belum kenal"


"Udeeh... Nanti gue kenalin" Ujarnya sambil menarik tanganku untuk kembali melanjutkan perjalanan.


"Sebagai ?"


Mendengar pertanyaanku barusa, dia menghentikan langkahnya. Tapi genggaman tangannya tetap tidak dilepaskan. Kemudian dia menatapku.


"Maunya sebagai apa ?" Sambil memperlihatkan wajahnya dengan serius


"Sebagai pacar boleh ?" mendadak iseng ku kambuh


Wajahnya terlihat kaget, seakan tidak menyangka kalau aku akan mengajukan kalimat tersebut. Dia melepaskan genggaman tangannya dari tanganku dan


Plaaakk......


Sebuah tamparan yang cukup keras mendarat di pipiku. Aku kaget dan meringis kesakitan menerima tamparan dari Zahra. Wajah galaknya kembali kumat.


"Jangan dikira, mentang-mentang lo ganteng, dan sodaranye Ucup bisa ngomong seenaknye sama gue" Bentaknya sambil melotot


"Iss siapa yang ngomong seenaknya.. lagian cuma becanda malah kena tampar" ucap ku sambil berlalu meninggalkannya.


"Eehhh... mo kemane ?" Panggil Zahra, nada suaranya sudah berubah menjadi pelan dan lembut. Sepertinya dia dihinggapi rasa bersalah karena sudah menamparku wajahku.


"Pulang" Jawabku asal tanpa menoleh kearahnya.


"Katanya mo ke tempat kakek.... !! Kalo mo pulang, balik lewat jalan tadi" Ujarnya sambil berlari kecil menghampiriku, dan berjalan disampingku..


Aku cuek, dan terus berjalan tanpa menoleh kearahnya, dan saat kami tengah berada di persimpangan. Aku langsung mengambil kearah kanan. Walau aku tidak tau, jalan itu menuju kemana.


"Kok belok kanan... rumah kakek disebelah...." ucap Zahrah. Namun ucapannya tidak dilanjutkan seiring aku menghentikan langkahku.


Sekitar lima meter di depan kami, sebuah pohon rambutan tumbuh dengan buah yang begitu lebat. Di bawah pohon itu, seorang gadis tengah berdiri dengan posisi bersandar ke batang pohon rambutan dengan tangan menyilang di depan dada. Kepalanya tengadah keatas, memandangi buah rambutan yang mulai ranum


"Meilin.....?!?"


Meilin menoleh kearahku dan tersenyum manis, dia berjalan menghampiriku.


"Yuk kita pulang Ki..." Ajaknya sambil mengulurkan tangan.



"Lo mao ke tempat kakek kan...." ucap Zahra yang langsung memotong ajakan Meilin. Zahra langsung menggamit lenganku dan menarikku untuk mengikuti langkahnya.


"Mau bawa Eki kemana ?" Tanya Meilin sambil mengejar kami.


Zahrah menghentikan langkahnya dan berbalik menghadap Meilin, tangannya masih tetap menggengamku


"Apa urusan lo ?" ucap Zahrah sewot


"Urusan ku lah, Eki tamu dirumah ku" Timpal Meilin tak kalah sewot.


"Denger yaa nona muda Meilin, Eki sekarang mo namu (bertamu) di tempat gue, ngerti !!"


"Mau terima tamu malah ditampar" Sindir Meilin


"Kok jadi lo yang ga terima ?" Ujar Zahra seolah menantang.


"Gak.... !!! Ayo Ki kita pulang" ucap Meilin sambil menarik keras tangku.


"Enak aje lo mo bawa Eki" Zahra berusaha menepis tangan Meilin yang menggenggam tanganku dengan tangan kanannya.


Aku hanya diam. Sesekali aku memandang mereka secara bergantian. Aku merasa seperti pangeran kodok yang sedang di perebutkan oleh dua orang Putri Perkasa yang berasal dari dua kerajaan yang sedang bertikai.


Meilin merasa kesal karena Zahrah menepis lengannya dengan kasar langsung menurunkan tangannya kebawah menghindari tepisan, seraya Meilin melangkahkan kaki maju melancarkan serangan ke arah ulu hati Zahrah dengan sikutnya.


Zahrah yang sudah siap dengan kemungkinan yang akan terjadi, segera mengantisipasi serangan Meilin dengan menahan bagian samping siku Meilin dengan telapak kirinya, lalu menyapu kaki kanan Meilin yang maju dan terbuka dengan kaki kirinya.


Buukkk..!


Guubraaakkk...!


Meilin yang tidak menyangka kalau Zahrah akan menyapu kakinya, terjengkang jatuh.


"Segitu doang permaenan anak tuan Liem yang terhormat ?" ejek Zahrah sambil menaikkan bibir atasnya


"Kurang ajar..." Seru Meilin geram.


Meilin kembali berdiri dan langsung menyerang Zahrah. Kali ini jari manis dan jari kelingking juga jempolnya ditekuk, sementara jari telunjuk dan tengah membentuk seperti sebilah pedang yang langsung menyerang ke arah leher Zahrah.


Mendapatkan serangan dari Meilin. Zahrah langsung menundukkan badannya, namun kali ini serangan tangan Meilin hanya tipuan. Dengan menarik tangannya kebawah, tubuh Meilin juga ikut menunduk dan langsung menyapu kaki kiri Zahrah. Alhasil sekarang giliran Zahrah yang jatuh akibat serangan Meilin.


Gubraaaaakkk


"AUUUUHHGG...!"


Meilin tampak tersenyum puas setelah melihat Zahra jatuh akibat serangannya, dan membuat skor menjadi imbang, satu vs satu


Aku segera menghampiri Zahra dan membantunya untuk bangkit berdiri. namun ketika tanganku hendak menyentuh tangan Zahra. Tangan Meilin langsung memegang tanganku dan menarikku pergi.


"Jangan mau Ki" teriakan Zahrah kencang.


Zahra yang merasa tidak puas dan tidak senang melihat Meilin membawaku pergi, segera melompat dan menarik tangan kanan ku dengan posisi jongkok dan mencondongkan tubuhnya sedikit kebelakang. Saat adegan tarik menarik itu. Genggaman tangan Meilin terlepas dari tanganku, Alhasil tubuhku tertarik ke arah tubuh Zahrah dan kami berdua jatuh ketanah.


Buuuukkkkk.......


Aku pun sukses mendarat di atas tubuh Zahrah, persis seperti peristiwa tadi subuh ketika aku mendarat di atas tubuh Meilin.


Aku melihat wajah Zahrah yang teramat dekat, tampak senyumnya mengembang dan binar-binar matanya terlihat indah. Dadanya terasa terhimpit ditubuh ku, kencang juga ternyata pikir ku. Beberapa detik kami berdua tertegun saling pandang, sampai terdengar suara...


"Lo apain cucu gua"


Aku langsung menoleh ke arah datang suara tersebut. Terlihat sosok berwarna hitam berkelebat dengan cepat, kakinya tidak memapak tanah, melainkan berlari dengan menginjak ujung rumput, tanpa merusak rumput tersebut. Sungguh kekuatan peringan tubuh yang sangat hebat, dan saat dia sudah berdiri di sampingku yang masih menindih tubuh Zahra, sosok tersebut langsung melayangkan kakinya kearah pinggangku.


Haaaaaaaa.....!!


Tubuh ku reflek berguling kekanan menghindari serangannya yang begitu tak terduga, angin tendangannya terasa dan melemparkan dedaunan disekitarnya. Namun penyerang itu terus mengejar tubuh ku yang berguling dan berusaha untuk menginjak dada ku yang sudah dalam posisi telentang.


Braaaakkk.......!


Kekuatan yang sangat hebat. Serangan kakinya bukan sembarang serangan. Tapi sebuah serangan yang mengandung tenaga dalam, aku bisa merasakan hawa panas dari kakinya, beruntung aku bisa menghindar dengan menggeser tubuh ku kesamping dengan bertumpu pada sikut kanan ku. Dan aku bisa melihat bekas dari hentakan kakinya itu. Tanah tempat aku telentang tadi amblas sekitar lima centimeter terkena hantaman kakinya.


Serpihan tanah dan batu kecil yang terbongkar akibat hentakan kakinya yang mengandung tenaga dalam terasa mengenai wajahku, kembali tubuhku seperti tak bisa ku perintah, tangan kiri ku bergerak memutar menyerang kearah kaki nya yang masih amblas ke tanah.


Dengan cepat, si penyerang tadi menghindar dengan mengangkat kakinya, aku langsung bangun dan memasang kuda-kuda dan menyerang balik, beberapa kali seranganku berhasil dihindarinya, merasa kewalahan menerima seranganku orang tua itu mundur kemudian dia memasang kuda-kuda untuk menyambut seranganku.


"Huh jurus pamacan mau belagak didepan gue !" Bentaknya.


Kembali tubuhnya maju, kepalan tangannya tiba-tiba sudah berada di depan wajah ku, terasa udara di sekitar seperti sempit yang membuat nafas dan tubuhku terasa berat. Dan saat pukulannya sudah mau mendarat, terasa aliran hangat mengalir dari tulang ekor ku dan menyebar ke seluruh tubuh.


BRAAKK... KRAAAAK....!


Punggung tangan kiri ku bergerak ke atas menghantam sisi bawah kepalan tangannya, kemudian bergerak ke bawah menghantam susulan serangan tangan kirinya yang mengarah ke ulu hati. Tubuhnya kemudian meliuk berputar mengikuti hawa serangan ku. Sementara tangan kanan ku masih berada di atas kepala seperti menggaruk-garuk rambut ku menantikan serangan orang tersebut.


"PAMONYET GUE LAWAN PAKE JURUS MELIPAT BESI"


Ujarnya sambil mencoba menarik lenganku yang berada di depan dada. Angin panas terasa menerpa dada ku. Tangan kirinya dengan cepat mencoba meraih lengan kiri ku sementara tangan kanannya bergerak menyusul mengarah dari bawah meninju ke arah dagu, Aku melompat ke samping menghindari serangan-serangan cepat dari kedua tangannya. Namun saat dia melayangkan tinju tangan kanannya, ternyata hanya tipuan, dia merobah tinjunya menjadi serangan dengan sikutnya, dan berhasil mendarat di dadaku.


BUUUGG....


Aaaaa.......


Akupun terjatuh ke belakang dan terguling beberapa kali sambil menahan rasa sakit di dada ku. Ku lihat Meilin langsung melompat kedepan ku untuk menjaga dari serangan orang tersebut. Sementara Zahrah membentangkan tangannya menghadang penyerang tersebut.


"JANGAN KEK.... EKI TEMAN ZAHRAH !!" teriak Zahrah


Aku mencoba berusaha duduk sambil meringis kesakitan dan memegangu dada ku. Aku sempat berpikir, kalau kemungkinan penyerangku barusan adalah babeh Sarmili kakeknya. Ku lihat dengan jelas sosok yang menyerang ku tadi. Seorang pria yang sudah berumur, Dadanya tampak terbuka memperlihatkan otot-otot dada dan lengannya yang masih terlihat kekar di usianya yang tua. Dikepalanya tampak betengger peci hitam serupa dengan warna celana pangsi yang dikenakannya.


"Baru jadi temen dah kurang ajar.. Zahrah minggir.... biar engkong injek pala nih bocah biar tau adat !!"


"Jangan kek, Zahrah yang salah tadi narik Eki sampe jatoh... Eki buru sini..." ucap Zahrah memanggilku.


Sambil meringis aku bangun mendekati mereka berdua, Meilin berusaha membantuku berjalan dengan memapah ku.


"Kenalin kek, ini yang namanya Eki, tadi kite mao kerumah kakek, cuma ade salah paham aje dikit, jadinye yaa kek gitu.."


Babeh Sarmili menatap ku, pandangannya seperti meneliti dari ujung rambut hingga kepala. Lalu pandangannya membentur ke mata ku.


"Ade hubungan ape lo same Ki Saifi Angin, kenape bisa lo pake jurusnye ?"


Aku yang tak mengenal nama yang disebutkannya , hanya terdiam mencoba berpikir.


"Eki tidak tahu siapa yang Ki Bangor sebut, karena dia bukan berasal dari sini" Timpal Meilin.


"Siape lo... tau-tauan gelar gue " tanya Babeh Sarmili, raut wajahnya berubah, matanya memperhatikan Meilin dari atas ke bawah.


"Lilin ?" ucapnya memastikan tebakannya


"Iya kek saya Meilin"


"Lilin anak master Liem ?


"Iya ki Bangor..."


Sontak keduanya tertawa, aku dan Zahrah hanya bengong menanti ke arah mana pembicaraan ini nanti. Ku lirik ke arah Zahrah, tampak matanya selalu memandang Meilin dengan penuh tanda tanya dan kebingungan, karena Meilin yang memberi tanda hormat segera di peluk oleh babeh Sarmili.


"Waktu keknye cepeet banget... Dulu Lilin masih kecil waktu terakhir ketemu, Gue kasih nama Lilin karena lo waktu kecil lincah banget kek nyala lilin, gerak kesono kemarih gak pukul lagu" ucap Babeh Sarmili sambil mengelus kepala Meilin.


"Jangan di peluk terus kek, malu sama yang lain" ucap Meilin pelan


"HAHAHAHAHA.... lupa gue lo dah gede sekarang, dah perawan... padahal dulu lo paling demen minta di peluk karena selalu gagal meluk baba lo" ucap babeh Sarmili sambil melepaskan pelukannya.


"Itu dulu kek..." ucap Meilin tersipu.


"Trus siape nih bocah... ade hubungan ape same lo bedua.. Dan kenape tampangnye rada mirip same almarhum guru gue Ki Saifi Angin." Babeh Sarmili bertanya sambil menunjuk Meilin dan Zahrah.


"Eki tamu saya, dia kami temukan pingsan di tepian sungai ciliwung di daerah manggarai kemarin" ucap Meilin sambil melirik Zahrah yang mulai bergerak dan berdiri disamping kiri ku.


"Die dari masa depan beh" terdengar suara Ucup dari arah belakang yang langsung menimpali percakapan.


"Laah lo ade juga dimarih Cup...." tanya babeh Sarmili keheranan


"Aye justru yang ngajak Eki ke tempat babeh.... sayang aje tengah jalan ade gangguan" Ucap Ucup sambil melirik Zahrah


"Pancalongok (maling) mah kudu diberi pelajaran.. apelagi ngajarin anak orang yang kaga bener" sahut Zahrah.


"Yaude kalo gitu kite ketempat babeh.. Ntar ceritanye disono.. Dada lo masih sakit tong?" tanya babeh Sarmili


"Sudah tidak beh, hanya masih sesak sedikit" ucapku mengikuti langkah babeh Sarmili, sementara Meilin dan Zahrah tampak berusaha memapahku. Tangan mereka saling menepak berusaha mengusir dari sisi ku. Ucup yang tidak enak hati melihat pemandangan kami bertiga, akhirnya berjalan mendahului kami, dan dia pun berjalan disebelah babeh Sarmili.


Paakk... Plaaaak.... Plaak.. Plaaaaak...


Suara - suara tepukan masih terdengar di belakangku. kedua gadis ini masih sibuk saling mengusir tangan saingannya agar menjauh dari sisi ku, dan anehnya ketika babeh Sarmili menoleh kebelakang keduanya langsung memasang senyum yang teramat lebar.


*********

[HIDE]
Sementara itu di kediaman mpok Zenab, nampak seorang pria sedang mengetuk pintu depan rumahnya dengan perlahan dan berbisik memanggil penghuni rumah agar membukakan pintu. Tangan kirinya terlihat mengelus-elus pipinya sambil meringis.


Tok tok took


"Mpoook.... bukain mpoook..."


Mpok Zenab yang tengah tidur di peraduanannya segera terbangun setelah mendengar ketukan pintu rumahnya. Sambil merapikan kain yang membungkus tubuhnya dia membuka pintu.


"Elo lim, katenye pengen dateng semalem, gue tungguin sampe tengah malem nape kaga nongol ?" Ucap mpok Zenab sambil mempersilahkan Salim masuk, matanya melirik ke sekitar rumah, seperti takut ada orang yang melihat.


"Ntu die mpok, laki lo nyuruh gue nyari orang pas pulang dari sini. Dua kali kena gampar gue gegare salah ngomong"


"Pantes dari tadi pegangin pipi terus"


"Sakitnye ga kire-kire mpok, ini aje aye alesan pulang ngobatin pipi same si Samin biar bisa kemarih"


"Gue mane bisa ngobatin orang sakit Lim" ucap mpok Zenab.


"Ntu aye tau mpok, tapi kan mpok bisa bikin orang sakit jadi enak" sambil mentowel pipi mpok Zenab, Salim kemudia meraih tangan Mpok Zenab agar mengelus-elus pipinya.


"Dah tua masih manja aje kek bocah angon Lim" tutur mpok Zenab sambil mengelus pipi Salim yang rada bewokan.


"Gapape manja same bini orang, apelagi kalo lakinye jarang longokin bini yang bahenol kek gini" ucap Salim sambil meremas pantat mpok Zenab.


"Di kamar aje Lim, gue juga ga tahan dari semalem nungguin lo" ucap mpok Zenab seraya menuntun Salim ke dalam kamarnya.


Setiba di kamar Salim langsung mencumbu pipi dan leher mpok Zenab, tangannya dengan ganas mulai meremas-remas dada yang masih terbungkus kebaya berwarna coklat muda itu.


"Liiim.... nafsu banget lo sama guee...." lirih mpok Zenab yang menahan geli.


"Ga tahan aye mpok kalo liat dada yang munjung kek gini"


"Tapi maennye jangan berisik yee Lim... takut orang denger"


"Yang ade juga mpok yang jangan berisik... kalo jerit suka ga kira-kira"


"Abis kontol lo kadang bikin gue melayang lim... suka lepas kontrol" ucap Zenab sambil meremas-remas kontol Salim yang masih tersembunyi di balik celananya.


"Goyangan mpok juga suka bikin aye ngilu"


"Aahhh Lim.... Dada gue lo apain...." ceracau Mpok Zenab sambil meremas rambut Salim yang mulai membuka kancing depan kebayanya, dan langsung mengeluarkan isinya, dada montok dan besar milik mpok Zenab tampak bergoyang-goyang seperti mengundang Salim untuk segera menjamahnya.


"Ssssstt... Aaaahh...." Desis mpok Zenab pelan ketika Salim mulai menciumi dada nya. Lidah salim terasa menjilat dan menyedot-nyedot puting nya yang berwarna coklat muda, setiap sentuhan seperti mengantarkan gelombang gelombang kenikmatan yang tiada tara.


"Langsung aje yuk Lim... Gue dah kaga tahan pengen ngerasain kontol lo" ucap mpok Zenab sambil melepaskan kebaya dan sarungnya hingga jatuh ke bawah, lalu segera naik ke atas ranjang dan berbaring telentang sambil melebarkan pahanya.


Salim langsung melepaskan baju dan celananya dan segera naik, sambil memposisikan kontolnya tepat di lubang kenikmatan mpok Zenab.


Aaaaahhh....


Terdengar desis keduanya ketika kontol Salim mulai memasuki celah sempit memek mpok Zenab.


"Enak banget punya lo Lim" rintih mpok Zenab sambil meremas punggung Salim.


"Memek mpok juga legit banget" ucap Salim sambil meremas dada mpok Zenab dan menciumi lehernya.


Pinggul Salim mulai bergerak ke atas dan ke bawah, sementara pinggul mpok Zenab tampak bergoyang ketika pinggul Salim ke bawah seolah menyambut kedatangan kontol yang selalu mengantarkan kenikmatan yang tak terhingga itu.


Jemari nakal Salim mulai memain kan puting Mpok Zenab yang besar. Sambil tangannya meremas-remas dada, Salim mulai menggigit telinga Mpok Zenab.


"Lo apain kuping gue Lim...."


"Mpok diem aje nikmatin ape yang aye lakuin" bisik Salim di telinga

Sekitar lima menit Salim menggoyang pelan kontolnya, tampak mpok Zenab mulai kehilangan kontrolnya, rintihan dan erangannya semakin kencang terdengar.


"Kencengan dikit Liim... aahh... kencengan dikit goyangan lo"


"Naahh naaahh kek gitu Lim...." Rintihnya ketika Salim mulai mengencangkan genjotannya.


"Teruss Liiim...."


"Teruussss"


"Aaaaahhh...."


"Guee dikit lagi dapet Liim...."


"Kencengan lagi Liiim..."


Plaaak plaak plaaaaak


"Aaahhh gilaa enak banget Liiim.."


"Gue dapeet Liim.... Guee daapeettt..."


"Aaaaahhh........"


Mpok Zenab tampak memeluk erat tubuh Salim, sekujur badannya bergetar menahan nikmat.


"Nungging mpok" pinta Salim ketika dirasa Mpok Zenab sudah selesai menikmati orgasmenya.


Perlahan dibaliknya tubuh istri kedua majikannya itu lalu mulai menyodok liang senggamanya dari belakang.


"Aaahh... pelan-pelan lim... masih ngilu....."


"Pasti mpok...." ujar Salim sambil meremas pantat bahenol mpok Zenab.


"Aaaah Liim... pelan-pelan... yaaa... diam dulu Lim sebentar" Sambil mengatur nafas Mpok Zenab berusaha menyesuaikan Kontol Salim di dalam liang kenikmatannya agar tidak terlalu terasa ngilu.


"Boleh di goyang ye mpok...." ujar Salim sambil mulai memaju mundurkan pantatnya. Tampak mpok Zenab meringis dengan kepala tertunduk. Perlahan-lahan kenikmatan kembali di rasa dikala kontol Salim mulai menggesek-gesek setiap centi liang vaginanya.


"Angkat dikit mpok..." pinta Salim sambil merapatkan paha mpok Zenab dan menarik tubuh istri tuannya setengah berdiri. Sambil menjilati leher mpok Zenab Salim mulai menambah ritme goyangannya serta meremas-remas susu mpok zenab yang tampak besar menggantung dengan indahnya.


"Ohh sodok yang kenceng Lim...." rintih mpok Zenab yang mulai merasakan kenikmatannya kembali.


Plook Ploook Plook Plooook....


Terdengar benturan antara pantat dan pinggul keduanya makin lama makin kencang, bersahut-sahutan dengan bunyi derit ranjang yang serasa tidak kuat menahan beban pergumulan keduanya. Rambut mpok Zenab yang acak-acakkan mulai di tarik Salim ke belakang, sementara dadanya makin diremas-remas oleh tangan kirinya.


"Mpoook... ahhh ahhh ayee dah mooo dapeett"


"Keluarin Lim.... mpok juga dikit lagi"


"Goyaang terus mpppoook... aahhhh"


"Aaaahh Liiim buru.... mpook dahh mo keluar"


Plooook ploook ploook


"Aaah mppook... aye dapeeet... Aaaahhh"


"Mpoook juga Liiiim.... ahhhhh"

Lalu keduanya terlihat saling mendorong, mpok Zenab menghentak mundur pantatnya sementara Salim mendorong pantatnya maju hingga akhirnya istri kedua majikannya itu nyungseb di atas ranjang.


Peluh yang membanjiri kedua tubuh tersebut, seperti membuat kilau pantulan matahari yang menerobos dari sela-sela bilik kamar rumah mpok Zenab. Sembil mengatur nafas yang sudah ngos-ngosan keduanya masih tetap bertindihan, kontol Salim seperti enggan meninggalkan lubang yang sudah dipenuhi spermanya itu.


"Enak bener yang bilangnye mo pulang gegare sakit, ga taunye enjot-enjotan dimarih kaga ngajak-ngajak"


Tiba-tiba terdengar suara dari arah pintu kamar, sontak keduanya menoleh dan berteriak kaget....


"SAMIIIIIIIN !?!?!"


****************
[/HIDE]

Kami pun tiba di rumah babeh Sarmili, rumah yang sangat sederhana yang terletak di pinggiran kampung dengan dinding dari anyaman bambu dan beratap jerami, tampak depan rumah ada bale yang cukup luas untuk kami duduki berlima. Halamannya yang luas tampak bergelombang, sebelah kiri terlihat pasok-pasok bambu bekas ditebang terpancang, Halamannya dipagari oleh pohon singkong yang tumbuh cukup tinggi dan rapat, membuat orang sulit melihat dari luar pagar. Ada beberapa pohon mangga dan rambutan yang berdiri tegak membuat rindang dan sejuk suasana disekitarnya.


"Ayoo masuk silahkan duduk, maaf aje kalo tempatnye kurang nyaman" ucap babeh Sarmili mempersilahkan kita masuk dan duduk di bale.


"Zahra, lo bikinin kupi same teh tubruk buat tamu.. baranye masih idup tinggal tiup aje"


"Kenape kaga Ucup aje yang bikinin kek" ucap Zahrah merajuk


"Lo perempuan, kudu bise di dapur... bisa di tinggal laki lo ntar kalo dah kawin gegare kagak bisa masak"


"Saya saja yang buatin untuk kakek dan Eki" ucap Meilin sambil menekan suara ketika nama ku di sebut.


"Gak.. !! gak usah... tibang bikin kupi aje gue juga bisa... Eki mo teh manis kek gue atau kooopiii paaiiiit" tanya Zahrah sambil menggerakkan kepalanya ke atas sedikit ke arah Meilin ketika menyebut kopi pahit.


"Gue kupi pait aje, rada kentel... tambain gula batunye dua yee.. same ngaduknye rada lamaan" celetuk Ucup tiba-tiba.


"Iye Cup... ntar buat lo, kupinye gue aduk sampe sore.." ucap Zahrah sambil melengos


"Laaah gue minumnye kapan..."


"Besok Cup lo minum... biar tambah pait tuh muke... ehh iyee Eki teh atawa kupi nih... teh aje yeee biar tambah manis..." ucap Zahrah centil


"Iya teh manis, makasi ya Zahrah" ucap ku sambil tersenyum meringis, karena tiba-tiba Meilin tangannya di pahaku dan langsung mencubit ketika aku mengucap terima kasih.


"Kalo nona Meilin yang terhormat ga haus kan... liat kite bedua aje dah terasa manis" Ucap Zahrah usil sambil menunjuk ke arah aku dan dirinya.


"Ga usah repot, air putih saja" ucap Meilin pelan, tapi cubitan pada paha ku semakin terasa kencang


Aku yang menahan sakit pada paha ku hanya bisa nyengir meringis menahan sakit.


"Eki knape meringis gitu.. kalo masih sakit nyok Zahrah anter ke kamar mandi di belakang, sambil bantuin bikin minuman" ucap Zahrah sambil menarik tangan ku beranjak dari bale. Sementara jari Meilin yang masih menempel di pahaku otomatis terlepas. Ketika Meilin melambaikan tangan ingin menahanku Zahrah langsung nyerocos lagi


"Lilin sama ki Bangor disini aje yeee... biar dilanjut ceritanye yang tadi keputus" ucap Zahrah sambil menarikku masuk ke dalam rumah di iringi pelototan galak babeh Sarmili yang merasa gelarnya di sebut.


Bibir Meilin tampak terbuka tak bisa bicara, tangan kanannya masih mengambang di udara.


"Ehhhmmm" terdengar suara deheman babeh Sarmili mengagetkan Meilin. Tangannya buru-buru diletakkan kembali di atas pahanya.


"Coba ceritain tentang si Eki dari awal sampe akhir... Babeh pengen denger lin"


Akhirnya Meilin menceritakan perjumpaannya dengan ku dari mulai penghadangan sampai tadi malam ketika papanya bertarung dengan ku.


Sementara aku di dapur hanya bisa memperhatikan Zahrah yang sibuk meniup bara api di tungku untuk memasak air, tampak api kian membesar seiring tiupan Zahrah dari lubang potongan bambu.


"Ci Meilin pacar lo yee Ki" tanya Zahrah dengan nada cemburu sambil menuang air dari gentong ke panci.


"Ini cewek kalo ngomong ga ada basa basinya" pikirku


"Ga kok, kenal saja baru kemaren" ucap ku pelan


Tampak Zahrah berhenti sejenak lalu meneruskan lagi kegiatannya.


"Bagus deh... kirain dah jadian" ucapnya pura-pura sibuk menyiapkan beberapa gelas untuk hidangan di nampan samping tungku.


Aku hanya bisa duduk manis pada bangku kecil untuk masak sambil memperhatikan body Zahrah yang sedang membungkukkan badannya. Waduuh... gawat bisa kodim (konak diem diem) kalo kelamaan liatin Zahrah nungging terus pikir ku.


"Ehhhmmm" terdengar suara batuk Zahrah yang menangkap mata ku yang sedang memperhatikan lekuk-lekuk tubuhnya. Matanya tidak galak lagi, malah terkesan teduh.


Dia mengambil bangku kecil disebelahnya dan duduk di samping kiriku. Tangannya sibuk memainkan bambu kecil yang berfungsi sebagai peniup tungku api.


"Kalo bisa sih mending lo tinggal disini aje Ki, temenin kakek.. kalo di tempat Meilin takutnye lo kena pengaruh buruk si Ucup" ucapnya mengada-ada


"Untuk masalah tinggal biar nanti tuan Liem dan babeh Sarmili saja yang memutuskan"


"Tapi mending lo tinggal disini aje, ntar biar gue yang masakin... lo mo makan ape..?? Ongol-ongol ? Empleng-Empleng ? kue Dongkal ? Gabus Pucung ? Sayur Asem ? Sayur Lodeh ? Nasi Uduk ? Nasi Ulam ?" ucap Zahrah dengan pede


"Emang lo bisa masak ?" tanya ku ragu


"Yaaa kaga bisa sihh... tapi kan gue bisa minta enyak gue masak" ucapnya sambil nyengir memperlihatkan gigi putihnya yang kecil dan rata.


"Kirain....."


"Kirain ape Ki ?? tenang... ntar gue belajar dehh dari ahlinye... tiap ade hajatan enyak gue selalu di panggil buat bantu masak... tibang ngaduk, ngulek, rebus, goreng mah kecil... kerjaan gande merem buat gue.." ucapnya


"Nih yee.. enyak gue kalo ada orang hajatan selalu minta dibikinin kue pepe.. kue talam..."


"Baru nyampe eehhh dapet salam" Celetuk ucup tiba-tiba sambil berpantun sambil berjalan ke arah kami


"Jiaaahhh bakiak mesjid pake muncul... ganggu aje" sungut Zahrah sambil mulutnya di mencong-mencongin.


"Laah sape yang ganggu, gue dateng pengen liat kupi gue dah jadi ape belom"


"Beloom Cup... aer nye aje belom mendidih... Ehh iye Cup, Bacang lo masih sama gue nih" ucap Zahrah sambil mengeluarkan bungkusan yang berisi Bacang dari kantong baju nya.


"Naah iye tuuh... bacang perjuangan hasil kerja keras gue tuh... sini sini kasih ke gue"


"Boleh Cup tapi ada syaratnye"


"Ape syaratnye ? tanya ucup yang sudah berdiri di depan Zahrah


"Lo makannye yang rada jauhan yee... kalo perlu lo makan nih bacang di Cirebon... biar lamaan lo balik nye..." ucap Zahrah enteng


"Entu sama aje nyiksa gue.... Sini biar gue makan di depan"


"Bener yee...." tanya Zahrah meyakinkan


"Iyeee...."


Sambil melempar bacang yang ada di tangannya, Zahrah berdiri dan segera membalikkan tubuh ucup ke arah depan rumah, lalu mendorong agar keluar dari dapur.


"Enak nih pagi-pagi makan bacang" ucap Ucup


"Enak Cup... lebih enak lagi kalo sampe mules tiga hari tiga malem"


"Lo same aje doain gue moncor"


"Dah dahh... lo kedepan aje yeee"


"Iye... iyee..." sahut Ucup sambil keluar dapur menuju ke luar rumah.


Ketika kembali duduk di samping ku Zahrah tampak penasaran tentang kebenaran ku yang berasal dari masa depan. Mulailah dia memberikan pertanyaan-pertanyaan awal mula aku bisa terdampar di jaman ini dan keadaan aku di masa depan sampai ke masalah pasangan.


Dari gaya dan pertanyaan Zahrah yang serius maka aku jawab sebaik mungkin sesuai dg nalarnya, selama kita berbincang tampak dia sangat serius sekali memperhatikan tiap-tiap jawaban yang aku berikan. Kadang tangannya mencoba ikut menggambar bentuk-bentuk benda yang aku terangkan.


"Aer dah ngebul Ki, gue siapin minuman dulu ya" ucapnya sambil berdiri dan mulai mengangkat air yang sudah mendidih lalu membuat teh dan kopi yang di pesan, tak lama aku mengikuti langkahnya yang membawa nampan berisi minuman ke depan.


"Naahh dah dateng niih minuman" ucap babeh Sarmili sambil menerima gelas kopi yang disodorkan Zahrah. Sementara aku mulai duduk di samping Meilin dan kembali aku merasakan cubitan-cubitan pada paha samping ku.


"Lilin tolong geser pantatnye ke dalem biar gue bisa duduk" sambil setengah memaksa menggeser posisi aku yang sedang duduk di pinggir bale, Zahrah mendorong-dorong tubuhnya memaksa agar bisa duduk di samping aku.


"Di samping kakek kan kosong" protes Meilin yang tetap menahan badannya agar aku tidak menggeser tempat duduk.


"Samping kakek ada Ucup dibelakangnye, gue ga tahan bau bacang same bau badannye yang apek" sambil berusaha mendorong tubuhku lebih keras lagi agar bergeser. Ucup yang sedang menikmati bacang hanya bisa melongo pasrah mendengar celoteh Zahrah.


Meilin akhirnya mengalah menggeser tempat duduknya lebih kedalam, aku menggeser tempat duduk ku agar bisa memberikan space Zahrah duduk di sampingku.


Ku lihat babeh Sarmili memejamkan matanya selesai melihat kami yang ribut, wajahnya seperti sedang mengingat-ingat kejadian. Sejenak kemudian matanya terbuka dan mulai berkata


"Seminggu yang lalu gue mimpi ketemu kakek guru gue Ki Saifi Angin, die bilang bakal dateng keturuannye yang akan nemuin gue. Gue ga nyangka kalo keturunannye yang dateng justru dari masa depan. Kalo Meilin tadi ga cerita, gue kagak bisa percaye gitu aje. Apelagi jurus yang lo maenin bukan kembangan jurus pa macan dan pa monyet yang sering gue temuin di perguruan laen. Jurus lo jurus asli seperti yang Ki Saifi Angin ajarin ke guru gue"


Sambil menghela nafas panjang babeh Sarmili melanjutkan lagi ceritanye.


"Dalem mimpi gue di pesen Ki Saifi Angin untuk ngajarin lo permaenan Golok Terbang, tapi sayangnye gue dah kadong janji same almarhum guru gue untuk tidak mengajarkan ilmu ini ke siapa pun. Soalnye sekali keluar golok dari sarung pantang masuk lagi ke sarung kecuali udeh ade darah yang tersimbah dan dah ade nyawa yang ilang. Asal lo tau, dengan modal permaenan golok terbangnye, guru gue mampu bikin kocar kacir belande di pelabuhan Sunda Kelapa, di Teluk Naga die mampu ngelawan dua puluh orang serdadu yang bersenjate, semuanye nyungseb banyak yang mati dan di Pejambon dua nyawa belanda dan lima centeng melayang kena sabetan goloknye. Tapi sayangnye semenjak jadi buronan belande tiga puluh tahun yang lalu gue dah ga pernah ketemu lagi same guru gue, terakhir gue denger kabar die udah meninggal ketika ngelawan dukun sakti sewaan belande yang ngejebak die...."


"SAPE BILANG GUE DAH MENINGGAL"


Terdengar suara keras menggema keseluruh ruangan. Suara itu membahana dan membuat kami terkejut, sejenak kami terdiam mencari sumber suara, tak lama kemudian muncul sesosok pria gondrong berbadan tegap dan keliatan masih terlihat muda, mengenakan baju dan celana berwarna hijau muda berjalan dengan gagah di ikuti perempuan cantik terlihat masih muda dan berwajah arab.


"GURU......." teriak babeh Sarmili tiba-tiba ketika melihat sosok yang hadir disamping rumahnya, lalu menghambur menyongsong sosok yang baru tiba tersebut.


BERSAMBUNG
 
Terakhir diubah:
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd